Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi olahraga telah terbukti dapat memperkenalkan bahwa mempertinggi derajat
suatu negara yang pada awalnya tidak pernah diperhitungkan oleh negaranegara lain yang
merasa dirinya lebih besar. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa penyelenggaraan pekan
olahrga baik yang bersifat antar daerah, nasional maupun internasional, di mana suatu daerah
ataupun negara baru dikenal setelah salah seorang

atletnya meraih juara. Sehubungan

dengan hal ini, Sudarman (1989) yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator
Bidang Politik dan Keamanan mengatakan bahwa Olahraga adalah bidang pembangunan
yang penting, terutama sebagai pendukung perjuangan bangsa dalam mencapai kehidupan
yang sejajar dengan bangsa lain, terhormat dan disegani, karena prestasi olahraga merupakan
pula prestasi bangsa.
Namun demikian prestasi olahraga yang tinggi tidak mudah dapat dicapai, hal ini
sangat tergantung dari tiga unsur yang paling berhubungan dengan erat, yaitu:
a. Bakat yang dimiliki seorang atlet.
b. Sumber daya manusia dari pelatih yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai
metodelogi kepelatihan yang dimiliki, seperti pengetahuan tentang anatomi, phisiologi,
kesehatan olahraga, gizi, psikologi, belajar motorik, biomekanika, tes pengukuran dan
sosiologi (Setiawan, 1993), dan.
c. Perhatian yang diberikan seorang pelatih bagaimanapun baik dan idealnya tanpa bakat
yang dimiliki atlet dan perhatian yang kurang dari para pembina mustahil akan mencapai
prestasi yang diinginkan.

Salah satu sistem latihan yang sering digunakaan oleh para pelatih interval, Harsono
(1988), mengatakan bahwa latihan interval merupakan suatu sistem latihan yang diselingi
oleh interval berupa masa kerja dan istirahat. Sedangkan Safrudin (2000) menyatakan
bahwa dalam menyusun pelatihan interval, harus didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut,
lamanya latihan, beban/intensitas latihan, jumlah ulangan dan masa istrahat antara setiap
ulangan, sedangkan bentuk istrahat yang dianjurkan aktif berupa jalan,jogging ataupun
senam.
Lompat jauh merupakan salah satu dari cabang atletik yang membutuhkan unsurunsur kecepatan dan kemampuan daya ledak otot tungkai untuk mencapai prestasi maksimal.
Adanya hubungan yang positif antara tingkat kondisi fisik dengan pencapaian prestasi
tersebut mendorong peneliti untuk ingin membuktikan pengaruh lari yang dilakukan dengan
sistem latihan interval training 25 meter terhadap peningkatan hasil lompat jauh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dikemukakan rumusan masalah
dalam penelitian; Apakah ada pengaruh latihan lari interval training 25 meter dengan
intensitas yang tinggi terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.

C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari pelaksanaan ini adalah
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh latihan lari interval training 25 meter
terhadap prestasi lompat jauh pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Sape tahun pelajaran
2009/2010.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian akan dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini secara teoritis dapat bermanfaat:
-

Para ilmuwan yang bergelut dibidang olahraga dalam meningkatkan ilmu

keolahragaan.
Menarik perhatian para peneliti lain untuk terangsang mengadakan penelitian yang
lebih luas dan mendalam tentang masalah yang berhubungan dengan olahraga

terutama pada lompat jauh.


2. Kegunaan Praktis
- Sebagai bekal dan pengalaman dalam bidang penelitian yang relevan ilmu olahraga
- Sebagai masukan tambahan informasi dan pedoman bagi guru olahraga maupun
pelatih agar dapat meningkatkan prestasi lompat jauh.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan pendapat para ahli, maka rumusan hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut; Ada pengaruh latihan lari interval training 25 meter terhadap
prestasi lompat jauh pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Sape tahun pelajaran
2009/2010.
F. Asumsi
Asumsi adalah anggapan dasar terhadap suatu masalah atau faktor yang mengandung
kebenaran tanpa memerlukan pembuktian. Dengan kata lain masa yang dipaparkan tidak
perlu lagi dibuktikan kebenaranya (Indun,1976,hal 12). Ahli lain mengatakan bahwa
Asumsi adalah suatu yang diyakini kebenaranya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal
yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitianya
(Arikunto, 1989: 17).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Asumsi teoritis

