Anda di halaman 1dari 8

Nama : Tina Nurhayati

Nim : 191401060
Matkul : KSK

Pernyataan
Dari 4 hal berikut ini: Promotif,preventif,kuratif dan rehabilitative manakah yang paling
efektif dalam mengatasi masalah di Indonesia, jelaskan!
Menurut saya,upaya promotif dan preventive sangat efektif dalam mengatasi masalah kesehatan
yang ada diindonesia karena
A. Masa sebelum sakit
a. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion)
b. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection).
B. Pada masa sakit
c. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan pengobatan yang tepat
dan segera. (Early diagnosis and treatment).
d. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation).
e. Rehabilitasi (Rehabilitation).
a. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion) Usaha ini merupakan pelayanan terhadap
pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha di antaranya :
 Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
 Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
 Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
b. Memberikan perlindungan Khusus terhadap sesuatu penyakit Usaha ini merupakan tindakan
pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Beberapa usaha di antaranya :
 Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.  Isolasi penderitaan penyakit menular .
 Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.
c. Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan
yang tepat dan segera. Tujuan utama dari usaha ini adalah :
1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit. Beberapa usaha di
antaranya :
 Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya pemeriksaan
darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan pengobatan
 Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar derita
penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu
misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada
tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau
tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
 Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya
pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
 Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
 Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
 Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
d. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan sesuatu penyakit. Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha ad.
C, yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan
tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah
berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin.
e.Rehabilitasi Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat,sehingga dapat berfungsi laig sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat,semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitasi ini
terdiri atas :
1) Rehabilitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan
rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.
2) Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat
badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita
perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam masyarakat.
3) Rehabilitasi sosial vokasional yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatn
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya.
4) Rehabilitasi aesthesis usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu. Usaha mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat,memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk
dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik,mentaldan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat,dalam keadaannya
yang sekarang. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini
memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan
sematamata,melainkan juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia. Usaha pencegahan dan
kejadian penyakit Bila seseorang seseorang jatuh sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga
kemungkinan yaitu :
a. Sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan cacat
c. Tidak sembuh lagi (meninggal) yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secar sempurna
seandainya terjadi kecacatan, maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan
seringkali merupakan beban (penderitaan) untuk selama-lamanya. Bila alat-alat mobil rusak,kit
adapt membeli yang baru untuk menggantinya,dan ia akan berfungsi lagi dengan baik,seolah-
olah mobil tersebut dalam keadaan baru kembali. Lain halnya dengan alat tubuh manusia, bila
rusak (sakit) kita hanya berusaha untuk memperbaikinya (mengobatinya)dengan segala daya, dan
tetap memakainya lagi, walaupun perbaikannya tidak mencapai kesempurnaan (cacat).
Penggantian dengan alat buatan (prothese),tidak akan menjadi sebaik seperti asalnya. Karena itu
sangatlah bijaksana, bila kita selalu serprinsip lebih baik mencegah timbulnya penyakit dari pada
mengobati maupun merehabilitasinya

Pernyataan
Dari 4 tadi,manakah yang diterapkan di Indonesia?jelaskan! termasuk BPJS
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam
konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam
promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari
koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia
WHO (World Health Organization). Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya
dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat. Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu
upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation) Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang
ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para
pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan.
2. Menjembatani (Mediate) Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya
suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan
berbagai program dan sektorsektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya
masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan
memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable) Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka
mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari
pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan
keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat. Dalam perkembangan
selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap
pencegahan:
1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific
protection).
2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
3. Pencegahan tersier: rehabilitasi.

Untuk BPJS pemberi pelayanan meliputi asosiasi rumahsakit, pelayanan primer, serta para
pemimpin perhimpunan profesi.Model pembelajaran ini disusun atas dasar teori Principal-Agent
relationships (Waterman, Meier 1998) dan dan Honda et al. (2016) . Secara sederhana, teori ini
berasumsi bahwa dalam kehidupan social ada kontrak-kontrak yang dilakukan.Pembeli dalam
hubungan kontraktual ini disebut sebagai ‘principal’.Sementara itu, pihak yang menyediakan jasa
pelayanan disebut sebagai ‘agent’.Oleh karena itu teori ini disebut sebagai ‘teori agensi’.
Hubungan antara principal dan agent ini diatur oleh kontrak yang berisi apa yang harus
dilakukan oleh agent dan apa yang harus dilakukan oleh principal sebagai imbalannya.

Dalam teori hubungan Principal-Agent, BPJS berperan sebagai purchaser yang berfungsi sebagai
principal untuk pelayanan kesehatan. Sebagai principal BPJS dalam pembelian menggunakan
berbagai perangkat seperti sistem kontrak, keuangan, regulasi, dan menjalankan mekanisme
monitoring untuk memastikan lembaga pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai agent
memberikan pelayanan yang bermutu, di dalam tariff yang disepakati.

Di sisi hubungan antara BPJS sebagai purchaser dengan pemerintah, maka BPJS bertindak
sebagai agen yang ditunjuk pemerintah berdasarkan UU SJSN (2004) dan UU BPJS(2011).
Pemerintah dalam hal ini berfungsi dalam peran Stewardship untuk menjamin keadilan dan mutu
pelayanan yang ditetapkan dalam kontrak pembelian. Ada tiga tugas stewardship:

i. Perumusan kebijakan kesehatan untuk menetapkan visi dan arah pengembangan system
kesehatan;
ii. Mempengaruhi kegiatan, termasuk melaksanakan regulasi dalam sektor kesehatan; dan
iii. Mengumpulkan serta menggunakan data untuk memonitor kinerja system kesehatan.

Dalam hubungannya antara BPJS dengan masyarakat, ada hubungan principal-agent yang terjadi


pula.Pembelian yang dilakukan oleh BPJS sebagai purchaser harus mewakili kebutuhan,
harapan, dan prioritas masyarakat dalam memberikan paket manfaat.Disamping itu BPJS sebagai
agent masyarakat harus melakukan monitoring untuk menjamin mutu, pemerataan, dan
responsiveness pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemberi pelayanan kesehatan
pemerintah maupun swasta.

Pernyataan

Menurut anda,ideology apa yang saat ini paling berpengaruh terhadap kebijakan system
kesehatan di Indonesia?Jelaskan!

Kebijakan kesehatan memerlukan mekanisme kontrol dan pola pengelolaan yang tepat. Dalam
hal ini ideologi dapat dipergunakan menjadi pedoman. Sebagai gambaran dalam Jampersal
diharapkan, “jangan sampai orang kaya masuk VIP sebuah RS lalu meminta Jampersal
membiayai persalinannya di kelas 3, dan dia membayar selisihnya, nampaknya juga berpengaruh
terhadap kebijakan yang cenderung mengandung ciri-ciri “welfare-state” ini. Hal ini nampak
pada janji janji kampanye yang seringkali berupa “pengobatan gratis”. Kemudian disusul dengan
adanya program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang bahkan membolehkan mereka yang tidak
miskin untuk digratiskan biaya persalinannya asal mau dirawat di kelas 3 RS yang dikontrak.
Pada saat yang sama Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan menggulirkan 7
Reformasi Pembangunan Kesehatan yaitu:

1) revitalisasi pelayanan kesehatan,

2) ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu sumberdaya manusia,


3) mengupayakan ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektivitas, keterjangkauan obat,
vaksin dan alkes,

4) Jaminan kesehatan,

5) keberpihakan kepada daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah
bermasalah kesehatan (DBK),

6) reformasi birokrasi, dan

7) world class health care. Bila dicermati dari ketujuh reformasi ini terdapat ideologi berbasis
pasar dan sosialis sekaligus. Butir keberpihakan pada daerah tertinggal dan pemerataan
mencerminkan ideologi sosial liberal namun “world class health care” cenderung berbasis pada
intervensi pemerintah terhadap pasar dengan cara memberikan subsidi agar mampu bersaing
dalam pasar kesehatan Asia Tenggara yang semakin bebas. Penerapan beberapa ideologi dalam
satu negara ini berkembang menarik. Terdapat negara yang menerapkan multi ideologi seperti
Cina yang sistem politiknya komunis dan sosialis ternyata sistem ekonominya kapitalis. Amerika
Serikat yang kapitalis juga cenderung ke “kiri” atau “sosialis” dengan UU reformasi kesehatan
yang meningkatkan peran pemerintah dalam kesehatan.

Pernyataan

Jika anda,saya minta memberi nilai terhadap kebijakan system kesehatan


diIndonesia,maka berapa nilainya,jelaskan beserta alasannya!

Saya akan memberi nilai 6 dari 10

Karena,ada beberapa factor yang mempengaruhi itu diantaranya:

1.      Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan\


Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan
tampak belum menonjol
2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional
Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan
tampak belum optimal.
3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional
kejelasan pelayanan keperawatan memang belum dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai