Anda di halaman 1dari 32

About Me

Library

Seper Junior

himitsuqalbu
Mencoba memberi yang tebaik dengan cara terbaik

Teori Belajar Matematika (Makalah)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada
suatu teori psikologi belajar yang saat ini masih dikembangkan oleh ahli pendidikan.
Kemampuan memahami teori-teori belajar ini merupakan salah satu kompetensi pedagogik
guru, sehingga guru mampu mengembangkan pembelajaran yang memuat tiga macam
aktivitas, yaitu eksplorasi, klarifikasi, dan refleksi.
Secara garis ada dua arus besar dalam perkembangan teori belajar, yaitu aliran Behaviorisme
dan aliran Kognitif. Dua aliran ini memiliki dua pijakan berpikir yang sangat jelas
perbedaannya. Aliran behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku,

sehingga belajar merupakan rangkaian aktivitas mengelola stimulus untuk mendapatkan


respon yang diinginkan, sedangkan aliran kognitif memandang belajar sebagai perubahan
struktur kognitif. Cara pandang tentang proses belajar tentunya akan mempengaruhi
bagiamana cara guru mengajar. Dari dua aliran teori belajar tersebut lahirlah pendekatan
belajar, model pembelajaran, strategi pengajaran, hingga metodenya. Begitu pentingnya
pengetahuan tentang teori belajar ini bagi guru, sehingga guru mampu merancang
pembelajarannya sesuai dengan materi yang hendak dikembangkan, level pengetahuan siswa,
dan teori belajar yang dirujuk.

1.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :


1. Apakah pengertian teori belajar?
2. Bagaimanakah teori belajar Jerome S. Bruner dalam pembelajaran matematika?
3. Bagaimanakah teori belajar Robert M. Gagne dalam pembelajaran matematika?
4. Bagaimanakah teori belajar Skiner dalam pembelajaran matematika?
5. Bagaimanakah teori belajar Van Hiele dalam pembelajaran matematika?
6. Bagaimanakah teori belajar Z. P. Dienes dalam pembelajaran matematika?
7. Bagaimanakah teori belajar W Brownell dalam pembelajaran matematika?
8. Bagaimanakah teori belajar Thorndike dalam pembelajaran matematika?
9. Bagaimanakah teori belajar Gestalt dalam pembelajaran matematika?
10. Bagaimanakah teori belajar Konstruktivisme dalam pembelajaran matematika?

1.3

Tujuan
1. Mengetahui pengertian teori belajar.
2. Mengetahui teori belajar Jerome S. Bruner dalam pembelajaran matematika.
3. Mengetahui teori belajar Robert M. Gagne dalam pembelajaran matematika.
4. Mengetahui teori belajar Skiner dalam pembelajaran matematika.
5. Mengetahui teori belajar Van Hiele dalam pembelajaran matematika.
6. Mengetahui teori belajar Z. P. Dienes dalam pembelajaran matematika.
7. Mengetahui teori belajar W Brownell dalam pembelajaran matematika.
8. Mengetahui teori belajar Thorndike dalam pembelajaran matematika.

9. Mengetahui teori belajar Gestalt dalam pembelajaran matematika.


10. Mengetahui teori belajar Konstruktivisme dalam pembelajaran matematika.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Teori Belajar

Teori belajar atau teori perkembangan mental menurut Ruseffendi (1988) adalah berisi uraian
tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi terhadap mental peserta didik.
Sementara itu, pengertian tentang belajar itu sendiri berbeda-beda menurut teori belajar yang
dianut seseorang. Menurut pandangan modern menganggap bahwa belajar merupakan
kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat
dilihat ketika siswa memperlihatkan tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah laku
sebelumnya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat ketika seseorang
memberi respons yang baru pada situasi yang baru (Gledler, 1986). Hudoyo (1998)
menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku, di mana perubahan tingkah laku tersebut bergantung
kepada pengalaman seseorang.

2.2

Teori Belajar Jerome S. Bruner

Menurut Bruner (dalam Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai


konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika
itu.
Bruner membagi perkembangan intelektual anak dalam tiga kategori, yaitu enaktif, ikonik
dan simbolik (Ruseffendi, 1988). Penjelasan lain, (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa belajar
melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi
baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Bruner
mengemukakan 4 dalil yang penting dalam pembelajaran matematika.

Dalil Penyusunan. Konsep dalam matematika akan lebih bermakna jika siswa
mempelajarinya melalui penyusunan representasi obyek yang dimaksud dan dilakukan
secara langsung. Misalnya, jika seorang guru menjelaskan arti 9 (sembilan), maka
seyogianya guru meminta siswa untuk menyajikan sebuah himpunan yang jumlah
anggotanya sembilan. Dari beberapa pandangan tentang dalil penyusunan Bruner,
maka dapat disimpulkan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif
dalam memahami konsep, prinsip, aturan dan teori. Hal ini dapat diperoleh melalui
pengalaman dalam melakukan eksperimen atau percobaan yang memungkinkan siswa
untuk memahami konsep, prinsip, aturan dan teori itu sendiri.

Dalil Notasi. Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Penggunaan
notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral,
dimana setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan
notasi-notasi yang bertiingkat.

Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman. Pengontrasan dan keanekaragaman sangat


penting dalam melakukan pengubahan konsep difahami dengan mendalam, diperlukan
contoh-contoh yang banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep
tersebut.

Dalil Pengaitan. Materi dalam pelajaran matematika dikenal dengan hirarki yang
sangat ketat. Suatu topik akan menjadi sulit dipahami oleh siswa manakala belum
menguasai materi prasarat yang dibutuhkan. Dengan kata lain bahwa kaitan antara
satu konsep dengan konsep yang lain, satu dalil dengan dalil yang lain, satu topik
dengan topik yang lain dan satu teori dengan teori yang lain sangat erat. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya
dalam melihat atau mengkaji kaitan antara suatu topik dengan topik yang lain atau
satu konsep dengan konsep yang lain, yang dipelajarinya.

2.3

Teori Belajar Robert M. Gagne

Pandangan Gagne tentang belajar dikelompokkan menjadi 8 tipe. Kedelapan tipe tersebut
adalah belajar dengan: (1) isyarat (signal), (2) stimulus respons, (3) rangkaian gerak (motor
chaining), (4) rangkaian verbal (verbal chaining), (5) memperbedakan (discrimination
learning), (6) pembentukan konsep (concept formation), (7) pembentukan aturan (principle
formation) dan (8) pemecahan masalah (problem solving) (Ruseffendi, 1988).

Terdapat 2 di antara 8 tipe belajar yang dikemukakan oleh Gagne yang erat kaitannya dengan
pendekatan pengajuan masalah matematika, yaitu: (1) rangkaian verbal (verbal chaining) dan
(2) pemecahan masalah (problem solving).

Rangkaian verbal (verbal chaining). Rangkaian verbal dalam pembelajaran


matematika dapat berarti mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan konsep,
simbol, definisi, aksioma, lemma atau teorema, dalil atau rumus. Sedangkan
pengertian rangkaian verbal itu sendiri menurut Ruseffendi (1988) adalah perbuatan
lisan terurut dari dua rangkaian kegiatan atau lebih stimulus respons. Dengan
memperhatikan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa tipe belajar rangkaian
verbal dapat mengantarkan siswa dalam mengaitkan antara skemata yang telah
dimiliki siswa dengan unsur-unsur dalam matematika yang akan dipelajarinya.

Pemecahan Masalah (Problem solving). Pengajuan masalah merupakan langkah


kelima setelah empat langkah Polya dalam pemecahan masalah matematika (Gonzales,
1996). Berkaitan dengan pandangan ini, Brown dan Walter (1993) menjelaskan bahwa
dengan melihat tahap-tahap kegiatan antara pengajuan dan pemecahan masalah, maka
pada dasarnya pembelajaran dengan pengajuan masalah matematika merupakan
pengembangan dari pembelajaran dengan pemecahan masalah matematika. Dukungan
lain mengenai keeratan hubungan antara kedua pendekatan yang dimaksud di atas
adalah tuntutan kemampuan siswa untuk memahami masalah, merencanakan dan
menjalankan strategi penyelesaian masalah. Ketiga langkah tersebut juga merupakan
langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan pengajuan masalah
matematika (Silver et al., 1996). Selain itu, Cars (dalam Sutawidjaja, 1998) menegaskan
bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika,
maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membiasakan siswa
mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika sesuai dengan situasi yang
diberikan oleh guru.

Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. objek
tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah,
ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak
langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.

Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti simbol-simbol


matematika. Fakta bahwa 2 adalah simbol untuk kata dua, simbol untuk operasi
penjumlahan adalah + dan sinus suatu nama yang diberikan untuk suatu fungsi
trigonometri. Fakta dipelajari dengan cara menghafal, drill, latiahan, dan permainan.

Keterampilan (Skill) adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau
memperoleh suatu hasil tertentu. contohnya, keterampilan melakukan pembagian
bilangan yang cukup besar, menjumlahkan pecahan dan perkalian pecahan desimal.
Para siswa dinyatakan telah memperoleh keterampilan jika ia telah dapat
menggunakan prosedur atau aturan yang ada dengan cepat dan tepat.keterampilan
menunjukkan kemampuan memberikan jawaban dengan cepat dan tepat.

Konsep adalah ide abstrak yang memunkinkan seseorang untuk mengelompokkan


suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan
contoh dari ide abstrak tersebut. Contoh konsep himpunan, segitiga, kubus, lingkaran.
siswa dikatakan telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan
contoh dan bukan contoh. untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus dapat
menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh dan yang
bukan contoh.

Prinsip adalah pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih.
Prinsip merupakan yang paling abstrak dari objek matematika yang berupa sifat atau
teorema. Contohnya, teorema Pytagoras yaitu kuadrat hipotenusa pada segitiga sikusiku sama dengan jumlah kuadrat dari dua sisi yang lain. Untuk mengerti teorema
Pytagoras harus mengetahui konsep segitiga siku-siku, sudut dan sisi. Seorang siswa
dinyatakan telah memahami prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau
teorema yang ada; dapat mengenal dan memahami konsep-konsep yang ada pada
prinsip tersebut; serta dapat menggunakannya pada situasi yang tepat.

2.4

Teori Belajar Skiner

Ia berpendapat bahwa dalam eksperimen Pavlov seharusnya setelah anjing diberi stimulus
berupa bunyi bel, anjing tersebut seharusnya bisa mengambil makanan sendiri. Dalam
matematika; untuk merangsang siswa mau belajar maka diberi reward & funishment dalam
kegiatan tanya-jawab (stimulus-respon), kemudian diberi penguatan/reinforcement berupa
penjelasan teoritis materi pelajaran yang ditanyakan tersebut (tanya-jawab) pada siswa.

2.5

Teori Belajar Van Hiele

Dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan isterinya, Dian
Van Hiele-Geldof, pada tahun-tahun 1957 sampai 1959 mengajukan suatu teori mengenai
proses perkembangan yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri. Tahapan berpikir atau
tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele adalah
sebagai berikut:

Level 0 Tingkat Visualisasi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu
bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (wholistic). Pada tingkat ini siswa belum
memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian,
meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa belum
mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun
bernama persegipanjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun persegipanjang tersebut.

Level 1 Tingkat Analisis

Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangunbangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada
tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan
mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut

Level 2 Tingkat Abstraksi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini, siswa
sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu
bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu
segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang.
Di samping itu pada tingkat ini siswa sudahmemahami pelunya definisi untuk tiap-tiap
bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang satu
dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami bahwa setiap
persegi adalah juga persegipanjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegipanjang.

Level 3 Tingkat Deduksi Formal

Pada tingkat ini siswa sudah memahami perenan pengertian-pengertian pangkal, definisidefinisi, aksioma-aksioma, dan terorema-teorema dalam geometri. Pada tingkat ini siswa
sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini
siswa sudah memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu
menggunakan proses berpikir tersebut.

Level 4 Tingkat Rigor

Tingkat ini disebut juga tingkat metamatematis. Pada tingkat ini, siswa mampu melakukan
penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem
geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini,
siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri.

2.6

Teori Belajar Z. P. Dienes

Dienes (dalam Ruseffendi, 1992) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat
dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara
struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur.
Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip
dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam
permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan
menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek
kongkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran
matematika jika dimanipulasi dengan baik. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi
tahap, yaitu :
1)

Permainan Bebas (Free Play)

Dalam setiap tahap belajar, tahap yan paling awal dari pengembangan konsep bermula dari
permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama
permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur
mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang
dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari
konsep-konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari
benda yang dimanipulasi.
2)

Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)

Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan
yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep
tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Menurut Dienes, untuk membuat
konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacammacam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu. Contoh
dengan permainan block logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun yang
tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga,
atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang
merah, timbul pengalaman terhadap konsep tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap
bangun yang tipis (tebal), atau tidak merah (biru, hijau, kuning).
3)

Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)

Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat
kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan
sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur
dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang
ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic,
anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta
mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota
kelompok).
4)

Permainan Representasi (Representation)

Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa
menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil
menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu.
Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada
pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang
sedang dipelajari.
5)

Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)

Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan


representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui
perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan
pendekatan induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal
suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.
6)

Permainan dengan Formalisasi (Formalization)

Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa
dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru
konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur
matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti membuktikan
teorema tersebut. Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur
matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma,
dalam arti membuktikan teorema tersebut Misalnya bilangan bulat dengan operasi
penjumlahan peserta sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, an
mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika.

2.7

Teori Belajar W Brownell

Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika merupakan belajar bermakna dan


pengertian hal ini sesuai dengan teori Gestalt yang menyatakan bahwa latihan hafal atau drill
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan setelah tertanamnya pengertian
(Ruseffendi, 1993: 117).
Dengan demikian setiap konsep yang disajikan guru harus diberikan dengan pengertian
artinya semua yang dipelajari siswa harus dipahami dahulu sebelum sampai hafalan atau
latihan yang sifatnya mengasah otak atau melatih keterampilan. Misalnya : Dalam operasi
hitung perkalian siswa diberikan pengertian lebih dahulu sehingga mereka paham terhadap
arti perkalian dan sifat-sifatnya sebelum sampai pada latihan menghitung.

2.8

Teori Belajar Thorndike

Menurut Thorndike dalam Ruseffendi (1993:117) menyatakan bahwa pada hakekatnya belajar
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Dalam hukum ini ada
tiga hal yaitu hukum kesiapan,hukum latihan,dan hukum akibat.

2.9

Teori Belajar Gestalt

Gestalt menyatakan bahwa penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyarat dan latihan hafal
atau drill yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika ada topic-topik di tata secara
urut seperti perkalian bilangan cacah kurang dari sepuluh ( Rosseffendi,19993:115-116).

2.10

Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek


dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu
1)

Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang

mereka miliki,
2)

Matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,

3)

Strategi siswa lebih bernilai,

4)

Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan

ilmu pengetahuan dengan temannya.


Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, tytler (1996: 20)
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
1)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa

sendiri,
2)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga

menjadi lebih kreatif dan imajinatif,


3)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,

4)

Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,

5)

Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,

6)

Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang
telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

BAB III
PENUTUP

3.1
1)

Kesimpulan

Teori belajar adalah berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan

terjadi terhadap mental peserta didik.


2)

Menurut Bruner, belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan

struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
3)

Menurut Gagne, belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung.

objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah,
ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak
langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
4)

Menurut Skiner , dalam matematika; untuk merangsang siswa mau belajar maka diberi

reward & funishment dalam kegiatan tanya-jawab (stimulus-respon), kemudian diberi


penguatan/reinforcement berupa penjelasan teoritis materi pelajaran yang ditanyakan
tersebut (tanya-jawab) pada siswa.

5)

Menurut Pierre Van Hiele, proses perkembangan yang dilalui siswa dalam mempelajari

geometri adalah Tingkat Visualisasi, Tingkat Analisis , Tingkat Abstraksi , Tingkat Deduksi
Formal dan Tingkat Rigor.
6)

Menurut Dienes, pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang

struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan


mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur.
7)

Menurut Brownell, belajar matematika merupakan belajar bermakna dan pengertian hal

ini sesuai dengan teori Gestalt yang menyatakan bahwa latihan hafal atau drill sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan setelah tertanamnya pengertian.
8)

Menurut Thorndike, hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan

antara stimulus dan respon. Dalam hukum ini ada tiga hal yaitu hukum kesiapan,hukum
latihan,dan hukum akibat.
9)

Menurut Gestalt, penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyarat dan latihan hafal atau

drill yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika ada topic-topik di tata secara urut.
10) Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.

3.2

Saran

Sebagai guru kita harus mengetahui tentang teori belajar khususnya dalam pembelajaran
matematika , sehingga kita mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
hendak dikembangkan, level pengetahuan siswa, dan teori belajar yang dirujuk.
Dalam penulisan makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan
keterbatasan pengalaman, kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dan
kelengkapan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-belajar-bruner-dandienes/mrdetail/14369/
http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html
http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/teori-belajar-matematika-david-ausubel/
http://suciptoardi.wordpress.com/2010/10/27/teori-belajar-gagne/
http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/pembelajaran-matematikadengan-teori-belajar-konstruktivisme.html

NB: Ini merupakan Makalah tugas Kuliah Admin blog ini

Share
this:
Tentang
iklan-iklan ini

Twitter

Facebook

Memuat...
Terkait

TEORI BELAJARdalam "FKIP UNRI"


METODE INKUIRIdalam "DDPMIPA"
Pembahasan Metode dalam Dasar Dasar Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alamdalam
"Matematika"
6 KOMENTAR
by HIMIT SHUQALBU on 4 NOVEMBER 2 011 P ERMA LINK
P oste d in FKIP UNRI , KU LIA H , MAKA LA H , MATEMAT IKA , STRATEGI PEMBELA JA RA N , TEO RI BELAJAR
Tag ge d FK IP , KULIAH , MAKALAH , MATA KULIAH , MAT EMATIK A , MATERI
KU LIA H , PEND ID IK AN ,STRATEGI PEMBELA JA RA N , TEO RI BELAJAR

P os Se bel umny a

TEORI BELAJAR
P os Be ri kutnya

Perkembangan Peserta Didik (makalah)


Tinggalkan komentar

6 Komentar
1.

aivarahma
/ 16 Februari 2016

Jazakillah..

2.

uqon
/ 3 November 2014

saya pengen tahu lebih bnyak lagi ttg teori belajar

3.

CiiNana Mosna
/ 11 November 2012

mkci
sangat membantu aq dm nyelesain tgas q

4.

cutiekyubi
/ 11 September 2012

Reblogged this on cutiekyubi and commented:


terimakasih sudah memposting tentang makalah teori pembelajaran matematika ini
^^ sangat bermanfaat untuk saya yg sedang mendapatkan tugas mengenai materi yg
sama ^^ salam kenal ^^ im ELF btw hehe
5.

himitshuqalbu
/ 3 Maret 2012

mang tugas apa von???

6.

yvonnemaparivo
/ 2 Maret 2012

hmmm untung na masukin blog,,, tugas nha?!!

Tinggalkan Balasan

DU NIA KIT A

Matematika

Kuliah

FKIP UNRI

Strategi Pembelajaran

Cuap-Cuap

Fanfiction

Mirna

Super Junior

Note

S EA RCH. .

Cari untuk:

VIEWERS

FO LLOW BLOG

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima
pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.
Bergabunglah dengan 13 pengikut lainnya

Follow my w ord

MY AGEND A

Okt

Des

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30
November 2011

T ERBA RU

Bahan Ajar Bangun Ruang Sisi Datar (Unsur-Unsur Prisma) [Slide Show PPt]

Definisi Hasil Belajar Menurut Para Ahli

o
o
o

Bahan Ajar Bangun Ruang Sisi Datar (Unsur-Unsur Kubus) [Slide Show PPt]
[Statistika] Contoh Soal Distribusi Peluang Diskrit
Trans Audi Magazine Interview [Siwon Super junior]
MY TWEET

Error: Twitter did not respond. Please wait a few minutes and refresh this page.

K YUHYU N CHO

SU NGMIN LEE

TOP PO STS & HALAMAN

Definisi Hasil Belajar Menurut Para Ahli

Perbedaan Individu [Makalah]


Perkembangan Peserta Didik (makalah)
AL-QUR'AN DAN HADITS [MAKALAH]
HADITS [Sejarah, Pengumpulan dan Klasifikasinya]
METODE INKUIRI
PRIBADI MUSLIM YANG UNGGUL
Metode Eksperimen
PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Karakteristik Sekolah Menengah Umum

o
o
o
o
o
o
o
o

A RS IP

April 2014 (1)

Maret 2014 (6)


Februari 2014 (2)
September 2013 (2)
Agustus 2013 (1)
Juli 2013 (3)
Januari 2013 (3)
Juni 2012 (1)
Mei 2012 (2)
Maret 2012 (7)
Februari 2012 (1)

o
o
o
o
o
o
o
o
o

o
o
o
o
o

Desember 2011 (7)


November 2011 (17)
Oktober 2011 (8)
September 2011 (2)
Juni 2011 (2)
GA LLERY

About Me

Library
Seper Junior

SU JU CHIBI

K LAS IF IKA SI

Agama (5)

AL-QUR'AN (2)
Bahan Ajar (3)
Balok (1)
Bangun Ruang (3)
Belajar (1)
Bimbingan Konseling (10)
BIrthday (1)
Cuap-Cuap (22)
Curcol (8)
DDPMIPA (3)
Defenisi (2)
Distribusi (1)
Donghae SuJu (2)
Fanfiction (10)

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

FKIP UNRI (9)


Galerry photo (1)
Hadits (2)
Hasil Belajar (1)
Hikmah (3)
Himpunan (1)
Interview (1)
Islam (5)
Kubus (1)
Kuliah (23)
Link (8)
Logika Dasar (1)
Makalah (11)
Matematika (20)
Math Unic (1)
Mirna (10)
My Daily (4)
Note (21)
Para Ahli (2)
PDM (1)
Peluang Diskrit (1)
Pendidikan (15)
Power Point (2)
Prisma (1)
Profesi pendidikan (5)
Psikologi (10)
RPP (1)
Secret (3)
Siwon SuJu (1)
Soal (1)
Statistika (3)
Strategi Pembelajaran (10)
Super Junior (12)
Tafsir (1)
Teori Belajar (2)
UFO REPLY (2)
Uncategorized (6)
Unsur-Unsur (3)
BLO G STAT IST IK

341,166 Viewers
CHO KYUHYU N

CHO KYUHYU N

CHO BERS AUD ARA

LEE BERS AUDA RA

CHO KYUHYU N

LEE SU NGMIN

MINNIE MING

BLOG DI WORDPRESS.COM.

Anda mungkin juga menyukai