Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH KABUPATEN BONE

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TENRIAWARU BONE KELAS B


Alamat : Jl.DR.Wahidin Sudiro Husodo No.12 Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan

Kode Pos 92733 Tlp (0481) 21069 Fax (0481) 26634


KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TENRIAWARU BONE KELAS B
NOMOR
TAHUN
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISA

Menimbang

: a. Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan hemodialisa yang

b.

c.

Mengingat

: a.
b.
c.

cepat, tepat, bermutu, profesional dan dengan memperhatikan


keselamatan pasien serta untuk memberi kepuasan kepada pasien
dan keluarga di RSUD Tenriawaru Bone, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang berkesinambungan mulai dari
pasien masuk sampai pasien keluar.
Bahwa agar pelayanan di hemodialisa dapat dilaksanakan dengan
baik, maka perlu adanya Pedoman Pelayanan Hemodialisa sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan hemodialisa di RSUD
Tenriawaru Bone
Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan
Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Hemodialisis RSUD
Tenriawaru Bone
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen
d. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
e. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Praktek
f.

Keperawatan.
Peraturan Pemerintan Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga

Kesehatan
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 812 Tahun 2010, Tentang
pelayanan Dialisis pada fasilitas kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
KESATU

: PERATURAN DIREKTUR RSUD TENRIAWARU BONE TENTANG


PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISA
: Peraturan Pelayanan hemodialisa RSUD Tenriawaru Bone
1

KEDUA
KETIGA

sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.


: Sosialisasi dan Evaluasi dari pedoman pelayanan hemodialisa
RSUD Tenriawaru Bone
dilaksanakan oleh Kepala Ruang
Hemodialisa
: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaiman mestinya.

Ditetapkan di Watampone
Pada Tanggal,
DIREKTUR
dr. Hj.Nurminah A. Yusuf, MARS
Pangkat : Pembina Utam Muda / IV c
NIP : 19641206 199903 2 002

PEMERINTAH KABUPATEN BONE


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TENRIAWARU BONE KELAS B
Alamat : Jl.DR.Wahidin Sudiro Husodo No.12 Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan

Kode Pos 92733 Tlp (0481) 21069 Fax (0481) 26634


LAMPIRAN:
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TENRIAWARU KELAS B
NOMOR.......TAHUN
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI HEMODIALISA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia seharusnya diikuti secara
seimbang oleh perbaikan mutu pelayanan kesehatan baik di sarana pelayanan kesehatan
maupun praktik perorangan. Adanya globalisasi serta industrialisasi yang cepat di sektor
kesehatan berdampak pada cara melakukan tindakan, baik berupa terapi, pemakaian alat,
pemberian resep dan sebagainya sehingga tindakan tersebut sesuai indikasi yang tepat.
Di samping itu dengan adanya Undang Undang Perlindungan Konsumen serta
terkaitnya praktik kedokteran terhadap aspek medis, legal, etis, psikologis, sosial budaya
serta finansial maka perlu dibuat suatu pedoman pelayanan kesehatan yang bertujuan
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan memberikan rasa aman
bagi dokter atau tenaga medis dalam melakukan praktik kedokteran. Hal ini juga berlaku
pada pelayanan dialysis dimana umumnya pasien dengan penyakit ginjal kronik
membutuhkan pengobatan yang berulang dan melibatkan peralatan atau mesin dengan
teknologi tinggi serta kompetensi tenaga kesehatan yang memadai.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui pedoman pelayanan
hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Kebijakan Memberi acuan regulasi pelayanan hemodialisis
b. Memberi acuan manajemen pelayanan hemodialisis
c. Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-masing tenaga
yang terlibat dalam pelayanan hemodialisis.

d. Memberi acuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan


hemodialisis
e. Memberikan acuan sistem/pola pembiayaan yang berkaitan dengan pelayanan
hemodialisis.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Hemodialisa RSUD Tenriawaru memberikan
pelayanan terapi pengganti fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal ginjal
dalam

upaya

mempertahankan

kualitas

hidup

yang

optimal

yang

terdiri

dari

Hemodialisis(HD) dan Dialisis Peritonial (CAPD).


D. Batasan Operasional

A. Kriteria pasien yang ditangani adalah:


a. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) yaitu pasien yang sudah
mengalami penurunan fungsi ginjal yang lebih dari 3 bulan
b. Pasien yang mengalami gagal ginjal akut (GGA), yaitu pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal diketahui masih baik dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan
terkahir.
c. Pasien dengan indikasi segera yaitu pasien dengan GGK atau GGA yang disertai
kondisi berikut:
Hiperkalemia, yaitu :kadar kalium dalam darah >6mEq/L.
Asidosis Metabolik berat
Kegagalan terapi konservatif/gagal terapi medikamentosa.
Kadar ureum dan kreatinin tang tinggi dalam darah.
Perikarditis : radang pada lapisan jantung.
Gangguan kongfusi berat, yaitu gangguan kognisi, perhatian, memori dan
orientasi dengan sumber yang tidak diketahui.
Hiperkalsemia.
Hipertensi emergensi.
B. Instalasi Hemodialisa RSUD Tenriawaru Bone melakukan pelayanan untuk pasien
reguler dan emergency dengan rincian sebagai berikut
a. Reguler : dilaksanakan dari hari senin hingga hari sabtu dengan 2 shift yaitu:
Pagi mulai jam 07.00 13.00 WITA
Siang mulai jam 13.00 20.00 WITA
b. Emergency dilakukan di luar jadwal reguler, dengan menghubungi petugas
Instalasi Hemodialisa terlebih dahulu.
c. Instalasi Hemodialisa RSUD Tenriawaru Bone memiliki 5 (lima) Mesin Dialisis,
dan memiliki ketenagaan sebagai berikut
1 (satu) orang Konsulen ginjal Hipertensi sebagi konsultan.
1 (satu) orang Ahli Penyakit Dalam (Internist) sebagai penanggung jawab

Instalasi Hemodialisa.
1 (satu) orang dokter umum yang telah bersertifikat HD sebagai pelaksana.
Perawat mahir yang telah bersertifikat HD

E. Landasan Hukum
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Instalasi Hemodialisa memiliki
landasan hukum sebagi berikut:
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Kesehatan.


Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Praktek Keperawatan.
Peraturan Pemerintan Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 812 Tahun 2010, Tentang pelayanan Dialisis pada
fasilitas kesehatan.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

N
o
1

Nama Jabatan
Supervisor/Konsultan

Penanggung Jawab

Dokter Pelaksana

Kualifikasi
Pendidikan
Sertifikasi
Konsulen Ginjal
Hipertensi
Spesialis
Pelatihan
Penyakit Dalam
Hemodialisa
Dokter Umum
ACLS dan
Pelatihan

Kebutuhan
1 Orang
1 Orang
1 Orang

Kepala Ruangan

S1 keperawatan
+ Ners

Perawat Pelaksana

D3 Keperawatan

Tenaga Adminstrasi

SMA sederajat

Hemodialisa
BTCLS dan
Pelatihan
Hemodialisa
BTCLS dan
Pelatihan
Hemodialisa
BHD

1 Orang
7 Orang
1 Orang

B. Distribusi Ketenagaan

Dengan perbandingan 1 perawat mahir yang bersertifikat HD untuk 2 mesin


Hemodialisa, dan saat ini mesin yang ada berjumlah 5 mesin, maka berikut akan di
uraikan standar ketenagaan serta distribusi tenaga yang dimaksud.
1. Kebutuhan
N
o
1

Nama Jabatan
Supervisor/Konsultan

Penanggung Jawab

Dokter Pelaksana

Kepala Ruangan

Perawat Mahir

Tenaga Adminstrasi

Kualifikasi
Pendidikan
Sertifikasi
Konsulen Ginjal
Hipertensi
Spesialis
Pelatihan
Penyakit Dalam
Hemodialisa
Dokter Umum
ACLS dan
Pelatihan
Hemodialisa
S1 keperawatan
BTCLS dan
+ Ners
Pelatihan
Hemodialisa
D3 Keperawatan
BTCLS dan
Pelatihan
Hemodialisa
SMA sederajat
BHD

Kebutuhan

Kualifikasi
Pendidikan
Sertifikasi
Konsulen Ginjal
Hipertensi
Spesialis
Penyakit Dalam
Dokter Umum
ACLS dan
Pelatihan
Hemodialisa
S1 keperawatan
BTCLS dan
+ Ners
Pelatihan
Hemodialisa
S1 keperawatan
BTCLS dan
+ Ners
Pelatihan
Hemodialisa

Kebutuhan

1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
3 Orang
1 Orang

2. Kondisi Saat ini


N
o
1

Nama Jabatan
Supervisor/Konsultan

Penanggung Jawab

Dokter Pelaksana

Kepala Ruangan

Perawat Mahir

1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang

Perawat Pelaksana

Tenaga Adminstrasi

S1 keperawatan
+ Ners
SMA sederajat

BTCLS

6 Orang

BHD

1 Orang

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah dan Letak Ruangan
Instalasi Hemodialisa berada dekat dengan Instalasi Gawat Darurat (IGD) umum dan
Ruang Intensif (ICU), dan berikut adalah gambar denah ruangan Instalasi hemodialisa
RSUD Tenriawaru Bone :

B. Fasilitas
Fasilitas yang ada di Instalasi hemodialisa RSUD Tenriawaru Bone adalah:
1. Perlengkapan Medis
a. 5 unit mesin HD (3 Merk B braun dan 2 Merk Nipro), dan perlengkapannya
b. 5 tempat Tidur
c. Pengolahan water treatment

d. 1 pasien monitor
e. 1 pengisap lendir (suction)
f.

5 tabung oksigen.

g. 1 alat sterilisasi kering


h. Timbangan berat badan
i.

Tensimeter, stetoskop dan termometer

j.

Mesin EKG

k. Troly obat
2. Perlengkapan Rumah tangga
a. Komputer
b. Lemari obat dan linen
c.
d.
e.
f.
g.

Meja dan kursi


Televisi
AC
Aiphone
Tempat sampah yang terdiri dari 6 tempat sampah infeksius dan 2 tempat sampah
non infeksius.
Selain itu juga dilengkapi dengan sarana gudang, kamar perawat, toilet dan pantry

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pengertian Hemodialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
(Smeltzer dan Bare, 2002). Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin
yang dilengkapi dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang
memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis.
B. Etiologi hemodialisa
Dialisis dilakukan pada ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh
yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga dilakukan
dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif terhadap
terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Dialisis akut
diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat, kelebihan muatan

cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan
konfusi yang berat.
Sedangkan dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis
(Smeltzer dan Bare, 2002) (penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut:
Terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh (mual serta
muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental).
1. Kadar kalium serum meningkat.
2. Muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan
cairan.
3. Penurunan status kesehatan yang umum.
4. Terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub) melalui auskultasi.

C. Metode Hemodialisis
Metode terapi dialisa mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritoneal dialisis.
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan
untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi digunakan
untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Sedangkan, peritoneal dialisis mengeluarkan
cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk dialisis yang lain (Smeltzer dan Bare, 2002).

D. Indikasi Hemodialisis
Hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal akut dan kronis, intoksikasi obat dan zat
kimia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dan sindrom hepatoreanal (Faisal,
2007). Di samping itu, terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub)
melalui auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk pasien
gagal ginjal kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut konsensus Pernefri (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani
dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila
terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang,
dan nefropatik diabetik.
Menurut Pernefri (2003) waktu atau lamanya Hemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap Hemodialisa dilakukan 4 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu.
Hemodialisa idealnya dilakukan 10 15 jam/minggu dengan QB 200300 mL/menit.
Sedangkan menurut Corwin (2000) Hemodialisa memerlukan waktu 3 5 jam dan dilakukan
3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 3 hari diantara Hemodialisa, Sedangkan

hemodialisa rutin menurut Pernefri (2003) dijelaskan bahwa hemodialisa rutin ini dilakukan
pada keadaan yang sudah direncanakan atau ditentukan waktunya. Umumnya dilakukan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Sedangkan pasien hemodialisa rutin adalah pasien-pasien yang sudah terencana
dalam menjalani program hemodialisa sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
E. Prinsip Kerja Hemodialisa

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis menurut Smeltzer dan
Bare (2002), yaitu: difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
1.

Difusi adalah pengeluaran toksin dan zat limbah dalam darah dengan
bergerak dari darah yang berkonsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan
konsentrasi yang lebih rendah.

2.

Osmosis adalah bergeraknya air dari daerah bertekanan lebih tinggi


(tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat), sehingga air yang
berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh.

3.

Ultrafiltrasi adalah penambahan tekanan negatif

F. Komplikasi Hemodialisa
1. Hipervolemia,

ditandai

dengan

peningkatan

tekanan

darah,

nadi,

frekuensi

pernapasan, tekanan vena sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, dan
peningkatan berat badan yang berlebihan sejak dialisis terakhir.
2. Ultrafiltrasi yang berlebihan, ditandai dengan gejala-gejala: hipotensi, mual, muntah,
berkeringat, pusing, dan pingsan.
3. Hipovolemia, ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi
dan pernapasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan
penurunan haluaran urine.
4. Hipotensi, pada awal dialisis dapat terjadi pada pasien dengan volume darah sedikit,
seperti anak-anak dan orang dewasa yang kecil. Sedangkan hipotensi lanjut pada
dialisis biasanya karena ultrafiltrasi berlebihan atau terlalu cepat.
5. Hipertensi, penyebab yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respons renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansietas.
6. Sindrom disequilibrium dialisis, dimanifestasikan oleh sekelompok gejala-gejala yang
diduga disfungsi serebral. Rentang beratnya gejala-gejala dari mual ringan, muntah,
sakit kepala, dan hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.

10

7. Infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respons imunologik pada pesien uremik
yang mengalami penurunan resisten terhadap infeksi.
G. Persiapan Sebelum Hemodialisis
Persiapan Pasien
1

Surat dari dokter nefrologi / penyakit dalam untuk tindakan hemodialisis ( intruksi
dokter )

Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan hemodialisis

Riwayat penyakit yang pernah diderita ( penyakit lain dan alergi )

Keadaan umum pasien

Keadaan psikososial

Keadaaan fisik ( ukur tanda-tanda vital, berat badan, warna kulit, mata,
ekstremitas ederna +/-)

Data laboratorium : hb, ureum, kreatin, HbSAg

Pastikan bahwa pasien telah benar-benar siap dilakukan hemodialisis.

Persiapan Mesin
1

Listrik harus siap (harus ada listrik cadangan/genset).

Air yang sudah di proses melalui Reverse Osmoses

Persiapan Alat
Dialyzer
AV blood line
AV fistula
NaCl 0,9 %
Infus set
Spoit 1. 3 dan 20 cc
Heparin
Lidocain
Kassa steril

0.

Duk

1.

Sarung tangan

2.

Mangkok kecil

3.

Desinfektan (alkohol/betadine)

4.

Klem

5.

Matcan/gelas ukur plastik

11

6.

Timbangan

7.

Tensimeter

8.

Termometer

9.

Plester

0.

Perlak kecil
Langkah-langkah
1
2

Mesin dihidupkan, dan didesinfeksi


Sambil mesin melakukan desinfeksi pasang set HD pada mesin dengan langkah
sebagai berikut:
a. Buka Dializer, dan

AV Blood Line dari bungkusnya dan pasang pada

tempatnya di mesin. (lakukan dengan teknik aseptik)


b. Dengan teknik Aseptik sambungkan ujung AV Blood Line dengan Dializer.
c. Hubungkan ujung Infus Set yang telah di tusukkan ke NACL 0.9 % dengan
Arterial Blood Line.
d. Ujung yang satu dari Venuos Blood Line simpan di gelas ukur dengan
3

memperhatikan jangan sampai terendam dengan cairan bilasan yang keluar


Lakukan priming (pembilasan) dengan cara:
a. Letakkan dializer pada Holder dengan posisi terbalik. (Inlet di bawah dan outlet
diatas).
b. Alirkan NACL ke AV Blood Line dan Dializer sebanyak 500 cc (1 botol), dengan
menjalankan pompa di mesin HD dengan kecepatan 200-300 ml/mnt.
c. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan udara dan zat-zat kimia yang ada pada
AV Blood Line dan Dializer.
d. Setelah NACL habis dibotol dan semua udara keluar, pompa dimatikan serta
klem AV Blood Line.
e. Sambungkan ujung A Blood Line dan V blood Line dengan konektor, dan klem di

buka kembali serta pasang NACL botol ke dua.


f. Pompa dijalankan kembali dengan keceoatan 200-300 ml/mnt.
g. Biarkan hingga mesin selesai melakukan desinfeksi.
Lakukan sooking (melembabkan) dializer dengan cara sebagai berikut:
a. Bila mesin telah selesai melakukan desinfeksi pilih mode Hemodialisis (mesin
Bbraun) dan Dialisis Mode pada mesin Nipro
b. Pasang Bicarbonat serbuk dan sambungkan dengan acid bial ada perintah dari
mesin.
c. Pasang coupler ke dializer bila telah ada perintah di mesin dan lakukan sooking,
atau melembabkan dializer dengan cairan dializat dengan cara posisi dialzer di
kembalikan pada posisi semula (inlet diatas dan outlet dibawah).
d. Setelah dializer terisi penuh dengan cairan dialisat, letakkan dializer dalam
posisi terbalik (inlet dibawah dan outlet diatas) pada holder.
e. Jalankan pompa mesin dengan kecepatan 200-300 ml/mnt.
f. Biarkan sampai mesin selesai melakukan ringsing (pembilasan) dan siap untuk
di sambungkan ke pasien.
g. Bila pasien memerlukan heparin sirkulasi, lakukan injeksi heparin pada port obat
di A Blood Line, sesuai dengan instruksi dokter.

12

F. Akses Vaskuler
Setelah mesin siap untuk di sambungkan dengan pasien, maka

terlebih dahulu

tentukan akses vaskuler yang akan di gunakan. Akses vaskuler terdiri atas:
1
Akses Vaskuler sementara
a. Femoral
1) Tentukan tempat/vena femoral yamg akan di lukukan insersi.
2) Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
3) Bawa alat ddekat dengan pasien
4) Lakukan kebersihan tangan, dan gunakan APD
5) Beri tahu pasien bila akan dilakukan insersi
6) Lakukan desinfeksi daerah yang akan di insersi, kemudian pasang duk steril.
7) Lakukan anestesi lokal dengan lidocain daerah yang akan di insesrsi.
8) Lakukan insersi bila pasien sudah merasa baal pada daerah yang telah di
anestesi dengan cara cari denyit arteri femoral. Tarik ke arah medial - 1 cm,
kemudian tarik ke bawah 1-2 cm.
b. Double Lumen Cateter (CDL) dan Tuneling Cateter
1) Terlebih dahulu CDL atau Tuneling dibersihkan dengan cara:
a) observasi keadaan umum pasien dan periksa TTV.
b) Beri posisi yang nyaman.
c) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
d) Dekatkan tempat sampah infeksius pada tempat tidur pasien
e) Dekatkan bak steril yang telah disiapkan ke dekat pasien
f) Lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD
g) Buka verban penutup, sambil memperhatikan posisi CDL atau Tuneling.
h) Buka bak steril dan tuangkan larutan desinfeksi ke dalam kom steril.
i) Lakukan desinfeksi CDL atau Tuneling hingga bersih mulai dari pangkal
j)

dengan gerakan memutar


Bersihkan dengan betadin campur NACL, kemudain beri antibiotik salep pada

pangkal CDL atau Tuneling.


k) Tutup dengan kasa steril dan fikasasi dengan plester, dengan menyisakan
bagian yang akan disambungkan dengan mesin.
2) Setelah mlekukan pembersihan dilanjutkan dengan melakukan tes kelancaran
CDL atau Tuneling dengan cara sebagai berikut:
a) Lepasakan sarung tangan yang digunakan untuk
melakukan perawatan CDL atau Tuneling
b) Lakukan kebersihan tangan.
c) Pakai sarung tangan steril.
d) Ambil spoit 3 cc, lalu darah yang ada di lumen CDL
atau Tuneling di aspirasi dan di buang ke tempat
sampah infeksius.
e) Bilas dengan NACL

secukupnya,

kemudian

lakukan test dengan melakukan aspirasi dan


memasukkan kembali darah sambil merasakan
lancar ridaknya aliran darah. (hal ini dapat diulangi

13

sampai yakin betul bahwa aliran darah sudah


lancar)
f) Pengetesan ini dilakukan satu persatu (selang
arteri atau vena terlbih dahulu).
g) Tutup ujung CDL atau tuneling dengan posisi
terklem.
h) Lakukan fiksasi dengan plseter
i) CDL atau Tuneling siap pakai.

2
Akses permanen
a. Cimino Shunt atau graft
1) Pasien mencuci daerah yang akan dilakukan insersi.
2) Anjurkan pasien baring atau duduk dengan posisi yang nyaman.
3) Beritahukan pada pasien tindakan akan dimulai
4) Ukur TTV pasien
5) Dekatkan alat yang akan di gunakan pada pasien
6) Lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.
7) Tentukan daerah yang akan dilakukan insersi
8) Letakkan duk steril di bawah lengan pasien yang akan di insersi.
9) Lakukan desinfeksi daerah yang akan di insersi.
10) Buka AV fistula dan letakkan diatas duk steril atau dalam bak alat.
11) Isi Fistula dengan NACl hingga penuh dengan spoit.
12) Lakukan penusukan pada vena sebagai inlet. (tempat masuknya darah), dan
fiksasi dengan plester pada daerah sayap fistula
13) Kemudian lakukan penusukan pada daerah cimini atau graf sebagai outlet
(tempat keluarnya darah).
14) Sambungkan dengan mesin untuk memulai dengan proses dilaisis.
15) Buka APD dan buang di tempat sampah infeksius.
16) Lakukan kebersihan tangan.

G. Memulai Hemodialisis
Setalah melakukan akses vaskuler dan melakukan pungsi atau insersi, maka proses
dialisis dapat dimulai dengan cara:
1.

Memulai dialisis dengan CDL atau Tuneling:

a. Matikan pompa darah pada mesin.


b. Tutup semua klem.
c. Sambungkan A Blood Line dengan Selang arteri CDL atau tuneling, dan ujung
V

Blood

Line

diletakkan

di

wadah

penampung

(matcan)

dengan

memperhatikan ujung dari V Blood Line tidak boleh terendam.


d. Kencangkan konektor penghubung, buka klem pada A Blood Line dan selang
arteri CDl atau Tuneling, lalu jalankan pompa darah dengan kecepatan 100
ml/menit.

14

e. Sambil menunggu NACL yang ada pada Blood Line tergantikan dengan darah,
atur program dialisis pada mesin sesuai dengan instruksi dokter.
f.

Bila NACL telah habis di Blood Line, sambungkan ujung V Blood Line dengan
selang vena CDL atau Tuneling, dan kencangkan konektor penyambung.

g. Naikkan kecepatan pompa darah secara bertahap sesuai dengan kemampuan


pasien.
2.

Femoral dan Cimino shunt atau graft


a. Pompa darah pada mesin dimatikan, dan
semua klem ditutup
b. Sambungan AV blood line dilepas, kemudian

A blood line dihubungkan dengan punksi


outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke
matcan.
c. Buka klem pada A. Blood Line dan putar
pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih
100

cc/menit

untuk

mengalirkan

darah,

mengawasi apakah ada penyulit.


d. Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai
pada bubble trap V blood line, kemudian
pompa dimatikan dan V blood line diklem.
e. Sambungkan V Blood line dengan Vena
fistula dan pastikan tidak ada udara dalam
sirkulasi.
f.

Jalankan pompa darah dan naikkan secara


bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.

H. Monitoring Intra Dialisis


Selama proses dialisis berlangsung harus dilakukan monitoring terhadap mesin dan
pasien, yang bertujuan agar proses dialisis berjalan lancar, mencegah komplikasi, pasien
merasa aman dan nyaman, dan hasil dialisis dapat optimal.
1.

Pengamatan pada pasien meliputi:

a. Observasi TTV setiap jam, dan setiap lebih sering untuk pasien yang dalam kondisi
kritis.
b. Observasi akses vaskuler (rembesan darah, pembengkakan, hematom).
c. Observasi keluhan pasien selama dialisis berlangsung
2.

Pengamatan mesin meliputi:

a. Pengamatn dializer (adanya bekuan dan posisi dializer)

15

b. Sambungan AV fistula dengan Blood Line.


c. Sambungan Blood Line dengan Dializer.
d. Observasi tekanan Vena dan Arteri.
e. Observasi Tekanan Membran Pressure (TMP)
f.

Observasi Ultra Filtrasion Goal (UFG) meliputi pemasukan cairan selama proses
dilaisis berlangsung (minum, infus, sonde, transfusi darah dan cairan priming).

g. Observasi time left (waktu):

Lama dialisis 4- 5 jam pada pasien reguler.

Pasien baru 2-3 jam

h. Observasi parameter lain :

I.

Temperature mesin 36-37C

Konduktifitas Mesin 12-15 mS

Detektor udara berfungsi dengan baik

Alarm berfungsi dengan baik.

Mengakhiri Hemodialisis
1.
Lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.
2.
Tekan End Of Treatment pada mesin Bbrau dan Retrans pada mesin
3.

Nipro.
Tutup klem pada V Blood line dan V fistula, sedang pada A blood line

4.

dan A fistula di biarkan terbuka


Buka klem NACL dan biarkan mengalir ke A fistula hingga nampak

5.

bening kemudian klem.


Buka klem pada V blood line dan V fistula, dan jalankan pompa darah

6.
7.
8.

hingga kecepatan maksimal 150 ml/menit hingga nampak bening.


Matikan pompa darah dan klem V blood line dan V Fistula.
Lepaskan ujung AV blood line denga ujung AV fistula.
Cabut AV fistula, kemudian tekan daerah penusukan lembut hingga
darah berhenti keluar, kemudian tutup dengan kasa steril dan fiksasi

9.
10.
11.
12.
13.
14.

dengan plester.
Lepaskan dializer dan blood line dari mesin.
Jalankan program desinfeksi pada mesin
Rapikan pasien dan onservasi TTV
Buka APD dan buang pada tempat sampah infeksius
Timbang BB pasien setelah proses dialisis
Lakukan kebersihan tangan.

16

BAB V
LOGISTIK
A. Alat Tulis Kantor (ATK)
Kebutuhan ATK dipenuhi oleh Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan RSUD
Tenriawaru Bone melalui buku permintaan setiap awal bulan.
B. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana terkordinasi dengan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit (IPSRS) untuk untuk pemeliharaan alat dan gedung. Sedang untuk penyediaan linen
berkordinasi dengan bagian Loundry.
C. Persedian Bahan Habis Pakai (BHP) dan Obat
Untuk bahan habis pakai yang selanjutnya di sebut BHP serta obat yang digunakan
berkordinasi dengan Instalasi Farmasi

khususnya bagian Gudang Farmasi RSUD

Tenriawaru Bone.
Instalasi Hemodialisa membuat perencanaan BHP dan Obat yang akan di gunakan
selama sebulan, kemudian diajukan ke Gudang Farmasi. Selanjutnya Instalasi Farmasi
akan memesan ke rekanan setalah mendapat persetujuan dari pihak manajemen RSUD
Tenriawaru Kab Bone.
D. Pencatatan dan Pelaporan BHP dan Obat
Pencatatan pemakain BHP dilakukan setiap hari oleh petugas Instalasi hemodialisa
pada format yang telah disiapkan. Sedangkan pelaporan pemakaian BHP di serahkan ke
Instalasi Farmasi dalam hal ini bagian gudang farmasi setiap bulan.

17

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Setiap pasien yang datang ke RSUD Tenriawaru Bone, termasuk pasien
Hemodialisa, akan mendapat pelayanan sebaik-baiknya secara maksimal dari petugas yang
1.
2.
3.
4.
5.
6.

ada, dengan mengacu kepada enam (6) sasaran keselamatan pasien yaitu:
Ketepatan Identifikasi Pasien
Peningkatan Komunikasi Efektif.
Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai.
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien Hemodialisis.
Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan prosedur Hemodialisis.
Pengurangan resiko pasien jatuh atau cedera pada saat tindakan
Hemodialisis.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

18

Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karyawan yang terjadi dilingkungan RS, dengan
memberikan perlindungan pada karyawan yang sedang bekerja dengan menggunakan alat
perlindungan diri ( APD ). Olehnya perlu diperhatikan hal-hal sebagi berikut:
1. Melaksanakan kewaspadaan Universal (kewaspadaan standar dan berdasar transmisi)
secara menyeluruh (petugas dan pasien).
2. Penataan ruangan, aksebilitas, penerangan, dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada pasien safety.
3. Isolasi Mesin HD hanya di khususkan untuk pasien yang positif HbsAg, sedang pada
pasin dengan positif HcV dan HIV tidak dilakukan isolasi mesin HD.
4. Tidak malakukan Pencucian Dializer untuk pemakain Dializer pakai ulang (Re-Use).

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengawasan

19

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar


pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang ditetapkan
dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Pengawasan memberikan dampak positif
berupa :
1. Menghentikan

atau

meniadakan

kesalahan,

penyimpangan,

penyelewengan,

pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.


2. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidaktertiban.
3. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan
melaksanakan tugas yang dibebankan.
B. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang
terjadi sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian. Bertujuan agar semua
kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna. Dilaksanakan sesuai
dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan
yang berlaku.
Empat langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan yaitu :
1. Penyusunan standar biaya, standar performance mutu, standar kualitas pelayanan.
2. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan atau pelayanan
yang ditawarkan terhadap standar tersebut.
3. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan.
4. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu ; membangun upaya-upaya-upaya yang
berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
C. Bentuk-Bentuk Pengawasan dan Pengedalian Mutu
Beberapa bentuk pengawasan dan pengedalian mutu di Instalasi Hemodialisa RSUD
Tenriawaru Bone adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pertemuan ruangan untuk menetapakan indikator mutu unit kerja, indikator

mutu area klinis, dan indikator sasaran keselamatan pasien dan insiden lain.
2. Menetapkan penanggung jawab untuk pengumpulan data, pencatatan, analisis dan

pelaporan data.
3. Pelaporan data dilakukan setiap bulan dan diserahkan kepada Komite Mutu dan

Keselamatan Pasien (KMKP).


4. Menyusun instrument penilaian staf dan melakukan penilaian kinerja setiap bulannya.

20

5. Melakukan analisis dan tindak lanjut hasil analisis kinerja staf Instalasi Hemodialisa

setiap enam bulan.


6. Melaporkan hasil anlisis kinerja staf Instalasi Hemodialisa kepada yang berwenang.
7. Melakukan penilaian kinerja unit dan analisis kinerja Instalasi Hemodialisa setiap

bulannya, serta membuat laporan dan rencana tindak lanjut serta rekomendasi kepada
bidang pelayanan medik.

D. Pembinaan
Pembinaan terhadap staf

dan karyawan RSUD Tenriawaru Bone, Kuhusunya Instalasi

Hemodialisa sangat diperlukan untuk menjaga mutu atau meningkatkan mutu layanan
Instalasi Hemodialisa dengan melakukan:
1. Pertemuan ruitin bulanan staf Instalasi Hemodialisa.
2. Melakukan supervisor atau konsultasi dengan tenaga medis atau non medis lainnya.

E. Pengembangan
1. Pengembangan sarana dan prasanana yang ada di Instalasi Hemodialisa berupa
penambahan jumlah mesin HD dan perluasan ruangan.
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia yang ada di Instalasi Hemodialisa dengan
mengikuti kegiatan keilmuan berupa:
a. Pelatihan Hemodialisa
b. Mengikuti Pertemuan Ilmiah Tahunan

Perhimpunan

Nefrologi

Indonesia

(PERNEFRI) maupun Ikakatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI).


c. Mengikuti seminar dan Workshop khusunya di bidang Dialisis.
d. Mengikuti pelatihan, Seminar dan Workshop tentang kesehatan selain Dialisis.

BAB X
PENUTUP
Dengan meningkatnya jumlah penderita yang memerlukan pelayanan hemodialisis,
maka sepatutnya menjadi perhatian unsur-unsur pemberi pelayanan untuk meningkatkan
dan mengembangkan pelayanan demi pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain sarana
prasarana, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia juga perlu diperhatikan.

21

Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik adalah
harapan dari para konsumen kesehatan. Melalui pelayanan prima, diharapkan kualitas hidup
para penderita gagal ginjal kronis dapat ditingkatkan dan dapat berperan produktif pada
bangsa dan negara

Watampone 12 Januari 2016


Direktur

dr. Hj.Nurminah A. Yusuf, MARS


Pangkat : Pembina Utam Muda / IV c
NIP : 19641206 199903 2 002

22

Anda mungkin juga menyukai