Anda di halaman 1dari 15

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN BILIH

(Mystacoleucus padangensis Bleeker 1852) DI SUNGAI NABORSAHAN


DANAU TOBA, SUMATERA UTARA
Growth and Exploitation Rate of Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker 1852) in
Naborsahan River Lake Toba, North Sumatra
ABSTRAK

Ikan bilih merupakan komoditas tangkapan utama di Sungai Naborsahan Danau Toba
Sumatera Utara. Aktivitas penangkapan yang cukup tinggi dikhawatirkan
mempengaruhi pertumbuhan ikan bilih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
pertumbuhan ikan bilih melalui analisis hubungan panjang bobot ikan bilih, pendugaan
parameter pertumbuhan (K, L) berdasarkan persamaan von Bertalanffy. Penelitian ini
dilakukan dari bulan April-September 2013. Pengambilan sampel dilakukan pada 6
stasiun, penentuan stasiun berdasarkan karakteristik sungai, dan habitat ikan.
Pengambilan sampel ikan menggunakan jaring kantong dan jala tebar. Hasil tangkapan
ikan bilih selama penelitian sebanyak 3.145 ekor yang terdiri dari 1.229 ikan betina dan
1.916 ekor ikan jantan. Pola pertumbuhan ikan bilih jantan dan betina bersifat
alometrik positif (P<0,05), ikan bilih jantan panjang asimtotik (L) 162,75 mm,
koefisien pertumbuhan (K) 0,98y-1sedangkan ikan bilih betina panjang asimtotik (L)
152,25 mm, koefisien pertumbuhan (K) 0,80y-1. Laju mortalitas alami ikan bilih jantan
(1,04) dan ikan bilih betina (0,93). Laju eksploitasi ikan bilih jantan (0,71) dan laju
eksploitasi ikan bilih betina 0,45. Nilai rata-rata laju eksploitasi, ikan bilih di Sungai
Naborsahan, Danau Toba telah melebihi nilai laju ekploitasi optimum 0,5.
Kata kunci: pertumbuhan,Mystacoleucus padangensis, sungai,danau
ABSTRACT
Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker 1852) is major fishing commodities in the
Naborsahan river, lake Toba, North Sumatera. The fishing activity will affect fish
growth. The aims of this study were to examinated growth of fish through regression
analysis total lengths with weights, estimation of growth parameters ( K , L ) is based
on the von Bertalanffy equation. The research was conducted from AprilSeptember
2013. Samples were taken at six stations, determinated based on the characteristics of
the river and fish habitat. Fish samplings were done using Jaring Kantong (net bag) and
fishnet. There were 3.145 fishescaptured tail consisting of 1.229 females and 1.916
males. The growth pattern of Barb (male and female) was positive allometric (b>3 and
p<0,05).The asymptotic length (L) of male fish was 162,75 mm, the coefficient
growth (k) was 0,98y-1while the asymptotic length (L) of female fish was 152,25 mm,
the coefficient growth (k) was 0,8 y-1. The natural mortality of male Barb (1,04)and

female (0,93). The exploitation rate value of Barb in Naborsahan river, Lake Toba was
exceeded the optimum exploitation rate value of 0,5.
Keywords: growth,Mystacoleucus padangensis, river, Lake
Pendahuluan
Sungai naborsahan secara administratif terletak di Kecamatan Ajibata Kabupaten
Toba Samosir, Sumatera Utara. Sungai ini merupakan salah satu dari beberapa sungai
yang menjadi inlet ke Danau Toba. Sungai ini mengalir sepanjang tahun dengan debit
sedang. Di bantaran sungai ini terdapat pemukiman penduduk dengan berbagai aktivitas
seperti aktivitas rumah tangga (MCK), penangkapan ikan dan pengolahan ikan.
Aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan sekitar sungai adalah dengan
alat tangkap berupa jala tebar, bubu, jaring kantong dan pancing. Hasil tangkapan ikan
disungai ini seperti ikan nila, lele, gabus, mas, tor dan bilih. Hasil tangkapan nelayan
yang mendominasi di sungai ini adalah ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker).
Hal ini ditandai adanya aktivitas pengolahan ikan bilih yang dilakukan oleh nelayan di
sekitar sungai Naborsahan.
Adanya potensi sumberdaya ikan bilih dan aktivitas penangkapan ikan bilih yang
berlangsung di sungai naborsahan menjadi dasar perlunya kajian mengenaipertumbuhan
dan laju eksploitasi ikan bilih di Sungai Naborsahan. Pola pertumbuhan diduga dengan
melihat nilai b dari hubungan panjang bobot ikan bilih. Pendugaan pola pertumbuhan
ikan dengan cara ini banyak digunakan oleh peneliti diantaranya yaitu (Schneideret al.
2000); (Kalayci et al. 2007); (Soomro et al. 2007); (Yousuf & Khurshid2008); (Musta
& Sinovi 2010);(Jia & Chen 2011); (Subba & Adhikaree 2011);(Fahmi et al. 2013);
(Sedaghat et al. 2013),(Gogoi &Goswami 2014);(Faghani-Langroudi et al.
2014).Pendugaan parameter pertumbuhan menggunakan FISAT juga banyak digunakan
oleh peneliti antara lain yaitu (Aripin & Showers 2000); (Jaiswar et al. 2003); (Cunha et
al. 2007); (Bedairia & Djebar 2009); (Montchowui et al. 2009); (Hashemiet al. 2010);
(Chu et al. 2011); (Montchowui et al. 2011); (Gheshlaghi et al. 2012); (Mirza et al.
2012); (Yankova 2013); (Eydizadehet al. 2013). Penelitian ini bertujuan untuk untuk
mengkaji pertumbuhan ikan bilih melalui analisis hubungan panjang bobot ikan bilih,
pendugaan parameter pertumbuhan berdasarkan persamaan von Bertalanffy, mortalitas
dan laju eksploitasi ikan bilih di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara.

Bahan dan Metode


Penelitian ini dilakukan di Sungai Naborsahan Kecamatan Ajibata Kabupaten
Toba Samosir Sumatera Utara. Pengambilan sampel dilakukan pada enam stasiun.
Penentuan stasiun berdasarkan karakteristik sungai dan habitat ikan bilih. Stasiun
pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 1. Pengambilan sampel dilakukan setiap
bulan dari bulan April-September 2013. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium
Terpadu MSP Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Lokasi penelitian di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara.


Pengambilan sampel ikan menggunakan alat tangkap jaring kantong dan jala
jebar.Sampel ikan bilih yang diperoleh langsung dimsukan ke dalam ice box untuk
diamati di laboratorium. Panjang total diukur di atas kertas milimeter blok (ketelitian 1
mm), dan bobot tubuh ditimbang dengan timbangan digital merk Fomsonic model FR1000A (ketelitian 0,01 g). Semua sampel ikan dibedah dari bagian anus ikan mengarah
punggung lalu turun sampaikepangkalsirip dada dan diamati bagian gonadnya untuk

menentukan jenis kelamin.


Pola perumbuhan ikan diketahui melalui analisis hubungan panjang dan bobot
ikan. Hubungan panjang dengan bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa
bobot ikan bilih sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Analisis pertumbuhan panjang
dan bobot bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan bilih di perairan. Untuk

mencari hubungan antara panjang dan bobot ikan bilih digunakan persamaan sebagai
berikut (Effendie 1979;Effendie, 1997):
W = aLb
Keterangan:
W = berat ikan (gram)
L = panjang ikan (mm)
a dan b =konstanta

Dengan pendekatan regresi linier maka hubungan kedua parameter tersebut


dapat dilihat. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter
yang dianalisis. Uji t digunakan untuk menguji nilai b sama dengan 3 atau tidak (Steel
danTorrie 1980). Jika nilai b lebih besar dari 3 berarti pertambahan panjang ikan
tidaksecepat pertambahan berat atau disebut juga dengan pola pertumbuhan
allometrikpositif, sedangkan bila nilai b lebih kecil dari 3 berarti kecepatan
pertambahanpanjang ikan lebih besar dari berat ikan dan disebut juga pola
pertumbuhanallometrik negatif. Jika nilai b sama dengan 3 berarti pertambahan
panjangsebanding dengan pertambahan berat sehingga disebut juga dengan
polapertumbuhan isometrik.
Sebaran frekuensi panjang total ikan bilih ditentukan berdasarkan selang kelas
dengan mengacu kepada (Walpole& Myers, 1995). Sebaran frekuensi panjang yang
telah ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah
grafik. Pada grafik tersebut dapat dilihat sebuah pergerseran distribusi kelas panjang
setiap bulannya. Pergerseran sebaran kelas panjang menggambarkan pergeseran ukuran.
Hal ini menggambarkan pertumbuhan yang terjadi pada waktu pengamatan.
Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan (K), L dan t0 yang merupakan umur
teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol diduga menggunakan metode ELEFAN
(Spare and Venema 1998, Pauly 1983) yang terakomodasi pada perangkat lunak FISAT
II, kemudian dihitung persamaan Von Bertalanffy (King, 1995). Berikut ini adalah
persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy:
Lt = L [1 e -K(t-t0)]
Keterangan:
Lt
L
K
to

:
:
:
:

Panjang ikan pada saat umur t (satuan)


Panjang asimptot ikan (mm)
Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu)
Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol
4

Pendugaan laju mortalitas total (Z) dihitung berdasarkan persamaan Beverton


dan Holt (Spare and Venema 1998) dengan rumus:

Z K

(L L )
( Lc L' )

Keterangan:
K
L
L
Lc
L

:
:
:
:
:

Indeks kurva pertumbuhan Von Bertalanffy


Panjang infiniti (mm)
Rata-rata panjang ikan dalam kelompok umur tertentu
Panjang ikan pertama tertangkap
Panjang ikan terkecil dalam sampel dengan jumlah sudah dapat diperhitungkan.

Laju mortalitas alami (M) diduga dengan metode persamaan empiris Pauly
(1983) dengan rumus:
Log M = -0,0066 0,279 log L + 0,6543 log K + 0,4636 log T
Keterangan:
M

: Mortalitas alami/tahun

: Panjang infiniti (mm)

: Koefisien pertumbuhan per tahun

: Suhu rata-rata tahunan

Nilai Z dan M digunakan untuk menduga laju kematian ikan bilih akibat
penangkapan (F) dengan menggunakan persamaan:
F=ZM
Berdasarkan nilai tersebut maka laju eksploitasi ikan bilih (E) dapat diduga
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
E=

F
Z
Keterangan:
Z = Total laju mortalitas
F = Laju mortalitas penangkapan
E = Laju eksploitasi

Untuk menentukan status eksploitasi (tingkat pemanfaatan) stok dapat diduga


dengan rumus:
E = F / (F + M)
Keterangan:
E = Status eksploitasi;

F = Koefisien kematian penangkapan;


M = Koefisien kematian alami;
Ketentuan:
1. Jika E > 0,5 menunjukkan tingkat eksploitasi tinggi (over fishing).
2. E < 0,5 menunujukan tingkat eksplotasi rendah (under fishing).
3. E = 0,5 menunjukkan pemanfaatan optimal.
(Sparre dan Venema, 1998).

Hasil
Sampel ikan bilih yang diperoleh selama penelitian adalah 3.145 ekor yang terdiri
dari 1.916ekor ikan bilih jantan dan 1.229 ekor ikan bilih betina. Panjang total ikan bilih
yang diperoleh selama penelitian berkisar 35-168 mm dan bobot 1,12-47,55 g. Data
panjang dan bobot ikan bilih yang diperoleh dilakukan analisis regresi untuk
mengetahui hubungannya. Hasil analisis hubungan panjang (L) dan bobot (W) ikan
bilih (Mystacoleuces padangensis Bleeker) di Sungai Naborsahan, Danau Toba
Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan analisis nilai b dengan uji-t
diperoleh nilai b ikan bilih berbeda nyata dengan nilai 3.

Gambar 2. Hubungan panjang dan bobot ikan bilih (Mystacoleuces padangensis


Bleeker) di Sungai Naborsahan, Danau Toba Sumatera Utara.

