Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

ANESTESI UMUM

Pembimbing :
dr. Uus Rustandi, Sp. An
dr. Ruby Satria Nugraha, Sp. An, Mkes
dr. Rizki, Sp. An

Penyusun :
Marsha Danessa Kepanitraan Klinik Ilmu
1102009166 Anestesi
Rumah Sakit Umum Daerah
Arjawinangun
Periode Juni 2017
Fakultas Kedokteran
UniversitasYARSI
ANASTESI UMUM

DEFINISI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa
Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"),

secara umum berarti suatu tindakan


menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
TUJUAN
Anestesi memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:

Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaran

Analgesia: hilangnya respon terhadap nyeri

Muscle relaxant: relaksasi otot rangka


Pilhan cara anestesi
Umur

Status fisik

Posisi pembedahan

Keterampilan dan kebutuhan dokter pembedah

Keterampilan dan pengalaman dokter anestesiologi

Keinginan pasien
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM

a. Penilaian pra bedah


Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, kebugaran
untuk anastesi, klasifikasi status fisik

b. Premedikasi
Bertujuan mengurangi kekhawatiran pasien, melancarkan
induksi, mencegah mual, menurunkan sekresi saliva

c. Induksi Anastesi
The American Society of Anesthesiologists
(ASA)
Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.

Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.Contohnya:


pasien batu ureter dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien appendisitis akut
dengan lekositosis dan febris.

Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin
terbatas.Contohnya: pasien appendisitis perforasi dengan septisemia, atau pasien ileus
obstrukstif dengan iskemia miokardium.

Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas
rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.Contohnya: Pasien
dengan syok atau dekompensasi kordis.

Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan


hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.Contohnya: pasien tua dengan perdarahan basis
kranii dan syok hemoragik karena ruptur hepatik.

Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda
darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE
Premedikasi
Obat-obat yang sering digunakan:
Analgesik narkotik
Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
Morfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Fentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3gr/kgBB
Analgesik non narkotik
Ponstan
Tramol
Toradon
Hipnotik
Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
Pentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB
Sedatif
Diazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis 0,1mg/kgBB
Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5 mg/kgBB
Dehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Anti emetic
Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg),dosis 0,001 mg/kgBB
DBP
Narfoz, rantin, primperan.
INDUKSI ANASTESI

Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi


tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan
pembedahan.

Induksi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi,


intramuscular atau rectal.

Setelah pasien tidur akibat induksi anestesia langsung


dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesia sampai tindakan
pembedahan selesai.
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan STATICS:

S :Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.Laringo-


Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup
terang.

T :Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia< 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan
> 5 tahun dengan balon (cuffed).

A :Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-
faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar
untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.

T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I :Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

C :Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S :Suction penyedot lender, ludah dan lain-lainnya.


Stadium anastesi
Stadium I
Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik
sampai hilangnya kesadaran.Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya reflekss
bulu mata (untuk mengecek refleks tersebut bisa kita raba bulu mata).

Stadium II
Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan
pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+), pergerakan bola mata
tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya reflekss
menelan dan kelopak mata.

Stadium III
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya
pernapasan spontan.Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan, hilangnya
reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.

Stadium IV
Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan
sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien sebaiknya tidak mencapai
stadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi yang berlebihan.
TEKNIK ANESTESI UMUM

Induksi intravena
Induksi intramuskular
Induksi inhalasi
Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas
spontan
Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan
Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali
(kontrol)
Induksi intravena
Obat-obat induksi intravena:

1. Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000


mg
sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai
kepekatan 2,5% ( 1ml = 25mg). hanya boleh digunakan
untuk intravena dengan dosis 3-7 mg/kg disuntikan
perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.
Bergantung dosis dan kecepatan suntikan tiopental akan
menyebabkan pasien berada dalam keadaan sedasi,
hypnosis, anestesia atau depresi napas. Tiopental
menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor, tekanan
intracranial dan diguda dapat melindungi otak akibat
kekurangan O2 .
2. Propofol (diprivan, recofol)

Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat


isotonic dengan kepekatan 1% (1ml = 1o mg). suntikan intravena
sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya
dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.

Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk


anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk
perawatan intensif 0.2 mg/kg. pengenceran hanya boleh dengan
dekstrosa 5%. Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun dan pada
wanita hamil
3. Ketamin (ketalar)
Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia,
hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat
menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.

Sebelum pemberian sebaiknya diberikan sedasi midazolam


(dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis0,1 mg/kg
intravena dan untuk mengurangi salvias diberikan sulfas
atropin 0,01 mg/kg.

Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg.


ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml =
10mg), 5% (1 ml = 50 mg), 10% ( 1ml = 100 mg).

4. Opioid (morfin, petidin,


fentanil, sufentanil)

Diberikan dosis tinggi.


Tidak menggaggu kardiovaskular, sehingga banyak
digunakan untuk induksi pasien dengan kelianan
jantung.
Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis 20-50
mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.
Induksi intramuscular

Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat


diberikan secara intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB
dan setelah 3-5 menit pasien tidur.

Induksi per rectal


Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan
thiopental atau midazolam.
Induksi inhalasi
N2O
- Gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen
monoksida berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak
iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara.

- Pemberian harus disertai O2 minimal 25%.

- Bersifat anastetik lemah, analgesinya kuat, sehingga sering


digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan.

- Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tapi


dikombinasi dengan salah satu cairan anastetik lain seperti
halotan.
Halotan (fluotan)

- Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan


anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan
diberikan analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar
faring laring.

- Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya


tonus simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi
perifer, depresi vasomotor, depresi miokard, dan inhibisi
refleks baroreseptor.

- Merupakan analgesi lemah, anestesi kuat.

- Halotan menghambat pelepasan insulin sehingga


mininggikan kadar gula darah.
Isofluran (foran, aeran)
- Meninggikan aliran darah otak dan tekanan intracranial.
- Peninggian aliran darah otak dan tekanan intracranial dapat
dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga
isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.
- Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal,
sehingga digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan
banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner.

Sevofluran (ultane)
- Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
isofluran.
- Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas,
sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping
halotan.
Sungkup muka (dengan nafas spontan)

Indikasi :
Tindakan singkat ( - 1 jam)
Keadaan umum baik (ASA I II)
Lambung harus kosong

Prosedur :
Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)
Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa
diberikan obat penenang) efek sedasi/anti-anxiety
:benzodiazepine; analgesia: opioid, non opioid, dll
Induksi
Pemeliharaan
Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan

Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube)


endotrakea (ET= endotrakeal tube) kedalam trakea
via oral atau nasal.

Indikasi; operasi lama, sulit mempertahankan airway


(operasi di bagian leher dan kepala)
Prosedur :
1. Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil dgn durasi
singkat)
2. Intubasi setelah induksi dan suksinil
3. Pemeliharaan

Teknik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 1 mnt
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendorong kepala
sedikit ekstensi mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit demi sedikit,
menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok) atau angkat
epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar luar )
8. Temukan pita suara warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukan ET melalui rima glottis
10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu napas( alat
resusitasi )
Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali
(kontrol)

Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa


bernafas dan pasien dikontrol pernafasanya dengan
kita memberikan ventilasi 12-20 x permenit.Setelah
operasi selesai pasien dipancing dan akhirnya bisa
nafas spontan kemudian kita akhiri efek anestesinya.

Teknik sama dengan diatas

Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)

Pemeliharaan, obat pelumpuh otot dapat diulang


pemberiannya
RUMATAN ANESTESI (MAINTAINANCE)
Dapat dikerjakan secara intravena (anestesi intravena total) atau
dengan inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi.

Rumatan anestesi mengacu pada trias anestesi yaitu tidur rinan


(hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien
selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang
cukup.

Rumatan intravena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil


10-50 g/kgBB. Dosis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur dengan
analgesia cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh otot.
Rumatan intravena dapat juga menggunakan opioid dosis biasa, tetapi
pasien ditidurkan dengan infuse propofol 4-12 mg/kgBB/jam. Bedah
lama dengan anestesi total intravena, pelumpuh otot dan ventilator.
Untuk mengembangkan paru digunakan inhalasi dengan udara + O2 atau
N2O + O2.

Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 dengan


perbandingan 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-4% atau
isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4% bergantung apakah pasien
bernapas spontan, dibantu atau dikendalikan.
TATALAKSANA JALAN NAPAS

Manuver tripel jalan napas

Terdiri dari:
Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital.
Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula
Mulut dibuka
Dengan maneuver ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas
bebas, sehingga gas atau udara lancer masuk ke trakea lewat
hidung atau mulut.
A. Jalan napas faring
Jika maneuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan
napas mulut-faring lewat mulut (oro-pharyngeal airway) atau
jalan napas lewat hidung (naso-pharyngeal airway).

B. Sungkup muka
Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau system
anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan
tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat
mulut atau hidung.

C. Sungkup laring (Laryngeal mask)


Merupakan alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa
besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang
pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa
trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa kerasdari polivinil atau
lembek dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.
D. Pipa trakea (endotracheal tube)
Mengantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan
biasanya dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Pipa
trakea dapat dimasukan melalui mulut (orotracheal tube)
atau melalui hidung (nasotracheal tube).

E. Laringoskopi dan intubasi


Fungsi laring ialah mencegah bedan asing masuk paru.
Laringoskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat
laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan pipa
trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal
dua macam laringoskop:
Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi-anak-
dewasa
Bilah lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar-dewasa.
Intubasi trakea
Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke
dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya
berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara
dan bifurkasio trakea.

Indikasi sangat bervariasi dan umumnya digolongkan sebagai


berikut:
Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.
Kelainan anatomi, bedah kasus, bedah posisi khusus,
pembersihan sekret jalan napas, dan lain-lainnya.
Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
Misalnya saat resusitasi, memungkinkan penggunaan
relaksan dengan efisien, ventilasi jangka panjang.
Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
Kesulitan intubasi
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila/gigi depan menonjol
Uvula tak terlihat
Gerak sendi temporo-mandibular terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas
Komplikasi intubasi
Selama intubasi
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi, laring
Merangsang saraf simpatis
Intubasi bronkus
Intubasi esophagus
Aspirasi
Spasme bronkus
Setelah ekstubasi
Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema glottis-subglotis
Infeksi laring, faring, trakea
Ekstubasi
Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar,
jika:
Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi
Ekstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi
sudah ringan dengan catatan tak akan terjadi spasme
laring.
Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring
faring dari sekret dan cairan lainnya.
ALHAMDULILLAH, TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai