Anda di halaman 1dari 53

A S E T T E TA P

Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
(a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
(b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset Tetap
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
(a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang
tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan-potongan lain;
(b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen;
(c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset.

Aset Tetap
Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga
melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara
nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban
bunga selama periode kredit.

Aset Tetap
Contoh 1: Harga tunai aset tetap Rp.30,000,000. Pembayaran menjadi
Rp.32,000,000 jika dilakukan 6 bulan mendatang.
Biaya perolehan
Beban bunga

Rp.30,000,000
Rp. 2,000,000

Contoh 2: Harga tunai aset tetap Rp.30,000,000. Pembayaran dilakukan


selama 3 tahun pada setiap awal tahun masing-masing sebesar
Rp.10,000,000 ditambah bunga 20% dari sisa utang.
Biaya perolehan
Beban bunga:

Rp.30,000,000

Bunga tahun 1: 20% x Rp.20,000,000


Bunga tahun 2: 20% x Rp.10,000,000

Rp.4,000,000
Rp.2,000,000

Aset Tetap
Contoh 3: Harga tunai aset tetap Rp.30,000,000. Pembayaran
dilakukan selama 3 tahun pada setiap awal tahun
masing-masing sebesar Rp.12,000,000.
Biaya perolehan
Bunga efektif
Beban bunga:

Rp.30,000,000
21,525%

Bunga tahun 1: 21,525% x Rp.18,000,000 = Rp.3,874,500


Bunga tahun 2: 21,525% x Rp.9,874,500 = Rp.2,125,500
Angsuran
Awal Th Pembayaran Bunga
Utang
Saldo Utang
1
30,000,000
1
12,000,000
12,000,000
18,000,000
2
12,000,000 3,874,500 8,125,500
9,874,500
3
12,000,000 2,125,500 9,874,500
-

Aset Tetap
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
aset.

Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian,
yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi.

Aset Tetap
Penyusutan:
1.
2.
3.

Metode garis lurus (straight line);


Metode saldo menurun (diminishing balance);
Metode jumlah unit (sum of the unit).

Metode penyusutan dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi


manfaat ekonomik masa depan dari aset dan diterapkan secara
konsisten dari periode ke periode.
Metode penyusutan yang digunakan untuk aset di-review minimum
setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan
dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan
perubahan pola tersebut.

Aset Tetap
1.

Pengeluaran pendapatan
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan
efisiensi dan produktifitas aset tetap.
Diakui sebagai beban pada periode terjadinya.

2.

Pengeluaran modal
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan
efisiensi, produktifitas, atau masa manfaat aset tetap.
Dikapitalisir ke aset tetap terkait

PROPERTI INVESTASI

Properti Investasi
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau
bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai
(oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan)
untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
kedua-duanya, dan tidak untuk:
(a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa atau untuk tujuan administratif; atau
(b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Properti Investasi = Passive Investment

Properti Investasi
Berikut adalah contoh properti investasi:
(a)
(b)
(c)

(d)
(e)

tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan
bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari;
tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum
ditentukan;
bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui
sewa pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau
lebih sewa operasi;
bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada
pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.
properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa
depan digunakan sebagai properti investasi.

Properti Investasi
Berikut adalah contoh aset bukan properti investasi:
(a)

(b)
(c)

(d)

properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari


atau sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk
dijual;
properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama
pihak ketiga;
properti yang digunakan sendiri, termasuk properti yang dikuasai untuk
digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan sendiri,
properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan dan
penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri,
properti yang digunakan oleh karyawan dan properti yang digunakan
sendiri yang menunggu untuk dijual.
properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa
pembiayaan.

Properti Investasi

Ya

Bagian properti
yang digunakan
sendiri adalah
aset tetap
Bagian properti
yang disewakan
adalah properti
investasi

Apakah bagian
properti yang
disewakan lebih
signifikan ?

Ya

Apakah bagian properti


secara terpisah dapat dijual Tidak
atau disewakan melalui
sewa pembiayaan ?

Tidak Seluruh properti

adalah aset tetap

Seluruh properti
adalah properti
investasi

Properti yang sebagian digunakan sendiri dan


sebagian lainnya disewakan

Properti Investasi
Tidak

Properti investasi

Ya

Apakah tambahan
jasa yang diberikan
signifikan ?

Aset tetap
Properti yang disewakan dengan tambahan jasa

Properti Investasi
Bagaimana dengan properti yang disewakan kepada grup
perusahaan ?
Bagi entitas penyewa merupakan properti investasi
Bagi entitas grup merupakan aset tetap

Properti Investasi
Pengukuran awal:
Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan ditambah
dengan biaya transaksi.
Properti investasi yang dicatat sebagai sewa pembiayaan, pada awalnya
diukur sebesar jumlah mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai
kini dari pembayaran sewa minimum.

Pengukuran setelah pengakuan awal:


Model nilai wajar
Model biaya

Properti Investasi
Transfer
Transfer ke atau dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika,
terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan:
(a) dimulainya penggunaan oleh pemilik, ditransfer dari properti investasi
menjadi properti yang digunakan sendiri;
(b) dimulainya pengembangan untuk dijual, ditransfer dari properti
investasi menjadi persediaan;
(c) berakhirnya pemakaian oleh pemilik, ditransfer dari properti yang
digunakan sendiri menjadi properti investasi;
(d) dimulainya sewa operasi ke pihak lain, ditransfer dari persediaan
menjadi properti investasi;

Properti Investasi
Transfer
Untuk properti investasi yang dicatat dengan menggunakan nilai wajar dan
kemudian ditransfer menjadi aset tetap atau sebagai persediaan, nilai properti
untuk akuntansi berikutnya sesuai dengan nilai wajar pada tanggal perubahaan
penggunaan.
Jika aset tetap berubah menjadi properti investasi dan akan dicatat dengan
menggunakan nilai wajar, maka perbedaan antara jumlah tercatat aset tetap
dengan nilai wajar diperlakukan dengan cara yang sama seperti revaluasi aset
tetap.
Untuk transfer dari persediaan ke properti investasi yang akan dicatat pada nilai
wajar, perbedaan antara nilai tercatat persediaan dengan nilai wajar diakui dalam
laba rugi.
Ketika entitas menyelesaikan properti investasi yang dibangun sendiri dan akan
dicatat pada nilai wajar, perbedaan yang ada antara nilai wajar dengan jumlah
tercatatnya diakui dalam laba rugi.

Penjualan
Entitias membeli sebuah properti
investasi pada tanggal 1 Januari
2013, dengan biaya perolehan
Rp.400,000,000. Properti memiliki
masa manfaat 50 tahun, tanpa nilai
sisa, dan pada 31 Des 2015 memiliki
nilai wajar sebesar Rp.560,000,000.
Pada tanggal 1 Januari 2016 properti
tersebut dijual seharga
Rp.540,000,000.
Laba (rugi) yang harus diakui pada
tahun 2016 adalah sebagai
berikut:

(a) Model biaya:


Nilai tercatat:
Harga jual
Laba penjualan

376,000,000
540,000,000
164,000,000

b) Model Nilai wajar:


Nilai wajar
560,000,000
Harga jual
540,000,000
Rugi penjualan
20,000,000

PENURUNAN NILAI ASET

Penurunan Nilai Aset


Uji penurunan nilai dilakukan terhadap semua aset kecuali:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Persediaan;
Aset yang timbul dari kontrak konstruksi;
Aset pajak tangguhan;
Aset yang timbul dari imbalan kerja;
Aset keuangan;
Properti investasi yang diukur pada nilai wajar;
Biaya akuisisi tangguhan, dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak
kontraktual penanggung berdasarkan kontrak asuransi; dan
8) Aset tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.

Penurunan Nilai Aset - Istilah


Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah
dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi
penurunan nilai.
Penurunan nilai aset adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih
nilai tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.
Jumlah terpulihkan suatu aset adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai
wajarnya dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan
akan diterima.

Penurunan Nilai Aset


Suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah
tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan.

Jumlah tercatat

Dibandingkan
dengan

Jumlah
terpulihkan

Yang lebih tinggi

Nilai wajar
Biaya pelepasan

Nilai pakai

Penurunan Nilai Aset


Contoh: PT A melakukan uji penurunan nilai atas sebuah peralatan. Nilai
tercatat peralatan Rp.20,000,000, nilai wajar kurang biaya
pelepasan Rp.18,000,000, dan nilai pakainya Rp.20,500,000.
Jumlah tercatat
Rp.20,000,000

Dibandingkan
dengan

Tidak terjadi penurunan nilai

Nilai wajar
Biaya pelepasan
Rp.18,000,000

Jumlah
terpulihkan
Rp.20,500,000

Yang lebih tinggi


Rp.20,500,000

Nilai pakai
Rp.20,500,000

Penurunan Nilai Aset


Contoh: PT A melakukan uji penurunan nilai atas sebuah peralatan. Nilai
tercatat peralatan Rp.20,000,000, nilai wajar kurang biaya
pelepasan Rp.18,000,000, dan nilai pakainya Rp.17,500,000.
Jumlah tercatat
Rp.20,000,000

Dibandingkan
dengan

Jumlah
terpulihkan
Rp.18,000,000

Yang lebih tinggi


Rp.18,000,000

Terjadi penurunan nilai


Rp.2,000,000

Nilai wajar
Biaya pelepasan
Rp.18,000,000

Nilai pakai
Rp.17,500,000

Penurunan Nilai Aset


Pada akhir setiap akhir periode pelaporan entitas harus menilai apakah
terdapat indikasi bahwa aset mengalami penurunan nilai. Minimal entitas
harus mempertimbangkan:
Informasi yang bersumber dari luar
(a) Nilai wajar aset telah turun secara signifikan.
(b) Perubahan yang signifikan pada teknologi, pasar, kondisi ekonomi maupun
hukum
(c) Peningkatan suku bunga pasar
(d) Jumlah tercatat aset neto melebihi kapitalisasi pasar.

Informasi yang bersumber dari dalam


(a) Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset.
(b) Perubahan signifikan dalam cara aset digunakan.
(c) Bukti internal yang mengindikasikan kinerja ekonomi aset lebih buruk dari
yang diharapkan.

Penurunan Nilai Aset


Teknik Penentuan Nilai Pakai:
1.

2.

Pendekatan tradisional
menggunakan suatu arus kas estimasian tunggal dan tingkat diskonto
tunggal
Pendekatan arus kas ekspektasian
menggunakan suatu arus kas estimasian yang mungkin terjadi

Penurunan Nilai Aset


Contoh:
Pada tanggal 31 Desember 2016, sebuah truk yang direntalkan mempunyai
nilai tercatat Rp.145.000.000 dan sisa umur ekonomis 4 tahun. Diestimasi
setiap tahun truk menghasilkan kas bersih Rp.40.000.000. Pada akhir tahun
ke 4 diestimasi truk mempunyai harga jual Rp.25.000.000. Dengan
menggunakan tingkat bunga 12% pertahun, maka nilai pakai truk adalah:
Akhir
Th

Arus Kas Bersih

Faktor
Pendiskonto

40.000.000

0,8929

35.714.286

40.000.000

0,7972

31.887.755

40.000.000

0,7118

28.471.210

65.000.000

0,6355

41.308.675

Jumlah

137.381.926

Nilai Kini

Penurunan Nilai Aset


Pada tanggal 1 Januari 2016 dibeli sebuah peralatan dengan harga
Rp.50.000.000 . Pada tanggal 31 Desember 2016 dilakukan penyusutan
secara garis lurus untuk tahun 2016 sebesar Rp.12.500.000.
Nilai wajar peralatan pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar
Rp.42.000.000.
Model Biaya
Peralatan

50.000.000

Ak. Penyusutan

(12.500.000)

Jumlah tercatat

37.500.000

Model Revaluasi (1)


Peralatan

42.000.000

Model Revaluasi (2)


Peralatan

56.000.000

Ak. Penyusutan

(14.000.000)

Jumlah tercatat

42.000.000

Penurunan Nilai Aset


Dalam model revaluasi perusahaan mengakui surplus revaluasi (PKL)
sebesar Rp.4.500.000.
Penyusutan Tahun 2017: Model biaya Rp.12,500,000; Model revaluasi
Rp.14,000,000 (42,000,000 : 3).
Model Biaya
Peralatan

50.000.000

Model Revaluasi (1)


Peralatan

42.000.000

Ak. Penyusutan

(25.000.000)

Ak. penyusutan

(14.000.000)

Jumlah tercatat

25.000.000

Jumlah tercatat

28.000.000

Model Revaluasi (2)


Peralatan

56.000.000

Ak. Penyusutan

(28.000.000)

Jumlah tercatat

28.000.000

Penurunan Nilai Aset


Pada tanggal 31 Desember 2017 peralatan terindikasi mengalami
penurunan nilai. Setelah dilakukan uji penurunan nilai, pada tanggal 31
Desember 2017, ditaksir nilai pakai peralatan adalah sebesar
Rp.20.000.000.
Model Biaya
Peralatan
Ak. Penyusutan

50.000.000
(25.000.000)

Model Revaluasi (1)


Peralatan
Ak. penyusutan

42.000.000
(14.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(5.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(8.000.000)

Jumlah tercatat

20.000.000

Jumlah tercatat

20.000.000

Model Revaluasi (2)


Peralatan
Ak. Penyusutan

56.000.000
(28.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(8.000.000)

Jumlah tercatat

20.000.000

Penurunan Nilai Aset


Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi. Untuk aset
yang disajikan pada jumlah direvaluasi, rugi penurunan nilai diperlakukan
sebagai penurunan revaluasi.
Model biaya: Rugi penurunan nilai diakui dalam laba rugi 2017: Rp.5,000,000
Model revaluasi: Surplus revaluasi 2017 diturunkan: Rp.4,500,000, dan rugi
penurunan nilai diakui dalam laba rugi 2017: Rp.3,500,000.

Penurunan Nilai Aset


Penyusutan Tahun 2018: Model biaya = Model revaluasi = Rp.10,000,000;
(20,000,000 : 2).
Model Biaya
Peralatan
Ak. Penyusutan

50.000.000
(35.000.000)

Model Revaluasi (1)


Peralatan
Ak. penyusutan

42.000.000
(24.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(5.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(8.000.000)

Jumlah tercatat

10.000.000

Jumlah tercatat

10.000.000

Model Revaluasi (2)


Peralatan
Ak. Penyusutan

56.000.000
(38.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(8.000.000)

Jumlah tercatat

10.000.000

Penurunan Nilai Aset


Jumlah tercatat aset yang meningkat, yang disebabkan pembalikan rugi
penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat seandainya aset
tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset diakui segera dalam laba rugi,
kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi. Setiap pemulihan rugi
penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan
penilaian kembali.
Pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam
penghasilan komprehensif lain dan meningkatkan surplus revaluasi untuk
aset tersebut. Namun, apabila rugi penurunan nilai atas aset revaluasian
yang sama sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi, pembalikan rugi
penurunan nilai itu juga diakui dalam laporan laba rugi.

Penurunan Nilai Aset


Pada tanggal 31 Desember 2018, nilai wajar peralatan adalah sebesar
Rp.16.000.000.

Model Biaya
Peralatan

50.000.000

Ak. Penyusutan

(35.000.000)

Ak. Pnurunan nilai

(-------------)

Jumlah tercatat

Model Revaluasi (1)


Peralatan

16.000.000

15.000.000
Model Revaluasi (2)
Peralatan

89.600.000

Ak. Penyusutan

(60.800.000)

Ak. Pnurunan nilai

(12.800.000)

Jumlah tercatat

16.000.000

TRANSAKSI MATA UANG ASING

Transaksi Mata Uang Asing


adalah suatu transaksi yang didenominasikan atau memerlukan
penyelesaian dalam mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi
yang timbul ketika suatu entitas:
(a)
membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya
didenominasikan dalam mata uang asing.
(b)
meminjam atau meminjamkan dana yang kemudian utang atau
tagihan yang terjadi didenominasikan dalam mata uang asing;

Transaksi Mata Uang Asing


Pengertian:
Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi
utama dimana suatu entitas beroperasi.
Mata uang asing adalah suatu mata uang selain mata uang
fungsional suatu entitas.
Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam
penyajian laporan keuangan.
Kurs penutup adalah nilai tukar spot pada akhir periode pelaporan.
Kurs spot adalah nilai tukar untuk pengiriman segera.

Transaksi Mata Uang Asing


PT. Liem Bhek merupakan sebuah perusahaan multinasional berdomisili di
Indonesia memiliki 2 anak perusahaan, yakni Phoe Yu Berhad yang
berdomisili di Malaysia dan Nila Corporation yang berdomisili di Singapura.
Ketiga perusahaan mengimpor dan mengekspor barang ke banyak negara
dan sebahagian kecil kepada konsumen dalam negeri.
Meskipun sebahagian besar aktifitas perdagangan PT. Liem Bhek dilakukan
dalam mata uang US Dollar, namun perusahaan tersebut menyusun
laporan keuangannya dalam mata uang rupiah. Sedangkan kedua anak
perusahaan bertransaksi dan menyusun laporan keuangan dalam mata
uang negara domisili masing-masing.
Periode akuntansi ketiga perusahaan berakhir pada 31 Desember.
Identifikasi mata uang fungsional, mata uang asing, dan mata uang
pelaporan setiap entitias

Transaksi Mata Uang Asing

Mata Uang Fungsional


Mata Uang Asing
Mata Uang Pelaporan

PT Liem Bhek

PhoeYu Bhd

Nila Corp

US$

RM

S$

Selain US$

Selain RM

Selain S$

Rp

RM

S$

Transaksi Mata Uang Asing


Pada tanggal 1 Desember 2015, saat PT X didirikan, posisi keuangannya adalah:
Kas Rp
Rp.1.000.000.000
Modal saham Rp.
Rp.1.000.000.000
Perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan luar negeri dan sebahagian besar
transaksi dilakukan dalam US Dollar. Oleh karena itu mata uang fungsionalnya
adalah US Dollar, meskipun rupiah tetap sebagai mata uang pelaporan.
Transaksi pada bulan Desember 2015:
10 Desember 2015, PT X membeli peralatan secara kredit Rp.700.000.000.
25 Desember 2015, PT X melunasi utang usaha.
Kurs spot untuk 1US$:
01 Desember 2015
10 Desember 2015
25 Desember 2015
31 Desember 2015

Rp.13.500
Rp.14.000
Rp.14.100
Rp.13.800

Transaksi Mata Uang Asing


Transaksi mata uang asing awalnya harus dicatat dalam
mata uang fungsional, dengan menerapkan jumlah mata
uang asing, nilai tukar spot antara mata uang fungsional
dan mata uang asing pada tanggal transaksi.

Transaksi Mata Uang Asing


Tanggal

Kurs

Akun

+/-

Dicatat

01 Des 2015

13.500

Modal saham
Kas

+
+

US$ 74.074,07
US$ 74.074,07

10 Des 2015

14.000

Peralatan
Utang

+
+

US$ 50.000,00
US$ 50.000,00

25 Des 2015

14.100

Utang
Kas

US$ 50.000,00
US$ 49.645,39

Laba diakui sebesar

US$

354,61

Selisih kurs pada waktu penyelesaian utang diakui sebagai laba atau rugi

Transaksi Mata Uang Asing


Saldo
US$
31 Des
2015

Kas (Rp)
Peralatan (Rp)
Saham biasa
Laba selisih kurs (Rp)

74,074.07 49,645.39

24,428.68
50,000.00
74,074.07
354.61

Transaksi Mata Uang Asing


Pada akhir periode:
Pos moneter dijabarkan menggunakan kurs penutup;
Pos nonmoneter:
yang diukur dalam biaya historis dijabarkan menggunakan nilai
tukar pada tanggal transaksi;
yang diukur pada nilai wajar dijabarkan menggunakan nilai
tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

Transaksi Mata Uang Asing


Penjabaran Pos Moneter dan Non Moneter
Rp
31 Des Kas (Rp)

300.000.000

Kurs
1/13.800

US$
21,739.13

Selisih kurs pada waktu penjabaran mata uang asing diakui sebagai laba atau rugi
Rugi diakui sebesar 21,739.13 - 24,428.68 = 2,689.55

Transaksi Mata Uang Asing


Saldo
US$
31 Des
2015

Di Lap. Posisi Keuangan


Kas (Rp)
Peralatan (Rp)
Saham biasa
Di Lap. Laba Rugi
Rugi selisih kurs (Rp)

21,739.13
50,000.00
74,074.07

2,334.94

Transaksi Mata Uang Asing


Penjabaran dari Mata Uang Fungsional ke Mata Uang Pelaporan:
(a) aset dan liabilitas dijabarkan menggunakan kurs penutup pada
tanggal laporan.
(b) pendapatan dan beban dijabarkan menggunakan nilai tukar
pada tanggal transaksi; dan
(c) selisih nilai tukar diakui dalam penghasilan komprehensif lain
(PKL/OCI).

Transaksi Mata Uang Asing


US$
Laba rugi:
Rugi selisih kurs (Rp)
Laporan Posisi Keuangan:
Kas (Rp)
Peralatan (Rp)
Total Aset
Saham biasa
Saldo rugi
Selisih kurs penjabaran LK (OCI)
Total Liabilitas & Ekuitas

Kurs
.

2,334.94

13.650*)

21,739.13
50,000.00

13.800
13.800

71,739.13
74.074.07
(2,334.94)
71,739.13

Rp

31.871.931

300.000.000
690.000.000
990.000.000

13.500

1.000.000.000
(31.871.931)
21.871.931
990.000.000

Transaksi Mata Uang Asing


Apabila selama Januari 2016 tidak terjadi perubahan posisi keuangan
dan kurs 1US$ pada 31 Januari 2016 adalah Rp.13.650, maka kembali
dilakukan penjabaran:

31 Jan Kas (Rp)


Peralatan (Rp)

300.000.000
700.000.000

Laba diakui sebesar 21,739.13 21,978.02 = 238.89

Kurs

US$

1/13.650
1/14.000

21,978.02
50,000.00

Transaksi Mata Uang Asing


Saldo

US$
31 Jan
2016

Laporan Posisi Keuangan


Kas (Rp)
Peralatan (Rp)
Saham biasa
Saldo laba (rugi)
Laporan Laba Rugi
Laba selisih kurs (Rp)

21.978,02
50.000,00
74.074,07
2.334,94
238,89

Transaksi Mata Uang Asing


Jika keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter
diakui dalam penghasilan komprehensif lain, maka setiap
perubahan dari keuntungan atau kerugian itu harus kembali
diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Sebaliknya, jika
ketika keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter
diakui dalam laba rugi, maka setiap perubahan dari
keuntungan atau kerugian tersebut harus kembali diakui
dalam laba rugi.

Anda mungkin juga menyukai