Anda di halaman 1dari 40

SKENARIO 4 BISIKAN GAIB

KELOMPOK B11

KETUA : Wisnu Budi Prayoga

1102009302

SEKERTARIS : Marsha Danessa

1102009166

ANGGOTA : Marinda Nur

1102009165

Puput Indah Pratiwi

1102009224

Opialeta putri

1102009214

Roni Fajri

1102009254

Riska Putri Agussy

1102008305

Skenario 4:

BISIKAN GAIB

Laki-laki, , 25 tahun dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memecahkan kaca
jendela. Alasannya ada bisikan gaib di dekat telinga nya yang memerintahkannya melakukan
tindakan tersebut. Sudah dua pekan ini pasien mengalami insomnia dan menarik diri , kadang
bicara sendiri yang bila ditegur marah (iritabel). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini
satu tahun yang lalu ,setelah dirawat di RSJ seminggu pasien dibolehkan pulang,tapi tak mau
berobat jalan dan jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik : kesadaran compos
mentis,kontak psikik tidak wajar,sikap kurang kooperatif ; Afek tumpul, tidak serasi; fungsi
kognitif seperti atensi,konsentrasi,orientasi dan memori tidak terganggu; terdapat waham
kejar dan halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit
dopamine pada urin. Dokter menduga pasien menderita gangguan skizofrenia sebagai bentuk
gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran(deteriorasi). Akhirnya dokter
memberikan injeksi neuroleptika yang akan dilanjutkan dengan program
psikoterapi,sosioterapi dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai muslim pasien
masih bias melaksanakan ibadah mahdhoh.

TIU 1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik dan kortikol
1.1 Anatomi dan faal sistem limbik
Sistem limbik itu melibatkan telenchepalon dan dienchepalon.
Sistem limbik disusun oleh :
A.
Lobus limbik (broca)
Merupakan bangunan berbentuk huruf C yang melingkari corpus callosum.
Terdiri dari :
Gyrus subcallosum s.subiculum
Gyrus cingulli
Gyrus parahippocampi
B.
Formatio hippocampi
Meliputi :
Hippocampus
Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atas sepanjang dasar
cornu inferior ventriculus lateralis.
Ujung depannya membentuk pes hippocampi. Dilapisi ependim,
dibawahnya ada alveus (berupa substansia alba) yang kemudian akan
membentuk fimbria.
Fimbria kemudian berlanjut menjadi crus fornix yang mengelilingi
thalamus dan menyetu lagi membentik corpus fornix.
Berfungsi dalam proses belajar dan ingatan sekarang.
Gyrus dentatus
Merupakan berkas substansia grissea yang terletak diantara fimbria
hippocampi dengan gyrus gippocampi.
Saling mengunci satu sama lain dengan hippocampus.
Subiculum s.gyrus subcallosum
Terlatak antara hippocampus dengan gyrus para hippocampus
C.
Nucleus amygdaloideus
Berbentuk seperti buah almond. Letaknya sebagian di depan dan sebagian di
atas cornu inferior ventriculus lateralis.
Berfungsi dalam :
Jika dipacu, terjadi perubahan suasana hati
Kalau dirusak, terjadi sikap agresif
Melalui hipothalamus, mempercepat kerja endokrin, sex dan
reproduksi.
D.
Hypothalamus
Terletak paling depan di dienchepalon. Terbagi dalam dua kelompok nuclei,
yaitu yang medial dan lateral yang dipisahkan oleh collumna fornix dan tractus
mammillothalamicus.
Fungsi dari hipothalamus antara lain :
Mengontrol sistem saraf otonom
Mengontrol kerja endokrin
Mengontrol suhu tubuh
Mengontrol intake air dan makanan
Mengontrol emosi dan perilaku

Mengontrol irama sikardian


Mengontrol tidur
E.
Nucleus anterior thalami
Terletak disekelinling foramen interventriculare. Menerima input dari
hippocampus via fornix lalu melanjutkannya ke gyrus cingulli.
F.
Nucleus medio dorsalis thalami
Menerima input dari nuclei thalami, cortex prefrontalis, area subcallosum dan
ganglia basalis lalu mengirimkan output ke cortex prefrontalis.terletak di
sekeliling ventriculus tertius.
G.
Area septi
Merupakan bagian dari nuclei tel-enchepalon yang dibentuk oleh : cortex area
septi, gyrus para terminalis dan gyrus subcallosum. Terletak diantara septum
pellucidum dengan communissura anterior.
Penghubung dari sistem limbik adalah :
- alveus
fimbria
- fornix
tractus mammillatothalamicus
- stria terminalis
stria medullaris
Faal Sistem Limbik
Peran sistem limbik
menguasai aksi yang memuaskan kebutuhan dasar dan emosi, sistem
limbik berhubungan dengan hipotalamus yang berperan penting dalam
emosi dan respon terhadap stres atau pusat stres (flight or fight)
mampu memobilisasi tubuh untuk bereaksi
pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinctif
Sistem Limbik atau otak tengah
yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia
Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan
ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh
(tekanan darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi
ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri.
Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap
sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun
kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya hanya empat
gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan,
minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus
mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah
bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan
mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar.
Serebum atau korteks serebral
membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebum
adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai
keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan
kreativitas. Fungsi : pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi,
kreativitas, pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebum

dibungkus oleh suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf setebal


seperdelapan inci yang amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai
korteks serebral. Sifat kortekslah yang merumuskan kita sebagai manusia.
Area terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak
adalah serebrum atau yang sering disebut 'otak kiri dan kanan'.
Serebum membagi tugas ke dalam dua kategori utama yaitu tugas otak
kanan dan otak kiri.
tugas otak kanan antara lain irama, kesadaran ruang, imajinasi,
melamun, warna, dimensi dan tugas tugas yang membutuhkan kesadaran
holistik atau gambaran keseluruhan. Tugas otak kiri antara lain katakata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis.
Istilah-istilah populer yang memayungi kegiatan

belahan otak kiri adalah


- Akademik
- Intelektual
- Bisnis
Belahan otak kanan :
- Artistik
- Kreatif
- Naluriah
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kekuatan dan kelemahan
yang berkelanjutan dari keterampilan kortikal setiap orang lebih
merupakan fungsi kebiasaan daripada desain dasar otak. Bila seseorang
memiliki kelemahan pada area tertentu, kemudian dilatih maka
keterampilan dan kekuatan orang tersebut di area-area lain ikut menguat.
Misalnya A lemah dalam keterampilan menggambar dilatih menggambar
dan melukis, maka kinerja akademisnya akan meningkat secara
keseluruhan, terutama pada bidang-bidang seperti geometri dimana

persepsi dan imajinasi berperan penting.


Contoh lain adalah keterampilan yang dimiliki otak kanan yaitu melamun
yang sangat penting bagi ketahanan hidup otak. Melamun memberi
istirahat yang sangat diperlukan kepada bagian-bagian otak yang
melakukan pekerjaan analitis dan pengulangan, melatih pemikiran
proyektif dan imajinatif dan memberi kita kesempatan untuk
mengintehrasikan dan mencipta. Kebanyakan jenisu besar menggunakan
lamunan yang diarahkan untuk membantu mereka memecahkan masalah,
menghasilkan ide dan mencapai tujuan.
Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala
dan hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi,
menunjukan seorang penderita epilepsi yang mendapat terapi operasi
otak dengan diangkatnya amigdala dan hypocampus memperlihatkan
gejala hiperseks dan rakus setelah operasi.
Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan untuk
menjelaskan struktur tepi sekeliling regio basal serebrum, dan pada
perkembangan selanjutnya diperluas artinya keseluruh lintasan neuronal
yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.
Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur
berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga mengatur kondisi
internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan
untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini
secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat
pengaturannya dengan perilaku.
Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton
diterangkan Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik (Guyton,
1997:937)
1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan
timbulnya rasa haus dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas
emosi binatang seperti timbulnya rasa marah yang hebat dan
keinginan berkelahi.
2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila
dirangsang menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu
makan dan binatang menjadi tenang.
3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang
terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila
disertai dengan perangsangan pada area kelabu dibagian tengah
mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian hipotalamus
biasanya berhubungan dengan rasa takut dan reaksi terhukum.
4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa
area hipotalamus. Khususnya pada sebagian besar bagian anterior
dan posterion hipotalamus.
Hipotalamus, daerah pengatur utama untuk sistem limbik,
berhubungan dengan semua tingkat limbik. Hipotalamus mewakili kurang
dari 1 persen masa otak, namun merupakan bagian penting dari jaras

pengatur keluaran sistem limbik. Sebagai contoh perangsangan


Kardiovaskular hipotalamus. Perangsangan efek neurogenik pada sistem
kardiovaskular meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan tekanan
arteri, peningkatan atau penurunan frekuensi denyut jantung. Pada
umumnya, perangsangan bagian posterior dan lateral hipotalamus
meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung, sedangkan
perangsangan area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan.
Pengaturan gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik
lateral berhubungan dengan pusat lapar, bila daerah ini rusak maka pada
percobaan binatang, akan terjadi kehilangan nafsu makan menyebabkan
kematian karena kelaparan (lethal starvation). Pusat kenyang terdapat di
nukneus ventromedial, bila daerah ini dirangsang dengan listrik pada
binatang percobaan akan menghentikan makannya dan benar-benar
mengabaikan makanannya. Bila area ventromedial ini rusak secara
bilateral maka, maka binatang tersebut jadi rakus, dan terjadi kegemukan
yang hebat.(Guyton, 1997:933)

1.2 Anatomi dan faal sistem kortikol


Cortex cerebri
Berdasarkan perkembangan filogenetik dibedakan 2 daerah cortex.
Allocortex :Ditemukan pada Rhin-encephalon (berhubungan dengan
penciuman).Allocortex secara evolusi menjelaskan bahwa cortex ini telah
dipunyai oleh vertebrata yang masih rendah. Pada manusia jumlahnya
hanya 10 %terutama menempati formatio hippocampi yang merupakan
bagian dari sistem limbik.
Allocortex(heterogenik cortex) terdiri dari 3 lapis sel,dibedakan pula
atas:
a. Paleocortex
*terdapat pada makhluk sederhana dan berpusat pada Rhin-encephalon
yang juga terdapat pada manusia.

b. Archicortex (lebih maju dari paleocortex


Neocortex (isocortex) ditemukan pada bagian lain cortex.
Pada manusia meliputi 90% cortex cerebri. Secara evolusi hal ini
menunjukkan bahwa otak manusia berkembang sangat pesat dibanding
species sebelumnya, dan pembesaran otak tersebut mencakup bagian
yang dikenal sebagai neocortex tersebut.
Cortex cerebri (yang merupakan kulit otak) : Menampung 10 sampai 30
milyar neuron dan dihubungkan oleh kurang lebih 100.000 km axon dan
dndrit.
Neocortex disebut juga sebagai isocortex atau cortex homogenik. Bentuk
selnya memang uniformis dengan 6 lapis sel. Paleocortex disebut juga
sebagai cortex-heterogenik atau allocortex punya sel-sel yang beragam
Neocortex (homogenik cortex) dibedakan pula atas
Mesocortex :cortex dengan 6 lapis sel yang membungkus lobus limbik.
Ectocortex : cortex dengan 6 lapis sl yang membentuk cortex supra
limbik dan membentuk seluruh cortex cerebri.
Neocortex (6 lapis)
Lapis I
: Stratum moleculare (terdiri dari ujung seraut yang berasal
dari bagian dalam cortex)
Lapis II

: Stratum granulare externa (terdiri dari sel granula, padat)

Lapis III
: Stratum pyramidale ( sel pyramid yang tersusun berbaris,
lebih kecil dan banyak)
Lapis IV

: Stratum granulare interna( terdiri dari sel granula tipis)

Lapis V: Stratum ganglionare (terdiri dari sel pyramid Betz, lebih besar dan
lebih sedikit)
Lapis VI
Area
Brodma
n
1,2,3
4

: Stratum fusiform (terdiri dari sel fusiform yang irreguler)


