Anda di halaman 1dari 10

RESUME MODEL PEMBELAJARAN IPS SD

MODEL INTEGRATIF

Dosen Pengampu :
Muhammad Sofwan, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3 :


Ananda Kusuma_A1D115096
Elfariani Medya_A1D1150
Oktavia Rahmawati_A1D115
Yamita Sari_A1D115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2016/2017


MODEL INTEGRATIF

A. Pengertian
Model Integratif adalah suatu model pembelajaran
yang bersifat induktif secara konseptual berdasar pada
aliran konstruktivis dalam hal belajar. Menurut pandangan
konstruktivisme belajar merupakan proses aktif dari si
subjek belajar untuk merekonstruksikan makna dengan
cara mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang
sudah dimiliki, pengertiannya menjadi berkembang
(Sardiman, 2003 : 32). Prinsip dalam belajar menurut
pandangan konstrutivisme ada lima, yaitu :
1. Belajar berarti mencari bermakna,
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus
menerus,
3. Belajar merupakan pengembangan pemikiran yang
membuat pengertian yang baru,
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek
belajar dengan dunia fisik dan lingkungan,
5. Hasil belajar dengan apa yang telah diketahui subjek
belajar, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi
dengan bahasa yang sedang.

Pembelajaran model integratif terkait erat dengan


model induktif dalam hal struktur dan pelaksanaan.
Perbedaan mendasar antara kedua model tersebut terkait
dengan topik yang diajarkan untuk masing-masing model.
Untuk model induktif didesain untuk mengajarkan topik-
topik tertentu dalam bentuk konsep, generalisasi, prinsip,
dan aturan-aturan akademik, sedangkan model integratif
didesain untuk mengajarkan kombinasi topik-topik itu
yang berbentuk isi yang luas, mengorganisasi anatomi
pengetahuan (Usman, 2006:1).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Model Integratif adalah sebuah model pengajaran untuk
membantu siswa mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang bangunan pengetahuan sistematis
secara bersamaan melatih ketrampilan berpikir kritis
mereka.

B. Karakteristik Pembelajaran Integratif


Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai
pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada
dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya
sesuai dengan perkembangannya.
Menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena
dari berbagaimacam aspek yang membentuk semacam
jalinan antar skemata yang dimiliki siswa,sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
dipelajari siswa. Hasil yang nyata di dapat dari segala
konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan
konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini
diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk
dapat menerapkan perolehan belajarnya pada
pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupannya.
Belajar Melalui Pengalaman Langsung
Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai
dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang
membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan
informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan
pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses
evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan
melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus
menerus.
Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada
pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa
dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan
siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran
dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan
membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau
menghadapi kejadian yang ada.

C. Tujuan Pembelajaran Integratif


Untuk mencapai iklim yang mendukung pembelajaran
integratif perlu diperhatikan:
1. Tersedianya informasi yang dapat dianalisis oleh
siswa,
2. Siswa harus memainkankan peran aktif dalam
proses mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri,
3. Siswa harus diberi keleluasaan untuk melatih
berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Seperti
menemukan pola, menjelaskan kesamaan dan
perbedaan, membuat hipotesis, mengeneralisasi,
dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti atau
fakta.

Model integratif membutuhkan lingkungan kelas


sedemikian sehingga siswa merasa bebas untuk
mengambil resiko dan menawarkan kesimpulan,
membuat dugaan, mengajukan fakta-fakta tanpa merasa
takut dari kecaman atau rasa malu. Model integratif
didesain untuk mencapai dua sasaran belajar yang saling
terkait, yaitu:
1. Membantu siswa menyusun pemahamannya
Melalui pembelajaran integratif siswa dibimbing agar
dapat membentuk atau menyusun anatomi pengetahuan
baru.
2. Melatih siswa berpikir kritis
Melalui pembelajaran integratif siswa dilatih berpikir kritis
dengan mengkonstruksikan makna dengan cara
mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau
bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah
dimilikinya.

D. Fase-fase Pembelajaran Model Integratif


Model integratif dilaksanakan dalam empat fase yang
terkait erat, yaitu:

Fase 1: Menggambarkan, membandingkan dan


menyelidiki pola
Ciri-ciri fase 1 yaitu siswa mengawali analisis mereka
tentang informasi yang ada dalam matriks. Cara
mengawali fase 1 bergantung pada pilihan dan keputusan
guru masing-masing dengan memperhatikan tingkat
perkembangan siswa.

Fase 2: Menjelaskan kesamaan(keserupaan) dan


perbedaan
Fase ini ditandai dengan menggiring siswa masuk
kedalam proses berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis.
Pada fase 2 ini guru dituntut mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pada fase1 di atas siswa hanya diminta
membuat observasi atau menetapkan kesamaan atau
perbedaan, sementara pada fase 2 ini siswa diminta
untuk menjelaskan perbedaan, mengapa kesamaan atau
perbedaan itu ada.

Fase 3: Menghasilkan hipotesis dari keadaan yang


berbeda
Fase 3 menandai satu langkah tambahan dalam
mengembangkan kemampuan siswa untuk mengolah
informasi.

Fase 4: Generalisasi untuk membentuk relasi yang


luas
Pada fase ini pelajaran diringkas dan ditutup ketika siswa
mendapat satu atau lebih generalisasi yang berfungsi
untuk meringkas isi pelajaran. Pada saat siswa membuat
ringkasan, guru menulis pernyataan-pernyataan
ringkasan itu di papan tulis. Hal ini memudahkan untuk
mengecek mengenai ketepatan ringkasan itu dan
meminta siswa menambahkannya jika perlu.
Pada pembelajaran integratif di atas urutan fase-
fasenya tidak bersipat hierarki dalam arti urutan tersebut
tidak kaku. Seorang guru mungkin bergerak langsung dari
membandingkan pada fase 1 kepembuatan hipotesis
pada fase 3 (Usman, 2006: 9). Keempat fase ini, lebih
lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Integratif
Fase
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran

1. Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa Memperhatikan
penjelasan guru

2. Mengorganisasi siswa
Mencatat nama-nama
dalam kelompok belajar
kelompok dan
dan membagikan LKS
membentuk kelompok
kecil

3.a. Meminta siswa a. Menganalisis


mengobservasi dan informasi pada chart
menganalisis informasi informasi
pada chart informasi

b. Meminta siswa
mencari persamaan dan Fase 1

perbedaan pada kubus


b. Mencari persamaan
dan balok
dan perbedaan pada
kubus dan balok

4. Mengajukan
pertanyaan untuk
mengetahui tingkat
pemikiran siswa dalam Menjawab pertanyaan
Fase 2
menganalisis

5. Membimbing siswa Menyusun hipotesis Fase 3


dan menganalisis
hipotesis

6. Membimbing siswa Fase 4


mencari generalisasi
untuk meringkas isi
Mencari generalisasi
pelajaran

Mengerjakan tes
7. Memberi tes individu
individu

8. Memberikan
penghargaan kepada
Menerima penghargaan
kelompok yang dapat
berdasarkan hasil kerja
bekerja dengan baik
kelompok

( Usman, 2006: 10).

E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Integratif


Kelebihan :
1. dapat membantu siswa mengembangkan
pemahaman mendalam tentang topik-topik yang
mereka pelajari sambil mengembangkan berpikir
kritis mereka
2. matriks bisa di gunakan lebih dari satu kali.
Kelemahan :
1. Memerlukan waktu yang cukup lama
Daftar Rujukan :
Setiyanti, dkk. 2015. Model Pembelajaran Integratif.
(online) diakses tanggal 12-03-17.
Fatoni. 2010. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Terpadu. (online) diakses tanggal 12-03-17.
Widodo, S. (2010). Evaluasi Dalam Pembelajaran Terpadu
di Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas
Surabaya , 8-15.

Anda mungkin juga menyukai