PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang rencana Kegiatan
Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua adalah
pembangunan berwawasan lingkungan sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber
daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu
hidup. Dalam setiap pembangunan akan ada berbagai usaha atau kegiatan yang pada dasarnya
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dijaga keserasian
antar usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa dari sejak awal perencanaannya. Dengan
demikian langkah pengendalian dampak negatif dapat dipersiapkan sedini mungkin.
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang pembangunan
dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk itu telah dilakukan berbagai
upaya penanggulangan dampak lingkungan Rumah Sakit yang dimulai dari analisa dampak
lingkungan (AMDAL). Kenyataan, upaya tersebut tidak dapat dilaksanakan karena berbagai
kendala khususnya biaya.
Untuk meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Lombok Utara terutama di bidang
kesehatan, maka pemerintah setempat akan mendirikan sebuah rumah sakit yang bertaraf
internasional sehingga pelayanan publik dibidang kesehatan yang selama ini banyak dikeluhkan
oleh sebagian masyarakat NTB khususnya yang ada dipulau Lombok dapat ditingkatkan.
Pemilihan lokasi didaerah kabupaten Lombok Utara didasarkan pada ketersediaan lahan yang
masih luas dan bisa dikatakan penduduknya tidak terlalu padat,
Pendirian Rumah Sakit bertaraf internasional ini diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama dibidang kesehatan, sejauh ini masyarakat NTB sering
mengeluhkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit kota atau provinsi,
keterbatasan inilah yang menjadi salah satu factor banyaknya masyarakat yang berobat ke kota
lain seperti Bali dan Surabaya. Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibidang
kesehatan, dengan adanya Rumah Sakit baru ini diharapkan taraf ekonomi serta kesempatan
kerja bagi masyarakat khususnya putra daerah dapat ditingkatkan.
Adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Dampak Lingkungan,
merupakan suatu terobosan baru yang memungkinkan setiap Rumah Sakit yang terkena wajib
1
AMDAL (Rumah Sakit dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur) dapat melaksanakan
dengan baik. Sedangkan bagi yang tidak wajib AMDAL dapat melaksanakan sesuai dengan
situasi dan kondisi Rumah Sakit tetapi masih memenuhi persyaratan sanitasi lingkungan yang
baik.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di kabupaten Lombok Utara ini
adalah :
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang kesehatan, terutama masyarakat NTB.
2. Meningkatkan pelayanan publik dibidang kesehatan.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
1.2.2 Manfaat
Manfaat pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di Kabupaten Lombok Utara
adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
mengembangkan daerah setempat dan meningkatnya kesejahteraan serta pelayanan masyarakat
dibidang kesehatan.
1.3 Peraturan Undang-Undang Yang Mendasari Study
Penyusunan dokumen AMDAL serta implementasinya harus mengancu atau berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku, berikut adalah peraturan yang berkaitan dengan rencana
pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di Kabupaten Lombok Utara :
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. KepMen LH No. 12/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
5. KepMen LH No. 13/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata
Kerja Komisi AMDAL
6. KepMen LH No. 14/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
7. KepMen LH No. 15/MENLH/3/ 1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu
2
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Tentan Pedoman
penyusunan analisis mengenai Dampak lingkungan hidup
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha
Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum memiliki dokumen lingkungan hidup
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007 Tentang Dokumen
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Tidak Memillki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
20. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
21. KepMen LH No. 30/MENLH/1 0/ 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan
22. KepMen LH No. 42/MENLH/1999 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit
Lingkungan
23. KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen AMDAL
24. KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
PembangunanPermukiman Terpadu
25. KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan di Daerah Lahan Basah
26. KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi Penilai AMDAL
27. KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL
Kabupaten/Kota
28. KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Tim
Teknis AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
29. KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL
30. KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
31. KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
Yang diwajibkan
32. KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
33. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92/MENKES/PER/IV/2010
TentangPersyaratan Kualitas Air Minum
34. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian Pencemaran Air
35. KepMen LH No. Kep-35/MenLH/7/ 1995 tentang Program Kali Bersih (PROKASIH)
36. KepMen LH No. Kep-35A/ MenLH /7/ 1995 tentang Program Penilaian Kinerja
Perusahaan/ Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran di Lingkup Kegiatan
PROKASIH (Proper Prokasih)
37. KepMen LH No. 58/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit
38. KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan
Pemanfaatan Air
39. KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan
40. KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Pada Sumber Air
41. KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
PerizinanSerta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
42. KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
5
43. KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang Pedoman
Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
44. KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
45. KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No. 111 Tahun 2003
tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
46. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
47. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
48. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
49. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
50. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
51. Kep. Dirjen Batan No. 119/DJ/III/1992 tentang Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL
Untuk Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non Reaktor
52. Kep. Dirjen Batan No. 294/DJ/IX/1992 tentang Nilai Batas Radioaktif di Lingkungan
53. PP. No, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
54. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
55. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
56. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Peraturan
6
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 tahun 2010 Tentang Sertifikasi kompetensi
penyusun dokumen analisis mengenai Dampak lingkungan hidup dan persyaratan
lembaga pelatihan
Lingkungan hidup
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2006 tentang Pedoman
Umum Standardisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan
58. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
59. PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
60. KepMen LH No. 07/ MENLH/2001 tentang Pejabat Pengawasan Lingkungan Hidup dan
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
61. Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 08 & 22
Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak
Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya
62. KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan
Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
63. KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
di PropinsiKabupaten/Kota.
64. Kep. MENPAN Nomor : 47/KEP/M.PAN//8/2002 tentang Jabatan Fungsional
Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
65. Keputusan Bersama Men PAN dan Mendagri Nomor : 01 /SKB/M.PAN/4/2003 dan
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah.
66. Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Pengendali Dampak Lingkungan.
67. KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.
68. KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan Untuk
Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
69. KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali Dampak
Lingkungan.
70. KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
71. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
72. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
73. KepMen LH No. 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus
Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan.
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
Rumah Sakit, selain itu lokasi yang strategis dan mudah dijangkau membuat lokasi ini sangat
cocok sebagai tempat pembangunan Rumah Sakit.
2.1.1 Tahap Pelaksanaan Rencana Usaha dan Kegiatan
2.1.1.1 Tahap Prakonstruksi
A. Sosialisasi
Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi pembangunan proyek adalah tahap awal
yang harus dilakukan oleh pemrakarsa sebelum mendirikan atau menjalankan suatu proyek.
Sosialisasi AMDAL merupakan penerapan surat keputusan kepala BAPEDAL No. 8 tahun
2000 tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.
Kegiatan sosialisai merupakan salah satu bentuk pengenalan dan proses pemberian
pemahaman kepada masyarakat tentang rencana usaha atau kegiatan yang akan dilakukan.
Melalui sosialisasi ini diharapkan saran dan masukan dari masyarakat tentang berbagai aspek
social yang mendukung penyelenggaraan rencana kegiatan.
Kegiatan sosialisasi di media masa telah dilakukan di harian Lombok Post pada tanggal
10 April 2015. Kegiatan sosialisasi juga telah dilakukan dengan masyarakat dan pihak-pihak
yang terkait dari tingkat RT sampai Kecamatan. Materi sosialisasi meliputi rencana kegiatan
pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di desa Bayan Kecamatan Bayan
Kabupaten Lombok Utara, lokasi administratif kegiatan, tahap-tahap kegiatan yang akan
dilakukan, masalah ketenagakerjaan, dan dampak negative serta positif yang memungkinkan
terjadi dengan adanya pembangunan Rumah Sakit di daerah tersebut.
B. Perolehan Lahan
Lokasi Pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional ini berada di lahan milik
masyarakat, proyek ini memerlukan lahan seluas 8000 m 2. Tahap pertama yang dilakukan
dalam pembebasan lahan ini adalah pendataan lahan dan pemilik lahan yang terkena lokasi
kegiatan pembangunan secara keseluruhan. Dari hasil pendataan tersebut diketahui status dan
luas lahan, volume tanaman tumbuh dan bangunan (jika ada).
Dengan adanya data tersebut maka pembebasan lahan dapat dilakukan sesuai peraturan
yang ada. Proses pembebasan lahan dilakukan dengan proses jual beli. Secara teknis proses
jual beli mengacu kepada Perpres nomor 65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum, serta mempertimbangkan harga NJOP PBB, harga pasar setempat dan
harga yang ditetapkan pemerintah (jika ada). Pekerjaan perolehan lahan ini bisa dilaksanakan
oleh pemrakarsa dengan bantuan pihak-pihak terkait seperti Pemda Kabupaten Lombok
Utara, aparat Kecamatan, Kelurahan dan RT setempat.
2.1.1.2 Tahap Konstruksi
10
Kualifikasi
S2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
-
Jumlah (orang)
1
2
2
2
2
1
1
1
100
pengerukan, penggalian, pemadatan serta penggalian pondasi. Persiapan lahan ini merupakan
salah satu proses penting sebelum memulai konstruksi, sehingga pemrakarsa dapat menjamin
dan mengetahui kondisi tanah yang menjadi tempat bangunan konstruksi.
D. Pembangunan Bangunan Rumah Sakit (Pondasi, gedung, kamar dll)
Pembangunan atau konstruksi bangunan utama rumah sakit dimulai setelah semua
persiapan selesai, proses konstruksi dimulai dari pembangunan pondasi bangunan utama,
yang kemudian akan diteruskan dengan pembangunan tahap selanjutnya sesuai yang telah
direncanakan tim dari pemrakarsa. Tata ruang dari bangunan utama telah disesuaikan dengan
kebutuhan serta pengelompokan berdasarkan fungsi dari masing-masing ruangan.
Jika ditinjau dari segi lokasinya, bangunan utama terletak ditengah-tengah area,
sehingga memungkinkan akses keluar masuk rumah sakit cukup banyak. Pada proses
konstruksi masing-masing pekerja memegang peranan masing-masing seperti pemsangan
mesin-mesin, aliran listrik (sumber tenaga listrik), sumber air, dll.
Pembangunan sarana pengolahan IPAL juga dimasukkan kedalam proses konstruksi
bangunan utama, area pengolahan IPAL terletak cukup jauh dari sumber air (sungai/danau)
yaitu sekitar 2 km, Selain pembangunan sarana IPAL dilakukan juga konstruksi lahan parkir
dan taman disekitar bangunan utama Sistem pengolahan limbah dan B3 dapat dilihat pada
gambar berikut :
D. Penghijauan
Kegiatan penghijauan memiliki fungsi sebagai upaya menimilkan dampak limbah gas
dan kebisingan serta debu disekitar kegiatan rumah sakit serta berfungsi untuk menjaga
kestabilan ekosistem. Daun-daun tanaman hijau bertugas menyerap polutan-polutan
disekitarnya. Sebaliknya dedaunan tersebut melepaskan oksigen yang membuat udara
disekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan akan
mengikat air dan dapat menjadi cadangan air. Disamping itu penataan penghijauan yang baik
juga dapat menambah nilai estetika areal disekitar Rumah Sakit. Penghijauan akan dilakukan
pada area disekitar lokasi Rumah Sakit terutama diarea yang memiliki jarak atau berbatasan
dengan pemukiman warga (green belt). Penghijauan dilakukan dengan menanam tanaman
yang cepat tumbuh, berfungsi ekologis dan mempunyai nilai estetika.
Fungsi penghijauan dikawasan rumah sakit ditekankan sebagai penyerap CO 2,
penghasil oksigen, penyerap polutan, peredam kebisingan, penahan angin dan peningkatan
keindahan (PP RI no.63/2002). Adapun factor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi
reduksi zat pencemar adalah jenis tanaman, kerimbunan dan ketinggian tanaman, jumlah
emisi karbon, suhu, kecepatan angin, kepadatan dan ketinggian bangunan.
E. Kegiatan Disekitar Area Rumah Sakit
Disekitar kawasan Rumah Sakit ada beberapa kegiatan warga yang perlu menjadi
pertimbangan pihak pemrakarsa. Kegiatan tersebut meliputi bidang pertanian dan
perdagangan.
a) Pertanian
Kegiatan pertanian disekitar area rumah sakit umumnya berupa pertanian
dibidang persawahan yaitu penanaman padi, jagung, kacang, kedelai, ataupun
komoditi persawahan pada umumnya. Kegiatan pertanian juga dapat memberikan
dampak positif terhadap lingkungan sekitar, selain membantu untuk menyerap
dan menyimpan air tumbuhan pada sektor pertanian juga membantu menyerap
polutan.
b) Perkebunan
Kegiatan perkebunan masih mendominasi area disekitar Rumah Sakit, hal
ini berkaitan dengan ketersediaan dan faktor daerah Kabupaten Lombok Utara
yang masih didominasi oleh persawahan dan perkebunan, area perkebunan juga
mampu memberikan dampak positif terhadap lingkungan, hamper sama dengan
persawahan, tumbuhan yang ditanam diarea perkebunan mampu menjaga
kestabilan ekosistem serta menjaga ketersediaan cadangan air. Perkebunan
14
Satuan
UA-1
Suhu Udara
Arah angin dominan
Kecepatan Angin
C
_
m/det
Baku mutu
Hasil
26,0
Barat
0,1-0,2
UA-2
UA-3
FISIKA
27,0
25,0
Barat
Barat
0,1-0,2 0,2-0,3
PPRI No.41/99
UA-4
UA-5
25,0
Barat
0,2-0,3
26,0
Barat
0,2-0,3
_
_
_
15
Kelembaban Udara
Partikel Debu
SO2
CO
NO2
H2S
NH3
%
Mg/m3
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
84
69,8
0,86
46,3
1,79
0,06
22,4
84
86
62,7
67,8
KIMIA
0,89
0,81
57,1
52,6
1,59
1,77
0,09
0,06
26,1
23,6
86
63,2
0,84
49,1
1,42
0,06
23,9
85
65,7
0,89
53,9
1,99
0,08
24,7
_
230
900
30000
400
42
1360
Keterangan :
UA1: Udara Area 1 (Batas Barat)
UA2: Udara Area 2 (Batas Selatan)
UA3: Udara Area 3 (Batas Timur)
UA4: Udara Area 4 (Batas Utara)
UA5: Udara Area 5 (Lokasi Study)
Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada 5 titik pengamatan sampel kualitas
udara ambient, terlihat bahwa hampir semua parameter yang diuji memiliki nilai yang hampir
sama atau perbedaannya tidak terlalu signifikan, ini karena memang daerah tersebut memiliki
struktur geografis dan iklim yang cenderung masih sama, parameter-parameter yang diuji
juga memberikan hasil yang cukup baik, dimana semua parameter masih berada jauh
dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
2.2.3 Kualitas Kebisingan
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pembangunan Rumah sakit di Kabupaten Lombok
Utara adalah kebisingan, hal ini dimungkinkan disebabkan oleh mesin yang digunakan untuk
menunjang kegiatan Rumah sakit. Untuk mengatasi kebisingan yang timbul maka desain
lokasi dan tata ruang Rumah Sakit perlu dimaksimalkan, untuk mengetahui perkiraan
kebisingan yang akan terjadi maka dilakukan pengujian terhadap kualitas kebisingan
dibeberapa titik disekitar lokasi Rumah Sakit, berikut adalah data hasil pengamatan terhadap
kualitas kebisingan disekitar daerah/lokasi pembangunan Rumah Sakit :
Tabel 4 Kualitas Kebisingan di sekitar area Rumah Sakit
Hasil
Baku Mutu
Lokasi
Kepmenaker Kep.MenLH
Satuan
Kisaran
Rata-Rata
Pengukuran
No.51/99
No.48/11/1996
UA-1
dB (A)
38,4-39,8
39,1
85
70
UA-2
dB (A)
37,3-38,5
38.0
85
70
UA-3
dB (A)
37,4-38,8
38,1
85
70
16
UA-4
UA-5
dB (A)
dB (A)
38,3-39,7
38,5-39,8
39,0
39,1
85
85
70
70
Keterangan :
UA1: Udara Area 1 (Batas Barat)
UA2: Udara Area 2 (Batas Selatan)
UA3: Udara Area 3 (Batas Timur)
UA4: Udara Area 4 (Batas Utara)
UA5: Udara Area 5 (Lokasi Study)
Berdasarkan data pengujian pada 5 (lima) titik pengamatan sampel pengukuran kualitas
kebisingan, terlihat bahwa semua hasil pengukuran masih jauh dari ambang baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah, baik dikawasan rumah Sakit maupun dibatas-batas lahan Rumah
Sakit, hal ini sesuai dengan keadaan daerah Kabupaten Lombok Utara yang mana didaerah
tersebut belum ada kegiatan pabrik atau industry yang dapat meningkatkan intensitas
kebisingan.
2.2.4 Hidrologi
Tata air wilayah studi merupakan perairan sungai yang berasal dari mata air yang ada
di gunung rinjani, selain itu aliran sungai di daerah studi berasal dari mata air yang ada di
daerah Pusuk. Selain berasal dari dua mata air tersebut, aliran sungai juga dipengaruhi oleh
volume hujan.
2.2.5 Kualitas Air
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, sedangkan
badan air permukaan dalam hal ini adalah sungai, danau, waduk dan rawa. Badan air
permukaan yang terdapat disekitar area pembangunan Rumah Sakit yaitu berupa sungai,
walaupun jarak sungai-sungai yang terdapat di sekitar wilayah pembangunan Rumah sakit
cukup jauh, akan tetapi dengan adanya pembangunan Rumah Sakit kualitas air setidaknya
akan berpengaruh, walaupun hanya sedikit, dari itu tim pemrakarsa melakukan uji kualitas air
permukaan atau kualitas air sungai yang terdapat disekitar lokasi pembangunan Rumah Sakit.
Berikut adalah hasil pengujian kualitas air sungai di Kecamatan Bayan :
Tabel 5 hasil pengujian kualitas air sungai di Kecamatan Bayan
satuan
Sampel
No
BAP-1
BAP-2
Parameter
.
Baku
Mutu(PPRI
No.82/2001)
17
A.FISIKA
1
Temperatur
2
Residu Terlarut (TDS)
3
Residu
tersuspensi(TSS)
B.
Mg/l
26
80,0
26
60,0
1000
Mg/l
2,8
3,9
50
6,9
1,6
12,3
2,1
>0,1
>0,02
>0,01
>0,01
>0,001
>0,001
>0,0001
>0,0001
11,3
>0,001
3,6
7,2
1,8
12,7
2,0
>0,1
>0,02
>0,01
>0,01
>0,001
>0,001
>0,0001
>0,0001
10,5
>0,001
3,9
6,0-9,0
3
25
4
0,2
1
0,2
0,5
0,02
0,1
0,002
0,05
600
0,02
400
30
60
1000
200
450
5000
KIMIA
Mg/l
Mg/l
Mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
4
pH
5
BOD
6
COD
7
DO
8
Total Fosfat
9
Arsen
10 Cobal
11 Amonia
12 Tembaga
13 Mangan
14 Air Raksa
15 Seng
16 Clorida
17 Sianida
18 Sulfat
Mikrobiologi
19 E Coli
MPN/100m
20
l
MPN/100m
Caliform
l
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2015
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2015
Berdasarkan data hasil pengujian kualitas air permukaan pada hulu dan hilir rencana
pembanguna Rumah sakit, terlihat bahwa keadaan atau kualitas air permukaan disekitar
lokasi pembangunan masih sangat baik, baik ditinjau dari segi fisika, kimia dan
mikrobiologi.
2.2.6 Kualitas Tanah
Pembangunan Rumah sakit bertaraf Internasional di Kabupaten Lombok Utara
menyebabkan alih fungsi tanah/lahan, yang sebelumnya lahan digunakan untuk persawahan
dan perkebunan yang ditanami padi, jagung, kedelai dll, dan dengan adanya pembangunan
rumah sakit ini maka lahan tersebut tidak dapat lagi difungsikan sebagai lahan produktif yang
sebelumnya dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan, sehingga tanah menjadi suatu
komponen yang perlu diperhatikan, walaupun pada prakteknya tanah disekitar lokasi
18
diperkirakan tidak akan mengalami dampak yang signifikan. Akan tetapi pengujian terhadap
kualitas tanah tetap dilakukan, berikut adalah hasil pengujian tanah yang telah dilakukan :
Tabel 6 hasil pengukuran Kualitas tanah
No
Parameter
Satuan
Hasil Pengujian
.
1
pH H2O
6,7
2
pH CaCl2
5,9
3
C-Organik
%
5,95
4
N-Total
%
3,1
5
Ratio C/N
8,5
6
P-Tersedia
ppm
7,71
7
Ca-dapat tukar
Cmol/kg
0,45
8
Mg-dapat tukar
Cmol/kg
0,98
9
K-dapat tukar
Cmol/kg
1,3
10 Na-dapat tukar
Cmol/kg
1,1
12 KB
%
2,3
+
13 H
Me/100g
4,7
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2015
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2015
Dari hasil pengukuran, terlihat bahwa kualitas tanah di sekitar area pembangunan
Rumah Sakit cukup subur untuk ditanami berbagai macam tumbuhan seperti padi, jagung dan
aneka buah-buahan lainnya, dengan kondisi tanah yang baik ini maka masyarakat sekitar
dapat memanfaatkan lahan mereka untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan lainnya.
2.3 Komponen Biologi
2.3.1 Flora Darat
Rencana pembangunan Rumah Sakit di desa Bayan terletak pada lahan pertanian dan
perkebunan warga maka hal tersebut dapat merubah vegetasi/jenis flora darat yang berada
dilahan tempat pembangunan Rumah sakit. Berdasarkan survey kondisi flora darat yang ada
disekitar lahan tempat pembangunan Rumah sakit ditemukan berbagai jenis flora yang
berfungsi sebagai penghijaun, flora budidaya, flora semak dan rerumputan. Dalam suatu
ekosistem flora/vegetasi berfungsi sebagai penyerap CO2, logam berat, peredam kebisingan,
penahan erosi, penyimpan air, penahan erosi, pembersih udara (penghasil O2) dan dapat
memperindah lingkungan. Untuk lebih jelasnya kondisi flora darat yang terdapat pada lokasi
kegiatan pembangunan Rumah Sakit dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 7 kondisi Flora disekitar lokasi pembangunan rumah sakit
No
.
Jenis Flora/Vegetasi
Lokasi
Luar Lahan Dalam Lahan
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2.3.2
Padi
Kacang-kacangan
Kelapa
Pepaya
Durian
Rambutan
Ubi-Ubian (Ketela)
Mangga
Bambu
Turi
Rumput dan ilalang
Melinjo
Nangka
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Ekosistem Sungai
Lokasi pembangunan Rumah Sakit memiliki jarak yang cukup jauh dari sungai yang
ada di desa Bayan, ekosistem sungai terdiri dari flora dan fauna, ikan menjadi fauna yang
mendominasi ekosistem sungai, selain ikan terdapat juga udang, kepiting dan keong,
sedangkan flora yang terdapat pada ekosistem sungai berupa kangkung, teratai, eceng gondok
dan beberapa tumbuhan air lainnya.
2.4 Demografi
2.4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit yang berada di desa Bayan Kecamatan
sangat berkaitan dengan jumlah penduduk didaerah tersebut, hal ini berkaitan dengan
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA), kepadatan
penduduk di Kabupaten Lombok Utara (Kecamatan Bayan) dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 8 Jumlah Kepadatan penduduk di Kecamatan bayan
Luas
Jumlah
Kecamata
Kepadatan Penduduk
Wilayah
Penduduk
n
(Jiwa/ KM2)
(KM2)
(Jiwa)
Pemenang
81,09
32.546
401,36
Tanjung
115,64
44.606
385,73
Gangga
157,35
40.836
259,52
Kayangan
126,35
37.413
296,11
Bayan
Jumlah
329,10
809,53
44.671
200.072
135,74
247,15
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan bayan
dapat dianggap tidak padat jika dibandingkan dengan luas wilayah yang dimiliki, sehingga
20
ketersediaan sumber daya alam yang berupa lahan dapat dimanfaatkan sebagai tempat/lokasi
pembanguna Rumah Sakit.
2.4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Usia Sekolah
Tingkat pendidikan masyarakat dapat mempengaruhi cara berfikir dan juga menentukan
tingkat penerapan adopsi ditengah masyarakat. Selain itu, tingkat pendidikan juga
mempengaruhi respon serta tanggapan masyarakat terhadap suatu yang baru, seperti proyek
pembangunan Rumah Sakit, berikut adalah jumlah penduduk berdasarkan usia sekolah :
Tabel 9 Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Penduduk Kelompok Usia Sekolah
Kecamatan
7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun
Pemenang
3.965
2,186
2,350
Tanjung
5.796
3.197
3,359
Gangga
5.694
3,141
3,304
Kayangan
5.076
2,799
2,964
Bayan
5.724
3,157
3,315
Jumlah
26.255
15,292
14,480
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Utara tahun 2013
2.4.3
Bayan umumnya beragama Islam, selain agama Islam terdapat juga sebagian kecil yang
beragama hindu dan budha, berikut adalah komposisi penduduk di Kabupaten Lombok Utara
berdasarkan keyakinan (Agama) :
Protesta
Katoli
Hindu
Buddh
Jumlah
Pemenang
29.874
n
10
k
-
3.872
a
1.300
35.056
Tanjung
38.378
10.277
5.511
54.166
Gangga
39.685
1.477
4.231
45.406
Kayangan
32.681
419
1.084
34.184
Bayan
44.257
2.378
46.938
184.87
17
425
19.08
11.042
215.75
Jumlah
21
Tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bayan tidak terlalu
tinggi, hal ini disebabkan karena Kecamatan Bayan bukan merupakan perkotaan yang maju
yang menjadi destinasi masyarakat untuk mencari pekerjaan, akan tetapi
dengan adanya pembangunan Rumah Sakit diperkirakan di masa yang akan dating
pertumbuhan penduduk akan meningkat secara signifikan.
2.5 Sosial Budaya dan Ekonomi
2.5.1 Kesempatan Kerja dan pendapatan Masyarakat
Mengingat lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit berada pada daerah Kabupaten
Lombok Utara (Kecamatan bayan), yang mana daerah ini masih didominasi oleh persawahan
dan perkebunan, dan bukan merupakan daerah perkotaan, maka pekerjaan atau mata
pencaharian masyarakat setempat didominasi oleh petani, baik itu petani dipersawahan
maupun petani diperkebunan, akan tetapi sebagian kecil dari mereka memiliki mata
pencaharian sebagai PNS dan pedagang.
22
seperti puskesmas. Tersedianya fasilitas umum dibidang kesehatan juga sangat berpengaruh
pada tingkat kesehatan masyarakat, berikut adalah fasilitas kesehatan yang tersedia di
Pemenang
Tanjung
Gangga
Kayangan
Bayan
Puskesmas Perawatan
Pustu
Polindes
10
12
10
10
14
Sarana Kesehatan
Jumlah
Dari tabel diatas terlihat bahwa minimnya ketersediaan fasilitas umum dibidang
kesehatan di Kecamatan Bayan, hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat
kesehatan masyarakat sekitar, diharapkan dengan adanya pembangunan rumah sakit di
Kabupaten Lombok Utara ini pelayanan publik dapat ditingkatkan terutama dibidang
kesehatan.
2.3 Lingkup Wilayah Study
2.3.1 Batas Administratif
Batas wilayah proyek pembangunan proyek adalah ruang dimana kegiatan
pembangunan rumah sakit dan operasionalnya akan dilangsungkan. Rencana lokasi kegiatan
pembangunan rumah sakit secara administrative pemerintah terletak di Desa Bayan
Kecamatan bayan. Batas administrative desa Bayan adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Karang Bajo
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sukadana
Sebelah barat berbatasan dengan desa Mumbul Sari
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Senaru
2.3.2 Batas Sosial
Penentuan Batas sosial pada kegiatan AMDAL ini dengan memperhatikan intensitas,
luas persebaran dampak dan antisipasi perubahan sosial akibat kegiatan pembangunan rumah
24
sakit yang diperkirakan akan timbul terhadap komponen sosial dengan mempertimbangkan
keberadaan masyarakat yang berada disekitar proyek pembangunan.
2.3.3 Batas Ekologis
Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan pembangunan proyek
dan operasionalnya menurut transportasi limbah cair, padat, difusi atau pergerakan limbah.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang sekitar rencana usaha atau kegiatan yang secara
ekologis terkena dampak dari proyek pembangunan rumah sakit ini.
2.3.4 Batas Wilayah Study
Batas wilayah studi yang dilakukan yaitu mengenai batas perkiraan dampak yang akan
ditimbulkan oleh adanya pembangunan rumah sakit, hal ini berkaitan dengan sejauh mana
pengaruh dampak yang ditimbulkan baik berupa dampak dari segi ekologi, sosial budaya,
kesehatan, ekonomi dll, sehingga batas study menjadi lebih spesifik dan jelas.
2.3.5 Batas proyek
Batas proyek merupakan lokasi di mana seluruh komponen rencana kegiatan akan
dilakukan, terutama komponen yang menjadi sumber dampak. Batas proyek ditetapkan
berdasarkan batas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh pemrakarsa.
25
BAB III
METODE STUDY
3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Tujuan pengumpulan dan analisis data:
1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan terkena
dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,
4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek.
Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek, serta
beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Dengan
cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi - lokasi calon penerima dampak
dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi dapat diprakirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur dan dicatat beserta metode
pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.
3.1.1. Komponen Geo- Fisik - Kimia
Komponen lingkungan geo - fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
26
Parameter
Metode Analisis
Peralatan
Kualitas Udara
Sumber
Metode Analisis
Keterangan
PP No. 41
Data
Menggunakan
Hasil perhitungan
SO2
Pararosanilin
Spektrofotomete
tahun
Pedoman ISPU:
dikonversi
CO
NDIR
1999 tentang
Kep.Men. LH No.
menjadi
27
NO2
Saltzman
NDIR Analyzer
Baku
skala kualitas
PM 10
Gravimetri
Spektrofotomete
Mutu Udara
Kep. Ka
lingkungan
TSP
Gravimetri
Ambien
BAPEDAL No.
O3
Chemiluminescen
Hi-Vol
Nasional
r
Sound level
Kep.Men. LH
Sesuai dengan
Hasil perhitungan
meter
No. 48
Kep.Men. LH No.
dikonversi
tahun 1996
48 tahun 1996
menjadi
tentang Baku
tentang
skala kualitas
Tingkat
Baku Tingkat
lingkungan
Kebisingan
Kebisingan
Hi-Vol
Spektrofotomete
2
Kebisingan
Parameter
Metode Pengumpulan
Keterangan
Data
Debit/Discharge Sungai
Data sekunder
Matematik
Q=V*A
Matematik
bulanan, tahunan
Butuh data hujan, luas
Data primer
R = 0,028C.I.A (m3/dt)
Menerapkan Standard
Menerapkan National
penutup lahan
Pengukuran parameter
Sanitation Foundations
Water and
dilakukan langsung di
lapangan ( in situ
28
measurement)
( run off)
rumus Q = 0,028.C.I.A.
pembukaan lahan
dengan planimeter
(Rational equation)
Data sekunder
Perhitungan tingkat
kebutuhan/pemanfaatan
kebutuhan/pemanfaatan air
air
Masing- masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak
tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana lokasi
pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya
akan dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.
B. Kualitas Air
a) Metode Pengumpulan data
1) Kualitas air tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air sumur penduduk. Sampel air akan diambil dari lokasi rencana
pembangunan Rumah Sakit dan beberapa titik diarea sekitar pembangunan rumah sakit
(dengan radius 1 KM), sampel air diambil pada sumur-sumur penduduk serta aliran sungai.
Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 . Parameter-parameter kualitas air tanah yang
akan diukur disajikan pada Tabel berikut
Tabel 15 Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan Diukur (sesuai PERMENKES
907/MENKES/SK/VII/2002)
No
Parameter
1
Antimony
29
Arsenic (As)
Barium (Ba)
Boron (Bo)
Cadmium (Cd)
Kromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Sianida (CN)
10
Fluorida (F)
11
Timah (Pb)
12
Nikel (Ni)
13
Nitrat (NO3)
14
Nitrit (NO2)
15
Selenium (Se)
16
Amonia (NH3)
17
Alumunium (Al)
18
Klorida (Cl)
19
Tembaga (Cu)
20
21
22
Besi (Fe)
23
Mangan (Mn)
24
pH
25
Sodium (Na)
26
Sulfat (SO4 )
27
TDS
28
Seng (Zn)
29
Kekeruhan
30
E. Coli
31
Fecal coli
32
Suhu
33
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No.
37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh
Air Permukaan. Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di
sungai sungai terdekat yang terpengaruh oleh kegiatan pembangunan serta pengolahan
limbah Rumah Sakit yang berjarak (radius) 1 KM dari lokasi proyek pembangunan Rumah
Sakit. Parameter- parameter kualitas air permukaan yang akan diukur disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 16 Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur (sesuai PP RI No. 82 Tahun
2001)
No
Parameter
1
pH
DO
Kekeruhan
DHL
BOD
COD
NO3
NH3
10
Kobalt (Co)
11
Barium (Ba)
12
Boron (Bo)
13
Kadmium (Cd)
14
Khrom (VI)
15
Tembaga (Cu)
16
Besi (Fe)
17
Timbal (Pb)
18
Mangan (Mn)
19
20
Seng (Zn)
21
Khlorida (Cl)
22
Sianida (CN)
23
Fluorida (F)
24
Nitrit (NO2)
25
Sulfat (SO 4)
26
Khlorin bebas
27
31
28
29
Detergen
30
Residu Terlarut
31
Residu Tersuspensi
32
Total Coliform
33
Fecal Coliform
Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang
diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek Pengambilan sampel air tanah akan
dilakukan pada 10 titik atau lokasi yang didasarkan pada perbedaan jenis tanah dan
pertimbangan lainnya.
b) Metode Analisis Data
Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode seperti
yang diuraikan dalam table berikut
Tabel 17 Parameter dan Metode Analisis data kualitas Air
No
Parameter
Teknik Pengujian
Spesifikasi
Metode Pengujian
Amonium
SNI 06-2479-1991
Besi
SNI 06-2523-1991
BOD
Inkubasi Winkler
SNI 06-2503-1991
COD
SNI 06-2504-1991
Fenol
SNI 19-1656-1989
Krom
SNI 06-2511-1991
Kadmium
SIN-06-2465-1991
SNI 19-1660-1989
Nitrat
SNI 06-2480-1991
10
Nitrit
SNI 06-2484-1991
11
Perak
SNI 06-4162-1996
12
Sulfida
aminodimetil anilin
SNI 19-1664-1989
Sianida
Seng
Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003
SNI 19-1504-1989
SNI 06-2507-1991
plankton
dianalisis
untuk
mengetahui
densitas
dan
indeks
diversitas.
Densitas/kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks
keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978). Indeks
keanekaragaman ini diguna kan untuk mengetahui kondisi perairan.
Kerapatan Plangton:
N=
( a .1000 ) c
L
33
Indeks Keanekaragaman :
H = -
pi log pi
catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
34
Indeks Keanekaragaman :
H = -
pi log pi
catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
2) Frekuensi =
3) Kerapatan =
Jumlah Individu
Area Cuplikan
dimana:
DR = angka beban tanggungan (%)
P15- = jumlah penduduk usia 0 14 tahun
P65+ = jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas
P15-64 = jumlah penduduk usia 1564 tahun
K
= konstanta (100)
Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu
sebelum pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu
tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
c) Pendapatan
I = TR .......................(dari sudut penerimaan)
dimana :
I = pendapatan (income )
TR = penerimaan total (total revenue)
I = C + S + i ................. (dari sudud pengeluaran)
dimana:
I = Penerimaan (income )
C = Konsumsi (c onsumption)
S = Tabungan (saving)
I = investasi
d) Tingkat produktivitas tenaga kerja
NilaiTambah Produk Domestik Bruto
Jumlah penduduk Yang Menghasilkan Nilai tambah
36
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, metode pengumpulan dan analisis data adalah sebagai berikut.
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data akan dilakukan melalui:
Observasi/pengamatan lapangan
wawancara dengan menggunakan kuesioner
wawancara mendalam (in depth interview) terhadap informan kunci
penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat setempat
pengumpulan data sekunder.
Macam data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, pembiayaan kesehatan,
macam pelayanan kesehatan, macam penyakit menular yang ada, air bersih dan atau air
sumur penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat baik preventif
maupun kuratif dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara khusus dan selanjutnya
digabung bersama kuesioner sosial-ekonomi dan budaya. Data kualitatif diambil sendiri
oleh peneliti yang bergabung bersama aspek sosial-budaya.
2) Metode analisis data
Data dianalisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi
diantaranya melalui: (1) statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif, dan (3) pedoman resmi
(formal) yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi balita, tingkat
kematian bayi, sumberdaya kesehatan, dan lain sebagainya).
3.2. METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak
(magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.
Tabel 18 Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing Parameter Lingkungan Pada
Jenis-Jenis Dampak Hipotetik
No
1
Komponen
Lingkungan
Kualitas Udara
Parameter
SO
NO2
CO
PM10
Keterangan
Dampak
Matematik dan
komparatif dengan
AMDAL Pembangunan
yang sama
Lombok Utara
Debu (TSP)
Drainase dan irigasi,
Kebisingan
Pola aliran,
debit
Jaringan irigasi,
Kecepatan arus
Sifat fisik air Sifat
Biota Air
kimia air
ID plangton
Professional Judgement,
Komparatif
Matematik
Professional Judgement dan
37
Biota Darat
Jenis ikan
Vegetasi alami
Vegetasi budaya
Sosial Budaya
Kependudukan
Ekonomi
Pendapatan
AMDAL
Pembangunan
sejenis
masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat
7
Kesehatan
Masyarakat
8
Berdasarkan metode (Tabel 18) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing- masing
parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala. Besaran
dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan
hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona
lingkungan hidup awal (mula - mula sebelum adanya proyek (KLRLA) atau Besar prakiraan
dampak = KLp KLRLA
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan pengertian:
+/- 1 = dampak positif/negatif kecil
+/- 2 = dampak positif/negatif sedang
+/- 3 = dampak positif/negatif besar
+/- 4 = dampak positif/negatif sangat besar
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku, khususnya untuk
parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah mendekati angka
batas pada perubahan skala kualitas lingkungan
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI
No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting
merupakan satu kesatuan makna dampak penting. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang
hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat
bersifat penting. Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting
tertentu, maka dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk
selanjutnya dievaluasi bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk
38
mengambil keputusan apakah dampak tersebut merupaka n dampak besar dan penting agar dapat
disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting.
Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis
dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam kajian
AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal
No. 56 tahun 1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak
penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah
dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
1) Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan
hasil/manfaat dari proyek. Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak
<25% dari manusia yang terkena dampak.
2) Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak -tidaknya
di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup
beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap
penting. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat. Kriteria TP apabila
intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya berlangsung
hanya sesaat).
4) Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak. Kriteria TP apabila tidak
ada komponen lain yang terkena dampak.
5) Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi. Kriteria TP apabila dampak tidak akan
terakumulasi .
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik. Kriteria TP apabila dampak berbalik.
39
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka
dalampenetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3.
3.3. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING
Untuk memperkirakan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena dampak,
dilakukan pembuatan simple checklist yang menandai komponen-komponen kegiatan yang
memiliki pengaruh terhaap komponen lingkungan. Metode prakiraan dampak dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:
Pendekatan secara model matematis merupakan perkiraan dampak yang paling baik
bila tersedia cukup data dan model yang sesuai dengan data yang ada.
Pendekatan secara standar baku mutu lingkungan merupakan perkiraan dampak
dengan menggunakan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pendekatan secara analogi merupakan perkiraan dampak dengan mencari persamaan
Dalam menentukan dampak penting pada laporan ini digunakan pendekatan secara
standar baku mutu lingkungan dengan melihat analogi terhadap kasus-kasus serupa yang pernah
terjadi sebelumnya. Dalam evaluasi dampak yang terjadi digunakan metode checklist dan
Metode evaluasi dampak penting non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas
berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting
hipotetik, dengan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang akan menghasilkan dampak terhadap
lingkungan.
Secara garis besar pentingnya suatu dampak adalah bila kondisi berikut tercapai :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Dampak dapat dikatakan penting jika manusia yang terkena dampak negatif langsung
jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menerima manfaat positif
langsung proyek.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
40
Dampak dikatakan penting jika sebarannya dua kali atau lebih luas dari luas wilayah
perencanaan atau telah melewati batas-batas administratif kabupaten.
3. Lamanya dampak berlangsung
Dampak dikatakan penting jika dampak berlangsung selama minimal satu tahapan kegiatan
proyek.
4. Intensitas dampak
Dampak dikatakan penting jika intensitas dampak negatif telah menyebabkan kemerosotan
daya toleransi lingkungan secara drastis dalam waktu yang singkat dan ruang yang luas.
5. Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak
Dampak dikatan penting jika komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak
sekunder atau tersier lebih banyak atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena
dampak penting.
6. Sifat kumulatif dampak
Dampak dikatakan penting jika akumulasi dampak terjadi terus menerus sehingga tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan dan menimbulkan ruang yang relatif luas bahkan terjadi
fenomena sinergetik (saling memperkuat di wilayah sebarannya).
7. Berbalik (reversibel) atau tidak berbaliknya (Irreversibel) dampak tersebut.
Dampak dikatakan penting jika komponen lingkungan yang terkena dampak tidak dapat
dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Untuk beberapa aspek, evaluasi
dilakukan melalui perbandingan dengan standar kualitas lingkungan yang berlaku.
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen
kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan
dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau alternatif
pengelolaannya. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah
jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan
berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya ( P) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan
melebihi baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kat egori
dampak penting yang dikelola (PK).
41
b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (
P)> 3 dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) .
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dan tidak dikelola (TPK) . Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK) , maka dampak - dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang dibantu dengan
Bagan Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan
kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu
kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu:
Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter fisik
Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan penting dapat
ditentukan berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber
penyebab dampak, lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran
dampaknya. Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak
yang bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternative
pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:
Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari Rencana Proyek
42
BAB IV
PELAKSANAAN STUDY
4.1 Identitas pemrakarsa
1. Nama Perusahaan
: PT. Anugrah Bangsa
2. Telpon
: (0341) 341897-fax (0341) 341899
3. Alamat Perusahaan
: Jln. Majapahit No. 11 Mataram 65583
4. Penanggung Jawab
: Erwin Sadewa
5. Jabatan
: General manajer PT. Anugrah Bangsa
4.2 Nama dan Keahlian Tim Penyusun AMDAL
Tabel 19. Tim Penyusun AMDAL
Nama dan Jabatan
Keahlian
Ir. Yanuar Rizki, M.Si Lingkungan
(Ketua)
Ir. Sujarman, MP
Geofisika
(Anggota)
Geofisika
Biologi
penanganan kasus
S1 Tanah (UI)
S1 Agronomi (UGM)
S2 Agronomi (IPB)
43
Sosbud
Sosek-
(Anggota)
Kesmas
Tenaga Pendukung
Ir. Bambang
Suryanto, M.Sc
Doktor)
Sertifikat AMDAL A
Sertifikat AMDAL B
S1 Sosek Peternakan (UNJA)
S2 Manajemen Sumber Daya Alam (IPB)
Sertifikat kompetisi anggota penyusun AMDAL
Sertifikat AMDAL A
Sertifikat Pemantau Adipura
Asumsi perkembangan dari proyek ini sangat cepat sehingga dampaknya pun dapat
diketahui dengan cepat pula.
b.
Waktu satu tahun maksimum merupakan waktu yang cukup lama dalam melihat reaksi
warga terhadap proyek pembangunan Rumah Sakit.
Tabel 20 Rencana Waktu Pelaksanaan Studi
Bulan Ke-
Kegiatan
1
Pembentukkan
AMDAL
1
0
11
12
Tim
Identifikasi
*)Pengumpulan data
primer
*)Pengumpulan data
sekunder
Rona
Awal
Lingkungan
Pelingkupan
Sosialisasi
Masyarakat
Penyelesaian Laporan
AMDAL
45