A.
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.
Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health
kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di
Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari
H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive medicine for the doctor in his
community.
Menurut leavell dan clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5
tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu : 1.promotion of healt 2.specifik protection
3.early diagnosis and prompt treatment 4.limitation of disability dan 5.rehablitation.
Tingkat pencegahan yang pertama,yaitu promotion of healt oleh para ahli kesehatan
masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan,bukan promosi
kesehatan.mengapa demikian? Tidak lain karena makna yang terkangdung dlam istilah
promotion of healt disini adalah meningkatkan kesehatan seseorang,yaitu melalui asupan gizi
seimbang,olahraga teratur,dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat,tidak terserang
penyakit.
Namun demikian,bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya dengan
promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tengtan promotion of health
menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi, peningkatan kesehatan juga dapat di
lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education)kepada individu dan
masyarakat.
Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi
kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve,
their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an
individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with the environment . (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial,
maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya). Dalam konferensi ini ,health promotion di maknai sebagai perluasan dari healt
education atau pendidikan kesehatan.
B.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan
atau merupakan suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal.
Peran Pendidikan Kesehatan
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
Promosi kesehatan
b.
Perlindungan khusus
c.
d.
Pembatasan kecacatan
e.
Rehabilitasi
C.
Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalma 3 golongan, yaitu :
1.
2.
3.
Usaha rehabilitasi
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena
dengfan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memrlukan biaya yang
lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita
mengerti bahwa mencegah agar kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta
memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah patah
ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki buatan.
D.
1.
a.
1)
Upaya promotif adalah untuk meningkatkan status atau derajat kesehatan yang optimal,
dan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelayanan antenatal yang ada,
dengan menitikberatkan pada kegiatan promotif.
2)
Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Sasarannya adalah kelompok dengan resiko lebih tinggi.
b.
Upaya promotif san preventif merupakan suatu pendidikan kesehatan, dimana suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan berupa suatu kegiatan untuk
membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau
perilakunya.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
Leavell dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine for the Doctor in his Community
, membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa
sebelum sakit dan pada masa sakit.
Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
a.
1)
2)
b.
1) mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingakt awal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and prompt treatment)
2) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan suatu penyakit (disibility limitation)
3)
Rehabilitasi (rehabilitation)
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
PENYAKIT
Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari seytiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat diberikan segera
pengobatan dan tindakan-tindakan yang lain misalnya isolasi, desinfeksi, dsb.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit
pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa
berhasil atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta
keahlian tenaga kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu
diberikan. Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi lebih
sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma)
yang terlambat. Kemungkinan kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit menjadi
lebih lama, biaya untuk pengobatan dan perawatan menjadi lebih besar.
REHABILITASI (REHABILITATION)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas :
a.
Rehabilitasi fisik.
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya. Misalnya, seorang
yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah
yaitu denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya.
b.
Rehabilitasi mental.
Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social
secara memuaskan .seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badania muncul pula
kelainan-kelaianan atau gangguan mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
c.
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan
kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d.
Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya:
misalnya penggunaan mata palsu.
Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan
pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keandaan
mereka (fisik mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses
penyesuian dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang
berdasarkan unsure kemanusian dan keadailan social. Mereka yang direhabilitasi ini
memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian
semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia.
Referensi:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineke
Cipta.
Prasetyo, Erwin Edhi dan Widjianto, Thomas Pudjo. 2012. Papua Kurang Ribuan Bidan.
Kompas.
Widyastuti, Yuni dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.