Anda di halaman 1dari 4

e.

Maksud dan Tujuan


Lokasi pembedahan yang salah, prosedur yang salah, pembedahan pada
pasien yang salah adalah peristiwa mengkhawatirkan yang sangat umum terjadi di
rumah sakit. Kesalahan ini diakibatkan komunikasi yang tidak efektif atau tidak
memadai antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien pada pemberian
tanda pada lokasi pembedahan, dan kurang memadainya prosedur verifikasi lokasi
operasi. Di samping itu, faktor-faktor yang sering kali turut berkontribusi adalah:
kurangnya keterlibatan pasien dalam menilai, kurangnya pengkajian terhadap
rekaman medis, budaya yang tidak mendukung komunikasi secara terbuka antara
anggota tim bedah, masalah akibat tulisan tangan yang tak terbaca,
danpenggunaansingkatan-singkatan.
Rumah sakit harus secara kolaboratif menyusun kebijakan dan/atau
prosedur yang efektif untuk menghilangkan masalah yang mengkhawatirkan ini.
Kebijakan ini mencakup definisi pembedahan yang di dalamnya terkandung
setidaknya prosedur yang menyelidiki dan/atau menyembuhkan penyakit dan
gangguan tubuh manusia melalui pemotongan, pengangkatan, pengubahan atau
pemasukan alat diagnostik/terapi. Kebijakan ini berlaku untuk segala lokasi di
rumah sakit, di manaproseduritudilakukan.
Praktik berbasis bukti (evidence, based, practices) dibahas dalam The (US)
Protokol Universal Joint Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong
Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Proses-proses penting dalam Protokol Universal itu adalah
a) Menandai lokasi pembedahan;
b) Proses verifikasi sebelum operasi, dan
c) Sesaat sebelum memulai prosedur.

f. Elemen Penilaian
JCI 5th. Edition : IPSG / SKP
Elemen penilaian Bab IPSG / SKP pada standar JCI edisi kelima
mengalami beberapa perubahan dibandingkan standar JCI edisi keempat (di
Indonesia, dikenal dengan nama standar akreditasi RS 2012). Perubahanperubahan dalam IPSG 4 dapat dilihat pada daftar di bawah ini:
1.
2.

3.
4.

1.
2.
3.

1.
2.
3.

Elemen Penilaian SKP.4 JCI Edisi 4


Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang dimengerti secara jelas untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan
bahwa semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
berfungsi.
Tim bedah yang lengkap mengadakan dan mendokumentasikan prosedur timeout sesaat sebelum memulai prosedur bedah.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan yang akan mendukung keseragaman
proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan di selain kamar operasi.
Elemen Penilaian SKP.4 JCI Edisi 5
Rumah sakit menggunakan penandaan yang langsung dikenali untuk
identifikasi lokasi pembedahan dan prosedur invasif yang konsisten di seluruh
rumah sakit
Penandaan lokasi pembedahan dan prosedur invasif dilakukan oleh orang yang
melakukan prosedur dan melibatkan pasien dalam proses penandaan.
Rumah sakit menggunakan check list atau proses lain untuk
mendokumentasikan, sebelum prosedur dilakukan, bahwa informed consent
sesuai dengan prosedur; bahwa lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan
pasien yang tepat diidentifikasi; dan bahwa seluruh dokumen dan teknologi
medis yang diperlukan tersedia, tepat, dan berfungsi.
SKP.4.1
Seluruh tim bedah melaksanakan dan mendokumentasikan prosedur time-out
di area dimana pembedahan / prosedur invasif akan dilakukan, sesaat sebelum
memulai suatu pembedaan / prosedur invasif.
Komponen time-out meliputi ketepatan identifikasi pasien, ketepatan sisi dan
lokasi, persetujuan atas prosedur yang dilakukan, dan konfirmasi bahwa proses
verifikasi telah selesai dilakukan.
Ketika pembedahan dilakukan, termasuk prosedur gigi dan medis yang

dilakukan di tempat selain kamar operasi, rumah sakit menggunakan proses


yang seragam untuk memastikan lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan
pasien yang tepat.
g. SPO kamar operasi
Prosedur pengelolaan dan pelayanan kamar operasi secara rinci diatur dalam
tiap-tiap SPO. SPO di InstalasiBedahSentral (IBS) meliputi:
1.

SPO pasien sewaktu tiba di kamar operasi meliputi:

a.

SPO pemeriksaan identitas pasien sewaktu tiba di kamar operasi.

b.

SPO pemastian teknik serta lokasi operasi.

c.

SPO izin operasi (informed consent).

2.

SPO pencatatan meliputi:

a.

SPO pencatatan kecelakaan/kegagalan.

b.

SPO pelaporan kepada yang berwenang.


4. SPO Penjadwalan pasien meliputi:

a.

SPO Penjadwalan operasi elektif.

b.

SPO Penjadwalan operasi darurat.

c.

SPO menunda operasi.

d.

SPO menambahkan pasien pada jadwal operasi yang sudah ada.


5. SPO ketidaksesuaian penghitungan bahan dan/atau alat sebelum dan
sesudah operasi.
6. SPO Laporan operasi dibuat dalam rekam medis pasien
7. SPO Pelaksanaan pengendalian infeksi dikamar operasi
8. SPO Pemeliharaan dan perbaikan peralatan di kamar operasi
9. SPO pelayanan anestesi di kamar operasi pada masa pra, saat dan pasca
operasi.

h. Masalah dalam IPSG 4


Permasalahan dalam IPSG 4 meliputi :
1) Kurang adekuat pada proses :

Komunikasi antara anggota Tim Bedah

Asesmen pasien

Penelaahan ulang catatan medis

2) Kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi


3) Tidak melakukan prosedur untuk verifikasi
4) Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
bedah
Masalah yang mungkin/ biasanya muncul dalam proses IPSG 4
1) Tidak tepat lokasi
Kesalahan dalam menulis rekam medis atau membaca foto rontgen.
2) Tidak tepat prosedur

Kuantitas SDM (tim OK) kurang sehingga mengganggu kelangsungan

operasi.
Kualitas tenaga medis terutama koas dan residen kurang baik.
Sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat seperti bangunan, alat-alat
operasi, lampu / penerangan, prosedur sterilisasi / CSSD.

3) Tidak tepat pasien


Salah identifikasi karena nama pasien sama.

Anda mungkin juga menyukai