Asumsi teoritis disebut juga postulat yaitu anggapan yang sudah pasti benar
(Indun, 1986:12). Asumsi teoritisnya adalah: otot kaki yang berlatih dengan baik tidak
akan mengalami kesulitan dalam melakukan lompatan.
2. Asumsi metodik
Asumsi metodik adalah anggapan dari segi metode (Indun, 1986,12). Dalam
penelitian ini mengemukakan asumsi metode sebagai berikut:
- Metode penentuan subyek penelitian menggunakan metode proporsional random
-

sampling.
Metode penggumpulan data menggunakan metode tes perbuatan dan dokumentasi.
Metode analisis data menggunakan analisis statistik dengan menggunakan rumus: t-

test.
3. Asumsi pelaksanaan
Penelitian ini dapat terlaksana dikarenakan:
- Datanya jelas
- Sumber datanya ada.
- Hubungan dengan sumber data informasi dengan peneliti baik.
- Lokasi penelitian dapat dijangkau oleh peneliti karena jaraknya tidak terlalu jauh,
cukup biaya, tenaga dan waktu.
- Adanya bantuan bimbingan dari pembimbing I dan II.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan yang berhubungan dengan ruang lingkup
penelitian, yaitu: 1. Variabel penelitian, 2. Populasi atau

subjek penelitian 3. Lokasi

penelitian dan 4. Waktu penelitian.


1. Variabel Penelitian
Jenis variabel yang diteliti dalam penelitian ini, meliputi:
-

Variabel bebas (variabel yang mempengaruhi/penyebab) yaitu latihan lari interval

training 25 M dengan intensitas yang tinggi.


Variabel terikat (variabel yang mempengaruhi/akibat) yaitu prestasi lompat jauh.

2. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah siswa putra
kelas VII SMP Negeri 1 Sape tahun pelajaran 2009/2010.
3. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian di halaman SMP Negeri 1 Sape, fasilitas ini juga


digunakan sebagai tempat pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani bagi
seluruh siswa SMP Negeri 1 Sape.
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian sekitar bulan Maret 2010 sampai dengan bulan April 2010.
H. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan pengertian mengenai variabel-variabel yang berhubungan
dengan penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Lari interval training 25 meter dengan intensitas yang tinggi adalah perlakuan latihan lari
25 meter dengan intensitas tinggi yang diberikan dengan sistem latihan interval.
2. Prestasi lompat jauh adalah skor maksimal yang diperoleh testee (subjek penelitian) dari
hasil test lompat jauh yang diukur, dari balok tumpuan sampai tempat mendarat
(lompatan ini dilakukan dengan menggunakan awalan). Pelaksanaan test lompat jauh ini
dapat dilaksanakan sebanyak tiga kali, sedangkan data yang diambil/digunakan adalah
hasil terbaik dari tiga kali lompatan tersebut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan beberapa macam teori yang dijadikan pedoman pelaksanaan
penelitian, adapun teori-teori yang dimaksud adalah mengenai hal-hal sebagai berikut: A. latihan
yang terdiri dari: 1. Pengertian latihan, 2. Prinsip-prinsip latihan, 3. Syarat-syarat latihan, B.
kecepatan yang terdiri dari: 1. Pengertian kecepatan, 2. Macam-macam kecepatan, C. latihan
interval, D. lompat jauh.
A. Latihan
Sering kali mendengar bahkan melihat seseorang yang melakukan aktivitas olahraga
menganggap dirinya sudah ataupun sedang melakukan latihan, namun demikian sebenarnya
orang tersebut belum dapat dikatakan melakukan latihan, karena apa yang dilakukan
menyimpang dari pengertian latihan yang sebenarnya. Oleh sebab itu penting sekali oleh
setiap pembina, pelatih dan atlet untuk memahami apa yang dimaksud dengan latihan.
1. Pengertian latihan
Ada beberapa pendapat mengenai batasan/pengertian latihan yang diberikan oleh
para ahli, antara lain: Harsono (1988) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang
dan kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. Sedangkan Setiawan (1993),
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan latihan adalah proses yang sistematis dari
kerja fisik yang dilakukan secara berulang-ulang dengan setiap hari menambah jumlah
beban latihan.
Sistematis artinya bahwa latihan harus dilakukan secara teratur, terencana,
terjadwal dengan baik, metodis, menurut pola dan sistem tertentu serta diberikan dengan
urutan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Berulang-ulang maksudnya adalah bahwa gerakan yang dipelajari harus dilatih
secara berulang-ulang agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi kian mudah,

otomatis dan lebih reflektif pelaksanaannya. Sedangkan pengertian dari kian hari jumlah
bebannya kian bertambah adalah bahwa secara periodic/berkala beban latihan harus
ditingkatkan apabila sudah saatnya untuk ditingkatkan.
2. Prinsip-prinsip Latihan
Agar prestasi bisa tercapai secara maksimal, seorang pelatih maupun atlet
semestinya mengetahui dan selalu memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan yang
meliputi: (Nurkancana, 1992).
Prinsip beban berlebih
Untuk mendapat efek latihan yang baik maka harus diberikan beban melebihi
beban yang bisa diterima dalam aktivitas sehari-hari (overload).
Prinsip beban bertambah
Prinsip beban bertambah adalah suatu prinsip pertambahan secara bertahap
yang dilaksanakan di dalam suatu program latihan. Peningkatan dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan beban, set, repetisi, frekuensi dan lamanya (duration)
latihan.
Prinsip latihan beraturan
Latihan hendaknya dimulai dari otot yang lebih besar kemudian baru
dilanjutkan dengan melatih kelompok otot yang lebih kecil. Tidak boleh melakukan
latihan secara berurutan pada kelompok yang sama, berikan tenggang waktu yang
cukup untuk periode pemulihan (recorvery).
Prinsip individu
Pada dasarnya setiap individu memiliki fisik, karakter dan psikologis yang
berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, untuk faktor individu harus
juga diperhatikan sebaik-baiknya.
Prinsip kekhususan
Pada dasarnya yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan melaksanakan
program latihan, hendaknya melatih otot-otot yang digunakan untuk cabang olahraga
yang bersangkutan dan hendak latihan dapat merangsang benar pada gerakan cabang
olahraga tersebut.
Prinsip pulih asal

Hasil dari peningkatan kualitas fisik sebagai akibat dari latihan, bersifat
reversibel artinya bahwa kualitas fisik yang sudah diperoleh melalui latihan yang
sudah dilakukan dalam kurun waktu tertentu akan menurun kembali. Agar kualitas
fisik tidak menurun, sebaiknya frekuensi latihan yang ditingkatkan yaitu paling
sedikit 3 kali per minggu baik untuk olahraga prestasi. Hal ini disebabkan karena
ketahanan (endurance) seseorang menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan.
3. Syarat-Syarat Latihan
Latihan untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani harus
memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: 1. Jenis latihan, 2. Lama latihan, 3. Intensitas
latihan, 4. Frekwensi latihan.(Wasis D. wiyogo, Sulistyorini 1990/1991).
-

Jenis latihan
Jenis latihan yang dapat berfungsi untuk meningkatkan kesegaran jasmani
adalah suatu kegiatan yang mempunyai unsur gerak yang dapat merangsang kerja
jantung, peredaran darah dan pernapasan. Salah satu kegiatan yang dapat
merangsang kerja jantung, dan melibatkan kerja otot-otot juga adalah latihan

interval training.
Lama latihan
Lama latihan untuk olahraga kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesegaran jasmani harus dilakukan dengan lama latihan antara 20-30 menit dalam
training zone. Latihan tersebut adalah kegiatan yang menjamin pemeliharaan kerja
dan peningkatan kerja fisik secara terus-menerus yang bersifat aerobik, yaitu jumlah
maksimum oksigen yang dibutuhkan sistim skeleton-neuro-musculair (otot-otot
persyarafan) sebagai alat gerak aktif yang kelangsungan sistem resporo-cardiocircilatoir (paru-paru, jantung dan peredaran darah).

Kapasitas aerobik seseorang atau kemampuan untuk menggunakan oksigen


adalah faktor yang paling menentukan seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
-

dalam jangka waktu yang lama.


Intensitas latihan
Intensitas latihan biasanya diartikan sebagai kerasnya kita melakukan latihan.
Suatu latihan yang dapat meningkatkan fungsi ergosistem sekunder secara optimal,
dalam rangka mendukung fungsi ergosistem primer dalam melaksanakan tugasnya
dengan baik harus memenuhi syarat-syarat yaitu meningkatkannya denyut jantung.
Intensitas latihan yang dapat meningkatakan kapasitas aerobik adalah latihan
yang dilakukan seseorang yang mampu meningkatkan denyut jantung waktu latihan
sampai 170 denyut jantung permenit.
Adapun rumus yang digunakan adalah:
- Denyut Nadi Maksimum (DNM) = 220 - Umur
- Untuk olahraga kesehatan= 72% - 87% dari DNM
Intensitas latihan yang berkisar antara 72-87% dari (DNM) disebut zone
latihan atau training zone dengan lama latihan dalam training zone minimal 12
menit, latihan tersebut baru akan bermanfaat bagi peningkatan dan pemeliharaan
kesegaran jasmani.

Frekwensi latihan
Frekwensi diartikan sebagai jumlah latihan yang dilakukan setiap minggunya.
Menurut para ahli bahwa frekwensi yang baik adalah 34 kali perminggu. Selain
menurunkan berat dan efek sampingnya menguntungkan ialah bertambahnya

kesegaran jasmani.
B. Kecepatan
Kecepatan merupakan salah satu unsur latihan fisik yang memegang peran penting
untuk menunjang peningkatan prestasi atlet. Namun demikian sering kali para atlet dalam
upaya meningkatkan kecepatan melakukan bentuk latihan yang lebih ditekankan pada
peningkatan kelincahan atau unsur fisik yang lain, sehingga tidak memenuhi tujuan

latihannya, hal ini disebabkan karena pengertian tentang kecepatan belum dapat dipahami
dengan benar.
1. Pengertian Kecepatan
Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai kecepatan,
antara lain Mochamad Sajoto (1988) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu, terutama jarak pendek,
dalam waktu sesingkat-singkatnya. Sedangkan Harsono (1993) menyatakan bahwa
kecepatan adalah untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
2. Macam-Macam Kecepatan
Suharno, HP, (1993) mengemukakan ada beberapa macam kecepatan, yaitu:
- Kecepatan sprint yaitu kemampuan atlet untuk menempuh suatu jarak dalam waktu
-

yang sesingkat-singkatnya.
Kecepatan reaksi yaitu waktu antara rangsangan dan jawaban gerak permulaan.
Kecepatan bergerak yaitu kemampuan atlet bergerak secepat mungkin dalam satu

gerakan yang ditandai oleh waktu antara gerak permulaan dengan gerak terakhir.
C. Latihan Interval
Telah diuraikan di atas bahwa salah satu sistem yang bertujuan meningkatkan
kecepatan adalah latihan interval, yaitu suatu sistem yang diselingi oleh interval-interval
berupa masa kerja dan istirahat. Interval kerja adalah bagian dari latihan yang terdiri dari
kerja yang ringan, sedang ataupun berat, sedangkan interval istirahat adalah bagian dari
latihan interval yang terdiri dari istirahat-istirahat yang diberikan diantara repetisi latihan.
Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa terdapat beberapa istilah yang dipergunakan dalam
menyusun program-program latihan, yaitu: a. set, b. repetisi, c. waktu latihan, d. jarak
latihan, e. frekuensi latihan, f. waktu istirahat antar repetisi serta antar set. Dalam istirahat ini,
seorang atlet dapat melakukannya dengan istirahat pasif atau aktif (Sajono, 1988: 157).
D. Lompat jauh

Di tinjau secara teknis pada lompat jauh meliputi 4 teknik yaitu:


1. Awalan
Bagi pelompat jauh, awalan berfungsi untuk mendapatkan kecepatan pada waktu
akan melompat. Awalan tersebut dilakukan secepat-cepatnya tanpa mengubah langkah
pada saat akan melompat.
2. Tolakan
Tolakan dalam lompat jauh adalah tindakan pelompat melakukan tolakan pada
papan tumpuan dengan menggunakan kaki yang terkuat. Pada saat inilah terjadi
perubahan kecepatan horizontal kepada kecepatan vertikal.
3. Melayang di udara
Teknik ini dilakukan setelah melakukan tolakan yang baik yaitu dengan sikap badan
melenting ke belakang. Kedua tangan lurus ke atas belakang, sedangkan kedua kaki
hampir rapat lemas ke belakang, ketika akan mendarat, kedua lengan dibawa ke depan
disertai kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa ke depan.
4. Pendaratan
Teknik ini dilakukan setelah melakukan teknik melayang, yaitu dengan
menggunakan kedua kaki dan kedua tangan ke depan, serta berat badan dibawa ke depan.
Yang perlu diperhatikan dalam pendaratan adalah si pelompat harus jauh pada bak lompat
dengan badan dan tangan dibawa ke depan.
Gambar 2.1: Bak Lompat Jauh:
1m

2,75 m

1,22 m

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.

30-40 m

9m

Jarak lintasan awalan lompat jauh 30-40 meter.


Panjang balok tumpuan 1,22 meter.
Jarak balok tumpuan sama bak lompat jauh 1 meter.
Panjang bak lompat jauh 9 meter.
Lebar bak lompat jauh 2,75 meter.
Tiga macam gaya atau sikap melayang di udara dalam lompat jauh, yaitu:
1. Gaya jongkok (ketika melayang di udara bersikap jongkok).

2. Gaya lenting (ketika melayang di udara badan dilentingkan). Gaya lenting disebut
juga gaya menggantung.
3. Gaya berjalan di udara adalah ketika melayang di udara kaki bergerak seolah-olah
berjalan di udara (Muhajir, 2007:57).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal mengenai : (1) metode penelitian, (2) rancangan
penelitian, (3) populasi dan sampel, (4) instrument penelitian, (5) pengumpulan data, (6) analisis
data.
A. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan atau dibutuhkan dalam penelitian ini perlu
adanya suatu metode untuk menunjang keberhasilan penelitian. Metode penelitian dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Metode Empiris
Metode empiris adalah metode penelitian di mana obyek yang mau diteliti sudah
ada secara wajar di lapangan, di kelas atau tempat tertentu (Akhyar, dkk, 2003 : 17).
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk
hubungan sebab akibat melalui pemanipulasian variabel independent (Subana, 2001:95).
Sehubungan dengan penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode
eksperimen, karena obyek yang akan diteliti sengaja dirancang atau dibuat dimanipulasi
dahulu baru dilakukan percobaan di lapangan.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak, serta dapat
pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap
kegiatan penelitian. Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberikan
pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil (S. Margono, 2007:100).
Sehubungan dengan penelitian ini, maka rancangan penelitian menggunakan: One
Group Experiment atau yang disebut juga dengan Treatment By Subjects Design (Sutrisno
Hadi, 1988:153). Penggunaan rancangan penelitian ini, karena diberikan sekelompok subyek

yang sama group percobaan sekaligus group kontrol. Adapun bentuk rancangan yang
dimaksud adalah seperti yang tertera pada gambar di bawah ini:

X1

Treatment

Per-test

Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka:


XI : Pre-test (Tes Awal)
: Treatment (Perlakuan/Latihan)
X2 : Pos-test (Tes Akhir).

X2
Post-test

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 1992:102), sedangkan ahli
lain mengatakan bahwa populasi adalah seluruh individu yang menjadi subjek penelitian
(Netra, 1979:2). Berdasarkan kedua pendapat di atas, bahwa yang dimaksud dengan
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang digunakan sebagai sasaran penlitian.
Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa putra kelas VII SMP Negeri
1 Sape tahun pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari:
Kelas VII. A = 20 orang
Kelas VII. B = 20 orang
Jumlah
= 40 orang
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Nurul Zuriah, 2006:119).
Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. (Arikunto, 2006:131).
Untuk menyederhanakan di dalam mengolah data, maka dalam penelitian ini
penulis langsung meneliti seluruh siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Sape yang
berjumlah 40 orang siswa.
Selanjutnya untuk menentukan ukuran yang akan diambil dari populasi
dipergunakan pendapat yang menyatakan: untuk sekedar ancang-ancang maka, apabila
subyeknya kurang dari 100 orang, maka sebaiknya di ambil seluruhnya sehingga
penelitian merupakan penelitian populasi, selanjtnya jika subyeknya lebih besar dari 100
orang maka dapat di ambil 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau
lebih (Arikunto, 2006:134).
Digunakan sebagai subjek penelitian adalah seluruh siswa putra kelas VII SMP
Negeri 1 Sape. Maka penelitin ini termasuk penelitian populasi.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang valid dan akurat yang diperlukan oleh peneliti maka
dibutuhkan instrument. Instrument adalah alat pada waktu penelitian dengan menggunakan

suatu metode (Arikunto, 1992:121). Instrument ini harus disusun sedemikian rupa agar dapat
secara tepat merekam data yang dimaksud. Dalam penelitian ini metode tes yang peneliti
gunakan untuk mengetahui prestasi dari kedua kelompok adalah tes perbuatan dengan
mengukur prestasi lompat jauh sebelum latihan lari interval training 25 Meter (pre-test) dan
prestasi lompat jauh setelah latihan lari interval training 25 Meter (pos-test).
Adapun kelengkapan yang peneliti perlukan untuk mendapat data adalah sebagai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
E.

berikut:
Stop watch untuk mengukur waktu
Bak lompat jauh
Roll meter
Bendera kecil
Alat tulis menulis untuk mencatat hasil lompat jauh
Peluit
Cankul
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan atau dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan penelitian, maka perlu suatu metode dalam pengumpulan data. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode dokumentasi
dan metode tes perbuatan:
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
jalan mengumpulkan segala macam dokumen serta pencatatan secara sistematis. Metode
dokumentasi dapat juga diartikan suatu catatan tentang suatu kejadian khusus yang
bertalian dengan masalah yang menjadi pusat perhatian (Rahma, 1981:671). Metode
dokumentasi ini peneliti pergunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah nama-nama
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sape tahun pelajaran 2009/2010.
2. Metode Tes Perbuatan
Tes adalah alat untuk mengukur mengenai keadaan-keadaan dan kemampuan
seseorang. Teknik ini dapat dipakai untuk mengumpulkan data, di mana data yang

diperoleh dari hasil penelitian ini akan menjadi data yang diperlukan, karena bentuk
percobaan yang dilakukan sudah disesuaikan dengan data yang diharapkan.
Amir Daien berpendapat bahwa: tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan obyektif untuk memperoleh data atau keterangan yang diinginkan oleh
seseorang dengan cara yang cepat dan tepat (Daien, 1997).
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode tes perbuatan. Metode tes perbuatan
ini digunakan untuk mendapatkan data dari prestasi lompat jauh pada siswa putra kelas
VII SMP Negeri 1 Sape tahun pelajaran 2009/2010.
F. Analisis Data
Data-data yang terkumpul selama mengadakan penelitian selanjutnya perlu diolah dan
dianalisa. Hasil analisis ini akan digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis dengan penuh
ketelitian dan secara cermat sehingga akan menghasilkan suatu kesimpulan yang objektif
dalam penelitian.
Di dalam metode analisis data yang merupakan suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan menggunakan tekhnik analisis statistic dan non statistic, (Netra, 1976:760).
Ahli lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan analisis statistik adalah segera digarap
oleh staf peneliti, khusunya bertugas mengolah data. (Arikunto, 2006:235).
Dalam pengolahan data tersebut, penelitian menggunakan rumus statistic inferensial
yang ditulis oleh netra tahun 1974 halaman 92.
Adapun langkah-langkah dalam mengolah data penelitian menggunakan rumus t-test
dalam bentuk rumus pendek yaitu:
M I M II
t=
2

N ( N 1 )

Katerangan:
MI = Angka rata-rata hasil prestasi lompat jauh setelah melakukan latihan interval training.
MII = Angka rata-rata hasil prestasi lompat jauh sebelum melakukan latihan interval training.
D
d2 = D-Md sedangkan Md =
dan D= XI-XII
N

N = Jumlah sampel
(Netra, 1974 : 92)

Anda mungkin juga menyukai