Area fungsional

Letak

Fungsi

Cortex somato sensorik primer Gyrus post


centralis

sentuhan

Cortex motorik primer

Mengontrol
gerak sadar

Gyrus pre
centralis

Cortek somatosensorik tertier


Area asosiasi parietal
posterior

Cortex motorik suplementer


Lapangan penglihatan
suplementer

Lobulos
parietalis
superior

sterognosia

Gyrus pre
centralis

Pengaturan
gerakan anggota
badan dan bola
mata

Lobulus
parietalis
superior

Visuo motorik

Gyrus frontalis
superior et
media

Kontrol gerakan
bola mata

Cortex premotorix
Lapangan penglihatan frontal
7

Area asosiasi parietal superior

Lapangan penglihatan frontal

persepei

Lobus frontalis
medialis
9,10,11,
12

Cortex asosiasi prefrontalis


Lapangan penglihatan frontal

Gyrus frontalis
superior et
media

Berpikir

Lobus frontalis
medialis

Perencanaan
gerakan

Kognitif

17

Cortex penglihatan primer

Tepi fissura
calcarina

Penglihatan

18

Cortex penglihatan sekunder

Gyrus occipitalis
medialis et
lateralis

Penglihatan

Gyrus occipitalis
medialis et
lateralis

Penglihatan

19

Cortex penglihatan tertier


Area visual temporalis media

kedalaman

Warna
Gerakan
kedalaman

20

Area penglihatan
inferotemporal

Gyrus temporalis
inferior

Penglihatan
bentuk

21

Aea penglihatan
inferotemporal

Gyrus temporalis
media

Penglihatan
bentuk

22

Cortex pendengaran

Gyrus temporalis

Pendengaran

23,24,2
5,26,27

Cortex asosiasi limbik

superior

bicara

Gyrus cinguli

Emosi

Area
subcollosum
Area
retrosplenium
Gyrus parahippocampi

28

Cortex olfactorius primer


Cortex asosiasi limbik

29,30,3
1,32,33

Corex asosiasi Limbik

34,35,3
6

Cortex olfactorius primer

37

Gyrus
parahipocampi

Penciuman

Gyrus cinguli

Emosi

emosi

Area
retrosplenium

Cortex asosiasi limbik


Cortex asosiasi parieto
tempora occipital
Area visualis medialis

Gyrus
parahippocampi

Penciuman

Gyrus temporalis
media et
lateralis

Persepsi

emosi

Penglihatan
Baca
bicara

38

Cortex olfactorius primer

Polus temporalis

Cortex asosiasi limbik

39

Cortex asosiasi parieto


tempral occipital

Penciuman
emosi

Lobulus
parietalis inferior
(gyrus angularis)

Persepsi
Penglihatan
Baca
bicara

40

Cortex asosiasi parieto


tempral occipital

Lobulus
parietalis inferior
(gyrus supra
marginalis)

Pendengaran

41

Cortex pendengaran primer

Gyrus heschl

Pendengaran

Gyrus temporalis
superior
42

Cortex pendengaran sekunder

Gyrus heschl

Pendengaran

Gyrus temporalis
superior
43

Cortex pengecapan

Cortex insulae

Pengecapan

Opperculum
fronto parietalis
44

Area broca
Cortex premotorik lateral

Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis)

45

Cortex asosiasi prefrontalis

Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis

46

Cortex asosiasi
prefrontalis(cortex prefronto
dorsolateralis)

Gyrus frontalis
media

Bicara
Perencanaan
gerakan
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
Kendali gerakan
mata

47

Cortex asosiasi prefrontalis

Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis

Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku

TIU 2 Memahami dan menjelaskan gangguan kejiwaan


2.1 Definisi gangguan jiwa

Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan


mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang
tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan
dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau

ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsifungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan
tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.

Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive


terhadap stresor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan
pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik
individu.
Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara
klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan (distres) atau hendaya
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia (Maslim, 2002).

2.2 Macam-macam gangguan kejiwaan


Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari
abnormal. Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama,
yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan
yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia
dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan
sebelumnya,
kelainan
yang
berkembang
atau
kelainan
yang
bermanifestasi kemudian dalam kehidupan
Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis.
Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan.
Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami
dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang
dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering kehilangan
kontak realita.
Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan
digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada
gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan
jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom
perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik,

Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental,


gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional
dengan onset masa kanak dan remaja.
1). Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi
personalitas
yang
terbesar.
sebab-musabab
dan
patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien
tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan
menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang
bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati
biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak cacat (Ingram et
al.,1995).
2). Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri
(Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi dianggap
normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia
tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung
sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
3). Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami
oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi
masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Penyebabnya
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas
kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat
berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan,
sedang, berat dan kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orangorang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan
bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi
sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak
berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid,
kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian
axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik,

kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,


kepribadian inadequat, Maslim (1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994).
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak..
6). Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan
fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif.
Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan
dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang
terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis,
1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran
dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari
anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor
ini saling mempengaruhi.. Pada gangguan otak seperti trauma kepala,
ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian.
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering
lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan
demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

2.3 Menjelaskan Penyebab Gangguan Psikotik


Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat
pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis
(psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,

akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah
gangguan badan ataupun jiwa.

1.Faktor - Faktor Somatik


a. Neuroanatomi.
b. Neurofisologi.
c. Neurokimia.
d. Tingkat kematangan & perkembangan organik.
e.Faktor-faktor pre dan perinatal.
2.Faktor Faktor Psikogenik
a.Interaksi ibu dan anak
b.Peranan ayah.
c.Persaiangan antar saudara kandung.
d.Intelegensi.
e.Persaiangan dalam keluarga, pekerjaan, permainan & masyarakat.
f.Kehilangan kecemasan, depresi, rasa salah/ maluu.
g.Konsep dini : identitas diri.
h.Keterampilan, bakat, & kreativitas.
i.Pola adaptasi & pembelaan.
j.Tingkat perkembangan emosi.
3.Faktor- Faktor Sosio Budaya (Sosiogenik).
a.Kestabilan keluarga.
b.Pola mengasuh anak.
c.Tingkat ekonomi.
d.Perumahan : kota >< desa.
e.Masalah kelompok minoritas.
f.Pengaruh rasial dan keagamaan.
g.Nilai-nilai.
Secara umum penyebab gangguan jiwa dibedakan menjadi 2; yaitu:
1. faktor predisposisi ( dari dalam )
a. genetik
{ Xsom ( kromosom ) x erat hubungannya dg
gangguan afektif, sehingga gangguan afektif lebih sering pada
wanita
{ Kromosom Y erat kaitannya dg kenakalan
{ Kepribadian : domestik pada perempuan ;
liar pada laki2
b. vulnerabilitas otak / stress diathesis (mudah terluka )

stres
yg menyerang otak merupakan stimuli dari luar yg dapat berupa
reaksi fisik,
psikis atau sosial
c. faktor perkembangan ( psikodinamik )
{ perkembangan
badaniah yg salah maksudnya adalah setiap faktor yg
mengganggu perkembangan fisik dapat menyebabkan gangguan
mental. Bisa berasal dari keturunan atau lingkungan ( kelainan
Xsom, konstitusi, cacat kongenital, gangguan otak)
{ perkembangan psikologik yg salah mungkin disebabkan oleh
berbagai jenis deprivasi dini, pola keluarga yg patogenik dan
masa remaja yg dilalui secara tdk baik.
{ factor sosilogik dalam perkembangan yg salah contohnya
adat istiadat
dan kebudayaan yg kaku ataupun perubahan2 yg ceat dalam
unia modern, sehingga menimbulkan stres pd individu.
2. faktor pencetus ( peristiwa yg langsung baik fisik /
psikososial yg menyebabkan timbulnya gejala2 sakit jiwa )

Stres fisik. Hal ini menyebabkan penyakit jiwa lewat fungsi


otak dan berupa sindrom otak organik.
Contoh : ensefaliti, infeksi virus sistemik,perubahan2
hormon, kimia, zat racun dan obat2an.

Stres psikososial. Terutama berakibat sebagai


depresi .
Contoh : putus hubungan dg saudara,
renggangnya persahabatan.

TIU 3 Memahami dan menjelaskan Skizofrenia


3.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat
dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam
hubungan interpersonal.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas,

serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
3.2 Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua
sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu
sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta
jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra,
SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai
25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia
25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga
sedarah.
3.3 Etiologi
1. Model Diatesis-stres
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan. Model ini
mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang
jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan
perkembangan skizofrenia.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (missal
kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat
terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan
trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan mengapa
orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar kerentanan seseorang maka stressor
kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh
stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis
seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun
stressornya.
2. Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan
pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara
kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang
menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis.
Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin
melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran

penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi
antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari
meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai
ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan
kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.
b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat
menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
3. Faktor Genetika
Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan
salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang
menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang
juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak
kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada
munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami skizofrenia.

4. Faktor Psikososial
Teori Tentang Individu Pasien
a. Teori Psikoanalitik
Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan, yang
muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik antara id
dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud,
kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia.
Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego
belum atau masih baru terbentuk.
Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta kerusakan ego-yang
mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut memperparah symptom
skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek dan
regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain.
Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh
kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa
yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.
Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan ego
mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari dalam,

seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal
balik ibu dan anak.
Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi masing-masing
pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin mengindikasikan persepsi individu
bahwa dunia dalamnya telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari
ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga
merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.
b. Teori Psikodinamik
Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik setelahnya
lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus. Hambatan dalam
membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa
kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.
Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan onset akut
sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan adanya konflik.
Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya
perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin
timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego
yang mendasar.
Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun
berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam
skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya
terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan
hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.
c. Teori Belajar
Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia belajar
pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan
meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.
Teori Tentang Keluarga
Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrikberasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang patologis, yang secara
signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia.
Antara lain:
Double Blind
Konsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk menjelaskan keadaan
keluarga dimana anak menerima pesan yang bertolak belakang dari orangtua berkaitn dengan
perilaku, sikap maupun perasaannya. Akibatnya anak menjadi bingung menentukan mana
pesan yang benar, sehingga kemudian ia menarik diri kedalam keadaan psikotik untuk
melarikan diri dari rasa konfliknya itu.

Schims and Skewed Families

Menurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat perpecahan yang jelas
antara orangtua, salah satu orang tua akan menjadi sangat dekat dengan anak yang berbeda
jenis kelaminnya. Sedangkan pada pola keluarga skewed, terjadi hubungan yang tidak
seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan perebutan kekuasaan
antara kedua orangtua, dan menghasilkan dominasi dari salah satu orang tua.
Pseudomutual and Pseudohostile Families
Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress ekspresi emosi dengan
menggunakan komunikasi verbal yang pseudomutual atau pseudohostile secara konsisten.
Pada keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin tidak sesuai dan
menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Ekspresi Emosi
Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, kejam dan sangat ingin
ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian menunjukkan keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan)
meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia.
Teori Sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh
dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini
adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan
penyakit.
3.4 Menifestasi klinis
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu primer
dan sekunder.
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu
terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide
lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan
sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila dimaksudkan
berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak mempunyai
tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari,
lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak
dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan
dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya
seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga
dimarahi dan dipukuli.

Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan
blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa
hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang
berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts.
Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau
stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak
ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada
inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide
timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :

Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi


acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.

Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah.

Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi
dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity of affect
dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.

Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,


umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi
mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk
skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :
-

Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti


penderita yang sedang bermain sandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk


melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu
sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.

Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan


mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci
satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang
sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.

3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak
dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu

memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai
mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka
menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan. Kadang-kadang penderita
melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat
hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.

Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.

Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk
berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk
kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi
sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga
dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini
oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati
juga pada penyakit lain.
Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan
hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak
kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini
dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya
pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh
waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang
negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali
hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia
terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita
menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya
menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa
kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi
pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah
stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada
mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang
disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari
negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam
gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan
ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).

Gejala-gejala sekunder :
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi
penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat
diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan,
umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya
dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua
kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang
bersifat waham (delutional interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar.
Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya
sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau
seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat
kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut
isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran,
waham dosa, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala
yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia
ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau
siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa
(gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang
kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa
ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih
sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka
biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau
muka orang yang menakutkan.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun
pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan
perasaannya. Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau double personality, misalnya
penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah
tidak adalagi. Atau pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang
bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan
sesuatu.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia
seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di
sekitarnya.
Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala
primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek
dan kemauan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia
adalah:
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak
ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia
mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu
diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini.
Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis
skizofrenia.
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan
sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe
mungkin berubah.
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial
budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu
mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai
koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan
di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat
keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.
3.5 DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kulitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
(withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dati luar; atau
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar; atau
- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
-

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

3.6 KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam
PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi
masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi
tawa.
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien


skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama
penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai
kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan
ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien
skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya,
respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan
tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik
paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi
social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan
tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri


(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan


kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
-

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan
tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat
dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar
orang memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.


3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan
serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah
atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya)
f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis
terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik


untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan
afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan


yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan
medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau
cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam
salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci.
Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan
c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi
episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis
harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala
yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan
social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan
adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka
hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung


pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
-

gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,


bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia


lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita
mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin
lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi
pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi
pengemis, pelacur, atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak
berdasarkan DSM IV TR), antara lain :

Bouffe delirante (psikosis delusional akut).

Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar


lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis
gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira
empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya
diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.

Skizofrenia laten.

Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat


konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit
mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik
skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat
mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering
merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal.
Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan
pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga
dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

Oneiroid.

Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin
pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat.
Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya
terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam
dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa
pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.

Parafrenia.

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid.


Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk
secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini
menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.

Pseudoneurotik.

Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti


kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan
pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia,
panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang
menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas
(free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien,
mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu
asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan.
Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap
pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu
pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan,
penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia,
penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak
struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.
3.7 DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan medis
psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonia
disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang
paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, atau gangguan katatonia
akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat terjadi awal
dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum perkembangan gejala lain. Dengan demikian
klinisi harus mempertimbangkan berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam
diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya,
pasien dengan gangguan neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan
lebih menderita akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang
dapat membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum
tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam
mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak
lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua, klinisi harus berusaha
untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk riwayat gangguan medis,

neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu


kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya.
Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak
yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.
Berpura-pura dan Gangguan buatan
Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang
sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita
skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah sakit
psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya mungkin memenuhi
diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya memilki alasan financial dan
hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala
psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder).
Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu
eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat
dirawat di rumah sakit.
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat
pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif.
Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi) gejala yang
sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung
singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi
kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya.
Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif
berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.
Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh
(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya
atau suatu gangguan mood.
Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena
tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi. Gejala afektif atau
mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya
informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir atau
harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya membuat diagnosis skizofrenia secara
prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia;
gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian dengan
gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala
yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup pasien, dan tidak adanya
onset tanggal yang dapat diidentifikasi.
3.8 PERJALANAN PENYAKIT

Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom
ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom
prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya perubahan
social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa
langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang
pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini
diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami
kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga
ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat,
pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup.
Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada,
sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai
anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara
kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin
menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian,
yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat
tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan,
mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan
bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain,
Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur,
control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.

