KELOMPOK B11
1102009302
1102009166
1102009165
1102009224
Opialeta putri
1102009214
Roni Fajri
1102009254
1102008305
Skenario 4:
BISIKAN GAIB
Laki-laki, , 25 tahun dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memecahkan kaca
jendela. Alasannya ada bisikan gaib di dekat telinga nya yang memerintahkannya melakukan
tindakan tersebut. Sudah dua pekan ini pasien mengalami insomnia dan menarik diri , kadang
bicara sendiri yang bila ditegur marah (iritabel). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini
satu tahun yang lalu ,setelah dirawat di RSJ seminggu pasien dibolehkan pulang,tapi tak mau
berobat jalan dan jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik : kesadaran compos
mentis,kontak psikik tidak wajar,sikap kurang kooperatif ; Afek tumpul, tidak serasi; fungsi
kognitif seperti atensi,konsentrasi,orientasi dan memori tidak terganggu; terdapat waham
kejar dan halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit
dopamine pada urin. Dokter menduga pasien menderita gangguan skizofrenia sebagai bentuk
gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran(deteriorasi). Akhirnya dokter
memberikan injeksi neuroleptika yang akan dilanjutkan dengan program
psikoterapi,sosioterapi dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai muslim pasien
masih bias melaksanakan ibadah mahdhoh.
TIU 1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik dan kortikol
1.1 Anatomi dan faal sistem limbik
Sistem limbik itu melibatkan telenchepalon dan dienchepalon.
Sistem limbik disusun oleh :
A.
Lobus limbik (broca)
Merupakan bangunan berbentuk huruf C yang melingkari corpus callosum.
Terdiri dari :
Gyrus subcallosum s.subiculum
Gyrus cingulli
Gyrus parahippocampi
B.
Formatio hippocampi
Meliputi :
Hippocampus
Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atas sepanjang dasar
cornu inferior ventriculus lateralis.
Ujung depannya membentuk pes hippocampi. Dilapisi ependim,
dibawahnya ada alveus (berupa substansia alba) yang kemudian akan
membentuk fimbria.
Fimbria kemudian berlanjut menjadi crus fornix yang mengelilingi
thalamus dan menyetu lagi membentik corpus fornix.
Berfungsi dalam proses belajar dan ingatan sekarang.
Gyrus dentatus
Merupakan berkas substansia grissea yang terletak diantara fimbria
hippocampi dengan gyrus gippocampi.
Saling mengunci satu sama lain dengan hippocampus.
Subiculum s.gyrus subcallosum
Terlatak antara hippocampus dengan gyrus para hippocampus
C.
Nucleus amygdaloideus
Berbentuk seperti buah almond. Letaknya sebagian di depan dan sebagian di
atas cornu inferior ventriculus lateralis.
Berfungsi dalam :
Jika dipacu, terjadi perubahan suasana hati
Kalau dirusak, terjadi sikap agresif
Melalui hipothalamus, mempercepat kerja endokrin, sex dan
reproduksi.
D.
Hypothalamus
Terletak paling depan di dienchepalon. Terbagi dalam dua kelompok nuclei,
yaitu yang medial dan lateral yang dipisahkan oleh collumna fornix dan tractus
mammillothalamicus.
Fungsi dari hipothalamus antara lain :
Mengontrol sistem saraf otonom
Mengontrol kerja endokrin
Mengontrol suhu tubuh
Mengontrol intake air dan makanan
Mengontrol emosi dan perilaku
Lapis III
: Stratum pyramidale ( sel pyramid yang tersusun berbaris,
lebih kecil dan banyak)
Lapis IV
Lapis V: Stratum ganglionare (terdiri dari sel pyramid Betz, lebih besar dan
lebih sedikit)
Lapis VI
Area
Brodma
n
1,2,3
4
Letak
Fungsi
sentuhan
Mengontrol
gerak sadar
Gyrus pre
centralis
Lobulos
parietalis
superior
sterognosia
Gyrus pre
centralis
Pengaturan
gerakan anggota
badan dan bola
mata
Lobulus
parietalis
superior
Visuo motorik
Gyrus frontalis
superior et
media
Kontrol gerakan
bola mata
Cortex premotorix
Lapangan penglihatan frontal
7
persepei
Lobus frontalis
medialis
9,10,11,
12
Gyrus frontalis
superior et
media
Berpikir
Lobus frontalis
medialis
Perencanaan
gerakan
Kognitif
17
Tepi fissura
calcarina
Penglihatan
18
Gyrus occipitalis
medialis et
lateralis
Penglihatan
Gyrus occipitalis
medialis et
lateralis
Penglihatan
19
kedalaman
Warna
Gerakan
kedalaman
20
Area penglihatan
inferotemporal
Gyrus temporalis
inferior
Penglihatan
bentuk
21
Aea penglihatan
inferotemporal
Gyrus temporalis
media
Penglihatan
bentuk
22
Cortex pendengaran
Gyrus temporalis
Pendengaran
23,24,2
5,26,27
superior
bicara
Gyrus cinguli
Emosi
Area
subcollosum
Area
retrosplenium
Gyrus parahippocampi
28
29,30,3
1,32,33
34,35,3
6
37
Gyrus
parahipocampi
Penciuman
Gyrus cinguli
Emosi
emosi
Area
retrosplenium
Gyrus
parahippocampi
Penciuman
Gyrus temporalis
media et
lateralis
Persepsi
emosi
Penglihatan
Baca
bicara
38
Polus temporalis
39
Penciuman
emosi
Lobulus
parietalis inferior
(gyrus angularis)
Persepsi
Penglihatan
Baca
bicara
40
Lobulus
parietalis inferior
(gyrus supra
marginalis)
Pendengaran
41
Gyrus heschl
Pendengaran
Gyrus temporalis
superior
42
Gyrus heschl
Pendengaran
Gyrus temporalis
superior
43
Cortex pengecapan
Cortex insulae
Pengecapan
Opperculum
fronto parietalis
44
Area broca
Cortex premotorik lateral
Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis)
45
Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis
46
Cortex asosiasi
prefrontalis(cortex prefronto
dorsolateralis)
Gyrus frontalis
media
Bicara
Perencanaan
gerakan
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
Kendali gerakan
mata
47
Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsifungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan
tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah
gangguan badan ataupun jiwa.
stres
yg menyerang otak merupakan stimuli dari luar yg dapat berupa
reaksi fisik,
psikis atau sosial
c. faktor perkembangan ( psikodinamik )
{ perkembangan
badaniah yg salah maksudnya adalah setiap faktor yg
mengganggu perkembangan fisik dapat menyebabkan gangguan
mental. Bisa berasal dari keturunan atau lingkungan ( kelainan
Xsom, konstitusi, cacat kongenital, gangguan otak)
{ perkembangan psikologik yg salah mungkin disebabkan oleh
berbagai jenis deprivasi dini, pola keluarga yg patogenik dan
masa remaja yg dilalui secara tdk baik.
{ factor sosilogik dalam perkembangan yg salah contohnya
adat istiadat
dan kebudayaan yg kaku ataupun perubahan2 yg ceat dalam
unia modern, sehingga menimbulkan stres pd individu.
2. faktor pencetus ( peristiwa yg langsung baik fisik /
psikososial yg menyebabkan timbulnya gejala2 sakit jiwa )
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
3.2 Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua
sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu
sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta
jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra,
SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai
25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia
25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga
sedarah.
3.3 Etiologi
1. Model Diatesis-stres
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan. Model ini
mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang
jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan
perkembangan skizofrenia.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (missal
kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat
terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan
trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan mengapa
orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar kerentanan seseorang maka stressor
kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh
stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis
seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun
stressornya.
2. Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan
pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara
kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang
menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis.
Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin
melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran
penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi
antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari
meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai
ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan
kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.
b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat
menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
3. Faktor Genetika
Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan
salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang
menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang
juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak
kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada
munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami skizofrenia.
4. Faktor Psikososial
Teori Tentang Individu Pasien
a. Teori Psikoanalitik
Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan, yang
muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik antara id
dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud,
kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia.
Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego
belum atau masih baru terbentuk.
Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta kerusakan ego-yang
mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut memperparah symptom
skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek dan
regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain.
Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh
kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa
yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.
Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan ego
mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari dalam,
seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal
balik ibu dan anak.
Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi masing-masing
pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin mengindikasikan persepsi individu
bahwa dunia dalamnya telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari
ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga
merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.
b. Teori Psikodinamik
Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik setelahnya
lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus. Hambatan dalam
membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa
kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.
Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan onset akut
sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan adanya konflik.
Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya
perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin
timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego
yang mendasar.
Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun
berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam
skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya
terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan
hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.
c. Teori Belajar
Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia belajar
pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan
meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.
Teori Tentang Keluarga
Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrikberasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang patologis, yang secara
signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia.
Antara lain:
Double Blind
Konsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk menjelaskan keadaan
keluarga dimana anak menerima pesan yang bertolak belakang dari orangtua berkaitn dengan
perilaku, sikap maupun perasaannya. Akibatnya anak menjadi bingung menentukan mana
pesan yang benar, sehingga kemudian ia menarik diri kedalam keadaan psikotik untuk
melarikan diri dari rasa konfliknya itu.
Menurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat perpecahan yang jelas
antara orangtua, salah satu orang tua akan menjadi sangat dekat dengan anak yang berbeda
jenis kelaminnya. Sedangkan pada pola keluarga skewed, terjadi hubungan yang tidak
seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan perebutan kekuasaan
antara kedua orangtua, dan menghasilkan dominasi dari salah satu orang tua.
Pseudomutual and Pseudohostile Families
Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress ekspresi emosi dengan
menggunakan komunikasi verbal yang pseudomutual atau pseudohostile secara konsisten.
Pada keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin tidak sesuai dan
menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Ekspresi Emosi
Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, kejam dan sangat ingin
ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian menunjukkan keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan)
meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia.
Teori Sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh
dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini
adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan
penyakit.
3.4 Menifestasi klinis
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu primer
dan sekunder.
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu
terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide
lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan
sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila dimaksudkan
berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak mempunyai
tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari,
lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak
dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan
dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya
seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga
dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan
blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa
hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang
berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts.
Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau
stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak
ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada
inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide
timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah.
Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi
dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity of affect
dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.
3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak
dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu
memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai
mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka
menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan. Kadang-kadang penderita
melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat
hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk
berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk
kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi
sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga
dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini
oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati
juga pada penyakit lain.
Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan
hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak
kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini
dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya
pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh
waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang
negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali
hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia
terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita
menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya
menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa
kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi
pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah
stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada
mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang
disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari
negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam
gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan
ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).
Gejala-gejala sekunder :
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi
penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat
diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan,
umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya
dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua
kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang
bersifat waham (delutional interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar.
Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya
sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau
seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat
kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut
isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran,
waham dosa, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala
yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia
ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau
siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa
(gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang
kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa
ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih
sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka
biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau
muka orang yang menakutkan.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun
pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan
perasaannya. Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau double personality, misalnya
penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah
tidak adalagi. Atau pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang
bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan
sesuatu.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia
seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di
sekitarnya.
Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala
primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek
dan kemauan.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia
adalah:
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak
ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia
mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu
diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini.
Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis
skizofrenia.
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan
sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe
mungkin berubah.
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial
budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu
mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai
koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan
di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat
keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.
3.5 DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kulitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
(withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dati luar; atau
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar; atau
- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
-
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
3.6 KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam
PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi
masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata / menonjol.
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan
tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat
dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar
orang memahami jalan pikiran pasien.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan
c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi
episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis
harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala
yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan
social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan
adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka
hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita
mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin
lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi
pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi
pengemis, pelacur, atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak
berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
Skizofrenia laten.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin
pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat.
Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya
terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam
dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa
pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
Pseudoneurotik.
Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom
ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom
prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya perubahan
social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa
langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang
pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini
diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami
kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga
ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat,
pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup.
Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada,
sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai
anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara
kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin
menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian,
yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat
tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan,
mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan
bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain,
Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur,
control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.
biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes
fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dan lakilaki yang berusia lebih dari 30 tahun.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan
antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas
antikolinergik yang bermakna.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk terjadinya
relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik,
dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang
pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium
(eskalith), suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau
suatu benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan,
karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.
Obat Lain
Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen
pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada
pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.
Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam
kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti efektif
dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan
sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada
beberapa pasien skizofrenia.
Benzodiazepin
Nonfarmakoterapi
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian saat
mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang mempunyai
sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar monozigotik
adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk menyarankan
bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui tetapi kemungkinan
spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan terapetik
tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan yang
memiliki berbagai segi.
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,
penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat
perbaikkan klinis.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :
1. Untuk tujuan diagnostik.
2. Menstabilkan medikasi.
3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.
4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan
system pendukung masyarakat.
Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an medikasi antipsikotik telah
menyebabkan revolusi dalam pengobatan skizofrenia. Tetapi, antipsikotik mengobati
gejala gangguan dan bukan suatu penyembuhan skizofrenia.
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga
adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.
Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus mengendalikan
intensitas emosional dari session.
3.10 PROGNOSIS
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun
setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira
10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat
digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang,
eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angkaangka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan
penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan
perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk
menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala
yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya
selama seluruh hidupnya.
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek
Prognosis Baik
Prognosis Buruk
Onset lambat
Onset muda
Onset akut
Menikah
Gejala negatif
TIU 4
Memahami
dan
menjleaskan
hukum
penderita
skizofrenia
melaksanakan
ibadah
mahdoh
Ibadah
Mahdhah,
Banyak relaps
artinya
Riwayat penyerangan
penghambaan
yang
murni
hanya
merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini
memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal
atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul
oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
. .
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada, yang populer disebut
bidah: Sabda Nabi saw.: . .
.
.
.
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan
salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. Itikaf
9. Shiyam ( Puasa) , haji, umrah, Tajhiz al-Janazah.
DAFTAR PUSTAKA