Anda di halaman 1dari 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang
tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan. Pemilihan atas

suatu bahan konstruksi tergantung dari sifat-

sifat teknis, ekonomis dan dari segi keindahan. Salah satu dari bahan
tersebut adalah kayu. Kayu merupakan bahan konstruksi yang dapat
diperoleh langsung dari alam. Bahan konstruksi pada saat ini

juga

mengalami peningkatan diantaranya ditemukannya beton ataupun baja yang


mampu menahan kekuatan tarik dan tekan tanpa memerlukan volume yang
besar. Akan tetapi hal itu tidak membuat kayu dilupakan orang karena dari
segi manfaatnya bagi kehidupan manusia kayu dinilai memiliki sifat-sifat
utama, diantaranya karena kayu merupakan sumber kekayaan alam yang
tidak akan habis-habisnya apabila dikelola dan diusahakan dengan cara baik.
Disamping itu sifat kayu yang memiliki sifat elastis, awet dan mempunyai
ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan serat kayunya
dan sifat-sifat yang seperti ini tidak dimiliki oleh bahan-bahan yang lain yang
dibuat oleh manusia. Dengan meningkatnya perkembangan teknologi
dewasa ini manusia cenderung membuat bahan-bahan kayu lebih terarah
dengan memanfaatkan bahan kayu menjadi kayu lapis yang sangat berguna
di dalam berbagai penggunaan kayu umumnya dan kehidupan manusia
khususnya, seperti dalam pembuatan rumah, jembatan, perabotan rumah
tangga maupun dalam kontruksi rumah adat daerah.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah :
Bagaimana sejarah perkembangan penggunaan kayu?
Apa-apa aja mamfaat kayu?
Bagaimana cara pengawetan kayu?

C. Tujuan

Peninjauan bahan agregat yang ada didaerah ini bertujuan untuk


mengembangkan wawasan tentang Agregat, dimana memiliki kriteria sebagai
berikut :
Mengetahui perkembangan sejarah perkembangan penggunaan kayu
Mengetahui mamfaat kayu.
Mengetahui cara pengawetan kayu.
D. Batasan Masalah
Karena luasnya cakupan pembahasan mengenai perkembangan bahan
kontruksi. Maka penulis membatasi makalah ini dengan hanya membahas materi
dan permasalahan menganai Perkembangan Kontruksi Kayu.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan kayu

Kayu merupakan salah satu material konstruksi yang paling banyak


terdapat di alam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia.
Kayu sampai saat ini masih banyak digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan untuk rumah tinggal, gedung, jembatan, bantalan kereta api dan
lain lain. Kayu dipilih sebagai bahan konstruksi selain karena alasan
mudah didapat, harganya relatif murah dan memiliki nilai estetika yang
tinggi. Kayu adalah karakteristik yang sangat diinginkan untuk digunakan
sebagai bahan struktural dan oleh karena itu telah digunakan sejak awal
peradaban. Tidak seperti bahan struktural paling, memiliki kekuatan tarik
yang superior untuk kompresi, meskipun kedua juga bisa diterima tinggi. Its
kekuatan yang baik, ringan dan karakter bahan alam yang dapat
diperbaharui adalah kualitas utama dari kayu untuk digunakan struktural.
Kayu

adalah

himpunan

sel

yang

membentuk

membedakan

tiga

jaringan

kayu,

dapat
bagian:

"The Bone: biasanya terletak di bagian tengah bagasi. Ini terdiri dari sel-sel
yang lemah atau mati, kadang-kadang konsistensi periang. Its diameter
berkisar dari kurang dari satu milimeter untuk lebih dari satu sentimeter,
tergantung pada spesies."The heartwood: jantung juga disebut, adalah
wilayah di sekitar saraf tulang belakang. Hal ini gelap warna dan terdiri dari
sel-sel mati mengalami lignifikasi yang memberikan resistensi yang lebih

besar untuk serangan jamur dan serangga. proporsi mereka tergantung pada
spesies dan umur pohon."Setiap lapisan kayu ini: zona berwarna lebih jelas,
terdiri dari sel-sel muda. Presents kurang tahan terhadap serangan biologis.
setiap lapisan kayu ini lebih banyak, pohon muda itu.

Awal kali, penggunaan kayu yang terlibat pertimbangan


kualitas,

biaya

danketersediaan,

serta

tujuan

penggunaan

produk. Kelangkaan kayu yang berharga menyebabkanhati-hati dan


ekonomi menggunakan. Hati-hati dicocokkan papan dan dilengkapi;
noda yang dihapus dan diisi. Praktek dimulai berabad-abad yang
lalu yang masih terbawa, dengan perbaikan, untuk penggunaan saat
kayu untuk aplikasi berkualitas tinggi. Awal manusia digunakan kayu
karena itu tersedia dan tidak ada alat yang rumit yang diperlukan
untuk bekerja itu.

Dalam

hari-hari

awal,

bagaimanapun,

kualitas

produk

tergantung lebih pada kualitas kayu dan keterampilan pekerja


daripada

pada

alat

yang

tersedia

untuk

pertukangan

Para

pengembangan alat tembaga dengan sekitar 5000 SM membuka


peluang baru untuk pengerjaan - peluang yang telah dilakukan ke
depan untuk hari ini. Dari kesepuluh sampai abad kedelapan belas
di Eropa, kayu adalah bahan terutama digunakan untuk bangunan,
peralatan, mesin, pabrik, gerobak, ember, sepatu, furnitur dan barel,
untuk nama hanya beberapa dari ribuan jenis produk kayu dari
waktu. Yang pertama percetakan terbuat dari kayu dan menekan
seperti terus dibuat dari kayu untuk ratus tahun. Sebagian besar
mesin

dan

terbentuk

penemuan
dari

kayu

untuk

memungkinkan

selama

periode

usia

mesin

tersebut. Di

itu

Eropa,

menggunakan kayu mencapai puncaknya selama abad keenam


belas, lalu mulai berkurang, bukan karena keterbatasan kayu,
namun

karena

meningkatnya

batas
tuntutan

pada

aksesibilitas

untuk

bahan

sebagai

bakar

dan

perluasan pertanian menjadi lahan hutan sebelumnya.

akibat

dari

bahan

dan

Kayu digunakan di Amerika Utara terus berkembang lama


setelah penurunan penggunaan di Eropa dan terus meningkat hari
ini sebagai bagian dari tren umum menuju dunia menggunakan
kayu meningkat. Banyak menggunakan sekarang mengambil bentuk
yang

berbeda,

mencerminkan

permintaan

produk

baru

dan

teknologi baru. Kayu memiliki historis memainkan peran kunci


dalam transportasi orang dan mereka harta, baik sebagai bahan
bakar dan sebagai bahan baku.Kereta luncur yang terbuat dari kayu
yang digunakan dalam Eropa utara pada awal 7000 SM. Seperti roda
diciptakan di 3.000-4.000 SM, hal ini menyebabkan pengembangan
gerobak. Pada abad kesembilan belas di Amerika Utara, rel kereta
api digunakan kayu untuk bahan bakar, serta untuk tidur, jembatan,
trestles, dan kendaraan. Bahan bakar digunakan padarel kereta api
memberikan kontribusi terhadap kayu sebagai sumber energi utama
di Amerika Utara pad pertengahan abad kesembilan belas.

Gambar 1. Kontruksi Kapal Kayu


Kayu untuk transportasi air berevolusi dari awal tongkang dan
cekung log 4500 SM sampai pada berlayar kapal bertenaga ramping
clipper

dari

pertengahan

abad
6

kesembilan

belas. Uap

untuk

kekuasaan dan baja untuk konstruksi kapal dibuat bahwa ekonomis


pada akhir abad ini, namun. Kayu telah menjadi bahan konstruksi
yang paling fleksibel dan berguna untuk ribuan tahun dan masih
digunakan lebih daripada bahan konstruksi lainnya. Gaya dan daya
tahan struktur dibangun di berbagai waktu dan tempat telah
tergantung pada jenis dan kualitas tersedia kayu dan kondisi
penggunaan,

serta

budaya

dan

cara

hidup

orang

yang

bersangkutan. Di kawasan yang berhutan, di mana kayu berlimpah,


dinding kokoh dibangun dari batang pohon atau kayu berat. Kayu
rumah di Neolitik Eropa sering dibuat oleh kayu membelah dan
pengaturan mereka secara vertikal di tanah atau di piring ambang
pada tanah. Juga ribuan tahun adalah konsep konstruksi dengan
kayu ditempatkan horizontal, seperti dalam sebuah pondok kayu. Ini
telah

digunakan

paling

sering

di,

utara

pusat,

dan

daerah

pegunungan Eropa dan Amerika Utara di mana ada banyak


persediaan besar, pohon lurus. Seperti konstruksi dengan batu dan
beton menjadi umum, kayu digunakan untuk bentuk beton dan
komponen pelengkap structural seperti gulungan dan mendukung
atap. Konstruksi kayu telah memiliki evolusi yang menarik di
Amerika Utara karena sumber-sumber kayu yang relatif melimpah
dan tersebar pembangunan banyak negara. Penduduk asli Amerika
membangun rumah tiang atau papan. Arsitektur dari koloni awal
dari Eropa menggunakan kayu secara intensif, mengadaptasi
konsep yang digunakan di negara mereka dengan kondisi budaya
kali dan ketersediaan bahan. Kayu tetap bahan konstruksi utama di
Utara Amerika baik ke abad kesembilan belas dan tetap begitu
untuk perumahan saat ini, seperti dalam beberapa bagian lain di
dunia di mana pasokan kayu yang berlimpah dan tradisi konstruksi
kayu tetap kuat. Kayu telah menjadi bahan dominan untuk
konstruksi furnitur sejak awal kali. Dekorasi dan gaya furnitur telah
berkembang

sebagai

bagian

dari

seni,

budaya

dan

teknis

pengembangan masyarakat. Desain dan kompleksitas yang sangat


ditingkatkan
ekonomi

oleh

pengembangan

penggunaan

kayu

alat

tersebut

tembaga. Efisiensi
didorong

oleh

dan

bertahap

menipisnya hutan furnitur halus dan perdagangan internasional


meningkat di kedua furnitur dan hutan dari mana itu dibuat. Kayu
lapis dan veneer, seperti kebanyakan bentuk dasar lain dari produk
kayu, dapat ditelusuri kembali ke setidaknya 3000 SM. Tujuannya
sampai zaman yang relatif baru-baru ini untuk memperpanjang
sejauh memungkinkan penggunaan kayu dekoratif berharga. Hutan
seperti itu barang bernilai tinggi dari perdagangan internasional dan
persediaan yang mahal dan tidak pasti. Mesir, Yunani, dan Roma
semua

telah

sangat

maju

seni

dalam

produk

kayu

veneer. Dibandingkan dengan kunoseni dekoratif kayu lapis, dibuat


terutama dari kayu keras, kayu lapis kayu lunak adalah relatif baru
asal. Pengembangan berbasis kayu material komposit, sebagian
besar dalam abad ke-20, memiliki efek yang signifikan pada
penggunaan kayu dan membuka peluang baru untuk kreatif dan
serbaguna produk dari sumber daya kayu berubah.

Penggunaan Kayu dalam Kehidupan sehari-hari


Kayu sampai saat ini masih banyak digunakan sebagai bahan
konstruksi bangunan untuk rumah tinggal, gedung, jembatan, perabotan
rumah tangga, rumah adat dan lain lain. Beberapa contoh penggunaan
kayu dalam kehidupan sehari-hari :

1. Penggunaan Kayu Sebagai Kontrukis Rumah.

Dalam masa krisis, yang sangat menguntungkan untuk dibangun,


karena harga bahan bangunan turun dan bahkan diskon yang cukup
besar.Berpikir tentang membangun sebuah rumah, kita terutama dihadapkan
dengan pilihan bahan bangunan. Selain itu juga rumah baru tidak hanya
menemani dengan setia selama bertahun-tahun, tetapi juga yang
mengurangi kerumitan selama konstruksi dan operasi. Mungkin bahan yang
paling tradisional dan populer untuk bangunan bertingkat rendah di negara
kita adalah kayu. Sangat cocok untuk rumah kecil dan cottage.
Namun demikian, sebagai bahan, kayu memiliki kelebihan dan
kekurangan. Jadi mari kita sebelum anda mutuskan untuk membangung
sebuah rumah kayu, pertimbangkan kelebihan dan kekurangannya.
Keuntungan utama rumah kayu adalah bahwa kayu merupakan bahan
natural, yang memiliki kekuatan sendiri. Karena struktur internalnya, dinding
kayu menciptakan keseimbangan oksigen yang permanen, kelembaban
optimal dan lingkungan yang nyaman. Tidak ada yang sehebat rumah kayu
dalam arti ekologi! Dan tidak hanya dinding kayu, sebagaimana yang sering
dikatakan, bernapas. Berbeda dengan batu bata atau batu, kayu memiliki
konduktivitas termal yang rendah. Diadopsi di Rusia, ketebalan dinding bata
52-64 cm, dan kayu hanya 20-28 cm prakteknya, konduktivitas termal yang
rendah dari kayu bisa terlihat, misalnya, pada rumah kayu saat musim
dingin, ruangan dari rumah kayu menghangat jauh lebih cepat daripada batu
bata atau batu. Selain itu, kayu lebih mudah untuk dihubungkan,
menggunakan paku, sekrup dan sejenisnya. Kayu juga mudah ditangani, dan
mudah difinishing. Dan dalam hal kepadatan dan kekuatan kayu dapat
dibandingkan dengan logam. Keawetan kayu terutama tergantung pada
kerapatan dan kadar air kayu itu sendiri. Dalam hal jasa juga harus dicatat
bahwa teknologi modern pengolahan kayu telah sangat memperluas
jangkauan rumah kayu, baik dalam kayu profil dan kayu gelondongan, dan
kemudahan arsitektur, dan juga dalam hal kecepatan produksi dan
konstruksi. Namun, sebagai rumah dari berbagai bahan lainnya, rumah-

rumah kayu memiliki kelemahan juga. Kelemahan utama dari setiap rumah
kayu bahaya kebakaran, sehingga kabel dan sistem pemanas, instalasi
kompor dan perapian di rumah kayu harus ekstra hati-hati dan bijaksana.

Kelemahan lain dari kayu adalah kurangnya kekakuan. Sebagai contoh,


pada semester pertama atau dua tahun, material dapat berdeformasi akibat
pengaruh lingkungan, khususnya, mempengaruhi laju pembangunan (tiang
utama harus bertahan dalam waktu satu hingga dua tahun). Namun, kayu
sebaiknya dibuat dari kayu yang sudah kering, sehingga tidak dapat
menyusut. Sebuah rangka dari desain untuk ruang bawah tanah selesai tidak
melebihi 3-4 minggu. Selain itu, rumah-rumah kayu memiliki ketahanan
lemah pada efek matahari, salju hujan,. Oleh karena itu, untuk
mempertahankannya, rumah-rumah kayu harus mengusahakan lapisan luar
pelindung dan dekor yang sesuai. Tapi, meskipun ketidaksempurnaan dalam
bahan kayu, disimpulkan bahwa saat ini teknologi moderntelah berhasil
memecahkan banyak masalah. Oleh karena itu, semua teknologi dalam
konstruksi dapat memaksimalkan kehidupan rumah kayu, kita dapat tinggal
di sana bahagia selamanya.

Perawatan Rumah Kayu


Berikut tips untuk Anda yang memiliki rumah kayu :
Pada rumah kayu, harus lebih memperhatikan pemilihan material di
awal

pembuatannya,

sehingga

dipertahankan lebih lama.

10

ketahanan

bahan

kayu

dapat

Untuk pemilihan cat pada rumah kayu, lebih baik dipilih cat melamin
sehingga tetap dapat menonjolkan serat kayu alaminya.
Pembuatan rumah kayu, rumah pohon, atau gazebo harus dimulai
dengan gambar awal konsep desainnya, agar bentuknya dapat sesuai
dengan

tema

arsitektur

yang

diinginkan,

termasuk

fungsi

dan

estetikanya pun menjadi prioritas utama.

2. Pemakaian kayu untuk perabot rumah tangga (furniture)


Furnitur dari segi modenya telah menjadi bagian daripada pengalaman
hidup manusia sejak adanya perkembangan dari kebudayaan non-nomadis.
Bukti dari adanya furnitur adalah ada sejak jaman Neolitik dan terakhir dari
antiquity di bentuk-bentuk dari lukisan-lukisan primitif di dinding goa.

Gambar 1. Perabotan rumah (furniture)


Bahkan ada di lukisan mural di dinding yang diketemukan di Pompeii,
seni bentuk atau skulptur dan pada contoh-contoh yang diangkat dari Mesir
dan diketemukan di kuburan-kuburan di Ghiordes di Turki sekarang.Kata
furnitur kemungkinan berasal dari bahasa Perancis, fournir yang artinya
kurang lebih menyediakan. Tapi di masyarakat kata furnitur sudah berarti
untuk barang-barang yang dapat dipindah-pindahkan atau mobile dalam
bahasa Latinnya. Kata tersebut sangat mendukung kegiatan manusia yang
bahkan menyediakan tempat untuk duduk, tidur atau membawa objek-objek
yang perlu ditaruh selama tidak sedang digunakan untuk bekerja di
permukaan bumi ini. Atau pun juga untuk sebagai alat menyimpan barangbarang. Furnitur penyimpanan bahkan sebagai menjalankan fungsi-fungsi
seperti pintu, laci, meja dan bisa dikunci untuk selama menyimpan. Dia

11

mengorganisir benda-benda seperti kain atau pakaian, peralatan atau


perkakas, buku-buku, dan perkakas rumah tangga.

Gambar 2. Perabotan rumah (furniture)


Furnitur bisa dibuat dengan desain untuk mendukung keindahan dari
seni mendekorasi ruangan. Contohnya furnitur yang menjalankan fungsi, dia
bisa melayani secara perlambang untuk tujuan relijius. Furnitur setempat
bekerja untuk mengkreasi, dalam kesatuannya dengan menyediakan
perlengkapan bahkan sebagai jam dan penerangan. Supaya menjadilkan
baik dan nyaman suatu ruangan bagian dalamnya. Furnitur bisa dibikin dari
banyak bahan, misalkan termasuk logam, plastik, dan kayu. Furnitur bisa
dibikin dari bermacam-macam variasi dari sambungan kayu. Yang mana
sering mencerminkan kebudayaan lokal.
Terdapat begitu banyak sejarah furnitur dari Asia yang hidup. Ada
tradisi yang berasal dari India, China, Pakistan, Jawa dan Bali dan Jepang
yang merupakan sumber-sumber furnitur antik yang bermutu terkenal. Tetapi
tempat-tempat seperti Korea, Mongolia, dan negara-negara seperti di Asia
Tenggara mempunyai banyak keunikan yang memberkas dari mereka punya
teradisi.

12

Gambar 2. Perabotan rumah (furniture)


Sedangakan furnitur tradisional Jepang adalah sangat terkenal denagn
gayanya yang minimalis. Penggunaan kayu yang sangat baik dan kualitas
tinggi dari pengrajin kayunya dan hiasan bahkan lukisan pada kayunya yang
kadang juga dengan pelitur tebal. Lemari bupet Jepang biasanya terkenal
denagn sebutan Tansu, yang mana dikenal dari penyatuan dekorasi besi-besi
yang menempel berpadu pada kayu. Dan dari beberapa banyak bendabenda antik yang terlihat di Jepang sesudahnya. Benda-benda furnitur antik
itu tersedia umumnya dengan tanggal atau masa pad saat era Tokugawa
atau era Meiji.

3. Kayu sebagai bahan Pembuatan jembatan


Sebagai bagian dari transportasi, khususnya transportasi darat,
teknologi jembatan berkembang sejalan dengan peradapan manusia. Dan
hingga sekarang bidang teknologi jembatan sangat maju. Namun
kemajuan yang dialami diawali dengan proses cut and try.
Jembatan

pertama

yang

dibuat

dengan

titian

kayu

untuk

menyeberangi sungai. Ada juga orang yang menggunakan dua utas tali atau

13

rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya, batu digunakan,
tetapi cuma sebagai rangka. Jembatan

Gambar 1. Jembatan kayu


gerbang berbentuk melengkung yang pertama dibuat semasa zaman
Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan saluran air orang Roma
yang kenal hingga hari ini.
Orang-orang

Roma

juga

mempunyai

pengetahuan,

yang

mengurangkan perbedaan kekuatan batu yang berbeda. Jembatan bata dan


mortar dibuat pada zaman kaisar Romawi, karena sesudah zaman tersebut,
teknologi pengetahuan telah hilang. Pada Zaman Pertengahan, tiang-tiang
jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan kesulitan
kepada kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai tersebut. Pengalaman praktis

dari kehidupan manusia dalam mengatasi alam, didukung dengan

14

pengetahuan akan ilmu-ilmu gaya, melahirkan teknologi jembatan yang


kian hari bertambah maju. Hal ini dapat kita lihat dan jumpai dalam
kenyataan sekarang ini, dimana teknologi jembatan sudah sangat maju.
Sebagaimana

uraian

sebelumnya,

perkembangan

teknologi

jembatan diawali dari proses cut and try. Selanjutnya dengan metode
empiris, dibuatlah beberapa pikiran intelegensi tentang kekuatan bahan
dalam membangun jembatan.

Gambar 2. Jembatan kayu

1) Teknologi Jembatan Zaman Purba

15

Pemikiran-pemikiran zaman purba telah menjadi sumbangan yang


sangat

berharga

bagi

teknologi

jembatan.

Manusia

zaman

purba

menyebrangi sungai dengan memasang tiang-tiang batu dan pilar-pilar


batu, kayu gelondongan, atau pohon yang tumbang dengan bentang
yang sangat pendek. Juga manusia purba menyebrangi sungai dengan
memanfatkan cabang-cabang atau akar-akar yang bergantungan sebagai
jembatan gantung, dengan cara berayun dari satu pohon ke pohon lain.
Tipe jembatan zaman purba adalh jembatan balok sederhana, dan
digunakan hanya untuk bentangan yang pendek. Namun, pada era ini
juga ditemukan tipe jembatan pelengkung, walau bentuk dan meterial
konstruksi masih sangat sederhana.
2) Teknologi Jembatan Periode Romawi Kuno
Teknologi jembatan pada periode ini, telah membangun jembatan
dari kayu, batu dan beton. Untuk jembatan batu dan beton, bentuknya
sama seperti pada periode jembatan purba yaitu berbentuk lengkung.
Namun periode ini, telah berhasil mengatasi permasalahan yang rumit,
seperti membuat perhentian konstruksi yang dibangun di atas pilar yang
berada di bawah air dan melindunginya dari bahaya banjir.
3) Konstruksi Jembatan Zaman Pertengahan
Konstruksi jembatan pada periode ini tidak berbeda jauh dari
periode Romawi Kuno. Bentuk lengking dan pilar-pilar batu masing sering
digunakan sekitar abad ke-12 di Prancis, pilar jembatan dibual dalam
bentuk

segi

tiga

pada

bagan

huludan

dikenal

dngan

is

tilah

streaminglining dari kayu.


Pada periode ini, tiang-tiang pancang telah dipakai untuk mengatasi
masalah tanah dasar. Tiang-tiang tersebut dipancang secara berkelompok
dengan jarak yang rapat sehingga membentuk satu kasatuan kelompok
tiang yang solid. Bagian atas tiang dilapisi tiga lapisan kayu sebagai
kepala tiang (pile cap) dan dijepit dengan besi. Kemudian lapisan batu
ditempatkan

sebagai

pangkal

jembatan

Klasifikasi Jembatan:

16

dan

dibuat

lengkung

a). Jembatan Sederhana


Jembatan Sederhana adalah jembatan yang konstruksinya mudah
dan sederhana. Struktur terbuat dari bahan kayu yang bersifat darurat
ataupun tetap dan dapat dikerjakan tanpa peralatan modern
Beberapa

keuntungan

jembatan

dengan

bahan

kayu,

sebagai berikut :
Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah
dan dapat dikerjakan dengan alat yang lebih sederhana. Pekerjaanpekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli yang tinggi.

Gambar 2. Jembatan kayu

Jembatan kayu dengan dek dari kayu menguntungkan untuk lokasi


terpencil yang jauh dari pembuatan beton. Dek kayu dapat dipasang
tanpa bekisting dan tulangan, dengan demikian dapat menghemat biaya.
Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti pada beton dan baja.
Walau ada sejumlah keuntungan dari pemanfaatan bahan kayu untuk
17

jembatan, namun pada jembatan untuk konstruksi berat dan dengan


bentang yang sangat panjang, bahan kayu menjadi tidak ekonomis. Hal
ini

pengaruhi

oleh

panjang

dan

kemampuan

bahan

kayu.