3.9 Penatalaksanaan Skizofrenia


Farmakoterapi
Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:
1. Antagonis reseptor dopamine
2. Risperidone ( ris perdal )
3. Clozapine ( clozaril )
Pemilihan Obat
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia.
Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
jumlah fungsi mental yang cukup normal.

b. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek


mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip
parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah
tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.
Remoxipride adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari
pada antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini
disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride
disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.
2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna
pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ).
Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis
reseptor dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum
diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor
D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai
aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu
efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks
darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive
dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai
dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.
Prinsip-Prinsip Terapetik
1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus
digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada
dosis yang adekuat.
4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah
jarang diindikasikan.
5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.
Pemeriksaan Awal
Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu yang
cukup singkat. Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali clozapine, tanpa
melakukan pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri pasien. Pada pemeriksaan

biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes
fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dan lakilaki yang berusia lebih dari 30 tahun.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan
antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas
antikolinergik yang bermakna.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk terjadinya
relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik,
dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang
pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium
(eskalith), suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau
suatu benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan,
karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.
Obat Lain

Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen
pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada
pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.

Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam
kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti efektif
dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan
sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada
beberapa pasien skizofrenia.

Benzodiazepin

Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien yang


tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang
berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis
dapat di eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.

Nonfarmakoterapi
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian saat
mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang mempunyai
sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar monozigotik
adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk menyarankan
bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui tetapi kemungkinan
spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan terapetik
tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan yang
memiliki berbagai segi.
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,
penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat
perbaikkan klinis.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :
1. Untuk tujuan diagnostik.
2. Menstabilkan medikasi.
3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.
4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan
system pendukung masyarakat.
Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an medikasi antipsikotik telah
menyebabkan revolusi dalam pengobatan skizofrenia. Tetapi, antipsikotik mengobati
gejala gangguan dan bukan suatu penyembuhan skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu


mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit
tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat
jalan.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah
masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus di arahkan untukk mengikat pasien dengan
fasilitas pasca rawat termasuk keluarganya, keluarga angkat, board and care homes,
dan half way house. Pusat perawatan di siang hari ( day care center ) dan kunjungan
rumah kadang-kadang dapat membantu pasien tetap di luar rumah sakit untuk periode
waktu yang lama dan dapat memperbaiki kualitas kahidupan sehari-hari pasien.
Terapi Somatik Lainnya
Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi
pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang
efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling
mungkin berespon.
Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin
(insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced
coma).
Terapi Psikososial
Terapi Perilaku
Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan
praktis, dan komunikasi interpersonal.
Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau
menyimpang dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )
Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat
secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan
alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan penggunaan
kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role playing ) dalam
terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan.
Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasik dan
menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Jika masalah
memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan
masalah secara cepat.

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga
adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.
Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus mengendalikan
intensitas emosional dari session.

3.10 PROGNOSIS
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun
setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira
10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat
digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang,
eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angkaangka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan
penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan
perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk
menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala
yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya
selama seluruh hidupnya.
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek

Prognosis Baik

Prognosis Buruk

Onset lambat

Onset muda

Faktor pencetus yang jelas

Tidak ada factor pencetus

Onset akut

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual dan


pekerjaan premorbid yang
baik

Riwayat social dan pekerjaan premorbid


yang buruk

Gejala gangguan mood


(terutama gangguan
depresif)

Prilaku menarik diri atau autistic

Menikah

Sistem pendukung yang buruk

Riwayat keluarga gangguan


mood

Gejala negatif

Sistem pendukung yang baik


Gejala positif

Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Tanda dan gejala neurologist


Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun

TIU 4
Memahami
dan
menjleaskan
hukum
penderita
skizofrenia
melaksanakan
ibadah
mahdoh

Ibadah
Mahdhah,
Banyak relaps
artinya
Riwayat penyerangan
penghambaan
yang
murni
hanya
merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini
memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal
atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul
oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

64 Dan Kami tidak mengutus seorang


Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7 Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka
ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

. .

.Shalatlah kamu seperti


kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada, yang populer disebut
bidah: Sabda Nabi saw.: . .


.
.
.
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:


.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan
salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. Itikaf
9. Shiyam ( Puasa) , haji, umrah, Tajhiz al-Janazah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia


cetakan ke 2. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta
2. Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi susunan Saraf Manusia. CV Langgeng Sejati : Jakarta
3. Kaplan, Harold. 1997. Synopsis of Psychiatry 8th ed.
4. Guyton. 1997. Fisiologi Manusia. EGC : Jakarta
5. www.medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai