Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang rencana Kegiatan
Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua adalah
pembangunan berwawasan lingkungan sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber
daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu
hidup. Dalam setiap pembangunan akan ada berbagai usaha atau kegiatan yang pada dasarnya
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dijaga keserasian
antar usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa dari sejak awal perencanaannya. Dengan
demikian langkah pengendalian dampak negatif dapat dipersiapkan sedini mungkin.
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang pembangunan
dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk itu telah dilakukan berbagai
upaya penanggulangan dampak lingkungan Rumah Sakit yang dimulai dari analisa dampak
lingkungan (AMDAL). Kenyataan, upaya tersebut tidak dapat dilaksanakan karena berbagai
kendala khususnya biaya.
Untuk meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Lombok Utara terutama di bidang
kesehatan, maka pemerintah setempat akan mendirikan sebuah rumah sakit yang bertaraf
internasional sehingga pelayanan publik dibidang kesehatan yang selama ini banyak dikeluhkan
oleh sebagian masyarakat NTB khususnya yang ada dipulau Lombok dapat ditingkatkan.
Pemilihan lokasi didaerah kabupaten Lombok Utara didasarkan pada ketersediaan lahan yang
masih luas dan bisa dikatakan penduduknya tidak terlalu padat,
Pendirian Rumah Sakit bertaraf internasional ini diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama dibidang kesehatan, sejauh ini masyarakat NTB sering
mengeluhkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit kota atau provinsi,
keterbatasan inilah yang menjadi salah satu factor banyaknya masyarakat yang berobat ke kota
lain seperti Bali dan Surabaya. Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibidang
kesehatan, dengan adanya Rumah Sakit baru ini diharapkan taraf ekonomi serta kesempatan
kerja bagi masyarakat khususnya putra daerah dapat ditingkatkan.
Adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Dampak Lingkungan,
merupakan suatu terobosan baru yang memungkinkan setiap Rumah Sakit yang terkena wajib
1

AMDAL (Rumah Sakit dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur) dapat melaksanakan
dengan baik. Sedangkan bagi yang tidak wajib AMDAL dapat melaksanakan sesuai dengan
situasi dan kondisi Rumah Sakit tetapi masih memenuhi persyaratan sanitasi lingkungan yang
baik.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di kabupaten Lombok Utara ini
adalah :
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang kesehatan, terutama masyarakat NTB.
2. Meningkatkan pelayanan publik dibidang kesehatan.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
1.2.2 Manfaat
Manfaat pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di Kabupaten Lombok Utara
adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
mengembangkan daerah setempat dan meningkatnya kesejahteraan serta pelayanan masyarakat
dibidang kesehatan.
1.3 Peraturan Undang-Undang Yang Mendasari Study
Penyusunan dokumen AMDAL serta implementasinya harus mengancu atau berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku, berikut adalah peraturan yang berkaitan dengan rencana
pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di Kabupaten Lombok Utara :
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. KepMen LH No. 12/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
5. KepMen LH No. 13/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata
Kerja Komisi AMDAL
6. KepMen LH No. 14/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
7. KepMen LH No. 15/MENLH/3/ 1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu
2

8. KepMen LH No. 42/MENLH/1 1/ 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit


Lingkungan
9. KepMen LH No. 54/MENLH/1 1/ 1995 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu/
Multisektor dan Regional
10. KepMen LH No. 55/MENLH/1 1/ 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Regional
11. KepMen LH No. 57/MENLH/12/ 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Usaha atau Kegiatan Terpadu/Multisektor
12. KepMen LH No. 02/MENLH/1/ 1998 tentang Penetapan Pedoman Baku Mutu
Lingkungan
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan

Upaya

Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Tentan Pedoman
penyusunan analisis mengenai Dampak lingkungan hidup
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha
Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum memiliki dokumen lingkungan hidup
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007 Tentang Dokumen
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Tidak Memillki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup

18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
20. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
21. KepMen LH No. 30/MENLH/1 0/ 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan
22. KepMen LH No. 42/MENLH/1999 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit
Lingkungan
23. KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen AMDAL
24. KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
PembangunanPermukiman Terpadu
25. KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan di Daerah Lahan Basah
26. KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi Penilai AMDAL
27. KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL
Kabupaten/Kota
28. KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Tim
Teknis AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
29. KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL

30. KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
31. KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
Yang diwajibkan
32. KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
33. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92/MENKES/PER/IV/2010
TentangPersyaratan Kualitas Air Minum
34. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian Pencemaran Air
35. KepMen LH No. Kep-35/MenLH/7/ 1995 tentang Program Kali Bersih (PROKASIH)
36. KepMen LH No. Kep-35A/ MenLH /7/ 1995 tentang Program Penilaian Kinerja
Perusahaan/ Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran di Lingkup Kegiatan
PROKASIH (Proper Prokasih)
37. KepMen LH No. 58/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit
38. KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan
Pemanfaatan Air
39. KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan
40. KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Pada Sumber Air
41. KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
PerizinanSerta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
42. KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
5

43. KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang Pedoman
Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
44. KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
45. KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No. 111 Tahun 2003
tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
46. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
47. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
48. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
49. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
50. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
51. Kep. Dirjen Batan No. 119/DJ/III/1992 tentang Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL
Untuk Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non Reaktor
52. Kep. Dirjen Batan No. 294/DJ/IX/1992 tentang Nilai Batas Radioaktif di Lingkungan
53. PP. No, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
54. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
55. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
56. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Peraturan
6

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 tahun 2010 Tentang Sertifikasi kompetensi
penyusun dokumen analisis mengenai Dampak lingkungan hidup dan persyaratan
lembaga pelatihan

Kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai dampak

Lingkungan hidup
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2006 tentang Pedoman
Umum Standardisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan
58. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
59. PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
60. KepMen LH No. 07/ MENLH/2001 tentang Pejabat Pengawasan Lingkungan Hidup dan
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
61. Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 08 & 22
Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak
Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya
62. KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan
Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
63. KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
di PropinsiKabupaten/Kota.
64. Kep. MENPAN Nomor : 47/KEP/M.PAN//8/2002 tentang Jabatan Fungsional
Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
65. Keputusan Bersama Men PAN dan Mendagri Nomor : 01 /SKB/M.PAN/4/2003 dan
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah.

66. Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Pengendali Dampak Lingkungan.
67. KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.
68. KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan Untuk
Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
69. KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali Dampak
Lingkungan.
70. KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
71. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
72. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
73. KepMen LH No. 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus
Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan.

BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Uraian Rencana dan Kegiatan


Nama Kegiatan adalah AMDAL pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di
Kabupaten Lombok Utara. Dasar kegiatan adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan dasar
yang mewajibkan pembangunan ini membutuhkan AMDAL adalah Adanya Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Dampak Lingkungan, AMDAL (Rumah Sakit
dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur wajib AMDAL).
Lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional secara administratif
berada di Jl. Ahmad Yani No 72 yang berada di desa Bayan Kabupaten Lombok Utara NTB.
Rumah Sakit yang akan dibangun ini memiliki kapasitas 900 kamar yang terdiri dari 150 kamar
VIP, 200 kamar kelas menengah, 400 kamar ekonomi dan 100 kamar yang terdiri dari ruang
operasi, poli-poli, apotek dll.
Pembangunan ini berada di lahan milik masyarakat sehingga membutuhkan pembebasan
lahan yang cukup luas. Kondisi lahan tempat rencana pembangunan proyek tidak berdekatan
dengan pemukiman penduduk karena daerah Kabupaten Lombok Utara masih didominasi oleh
persawahan dan perkebunan sehingga dianggap cocok sebagai tempat/lokasi pembangunan

Rumah Sakit, selain itu lokasi yang strategis dan mudah dijangkau membuat lokasi ini sangat
cocok sebagai tempat pembangunan Rumah Sakit.
2.1.1 Tahap Pelaksanaan Rencana Usaha dan Kegiatan
2.1.1.1 Tahap Prakonstruksi
A. Sosialisasi
Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi pembangunan proyek adalah tahap awal
yang harus dilakukan oleh pemrakarsa sebelum mendirikan atau menjalankan suatu proyek.
Sosialisasi AMDAL merupakan penerapan surat keputusan kepala BAPEDAL No. 8 tahun
2000 tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.
Kegiatan sosialisai merupakan salah satu bentuk pengenalan dan proses pemberian
pemahaman kepada masyarakat tentang rencana usaha atau kegiatan yang akan dilakukan.
Melalui sosialisasi ini diharapkan saran dan masukan dari masyarakat tentang berbagai aspek
social yang mendukung penyelenggaraan rencana kegiatan.
Kegiatan sosialisasi di media masa telah dilakukan di harian Lombok Post pada tanggal
10 April 2015. Kegiatan sosialisasi juga telah dilakukan dengan masyarakat dan pihak-pihak
yang terkait dari tingkat RT sampai Kecamatan. Materi sosialisasi meliputi rencana kegiatan
pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional di desa Bayan Kecamatan Bayan
Kabupaten Lombok Utara, lokasi administratif kegiatan, tahap-tahap kegiatan yang akan
dilakukan, masalah ketenagakerjaan, dan dampak negative serta positif yang memungkinkan
terjadi dengan adanya pembangunan Rumah Sakit di daerah tersebut.
B. Perolehan Lahan
Lokasi Pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional ini berada di lahan milik
masyarakat, proyek ini memerlukan lahan seluas 8000 m 2. Tahap pertama yang dilakukan
dalam pembebasan lahan ini adalah pendataan lahan dan pemilik lahan yang terkena lokasi
kegiatan pembangunan secara keseluruhan. Dari hasil pendataan tersebut diketahui status dan
luas lahan, volume tanaman tumbuh dan bangunan (jika ada).
Dengan adanya data tersebut maka pembebasan lahan dapat dilakukan sesuai peraturan
yang ada. Proses pembebasan lahan dilakukan dengan proses jual beli. Secara teknis proses
jual beli mengacu kepada Perpres nomor 65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum, serta mempertimbangkan harga NJOP PBB, harga pasar setempat dan
harga yang ditetapkan pemerintah (jika ada). Pekerjaan perolehan lahan ini bisa dilaksanakan
oleh pemrakarsa dengan bantuan pihak-pihak terkait seperti Pemda Kabupaten Lombok
Utara, aparat Kecamatan, Kelurahan dan RT setempat.
2.1.1.2 Tahap Konstruksi
10

A. Perekrutan Tenaga Kerja


Pada tahap konstruksi Rumah Sakit yang dianggap padat karya, akan dibutuhkan tenaga
kerja terlatih (skill) maupun tenaga kerja tak terlatih (unskill). Pengadaan tenaga kerja
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan tahapan yang telah direncanakan.
Kebutuhan tenaga kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu tenaga yang
membutuhkan keterampilan khusus seperti pemasangan pipa-pipa untuk pengolahan IPAL,
proses pemasangan fasilitas yang berkaitan dengan listrik, pekerjaan yang berkaitan dengan
mesin dll, sedangkan yang lainnya adalah pekerja yang cenderung membutuhkan tenaga
fisik dan dalam hal ini jika masyarakat sekitar dianggap mampu dan layak untuk
mengerjakannya, maka perekrutaan tenaga kerja akan mengutamakan masyarakat setempat.
Berikut adalah perakiraan tenaga kerja yang dibutuhkan :
Tabel 2. Perkiraan Kebutuhan Tenaga kerja
Posisi
Mechanical Engineer
Electric Engineer
Civil Engineer
Mechanical Construction
Electrical Construction
Logistic
surveyor
Design Drafter
Pekerja Umum

Kualifikasi
S2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
-

Jumlah (orang)
1
2
2
2
2
1
1
1
100

Pengalaman Kerja (Thn)


20
15
15
15
15
10
10
10
-

B. Mobilisasi Peralatan dan Material


Mobilisasi peralatan (Alat berat dll) dan material adalah kegiatan untuk memasukkan
peralatan dan material yang digunakan dalam membangun Rumah Sakit. Peralatan dan
material didatangkan atau diangkut dari luar lokasi rencana kegiatan (Proyek) dengan
menggunakan truk atau mobil. Alat berat yang digunakan berupa alat berat untuk menggali,
meratakan serta mengangkut bahan-bahan yang dibutuhkan, sedangkan bahan/material yang
diangkut berupa batu, bata, pasir, kerikil, semen. Pipa dll. Mobilisasi alat berat dan material
dilakukan melalui jalur tengah yaitu melalui jalur desa pusuk, pemilihan akses jalan ini
didasarkan pada volume kendaraan dan aktivitas lalu lintas dijalur tersebut yang cenderung
sepi, sehingga dapat mengurangi dampak yang mungkin terjadi.
C. Persiapan Lahan
Sebulum memulai proses pembangunan bangunan utama Rumah Sakit dan bangunanbangunan penunjang lainnya, perlu dilakukan persiapan lahan, yang meliputi perataan,
11

pengerukan, penggalian, pemadatan serta penggalian pondasi. Persiapan lahan ini merupakan
salah satu proses penting sebelum memulai konstruksi, sehingga pemrakarsa dapat menjamin
dan mengetahui kondisi tanah yang menjadi tempat bangunan konstruksi.
D. Pembangunan Bangunan Rumah Sakit (Pondasi, gedung, kamar dll)
Pembangunan atau konstruksi bangunan utama rumah sakit dimulai setelah semua
persiapan selesai, proses konstruksi dimulai dari pembangunan pondasi bangunan utama,
yang kemudian akan diteruskan dengan pembangunan tahap selanjutnya sesuai yang telah
direncanakan tim dari pemrakarsa. Tata ruang dari bangunan utama telah disesuaikan dengan
kebutuhan serta pengelompokan berdasarkan fungsi dari masing-masing ruangan.
Jika ditinjau dari segi lokasinya, bangunan utama terletak ditengah-tengah area,
sehingga memungkinkan akses keluar masuk rumah sakit cukup banyak. Pada proses
konstruksi masing-masing pekerja memegang peranan masing-masing seperti pemsangan
mesin-mesin, aliran listrik (sumber tenaga listrik), sumber air, dll.
Pembangunan sarana pengolahan IPAL juga dimasukkan kedalam proses konstruksi
bangunan utama, area pengolahan IPAL terletak cukup jauh dari sumber air (sungai/danau)
yaitu sekitar 2 km, Selain pembangunan sarana IPAL dilakukan juga konstruksi lahan parkir
dan taman disekitar bangunan utama Sistem pengolahan limbah dan B3 dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 1. System pengolahan limbah Rumah Sakit

2.1.1.3 Tahap Operasional (Pasca Konstruksi)


A. Pembersihan Lokasi Sisa Konstruksi
12

Sebelum Rumah Sakit benar-benar beroprasi, lokasi proyek dibersihkan terlebih


dahulu, pembersihan lokasi terdiri dari pembersihan sisa-sisa material seperti bongkahan
batu, pasir-pasir, kerikil, potongan kayu serta sampah-sampah sisa konstruksi dan
pengosongan alat-alat berat, pembersihan lokasi hanya memakan waktu yang cukup singkat,
pembersihan lokasi berkaitan erat dengan estetika dan kenyamanan orang-orang yang berada
didalam dan diluar area rumah sakit.
B. Pemeliharaan Mesin dan Sarana Pendukung
Pemeliharaan mesin serta sarana pendukung adalah kegiatan melaksanakan
perawatan, pemeriksaan, dan perbaikan terhadap mesin-mesin ataupun sarana penunjang
yang digunakan oleh Rumah Sakit untuk mempertahankan efisiensi dan keandalan kerja dari
mesin serta sarana terkait. Dari segi pemeliharaan, pihak rumah sakit memiliki rentan waktu
yang singkat/pendek yaitu setiap bulannya atau 720 jam kerja mesin akan tetapi hal ini
bersifat fleksibel yaitu tergantung dari hasil pemantauan setiap harinya. Dalam proses
pemeliharaan dan pemantauan ada beberapa titik yang harus benar-benar diperhatikan, yaitu
saluran aliran limbah, mesin-mesin yang berkaitan dengan sumber listrik dan air. Prosesproses pemeriksaan dan pemantauan terdiri dari pengujian kemampuan mesin secara berkala,
pemantauan efisiensi serta aktifitas sarana/mesin terkait.
C. Pengelolaan Limbah/B3 (IPAL)
Pengelolaan limbah merupakan tindakan dalam penanganan limbah yang dihasilkan
dalam suatu kegiatan, dalam hal ini limbah dihasilkan dari segala proses yang dilakukan di
Rumah Sakit. Penanganan atau engelolaan limbah pada Rumah Sakit secara umum dapat
dilakukan didalam area Rumah Sakit atau dapat dikelola dengan sarana IPAL yang ada di
Rumah Sakit, akan tetapi ada beberapa limbah yang dikelola diluar IPAL, diantaranya adalah
jenis limbah padat berupa sampah ataupun sisa-sisa makanan yang terbuang di sekitar area
Rumah Sakit, dalam hal ini limbah tersebut dikelola oleh sarana non IPAL, bisa dari pihak
kebersihan kota, maupun tenaga kerja yang bekerja di bidang kebersihan Rumah Sakit.
Limbah cair (B3) umumnya dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dirumah sakit,
seperti pembuangan sisa-sisa obat, proses pencucian alat-alat maupun pemeliharaan mesin
dan sarana lain, limbah cair (B3) dapat dikelola pada system IPAL yang telah dibangun,
selain itu limbah juga beasal dari pengunjung Rumah Sakit yang umumnya berupa limbah
padat. Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan domestic, pengelolaannya dilakukan
dengan pembuatan tong sampah ataupun septi tank yang kemudian akan dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir.
13

D. Penghijauan
Kegiatan penghijauan memiliki fungsi sebagai upaya menimilkan dampak limbah gas
dan kebisingan serta debu disekitar kegiatan rumah sakit serta berfungsi untuk menjaga
kestabilan ekosistem. Daun-daun tanaman hijau bertugas menyerap polutan-polutan
disekitarnya. Sebaliknya dedaunan tersebut melepaskan oksigen yang membuat udara
disekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan akan
mengikat air dan dapat menjadi cadangan air. Disamping itu penataan penghijauan yang baik
juga dapat menambah nilai estetika areal disekitar Rumah Sakit. Penghijauan akan dilakukan
pada area disekitar lokasi Rumah Sakit terutama diarea yang memiliki jarak atau berbatasan
dengan pemukiman warga (green belt). Penghijauan dilakukan dengan menanam tanaman
yang cepat tumbuh, berfungsi ekologis dan mempunyai nilai estetika.
Fungsi penghijauan dikawasan rumah sakit ditekankan sebagai penyerap CO 2,
penghasil oksigen, penyerap polutan, peredam kebisingan, penahan angin dan peningkatan
keindahan (PP RI no.63/2002). Adapun factor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi
reduksi zat pencemar adalah jenis tanaman, kerimbunan dan ketinggian tanaman, jumlah
emisi karbon, suhu, kecepatan angin, kepadatan dan ketinggian bangunan.
E. Kegiatan Disekitar Area Rumah Sakit
Disekitar kawasan Rumah Sakit ada beberapa kegiatan warga yang perlu menjadi
pertimbangan pihak pemrakarsa. Kegiatan tersebut meliputi bidang pertanian dan
perdagangan.
a) Pertanian
Kegiatan pertanian disekitar area rumah sakit umumnya berupa pertanian
dibidang persawahan yaitu penanaman padi, jagung, kacang, kedelai, ataupun
komoditi persawahan pada umumnya. Kegiatan pertanian juga dapat memberikan
dampak positif terhadap lingkungan sekitar, selain membantu untuk menyerap
dan menyimpan air tumbuhan pada sektor pertanian juga membantu menyerap
polutan.
b) Perkebunan
Kegiatan perkebunan masih mendominasi area disekitar Rumah Sakit, hal
ini berkaitan dengan ketersediaan dan faktor daerah Kabupaten Lombok Utara
yang masih didominasi oleh persawahan dan perkebunan, area perkebunan juga
mampu memberikan dampak positif terhadap lingkungan, hamper sama dengan
persawahan, tumbuhan yang ditanam diarea perkebunan mampu menjaga
kestabilan ekosistem serta menjaga ketersediaan cadangan air. Perkebunan
14

didaerah Kabupaten Lombok Utara khususnya di Kecamatan Bayan masih


didominasi oleh perkebunan rambutan, durian, mangga dan jenis buah-buahan
lainnya. Jenis tumbuhan yang cenderung besar ini sangat memberikan dampak
yang signifikan terhadap pengendalian polusi, kebisingan dan ketersediaan air.
c) Perdagangan
Selain kegiatan persawahan dan perkebunan, disekitar area Rumah Sakit
juga terdapat pasar tradisional, pasar ini menjadi tempat sentral perdagangan
didaerah Kecamatan Bayan. Keberadaan pasar memiliki dua sisi yaitu
memberikan dampak positif dan negative terhadap kegiatan rumah sakit. Adanya
pasar dapat memberikan kemudahan bagi para pengunjung rumah sakit yang
menginap dirumah sakit untuk memenuhi kebutuhan mereka selama berada
dirumah sakit, sebaliknya dengan adanya pasar tersebut juga berperan dalam
peningkatan limbah, seperti sisa-sisa sayuran maupun buah-buahan yang telah
busuk, akan tetapi letak pasar yang tidak terlalu dekat dengan area Rumah Sakit
masih dapat dikontrol oleh pihak rumah sakit, baik dari segi pengaruh adanya
Rumah sakit terhadap pasar maupun sebaliknya.
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup
2.2.1 Komponen Geofisika-Kimia
2.2.2 Kualitas Udara Ambien
Kualitas udara disekitar area rumah sakit perlu diperhatiakan, banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas udara ambien di sekitar area rumah sakit, salah satunya adalah
kegiatan pembakaran yang dilakukan warga, tahap operasi rumah sakit dianggap tidak terlalu
mempengaruhi kualitas udara di sekitar lokasi hal ini didasari pada kegiatan dari rumah sakit
sendiri yang minim dengan pembakaran atau pembuangan gas emisi yang dapat
mempengaruhi kualitas udara. Berikut adalah data hasil pemantauan terhadap kualitas udara
disekitar lokasi :
Tabel 3 Hasil pengukuran Udara ambient disekitar wilayah studi
Parameter

Satuan
UA-1

Suhu Udara
Arah angin dominan
Kecepatan Angin

C
_
m/det

Baku mutu

Hasil

26,0
Barat
0,1-0,2

UA-2
UA-3
FISIKA
27,0
25,0
Barat
Barat
0,1-0,2 0,2-0,3

PPRI No.41/99
UA-4

UA-5

25,0
Barat
0,2-0,3

26,0
Barat
0,2-0,3

_
_
_
15

Kelembaban Udara
Partikel Debu
SO2
CO
NO2
H2S
NH3

%
Mg/m3
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm

84
69,8
0,86
46,3
1,79
0,06
22,4

84
86
62,7
67,8
KIMIA
0,89
0,81
57,1
52,6
1,59
1,77
0,09
0,06
26,1
23,6

86
63,2
0,84
49,1
1,42
0,06
23,9

85
65,7
0,89
53,9
1,99
0,08
24,7

_
230
900
30000
400
42
1360

Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2015


Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2015

Keterangan :
UA1: Udara Area 1 (Batas Barat)
UA2: Udara Area 2 (Batas Selatan)
UA3: Udara Area 3 (Batas Timur)
UA4: Udara Area 4 (Batas Utara)
UA5: Udara Area 5 (Lokasi Study)
Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada 5 titik pengamatan sampel kualitas
udara ambient, terlihat bahwa hampir semua parameter yang diuji memiliki nilai yang hampir
sama atau perbedaannya tidak terlalu signifikan, ini karena memang daerah tersebut memiliki
struktur geografis dan iklim yang cenderung masih sama, parameter-parameter yang diuji
juga memberikan hasil yang cukup baik, dimana semua parameter masih berada jauh
dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
2.2.3 Kualitas Kebisingan
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pembangunan Rumah sakit di Kabupaten Lombok
Utara adalah kebisingan, hal ini dimungkinkan disebabkan oleh mesin yang digunakan untuk
menunjang kegiatan Rumah sakit. Untuk mengatasi kebisingan yang timbul maka desain
lokasi dan tata ruang Rumah Sakit perlu dimaksimalkan, untuk mengetahui perkiraan
kebisingan yang akan terjadi maka dilakukan pengujian terhadap kualitas kebisingan
dibeberapa titik disekitar lokasi Rumah Sakit, berikut adalah data hasil pengamatan terhadap
kualitas kebisingan disekitar daerah/lokasi pembangunan Rumah Sakit :
Tabel 4 Kualitas Kebisingan di sekitar area Rumah Sakit
Hasil
Baku Mutu
Lokasi
Kepmenaker Kep.MenLH
Satuan
Kisaran
Rata-Rata
Pengukuran
No.51/99
No.48/11/1996
UA-1
dB (A)
38,4-39,8
39,1
85
70
UA-2
dB (A)
37,3-38,5
38.0
85
70
UA-3
dB (A)
37,4-38,8
38,1
85
70
16

UA-4
UA-5

dB (A)
dB (A)

38,3-39,7
38,5-39,8

39,0
39,1

85
85

70
70

Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2015


Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2015

Keterangan :
UA1: Udara Area 1 (Batas Barat)
UA2: Udara Area 2 (Batas Selatan)
UA3: Udara Area 3 (Batas Timur)
UA4: Udara Area 4 (Batas Utara)
UA5: Udara Area 5 (Lokasi Study)
Berdasarkan data pengujian pada 5 (lima) titik pengamatan sampel pengukuran kualitas
kebisingan, terlihat bahwa semua hasil pengukuran masih jauh dari ambang baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah, baik dikawasan rumah Sakit maupun dibatas-batas lahan Rumah
Sakit, hal ini sesuai dengan keadaan daerah Kabupaten Lombok Utara yang mana didaerah
tersebut belum ada kegiatan pabrik atau industry yang dapat meningkatkan intensitas
kebisingan.
2.2.4 Hidrologi
Tata air wilayah studi merupakan perairan sungai yang berasal dari mata air yang ada
di gunung rinjani, selain itu aliran sungai di daerah studi berasal dari mata air yang ada di
daerah Pusuk. Selain berasal dari dua mata air tersebut, aliran sungai juga dipengaruhi oleh
volume hujan.
2.2.5 Kualitas Air
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, sedangkan
badan air permukaan dalam hal ini adalah sungai, danau, waduk dan rawa. Badan air
permukaan yang terdapat disekitar area pembangunan Rumah Sakit yaitu berupa sungai,
walaupun jarak sungai-sungai yang terdapat di sekitar wilayah pembangunan Rumah sakit
cukup jauh, akan tetapi dengan adanya pembangunan Rumah Sakit kualitas air setidaknya
akan berpengaruh, walaupun hanya sedikit, dari itu tim pemrakarsa melakukan uji kualitas air
permukaan atau kualitas air sungai yang terdapat disekitar lokasi pembangunan Rumah Sakit.
Berikut adalah hasil pengujian kualitas air sungai di Kecamatan Bayan :
Tabel 5 hasil pengujian kualitas air sungai di Kecamatan Bayan
satuan
Sampel
No
BAP-1
BAP-2
Parameter
.

Baku
Mutu(PPRI
No.82/2001)
17

A.FISIKA
1
Temperatur
2
Residu Terlarut (TDS)
3
Residu
tersuspensi(TSS)
B.

Mg/l

26
80,0

26
60,0

1000

Mg/l

2,8

3,9

50

6,9
1,6
12,3
2,1
>0,1
>0,02
>0,01
>0,01
>0,001
>0,001
>0,0001
>0,0001
11,3
>0,001
3,6

7,2
1,8
12,7
2,0
>0,1
>0,02
>0,01
>0,01
>0,001
>0,001
>0,0001
>0,0001
10,5
>0,001
3,9

6,0-9,0
3
25
4
0,2
1
0,2
0,5
0,02
0,1
0,002
0,05
600
0,02
400

30

60

1000

200

450

5000

KIMIA
Mg/l
Mg/l
Mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

4
pH
5
BOD
6
COD
7
DO
8
Total Fosfat
9
Arsen
10 Cobal
11 Amonia
12 Tembaga
13 Mangan
14 Air Raksa
15 Seng
16 Clorida
17 Sianida
18 Sulfat
Mikrobiologi
19 E Coli

MPN/100m

20

l
MPN/100m

Caliform

l
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2015
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2015

Berdasarkan data hasil pengujian kualitas air permukaan pada hulu dan hilir rencana
pembanguna Rumah sakit, terlihat bahwa keadaan atau kualitas air permukaan disekitar
lokasi pembangunan masih sangat baik, baik ditinjau dari segi fisika, kimia dan
mikrobiologi.
2.2.6 Kualitas Tanah
Pembangunan Rumah sakit bertaraf Internasional di Kabupaten Lombok Utara
menyebabkan alih fungsi tanah/lahan, yang sebelumnya lahan digunakan untuk persawahan
dan perkebunan yang ditanami padi, jagung, kedelai dll, dan dengan adanya pembangunan
rumah sakit ini maka lahan tersebut tidak dapat lagi difungsikan sebagai lahan produktif yang
sebelumnya dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan, sehingga tanah menjadi suatu
komponen yang perlu diperhatikan, walaupun pada prakteknya tanah disekitar lokasi

18

diperkirakan tidak akan mengalami dampak yang signifikan. Akan tetapi pengujian terhadap
kualitas tanah tetap dilakukan, berikut adalah hasil pengujian tanah yang telah dilakukan :
Tabel 6 hasil pengukuran Kualitas tanah
No
Parameter
Satuan
Hasil Pengujian
.
1
pH H2O
6,7
2
pH CaCl2
5,9
3
C-Organik
%
5,95
4
N-Total
%
3,1
5
Ratio C/N
8,5
6
P-Tersedia
ppm
7,71
7
Ca-dapat tukar
Cmol/kg
0,45
8
Mg-dapat tukar
Cmol/kg
0,98
9
K-dapat tukar
Cmol/kg
1,3
10 Na-dapat tukar
Cmol/kg
1,1
12 KB
%
2,3
+
13 H
Me/100g
4,7
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2015
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2015

Dari hasil pengukuran, terlihat bahwa kualitas tanah di sekitar area pembangunan
Rumah Sakit cukup subur untuk ditanami berbagai macam tumbuhan seperti padi, jagung dan
aneka buah-buahan lainnya, dengan kondisi tanah yang baik ini maka masyarakat sekitar
dapat memanfaatkan lahan mereka untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan lainnya.
2.3 Komponen Biologi
2.3.1 Flora Darat
Rencana pembangunan Rumah Sakit di desa Bayan terletak pada lahan pertanian dan
perkebunan warga maka hal tersebut dapat merubah vegetasi/jenis flora darat yang berada
dilahan tempat pembangunan Rumah sakit. Berdasarkan survey kondisi flora darat yang ada
disekitar lahan tempat pembangunan Rumah sakit ditemukan berbagai jenis flora yang
berfungsi sebagai penghijaun, flora budidaya, flora semak dan rerumputan. Dalam suatu
ekosistem flora/vegetasi berfungsi sebagai penyerap CO2, logam berat, peredam kebisingan,
penahan erosi, penyimpan air, penahan erosi, pembersih udara (penghasil O2) dan dapat
memperindah lingkungan. Untuk lebih jelasnya kondisi flora darat yang terdapat pada lokasi
kegiatan pembangunan Rumah Sakit dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 7 kondisi Flora disekitar lokasi pembangunan rumah sakit
No
.

Jenis Flora/Vegetasi

Lokasi
Luar Lahan Dalam Lahan
19

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2.3.2

Padi
Kacang-kacangan
Kelapa
Pepaya
Durian
Rambutan
Ubi-Ubian (Ketela)
Mangga
Bambu
Turi
Rumput dan ilalang
Melinjo
Nangka

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v

v
v
v
v
v
v
v

Ekosistem Sungai
Lokasi pembangunan Rumah Sakit memiliki jarak yang cukup jauh dari sungai yang

ada di desa Bayan, ekosistem sungai terdiri dari flora dan fauna, ikan menjadi fauna yang
mendominasi ekosistem sungai, selain ikan terdapat juga udang, kepiting dan keong,
sedangkan flora yang terdapat pada ekosistem sungai berupa kangkung, teratai, eceng gondok
dan beberapa tumbuhan air lainnya.
2.4 Demografi
2.4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit yang berada di desa Bayan Kecamatan
sangat berkaitan dengan jumlah penduduk didaerah tersebut, hal ini berkaitan dengan
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA), kepadatan
penduduk di Kabupaten Lombok Utara (Kecamatan Bayan) dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 8 Jumlah Kepadatan penduduk di Kecamatan bayan
Luas
Jumlah
Kecamata
Kepadatan Penduduk
Wilayah
Penduduk
n
(Jiwa/ KM2)
(KM2)
(Jiwa)
Pemenang
81,09
32.546
401,36
Tanjung
115,64
44.606
385,73
Gangga
157,35
40.836
259,52
Kayangan
126,35
37.413
296,11
Bayan
Jumlah

329,10
809,53

44.671
200.072

135,74
247,15

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Utara tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan bayan
dapat dianggap tidak padat jika dibandingkan dengan luas wilayah yang dimiliki, sehingga
20

ketersediaan sumber daya alam yang berupa lahan dapat dimanfaatkan sebagai tempat/lokasi
pembanguna Rumah Sakit.
2.4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Usia Sekolah
Tingkat pendidikan masyarakat dapat mempengaruhi cara berfikir dan juga menentukan
tingkat penerapan adopsi ditengah masyarakat. Selain itu, tingkat pendidikan juga
mempengaruhi respon serta tanggapan masyarakat terhadap suatu yang baru, seperti proyek
pembangunan Rumah Sakit, berikut adalah jumlah penduduk berdasarkan usia sekolah :
Tabel 9 Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Penduduk Kelompok Usia Sekolah
Kecamatan
7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun
Pemenang
3.965
2,186
2,350
Tanjung
5.796
3.197
3,359
Gangga
5.694
3,141
3,304
Kayangan
5.076
2,799
2,964
Bayan
5.724
3,157
3,315
Jumlah
26.255
15,292
14,480
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Utara tahun 2013

2.4.3

Komposisi Penduduk berdasarkan Agama


Sebagian besar penduduk di Kabupaten Lombok Utara khususnya di Kecamatan

Bayan umumnya beragama Islam, selain agama Islam terdapat juga sebagian kecil yang
beragama hindu dan budha, berikut adalah komposisi penduduk di Kabupaten Lombok Utara
berdasarkan keyakinan (Agama) :

Tabel 10 Komposisi masyarakat Berdasarkan Agama


Kecamata

Jumlah Pemeluk Agama


Islam

Protesta

Katoli

Hindu

Buddh

Jumlah

Pemenang

29.874

n
10

k
-

3.872

a
1.300

35.056

Tanjung

38.378

10.277

5.511

54.166

Gangga

39.685

1.477

4.231

45.406

Kayangan

32.681

419

1.084

34.184

Bayan

44.257

2.378

46.938

184.87

17

425

19.08

11.042

215.75

Jumlah

21

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Utara tahun 2013

Islam menjadi agama yang dominan di Kecamatan Bayan, keseragaman atau


kesamaan keyakinan ini bisa menjadi suatu nilai positif,karena dengan adanya kesamaan ini
dapat meminimalisir terjadinya keresahan masyarakat yang berladaskan keyakinan, atau isuisu masyarakat yang mengatasnamakan agama, sehingga masyarakat di daerah tersebut akan
lebih mudah dikontrol.
2.4.4 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk pada suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (imigrasi maupun emigrasi), berikut adalah
pertumbuhan penduduk Di Kabupaten Lombok Utara selama 5 tahun :
Tabel 11 Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Lombok Utara selama 5 Tahun
Jumlah Penduduk Di Tahun
Kecamatan
2009
2010
2011
2012
2013
Pemenang
29.969
30.477
30.992
31.505
32.025
Tanjung
39.409
39.568
39.727
39.871
40.015
Gangga
39.228
39.598
39.971
40.331
40.694
Kayangan
34.837
35.166
35.199
35.481
35.765
Bayan
43.340
44.213
45.102
45.991
46.898
Jumlah
186.78 189.02 190.99 193.17 195.39
3

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Utara tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bayan tidak terlalu
tinggi, hal ini disebabkan karena Kecamatan Bayan bukan merupakan perkotaan yang maju
yang menjadi destinasi masyarakat untuk mencari pekerjaan, akan tetapi
dengan adanya pembangunan Rumah Sakit diperkirakan di masa yang akan dating
pertumbuhan penduduk akan meningkat secara signifikan.
2.5 Sosial Budaya dan Ekonomi
2.5.1 Kesempatan Kerja dan pendapatan Masyarakat
Mengingat lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit berada pada daerah Kabupaten
Lombok Utara (Kecamatan bayan), yang mana daerah ini masih didominasi oleh persawahan
dan perkebunan, dan bukan merupakan daerah perkotaan, maka pekerjaan atau mata
pencaharian masyarakat setempat didominasi oleh petani, baik itu petani dipersawahan
maupun petani diperkebunan, akan tetapi sebagian kecil dari mereka memiliki mata
pencaharian sebagai PNS dan pedagang.
22

Rencana pembangunan Rumah sakit di Kabupaten Lombok Utara diyakini akan


meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, peluang untuk memulai usaha baru akan
semakin terbuka, selain itu untuk masyarakat yang berada pada usia sekolah, dengan adanya
rumah sakit ini diharapkan putra daerah lebih memiliki peluang untuk mendapatkan lapangan
pekerjaan.
2.5.2 Sikap dan Persepsi Masyarakat
Rencana Pembangunan rumah sakit di Kabupaten Lombok Utara sudah diketahui
secara luas oleh masyarakat setempat, dan pihak pemrakarsa juga telah melakukan sosialisasi
tentang rencana ini baik melalui media cetak maupun secara langsung kepada masyarakat
sekitar lokasi pembangunan rumah sakit.
Dari hasil wawancara, secara umum sikap masyarakat tidak keberatan dengan adanya
kegiatan pembangunan Rumah Sakit. Masyarakat setempat menyadari bahwa pembangunan
Rumah sakit didaerah mereka merupakan proyek pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan serta pelayanan public kepada masyarakat, yang secara tidak langsung akan
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Namun demikian, masyarakat mengajukan harapan-harapan terkait rencana kegiatan
ini (pembangunan Rumah sakit) yang mesti diperhatikan oleh pihak pemrakarsa agar kegiatan
bisa berlangsung dengan lancer, harapan-harapan tersebut diantaranya :
1. Pemrakarsa mesti melakukan pembebasan lahan dengan harga yang pantas sesuai
dengan hasil musyawarah dengan para pemilik lahan.
2. Pemrakarsa mengakomodir tenaga kerja local dari masyarakat sekitar.
3. Pihak pemrakarsa dalam pembangunan dan pengoprasian nantinya lebih berhatihati sehingga tidak menimbulkan kecelakaan.
4. Aksesibilitas dan mobilitas kegiatan pembangunan tidak mengganggu kenyamanan
dan keamanan masyarakat sekitar, seandainya kegiatan tersebut merusak fasilitas
umum lainnya, maka pemrakarsa harus menggantinya.
5. Pengolahan limbah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak
mencemari lingkungan sekitar.
Mengingat hal-hal tersebut, maka sosialisasi dan musyawarah terutama kepada
masyarakat sekitar harus terus dilakukan, sehingga sikap dan persepsi masyarakat
akan lebih mendukung keberadaan Rumah sakit.
2.6 Kesehatan Masyarakat
Status derajat kesehatan masyarakat diantaranya dapat tergambar dari pola penyebaran
dan distribusi penyakit, hal tersebut dapat dilihat dari distribusi jenis dan jumlah penyakit
pada 10 penyakit terbesar yang direkam medik/dicatat di unit pelayanan kesehatan utama
23

seperti puskesmas. Tersedianya fasilitas umum dibidang kesehatan juga sangat berpengaruh
pada tingkat kesehatan masyarakat, berikut adalah fasilitas kesehatan yang tersedia di

Pemenang

Tanjung

Gangga

Kayangan

Bayan

Kabupaten Lombok Utara :


Tabel 12 Jumlah sarana dan prasarana Kesehatan di Kabupaten Lombok Utara

Puskesmas Perawatan

Puskesmas Non Perawatan

Pustu

Polindes

10

12

10

10

14

Sarana Kesehatan

Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Utara tahun 2013

Dari tabel diatas terlihat bahwa minimnya ketersediaan fasilitas umum dibidang
kesehatan di Kecamatan Bayan, hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat
kesehatan masyarakat sekitar, diharapkan dengan adanya pembangunan rumah sakit di
Kabupaten Lombok Utara ini pelayanan publik dapat ditingkatkan terutama dibidang
kesehatan.
2.3 Lingkup Wilayah Study
2.3.1 Batas Administratif
Batas wilayah proyek pembangunan proyek adalah ruang dimana kegiatan
pembangunan rumah sakit dan operasionalnya akan dilangsungkan. Rencana lokasi kegiatan
pembangunan rumah sakit secara administrative pemerintah terletak di Desa Bayan
Kecamatan bayan. Batas administrative desa Bayan adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Karang Bajo
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sukadana
Sebelah barat berbatasan dengan desa Mumbul Sari
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Senaru
2.3.2 Batas Sosial
Penentuan Batas sosial pada kegiatan AMDAL ini dengan memperhatikan intensitas,
luas persebaran dampak dan antisipasi perubahan sosial akibat kegiatan pembangunan rumah
24

sakit yang diperkirakan akan timbul terhadap komponen sosial dengan mempertimbangkan
keberadaan masyarakat yang berada disekitar proyek pembangunan.
2.3.3 Batas Ekologis
Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan pembangunan proyek
dan operasionalnya menurut transportasi limbah cair, padat, difusi atau pergerakan limbah.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang sekitar rencana usaha atau kegiatan yang secara
ekologis terkena dampak dari proyek pembangunan rumah sakit ini.
2.3.4 Batas Wilayah Study
Batas wilayah studi yang dilakukan yaitu mengenai batas perkiraan dampak yang akan
ditimbulkan oleh adanya pembangunan rumah sakit, hal ini berkaitan dengan sejauh mana
pengaruh dampak yang ditimbulkan baik berupa dampak dari segi ekologi, sosial budaya,
kesehatan, ekonomi dll, sehingga batas study menjadi lebih spesifik dan jelas.
2.3.5 Batas proyek
Batas proyek merupakan lokasi di mana seluruh komponen rencana kegiatan akan
dilakukan, terutama komponen yang menjadi sumber dampak. Batas proyek ditetapkan
berdasarkan batas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh pemrakarsa.

25

BAB III
METODE STUDY
3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Tujuan pengumpulan dan analisis data:
1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan terkena
dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,
4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek.
Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek, serta
beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Dengan
cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi - lokasi calon penerima dampak
dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi dapat diprakirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur dan dicatat beserta metode
pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.
3.1.1. Komponen Geo- Fisik - Kimia
Komponen lingkungan geo - fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
26

1. Kualitas udara ambien


2. Hidrologi dan kualitas air
3.1.1.1. Kualitas udara ambien, kebisingan dan getaran
3.1.1.1.2. Kualitas udara dan kebisingan
a. Metode pengumpulan data
Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin
yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kualitas udara dan kebisingan
merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan, akan diambil dari
lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit dan beberapa titik diarea sekitar pembangunan
rumah sakit (dengan radius 1 KM)
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :
1) Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pengambilan sampel dilakukan di
beberapa titik diarea sekitar pembangunan rumah sakit (dengan radius 1 KM), parameter yang
diukur meliputi SO2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), NO 2 (nitrogen dioksida), O3,
dan TSP (debu).
2) Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat Sound Level Meter di
lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu
tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan .
b. Metode analisis data
Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU). Tabel 3.2 menyajikan parameter-parameter, metode pengumpulan
dan analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan.
Tabel 13 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas Udara dan Kebisingan
No.
1

Parameter

Metode Analisis

Peralatan

Kualitas Udara

Sumber

Metode Analisis

Keterangan

PP No. 41

Data
Menggunakan

Hasil perhitungan

SO2

Pararosanilin

Spektrofotomete

tahun

Pedoman ISPU:

dikonversi

CO

NDIR

1999 tentang

Kep.Men. LH No.

menjadi

27

NO2

Saltzman

NDIR Analyzer

Baku

45 tahun 1997 dan

skala kualitas

PM 10

Gravimetri

Spektrofotomete

Mutu Udara

Kep. Ka

lingkungan

TSP

Gravimetri

Ambien

BAPEDAL No.

O3

Chemiluminescen

Hi-Vol

Nasional

107 tahun 1997

r
Sound level

Kep.Men. LH

Sesuai dengan

Hasil perhitungan

meter

No. 48

Kep.Men. LH No.

dikonversi

tahun 1996

48 tahun 1996

menjadi

tentang Baku

tentang

skala kualitas

Tingkat

Baku Tingkat

lingkungan

Kebisingan

Kebisingan

Hi-Vol
Spektrofotomete
2

Kebisingan

3) Hidrologi dan Kualitas Air


A. Hidrologi
a. Metode pengumpulan dan analisis data
Data yang akan digunakan dalam pengumpulan data mengenai hidrologi adalah data primer,
sekunder dan data berdasarkan perhitungan matematis. Lingkup studi komponen lingkungan
hidrologi meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
Hidrologi
Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air
Tabel 14 Parameter, metode pengumpulan dan analisis data untuk Hidrologi
No

Parameter

Metode Pengumpulan

Metode Analisis Data

Keterangan

Data

Debit/Discharge Sungai

Data sekunder

Matematik

Data debit dekade,

Debit aliran permukan

Dan data primer


Metode rasional

Q=V*A
Matematik

bulanan, tahunan
Butuh data hujan, luas

Data primer

R = 0,028C.I.A (m3/dt)

daerah dan data

Menerapkan Standard

Menerapkan National

penutup lahan
Pengukuran parameter

Methods for The Examination of

Sanitation Foundations

fisik seperti suhu, pH,

Water and

Water Quality Index

TDS, DO dan DHL

Wastes Water, APHA, edisi

(NSFWQI), (Ott, 1998).

dilakukan langsung di

Kualitas air permukaan

ke 20, tahun 200. Baku Mutu Air

lapangan ( in situ

28

yang akan dipergunakan adalah

measurement)

Air larian permukaan

PP No. 82 tahun 2001.


Observasi visual dan

Persamaan empiris dengan

Lokasi dimana terjadi

( run off)

pengukuran luas DAS pada peta

rumus Q = 0,028.C.I.A.

pembukaan lahan

dengan planimeter

(Rational equation)

(tapak sumur, jalur pipa


dll.)

Tingkat penyediaan dan

Data sekunder

Perhitungan tingkat

kebutuhan/pemanfaatan

kebutuhan/pemanfaatan air

air

dihitung berdasarkan rata


-rata penggunaan volume air
per satuan luas lahan untuk
pertanian, rata -rata
penggunaan air untuk
industri, dan ratarata
penggunaan air untuk
kegiatan lainnya

Masing- masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak
tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana lokasi
pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya
akan dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.
B. Kualitas Air
a) Metode Pengumpulan data
1) Kualitas air tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air sumur penduduk. Sampel air akan diambil dari lokasi rencana
pembangunan Rumah Sakit dan beberapa titik diarea sekitar pembangunan rumah sakit
(dengan radius 1 KM), sampel air diambil pada sumur-sumur penduduk serta aliran sungai.
Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 . Parameter-parameter kualitas air tanah yang
akan diukur disajikan pada Tabel berikut
Tabel 15 Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan Diukur (sesuai PERMENKES
907/MENKES/SK/VII/2002)
No
Parameter
1

Antimony

29

Air raksa (Hg)

Arsenic (As)

Barium (Ba)

Boron (Bo)

Cadmium (Cd)

Kromium (Cr)

Tembaga (Cu)

Sianida (CN)

10

Fluorida (F)

11

Timah (Pb)

12

Nikel (Ni)

13

Nitrat (NO3)

14

Nitrit (NO2)

15

Selenium (Se)

16

Amonia (NH3)

17

Alumunium (Al)

18

Klorida (Cl)

19

Tembaga (Cu)

20

Kesadahan (Ca CO3)

21

Hidrogen Sulfida (H2S)

22

Besi (Fe)

23

Mangan (Mn)

24

pH

25

Sodium (Na)

26

Sulfat (SO4 )

27

TDS

28

Seng (Zn)

29

Kekeruhan

30

E. Coli

31

Fecal coli

32

Suhu

33

Total zat padat terlarut (TDS

2) Kualitas Air Permukaan


Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian, maka
dilakukan pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan
evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
30

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No.
37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh
Air Permukaan. Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di
sungai sungai terdekat yang terpengaruh oleh kegiatan pembangunan serta pengolahan
limbah Rumah Sakit yang berjarak (radius) 1 KM dari lokasi proyek pembangunan Rumah
Sakit. Parameter- parameter kualitas air permukaan yang akan diukur disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 16 Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur (sesuai PP RI No. 82 Tahun
2001)
No
Parameter
1

pH

DO

Kekeruhan

DHL

BOD

COD

Total fosfat sebagai P

NO3

NH3

10

Kobalt (Co)

11

Barium (Ba)

12

Boron (Bo)

13

Kadmium (Cd)

14

Khrom (VI)

15

Tembaga (Cu)

16

Besi (Fe)

17

Timbal (Pb)

18

Mangan (Mn)

19

Air Raksa (Hg)

20

Seng (Zn)

21

Khlorida (Cl)

22

Sianida (CN)

23

Fluorida (F)

24

Nitrit (NO2)

25

Sulfat (SO 4)

26

Khlorin bebas

27

Belerang sbg H2S

31

28

Minyak dan Lemak

29

Detergen

30

Residu Terlarut

31

Residu Tersuspensi

32

Total Coliform

33

Fecal Coliform

Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang
diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek Pengambilan sampel air tanah akan
dilakukan pada 10 titik atau lokasi yang didasarkan pada perbedaan jenis tanah dan
pertimbangan lainnya.
b) Metode Analisis Data
Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode seperti
yang diuraikan dalam table berikut
Tabel 17 Parameter dan Metode Analisis data kualitas Air
No

Parameter

Teknik Pengujian

Spesifikasi
Metode Pengujian

Amonium

Spektrofotometri dengan Nessler

SNI 06-2479-1991

Besi

Spektrometri serapan atom

SNI 06-2523-1991

BOD

Inkubasi Winkler

SNI 06-2503-1991

COD

Refluk secara tertutup

SNI 06-2504-1991

Fenol

Spektrofotometri dengan aminoantipirin

SNI 19-1656-1989

Spektrometri serapan atom


6

Krom

Spektrometri serapan atom

SNI 06-2511-1991

Kadmium

Ekstraksi dengan petroleum eter

SIN-06-2465-1991

Minyak dan lemak

Spektrofotometri dengan sulfat

SNI 19-1660-1989

Nitrat

Spektrofotometri dengan A.sulfanilat

SNI 06-2480-1991

10

Nitrit

Spektrometri serapan atom

SNI 06-2484-1991

11

Perak

Spektrofotometri dengan para

SNI 06-4162-1996

12

Sulfida

aminodimetil anilin

SNI 19-1664-1989

Titrimetri dan kolorimetri


13
14

Sianida

Spektrometri serapan atom

Seng
Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003

SNI 19-1504-1989
SNI 06-2507-1991

3.1.2 Komponen Biologi


32

3.1.2.1. Biota Air (Sungai)


Pengamatan biota sungai yang dilakukan di beberapa lokasi perairan di sekitar rencana
tapak proyek sesuai dengan lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan yaitu dibeberpa
sungai dengan radius 1 KM dari lokasi proyek. Dasar pengambilan sampel adalah media hidup
biota sungai berada di sekitar tapak proyek sehingga apabila kegiatan berlangsung diprakirakan
dapat berpengaruh terhadap biota sungai. Biota sungai yang akan ditelaah meliputi plankton dan
ikan. Adapun parameter yang diukur meliputi, kelimpahan dan indek keanekaragaman untuk
kelompok plankton dan kekayaan jenis untuk ikan.
3.1.2.1.1. Plankton
1) Metode pengumpulan data
Plankton diambil dengan menggunakan plankton net, mengingat air yang berada di
sungai dan laut cukup dinamis, maka jumlah air yang disampling dan disaring dengan plankton
net sebanyak 100 liter dan dipekatkan dalam botol plakton 10 ml dan diawetkan dengan larutan
formalin 4%, untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Plankton akan dipisahkan menjadi
kelompok fitoplankton dan zooplankton, untuk diketahui keanekaragaman jenis dan
kelimpahannya. Determinasi plankton menggunakan kunci determinasi yang dibuat oleh Shirota
(1966), Needham (1972), serta Ward and Whipple (1959).
2) Metode analisis data
Data

plankton

dianalisis

untuk

mengetahui

densitas

dan

indeks

diversitas.

Densitas/kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks
keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978). Indeks
keanekaragaman ini diguna kan untuk mengetahui kondisi perairan.

Kerapatan Plangton:

N=

( a .1000 ) c
L

catatan : N = kerapatan plankton per liter


a = rerata cacah plankton dari semua hitungan dalam SRCC (Sedgwick Rafter Counting Cell) dengan
kapasitas 1 mm3
c = volume air saring (cc)
L = volume air asli yang disaring (liter)

33

Indeks Keanekaragaman :

H = -

pi log pi

catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis

3.1.2.1.2 Keanekaragaman Ikan


1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ikan, udang dll didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil
tangkapan pencari ikan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Selain
itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Lombok Utara.
2) Metode analisis data
Data jenis- jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
3.1.2.2 Flora Darat
Pengamatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak proyek pembangunan Rumah Sakit yang
berjarak (radius) 1 KM dari lokasi proyek beradasarkan azas keterwakilan vegetasi perkebunan
dan persawahan dan pekarangan. Pada setiap daerah pengamatan akan dibuat 6 titik sampling
pada tapak kegiatan. Dasar pengambilan sampel di sekitar lokasi kegiatan adalah hilangnya flora
di sekitar kawasan tersebut apabila rencana kegiatan telah berlangsung. Pada jalur pipa juga akan
dilakukan pengamatan tanpa plot, terutama pada jalur yang berada di daerah persawahan atau
perkebunan. Penentuan pengambilan sampel di sekitar lokasi proyek adalah sebagai perwakilan
vegetasi kebun, pekarangan dan persawahan.
1) Metode pengumpulan data
Pengambilan/pengumpulan data vegetasi diperoleh dengan menggunakan teknik plot quadrat
sampling. Ukuran kuadrat 10 x 10 m untuk strata pohon. Adapun penempatan kuadrat tersebut
ditentukan secara sistematik random sampling. Pengamatan terhadap tanaman budidaya
dilakukan dengan inventarisasi, pengamatan langsung dan wawancara tentang jenis tanaman
yang dibudidayakan masyarakat di wilayah studi.
2) Metode analisis data
Data- data flora dianalisis untuk mengetahui indeks diversitas, frekuensi, kerapatan dan nilai
penting. Parameter yang ditelaah meliputi :

34

1) Indeks diversitas/keanekaragaman untuk komunitas flora darat (perkebunan, sawah dan


pekarangan). Indeks diversitas diketahui melalui rumus indeks menurut Shannon
Wiener:

Indeks Keanekaragaman :

H = -

pi log pi

catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis

2) Frekuensi =

Jumlah Pot dimana Spesies Hadir


Jumlah Total plot yang disampel

3) Kerapatan =

Jumlah Individu
Area Cuplikan

4) Nilai Penting (NP) = Frekuensi relatif (FR) + Kerapatan relatif (DR)


Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskripsif sehingga dapat disimpulkan
kualitas lingkungan flora di lokasi kegiatan dan sekitarnya.
3.1.3.2. Sosial Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data primer. Data
sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi terkait di daerah yang diteliti .
Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap masyarakat di daerah
sekitar proyek dan pada kegiatan- kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter sosial
ekonomi yang akan diteliti meliputi:
Ekonomi rumah tangga terdiri dari: (a) tingkat pendapatan, (b) pola nafkah ganda.
Ekonomi sumber daya alam yang terdiri dari : (a) pola pemanfaatan sumberdaya alam,
(b) pola penggunaan lahan.
Perekonomian lokal yang terdiri dari: (a) kesempatan kerja dan berusaha, (b) jenis dan
jumlah aktivitas ekonomi nonformal , (c) pusat- pusat pertumbuhan ekonomi, (d)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), (e) a ksesibilitas wilayah, (f) fasil itas umum dan fasilitas
sosial.
Analisis data sosial ekonomi yang bersifat kuantitatif akan dilakukan dengan analisis statistik,
sedangkan yang bersifat kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis. Beberapa rumus yang digunakan dalam analisis data sosial ekonomi adalah sebagai
berikut.
35

a) Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) =


15+65+

Jumlah Penduduk Yang Tidak produktif

dimana:
DR = angka beban tanggungan (%)
P15- = jumlah penduduk usia 0 14 tahun
P65+ = jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas
P15-64 = jumlah penduduk usia 1564 tahun
K
= konstanta (100)

b) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)


Pernduduk Berumur 15 Th+ x 100
Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu
sebelum pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu
tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
c) Pendapatan
I = TR .......................(dari sudut penerimaan)
dimana :
I = pendapatan (income )
TR = penerimaan total (total revenue)
I = C + S + i ................. (dari sudud pengeluaran)
dimana:
I = Penerimaan (income )
C = Konsumsi (c onsumption)
S = Tabungan (saving)
I = investasi
d) Tingkat produktivitas tenaga kerja
NilaiTambah Produk Domestik Bruto
Jumlah penduduk Yang Menghasilkan Nilai tambah

3.1.3.3 Kesehatan Masyarakat


Data komponen kesehatan masyarakat meliputi data primer dan sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan pengamatan lapangan.
Sementara itu data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Puskesmas dan rumah
sakit setempat. Dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor: KEP- 124/12/1997

36

tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, metode pengumpulan dan analisis data adalah sebagai berikut.
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data akan dilakukan melalui:
Observasi/pengamatan lapangan
wawancara dengan menggunakan kuesioner
wawancara mendalam (in depth interview) terhadap informan kunci
penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat setempat
pengumpulan data sekunder.
Macam data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, pembiayaan kesehatan,
macam pelayanan kesehatan, macam penyakit menular yang ada, air bersih dan atau air
sumur penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat baik preventif
maupun kuratif dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara khusus dan selanjutnya
digabung bersama kuesioner sosial-ekonomi dan budaya. Data kualitatif diambil sendiri
oleh peneliti yang bergabung bersama aspek sosial-budaya.
2) Metode analisis data
Data dianalisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi
diantaranya melalui: (1) statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif, dan (3) pedoman resmi
(formal) yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi balita, tingkat
kematian bayi, sumberdaya kesehatan, dan lain sebagainya).
3.2. METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak
(magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.
Tabel 18 Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing Parameter Lingkungan Pada
Jenis-Jenis Dampak Hipotetik
No
1

Komponen
Lingkungan
Kualitas Udara

Parameter
SO
NO2
CO
PM10

Metode Prakiraan Besaran

Keterangan

Dampak
Matematik dan

Analogi dengan kegiatan

komparatif dengan

AMDAL Pembangunan

analog kegiatan lain

Rumah Sakit di Kabupaten

yang sama

Lombok Utara

Debu (TSP)
Drainase dan irigasi,

Kebisingan
Pola aliran,

debit

Jaringan irigasi,

Kualitas air tawar

Kecepatan arus
Sifat fisik air Sifat

Biota Air

kimia air
ID plangton

Professional Judgement,
Komparatif
Matematik
Professional Judgement dan

Analogi dengan kegiatan

37

Biota Darat

Jenis ikan
Vegetasi alami
Vegetasi budaya

Sosial Budaya

Kependudukan

Ekonomi

Pendapatan

analog dengan kegiatan

AMDAL

Pembangunan

sejenis

Rumah Sakit di Kabupaten


Lombok Utara

masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat
7

Kesehatan
Masyarakat

8
Berdasarkan metode (Tabel 18) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing- masing
parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala. Besaran
dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan
hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona
lingkungan hidup awal (mula - mula sebelum adanya proyek (KLRLA) atau Besar prakiraan
dampak = KLp KLRLA
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan pengertian:
+/- 1 = dampak positif/negatif kecil
+/- 2 = dampak positif/negatif sedang
+/- 3 = dampak positif/negatif besar
+/- 4 = dampak positif/negatif sangat besar
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku, khususnya untuk
parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah mendekati angka
batas pada perubahan skala kualitas lingkungan
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI
No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting
merupakan satu kesatuan makna dampak penting. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang
hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat
bersifat penting. Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting
tertentu, maka dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk
selanjutnya dievaluasi bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk

38

mengambil keputusan apakah dampak tersebut merupaka n dampak besar dan penting agar dapat
disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting.
Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis
dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam kajian
AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal
No. 56 tahun 1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak
penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah
dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
1) Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan
hasil/manfaat dari proyek. Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak
<25% dari manusia yang terkena dampak.
2) Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak -tidaknya
di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup
beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap
penting. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat. Kriteria TP apabila
intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya berlangsung
hanya sesaat).
4) Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak. Kriteria TP apabila tidak
ada komponen lain yang terkena dampak.
5) Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi. Kriteria TP apabila dampak tidak akan
terakumulasi .
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik. Kriteria TP apabila dampak berbalik.
39

Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka
dalampenetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3.
3.3. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING
Untuk memperkirakan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena dampak,
dilakukan pembuatan simple checklist yang menandai komponen-komponen kegiatan yang
memiliki pengaruh terhaap komponen lingkungan. Metode prakiraan dampak dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan secara model matematis merupakan perkiraan dampak yang paling baik

bila tersedia cukup data dan model yang sesuai dengan data yang ada.
Pendekatan secara standar baku mutu lingkungan merupakan perkiraan dampak

dengan menggunakan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pendekatan secara analogi merupakan perkiraan dampak dengan mencari persamaan

pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.


Profesional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga ahli
berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan dengan fenomena di
lapangan.

Dalam menentukan dampak penting pada laporan ini digunakan pendekatan secara
standar baku mutu lingkungan dengan melihat analogi terhadap kasus-kasus serupa yang pernah
terjadi sebelumnya. Dalam evaluasi dampak yang terjadi digunakan metode checklist dan
Metode evaluasi dampak penting non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas
berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting
hipotetik, dengan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang akan menghasilkan dampak terhadap
lingkungan.
Secara garis besar pentingnya suatu dampak adalah bila kondisi berikut tercapai :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Dampak dapat dikatakan penting jika manusia yang terkena dampak negatif langsung
jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menerima manfaat positif
langsung proyek.
2. Luas wilayah penyebaran dampak

40

Dampak dikatakan penting jika sebarannya dua kali atau lebih luas dari luas wilayah
perencanaan atau telah melewati batas-batas administratif kabupaten.
3. Lamanya dampak berlangsung
Dampak dikatakan penting jika dampak berlangsung selama minimal satu tahapan kegiatan
proyek.
4. Intensitas dampak
Dampak dikatakan penting jika intensitas dampak negatif telah menyebabkan kemerosotan
daya toleransi lingkungan secara drastis dalam waktu yang singkat dan ruang yang luas.
5. Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak
Dampak dikatan penting jika komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak
sekunder atau tersier lebih banyak atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena
dampak penting.
6. Sifat kumulatif dampak
Dampak dikatakan penting jika akumulasi dampak terjadi terus menerus sehingga tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan dan menimbulkan ruang yang relatif luas bahkan terjadi
fenomena sinergetik (saling memperkuat di wilayah sebarannya).
7. Berbalik (reversibel) atau tidak berbaliknya (Irreversibel) dampak tersebut.
Dampak dikatakan penting jika komponen lingkungan yang terkena dampak tidak dapat
dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Untuk beberapa aspek, evaluasi
dilakukan melalui perbandingan dengan standar kualitas lingkungan yang berlaku.
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen
kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan
dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau alternatif
pengelolaannya. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah
jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan
berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya ( P) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan
melebihi baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kat egori
dampak penting yang dikelola (PK).
41

b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (
P)> 3 dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) .
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dan tidak dikelola (TPK) . Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK) , maka dampak - dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang dibantu dengan
Bagan Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan
kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu
kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu:
Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter fisik

kimia dan biologi yang terkena dampak besar dan penting;


Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil pengkajian dari

parameter sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;


Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara makro dimana
kontribusi Rumah Sakit terhadap pembangunan daerah sebagai konsekuensi dari
diperolehnya ijin mendirikan rumah sakit yang dapat meningkatkan pelayanan
public.

Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan penting dapat
ditentukan berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber
penyebab dampak, lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran
dampaknya. Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak
yang bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternative
pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:

Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari Rencana Proyek

pembangunan Rumah Sakit


Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).

42

BAB IV
PELAKSANAAN STUDY
4.1 Identitas pemrakarsa
1. Nama Perusahaan
: PT. Anugrah Bangsa
2. Telpon
: (0341) 341897-fax (0341) 341899
3. Alamat Perusahaan
: Jln. Majapahit No. 11 Mataram 65583
4. Penanggung Jawab
: Erwin Sadewa
5. Jabatan
: General manajer PT. Anugrah Bangsa
4.2 Nama dan Keahlian Tim Penyusun AMDAL
Tabel 19. Tim Penyusun AMDAL
Nama dan Jabatan
Keahlian
Ir. Yanuar Rizki, M.Si Lingkungan
(Ketua)

Ir. Sujarman, MP

Geofisika

(Anggota)

Ir. Sarjito (Anggota)


Ir. Neliyanti, M.Si
(Anggota)

Geofisika
Biologi

Pendidikan Akademis/sertifikat bidang lingkungan


S1 Pembangunan Pertanian (UGM)
S2 Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (UGM)
Sertifikat kompetisi ketua penyusun AMDAL
Sertifikat AMDAL A
Sertifikat AMDAL B
Sertifikat AMDAL Penilai
Sertifikat Metode penilaian Lingkungan
Sertifikat Audit lingkungan
Sertifikat Pemantau Adipura
S1 Tanah (UNJA)
S2 Perwatakan dan klasifikasi tanah (UI)
Sertifikat kompetisi anggota penyusun AMDAL
Sertifikat pelatihan Dasar-dasar AMDAL
Sertifikat pelatihan teknik sampling air dan biota dalam

penanganan kasus
S1 Tanah (UI)
S1 Agronomi (UGM)
S2 Agronomi (IPB)
43

Ir. Syarif Hadi, MS

Sosbud

Ir. Nurmayanti, M.Si

Sosek-

(Anggota)

Kesmas

Tenaga Pendukung
Ir. Bambang
Suryanto, M.Sc

Sertifikat kompetisi anggota penyusun AMDAL


Sertifikat AMDAL A
Sertifikasi kajian lingkungan hidup strategis
S1 Peternakan (UNJA)
S2 Penyuluhan Pembangunan (IPB)
S3 Penyuluhan Pembangunan (UGM) (Kandidat

Doktor)
Sertifikat AMDAL A
Sertifikat AMDAL B
S1 Sosek Peternakan (UNJA)
S2 Manajemen Sumber Daya Alam (IPB)
Sertifikat kompetisi anggota penyusun AMDAL
Sertifikat AMDAL A
Sertifikat Pemantau Adipura

Juru Gambar S1 Teknik Arsitektur (UGM)


S2 GIS (Belanda)
Sertifikat pelatihan Dasar-dasar AMDAL

4.3 Biaya Studi


Besarnya biaya Studi yang dibutuhkan didalam penyusunan studi ANDAL didasarkan
atas lingkup studi yang akan ditelaah. Adapun rincian rencana pengeluaran biaya adalah
digunakan untuk sebagai berikut :
1. Biaya survey
2. Biaya wawancara dengan responden/Komunikasi
3. Biaya untuk Tenaga Ahli
4. Biaya pengamatan/observasi lapangan
5. Biaya penelitian
6. Biaya Administrasi
7. dan biaya lainnya
Berikut ini adalah rincian biaya :
- Tenaga Ahli
: Rp. 270.000.000,00
- Biaya Akomodasi
: Rp. 100.000.000,00
- Transportasi
: Rp. 60.000.000,00
- Komunikasi
: Rp. 10.000.000,00
- Administrasi
: Rp. 10.000.000,00
Total
: Rp 450.000.000,00
- Biaya tak Terduga
: 10% * total
: Rp. 45.000.000,00
- Total Biaya
: Rp. 495.000.000,00
Seluruh biaya studi dibiayai oleh pemprakarsa.
44

4.4 Waktu Pelaksanaan Studi


Jangka waktu pelaksanaan studi AMDAL sejak tahap persiapan hingga penyerahan laporan ke
instansi yang bertanggung jawab adalah 1 tahun. Hal ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
a.

Asumsi perkembangan dari proyek ini sangat cepat sehingga dampaknya pun dapat
diketahui dengan cepat pula.

b.

Waktu satu tahun maksimum merupakan waktu yang cukup lama dalam melihat reaksi
warga terhadap proyek pembangunan Rumah Sakit.
Tabel 20 Rencana Waktu Pelaksanaan Studi
Bulan Ke-

Kegiatan
1
Pembentukkan
AMDAL

1
0

11

12

Tim

Identifikasi
*)Pengumpulan data
primer
*)Pengumpulan data
sekunder
Rona
Awal

Lingkungan

Pelingkupan
Sosialisasi
Masyarakat
Penyelesaian Laporan
AMDAL

45

Anda mungkin juga menyukai