4. Rumah adat kayu

Gambar. Rumah Adat Kayu Aceh


Bagi masyarakat tradisional Aceh, rumah tinggal bukanlah rumah
hunian biasa tanpa makna. Orientasi rumah yang selalu diupayakan
menghadap ke arah Mekkah (ke arah barat dari Aceh), merupakan ungkap
bentuk kecintaan terhadap Islam sehingga mendorong karya arsitektur
menyesuaikan jati dirinya. Masyarakat aceh juga mempunyai keunikan
dalam membuat rumah tradisionalnya yang seluruhnya hampir dibuat dari
18

bahan alami atau menggunakan bahan disekitarnya seperti kayu pilihan,


pintu dan jendela hingga atap rumah dengan penutup dari daun rumbia atau
daun pohon sagu, apabila persyaratan mutu bahan bangunan benar-benar
menggunakan kayu pilihan dan berkualitas bagus, maka rumah Aceh
mampu bertahan hingga ratusan tahun.

Masa kini telah jarang sekali ditemui rumoh Aceh yang dibangun
spesifik untuk rumah tinggal, godaan untuk tinggal di dalam rumah beton
mendorong mayoritas masyarakat Aceh melepas secara perlahan-lahan akan
warisan budaya arsitekturnya. Dan kontruksi bangunan rumah adat Aceh
bisa dibilang hampir sama dengan kontruksi pada saat ini, kita bisa
melihatnya dari cara pembuatannya seperti pada gambar diatas.

B. Sifat Umum Kayu


Sifat Umum Kayu - Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki
sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu yang berasal dari satu pohon memiliki
sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya.
Sifat Umum Kayu - Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifatsifat kayu tersebut dipahami lebih dahulu sebelum kayu dipergunakan
sebagai bahan bangunan, industri kayu maupun sebagai perabotan rumah.
Sifat yang dimaksud antara lain berkaitan dengan sifat-sifat anatomi kayu,
sifat fisik, sifat mekanik dan juga sifat kimianya.

19

SIFAT-SIFAT UMUM KAYU


Hampir Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat
simetri

radial

Kayu terdiri dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan
hemiselulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat).
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan
radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding
sel, bentuk menajang sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu
vertikal dan horisontal pada batang pohon.
Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat
kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban
dan suhu udara sekitarnya. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak
kayu, dapat juga terbakar, terutama bila kayu dalam keadaan kering.

1. SIFAT FISIK KAYU


Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah;

Berat Dan Kekerasan Kayu

Tekstur dan Serat

Warna Kayu

Keawetan Alami

Berat Jenis

higroskopis

a. BERAT DAN KEKERASAN KAYU

20

Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun,
rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zatzat ekstraktif didalamnya. Termasuk dalam katagori kelas berat misalnya
kulim, sementara kayu bintangur termasuk dalam kelas agak berat. Kayu
pinus dan balsa masuk dalam kelompok kayu yang beratnya ringan.
Pada umumnya berat kayu berbanding lurus dengan kekerasannya.
Kayu yang masuk dalam katagori berat biasanya karateristik fisiknya keras.
Sebaliknya kayu yang ringan adalah kayu yang lunak.
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu
tersebut arah melintang dan mencatat atau menilai kesan perlawanan oleh
kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya bidang potongan yang
dihasilkan.

b. TEKSTUR DAN SERAT


Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Pada dasarnya yang dimaksud
dengan sel kayu adalah serat-serat kayu. Jadi dapat dikatakan bahwa tekstur
adalah ukuran relatif dari serat-serat kayu.
Serat kayu merupakan bagian dari kayu yang menyangkut sifat kayu
yang menunjukan arah umum sel-sel kayu didalam kayu terhadap sumbu
batang pohon asal potongan tadi. Arah serat kayu dapat ditentukan oleh
arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu.
BENTUK SERAT KAYU

c. KESAN RABA, BAU & RASA

21

Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba
permukaan kayu tersebut. Ada kayu yang bila diraba memberikan kesan
kasar, halus, licin, dingin dan sebagainya.
Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap jenis-jenis kayu
tergantung dari; tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung dan kadar
zat ekstraktif yang ada didalam kayu. Kesan licin terasa apabila tekstur
kayunya halus dan permukaannya mengandung lilin.
Demikian pula apabila tekstur kayunya kasar maka kesan rabanya
akan kasar pula. Kesan dingin akan terasa bila kita meraba kayu yang
mempunyai tekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas
apabila teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah. Kayu jati memberikan
kesan agak berlemak atau berlilin kalau diraba; sedangkan kayu renghas
memberi kesan gatal pada kulit (alergi).

d. WARNA KAYU
Kayu mempunyai warna yang bermacam-macam. Kayu yang berwarna
putih misalnya kayu jelutung, kayu kempas dan renghas bewarna merah.
Perbedaan warna ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang
berbeda-beda. Ada banyak faktor yang mempengaruhi warna kayu, antara
lain: tempat didalam batang, umur pohon dan kelembaban udara. Kayu tersa
umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih gelap daripada warna
bagian kayu gubal.
Kayu yang umurnya lebih tua umumnya berwarna lebih gelap daripada
kayu yang muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula
warnanya dengan kayu yang basah. Demikian pula kayu yang lama berada
diluar kelihatan lebih gelap atau lebih pucat warnanya daripada kayu yang
segar dan kering udara.

e. KEAWETAN ALAMI KAYU


Keawetan

kayu

didefinisikan

sebagai

ketahanan

kayu

terhadap

serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap,
bubuk, cacing laut dan makhluk lainnya dalam jangka waktu tahunan.
22

Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat
ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak
kayu,

sehingga

perusak

tersebut

tidak

sampai

masuk

dan

tinggal

didalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon,


kayu ulin memiliki silika dan lain-lain. Sehingga jenis-jenis kayu ini
mempunyai cukup keawetan secara alami.

f. BERAT JENIS KAYU


Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara minimum
0,20 hingga 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat
kayu. Kekuatan kayu berbanding lurus dengan berat jenisnya. Kayu yang
berat jenisnya besar kekuatannya pun besar. Sebaliknya, semakin ringan
suatu berat jenis kayu, maka kekuatannya akan berkurang. Berat jenis
antara lain ditentukan oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang
membentuk pori-pori.
Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume
kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar. Umumnya
berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering
udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.
g. HIGROSKOPIS
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu suatu sifat yang dapat
menyerap atau melepaskan air atau kelembaban.Sifat higroskopik ini
merupakan suatu petunjuk bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara sekitarnya pada suatu saat tertentu.
Makin lembab udara disekitarnya maka makin tinggi pula kelembaban
kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air
pada

kayu

seperti

ini

dinamakan

kandungan

air

kesetimbangan

(EMC=Equilibrium Moisture Content) masuknya air kedalam kayu itu, maka


berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu
menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan
mengembang atau menyusut.
h. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

23

a) Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan


erat dengan elastisitas kayu.
b) Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya
gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik,
sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik
(kulintang, gitar, biola dll).
i. Daya Hantar Listrik
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air
0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya
apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya
hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air
j. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan
untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber
panas.

2. SIFAT MEKANIK KAYU


Sifat sifat mekanik atau kekuatan

kayu ialah kemampuan kayu untuk

menahan muatan dari luar. Yang di maksud dengan muatan dari luar ialah
gaya-gaya diluar benda yang mempunyai kecendrungan untuk mengubah
bentuk dan besarnya benda.kekuatan kayu memegang peranan penting
dalam penggunaan kayu untuk bangunan ,perkakas dan lain penggunaan.
a. KEKUATAN TARIK

Kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu tsb.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah pada sejajar arah serat.

24

Kekuatan tarik tegaklurus arah serat lebih kecil dari kuat tarik sejajar serat
dan keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu
terhadap pembelahan
b. KEKUATAN TEKAN

Kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu tsb dipergunakan utk suatu
konstruksi. Ada 2 mcm; kuat tekan sejajar dan tegak lurus arah serat. Kuat
tekan sejajar > tegak lurus arah serat. Kuat tekan sejajar menetukan
kemampuan kayu dalam menahan beban.
MACAM MACAM MODEL GAYA TEKAN

c. KEKUATAN GESER
Kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang
membuat suatu bagian kayu tsb bergeser atau bergelincir dari bagian lain
didekatnya

25

Ada 3 macam gaya geser yaitu; gaya geser sejajar arah serat, tegak lurus
arah serat dan keteguhan geser miring. Kuat geser tegaklurus serat > sejajar
arah serat.

d. KEKUATAN LENTUR
Kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha untuk melengkungkan
kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban
pukulan yang harus dipikul oleh kayu tsb, misalnya blandar.

Keteguhan lengkung statik (kekuatan menahan gaya yang mengenainya


secara perlahan lahan) dan keteguhan lengkung pukul (secara mendadak).

26

e. KEKUATAN BELAH
Kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu.
Tegangan belah adl tegangan yg terjadi krn adanya gaya yg berperan
sebagai baji.

Keteguhan belah yg rendah cocok utk pembuatan sirap atau kayu bakar.
Sementara keteguhan belah yang tinggi sangat baik utk pembuatan
kerajinan ukir-ukiran seperti patung dan hiasan dinding.

f. KEKUATAN PUNTIR
Kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha memilin atau memuntir
kayu sehingga serat-serat kayu berubah orientasi. Dalam kondisi ekstrim
serat kayu menjadi patah yg akhirnya menurunkan daya dukung.

Biasanya

ini

terjadi

pada

konstruksi-konstruksi

27

yang

menggantung

(kantilever) dimana salah satu ujung batang dalam posisi bebas dan diberi
muatan.
3. SIFAT KIMIA KAYU

Komponen kimia mempunyai arti penting karena akan menentukan


kegunaan suatu jenis kayu.

Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu


terhadap serangan makhluk perusak.

Menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil


yang maksimal.

Gambar. Sifat kimia kayu


a. Komponen Kimia Kayu
Unsur Karbohidrat; selulosa dan hemiselulosa
Unsur Non-karbohidrat; lignin
Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
yang dinamakan zat ekstraktif
b. Komposisi Unsur Kimia Dalam Kayu
Karbon: 50%
Hidrogen: 6%

28

Nitrogen: 0,04 0,10 %


Abu: 0,20 0,50 %
Sisanya adalah Oksigen
1) SELULOSA

Bahan kristalin utk membangun dinding sel.

Selulosa merupakan bahan dasar yg penting bagi indistri yg memakai


selulosa sebagai bahan baku, misalnya; pabrik kertas, pabrik sutera
tiruan, dlsb.

2) LIGNIN

Bagian yg bukan karbohidrat sbg persenyawaan kimia yg tidak


berstruktur.

Lignin terletak terutama dalam lamela tengah dan dinding primer.

Kadar lignin pada kayu gubal lebih tinggi daripada kayu teras (kadar
selulosa sebaliknya)

3) ZAT EKSTRAKTIF

UMUMNYA MUDAH LARUT DALAM PELARUT SEPERTI; ALKOHOL, BENSIN


DAN AIR.

MEMILIKI ARTI PENTING BG KAYU KARENA: dapat mempengaruhi


keawetan, warna, bau dan rasa; mempengaruhi proses pengerjaan
kayu; bernilai penting bagi industri.

29

4) ABU

Disamping persenyawaan organik sda, didalam kayu masih terdapat


beberapa zat organik, yang disebut abu (mineral pembentuk abu yang
tertinggal setelah lignin dan selulosa habis terbakar)

Kadarnya bervariasi antara 0,2 1,0 % dari berat kayu. Sifat Umum
Kayu

5) HEMISELULOSA

Semacan selulosa berupa persenyawaan dgn molekul-molekul besar yg


bersifat karbohidrat.

Zat Ini Terdapat Sebagai Bahan Bangunan Dinding-Dinding Sel Dan


Juga Sbg Bahan Zat Cadangan.

C. Pengawetan Kayu
Keawetan

kayu

berhubungan

erat

dengan

pemakaiannya.

Kayu

dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama
bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata
lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor
perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki
keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang
diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu,
yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama
bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung
dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di
Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang
mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan
serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan
yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama
dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat
keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari
pohon tersebut.

30

Upaya meningkatkan keawetan kayu telah lama dilakukan, tujuannnya


adalah untuk meni ngkatkan ketahanan kayu terhadap serangan-serangan
serangga (rayap, bubuk, dll.) agar memperpanjang umur kayu. Lembaga
Penelitian Hasil Hutan (LPPH), membagi keawetan kayu menjadi lima kelas
awet. Pembagian kelas awet tersebut didasarkan pada kriteria yang terdapat
dalam Tabel 1.2.

Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena:


Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan
sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.
Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah
didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih
mudah. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor
keawetannya saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan
terlebih dahulu.
Di lain pihak dengan pengawetan kayu orang berusaha mendapatkan
keuntungan financial.
1. Tujuan pengawetan kayu:
Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya
memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam
pemakaian.
Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan
rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian,
mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang
cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan,
sehingga pengangguran dapat diatasi.

31

Tabel 1.2. Kelas Awet Kayu Berdasarkan Umurnya.


Kelas Awet
Selalu berhungan dengan
tanah lembab.
Kayu tidak terlindung
terhadap angin dan iklim,
tetapi di lindungi
terhadap air.
Kayu ditempatkan di
tempat terlindung.
Kayu ditempatkan di
tempat terlindung tapi
dirawat, dicat, dsb.
Kayu termakan/terserang
rayap
Kayu termakan oleh
bubuk kayu, rayap dan
serangga lain

I
8 tahun

II
5 tahun

III
3 tahun
10
tahun

IV
Sangat
pendek
beberap
a tahun

V
Sangat
pendek
sangat
pendek

20
tahun

15
tahun

tidak
terbata
s
tidak
terbata
s
tidak

tidak
terbata
s
tidak
terbata
s
jarang

sangat
lama

beberap
a tahun

pendek

tidak
terbata
s
agak
cepat
hampir
tidak

20 tahun

tahun

sangat
cepat
tidak
seberap
a

sangat
cepat
sangat
cepat

tidak

tidak

2. Prinsip-Prinsip Dalam Pengawetan Kayu


Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan
sebanyak mungkin di dalam kayu.
Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap
pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
Faktor waktu yang digunakan.
Metode pengawetan yang digunakan.
Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu,
zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.

32

Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.


3. Jenis Pengawetan Kayu
Pengawetan

remanen

atau

sementara

(prophylactis

treatment)

bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru


ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga
lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium
Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun
kayu gergajian basah.
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak
kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam
pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji,
dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang
sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan
harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat
dipakai

untuk

pengawetan

remanen

(sementara).

Pengawetan

remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan


penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan
semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta
penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat
lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.

33

Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:


a) Pengawetan metode sederhana :
metode rendaman
metode pencelupan
metode pemulasan
metode penyemprotan
metode pembalutan

b) Pengawetan metode khusus :


metode proses sel penuh
metode proses sel kosong

4. Teknik Pengawetan Kayu


Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap
hasil atau umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan selain
tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan digunakan/dipasang, perlu
juga dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang
dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana sampai kepada cara yang relative
sukar

dengan

peralatan

yang

mahal

(modern).

Menyiapkan kayu yang akan diawetkan:


Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam,
sebanyak mungkin ke dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah

34

retensi yang diperlukan. Agar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Kayu

harus

cukup

kering

sebelum

diawetkan,

terutama

bila

menggunakan bahan pengawet berupa minyak atau larut minyak


dengan cara tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 2025%).
b. Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan khusus,
kayu tidak perlu dikuliti.
c. Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayu gergajian atau dolok).
d. Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan
dipotong, dibelah, diserut, ataupun pengerjaan lain setelah diawetkan,
sebab akan membuka permukaan kayu yang telah terlapisi bahan
pengawet. Bila pengerjaan lanjutan terpaksa harus dilakukan maka
bagian yang terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu dilabur
bahan pengawet secara merata.
e. Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.
f. Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

5. Cara Pengawetan Kayu


a. Cara rendaman
kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama
beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu
harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu
diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan
rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman
panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan
bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas

35

atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Bila
jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak
rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat
larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah
kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet
dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih
baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan
retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu.
Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik
daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses
difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk
bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.

b. Cara pencelupan
kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit
bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet
tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak
berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini
umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah
serangan

jamur

blue

stain.

Bahan

pengawet

yang

dipakai

Natrium

Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang
akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan
lebih dahulu.
c. Cara pemulasan dan penyemprotan
cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana.
Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila
dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih
dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a.
Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau
kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu
basah. b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak

36

dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu yang sudah
terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak
kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
d. Cara pembalutan
cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiangtiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat,
yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah.
Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan
ke dalam kayu.
e.

Pengawetan kayu dengan Cara Tekanan dan vakum (cara


modern)
Keuntungannya : penetrasi dan retensi bahan pengawet tinggi sekali,
waktunya singkat dan dapat mengawetkan kayu basah atau kering.
Kerugiannya adalah : biayanya mahal, perlu ketelitian tinggi dan hanya
digunakan untuk perusahaan komersiil. Menurut cara kerjanya, proses ini
dibagi menjadi : Proses sel penuh, dimana pada proses ini bahan pengawet
mengisi seluruh lumen sel kayu. Metode sel penuh ada 2 cara yaitu metode
bethel dan Bernett. Proses sel kosong, yaitu bahan pengawet hanya mengisi
ruang antar sel kayu. Ada dua cara yaitu cara Rueping, menggunakan
tekanan awal 4 atmosphere dinaikkan sampai dengan 8 atm. Cara kedua
yaitu cara Lawry menggunakan tekanan awal 7 atm.
f. Proses Wolman
Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang
terdiri dari Na Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam
bentuk bubuk. Kayu yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian direndam dalam air yang sudah dicampur garam wolman selama 7
hari dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998, tentang
Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung sebagai
berikut :
Pengawetan adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke
dalam kayu dengan tujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Kayu
yang harus diawetkan untuk bangunan rumah dan gedung adalah kayu yang
mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V dan kayu gubal
37

kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang
akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses rendaman,
permukaan kayu harus bersih dan siap pakai.
Peralatan yang digunakan dalam pengawetan dengan proses vakum
tekan adalah tangki pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan, tangki
pencampur, pompa vacum, pompa tekan hidrolik, bejana vakum, pompa
pemindah larutan, kompresor, manometer, termometer, hidrometer, gelas
ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman diperlukan peralatan
yaitu bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet, pompa pemindah
larutan, gelas ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan manometer.
Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan peralatan yang sama
seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah tungku panas.
Cara pengawetan sebagai berikut: Pembuatan bahan larutan, dan
persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara
vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin. Setelah kayu
diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal
yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh
hujan dan matahari secara langsung sampai kering udara.

Urutan cara kerja proses sel penuh, yaitu :


a. Kayu dimasukkan ke dalam tangki tertutup rapat.
b. Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki dengan
tekanan 60 cm/Hg 90 menit.
c. Sambil divakum, bahan pengawet dimasukkan ke tangki sampai
penuh.
d. Setelah tangki penuh, vakum dihentikan diganti dengan proses
tekanan 8 15 atmosphere 2 jam
e. Tekanan dihentikan, bahan pengawet dikeluarkan.
f. Dilakukan vakum terakhir 40 cm/Hg 10 menit untuk
membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.
Urutan cara kerja proses sel kosong :
a. Kayu dimasukkan ke tangki tertutup rapat.

38

b. Langsung diberi tekanan ke dalam tangki 4 atmosphere 10 20


c.
d.
e.
f.

menit.
Bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki sampai penuh.
Tekanan ditingkatkan sampai 7-8 atmosphere selama 2 jam.
Tekanan dihentikan, bahan pengawet dikeluarkan
Dilakukan vakum terakhir 60 cm/Hg 10 menit untuk
membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping


langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai 4
atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada
proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7
atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet
dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan
permukaan

kayu

dari

larutan

bahan

pengawet.

6. Bahan Pengawet Kayu


Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan
dan sangat beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara lain: arsen(As),
tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua
bahan pengawet akan baik digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam
penggunaan harus diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet agar sesuai
dengan tujuan pemakaian.
Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik:

Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.

Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.

Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.

Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam, perekat,


dan cat/finishing.

Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.

39

Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan kimia.

Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.

Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.

Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.


Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis

bahan pengawet. Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang


perlu tergantung pada tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu
memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.

Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.

Syarat-syarat kesehatan.

Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko
serangan perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang
tidak mudah luntur dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk
bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang tidak
mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, politur, dan lainlain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan
pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah warna kayu tersebut. Bahan
pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan untuk
serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang
berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe
CCA (tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang
memiliki

kadar

racun

yang

tinggi.

Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang


digunakan:
a. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai
bahan pengencer.
40

b. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak


sebagai bahan pengencer.
c. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan
dengan bermacam-macam minyak.
1) Bahan pengawet larut air:
Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:

Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan


tepung.

Tidak mengotori kayu.

Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat)
setelah kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.

Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam


kayu.

Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan

digunakan di dalam rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di


bawah atap. Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan
dikeringkan, selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk menutup permukaan
kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh udara lembab, sebab
kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Nama-nama bahan
pengawet dalam perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure, Boliden,
Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi
larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah
diawetkan

(rata-rata

2) Bahan pengawet larut minyak:


Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:

41

5-10%).

Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk


(tepung). Pada waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam
pelarut-pelarut antara lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.

Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak


dapat bertoleransi dengan air.

Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.

Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).

Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.

Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan


kayu.

Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi


antara minyak dan kandungan air pada kayu.

Mudah terbakar.

Tidak mudah luntur.


Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain:

PCP (Pentha Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide,


Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen,
Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.
3) Bahan pengawet berupa minyak:
Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama
dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak.
Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari hubungan manusia, karena
baunya tidak enak dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode
tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot,
Carbolineum, Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan
pengawet larut minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam
penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang

42

lain

dalam

arti

mudah

dan

praktis.

7. Proses Akhir Pengawetan Kayu


Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :
1) Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus
dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang
mengakibatkan tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan
pengawet.
2) Untuk

pengeringan

kayu

setelah

diawetkan,

dapat

digunakan

pengeringan secara alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan, tidak


semua bahan pengawet dapat dikeringkan secara pengeringan buatan
(dry

kiln).

Sebab

dengan

pengeringan

yang

mendadak,

bahan

pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan


bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa
minyak mengijinkan pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu
benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.
3) Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di
tempat terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti
penyusunan kayu gergajian dengan menggunakan sticker.

43

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kayu

adalah karakteristik yang sangat diinginkan untuk


digunakan sebagai bahan struktural dan oleh karena itu telah
digunakan sejak awal peradaban.
2. Kayu digunakan oleh menusia sebagai bahan untuk membuat rumah,
perabotan rumah tangga, jembatan, rumah adat dan lain-lain.
Kayu mempunyai beberapa sifat yaitu, sifat mekanis, sifat fisik, dan sifat
kimia.
3. Agar kayu tetap terawat dengan baik, kita harus melakukan pengawetan.
Beberapa contoh pengawetan kayu yaitu, dengan cara perendapan,
pengecetan, pencelupan, pembalutan, penguapan, dll.

B. Saran
Marilah Kita jaga dan Lestarikan setiap apa yang telah bangun dan
ciptakan. Kita Haruslah bersyukur karena Allah telah memberikan kita hasil alam
yang sangat melimpah. Seperti halnya untuk bahan Agregat. Dialam nusantara
kita ini banyak sekali terdapat bahan agregat hingga kepelosok-pelosok. Tanpa
adanya bahan agregat infrastruktur di negara-negara luar maupun dinegara kita
sendiri tak akan bisa terpenuhi dan tercapai. Sehingga seorang engineer dituntut
untuk lebih kreatif lagi untuk menemukan material campuran beton tanpa
menguras habis sumber daya yang ada di bumi kita ini. Oleh dari itu marilah kita
mamfaatkan hasil bumi kita dengan sebaik-baiknya.

44

Daftar pustaka
www.ilmusipil.com/beton
wancik.wordpress.com/.../material-beton
Beton - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akbar nuh Makalah 6 des 2009 Sejarah Beton Dan Perkembangannya


http://www.tecnologos.it/Articoli/articoli/numero_010/concrete.asp

Kelestarian Hutan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.


Glessinger, E. 1949. The Coming Age of Wood. New York.
Kasmudjo.

2002.

Teknologi Hasil Hutan.

Kehutanan
UGM. Yogyakarta.

45

Yayasan Pembina Fakultas

Anda mungkin juga menyukai