Anda di halaman 1dari 6

Kegagalan pasar adalah ketidakmampuan dari suatu perekonomian pasar untuk berfungsi

secara efisien dan menimbulkan keteguhan dan pertumbuhan ekonomi. Kegagalan ini
mendorong pemerintah untuk menjalankan beberapa kegiatan ekonomi. Kegagalan pasar
terjadi ketika pasar gagal mengalokasikan sumber daya secara efisien. Pemerintah berperan
dalam menciptakan dan mempengaruhi kegagalan pasar.
Kegagalan pasar juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana pasar tidak memberikan
respon atas suatu produk saat terjadi over supply maupun over demand. Harga tidak mamqpu
membatasi permintaan dan tidak bisa meningkatkan penawaran sehingga tidak tercipta suatu
pasar yang efisien.
Penyebab kegagalan pasar
a.

Barang Bersama (Common goods)

Dasar adanya sistem pasar persaingan adalah adanya hak pemilikan yang memberikan hak
pemilikan kepada setiap individu atas suatu barang sehingga ia dapat mengecualikan orang
lain untuk memanfaatkan barang itu .Untuk beberapa jenis barang , hak pemilikan tidak dapat
diberikan kepada satu individu melainkan diberikan kepada sekelompok masyarakat,
misalnya saja sebidang padang rumput milik desa dan sebagainya.
Masalah yang ditimbulkan dalam kasus kekayaan bersama ada 2 faktor yaitu: indivisibility
dan jumlah kelompok masyarakat. Adanya indivisibility menyebabkan suatu kekayaan tidak
dapat diberikan hak pemilikannya kepada setiap anggota kelompok. Apabila jumlah
kelompok hanya dua orang , maka diantara kedua orang itu akan dapat dibuat suatu
perjanjian yang mengatur penggunaan kekayaan tersebut secara optimal akan tetapi apabila
anggota kelompok semakin banyak maka biaya untuk memperoleh persetujuan menjadi
semakin besar dan mahal.
Dalam hal kekayaan bersama, apabila seseorang merasakan manfaat dan bersedia
menanggung biaya tanpa harus ikut menanggung free riders . Free riders adalah suatu sikap
yang tidak menyatakan dengan sebenarnya manfaat suatu barang atau jasa dengan maksud
agar ia dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa harus membayarnya atau tanpa ikut
menanggung biaya pengadaan barang atau jasa tersebut.
Selain perlunya campur tangan pemerintah dalam mengatur kekayaan bersama, pemerintah
juga harus menetapkan sistem pembayaran yang sifatnya dipaksakan karena jelas setiap
individu tidak bersedia untuk menanggung biaya. Setiap pembayaran paksaan tersebut adalah
yang umumnya disebut pajak.
b.

Adanya unsur ketidak sempurnaan pasar

Alokasi sumber-sumber ekonomi yang efisien tidak dapat diserahkan pada mekanisme pasar
oleh karena adanya monopoli, atau adanya usaha yang mempunyai biaya marjinal yang selalu
menurun , dan adanya usaha yang mempunyai biaya marginal nol. Mekanisme pasar dapat
melakukan alokasi factor-faktor ekonomi secara efisien hanya pada pasar persaingan
sempurna oleh karena hanya pada pasar persaingan sempurna terdapat kesamaan antar

motivasi pengusaha dan tingkat produksi yang oleh masyarakat dianggap efisien . Adapun
factor ketidak sempurnaan pasar antaralain Mobilitas, produksi yang terbatas, tingkat
pendidikan
masyarakat
sangat
rendah,
kurangnya
pengembangan
teknologi, Kurangnya tenaga wirausaha.
c.

Barang Publik

Barang publik adalah barang yang tidak eksklusif dan tidak bersaing untuk mendapatkannya
yang dapat disediakan dengan murah. Namun begitu tersedia, akan sangat sulit mencegah
orang-orang untuk mengkonsumsinya. Kegagalan pasar muncul apabila pasar gagal
menawarkan barang publik atau barang yang bernilai bagi banyak orang. Ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah salah satu contoh barang publik. Sebuah perusahaan
mempertimbangkan melakukan riset teknologi baru yang tidak dapat dipatenkan. Begitu
penemuan tersebut dipublikasikan, perusahaan lain dapat menirunya dan riset tadi tidak akan
menguntungkan. Sehingga perusahaan tersebut cenderung untuk mengalokasikan sumber
daya yang terlalu sedikit dalam menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.dan
contoh lain adalah trotoar (yang tidak dipenuhi pedagang kaki lima). Trotoar bersifat nonrivalry, artinya bila seseorang berjalan di atasnya maka tidak akan merugikan atau
mengurangi kesempatan orang lain untuk berjalan di atasnya. Bersifat non-exclusive artinya
siapa saja dapat menggunakannya dan kita tidak bisa mencegah orang lain untuk
menggunakannya. Bersifat non-divisible artinya trotoar tersebut tidak dapat dibagi-bagi,
setiap orang dapat menggunakan trotoar tersebut seutuhnya (kecuali bila trotoar itu
digunakan secara ilegal oleh pedang kaki lima). Barang publik sering menimbulkan
fenomena pendomplengan (free rider), yaitu mereka yang menikmatinya tanpa membayar.
Bila swasta yang menyediakan barang publik maka mereka dapat mengalami kerugian
akibat free rider tersebut. Oleh karena itu biasanya barang publik disediakan oleh pemerintah.
d.

Eksternalitas

Eksternalitas adalah akibat sampingan yang ditimbulkan oleh kegiatan mengkonsumsi atau
memproduksi. Seperti: polusi, pencemaran dll.Eksternalitas negatif (biaya eksternal) adalah
biaya terhadap pihak ketiga selain pembeli dan penjual pada suatu macam barang yang tidak
direfleksikan dalam harga pasar. Ketika terjadi eksternalitas yang negatif, harga barang atau
jasa tidak menggambarkan biaya sosial tambahan (marginal social cost) secara sempurna
pada sumber daya yang dialokasikan dalam produksi. Baik pembeli maupun penjual barang
tidak memperhatikan biaya- biaya ini pada pihak ketiga.Eksternalitas negatif bisa dikurangi
dengan regulasi dari pemerintah, pajak,subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk
memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka
pada taraf yang seharusnya.
e.

Adanya pasar yang tidak lengkap

Suatu pasar dikatakan lengkap apabila pasar tersebut menghasilkan semua barang dan jasa
yang biaya produksinya lebih kecil dari pada harga yang mau dibayar oleh masyarakat. Ada
beberapa jenis jasa yang tidak diusahakan oleh pihak swasta dalam jumlah yang cukup

walaupun penyediaan jasa tersebut lebih kecil dari pada apa yang mau dibayar oleh
masyarakat. Kondisi seperti ini yang disebut pasar tidak lengkap.
f.

Adanya kegagalan informasi

Informasi yang Asimetris atau ketidakpastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris
terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Atau salah satu pihak yang bernegosiasi di pasar memiliki informasi
yang berhubungan dengan barang yang diperdagangkan sementara pihak lain tidak.
Ketidaksamaan informasi ini dapat mengakibatkan keuntungan bagi salah satu pihak dan
kerugian bagi pihak yang lain. Misalnya seseorang yang berniat menjual tanah, tetapi tidak
mengetahui harga transaksi yang terjadi pada beberapa waktu terakhir. Maka si penjual
berpotensi mengalami kerugian dibandingkan calon pembeli yang telah memiliki informasi
tersebut. Kerugian penjual terjadi akibat tidak dimilikinya informasi yang berakibat
ketidakmampuannya untuk memperoleh harga yang adil sesuai kehendak pasar yang efisien.
Contoh lainnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mobil tersebut
telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi
pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupakan
penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang
broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah
tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan.
Pada beberapa kasus masyarakat sangat membutuhkan informasi yang tidak dapat disediakan
oleh pihak swasta , misalnya saja prakiraan cuaca.Para petani, pelaut, sangat membutuhkan
informasi mengenai prakiraan cuaca , akan tetapi tidak ada pihak swasta yang menyediakan
informasi mengenai prakiraan cuaca. Dalam hal ini pemerintah harus menyediakan informasi
cuaca yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
g.

Kekuatan Pasar (market share)

Inefisiensi dalam pasar yang bebas (pasar yang bersaing) akan muncul pada saat seorang
produsen atau pemasok suatu faktor input mempunyai kekuatan pasar. Efisiensi pasar
menuntut agar semua tingkat substitusi teknis marginal harus sama dalam produksi semua
barang. Contoh kekuatan pasar yang menyebabkan kegagalan pasar, produsen yang memiliki
kekuatan pasar (monopoli), memilih mengenakan harga yang lebih tinggi dari pada biaya
marginalnya dengan tetap memperoleh keuntungan.
h.

Barang altruisme (altruism good).

Barang altruisme adalah barang yang ketersediaannya berdasarkan suka rela, contohnya ialah
darah, ginjal dan organ tubuh manusia lainnya. Supply darah ada karena murni rasa
kemanusiaan. Apabila barang ini diserahkan kepada mekanisme pasar maka tidak akan
terbentuk pasar karena aspek supply-nya bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan
sekalipun harga sebuah ginjal begitu mahal, kita tidak dapat menemukan perusahaan yang
kegiatannya adalah menjual ginjal dan organ-organ tubuh lainnya dengan berorientasi profit
(kecuali mungkin di pasar gelap).

Karakteristik Pelayanan Kesehatan.


Dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan
kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty,
asymetri of information dan externality (Evans, 1984).Menurut Evan, ketiga ciri utama
tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan dengan produk atau
jasa lainnya. Keunikan yang tidak diperoleh pada komoditas lain inilah yang mengharuskan
kita membedakan perlakuan atau intervensi pemerintah.
1. Uncertainty.
Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan.
Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak
mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif berpendapatan memadai sekalipun
seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan medisnya.. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin
atau bangkrut mana kala ia menderita sakit.
2. Asymetry of Information.
Sifat kedua asymetry of Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan
kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider ( dokter dan petugas kesehatan
lainnya ) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayann yang
dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein,
Jacos, Rappaport, dan phelps, sedangkan pada jasa kecantikan dan beras sifat asymetry
information hampir tidak nampak.
Konsumen tahu berapa harga pasar, apa manfaat yang dinikmatinya, bagaimana kualitas
berbagai layanan dan seberapa besar kebutuhannya. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya
kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui
apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal
dengan consumen ignorence atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa
harga dan berapa banyak yang diperlukan , mengetahui apakah ia memerlukan tindakan
bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun.
Dapat dibayangkan bahwa jika provider atau penjual memaksimalkan laba dan tidak
mempunyai integritas yang kuat terhadap norma-norma agama dan sosial sangat mudah
terjadi penyalagunaan atau moral hazard yang dapat dilakukan olehprovider.
Sifat asymetry ini memudahkan timbulnya supply induce demand creation yang
menyebabkan keseimbangan pasar tidak bisa tercapai dalam pelayanan kesehatan. Maka
jangan heran jika dalam pelayanan kesehatan supply meningkat tidak menurunkan harga dan
kualitas meningkat, yang menjadi justru sebaliknya yaitu peningkatan harga dan penurunan
kualitas ( pemeriksaan yang tidak periu).
3. Externality.
Externality menunjukkan bahwa komsumsi pelayanan kesehatan tidak saja
mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli.. Contohnya adalah komsumsi rokok yang
mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan
membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan
tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawa
bersama ( publik ). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi
kesehatan seperti Feldstein ( 1993 ).

Beberapa ciri/karakteristik sektor kesehatan :


1. Consumers ignorance (ketidaktahuan konsumen)
Konsumen pelayanan kesehatan tidak tahu apa yang harus dikonsumsi, jenis, barapa
banyak barang/jasa yang harus dikonsumsi untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Sehingga konsumen sangat tergantung pada provider pelayanan kesehatan. Ciri ini sangat
jelas pada pelayanan kuratif. Pasien datang ke dokter dalam kondisi tidak tahu apa
penyakitnya dan bagaimana mengatasinya.
2. Supplier induced demand Provider pelayanan kesehatan
Supplier induced demand Provider pelayanan kesehatan bersifat dominan dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Provider menyarankan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang harus dikonsumsi. Misalkan : jenis obat, berapa dosis yang harus
diminum, dll.
3. Kejadian penyakit/masalah kesehatan tidak terduga
Konsumen tidak bisa menduga kejadian penyakit/masalah kesehatan. Dan mereka
mengkonsumsi

pelayanan

kesehatan

karena

terpaksa

untuk

mengatasi

penyakitnya/masalah kesehatan. Oleh karena itu harus ada perencanaan dari segi biaya
untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya melalui asuransi kesehatan.
4.

Kesehatan bersifat konsumtif dan investasi Memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah


kegiatan konsumsi karena mengeluarkan sumber daya (tenaga, uang dan waktu) untuk
mendapatkannya. Tetapi mengkonsumsi pelayanan kesehatan promotif dan preventif
pada hakekatnya adalah investasi SDM di masa mendatang.

5.

Ekternalitas
Yaitu dampak positif/negatif yang diakibatkan oleh perbuatan orang lain. Misal :
pemberian imunisasi bagi seseorang untuk mencegah penyakit menular akan
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya., tetapi polusi memberikan dampak
negatif bagi masyarakat sekitar. Pemerintah perlu menjamin programprogram yang
mempunyai eksternalitas tinggi, dimana manfaat sosialnya lebih tinggi dibanding
manfaat individunya.

6.

Non competitive
Dalam kesehatan kompetisi dalam iklan secara iklan dianggap tidak patut. Akibatnya
konsumen yang ignorance tidak memperoleh informasi tentang beda kualitas pelayanan
dan beda tarif (harga) dari berbagai alternatif pelayanan kesehatan.

7.

Non Profit motive

Non Profit motive Idealnya mencari untung/laba bukan merupakan tujuan utama bagi
pelayanan kesehatan (seperti RS swasta), namun fungsi sosial yang harus diutamakan.
Dalam prakteknya, memaksimumkan laba yang biasanya harus mengendalikan tarif dan
2 jumlah produksi sulit dilakukan oleh pelayanan kesehatan. Kunjungan pasien
(cerminan morbiditas) sulit diprediksi dan dikendalikan sementara tarif tidak bisa leluasa
dinaikkan.
8.

Bersifat padat karya dan ada kesulitan untuk memasukinya


Sangat banyak profesi kesehatan yang terlibat dalam industri pelayanan kesehatan,
banyak profesi spesialis yang tidak bisa digantikan fungsinya misalnya : dokter, perawat,
bidan, dll. Pola tenaga yang padat karya dan terspesialisasi, membuat pelayanan
kesehatan menjadi kompleks dan rumit mengelolanya.

Anda mungkin juga menyukai