Gambar3.Distribusi frekuensi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di sungai


Naborsahan, Danau Toba Sumatera Utara.

Tabel 1. Parameter pertumbuhan (L, K dan t0) ikan bilih (Mystacoleucus padangensis
Bleeker) di sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara.
Parameter pertumbuhan
Jenis kelamin
L
t0
K
Jantan

162,75

0,98

-0,21

Betina

152,25

0,80

-0,11

Gabungan

175,35

0,69

-0,06

Berdasarkan hasil analisis mortalitas dapat ditentukan laju eksploitasi ikan bilih di
Sungai Naborsahan, Danau Toba Sumatera Utara untuk ikan bilih jantan diperoleh laju
eksploitasi sebesar 0,7, sedangkan untuk ikan bilih betina laju eksploitasi sebesar 0,45
dan laju eksploitasi ikan bilih gabungan ikan bilih jantan dan betina adalah 0,8.
mortalitas dan laju eksploitasi ikan bilih di Sungai Naborsahan, Danau Toba dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Mortalitas total (Z), alami (M), penangkapan (F) danlaju eksploitasi ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis Bleeker) di sungai Naborsahan, Danau Toba
Sumatera Utara
Jenis kelamin

Total Z

Alami (M)

Penangkapan (F)

Laju Eksploitasi (E)

Jantan

3,55

1,04

2,51

0,7

Betina

1,67

0,93

0,75

0,45

Gabungan

4.04

0,81

3,23

0,8

Pembahasan
Gambar 2 menunjukkan bahwa ikan bilih jantan dan betina di sungai Naborsahan,
Danau Toba Sumatera Utara memiliki nilai b < 3 nilai b (jantan: 2,941 dan betina:
2,946) dengan pola pertumbuhan alometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bobot. Nilai b ikan bilih jantan tidak sama
dengan nilai b ikan bilih betina.Sedaghat et al. (2013) yang melakukan penelitian di
sungai Dalaki, Bushehr, bagian selatan Iran pada ikanCapoeta capoetaintermedia
(Osteichthyes: Cyprinidae) juga memperoleh nilai b yang tidak sama, ikan jantan
(b=3,79; R=0,93) dan betina (b=2,87; R=0,96). Gogoi &Goswami (2014) melaporkan
bahwa ikanAmblypharyngodon mola (Cyprinidae) dari kolam Assam Universitas
Pertanian, Jorhatmempunyai nilai b jantan (b=3,286; R=0,9454) dan betina (b=2,846;
R=0,9531).Ikan Cyprinion macrostomumyang diperoleh dari sungai Gamsaiab Iran

Barat mempunyai nilai b yang berbeda, pada ikan jantan nilai b=3,416 denganR=0,863
dan pada ikan betina nilai b=3,318 dengan R=0,912 (Faghani-Langroudiet al. 2014).
Hasil penelitian tersebut juga berbeda dengan hasil penelitian Barus (2011),
Kartamihardja dan Umar (2011) yang melakukan penelitian ikan bilih di Danau Toba,
namun pada penelitian mereka, tidak melakukan pemisahan antara ikan bilih jantan dan
betina.Barus (2011)menyatakan bahwa pola pertumbuhan ikan bilih di Danau Toba
adalah alometrik dengan nilai b < 3 yaitu 2,922. Kartamihardja dan Umar (2011)
menyatakan bahwa berdasarkan data tahun 2009 dan 2010 pola pertumbuhan ikan bilih
di Danau Toba adalah alometrik positif dengan nilai b > 3, yaitu 3,088 (2009) dan
3,1407 (2010).
Perbedaan nilai b tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor. Bagenal (1978)
menyatakan bahwa perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, jenis
kelamin, tingkat kematangan gonad maupun tahap perkembangan ikan.Nilai-nilai b
pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim, habitat, kematangan gonad,
jenis kelamin, diet, perut kepenuhan, kesehatan, teknik pelestarian dan perbedaan
tahunan dalam kondisi lingkungan (Le Cren 1951). Kalayci et al. 2007 menyatakan
bahwa nilai b dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologis seperti temperatur, suplai
makanan, kondisi pemijahan, dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, umur, waktu dan
daerah penangkapan ikan.Selain itu, kenaikan pertumbuhan, perbedaan usia dan tahap
kematangan serta kondisi lingkungan seperti suhu, salinitas dan musiman dapat
mempengaruhi nilai b untuk spesies yang sama (Hossain 2010).
Zakeyudin (2012) dan Sulistiyarto (2012) juga menyatakan bahwa nilai b pada
ikan Rasbora sangat bervariasi meskipun dari bentuk tubuh sangat mirip satu dengan
yang lainnya. Variasi nilai b diduga lebih ditentukan oleh kondisi lingkungan dan
tingkat kematangan gonad. Sulistiono et al. (2012) menyatakan bahwa hubungan
panjang bobot menunjukkan pertumbuhan yang bersifat relatif artinya dapat berubah
menurut waktu. Apabila terjadi perubahan lingkungan dan ketersediaan makanan di
perkirakan nilai b juga akan berubah.
Distribusi frekuensi ikan bilih berdasarkan jenis kelamin (kanan: jantan, kiri :
betina) dan waktu pengambilan sampel yang ditunjukkan pada Gambar 3.Hasil yang
ditunjukkan pada Gambar 3memperlihatkan perbedaan bentuk kurva distribusi frekuensi
panjang. Pergeseran frekuensi ukuran panjang ikan bilih jantan pada bulan Mei-Juni dan
Juli-Agustus (Gambar 3) menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan ikan bilih

sedangkan pada ikan betina pertumbuhan tampak pada bulan Juni-Juli dan Juli Agustus
(Gambar 3).
Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan ikan bilih dari formula pertumbuhan Von
Bertalanffy diperoleh nilai dugaan panjang asimtotik (L) ikan bilih jantan sebesar
162,75 mm dengan koefisien laju pertumbuhan (K) 0,98y-1. Sedangkan panjang
asimtotik (L) ikan bilih betina sebesar 152,25 mm dengan koefisien laju pertumbuhan
(K) 0,80y-1. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh persamaan Von Bertalanffy
untuk ikan bilih jantan adalah Lt =162,75[1e-0,98(t+0,21)] sedangkan untuk ikan bilih
betina Lt =152,25[1e-0,80(t+0,11)] dan gabungan ikan bilih jantan serta betina persamaan
Von Bertalanffy yang diperoleh adalah Lt =175,35[1e-0,69(t+0,06)]. Berdasarkan hal
tersebut diketahui bahwa ikan bilih jantan mempunyai panjang asimtotik dan nilai K
yang lebih besar daripada ikan bilih betina. Keratas et al. (2007) ikan mas (Cyprinus
carpio) dari Danau Almus Dam, Tokat-Turki mempunyai parameter pertumbuhan yang
berbeda antara ikan jantan dan betina, ikan jantan dengan nilaiL 41,61 cm; K= 0,198y1

; t0=-1,428 dan ikan betina L47,24 cm; K= 0,183 y-1; t0=-1,982.


Penentuan laju eksploitasi diawali dengan penentuan laju mortalitas baik

mortalitas alami maupun mortalitas penangkapan. Laju mortalitas dapat memberikan


gambaran mengenai besarnya stok ikan bilih yang dieksploitasi. Berdasarkan hasil
analisis laju mortalitas ikan bilih di Sungai Naborsahan. Danau Toba Sumatera Utara
diperoleh laju mortalitas ikan bilih jantan (Z) adalah 3,55 y-1dengan laju mortalitas
alami (M) sebesar 1,04y-1 dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 2,51y-1. Sedangkan
laju mortalitas ikan bilih betina (Z) adalah 1,67 y-1dengan laju mortalitas alami (M)
sebesar 0,93y-1dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,75y-1. Hal tersebut
menunjukkan mortalitas alami ikan bilih jantan lebih besar daripada mortalitas alami
betina. Menurut Welcomme (2001) mortalitas alami ikan di perairan lebih disebabkan
oleh predasi walaupun penyakit juga berperan terhadap mortalitas alami. Selain itu
mortalitas alami juga dapat disebabkan oleh predasi (Montchowui et al. 2009). Faktorfaktor yang menyebabkan mortalitas alami ikan di perairan seperti uraian tersebut
diduga dapat menjadi faktor yang menyebabkan mortalitas alami ikan bilih di Sungai
Naborsahan.
Nilai-nilai koefisien mortalitas yang dihitung dalam penelitian ini untuk jantan
dan betina tidak dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya karena tidak adanya
data yang tersedia. Spesies yang sama mungkin memiliki tingkat kematian alami yang

10

berbeda di daerah yang berbeda tergantung pada kepadatan predator dan kompetitor,
yang kelimpahannya dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan ikan (Sparre dan Venema
1998). Bahkan perubahan kecil dalam parameter pertumbuhan dapat mempengaruhi
perhitungan nilai mortalitas ikan (Tserpes dan Tsimenidis 2001).
Laju eksploitasi ikan bilih jantan lebih besar daripada ikan bilih betina. Hal
tersebut menunjukan bahwa ikan bilih jantan dan ikan bilih gabungan terindikasi
terjadinya tekanan penangkapan yang tinggi atau telah terjadi kondisi tangkap lebih
(overfishing). Hal ini dikarenakan laju eksploitasi yang melebihi eksploitasi optimum
(0,5), sedangkan laju eksploitasi ikan bilih betina masih berada di bawah kondisi
eksploitasi optimum. Nilai laju eksploitasi ikan bilih jantan dan gabungan di Sungai
Naborsahan tersebut melebihi nilai laju eksploitasi optimum 0,5.
Mortalitas penangkapan nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan fraksi
mortalitas alami. Laju eksploitasi ikan bilih 0,8 dengan kata lain 80 % kematian ikan
bilih disebabkan oleh penangkapan. Laju eksploitasi ikan bilih yang besar disebabkan
oleh intensifnya penangkapan ikan bilih yang berlangsung setiap hari dan sepanjang
tahun dengan alat tangkap yang beragam. Nilai laju eksploitasi ikan bilih jantan yang
lebih besar daripada laju eksploitasi ikan bilih betina juga terbukti dengan hasil
tangkapan ikan bilih selama penelitian yang menunjukkan bahwa ikan jantan (N=1.916)
yang diperoleh jumlahnya lebih banyak dari pada betina (N=1.229). Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 2.
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan
bilih jantan dan betina bersifat alometrik positif (P<0,05) dengan persamaanmodel
pertumbuhan Von Bertalanffy berbasis pada data panjang total padaikan bilih jantan
adalah Lt =162,75[1e0,98(t+0,21)]dan untuk ikan bilih betina Lt =152,25[1e-0,80(t+0,11)]. Nilai
rata-rata laju eksploitasi ikan bilih di Sungai Naborsahan, Danau Toba telah melebihi
nilai laju ekploitasi optimum (0,5).

Daftar pustaka
Aripin IE dan Showers PAT. 2000. Population parameters of small pelagic fishes caught
off Tawi-Tawi, Philippines.Naga, The ICLARM Quarterly. 23 (4): 21-26.

11

Bedairia Adan Djebar AB. 2009. A preliminary analysis of the state of exploitation of
the sardine, Sardina pilchardus (Walbaum, 1792), in the gulf of Annaba, East
Algerian. Animal Biodiversity and Conservation. 32.2: 89-99.
Bagenal T. 1978. Methods for assessment of fish production in freshwater. Third edition.
Blackwell Scientific Publications. Oxford. 365 p.
BarusSRD.2011. Aspek ekobiologi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di
perairan Danau Toba. Sumatera Utara. Tesis. Universistas Sumatera Utara.
Medan.
Chu Wu-Shan, Hou Yi-You, Ueng Yih-Tsong, Wang Jiang-Ping, Chen Hung-Cheng.
2011. Estimates of age, growth and mortality of spotted catfish, Arius maculatus
(Thunberg, 1792), off the Coast of Yunlin, Southwestern Taiwan. African
Journal of Biotechnology. 10 (66): 15416-15421.
Cunha NL, Catella AC, Kinas MA. 2007. Growth parameters estimates for a small fish
of the Pantanal, Brazil: Moenkhausia dichroura (Characiformes; Characidae).
Braz. J. Biol. 67 (2): 293-297.
Eydizadeh A, Eskandary G, MohammadiG, Hashemi SAR. 2013. Population
Dynamicsand Assessmentof Carasobarbusluteus(Heckel, 1843) Inhooral-Azim
Wetland (Khuzestanprovinces, Iran). World Journal of Fish and Marine
Sciences. 5 (4): 430-436.
Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112p.
Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163p
Faghani-Langroudi H, Esmailpour-Chokami H,Mir-Masoud Eslamkhah-Taghizad,
Rohani-Rad M,Mousavi-Sabet H. 2014. Length-weight and length-length
relationships of Cyprinion macrostomum from the Tigris River Drainage.
Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation International Journal of
the Bioflux Society. 7 (4): 235-240.
Fahmi Z, Nurdawati S, Supriyadi F. 2013. Growth and exploitation status
(Channastriata Bloch, 1793) in Lubuk Lampam Floodplains, South Sumatera.
Indonesian Fisheries Research Journal. 19 (1): 1-7.
Gheshlaghi P, Vahabnezhad A, Motlagh SAT. 2012. Growth parameters, mortality rates,
yield per recruit, biomass, and MSY of Rutilus frisii kutum, using length
frequency analysis in the Southern parts of the Caspian Sea. Iranian Journal of
Fisheries Sciences. 11 (1): 48-62.
Gogoi R dan Goswami UC. 2014. Length-Weight relationship and sex ratio of fresh
water fish Amblypharyngodon mola (HAM-BUCH) from Assam. International
Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 1(4): 68-71.

12

Hashemi S, Mortezavi A dan Kashi M. 2010. Population dynamics and assessment of


Barbus gyrpus(Heckel, 1843) and Barbus barbulus (Heckel, 1847) in Karoon
River. Research Journal of Fisheries and Hydrobiology. 5(2): 119-128.
Hossain MY, 2010. Morphometric relationships of length-length of four Cyprinid small
indigenous fish species from the Padma River (NW Bangladesh). Turk. J. Fish.
Aquat. Sci. 10: 131-134.
Schneider JC, LaarmanPW, GowingH. 2000. Length-weight relationships. Chapter 17 in
Schneider, James C. (ed.) 2000. Manual of fisheries survey methods II: with periodic
updates. Michigan Department of Natural Resources, Fisheries Special Report 25, Ann
Arbor. 1-16.

Jia Yin-Tao dan Chen Yi-Feng. 2011. Age Structure and Growth Characteristics of the
Endemic FishOxygymnocypris stewartii (Cypriniformes: Cyprinidae:
Schizothoracinae) in the Yarlung Tsangpo River, Tibet. Zoological Studies.
50(1): 69-75.
Jaiswar AK, Chakraborty SK, Prasad RR, Palaniswamy R, Bommireddy S. Population
dynamics of lizard fish Saurida tumbil (Teleostomi/Synodontidae) from
Mumbai, west coast of India. Indian Journal of Marine Sciences. 32 (2): 147150.
Kalayci F, Samsun N, Bilgin S, Samsun O. 2007. Length-weight relationship of 10 fish
species caught by bottom trawl and midwater trawl from the Middle Black Sea,
Turkey.Turkish Journal of Fisheries and AquaticScience 7:33-36.
Karatas M, iek E, Bausta A,Bausta N, 2007. Age, Growth and Mortality of
Common Carp (Cyprinus carpio Linneaus,1758) population in Almus Dam Lake
(Tokat-Turkey). Journal of Applied Biological Sciences. 1 (3): 81-85.
King M. 1995. Fisheries biology. assestment. and management. Fishing News Books.
London. USA.
Lagler KF, JE Bardach, RR Miller, Pasino DRM. 1977. Ichthyoogy (Second edition).
John Wiley & Sons. New York.
Le Cren ED. 1951. The length-weight relationship and seasonal cycle in gonad weight
and condition in the perch (Perca fluviatilis). Journal of Animal Ecology. 20 (2):
210-219
Mirza ZS. Nadeem MS, Beg MA dan Qayyum M. 2012. Population status and
biological characteristics of common CARP, Cyprinus carpio, in mangla
reservoir (pakistan). The Journal of Animal & Plant Sciences. 22 (4): 933-938.
Montchowui E, Laleye P, Moreau J, Philippart Jean-Claude, Poncin P. 2009. Population
parameters of African carp: Labeo parvus Boulenger, 1902 (Pisces: Cyprinidae)
in the Oum River in Bnin (West Africa). North-Western Journal of Zoology.
5 (1): 26-33.

13

Montchowui E, Chikou A, Ovidio M, Laleye P, Ponncin P. 2011. Population diynamics


of Labei senegalensis Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) in the Oueme
River, Benin. Journal of Fisheries International. 6 (3): 52-58.
Musta B dan Sinovi G. 2010. Reproduction, length-weight relationship and
condition of sardine, Sardina pilchardus (Walbaum, 1792), in the eastern Middle
Adriatic Sea (Croatia). Periodicum Biologorum. 112 (2): 133138.
Pauly D. 1983. A Selection of a simple methods for the assessment of the tropical fish
stock. FAO Fish Circ. Firm / C. 729. Rome.
Sedaghat S, Vatandoost S dan Nowferesti H. 2013. Length-Weight and Length-Length
Relationships of Capoeta capoeta intermedia (Osteichthyes: Cyprinidae) In
Dalaki River Bushehr, South of Iran. World Journal of Fish and Marine
Sciences. 5 (3): 271-274.
Soomro AN, Baloch WA, JafriSIH dan Suzuki H. 2007. Studies on length-weight and
length-length relationships of a catfish Eutropiichthyes vacha Hamilton
(Schilbeidae: Siluriformes) from Indus river, Sindh, Pakistan. Caspian Journal
Environmental Sciences. 5 (2): 143-145.
Sparre P dan VenemaSC. 1998. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Kerjasama FAOPusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Indonesia. 438 p.
Steel RGD and Torrie JH.1998. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Badan penelitian
dan pengembangan perikanan. Terjemahan dari introduction to tropical fish stock
assessment. FAO fish tech. Paper. 306 (10): 376.
Steel RGD and Torrie JH.1981. Prinsiples and procedure of statistic second edition.
Mic graw hill book company. Inc New York. 748 p.
Subba S dan Adhikaree S. 2011. Studies on Length-weight and length-length
relationships of a cold water fish Neolissochilus hexagonolepis (McClelland) from
Tamor River, Nepal. Our Nature. 9: 168-172.
Sulistiono. Arwani M. Aziz KA. 2001. Pertumbuhan ikan belanak (Mugil dussumieri) di
Perairan Ujung Pangkah Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 1 (2): 39-47.
Sulistiyarto B. 2012. Hubungan panjang berat, faktor kondisi dan komposisi makanan
Ikan Seluang (Rasbora argyrotaenia Blkr) di Daratan Banjir Sungai Rungan
Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Hewan Tropika. 1 (2): 62-66.
Umar C dan Kartamihardja ES.2011. Hubungan panjang-berat. kebiasaan makan dan
kematangan gonad Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau
Toba. Sumatera Utara. Bawal. 3 (6): 351-356.
Yankova M. 2013. A study on the growth of horse mackerel (Trachurus mediterraneus
Aleev, 1956) from Bulgarian waters of the Black Sea using length frequency
analysis. J. Black Sea/Mediterranean Environment. 19 (1) : 111-120.
14

Tserpes G dan Tsimenidis N. (2001) Age, growth and mortality of Serranus cabrilla
(Linnaeus, 1785) on the Cretan shelf. Fish. Res. 51: 27-34.
Walpole dan Myers. 1995. Ilmu peluang dan statistika untuk insinyur dan ilmuwan.
Terjemahan RK Ssembiring. ITB Press. Bandung.
Welcomme RL. 2001. Inland fisheries. ecology. and management. London: Fishing
News Book. A division of Blackwell Science. 358 p.

15

Anda mungkin juga menyukai