Anda di halaman 1dari 61

1.

Bagaimana dampak terjadinya pertempuran kota baru bagi perjuangan


pemuda Indonesia?
Jawab : Dampak pertempuran Kotabaru ini memberikan kekuatan baru bagi
Badan Keamanan Rakyat, hal ini disebabkan karena persenjataan Jepang
yang berhasil direbut diberikan kepada Badan Keamanan Rakyat sehingga
dapat melebur menjadi Tentara Keamanan Rakyat, dan kemenangan di
Kotabaru ini memberikan semanagat perjuangan untuk melucuti senjata
Jepang yang bermarkas di Pingit dan Maguwo.
2. Apakah julukan pemuda Yogyakarta terhadap pertempuran Kotabaru?
Jawab : para pemuda di sekitar Kotabaru juga ikut dalam pertempuran
dengan bergabung dan diberi nama laskar rakyat.
3. Apa yang melatarbelakangi Pertempuran Kota Baru?
Jawab : Penyerbuan markas Jepang di Kotabaru Yogyakarta diawali dengan
perundingan antara Jepang dengan pejuang Yogyakarta yang berlangsung
pada tanggal 6 Oktober 1945, perundingan ini tidak mencapai mufakat
karena Jepang tidak mau menyerahkan senjatanya pada pejuang Yogyakarta,
sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 dilakukan penyerbuan ke markas
Jepang oleh para pejuang Yogyakarta.
4. Berapa banyak pejuang Indonesia yang gugur pada pertempuran kota baru,
serta apa sumbangsih pemerintah terhadap pejuang kemerdekaan?
Jawab : Dalam peristiwa penyerbuan Kotabaru ini sebanyak 21 pejuang dan
pemuda Yogyakarta gugur dan di pihak musuh 27 tentara tewas. Nama-nama
para pejuang yang gugur inilah kemudian diabadikan menjadi nama jalan di
sekitar kawasan Kotabaru
5. Bagaimanakah langkah yang ditempuh oleh Dr. Amir dan M. Joenoes Nasution
untuk memobilisasi massa di daerah Sumatera Timur?
Jawab : Pada tanggal 5 Maret Wakil Gubernur Mr. Amir mengeluarkan
pengumuman: Bahwa gerakan itu suatu Revolusi Sosial, Supaya korban
Revolusi Sosial itu harus diminimalisir, Residen Sumatera Timur dipimpin oleh
Yunus Nasution untuk sementara waktu yang bekerjasama dengan BP.KNI
maupun Volksfront, dan Mr. Luat Siregar diangkat menjadi Juru Damai
(Pacifikator) untuk seluruh wilayah Sumatera Timur dengan kewenangan
seluas-luasnya.
Rupa-rupanya Dr. Amir dan M. Joenoes Nasution telah merekayasa
pergerakan rakyat sedemikian rupa untuk memuluskan perjuangan rakyat,

terwujudnya pemerintahan Republik Indonesia yang berdaulat di Sumatera.


Merangsang perjuangan rakyat dengan membumi hanguskan benteng
feodalisme (kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur), membabat habis
keturunan Sultan, Datuk, Raja, Tuan, dan menggantikan kekuasaannya
menjadi kekuatan rakyat.
Akhirnya dengan mulus, gerakan revolusi memaksa penghapusan otonomi
kekuasaan Sultan, Raja dan Tuan di Sumatera Timur secara resmi
diproklamirkan. Revolusi sosial menyisakan cerita pembantaian jutaan
nyawa, pemenggalan jutaan kepala di Sumatera Timur. Keterlibatan aktivis
Partai Komunis dalam revolusi sosial di Sumatera Timur memberikan
kontribusi besar. Terlebih lagi Ketua PKI Sumatera Timur waktu itu (M. Joenoes
Nasoetion) kemudian diangkat langsung oleh Wakil Gubernur Sumatera Dr.
Amir sebagai Residen Sumatera Timur, sehingga revolusi ini terus
berlangsung sekian waktu. Tentara pemerintah Republik Indonesia waktu itu
tidak dapat berbuat banyak. Pergerakan aktivis pro-kemerdekaan yang
semula teroganisir malah menjadi brutal sehingga kekacauanpun terjadi di
seluruh Sumatera Timur. Aksi revolusi sosial di Sumatera Timur sedikit
mencoreng perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di mata
Internasional.

6. faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan


Belanda, Sebutkan?
Jawab : Kedatangan Tentara Sekutu Diboncengi oleh NICA2 dan Kedatangan
Belanda (NICA)
Berupaya untuk Menegakkan Kembali Kekuasaannya di Indonesia
7. Siapakah Komando khusus Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI)
terhadap kedatangan sekutu ?
Jawab : Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
8. Apakah Tugas Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) diindonesia?
Jawab :
a) menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang;
b) membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
c) melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian
dipulangkan;
d) menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintah sipil; dan
e) menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang.
9. Ada tiga divisi dalam Pasukan AFNEI, Sebutkan dan Jelaskan secara Singkat?

Jawab : Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September


1945 yang terdiri dari tiga divisi yaitu :
1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang
bertugas untuk daerah Jawa Barat;
2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang
bertugas untuk daerah Jawa Timur;
3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang
bertugas untuk daerah Sumatra.
10.Pada tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB menerima usul
Amerika Serikat tentang pembentukan Komisi Jasa-Jasa Baik (Committee of
Good Offices) untuk membantu menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda.
Komisi inilah yang kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN), Siapa
sajakah yang termasuk, sebutkan ?Jawab : a. Australia (diwakili oleh Richard
C. Kirby), atas pilihan Indonesia,
b. Belgia (diwakili oleh Paul Van Zeeland), atas pilihan Belanda,
c. Amerika Serikat (diwakili oleh Dr. Frank Porter Graham), atas pilihan
Australia dan Belgia.
11.Perjanjian apa yang akhirnya akhirnya KTN berhasil mempertemukan
Indonesia-Belanda dalam suatu perundingan yang berlangsng pada tanggal 8
Desember 1947 di atas kapal perang Amerika Serikat ?
Jawab : Perundingan ini dikenal dengan perundingan Renville.
12.Apakah akibat dari perundingan Renville terhadap wilayah RI?
Jawab : Akibat dari perundingan Renville wilayah Rl semakin sempit dan
kehilangan daerah-daerah yang kaya karena diduduki Belanda.
13.Persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947
antara Indonesia-Belanda sebagai upaya mengatasi konflik melalui jalur
diplomasi. Akan tetapi, Belanda mengingkari perundingan ini dengan jalan
melakukan agresi militer pertama pada tanggal 21 Juli 1947.
14.Tujuan Belanda tidak dapat melakukannya sekaligus, oleh karena itu untuk
tahap pertama Belanda harus mencapai sasaran sebagai berikut.
Bidang Politik : Pengepungan ibu kota RI dan penghapusan RI dari peta
(menghilangkan de facto RI).
Bidang Ekonomi: perebutan daerah-daerah penghasil bahan makanan
(daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan ekspor (perkebunan
di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera serta pertambangan dan
perkebunan di Sumatera)
Bidang Militer: Penghancuran TNI.
15.Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada tanggal18 Desember 1948,
pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan
Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda
melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI,
Yogyakarta.
16.Dalam peristiwa Agresi Militer Belanda Kedua ini pimpinan-pimpinan RI
ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh.

Hatta, Syahrir (Penasihat Presiden) dan sejumlah menteri termasuk Menteri


Luar Negeri Agus Salim.
17.sebelum pasukan-pasukan Belanda tiba, pemerintah RI mengirimkan
telegram kepada Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang
sedang berkunjung ke Sumatera untuk mendirikan Pemerintah Darurat RI
(PDRI). Seandainya Syafruddin tidak dapat menjalankan tugas, maka Presiden
Soekarno menugaskan kepada Dr. Sudarsono, L.N. Palar, dan Mr. A.A.
Maramis yang sedang di New Delhi untuk membentuk Pemerintah Pelarian
(Exile Government) di India.
18.
Pada tanggal 19 Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara berhasil
mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi,
Sumatera. Sementara itu sampai dengan Januari 1949, Belanda menambah
pasukannya ke daerah RI untuk menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Akan
tetapi kenyataannya Belanda hanya menguasai di kota-kota dan jalan raya
dan Pemerintahan RI masih berlangsung sampai di desa-desa. Rakyat dan TNI
bersatu berjuang melawan Belanda dengan siasat perang gerilya. TNI di
bawah pimpinan Jenderal Sudirman menyusun kekuatan yang kemudian
melancarkan serangan terhadap Belanda. Alat-alat perhubungan seperti
kawat-kawat telepon diputuskan, jalan-jalan kereta api di rusak, jembatan:
dihancurkan agar tidak dapat digunakan Belanda. Jenderal Sudirman
walaupun dalam keadaan sakit masih memimpin perjuangan dengan
bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan menjelajahi daerah-daerah
pedesaan, naik gunung turun gunung. Route perjalanan yang ditempuh dari
Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Kediri.
19.
Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14 25 April 1946 di Hooge
Veluwe (Negeri Belanda), yang merupakan kelanjutan dari pembicaraanpembicaraan yang telah disepakati Sjahrir dan Van Mook. Para delegasi
dalam perundingan ini adalah:
(1) Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo yang mewakili
pihak pemerintah RI;
(2) Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van
Asbeck, Sultan Hamid II, dan Surio Santosa yang mewakili Belanda, dan
(3) Sir Archibald Clark Kerr mewakili Sekutu sebagai penengah.
20.
Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak membawa
hasil sebab Belanda menolak konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark
Kerr di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia memberikan pengakuan de facto
kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra tetapi hanya Jawa dan Madura serta
dikurangi daerah-daerah yang diduduki oleh Pasukan Sekutu. Dengan
demikian untuk sementara waktu hubungan Indonesia-Belanda terputus,
akan tetapi Van Mook masih berupaya mengajukan usul bagi
pemerintahannya kepada pihak RI.
21.
Perundingan Linggajati Dalam perundingan ini masalah gencatan
senjata yang tidak mencapai kesepakatan akhirnya dibahas lebih lanjut oleh
panitia yang dipimpin oleh Lord Killearn. Hasil kesepakatan di bidang militer
sebagai berikut:
(l). Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu
dan atas dasar kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.
(2). Dibentuk sebuah Komisi bersama Gencatan Senjata untuk masalahmasalah teknis pelaksanaan gencatan senjata.

22.
Perundingan ini diadakan sejak tanggal 10 November 1946 di
Linggajati, sebelah selatan Cirebon. Delegasi Belanda dipimpin oleh Prof.
Scermerhorn, dengan anggotanya Max Van Poll, F. de Baer dan H.J. Van Mook.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sjahrir, dengan
anggotaanggotanya Mr. Moh. Roem, Mr. Amir Sjarifoeddin, Mr. Soesanto
Tirtoprodjo, Dr. A.K. Gani, dan Mr. Ali Boediardjo. Sedangkan sebagai
penengahnya adalah Lord Killearn, komisaris istimewa Inggris untuk Asia
Tenggara.
23.
Hasil Perundingan Linggajati ditandatangani pada tanggal 25 Maret
1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta, yang isinya adalah
sebagai berikut.
(1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda harus sudah
meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
(2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama dalam membentuk
Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang
salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
(3) Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni IndonesiaBelanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
24.
Perbedaan penafsiran mengenai isi Perundingan Linggajati semakin
memuncak dan akhirnya Belanda melakukan Agresi Militer pertama terhadap
Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947. Atas prakasa Komisi Tiga Negara (KTN),
maka berhasil dipertemukan antara pihak Indonesia dengan Belanda dalam
sebuah perundingan. Perundingan ini dilakukan di atas kapal pengangkut
pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat USS Renville yang sedang berlabuh
di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
25.
Perundingan Renville ini dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 di
mana pihak Indonesia mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Mr. Amir
Syarifuddin, sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir
Widjojoatmodjo, seorang Indonesia yang memihak Belanda.
26.
Hasil perundingan Renville baru ditandatangani pada tanggal 17
Januari 1948 yang intinya sebagai berikut.
(1) Pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas Hindia Belanda
sampai pada waktu yang ditetapkan oleh Kerajaan Belanda untuk mengakui
Negara Indonesia Serikat (NIS).
(2) Akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah berbagai
penduduk di daerah-daerah Jawa, Madura, dan Sumatera menginginkan
daerahnya bergabung dengan RI atau negara bagian lain dari Negara
Indonesia Serikat.
(3) Tiap negara (bagian) berhak tinggal di luar NIS atau menyelenggarakan
hubungan khusus dengan NIS atau dengan Nederland.
27.
Pertempuran Surabaya Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal A W.S. Mallaby mendarat di pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya. Brigade ini merupakan bagian dari Divisi India ke23, dibawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn.
28.
Pertempuran Surabaya Mereka mendapat tugas melucuti tentara
Jepang dan menyelamatkan tawanan Sekutu. Pasukan ini berkekuatan 6000
personil di mana perwira-perwiranya kebanyakan orang-orang Inggris dan
prajuritnya orang-orang Gurkha dari Nepal yang telah berpengalaman

perang. Rakyat dan pemerintah Jawa Timur di bawah pimpinan Gubernur


R.M.T.A Suryo semula enggan menerima kedatangan Sekutu.
29.
Pertempuran Surabaya Kemudian antara wakil-wakil pemerintah RI dan
Birgjen AW.S. Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan
kesepakatan sebagai berikut.
1). Inggris berjanji mengikutsertakan Angkatan Perang Belanda.
2). Disetujui kerja sama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman.
3). Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar.
4). Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
30.
Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat
bahu membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI,
PTKR maupun TKR laut di bawah Komandan Pertahanan Kota, Soengkono.
Pertempuran yang berlangsung sampai akhir November 1945 ini rakyat
Surabaya berhasil mempertahankan kota Surabaya dari gempuran Inggris
walaupun jatuh korban yang banyak dari pihak Indonesia. Oleh karena itu
setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan.
Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para pahlawan di Surabaya yang
mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.
31.Peristiwa Westerling di Makassar Desember 1946 Belanda mengirimkan
pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling.
Kedatangan pasukan ini untuk membersihkan daerah Sulawesi Selatan dari
pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang
menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur. Di daerah ini
pula, pasukan Australia yang diboncengi NICA mendarat kemudian
membentuk pemerintahan sipil. di Makassar karena Belanda melakukan
usaha memecah belah rakyat maka tampillah pemuda-pemuda pelajar
seperti A. Rivai, Paersi, dan Robert Wolter Monginsidi melakukan perlawanan
dengan merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai NICA. Selanjutnya
untuk menggerakkan perjuangan dibentuklah Laskar Pemberontak Indonesia
Sulawesi (LAPRIS) dengan tokohtokohnya Ranggong Daeng Romo,
Makkaraeng Daeng Djarung, dan Robert Wolter Monginsidi sebagai Sekretaris
Jenderalnya
32. Sejak tanggal 7 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji
membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember
1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum
militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan
massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa
menjadi korban kebiadaban.
33.Jelaskan kaitan antara Bung Tomo dengan peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya!
Jawab : Berpidato kepada rakyat Surabaya dan ikut membantu merobek warna biru pada

bendera Belanda. Memimpin arek arek Surabaya untuk melawan penjajah Belanda dan
penyemangat arek arek Surabaya agar tidak mudah menyerah
34.Jelaskan akibat agresi Belnada ke II!

Akibat dari agresi milter belanda II yang dilakukan oleh bangsa Belanda
terhadap republik Indonesia adalah mengakibatkan hancurnya beberapa
bangunan penting di ibu kota Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang pada saat
itu sebagai ibu kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu
presiden ir soekarno dan wakil presiden moh hatta beserta sejumalah pejabat
pemerintah Indonesia berhasil ditawan kemudian diasingkan oleh pihak
Belanda.Belanda mengirah dengan jatuhnya ibu kota yogyakarta,pasukan TNI
sudah habis ternyata dugaan bangsa belanda meleset bahwa sahnya
pasukan TNI belum habis dan dengan waktu yang relatif singkat pasukan TNI
berhasil menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan mulai bergerak dan
memberikan serangan balik terhadap pihak belanda dan serangan yang
paling dikenal yang dilakukan pihak TNI terhadap pihak belanda adalah
serangan umum 1 maret 1949 terhadap kota yogyakarta.
35.Sebutkan isi dari perjanjian Renville?
1) Belanda hanya mengakui wilayah RI atas Jawa Tengah, Yogyakarta,
sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatera.
2) Tentara Republik Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah
diduduki Belanda.
36. Apa isi Perjanjian Linggarjati?

Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia pada tanggal 25


Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta. Berikut ini
adalah isi Perjanjian Linggarjati :
Belanda mengakui de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de
facto paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam menyelenggarakan
berdirinya negara Indonesia Serikat. Pembentukan RIS akan diadakan sebelum tanggal
1 Januari 1949.
RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketua.
37. Apa penyebab terjadinya Perjanjian Linggarjati?
= Perjanjian Linggarjati merupakan hasil dari Perundingan Linggarjati di Linggarjati,
perundingan ini dimulai pada tanggal 10 November 1946 15 November 1946.
Perundingan ini dilakukan karena masalah atau konflik antara Indonesia dan Belanda

yang belarut-larut hingga memakan korban jiwa dan kerugian yang banyak.
Perundingan ini menghasilkan sebuah perjanjian yang disebut dengan Perjanjian
Linggarjati.. Perjanjian ini dikeluarkan atas kesepakatan bersama dengan tujuan yang
sama yaitu, agar kontak fisik ( peperangan dengan senjata ) antara Indonesia dan
Belanda memudar atau mengurangi perjuangan secara fisik yang memakan korban jiwa
dan kerugian yang banyak itu dan ingin menyelesaikan konflik atau permasalahan
antara Indonesia dan Belanda yang telah berlarut-larut itu dengan damai dan adil.
38. Mengapa Perjanjian Renville merugikan Indonesia?
= Perjanjian Renville ini merugikan Indonesia dan semakin mempersulit posisi
Indonesia karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan itu bertambah setelah Belanda
melakukan blockade ekonomi terhadap Indonesia. Itulah sebabnya hasil Perjanjian
Renville mengundang reaksi keras, baik dari kalangan partai politik maupun TNI.
Berikut merupakan kerugian Indonesia dalam bidang politik dan keamanan :
Bagi kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan
diplomasi.
Bagi TNI, hasil perundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumlah wilayah
pertahanan yang telah susah payah dibangun.
1. Jelaskan peristiwa linggarjati dan apa latar belakangnya !
2. Jelaskan sebab-sebab pelaksanaan agresi militer belanda I !
3. Jelaskan bagaimana terjadinya peristiwa/ perjanjian renvile!
4. Jelaskan latar belakang pelaksanaan agresi militer belanda II !
5. Jelaskan sebab-sebab dibentuknya PDRI!
JAWAB :
1. - Peristiwa : Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati,
Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan
Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta
pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret
1947.
- Latar belakang : Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia
karena Jepang menetapkan status quo di Indonesia menyebabkan
terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya

Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung


jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab
itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan
Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun perundingan tersebut
gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas
Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda hanya mau mengakui
Indonesia atas Jawa dan Madura saja.
2. Sebab-sebab pelaksanaan agresi militer 1 adalah Pada tanggal 27 Mei
1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam
14 hari. Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui
kedaulatan Belanda selama masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie
bersama. Jawaban ini mendapatkan reaksi keras dari kalangan parpolparpol di Republik. Ketika jawaban yang memuaskan tidak kunjung tiba,
Belanda terus "mengembalikan ketertiban" dengan "tindakan kepolisian".
Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam (tepatnya 21 Juli 1947) mulailah
pihak Belanda melancarkan 'aksi polisionil' mereka yang pertama.
3. Terjadinya peristiwa perjanjian Renville :
Tanggal 17 Januari 1948 berlangsung konferensi di atas kapal perang
Amerika Serikat, Renville, ternyata menghasilkan persetujuan lain, yang
bisa diterima oleh yang kedua belah pihak yang berselisih. Akan terjadi
perdamaian yang mempersiapkan berdirinya zone demiliterisasi Indonesia
Serikat akan didirikan, tetapi atas garis yang berbeda dari persetujuan
Linggarjati, karena plebisit akan diadakan untuk menentukan apakah
berbagai kelompok di pulau-pulau besar ingin bergabung dengan Republik
atau beberapa bagian dari federasi yang direncanakan Kedaulatan
Belanda akan tetap atas Indonesia sampai diserahkan pada Indonesia
Serikat.
4. Latar belakang agresi militer Belanda II terjadi karena Belanda masih
ingin menguasai Indonesia dan berusaha untuk mengingkari perjanjian
Renville dan pada tanggal 18 Desember 1948 Belanda mengeluarkan
surat pernyataan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan persetujuan
gencatan perang Renville. Tetapi surat pernyataan tersebut tidak dapat
disampaikan ke pemerintahan pusat di Yogyakarta sebab dilarang oleh
Belanda.

5. Sebab-sebab dibentuknya PDRI : Pada tanggal 19 Desember 1948


sebelum pemerintah Indonesia ditawan maka mengadakan rapat di
Gedung Negara Yogyakarta yang menghasilkan kesepakatan sebagai
berikut.
A. Memberi kuasa penuh kepada Mr. Syarifuddin Prawiranegara (Menteri
Kemakmuran RI) untuk membentuk PDRI di Sumatera.
B. Kepada A.A Maramis, L.N Palar, dan Soedarsono diperintahkan untuk
membentuk PDRI di I3ndia bila Mr. Syarifuddin Prawiranegara gagal di
Sumatera.
C. Presiden, wakil presiden, dan petinggi lainnya akan tinggal di ibu kota
dengan resiko ditawan oleh Belanda tetapi tetap berdekatan dengan KTN.
39.Sesuai dengan instruksi Presiden untuk membentuk pemerintahan darurat
jika pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta tidak dapat berfungsi lagi
maka dibentuklah PDRI yang berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Dimana Perdana Mentri merangkap menteri pertahanan dan penerangan
dijabat oleh Syafruddin Prawiranegara. Sementara itu, Menteri Luar Negeri
dijabat oleh A.A Maramis.
40.PDRI berhasil menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintah
Indonesia masih ada. Pada tanggal 23 Desember 1948, PDRI memberikan
instruksi lewat radio kepada wakil Indonesia di PBB. Isinya, pihak Indonesia
bersedia menghentikan tembak-menembak dan berunding dengan Belanda.
Tindakan ini berhasil mengangkat wibawa Indonesia sekaligus mengundang
simpati dunia internasiona
41.Mengapa TNI melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota
Yogyakarta?
Karena kekuatan TNI masih ada sehingga berani mengambil langkah untuk
melakuakan serangan balasan ke Yogyakarta terhadap pendudukan belanda di
Yogyakarta, dan ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa kekuatan militer
Indonesia masih ada, dan TNI sendiri membentuk windgate dan whrekreise untuk
melakukan serangan balasan terhadap belanda.
Pengaruhnya bagi perjuangan bangsa Indonesia adalah
Memberikan semangat perjuangan rakyat dalam melawan agresi militer Belanda
Supaya kedaulatan bangsa Indonesia bisa diterima secara de facto oleh Negara
lain

1.
1)
2)
3)
4)
5)

Sebutkan 5 tugas tentara sekutu AFNEI!


Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang
Membebaskan tawanan perang sekutu
Melucuti dan memulangkan tentara Jepang
Menciptakan keamanan dan perdamaian
Menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat perang

2.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Sebutkan 10 upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan perjuangan fisik!


Peristiwa bendera di Hotel Yamato, Surabaya
Peristiwa merah-putih di Minahasa, Manado, dan Biak
Pertempuran lima hari di Semarang
Pertempuran Medan Area
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Palagan Ambarawa
Pertempuran Bandung Lautan Api
Pertempuran Puputan Margarana di Bali
Pertempuran lima hari di Palembang
Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta

3.
-

Ceritakanlah dengan jelas pertempuran 10 November 1945 di Surabaya!


Penolakan atas kedatangan tentara sekutu pimpinan A.W.S. Mallaby.
Sekutu mengingkari perjanjiannya dengan Gubernur Surabaya R.M.T.A. Suryo.
Dilakukan perundingan antara sekutu dengan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Brigjen A.W.S. Mallaby tewas terbunuh dalam suatu insiden dengan pemuda Surabaya.
Sekutu mengeluarkan ultimatum dan ditolak rakyat hingga terjadi pertempuran.
Tokoh pejuang: Bung Tomo, R.M.T.A. Suryo, dan Ketut Tantry.

4.

Jelaskan 3 hasil perundingan Linggarjati dan sebutkan 3 alasan mengapa bangsa Indonesia
menerima keputusan tersebut!
Hasil perundingan:
Kekuasaan de facto Indonesia terdiri dari Jawa, Sumatera, dan Madura.
Berdirinya Negara Indonesia Serikat
Membentuk Uni Indonesia-Belanda
Alasan penerimaan keputusan:
Perdamaian dapat mengundang simpati dunia internasional
Perdamaian merupakan jalan terbaik, karena kekuatan militer Indonesia masih di bawah Belanda
Perdamaian dan genjatan senjata dapat memberi peluang kepada militer Indonesia untuk
berkonsolidasi

1)
2)
3)
1)
2)
3)
5.
-

Jelaskan sebab, dampak, dan akhir dari Agresi militer Belanda ke-II di Jogjakarta!
Sebab: Belanda meningkari perjanjian Renville dan bertujuan untuk menghancurkan RI yang
kemudian akan membentuk negara federal tanpa mengikutsertakan RI.
Akibat: Ibukota Jogjakarta jatuh ke tangan Belanda, ditangkapnya tokoh-tokoh pemerintah
yang diasingkan ke Bangka, dan dibentuknya PDRI di Bukit Tinggi.

Akhir: Belanda dan sekutu dapat diusir dari Jogjakarta berkat serangan umum 1 Maret 1949
yang dipimpin Jendral Soedirman dengan taktik perang griliya.

6.
1)
2)
3)

Mengapa strategi perang griliya dianggap lebih menguntungkan bagi bangsa Indonesia!
TNI lebih menguasai wilayah termasuk wilayah di luar kota.
Gerakan pasukan Belanda dapat diketahui dengan mudah.
TNI dapat melakukanserangan mendadak dan kemudian cepat bersembunyi atau menyamar
sebagai rakyat biasa.
4) Konsolidasi pasukan dapat dilakukan dengan cepat karena bersifat dinamis dan mudah
berpindah tempat.
7. Sebutkan hasil perundingan renville dan perundingan Roem-Royen!
Hasil perundingan Renville
1) Penghentian tembak menembak
2) Mengosongkan wilayah di belakang garis Van Mook (Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Pasundan dan Jawa Timur)
3) Membentuk Uni Indonesia-Belanda
Hasil perundingan Roem-Royen
1) Presiden Soekarno dan Moh. Hatta dikembalikan ke Jogjakarta.
2) Mr. Syarifuddin Prawiranegara mengembalikan mandat pemerintahan kembali kepada wakil
presiden RI.
3) Jend. Soedirman dan pasukan perang griliya masuk kembali ke Jogjakarta.
8.
1)
2)
3)

Sebutkan 4 butir hasil kesepakatan konfrensi Inter-Indonesia!


Negara bentukan Belanda (BFO) mendukung tuntutan Indonesia.
Indonesia dan BFO bersama-sama mempersiapkan KMB.
NIS diubah menjadi RIS dengan bendera kebangsaan merah putih, lagu kebangsaan Indonesia
Raya, bahasa nasional Bahasa Indonesia, dan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari nasional.
4) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah angkatan perang nasional yang
berintikan TNI.
9.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Sebutkan 6 hasil dari perundingan KMB yang ditandatangani tanggal 27 Desember 1949!
Penyerahan kedaulatan penuh atas Republik Indonesia Serikat (RIS)
RIS terdiri dari Republik Indonesia dan 15 negara bagian
RIS dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda yang dietuai Ratu Belanda.
Menarik mundur pasukan Belanda dan membubarkan KNIL
Menyelesaikan masalah Irian Barat satu tahun kemudian.
Menarik kembali kapal-kapal Belanda dan penyerahan beberapa kapal korvet untuk pihak RIS.

10. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari hasil perundingan KMB!


Keuntungan: pengakuan kedaulatan Indonesia, penyelesaian persilihan dengan Belanda, dan
dapat memulai pembangunan nasional.
Kerugian: Irian Barat belum diserahkan kepada RIS dan diubahnya bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi negara serikat (RIS)

Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Belanda dalam Forum Internasional dan


Pengaruhnya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia - Selain menggunakan
perjuangan bersenjata, para pemimpin bangsa melakukan perjuangan diplomasi. Untuk lebih
jelasnya, kalian pelajari beberapa contoh perjuangan diplomasi bangsa Indonesia dalam berbagai
forum internasional di bawah ini.
Perjuangan Melawan Belanda, Forum Internasional dan Pengaruhnya terhadap RI
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
Diplomasi Beras Tahun 1946 - Antara India dengan Indonesia terdapat persamaan
nasib dan sejarah. Keduanya sama-sama pernah dijajah dan menentang penjajahan.
Oleh karenanya, ketika rakyat India mengalami kekurangan bahan makanan,
pemerintah Indonesia menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000 ton. Perjanjian
bantuan Indonesia kepada India ditandatangani tanggal 18 Mei 1946. Perjanjian ini
sebenarnya merupakan barter kedua negara, sebab India ternyata juga
memberikan bantuan obat-obatan kepada Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin mendapat
simpati dunia internasional dalam perjuangannya mengusir Belanda.

Para delegasi Perundingan Linggarjati. Perjuangan Melawan Belanda, Forum


Internasional dan Pengaruhnya terhadap RI
2. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati - Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10
November 1946 di Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia
diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat
Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perundingan Linggarjati.

Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura,


dan Sumatra.

Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara


Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
negara bagiannya adalah Republik Indonesia.

Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia


Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketuanya.

Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan


tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
Jendela Info
Meskipun isi Perundingan Linggarjati tidak menguntungkan bagi
Indonesia, namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti
dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir,
Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.
3. Agresi Militer Belanda I (Tanggal 21 Juli 1947)
Agresi Militer Belanda I (Tanggal 21 Juli 1947) - Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda
melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan agresi militer I. Tujuannya adalah
untuk menguasai sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini
bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk
menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura.
Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak menyangka
apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif. Australia dan
India mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan Keamanan PBB.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak
menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga
Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga negara yaitu:

Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul an Zeeland

Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby dan

Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin Dr. Frank
Graham.

Jendela Info
Agresi Militer Belanda adalah serangan yang dilakukan oleh
pasukan Belanda untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Agresi ini sering disebut dengan aksi polisionil yaitu perang melawan
penjahat. Agresi militer dilakukan dua kali yaitu tanggal 21 Juli 1947 dan 19
Desember 1948.
Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-

menembak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dengan demikian


masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Secara diplomatis jelas sangat
menguntungkan Indonesia.

Pendaratan pasukan Belanda di Indonesia


KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville.
Selain itu juga mengembalikan para pemimpin Republik Indonesia yang ditawan
Belanda di Bangka.
4. Perundingan Renville
Perundingan Renville - Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal
Renville milik Amerika Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan
tersebut, pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin.
Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Hasil perundingan
Renville adalah:
1

wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),

Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik


Indonesia Serikat terbentuk,

kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,

RI merupakan bagian dari RIS, dan

pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.

Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan


Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan melakukan agresi militer
II tanggal 19 Desember 1948.
5. Agresi Militer Belanda II, (Tanggal 19 Desember 1948)

Agresi Militer Belanda II, (Tanggal 19 Desember 1948) - Pada tanggal 19 Desember
1948 Belanda melancarkan aksi polisionil ke II. Belanda menduduki kota Yogyakarta,
yang diawali dengan penerjunan pasukan payung di Lapangan Udara Maguwo, serta
mengepung dan menghancurkan konsentrasi-konsentrasi TNI. Dalam agresi kedua,
Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap para pemimpin politik
serta militer.
Jendela Info
Meskipun para pemimpin RI ditangkap, Belanda tidak menangkap
Sri Sultan Hamengku Buwono I karena Belanda khawatir apabila Sri Sultan
Hamengku Buwono I ditangkap
akan membangkitkan perlawanan rakyat Yogyakarta.
Meskipun para pemimpin politik ditangkap, pemerintahan Republik Indonesia tidak
berhenti. Sebelum ditangkap Presiden Soekarno memberikan mandat melalui
radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi,
Sumatra Barat. Melalui PDRI, pemerintahan tetap terus berjalan. PDRI mampu
memberi instruksi kepada delegasi Indonesia di forum PBB untuk menerima
penghentian tembak-menembak dan bersedia berunding dengan Belanda. Hal ini
dilakukan dalam rangka menarik simpati dunia internasional. Selain itu untuk
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan RI masih terus
berjalan meskipun para pemimpin politik ditawan oleh Belanda.

Tentara Belanda sedang bergerak memasuki kota Yogyakarta dalam Agresi Militer II
pada tanggal 19 Desember 1948.
6. Konferensi Asia di New Delhi
Konferensi Asia di New Delhi - Konferensi Asia di New Delhi di selenggarakan pada
tanggal 20 - 25 Januari 1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk
utusan dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia antara lain Mr.
Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain-lain.
Hasil konferensi Asia meliputi:

pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,

pembentukan pemerintahan ad interim sebelum tanggal 15 Maret 1949,

penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia, dan

penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat


tanggal 1 Januari 1950.

Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan Keamanan PBB


mengeluarkan sebuah resolusi PBB tanggal 28 Januari 1949 yang isinya:
1

penghentian operasi militer dan gerilya,

pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,

pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan

akan diadakan perundingan secepatnya.

Dampak Konferensi Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia semakin mendapat
dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari
ancaman Belanda.
7. Perundingan Roem - Royen
Perundingan Roem - Royen - Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi
yang cukup keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas
dari kemampuan pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan
menjelaskan realita di PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar.
Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN.
Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations
Commission for Indonesia. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat)
dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia).
Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia
Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes,
Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi
Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda
dipimpin oleh an Royen. Dalam perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak
mengajukan statement.
Statement Indonesia dan Belanda dalam Perundingan Roem-Royen.
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:

menghentikan perang gerilya,

bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban


dan keamanan, dan

ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat
pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa
syarat.

Pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:

menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,

menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan


politik,

tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah


yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948

menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan

berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.

Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani


tanggal 7 Mei 1949. Kesepakatan antara lain:

Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak


dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.

Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke


Yogyakarta, dan

kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar


(KMB) di Den Haag, Belanda.

Jendela Info Sejarah diplomasi di Indonesia mengenal istilah pejuang diplomat


atau diplomat pejuang . Julukan ini diberikan kepada Mohammad Hatta, H. Agus
Salim, Sutan Syahrir, Mohammad Roem, Roeslan Abdul Gani, L.N. Palar, Adam Malik,
dan Soedjatmoko.
8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) - Merupakan tindak lanjut dari Perundingan RoemRoyen adalah diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB). Sebelum KMB
dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan
Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII)
Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam
menghadapi KMB.

Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta


dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada
pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting
adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi.
Pada bidang pertahanan diputuskan:

Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang


Nasional,

TNI menjadi inti APRIS, dan negara bagian tidak memiliki angkatan perang
sendiri.

KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian


sengketa Indonesia Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda
tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri
delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI.
Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB.
1

Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.

BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.

Belanda diwakili Mr. an Maarse een.

UNCI diwakili oleh Chritchley.

Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB menghasilkan


beberapa keputusan berikut.
1

Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember


1949.

Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.

Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda.

Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan


beberapa kor et akan diserahkan kepada RIS.

Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara


Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para
anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.

Jendela Info Dalam KMB terdapat beberapa permasalahan yang sulit dipecahkan
yaitu masalah Uni Indonesia-Belanda, masalah hutang, permasalahan Irian Barat,
dan delegasi Indonesia menghendaki istilahpengakuan kedaulatan.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan
kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu
Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A.
Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Wakil Tinggi
Mahkota Belanda A.H.J. Lo ink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Berikut ini dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia.

a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.

b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat


dimulai.

c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.

d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi


Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia juga
menempuh upaya diplomasi. Mengapa Ketika menghadapi sengketa dengan
Malaysia mengenai masalah Sipadan Ligitan, pemerintah RI juga
mengupayakan langkah diplomasi meskipun akhirnya mengalami kekalahan.
Kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia yang diboncengi oleh NICA
membawa ancaman bagi keberlangsungan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Belanda ternyata ingin menjajah kembali negara kita yang telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Bukti nyata keinginan
Belanda untuk menguasai Indonesia kembali adalah dilancarkannya Agresi
Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer Belanda II tanggal 19
Desember 1948.
Untuk mempertahankan kemerdekaan, para pemimpin nasional
menggunakan cara diplomasi dan perjuangan fisik. Langkah diplomasi
dilakukan baik melalui forum internasional, seperti PBB maupun konferensi
tingkat Asia di India. Kegiatan diplomasi (perundingan) juga dilakukan dengan
Belanda, misalnya Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville,
Perundingan Roem-Royen, dan KMB.
Perjuangan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan ditempuh oleh rakyat

di berbagai pelosok Nusantara bersama dengan tentara. Beberapa contoh


perjuangan fisik tersebut antara lain Palagan Ambarawa, Bandung Lautan
Api, Pertempuran Margarana, Pertempuran Medan Area, dan Serangan
Umum 1 Maret 1949.
Setelah perjuangan yang cukup panjang, akhirnya tanggal 27 Desember
1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka
sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Perjuangan para pahlawan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
sangat berat. Oleh karena itu sebagai generasi muda yang hidup di masa
kemerdekaan, kalian harus menghargai jasa para pahlawan dan mengisi
kemerdekaan dengan sebaik-sebaiknya. Misalnya belajar giat, prestasi yang
dapat mengharumkan nama bangsa, dan lain-lain.
Salah satu cara menghargai jasa para pahlawan adalah meneladani nilai-nilai
perjuangan mereka seperti rela berkorban, semangat patriotisme, pantang
menyerah, cinta tanah air, dan bangsa, dan lain-lain.

Pemberontakan PKI di Madiun Tahun 1948


Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari
jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh?
Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan
Renville yang sangat merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali
kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front
Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk
organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan
dengan menghasut buruh.
Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa
Tengah) pada tanggal 5 Juli 1948. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba
dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk
memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama
Jalan Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh PKI
daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun
dijadikan basis gerilya.
Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya
pemerintahan Negara Republik Soviet Indonesia di Indonesia. Tujuannya untuk
meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya
dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat
merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk menumpas pemberontakan
PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi
cukup besar. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman
memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di

Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di


Madiun.
Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30 September
1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik. Pada akhirnya
tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam.
Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300
orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di
daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah
bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman kaum komunis
yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI
dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa
pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas
pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.

1.
a.
b.
c.
d.

Tugas utama pasukan sekutu di Indonesia adalah...


Menjadi penengah perundingan antara Indonesia dan Jepang
Melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan ke negaranya
Mengambil ahli kekuasaan Jepang di Indonesia
Membantu Belanda yang ingin berkuasa kembali di Indonesia
Jawab: D

2.
a.
b.
c.
d.

Hari Infanteri diambil dari peristiwa pertempuran..


Palagan Ambarawa
Sepuluh November di Surabaya
Bandung Lautan Api
Puputan Margarana di Bali
Jawab:A

3.
a.
b.
c.
d.

Istilah Medan Area berasal dari...


Nama tempat terjadinya pertempuran di Medan
Tulisan pada papan pembatas yang di pasang sekutu
Nama pasukan dan pemuda Medan
Nama sebuah laskar pimpinan Ahmad Taher
Jawab:D

4.

Pasukan 1 Gusti Ngarah Rai dalam mempertahankan Bali disebut dengan pasukan...
a. Supit Urang
b. Laskar rakyat
c. Ciung Wanara
d. Banteng Bersatu
Jawab:C

5. Agresi Militer 1 merupakan bukti pelanggaran...


a. Perundingan Linggajati
b. Perundingan renville

c. Perundingan Roem-royen
d. Perundingan Inter-Indonesia
Jawab:A
6.
a.
b.
c.
d.

Moh. Toha adalah seorang tokoh yang berperan dalam peristiwa...


Pertempuran Lima hari di Semarang
Perundingan Renville
Bandung Lautan Api
Berdirinya PDRI
Jawab:C

7.
a.
b.
c.
d.

Negara yang termasuk anggota Komisi Tiga Negara adalah...


Australia, Belgia, dan Amerika Serikat
Amerika Serikat, Australia, dan Prancis
Prancis, Belgia, dan Italia
Italia, Jerman, dan Turki
Jawab:A

8.
a.
b.
c.
d.

Tindakan Presiden Sukarno setelah terjadi Agresi Militer Belanda 2 adalah...


Melanjutkan perjuangan bersama Moh. Hatta ke kaliurang
Mengasingkan diri bersama Moh. Hatta ke Kaliurang
Ditangkap dan diasingkan ke Prapat
Tetap barada di Yogyakarta untukmembertahankan ibu kota RI
Jawab:D

9.
a.
b.
c.
d.

Hasil perundingan Reville sangat merugikan bangsa Indonesia karena...


Kemerdekaan tidak dapat dipertahakan
Hutang Belanda harus di bayar di Indonesia
Wilayah Indonesia semakin Sempit
Sekutu lebih memihak ke Belanda
Jawab:C

10.
a.
b.
c.
d.

Peristiwa yoya kembali sering dikaitkan dengan peristiwa..


Masuknya kembali jendral Sudirman ke Yoyakarta dari perang Gerilya
Pengembalian mandat dari Syafrudin Prawiranegara kepada Presiden sokarno
Serangan TNI ke dalam Kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949
Ditariknya tentara Belanda ke luar Yogyakarta dan masuknya TNI ke Yogyakarta
Jawab:A

11.
a.
b.
c.
d.

Koferensi Inter-Indonesia adlah forum pertemuan antara...


RI dan Belanda
RI dan negara-negara BFO
BFO dan Belanda
Negara Indonesia Timur dan RI
Jawab:B

12.
a.
b.
c.
d.

Pertempuran 10 November di Surabaya dilatar belakangi oleh..


Pelarangan pengibaran bendera Merah Putih di Surabaya oleh Sekutu
Tewasnya Brigjen Mallaby dalam sebuah insiden tempak-menembak
Pembebasan orang-orang Belanda oleh tentara Sekutu
Tindakan tentara Sekutu yang mempersejatai para tawaran Belanda
Jawab:C

13.
a.
b.
c.
d.

Faktor yang mempercepat Belanda keluar dari Indonesia, antara lain..


Perubahan pendapat di kalangan pimpinan Belanda
Tidak ada dukungan dari negara-negara bagian yang dibentuknya
Serangkaian perindungan yang telah memojokkan posisi Belanda
Tentara Sekutu yang tidak lagi memberikan dukungan
Jawab:C

14.
a.
b.
c.

Penyebab utama terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api adalah...


Pembakaran Bendera Merah-Putih oleh tentara Sekutu
Tertembaknya seorang tentara Bandung oleh tentara Sekutu
Ultematum tentara Sekutu Belanda tentang pengosongan Bandung utara dari pejuang
Indonesia
d. Ultimatum tentara Sekutu yang melarang orang Indonesia bersenjata di Bandung Utara
Jawab:C
15.
a.
b.
c.
d.

Berdasarkan hasil Perundingan Linggajati secara de facto wilayah Indonsia meliputi...


Jawa, Sumatera, dan madura
Jawa, Bali, dan Sumatera
Jawa, Madura, dan bali
Jawa, Kalimatan, dan Sumatera
Jawab:A

16.
a.
b.
c.
d.

Terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah akibat dari..


Jatuhnya Kota Jakarta ke tangan Belanda
Jatuhnya Kota Yogyakarta ke tangan Belanda
Agresi Militer Belanda 1
Jatuhnya Kota Jakarta ke tangan Sekutu
Jawab:B

17.
a.
b.
c.
d.

Munculnya istilah Garis Van Mook adalah hasil dari Perundingan...


Linggajati
Renville
Roem-Royen
Konferensi Meja Bundar (KMB)
Jawab:B

18. Hasil perundingan Reville pada dasarnya berisi tentang...


a. Penghentian tembakmenembak antara Indonesia dan Belanda

b. Pembatasan Wilayah Indonesia


c. Pembentukan Uni Indonesia-Belanda
d. Pengakuan kedaulatan Indonesia
Jawab:A
19.
a.
b.
c.
d.

Wakil indonesia dalam upacara pengakuan kedaulatan di Belanda..


Moh. Hatta
Sutan Syahrir
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Amir Syarifuddin
Jawab:A

20.
a.
b.
c.
d.

Belanda mengakui kedaulatan Indonesia mulai tanggal..


27 November 1949
27 Desembar 1949
27 Novembar 1950
27 Desembar 1950
Jawab:B

21.
a.
b.
c.
d.

Pasukan Sekutu datang ke Indonesia diwabah pimpinan..


Jenderal Mallaby
Jenderal Sir Philip Christion
H.J. Van Mook
T.E.D. Kelly
Jawab:A

22.
a.
b.
c.
d.

Tentara NICA membonceng tentara Sekutu Ke Indonesia dengan alasan..


Ingin mendukung perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan Jepang
Merasa lebih berhak atas Indonesia setelah kekalahan Jepang
Memastikan Jepang meningalkan Wilayah Indonesia
Mengambil barang-barang milik perintah Belanda yang masih ada di Indonesia
Jawab:C

23.
a.
b.
c.
d.

Jenderal Mallabytewas dalam pertempuran yang berlangsung di..


Kalisosok
Kalijati
Jembatan merah
Blitar
Jawab:C

24. Bung tomo merupakan tokoh pejuang pembela kemerdekaan yang terbilang dalam
pertempuran di...
a. Ambarawa
b. Makassar
c. Bali

d. Surabaya
Jawab:D
25.
a.
b.
c.
d.

Tentara Sekutu yang mendarat di indonesia dikenal dengan sebutan...


SEAC
AFNEI
NICA
UNO
Jawab:C

26.
a.
b.
c.
d.

Pertempuran rakyat Bali melawan Belanda merupakan reaksi terhadap...


Sikap Belanda yang diskrimitaif terhadap rakyat Bali.
Sikap Belanda yang turut campur tangan dalam kegiatan adat Bali
Agresi meliter yang dilancarkan Belanda
Hasil Perundingan Linggajati yang tidak memuaskan
Jawab:

27.
a.
b.
c.
d.

Dalam Perundingan Renville, Ondonesia diwakili oleh..


Amir syarifuddin
Moh. Hatta
Moh. Roem
Sutan Syahrir
Jawab:A

28. Perundingan Linggajati merupakan perundingan damai antara Indonesia dan Belanda
yang diprakarsai oleh...
a. UNCI
b. KTN
c. Inggris
d. DK PBB
Jawab:C
29. Inggris yang semula bertugas sebagai penjaga keamanan di Indonesia akhirnya justru
terlibat peperangan dengan rakyat Indonesia di Surabaya karena...
a. Diserang arek-arek Surabaya
b. Dipicu tewasnya Jenderal Mallaby
c. Diultimatum Bung Tomo
d. Ingin menguasai Pulau Jawa
Jawab:B
30.
a.
b.
c.
d.

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dipimpin oleh...


Syafruddin Prawiranegara
Sultan Syahrir
Amir Syarifuddin
Mr. Palar
Jawab:A

1 Mengapa periode 1945-1949 disebut periode Revolusi kemerdekaan?

Jawab:

Karena pada periode ini merupakan periode dimana masyarakat

Indonesia mempertahankan Kedaulatan Republik Indonesia dari ancaman


sekutu

yang

mendapatkan
Indonesia.

ingin

menguasai

pengakuan

dunia

kembali

Indonesia

Internasional

dan

akan

upaya

adanya

untuk
Negara

Perubahan secara cepat yang mendasari tatanan kenegaraan

terjadi pada periode ini, sehingga periode ini diarasakan sangat penting.
Tahun 1945 merupakan tahun di proklamirkannya Negara ini oleh dua
founding father kita yaitu Soekarno-Hatta, setelah dilakukan hal tersebut
banyak terjadi pergolakan di daerah sebagai upaya untuk mempertahankan
kemerdekaan

Indonesia,

sedangkan

akhir

dari

periode

revolusi

kemerdekaan yaitu tahun 1949 bertepatan dengan perjanjian KMB dimana


23 agustus 1949 - 2 September 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar di
kota Den Haag, negeri Belanda, hasil dari perundingan tersebut salah
satunya adalah pengakuan dunia internasional akan adanya sebuah negara
yang merdeka yaitu Negara Republik Indonesia. Dalam berlangsungnya
konferensi tersebut, peranan PBB cukup besar dan berfungsi sebagai
pengawas. Akhirnya dengan berakhirnya KMB, berakhir pula pesengketaan
Indonesia-Belanda. Hal ini juga memberikan pengakuan secara de facto
bahwa hal ini membuktikan adanya Negara Republik Indoesia, karena
mendapat pengakuan dari negara-negara di luar Indonesia. Yang datang
pertama kali adalah dari negara-negara yang terabung dalam Liga Arab,
yaitu Libanon, Mesir, Suriah, Saudi Arabia, dan akhirnya menyusul juga
Afghanistan, India, dll. Untuk perkataan penyerahan kedaulatan itu, oleh
pihak Indonesia diartikan sebagai pengakuan kedaulatan, walaupun pihak
Belanda Tidak setuju dengan hal itu. Namun dalam kenyataan oleh
masyarakat internasional diakuinya, keberadaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2 Jelaskan

kontrovensi

Golongan

Muda-Golongan

Tua

dalam

peristiwa

sekitar

Proklamasi kemerdekaan?
Jawab:

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.

Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena


Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke

tangan

Sekutu.

Sutan

Sjahrir,

Wikana,

Darwis,

dan

Chaerul

Saleh

mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus


Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua
tidak

ingin

terburu-buru.

Mereka

tidak

menginginkan

terjadinya

pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam


bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI

adalah

menginginkan

sebuah

badan

kemerdekaan

yang

atas

dibentuk

usaha

oleh

bangsa

kita

Jepang.
sendiri,

Mereka
bukan

pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei)
untuk

memperoleh

konfirmasi

di

kantornya

di

Koningsplein

(Medan

Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.


Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl
Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan
selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum
menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang
dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus
keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak
dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak
tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana
--yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi
dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang tergabung dalam gerakan
bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus
1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan

pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur


yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian
terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini,
mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan
para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah
Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka
menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad
Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru
memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang
kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang
kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan
setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk
menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks
proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Adapun kronologis kejadiannya yang saya dapatkan dari situs resmi
Sekretariat Negara mengenai hal diatas adalah sebagai berikut:
Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi, kata
Chaerul Saleh. Kita harus merebut kekuasaan, tukas Sukarni. Kami sudah
siap mempertaruhkan jiwa kami, seru mereka bersahutan. Wikana bahkan
mengatakan, Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada
malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan
pembunuhan besar-besaran esok hari. Mendengar kata-kata ancaman
seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata,
Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam
ini

juga!

Kamu

tidak

usah

menunggu

esok

hari.

Hatta

kemudian

memperingatkan Wikana, ...Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus


menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di
negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya

katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk
memproklamasikan

kemerdekaan,

mengapa

saudara

tidak

memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno


untuk

melakukan hal itu?

Namun, para pemuda terus mendesak. Apakah kita harus menunggu


hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun
Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam Perang Sucinya.
Mengapa

bukan

rakyat

itu

sendiri

yang

memproklamasikan

kemerdekaannya? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan


kita sendiri, sebagai suatu bangsa? Dengan lirih, setelah amarahnya reda,
Soekarno berkata,...kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan
kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang
bisa

kau

perlihatkan

diperhitungkan
menyelamatkan

itu?

kepada
Apa

perempuan

saya?

Mana

bukti

tindakan

bagian

dan

anak-anak?

kekuatan

keamananmu
Bagaimana

yang
untuk
cara

mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan


mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana
kita akan tegak di atas kekuatan sendiri ?. Demikian jawab Bung Karno
dengan

tenang.

Para

pemuda,

tetap

menuntut

agar

Soekarno-Hatta

segera

memproklamasikan kemerdekaan. Setelah berulangkali didesak oleh para


pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak

bisa memutuskannya

sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda


mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Tidak lama kemudian, Hatta
menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima
dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak
korban jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda nampak
tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang; menculik
Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu
dari

pengaruh Jepang.
Di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan

Rengasdengklok, siang itu terjadi perdebatan panas. Revolusi berada di


tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak
memulai revolusi malam ini, lalu ... Lalu apa?, teriak Bung Karno sambil

beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua


terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara. Waktu suasana
tenang kembali. Setelah Bung Karno duduk. Dengan suara rendah ia mulai
berbicara, Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah
saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh
pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17. Sukarni balik bertanya, Mengapa
justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?
Soekarno menjawab, Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya
tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17
lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam
kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci.
Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita
semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17
besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat
suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat,
oleh

karena

itu

kesucian

angka

17

bukanlah

buatan

manusia.

Malam itu, dari rumah Laksamana Maeda, Soekarno dan Hatta


ditemani Laksamana Maeda menemui Somobuco (kepala

pemerintahan

umum), Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajaki sikapnya mengenai


pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Namun Jepang melarang SoekarnoHatta mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan.

Melihat

kenyataan

ini,

Soekarno-Hatta

sampai

pada

kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicarakan soal


kemerdekaan Indonesia dengan Jepang. Setelah itu, Soekarno dan Hatta
kembali ke rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945, pada saat
Soekarno membuka pertemuan dini hari itu dengan beberapa patah kata.
Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat
pelaksanaan

Proklamasi

Kemerdekaan.

Rancangan

teks

telah

siap

dibacakan di hadapan saudara-saudara dan saya harapkan benar bahwa


saudara-saudara

sekalian

berjalan

dan

terus

dapat

menyetujuinya

menyelesaikan

pekerjaan

sehingga
kita

kita

sebelum

dapat
fajar

menyingsing.
Rencananya teks proklamasi akan dibacakan di lapangan IKADA. Akan

tetapi Soekarno menolak saran Sukarni. Tidak, kata Soekarno, Lebih baik
dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di
depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus
memancing-mancing insiden? Lapangan IKADA adalah lapangan umum.
Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa
militer,

mungkin

akan

menimbulkan

salah

faham.

Suatu

bentrokan

kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan


rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta
saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00
pagi.
Dengan

suara

mantap

dan

jelas,

Soekarno

mengucapkan

pidato

pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.


Saudara-saudara sekalian! saya telah minta saudara hadir di sini,
untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh
kemerdekaan

tahun
tanah

kita
air

bangsa
kita.

Indonesia

Bahkan

telah

telah

berjuang

beratus-ratus

untuk
tahun.

Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya
ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam
jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri
kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita
sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya
kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam
tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam
tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam
telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia
dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat,
bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu.
Dengarkanlah Proklamasi kami:

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,

diselenggarakan

dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.


Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen
Atas nama bangsa

05

Indonesia

Soekarno/Hatta.
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu
ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita
menyusun negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia
merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan
kita itu.
Dengan kearifan mereka yang tua dan semangat mereka yang muda, kita
diwarisi oleh mereka dengan kehormatan sebagai bangsa yang merdeka.

3 Bagaimana sikap kelompok-kelompok Sjahrir, Tan Malaka, dan Amir Sjarifuddin pada
masa Revolusi Kemerdekaan?
Jawab:

Sjahrir adalah satu dari Tujuh Begawan Revolusi Indonesia. Ketujuh

orang ini Soekarno, Hatta, Sjahrir, Amir Sjarifoeddin, Tan Malaka, Sudirman,
dan A.H. Nasution dalam kadar berbeda menentukan arah dan produk
revolusi. Republik Indonesia pada zaman revolusi, dengan demikian, bukan
merupakan akibat dari proses sosial yang impersonal dan tak terhentikan,
melainkan hasil interaksi ribuan orang dan organisasi, kelompok angkatan
bersenjata dan badan perjuangan, politikus nasional dan lokal, idealisme
dan oportunisme, patriotisme dan banditisme, pahlawan dan pengecut.
Semua ingar-bingar itu berakhir dengan ajaib: pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949.
Ketujuh pemimpin ini dengan caranya masing-masing berkontribusi
bagi jalannya revolusi. Setelah revolusi, mereka mengalami peruntungan
berbeda, aliansi berbeda, dan perimbangan kekuatan berbeda.

Sjahrir dan Amir, yang tak tergoda bekerja sama dengan Jepang, pada
1945 segera mengambil alih kekuasaan dari tangan Soekarno dan Hatta.
Mereka menghadirkan Republik Indonesia yang siap bernegosiasi dengan
Sekutu dan Belanda. Di latar belakang, Soekarno dan Hatta menunggu saat
yang tepat untuk comeback. Kesempatan itu datang tatkala Sjahrir berada
di bawah tekanan melakukan terlalu banyak konsesi dalam pembicaraannya
yang dalam diskursus politik sering disederhanakan sebagai diplomasi.
Tan Malaka, politikus sorangan, yang setelah 20 tahun di pembuangan,
secara diam-diam kembali ke Jawa pada 1942. Ia mengepalai sebuah koalisi
berwajah angker antara organisasi politik dan organisasi militer, Persatuan
Perjuangan. Koalisi yang membawa panji-panji perjuangan ini melancarkan
oposisi blak-blakan terhadap konsesi apa pun dengan Belanda, bila konsesi
itu menyimpang dari semangat Proklamasi. Tujuan mereka adalah merdeka
100 persen.
Namun Tan Malaka dan koalisinya ternyata hanya raksasa dengan kaki
dari tanah liat. Setelah melakukan perlawanan sengit terhadap Sjahrir,
Amir, Soekarno, dan Hatta keempatnya hanya memberikan tanggapan
moderat dalam

sidang

parlemen

sementara,

yaitu

Komite

Nasional

Indonesia Pusat (KNIP) di Solo pada Februari 1946, Persatuan Perjuangan


lenyap tak berbekas. Tan Malaka pun hilang dalam gerhana.
Kendati demikian, Tan masih dianggap ancaman bagi kehormatan
Republik. Entah Amir atau Sjahrir, atau mungkin keduanya, dengan
persetujuan Soekarno, secara tak resmi mendukung penculikan Tan Malaka
dan

beberapa pengikut setianya oleh dua orang

pemuda Pesindo,

organisasi pemuda sosialis, dari sayap yang dipersenjatai. Penculikan pada


Maret 1946 itu berhasil, tak mendapat kecaman publik, dan Tan Malaka
ditahan

tanpa

proses

persidangan

sampai

September

1948.

Ketika

dibebaskan, Tan tentu saja sakit hati terhadap mereka yang bertanggung
jawab atas penahanannya: Sjahrir, Amir, Soekarno, Hatta.
Selama

delapan

bulan

dari

Proklamasi

sampai

penculikan

Tan

Malaka,Tan berubah dari negarawan senior terhormat, disegani karena


pengalamannya dan perjuangan antikolonialnya, dan seorang teoretikus

revolusi, menjadi orang buangan, dihujat dan dilupakan. Sjahrir adalah


salah satu pengagumnya. Mereka bertemu pertama kali pada September, di
rumah Soebardjo, tempat Tan Malaka tinggal sementara. Mereka bertemu
lagi ketika Tan Malaka pindah ke Bogor. Sjahrir dan para pemuda terkemuka
mendiskusikan cara menggantikan kekuasaan presiden Soekarno dan Hatta
dengan pemerintahan parlementer yang dikepalai Sjahrir.
Tan Malaka memberikan usulan dalam bahasa Inggris: We must follow
a nationalist policy with a very deep cut into socialism (Kita harus
menjalankan suatu politik nasionalis yang sangat diwarnai oleh sosialisme).
Sjahrir setuju. Dalam kerja sama yang erat, mereka merencanakan langkahlangkah untuk mengambil alih kekuasaan dari Soekarno dan Hatta.
Tapi belakangan Sjahrir berpikir bahwa dalam keadaan segenting itu
perlu mempertahankan Soekarno sebagai simbol negara. Sjahrir juga
menaruh rasa hormat pada Tan Malaka yang ia sapa dengan sapaan
kehormatan Minangkabau, Engku.
Sjahrir kemudian terpilih menjadi Kepala Badan Pekerja KNIP pada 17
Oktober untuk menangani masalah-masalah parlementer. Ia mengisi
lembaga yang dipimpinnya dengan sejumlah besar pendukungnya yang
ditemuinya seminggu kemudian. Termasuk, Tan Malaka yang saat itu berada
di Serang. Ini merupakan pertemuan penting. Tan Malaka mengemukakan
pandangannya bahwa perlawanan all-out terhadap Belanda merupakan
kebijakan yang harus diikuti. Indonesia tak memiliki persenjataan, tapi ia
memiliki rakyat dan pemuda yang siap bertempur.
Ancaman bumi hangus akan mencegah Belanda untuk kembali.
Perundingan dengan Belanda hanya boleh terjadi bila Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia. Perlawanan total inilah yang kemudian menjadi
program Persatuan Perjuangan dan memicu bubarnya kerja sama Tan
Malaka dan Sjahrir. Tapi, di Serang, Sjahrir masih meminta Tan Malaka
menjadi Ketua Partai Sosialis yang segera didirikan. Reputasi Tan yang
legendaris dipandang dapat memperkuat basis kekuasaan yang solid bagi
Sjahrir.

Tan Malaka menolak tawaran itu. Dalam pandangannya, partai-partai


yang tumbuh seperti jamur di musim hujan hanya membawa perpecahan
dan mengancam persatuan yang begitu diperlukan bagi perjuangan
melawan Belanda. Tan Malaka menegaskan prinsipnya: Sesudah lebih
daripada dua puluh tahun di belakang ini, saya tiada ingin akan menjadi
teman separtai kaum sosialis, yang kebanyakan masih mau berkompromi
dengan

kapitalis-imperialis

itu.

Kepada

pengikut

setianya,

Maroeto

Nitimihardjo, ia bahkan lebih terus terang, Aku tak bisa melakukan ini, aku
Komunis.
Inilah akhir kerja sama kedua tokoh ini .Sjahrir memilih garis lebih
moderat, Tan Malaka mengorganisasikan alternatif lebih radikal. Keduanya
tak pernah bertemu lagi.
Dari ketujuh tokoh utama revolusi, hanya Sjahrir dan Tan Malaka yang
menuangkan

gagasan

mereka

dalam

tulisan.

Sjahrir

menerbitkan

Perjuangan Kita, yang beredar luas dan dipuji. Khususnya, oleh para
pendukung di luar negeri dari kelompok sosial demokrat yang moderat
yang setuju dengan lahirnya bangsa Indonesia yang baru. Namun prinsipprinsip dan visi yang dikemukakan Sjahrir tentang persoalan-persoalan
aktual kenegaraan terlalu singkat. Visi Sjahrir juga bercampur-aduk antara
analisis politik, pertimbangan-pertimbangan taktis, rencana jangka pendek
dan

jangka

panjang,

pilihan

praktis,

ortodoksi

Marxis,

serta

hasil

pengamatan yang ditujukan kepada audiens dalam negeri dan luar negeri,
yang disajikan kadang-kadang secara agresif, kadang-kadang tersembunyi.
Dibandingkan trilogi Tan Malaka yang disajikan dalam format dialog
Politik, Muslihat, Rencana Ekonomi buklet Sjahrir tak dapat bersaing dengan
tulisan Tan Malaka yang koheren dan mendalam tentang kebijakankebijakan pemerintah. Tapi Tan Malaka tak punya sarana untuk menerbitkan
dan mengedarkan buklet-bukletnya. Ia juga tak mempunyai hubungan baik,
serta kontak dan simpati dengan luar negeri.
Di dalam penjara Tan Malaka menulis Dari Penjara ke Penjara, yang
juga berisi komentar-komentarnya tentang revolusi Indonesia yang diwarnai
pengalaman-pengalaman getir bersama kuartet Soekarno, Hatta, Sjahrir,

dan Amir. Dalam jilid tiga Dari Penjara ke Penjara yang beredar dalam
bentuk stensilan ia tetap mengemukakan pandangan-pandangannya. Pada
waktu itu Sjahrir telah turun dari jabatan perdana menteri, telah pula
kehilangan goodwill, dan dituduh terlalu banyak melakukan konsesi dengan
Belanda. Amir mengalami nasib yang sama menyusul keterlibatannya
dalam Pemberontakan Komunis di Madiun, yang dibayar dengan eksekusi
mati.
Analisis Tan Malaka atas keempat pemimpin dilakukan dalam bentuk
sketsa: Satu dengan lainnya lebih banyak mempunyai persamaan dalam
hal yang penting daripada perbedaan. Mereka sama-sama berasal dari
golongan

petite

bourgeoisie,

borjuis

kecil

Indonesia,

sama-sama

mendapatkan pendidikan sekolah Belanda tertinggi. Dan sama-sama


bercita-cita kerja-sama dengan imperialis Belanda, menurut Linggarjati
dan Renville. Mereka cuma berbeda dalam kualitas, sifat, sebagai orang
saja.
Tentang Sjahrir, Tan menulis: Sampai pada waktu Jepang menyerah,
maka Sutan Sjahrir paling dekat dengan para pemuda []. Tetapi dalam
sikap tindakan merebut senjata dari Jepang pada 17-18-19 Agustus sudah
kelihatan retak antara Sjahrir cs. dengan para pemuda. [] Sebenarnya
Sjahrir sudah bertindak dengan Soekarno-Hatta. Dia dengan golongan
pemudanya

sudah

melayang-layang

di

antara

Massa

Aksi

dengan

Diplomasi. Dia kelak dengan majunya perjuangan akan terpaksa memilih


salah satunya pekerjaan yang sangat sukar bagi borjuis kecil. Tan terus
mencadangkan kritik terhadap perilaku Sjahrir pada rapat KNIP di Solo,
ketika keempatnya Sjahrir, Amir, Soekarno, Hatta menyingkirkan Persatuan
Perjuangan lewat gerakan-gerakan rahasia dan manuver-manuver cerdik.
Atas cara ini, dalam beberapa bulan, kerja sama yang menjanjikan
telah berbelok menjadi perseberangan yang pahit, dengan Tan Malaka
dalam peran abadinya sebagai pecundang sepi. Tapi hari-hari kejayaan
Sjahrir juga pendek. Sejak Juli 1947, ia dihukum untuk berdiri di pinggir,
sebagai pemimpin partai sosial demokratik yang kecil.

4 Bagaimana peran diplomasi dan perang pada masa Revolusi Kemerdekaan?


Jawab:

Dalam perjuangan Revolusi di Indonesia, terdapat dua jalan untuk

mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia, yaitu melalui jalan perang


dan cara diplomasi.Untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia baik
secara de facto ataupun secara de jure, pemerintah melakukan beberapa
usaha

untuk

mengubah
Hal

ini

mengadakan

perlawanan

terhadap

tentara

NICA

dan

pemerintahan yang semula Presidensial menjadi Parlementer.

dilakukan

pemerintah

dalam

usahanya

untuk

mendapatkan

pengakuan kedaulatan atas Republik Indonesia oleh dunia internasional.


November 1945 kabinet Republik Indonesia pertama dibentuk dengan
Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri yang bertugas menjalankan semua
diplomasi baik dengan sekutu maupun dengan pihak Belanda. Sjahrir dipilih
karena dia pada saat pemerintahan Jepang tidak bekerjasama dengan pihak
Jepang.
Alasan dirubahnya

pemerintahan Republik Indonesia dikarenakan

Sekutu beranggapan bahwa Republik Indonesia adalah buatan Jepang.


Anggapan itu didasarkan pada para pemimpin Indonesia dalam hal ini
Sekarno dan Hatta adalah kolaborator pada masa Jepang. Kemudian seluruh
persiapan kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan oleh badan-badan
buatan pemerintahan Jepang di Indonesia seperti BPUPKI dan PPKI.
Selain mengubah pemerintahan, keluar Maklumat pada 3 November
1945 tentang partai politik yang isinya membolehkan setiap orang,
kelompok dan golongan untuk membentuk partai politik. Hal ini juga adalah
usaha untuk menunjukan kepada dunia internasional dan terutama sekutu
bahwa Republik Indonesia adalah Negara yang demokrasi bukan Negara
yang dibuat oleh Jepang.
Menurut George Kahin, Indonesia periode 1945-1946 adalah internal
dynamic in the revolution. Pada periode ini perang pendapat antara
pemimpin Republik Indonesia dalam memilih jalan untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, apakah dengan jalan diplomasi atau dengan jalan
perang fisik. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya adalah peristiwa
yang menjadi titik awal perdebatan itu. Tetapi kabinet Sjahrir memilih jalan

berdiplomasi untuk menghadapi Belanda. Pemilihan diplomasi ini bukan


tanpa alasan, kabinet Sjahrir memiliki pertimbangan terhadap kekuatan
persenjataan Republik Indoneisa apabila dibandingkan dengan persenjataan
Belanda. Tetapi jalan yang ditempuh oleh Sjahrir mendapat kritikan dari
para tokoh nasional yang menginginkan jalan perang fisik seperti Tan
Malaka, Achmad Subardjo, Muh. Yamin dan yang lainnya.
Peranan Diplomasi.Pertemuan pertama antara Pemrintah kabinet Sjahrir
dengan pihak Belanda dan Sekutu terjadi di Markas Besar tentara Inggris di
Jakarta pada 17 November 1945. Pihak Republik Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Sutan Sjahrir, pihak Sekutu diwakili oleh Letnan Jenderal
Christison dan pihak Belanda diwakili oleh Dr. H.J van Mook selaku Wakil
Gubernur

Jenderal

Hindia

Belanda.

Pertemuan

ini

bertujuan

untuk

mempertemukan Indonesia dengan Belana serta menjelaskan tugas Sekutu


di Indonesia.
Baik diplomasi maupun peperangan kedua-duanya saling isi mengisi.
Namun semuanya mempunyai alasan yang cukup kuat dan mendasar, bagi
pihak yang memilih perjuangan diplomasi, mengemukakan alasan sebagai
berikut:

Dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat terdapat kata-kata


yang

berbunyi:

...ikut

melaksanakan

ketertiban

dunia

yang

berdasarkan kemerdekaan....

Walaupun Jepang mengalami kakalahan terhadap sekutu, namun pihak


Jepang masih bersenjata lengkap, hal ini menimbulkan ke khawatiran
jika terjadi adu fisik dengan Jepang maka akan menyebabkan
timbulkan korban perang yang sangat besar.

Belanda yang termasuk di pihak sekutu, akan mendapat bantuan


kekuatan dan dukungan cukup besar dari kelompok sekutu. Karena
itulah

jika terjadi

pertempuran

maka dikhawatirkan akan

lebih

menyengsarakan masyarakat Indonesia.


Dengan memperhatikan alasan-alasan tersebut menurut saya pada
alasan

pertama,

yaitu

...ikut

melaksanakan

ketertiban

dunia

yang

berdasarkan kemerdekaan.... dalam hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia

mendapat beban dan tugas untuk memelihara perdamaian. Apabila


terdapat persengketaan atau kesalahpahaman antara negara dengan
negara lain, bagi negara-negara yang menjadi naggota PBB, sedikit banyak
harus turut prihatin dan sedapat mungkin membantu dalam proses
penyelesaian masalah melalui perundingan. Dengan demikian apabila
bangsa Indonesia menghadapi penjajah Belanda melalui perjuangan
bersenjata, maka akan mendapat kecaman dari dunia internasional dan
berarti bertentangan dengan pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu, pihak pemerintah pada awal pemerintahannya
menempuh perjuangan diplomasi dengan sasaran untuk mendapatkan
perhatian dunia Internasional, agar memberikan pengakuan terhadap
negara

Republik

Indonesia.

Program

politik

pemerintah

yang

harus

dijalankan oleh kabinet Sjahrir ialah berunding atas dasar kemerdekaan


penuh 100% (Notosusanto, 1984: 49). Saat itu pihak Belanda mengadakan
blokade ekonomi terhadap Indonesia dan didukung oleh Amerika Serikat.
Untuk menghadapi hal tersebut pemerintah mencoba menarik perhatian
dunia luar dengan cara memberikan bantuan beras kepada India dan juga
menjamin modal asing yang ditanamkan di Indonesia (Sudiyo,2002: 113).
Usaha pemerintah Indonesia itu, di imbangi oleh Belanda dengan cara
memecah belah wilayah tanah air Indonesia melaluai Konferensi Malino
yang diselenggarakan pada 15-25 Juli 1946, dipimpin oleh Gubernur
Jenderal Dr.H.J. Van Mook. Tidak lama kemudian konferensi ini disusul
konferensi Pangkal Pinag pada tanggal 1-12 Oktober 1946 dan pihak
Belanda berhasil mendirikan Negara Boneka.
Memperhatikan langkah-langkah yang dilakukan Belanda itu, maka
pemerintah RI protes dan terjadilah perundingan Linggarjati tanggal 7
Oktober 1946 yang menghasilkan:
1.Belanda mengakui secara de fakto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa, Madura.

2.Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk


negara Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah
Republik Indonesia.
3.Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni IndonesiaBelanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya (Notosusanto, 1984: 50).
Penandatanganan perundingan Linggarjati itu dilakukan pada tanggal
24 Maret 1947 oleh pemerintah masing-masing. Perundingan ini tidak
berajalan dengan lancar, oleh karena itu berkali-kali mengalami penundaan.
Setelah dianggap cukup dan menghasilkan keputusan sebanyak 17 pasal,
ternyata kedua belah pihak menafsirkn hal yang berbeda. Akibatnya
terjadilah Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947.
Dalam konfrontasi pertama dengan Belanda setelah kemerdekaan
itulah, mulai mendapatkan perhatian dari PBB dan dibentuklah Komisi Tiga
Negara yang terdiri dari Australia (pilihan Indonesia), Belgia ( pilihan
Belanda), Amerika serikat (pilihan Belgia dan Australia). Pada tanggal 27
Oktober 1947, KTN memulai bekerja dan meminta perundingan di atas
kapal laut angkut milik Amerika Serikat bernama Renville.
Sementara itu, kabinet Hatta meneruskan perjuangan diplomasi, yaitu
menyelesaikan

masalah

intern

terlebih

dahulu.

Perjuangan

bangsa

Indonesia setelah berhasil menyelesaikan masalah intern dalam negeri,


kemudian

terus

melanjutkan

perundingan-perundingan

untuk

segera

menyelesaikan persengketaan dengan Belanda. Pihak Belanda bersedia


mengadakan

perundingan

denganpihak

Indonesia

setelah

mendapat

desakan dari berabagai negara yang menjadi anggota PBB. Akhirnya pada
tanggal 23 agustus 1949 - 2 September 1949 diadakan Konferensi Meja
Bundar di kota Den Haag, negeri Belanda.
Dalam berlangsungnya konferensi tersebut, peranan PBB cukup besar
dan berfungsi sebagai pengawas. Akhirnya dengan berakhirnya KMB,
berakhir pula pesengketaan Indonesia-Belanda. Hal ini juga memberikan
pengakuan secara de facto bahwa hal ini membuktikan adanya Negara
Republik Indoesia, karena mendapat pengakuan dari negara-negara di luar

Indonesia. Yang datang pertama kali adalah dari negara-negara yang


terabung dalam Liga Arab, yaitu Libanon, Mesir, Suriah, Saudi Arabia, dan
akhirnya

menyusul

penyerahan

juga

kedaulatan

Afghanistan,

itu,

oleh

pihak

India,

dll.

Indonesia

Untuk

perkataan

diartikan

sebagai

pengakuan kedaulatan, walaupun pihak Belanda Tidak setuju dengan hal


itu. Namun dalam kenyataan oleh masyarakat internasional diakuinya,
keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peranan Perang. Sejak semula pemerintah RI di bawah SoekarnoHatta, apalagi di bawah Perdana Menteri (PM) Sutan Sjahrir, melaksanakan
strategi diplomasi. Berdasarkan sikap sangsi atas kemampuan rakyat
bersenjata dengan TNI sebagai intinya, pemimpin-pemimpin politik yang
duduk dalam pemerintah memberi konsesi demi konsesi kepada pihak
lawan. Strategi diplomasi yang bertolak dari tidak adanya rasa percaya diri
ini memberi peluang kepada pihak Belanda untuk secara terus-menerus
mengambil langkah-langkah likuidasi terhadap republik dengan kekuatan
militer.
Strategi diplomasi seperti itu dimulai dari Indonesia bagian Timur.
Wilayah itu diserahkan Sekutu kapada Belanda secara resmi pada bulan Juli
1946. Setelah Belanda menerima pendudukan tersebut dan setelah merasa
kuat, maka usaha untuk meningkatkan dibidang politik dengan membentuk
negara bagian, yang gagasannya dilontarkan dalam Konferensi Malino di
bawah pimpinan Dr. H.J. van Mook (Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda)
yang berlangsung pada tanggal 16-22 Juli 1946.
Tujuan konferensi itu menurut Belanda adalah untuk membangun
suatu susunan politik di daerah-daerah dalam rangka ketatanegaraan
federal yang disusun di bawah Belanda. Langkah-langkah yang dimulai di
Malino itu dilanjutkan di Denpasar pada tanggal 18-24 Desember 1946.
Konferensi ini bertujuan untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT).
Pada tahun 1946 itu Belanda telah menduduki Indonesia bagian timur
termasuk Irian Barat, maupun bagian Indoneisa bagian Barat seperti
Bangka Belitung dan Riau.

Sedangkan di Jawa dan Sumatera pada tahun 1946, digunakan oleh


Inggris maupun Belanda untuk mengulur waktu dengan cara berunding
dengan RI, menjaga status quo sambil mendatangkan dan memasukkan
pasukan-pasukan

dari

Negeri

Belanda,

agar

dapat

mengambil

alih

kekuasaan seluruhnya dari tentara Inggris. Sementara itu pihak Belanda


berusaha keras mengamankan Konsepsi Malino, tentara ekpedisi Belanda
mengadakan operasi-operasi militer dan tekanan-tekanan terhadap pejuang
RI di daerah-daerah yang termasuk wilayah Konsepsi Malino (daerah federal
sementara).
Pada bulan April 1946 Belanda menangkap Gubernur Sulawesi Dr. Sam
Ratu Langie di Ujung Pandang, kemudian membuangnya ke Irian Barat.
Selanjutnya

pada

bulan

November

dan

Desember

1946,

Belanda

melancarkan operasi Miiliter besar-besaran di Pulau Bali. Operasi ini


mendapat perlawanan dari rakyat Bali. Dalampertempuran habis-habisan
yang terjadu di desa Marga pada bulan April 1946 antara pasukan TRI
dengan pasukan kolonial Belanda, Komandan Resimen Letnan Kolonel
Ngurah Rai gugur, dan pada waktu itu pihak Inggris selalu membantu pihak
Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaan kolonialnya, dan melakukan
usaha-usaha penengahan atau arbitrase. Hal tersebut disebabkan karena
Inggris mendapatkan tekanan-tekanan politik di negerinya untuk segera
menaraik mundur pasukannya, mula-mula didatangkan Sir Archibald Clark
Kerr untuk menengahi sengketa antara RI dengan pihak Belanda. Ia
kemudian diganti oleh Lord Killearn, yang kemudian berhasil membawa
pihak Indonesia dan Belanda ke meja perundingan dan menghasilkan
Persetujuan Linggajati. Dengan demikian pihak Inggris dapat menarik
mundur pasukan-pasukannya dari Indonesia pada akhir tahun 1946.
Berabagai raeksi muncul akibat adanya perundingan Linggajati,
akibatnya

untuk

mencegah

kesimpangsiuran

pendapat

di

kalangan

Angkatan Perang, maka pada tanggal 21 November 1946 Panglima Besar


Jenderal Soedirman mengeluarkan instruksi yang mengingatkan kepada
seluruh

anggota

Angkatan

Perang

agar

tidak

memikirkan

masalah

perundingan dan tidak bertindak sendiri sendiri. Kewajiban angkatan


perang

sebagai

tulang

punggung

negara

adalah

memperkuat

dan

mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara. Amanat yang


berupa instruksi Panglima Besar tersebut disusul dengan amantnya tanggal
28 November 1946 yang sekali lagi membawakan sikap Ankatan Perang
terhadap persetujuan Linggajati yang tercermin dalam amanatnya: maka
disamping KNI Pusat Pleno dan partai-partai seluruhnya akan dan atau
sedang membicarakan naskah persetujuan itu, kita sekalian yang turut
bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan negara serta
bangsa Indonesia, tidak boleh sekali-kali tinggal diam, duduk termenung,
hanya memikirkan Badan Perwakilan Rakyat. Selanjutnya Panglima Besar
dalam amanatnya menyambut berita kekejaman tentara Belanda di Bogor,
merasa kurang senang terhadap berlarut-larutnya pembicaraan mengenai
naskah Persetujuan Linggajati, sedangkan pihak Belanda terus melancarkan
aksi teror.
Sehingga

dapat

disimpulkan

bahwa

diplomasi

juga

terkadang

dihubungkan dengan perang. Oleh karena itu seorang filsuf Jerman yang
bernama Clausewitz, dalam pernyataannya yang terkenal mengatakan
bahwa perang merupakan kelanjutan diplomasi dengan melalui sarana lain.
Dengan

dua cara tersebut memiliki satu tujuan yang

sama yaitu

mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.

5 Pada masa Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia berjuang melawan berbagai


kekuatan baik dari dalam maupun luar. Jelaskan!
Jawab:

Sesudah proklamasi terjadilah pertempuran dan bentrokan-bentrokan

antara pemuda-pemuda Indonesia melawan aparat kekuasaan Jepang.


Tujuannya adalah untuk merebut kekuasaan guna menegakan kedaulatan
Republik serta untuk memperolah senjata. Euforia revolusi segera mulai
melanda negeri ini, dan khususnya kaum muda merespons hal ini dengan
mengambil tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mempertahankan
kedaulatan.Di dalam rangka ini di Jakarta pata pemuda yang diperoleh oleh
Komite van Aksi Menteng 31 merencanakan untuk mengerahkan massa
pada suatu rapat raksasa di Lapangan Ikada Jakarta, agar para pemimpin RI
dapat berbicaradi hadapan mereka. Rencana itu dilaksanakan dengan 2

cara yaitu: persiapan pengerahan massa dan menyampaikan rencana itu


pada presiden. Pada prinsipnya, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta
setuju, demikian pul a para mentri. Yang menjadi persoalan bagi Pemerintah
adalah bagaimana skap penguasa Jepangsetelah mereka menyerah dan
menjadi alat Serikat. Kemudian dibicarakan masalah tersebut dalam kabinet
bertempat di kediaman presiden. Sidang berlangsung sampai dinihari
tanggal 19 September 1945. Sidang tidak menghasilkan keputusan yang
bulat lalu ditangguhkan sampai pukul 10 pagi. Sidang dimulai lagi pada
pukul 10 di Lapangan Banteng Barat yang dihadiri juga oleh para pemimpin
pemuda. Para pemimpin pemuda menyatakan agar rapat tidak dibatalkan.
Sementara itu massa sudah berbondong-bondong membanjiri lapangan
Ikada siap mendengarkan pidato dari para pemimpin-pemimpinnya. Situasi
menjadi sangat tegang karena Lapangan Ikada telah dijaga ketat oleh
pasukan

bersenjata

Sewaktu-waktu

bisa

Jepang,
terjadi

yang

juga

bentrokan

mengerahkan
berdarah.

tank-tanknya.

Akhirnya

sidang

memutuskan agar pata pemimpin datang untuk berhadapan muka dnegan


massa guna meminta kesediaan mereka untuk mematuhi perintahperintahnya. Selanjutnya menyerukan kepada mereka supaya bubar dan
pulang kerumah masing-masing (Marwati D. P., 1993: 101).
Kemudian Presiden, Wakil Presiden dan para mentri menuju ke
Lapangan Ikada. Pada waktu itu Lapangan Ikada telah melimpah-ruah
dengan massa yang membawa pelbagai macam senjata tajam. Tampak
pula psukan pasukan Jepangdan bayonet terhunus di samping tanktanknya. Mobil Presiden dan Wakil Presiden sebelum memasuki lapangan
ditahan

sebentar

oleh

komandan

jaga.

Mereka

saling

mengadakan

pembicaraan, kemudian diperbolehkan meneruskan perjalanan. Sukarno


langsung menuju panggung, berpidato singkat. Ia meminta kepercayaan
dan dukungan rakyat kepada Pemerintah Republik Indonesia dengan
kebijakan-kebijakannya, dengan jalan mematuhi perintah-perintahnya dan
tunduk kepada disiplin. Kemudian massa diminta bubar dengan tenang.
Perintah tersebut ditaati. Rapt raksasa 19 Septemer 1945 itu adalah
menifestasi perama daripada kewibawaan Pemerintah Republik Indonesia
kepada rakyatnya.

Sekalipun rapat raksasa di Lapangan Ikada ini berlangsung hanya


beberapa menit, namun berhasil mempertemukan Pemerintah RI, yang baru
berusia

sebulan,

dengan

rakyat

dan

memberikan

kepada

rakyat

kepercayaan kepada potensinya sendiri. sementara itu, di beberapa daerah


di Indonesia terjadi beberapa perebutan kekuasan, baik dengan kekerasan
maupun dengan jalan perundingan. Di beberapa kepresidenan di Jawa,
pada

bulan

September

1945

Pimpinan

masign-masing

menyambut

Proklamasi Kemerdekaan dengan menyatakan diri sebagai pemerintah


Indonesia dan mengancam bahwa segala tindakan yang menentang
PemerintahRI
dirumahkan,

akan

diamil

dilarang

tindakan

memeasuki

keras.

Pegawai-pegawai

kantor-kantor

mereka.

Pada

Jepang
tahap

selanjutnya para pemuda berusaha untuk mereut gedung-gedung vital. Di


Surabaya selama bulan September terjadi perebut senjata di arsenal
(gudang mesiu)) Don Bosco dan perebutan Markas Pertahanan Jawa Timur,
maupun pangkalan Angkatan Laut Ujung dan markas-markas tentara
Jepang serta pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh kota. Pada tanggal 19
September 1945, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato. Insiden ini pecah
ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel
Yamato,

dengan

dibantu

oleh

serombongan

pasukan

Serikat

yang

diterjunkan di Gunungsari, untuk mendirikan markas RAPWI. Orang-orang


Belanda tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak hotel tersebut.
Sudah barangtentu hal ini memancing kemarahan para pemuda. Hotel
tersebut diserbu oleh para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman
dengan cara baik-baik untuk menurunkan bendera Belanda ditolah oleh
penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan lagi. Beberapa orang
pemuda berhasil memanjat atap Hotel serta menurunkan bendera yang
berkibar diatasnya. Mereka merobek warna birunya dan mengibarkan
kembali sebagai merah putih.
Sasaran perebutan selanjutnya adalah Markas Kompetai dan yang
dianggap sebagai lambing kekejaman pemerintahan Jepang yang terletak di
depan kantor Gubernur yang sekarang. Pada tanggal 1 Oktober 1945,
markas itu diserbu oleh rakyat. Gedung dipertahankan dengan gigih oleh
pihak Jepang, namun jatuh ke tangan rakyat setelah pertempuran selama 5

jam. Dalam perebutan ini 25 orang pemuda gugur dan 60 luka-luka


sedangkan 15 orang prajurit Jepang mati.
Para pemuda yang tergabung dalam BKR berusaha untuk memperoleh
senjata. Usaha untuk melucuti Jepang melalui perundingan sama-sekali
gagal. Pada tanggal 7 Oktober malam para pemuda BKR bersama dengan
pemuda Polisi Istimewa bergabung menuju ke Kota Baru. Mereka menyerbu
tangsi Otsuka Butai (sekarang gedung SMA di sebelah Sentral Telepon).
Pada har itu juga, Otsuka Butai menyerah. Korban yang jatuh pada
penyerbuan ini 18 pemuda gugur.
Gerakan dan usaha merebut kekuasaan demi menegakan kedaulatan
RI terjadi hampir diseluruh sentral daerah di seluruh NKRI pada saat itu. Di
Yogyakarta, Aceh, Kalimantan, Gorontalo, dan tempat-tempat lainnya.
Usaha yang mereka lakuakan tidak dihargai dengan murah, namun telah
dibayar menggunakan jiwa mereka. peristiwa yang telah terjadi, seperti
yang telah ditulis diatas, dapat menjadi gambaran bagi peristiwa yang
terjadi di tempat lainnya. Berbagai peristiwa terjadi di berbagai daerah,
seperti di Sulawesi Utara, sekalipun telah hampir setengah tahun dikuasai
oleh NICA, usaha menegakkan kedaulatan tidaklah padam. Pada tanggal 14
Februari 1946, pemuda-pemuda Indonesia anggota KNIL, yang tergabung
pada Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih
dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan para tahanan
yang dicurigai Pro-Republik Indonesia Antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti,
G.A. Maengkom. Sebaliknya mereka menahan Komandan Garnisun Manado
dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Di Bandung
pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut pangakalan
Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel),
dan terus berlangsung sampai kedatangan pasukan Serikat di Kota Bandung
pada 17 Oktober 1945. Di Semarang setelah para pemuda berhasil merebut
kekuasaan, terjadi benturan yang dahsyat antara pemuda Indonesia
melawan Jepang karena pihak Jepang merasa terancam oleh pemuda yang
berusaha merebut senjata mereka.

Selain itu kesenian juga memberikan kontribusinya dalam perjuangan


revolusi kemerdekaan, hal ini terlihat dari adanya semangat revolusi di
dalam kesastraan dan kesenian. Surat-surat kabar dan majalah-majalah
Republik bermunculan di banyak daerah, terutama di Jakarta, Yogyakarta,
dan Surakarta. Suatu generasi sastrawan dinamakan Angkatan 45, yaitu
orang-orang yang meningkat daya kreatifnya pada masa revolusi. Di antara
mereka adalah Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, dan wartawan
Mochtar Lubis. Kebanyakan dari orang-orang ini merasa yakin bahwa seni
mereka dapat menjadi bagian dari perkembangan revolusi.
Banyak pemuda bergabung dengan badan-badan perjuangan. Di
Sumatera,

mereka

benar-benar

memonopoli

kekuasaan

revolusioner,

karena jumlah pemimpin nasionalis yang sudah mapan di

sana hanya

segelintir saja. Para mantan prajurit Peta dan Heiho membentuk kelompokkelompok yang paling disiplin. Laskar Msyumi, Barisan Hisbulloh, menerima
banyak

pejuang

baru

dan

kini

ikut

bergabung

kelompok-kelompok

bersenjata Islam lainnya yang pada umumnya disebut barisan Sabilillah.

6 Bandingkan Peristiwa Tiga Daerah dan Revolusi Sosial di Sumatera Timur!

Jawab:

Kekhasan Sumatera Timur menjelang Indonesia merdeka tahun 1945 adalah

adanya perbedaan-perbedaan kelas antara bangsawan dan rakyat jelata. Dalam


masyarakat Simalungun, perbedaan kelas tersebut adalah seperti golongan parbapaan
(bangsawan), partongah (pedagang), paruma (petani) dan jabolon (budak). Keadaan
yang sama ada pada rakyat Melayu Sumatera Timur terutama antara Sulthan dan
rakyat.Sebagai negera yang bari terbentuk, nasionalisme rakyat Indonesia masih
mengental dan dapat dipahami apabila masih menaruh dendam terhadap feodalisme
yang sebelumnya merupakan kaki tangan kolonial. Oleh karena itu, situasi rakyat yang
masih baru merdeka, kemudian disulut dengan provokasi orang lain (organisasi) tak
pelak lagi apabila kecemburuan sosial dapat berujuk revolusi massa yang menelan
ongkos sosial yang tinggi. Termasuk punahnya sebuah peradaban di Sumatera Timur
(Simalungun dan Melayu), dimana raja dan kerabatnya beserta istananya musnah
selama-lamanya. Keadaan seperti ini berlanjut hingga memasuki tahun 1946 sehingga

mendorong kebencian masyarakat terhadap golongan elit. Sejalan dengan itu,


berkembangnya pemahaman politik pada waktu itu, turut pula menyulut keprihatinan
terhadap perbedaan kelas yang didorong oleh keinginan untuk menghapuskan sistem
feodalisme di Sumatera Timur. Demikianlah hingga akhirnya terjadi peristiwa berdarah
yang meluluhlantakkan feodalisme di Sumatera Timur terutama pada rakyat
Simalungun dan Melayu.

Pada peristiwa tersebut

empat dari tujuh kerajaan

Simalungun yaitu Tanoh Jawa, Panai, Raya dan Silimakuta pada periode ketiga ini
musnah dibakar. Sementara Silau, Purba dan Siantar luput dari serangan kebringasan
massa. Raja dan kerabatnya banyak dibunuh. Peristiwa ini menelan banyak korban
nyawa, harta dan benda. Kejadian yang sama juga menimpa kesultanan Melayu dimana
empat kesultanan besarnya Langkat, Deli, Serdang serta Asahan dibakar dan lebih dari
90 sultan dan kerabatnya tewas dibunuh (Reid, 1980) Riwayat swapraja Simalungun
telah berlalu setelah terjadinya revolusi sosial pada tahun 1946. Revolusi itu tidak saja
menamatkan kerajaan tapi juga seluruh kerabat perangkat kerajaan dan keluraga raja
yang mendapatkan hak istimewa

dari pemerintah kolonial, sehingga telah

meningkatkan kecemburuan sosial dari rakyat terhadap raja. Revolusi terjadi setelah
rakyat diorganisir dan diagitasi oleh organisasi dan partai revolusioner di Simalungun.
Sejak saat itu sistem kerajaan tradisional Simalungun menemui riwayatnya. Dalam arti
lain, lenyapnya atau runtuhnya zaman keemasan monarki itu telah pula menandai
berakhirnya peradaban besar rumah bolon.

1. Kemukakan delegasi Indonesia yang hadir dalam perundingan di atad kapal Renville yang
sedang berlabuh di Teluk Jakarta! Jawaban:
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin dengan anggotanya Ali Sastroamijoyo,
Haji Agus Salim, Dr. J. Leimena, dr. Tjoa Siek Jen, Sutan Syahrir, Mr. Nasrun, dan dua
anggota cadangan (Ir. Juanda dan Setiadji), serta 32 orang penasihat.

2. Mengapa hasil perjanjian Renville mengundang reaksi baik dari kalangan partai politik
maupun dari TNI?
Jawaban:
Karena hasil Perjanjian Renville yang ditanda- tangani pada tanggal 17 Januari 1948 tersebut
menyebabkan Republik Indonesia lebih tersudut. Daerahnya semakin sempit akibat harus diakuinya garis van Mook sebagai garis baru hasil agresi militer I, sedangkan Belanda semakin kuat
berkat adanya negara-negara boneka yang dibentuknya. Bagi kalangan partai politik, hasil
Perjanjian Renville memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI hasil Perjanjian
Renville mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumlah wilayah pertahanan yang telah susah
payah dibangun.
3. Bagaimana tujuan agresi militer Belanda II?
Jawaban:
Tujuan Agresi Militer Belanda II adalah untuk memusnahkan Republik Indonesia dengan cara
menguasai ibu kota Republik Indonesia dan menawan para pemimpinnya.
4. Kemukakan susunan PDRI yang berhasil dibentuk !
Jawaban:
Berikut susunan PDRI yang berhasil dibentuk.
a. Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai ketua PDRI/ MenteriPertahanan/ MenteriPenerangan/
Menteri Luar Negeri ad interim.
b. Mr. T.M. Hassan sebagai wakil ketua PDRI/ Menteri Dalam Negeri/ Menteri PKK/ Menteri
Agama.
c. Mr. St. Mohammad Rasjid sebagai Menteri Keamanan/ Menteri Sosial, Pembangunan, dan
Pemuda.
d. Mr.Lukman Hakim sebagai Menteri Keuangan/ Menteri Kehakiman.
e. Ir. M. Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan Umum/ Menteri Kesehatan.
f. Ir.Indra cahya sebagai Menteri Perhubungan/ Menteri Kemakmuran.
5. Perencanaan perebutan kota Yogyakarta mendapat dukungan penuh dari Sri sultan
hamengkubuwono IX. Untuk memudahkan penyerangan dibentuk sector-sektor . kemukakan
sector-sektor tersebut!
Jawaban:
a. Komandan sektor barat A adalah Letkol Suhud.
b. Komandan sektor barat B adalah Mayor Vence Sumual.
c. Komandan sektor selatan adalah Mayor Sarjono.
d. Komandan sektor timur adalah Mayor Sujono.
e. Komandan sector utara adalah Mayor Kusno.
f. Komandan sektor kota ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Marsudi.
SOAL

1. Jelaskan tiga isi Perjanjian Linggajati yang dilangsungkan pada tanggal 10


2.
3.
4.
5.

November 1946 !
Berikan penjelasan secara singkat mengenai peristiwa Bandung Lautan Api !
Mengapa Indonesia memperoleh surplus beras pada awal kemerdekaan ?
Apakah tujuan Moh. Hatta menaati perundingan Renville ?
Sebutkan Isi dari kesepakatan Bangka !

JAWABAN

No. 1
Isi perjanjian Linggarjati:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa,
Madura, dan Sumatra.
2. Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah
satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia
3. Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni
4. Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda
sebelum tanggal 1 Januari 1949

No. 2
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang
terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat,Indonesia pada 23 Maret 1946. Dalam
waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka,
meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini
dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat
menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang
Kemerdekaan Indonesia.

No. 3

Karena pada waktu itu lahan pertanian sangat luas dan penduduk Indonesia
cuma sedikit dan mata pencarian sebagian besar penduduk bercocok tanam,
sehingga surplus beras terjadi di Indonesia waktu itu, bahkan rakyat petani mampu
memberi makan gratis bila TNI bergerilya lewat didaerahnya
Bandingkan sekarang ini lahan pertanian sempit, kebanyakan tanah jadi
bangunan pekerja pertanianpun berkurang banyak, orang desa lebih suka
kekota. bekerja dikota, sehingga jumlah petani dan lahan pertanian jauh berkurang,
tapi penduduknya membengkak padahal makan senua jadi harus import beras dari
vietnam.\
No. 4

No. 5

SOAL

1. Jelaskan secara singkat mengenai program Plan Kasimo !


2. Serangan Umum 1 Maret 1949 memiliki arti strategis ke dalam dan keluar.
Jelaskan dua arti strategis ke dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 !
3. Identifikasilah empat faktor dari dalam negeri Indonesia yang pada akhirnya
mengharuskan belanda pergi dari Indonesia !
4. Apakah tujuan politik pecah belah Belanda terhadap Indonesia ?
5. Mengapa bangsa Indonesia menerima bentuk negara serikat berdasarkan
perundingan KMB ?

JAWABAN

No. 1
Usaha untuk menyelesaikan masalah ekonomi secara konseptual, praktis,
dan realistis. Salah satu gagasan itu muncul dari I.J Kasimo yang pada waktu itu
sebagi menteri persediaan makanan rakyat. Gagasan dari I.J Kasimo dituangkan
dalam rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan sebutan Plan Kasimo.
isi dari Kasimo Plan :
a. Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277
HA
b. Melakukan intensifikasi di Jawa dengan memperbanyak penanaman bibit
unggul
c. Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi
produksi pangan.
d. Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
e. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera
dalam jangka waktu 10-15 tahun

No. 2
1. Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada
tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang

direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi


III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah
sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol.Bambang
Sugeng untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti
juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat.
2. Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada
tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta untuk mematahkan moral
pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara
Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan
perlawanan
No. 3
Faktor dari Dalam
1. Dari dalam negeri Indonesia, belanda menyadari bahwa kekuatan militernya
tidak cukup kuat untuk memaksa RI tunduk kepadanya
2. Perang yang berkepanjangan mengakibatkan hancurnyaperkebunan dan pabrikpabrik Belanda. Untuk menghindarkan hal itu Belanda harus mengubah
strateginya.
3. Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri indonesia. Ketika
membujuk Sultan Hamengkubowono IX untuk menjadipemimpin sebuah negara
di Jawa maka ditolaknya.
4. Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan
umum

No. 4
Sebagai kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan
mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar
menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain,
politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu
menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat.

No. 5

Karena itu adalah hasil keputusan dari KMB dan karena indonesia dan
belanda bergabung menjadi uni indonesia dan uni belanda dan terbentuklah
indonesia serikat. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia memiliki persepsi
tentang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan berdasarkan bentuk
geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan. Selain itu, ada pula persepsi
masyarakat yang melihat bahwa Indonesia merupakan bangsa karena Indonesia
memiliki persamaan nasib dan tujuan untuk menjalin kebersamaan dan
mewujudkan cita-cita bangsa. Namun, untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia
dibutuhkan perjuangan yang tidak sebentar dan mudah. Penjajahan oleh Belanda
merupakan contoh bahwa Indonesia pada zaman dahulu mengalami kesengsaraan
akibat para penjajah. Belanda membuat rakyat Indonesia karena merenggut hak
asasi rakyat Indonesia, mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusia di Indonesia
Sumber lain mengatakan bahwa adanya perisitiwa Konferensi Meja Bundar
mengakhiri perjuangan fisik rakyat Indonesia dengan penjajah Belanda saat itu.
Namun, Belanda berhasil membawa Indonesia dan memaksa bangsa Indonesia
menerima kedaulatan dalam bentuk republik Indonesia Serikat yang terdiri dari
puluhan negara bagian dan memiliki angkatan perang yang disebut APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Akan tetapi, bentuk negara serikat
bukan bentuk negara yang diinginkan oleh rakyat Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan Republik Indonesia Serikat memiliki banyak kelemahan, seperti
Republik Indonesia Serikat tidak memiliki tujuan negara yang jelas, tidak memiliki
pertahanan yang kuat, dan Republik Indonesia Serikat dibentuk untuk mencapai
kepentingan Belanda. Serikat merupakan wujud nyata perpecahan bangsa
Indonesia. Karena kelemahan-kelemahan tersebut, maka bentuk negara serikat sulit
dipertahankan karena sebagian rakyat merasa tidak puas akan terbentuknya
negara serikat oleh Belanda. Rakyat menentang berdirinya negara bagian dan
menuntut pembubaran negara bagian serta bergabung dengan Republik Indonesia.
Dalam menanggapi keinginan rakyat, pemerintah menganjurkan untuk mengadakan
perundingan dengan negara-negara bagian Indonesia yang masih berdiri seperti
Negara Sumatera Timur dan Negara Indonesia Timur untuk membentuk kembali
negara kesatuan.

SOAL

1. Apa penyebab munculnya pergolakan sosial pada awal kemerdekaan ?


2. Jelaskan tentang Peristiwa Tiga Daerah !
3. Apa latar belakang dan tujuan pemberontakan Republik Maluku Selatan
(RMS) ?
4. Apakah tujuan gerakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo ?
5. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan pemberontakan Kahar Muzakar
sulit ditumpas !

JAWABAN

No. 1
Penyebab munculnya gejolak social itu sebagai berikut :
1. Adanya kelompok yang tidak mendukung proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Adanya persaingan ideologi antara partai politik.
3. Munculnya ketidakpercayaan kepada pemimpin Indonesia pada sat itu.

No. 2
Peristiwa

Tiga

Daerah

berlatar

belakang

sosio-ekonomis.

Akar-akar

sejarahnya sudah ditanamkan sejak lama oleh penguasa-penguasa kolonial.


Pengalaman sejarah yang diwarnai dengan tekanan, penindasan, kesengsaraan dan
kemelaratan telah membangkitkan rasa benci dan dendam terhadap sistem dan
struktur yang telah menyebabkan kesengsaraan itu. Perasaan itu tidak hanya
ditujukan terhadap pemerintahan jajahan, akan tetapi juga terhadap penguasapenguasa tradisional, terutama penguasa-penguasa yang memperlihatkan tandatanda kerjasama dengan pemerintahan jajahan itu. Penindasan dan tekanan yang
dijalankan oleh kedua elit kekuasaan ini telah menyebabkan terjadinya eksploitasi
ganda terhadap rakyat (cf. Onghokham,1985;19), terutama dalam lapangan
perekonomian.

Keadaan yang demikianlah yang dianggap cukup untuk meledakkan sebuah


pergolakan sosial. Peristiwa ini terjadi dalam sebuah keresidenan yaitu Pekalongan.
Tiga daerah yang menjadi objek penelitian Lucas di keresidenan ini adalah Brebes,
Tegal dan Pemalang dalam

kurun

waktu

yang

sangat

pendek,

antara

bulan

Oktober sampai Desember 1945. Kondisi perekonomian rakyat di tiga daerah itu
sangat buruk pada masa kolonial, terutama pada saat dijalankannya Tanam Paksa.
Eksploitasi dalam lapangan ekonomi dijalankan tidak saja oleh pemerintahan
jajahan akan tetapi juga oleh penguasa-penguasa tradisional dan pedagangpedagang kaya, sehingga rakyat jelata, petani kecil serta pekerja dan buruh
menjadi sangat menderita. Pengalaman ini kemudian berlanjut pula pada masa
pendudukan Jepang.

No. 3
Penyebab / Latar Belakang Pemberontakan RMS
Pemberontakan Andi Azis, Westerling, dan Soumokil memiliki kesamaan
tujuan yaitu, mereka tidak puas terhadap proses kembalinya RIS ke Negara
Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI). Pemberontakan yang mereka lakukan
mengunakan unsur KNIL yang merasa bahwa status mereka tidak jelas dan tidak
pasti setelah KMB. Keberhasilan anggota APRIS mengatasi keadaan yang membuat
masyarakat semakin bersemangat untuk kembali ke pangkuan NKRI. Namun, dalam
usaha untuk mempersatukan kembali masyarakat ke Negara Kesatuan Republik
Indonesia terjadi beberapa hambatan yang diantaranya terror dan intimidasi yang
di tujukan kepada masyarakat, terlebih setelah teror yang dibantu oleh anggota
Polisi yang telah dibantu dengan pasukan KNIL bagian dari Korp Speciale Troepen
yang dibentuk oleh seorang kapten bernama Raymond Westerling yang bertempat
di Batujajar yang berada di daerah Bandung. Aksi teror yang dilakukannya tersebut
bahkan sampai memakan korban jiwa karena dalam aksi terror tersebut terjadi
pembunuhan dan penganiayaan. Benih Separatisme-pun akhirnya muncul. Para
biokrat pemerintah daerah memprovokasi
masayarakat Ambon
bahwa
penggabungan wilayah Ambon ke NKRI akan menimbulkan bahaya di kemudian hari
sehingga seluruh masyarakat diingatkan untuk menghindari dan waspada dari
ancaman bahaya tersebut.

Tujuan Pemberontakan RMS di Maluku


Pemberontakan RMS yang didalangi oleh mantan jaksa agung NIT, Soumokil
bertujuan untuk melepaskan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebelum diproklamasikannya Republik Maluku Selatan (RMS), Gubernur

Sembilan Serangkai yang beranggotakan pasukan KNIL dan partai Timur Besar
terlebih dahulu melakukan propaganda terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk memisahkan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan RI. Di sisi lain,
dalam menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah berhasil mengumpulkan kekuatan
dari masyarakat yang berada di daerah Maluku Tengah. Sementara itu, sekelompok
orang yang menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia diancam dan dimasukkan ke penjara karena dukungannya terhadap NKRI
dipandang buruk oleh Soumokil. Dan pada tanggal 25 April 1950, para anggota RMS
memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS), dengan J.H
Manuhutu sebagai Presiden dan Albert Wairisal sebagai Perdana Menteri. Para
menterinya terdiri atas Mr.Dr.C.R.S Soumokil, D.j. Gasperz, J. Toule, S.J.H Norimarna,
J.B Pattiradjawane, P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, Dr.Th. Pattiradjawane, Ir.J.A.
Manusama, dan Z. Pesuwarissa.

No. 4
Salah satu pemberontakan paling besar yang pernah terjadi di tanah air
adalah DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia). DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh
Sekar Marijan Kartosuwiryo dengan tujuan menentang penjajah Belanda di
Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan
tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII), DI/TII Jawa Tengah yang
dipimpin oleh Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes
dan Pekalongan.
Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian diangkat
sebagai komandan pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal
Tentara Islam Indonesia. DI/TII Aceh di dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang
pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian
dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo.

No. 5
Hal ini disebabkan gerombolan Kahar Mudzakar dapat memanfaatkan
keadaan medan pertempuran dan mengenal sifat rakyat setempat. Gerombolan ini
dapat ditumpas setelah kahar Mudzakar ditembak mati bulan Februari tahun 1965.

SOAL

1. Jelaskan tiga contoh revolusi sosial yang terjadi setelah kemerdekaan


Indonesia !
2. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Front Demokrasi Rakyat (FDR) !

3. Jelaskan peristiwa Aksi Sepihak yang dilancarkan oleh PKI !


4. Sebutkan tujuan dibentuknya Barisan Soekarno !
5. Sebutkan isi dari dokumen Gilchrist tanggal 26 Mei 1965 !

JAWABAN
No. 1
a. Peristiwa Tiga Daerah Revolusi
b. Munculnya Laskar-laskar di Ibukota
c. Revolusi di Sumatra Timur
No. 2
Front Demokrasi Rakyat (FDR) sebuah front persatuan partai-partai dan
organisasi sayap kiri yang pernah ada dalam waktu singkat di Indonesia, didirikan
pada bulan Februari 1948. Yang termasuk di dalam FDR adalah Partai Komunis
Indonesia, Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia,SOBSI dan Uni Petani. Pemimpin
FDR adalah Amir Sjarifuddin

No. 3
Keinginan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mengubah ideologi dan dasar
negara Indonesia menjadi paham komunis murni pada masa Orde Lama menjadi
terhambat karena mendapat pertentangan dari tubuh TNI. Usaha PKI melalui media
dan cara apa saja untuk mengkomuniskan masyarakat Indonesia selalu mendapat
tantangan. Apalagi saat TNI-AD menolak permintaan PKI untuk membentuk
Angkatan V. Para Jenderal besar dipandang sebagai penghalang daripada maksud
jahat PKI. Untuk itu, PKI bertekad menyingkirkan para Jenderal dengan membentuk
isu Dewan Jenderal.

No. 4
a. untuk dapat menghalangi keinginan pki mempengaruhi presiden soekarno
b. mendukung segala tindakan yg diambil presiden soekarno

c. membuktikan kesetiaan kepada presiden soekarno


d. melindungi presiden soekarno dari segala bentuk teror lawan politiknya
e. membantu presiden soekarno mengemban tugas negara

No. 5

DOKUMEN GILCHRIST
Sejatinya isi dokumen Gilchrist adalah surat bertanggal 24 Mei 1965, yang
dialamatkan kepada Sir Harold Cessia, sekretaris muda Kementerian Luar Negeri di
London. Pengirimnya adalah Sir Andrew Gilchrist, duta besar Inggris untuk Indonesia
di Jakarta.

Dalam buku Permainan Curang (PT Tjandramerta , 1973*), dituliskan terjemahan


bebas isi Dokumen Gilchrist sebagai berikut:

Saja telah membitjarakan dengan Duta Besar Amerika


Serikat untuk menanjakan hal jang Saudara tanjakan dalam No.67786/65. Duta
besar pada pokoknja sepakat dengan pendirian kita, tetapi meminta waktu untuk
meneliti
segi-segi
khusus
masalah
itu.
Atas pertanjaan saja tentang kemungkinan pengaruh kundjungan Bunker ke
Djakarta, Duta Besar AS menjatakan bahwa ia tidak melihat kemungkinan untuk
memperbaiki keadaan dan dengan demikian tidak ada alasan untuk mengubah
rentjana bersama kita. Sebaliknja, kundjungan utusan pribadi Presiden AS akan
memberi kita waktu jang lebih banjak untuk menjusun operasi ini dengan rintjian
seketjil-ketjilnya.

Duta besar berpendapat bahwa diperlukan tindakan-tindakan landjutan untuk lebih


mendekatkan djadjaran kita. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa adalah
perlu memberikan kesan kepada local army friends bahwa disiplin jang ketat dan
koordinasi jang erat dalam tindakan sangat penting bagi keberhasilan usaha ini.
Saja berdjanji akan mengambil langkah-langkah jang diperlukan. Saja akan
melaporkan pendapat saja sendiri pada waktunja.

BUNUH DIRI POLITIK


Pasca kudeta yang gagal, pemerintahan baru yang anti-Komunis menuntut kepala
para pemberontak, dan tuntutan mereka itu berhasil. Kira-kira setengah juta orang
Komunis yang dicurigai beserta para pengikutnya mati terbunuh, termasuk ketua
CC PKI D.N. Aidit. Partai Komunis Indonesia yang menurut perbandingan merupakan
yang terbesar di suatu negara non-Komunis, secara fisik sudah dapat dihancurkan
dan sisa-sisanya bergerak di bawah tanah.

Mimpi kekuasaan yang memabukkan mereka, telah lenyap hanya tinggal


bagaimana menyelamatkan diri. Hingga sekarang ini belum jelas apa alasan orangorang PKI melakukan perbuatan bunuh diri politik itu. Anggota-anggota PKI dan
gerakan Komunis Internasional masih terus mendiskusikan sebab-sebab kehancuran
katastrofal itu.

Anda mungkin juga menyukai