Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

PELAYANAN BEDAH TEPAT LOKASI, TEPAT


PROSEDUR, TEPAY PASIEN YANG MENJALANI
TINDAKAN DAN PROSEDUR

1
BAB I
DEFINISI

1. Pembedahan (operasi) adalah semua tindakan pengobatan yang


menggunakan cara infasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani (R.Sjamsugidajat & Wim de jong, 2005). Proses operasi
merupakan pembukaan bagian tubuh dilakukan perbaikan bagian tubuh untuk
dilakukan perbaikan yang di akhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
2. Layanan operasi adalah suatu acuan untuk melaksanakan ketepatan tindakan
operasi pada pasien yang membutuhkan layanan ini di RSU. Full Bethesda
dipantau dari aspek tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien sebelum
operasi/tindakan invasive dilakukan di kamar operasi/ruangan tindakan.
3. Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi/pembedahan dibuat dan di akhiri ketika pasien di pindahkan ke meja
operasi. Dalam tahapan ini persiapan fisik maupun pemeriksaan penungjang
serta persiapan mental sangat penting dilakukan.
4. Post operatif adalh periode akhir dari tindakan operasi. Selama periode ini
proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
5. Ketepatan lokasi adalah pemastian tindakan operasi dilakukan tepat pada
posisi yang sebenanrnya
6. Ketepatan pasien adalah merupakan prosedur ketepatan pasien sebelum
dilakukan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memastikan bahwa
tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur.
7. Ketepatan pasien merupakan tahapan verifikasi yang harus dilakukan
seblemu tindakan yang bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang
dilakukan sesuai dengan prosedur.
8. Checklist keselamatan pasien operasi adalah lembar isian pelayanan
operasi berupa ceklist untuk mengantisipasi adanya kesalahan (lokasi,
prosedur dan pasien) dalam tindakan layanan bedah. Checklist keselamatan
pasien operasi yangdikeluarkan oleh Organiasasi Kesehatan Dunia(WHO) dan

2
kolaborasi dengan Harvard school of Public Healtha USA. Checklist adalah
langkah-langkah kunci dalam mengindentifikasi keamanan selama perawatan
peri-operatif.
9. Sign in adalah prosedur yang dilakukan sebelum tindakan anestesi ruang
operasi. Prosedur ini dilakukan sebelum induksi anestesi.
10. Prosedur time out adalah dilakukan sebelum insisi, yang dipandu oleh tim
non steril di kamar operasi.
11. Sign out merupakan tahap akhir yang dilakukan saat penutupan luka operasi
atau sesegera mungkin setelah penutupan luka sebelum pasien dikeluarkan
dari kamar operasi.
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit untuk menjamin
pasien yang akan menjalani suatu tindakan operasi mendapatkan tindakan operasi
sesuai dengan lokasi keadaan yang perlu di tindak, prosedur yang tepat untuk
melakukan tindakan dan diberikan pada pasien yang benar membutuhkan tindakan
operasi, dengan kegiatan pemberian tanda/marking site identifikasi, khusus untuk
penandaan sisi kanan dan kiri pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
dengan prosedir yang tepat dan benar.
Salah lokasi, salah prosedur dan salah yang menjalani tindakn serta
prosedur merupakan kejadian yang sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi.

Kesalahan ini terjadi antara lain akibat :


1. Komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antara anggota tim
2. Tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan ketepatan lokasi operasi
dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
3. Assessment pasien tidak lengkap
4. Catatn rekam medic tidak lengkap
5. Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antara anggota tim
6. Masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca, tidak jelas dan
tidak lengkap.
7. Penggunaan singkatan yang tidak terstandarisasi dan dilarang

Tujuan dari proses verifikasi pra-operasi adalah untuk :

3
a. Memastikan ketepatan tempat, prosedur dan pasien.
b. Memastikan bahwa semua dokumen yang terkait , foto (imaging) dan
hasil pemeriksaan yang relevan, diberi label ddengan benar dan tersaji
c. Memastikan terjadinya peralatan medic khusus dan atau implant yang
dibutuhkan.

Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam sebagai


berikut :
1. Beri tanda di tempat operasi
2. Dilakukan verifikasi pra operasi
3. Melakukan time itu sebelum insisi kulit di mulai.

BAB II

4
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan kepada semua pasien yang akan menjalani prosedur
pembedahan. Pelaksanan panduan ini adalah semua dokter operastor (DPJP).
Panduan ini berlaku diruang UGD, ruang rawat bedah, kamar operasi, poli gigi,
poli bedah, serta unit lainyang melakukan tindakan invasive dan atau persiapan
pasien bedah. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada kasus :
1. Bedah secara umum
2. Bedah mata

Indicator keselamata operasi :


1. Beri tanda di tempat operasi
2. Dilakukan verifikasi pra-operasi
3. Melakukan time out
4. Melakukan verifikasi pasca operasi

BAB III

5
TATA LAKSANA

A. Petugas penanggung jawab


1. dokter operator (dokter penanggung jawan pasien)
a. bertanggung jawab melakukan prosedur penandaan lokasi operasi dan
melakukan verifikasi ketepatan dalam layanan operasi
b. memastikan penandaan lokasi operasi telah dilakukan dengan baik. Jika
terdapat kesalahan dalam prosedur penadaan lokasi operasi harus segera di
pastikan secara benar dengan melihat berkas rekam medis pasien dan
menggantinya.
2. staff kamar operasi
a. memastikan penandaan lokasi operasi sudah dilakukan
b. menghubungi ruang rawat jika lokasi operasi belum dilakukan proses
penandaan.
c. Melakukan sign in, time out dan sign out bersama tim bedah lain.

tahap sebelum insisi (time out) memungkinkan setiap pertanyaan yang belum di
jawab atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat tindakan
akan dilakukan, tepat sebelum tindakan di mulai dan melibatkan seluruh tim
operasi.
B. protokol penandaan lokasi operasi
1. teknik penandaan lokasi operasi
a. penandaan lokasi operasi harus melibatkan pasien
b. pasien diberikan tanda saat informed consent telah dilakukan
c. penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar operasi, saat pasien
terjada atau sadar.
d. Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan penandaan lokasi operasi
e. Tanda yang digunakan dapat berupa tanda panah “ “
f. Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi operasi
g. Penandaan dilakukan dengan spidol permanen (tidak mudah terhapus)
2. Anjuran penandaan lokasi operasi :
a. Gunakan tanda yang telah disepakati

6
b. Pemberian tanda dilakukan oleh dokter yang akan melakukan operasi
(operator)
c. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat
diperlukan.
3. Tandai lokasi operasi (marking), terutama :
a. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri
b. Multiple structure (jari tangan, jari kaki, lesi)
c. Multiple level (operasi tulang belakang: cervical, thorakal, lumbal)
d. Multiple lesi yang pengerjaannnya bertahap
4. Yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi :
a. dokter bedah
b. Asisten dokter
5. Jenis tindakan prosedur yang tidak perlu dilakukan penandaan :
a. Prosedur yang mendekati midline tubuh : sc, histerektomi, laparotomy
b. Pencabutan gigi
c. Operasi pada membrane mukosa dan perineum
d. Kulit yang rusak
e. Lokasi intraorgan seperti mata dan organ THT maka penandaan
dilakukan pada daerah yang mendekati organ berupa tanda panah
6. Sebelum dilaksanakan operasi terapkan pengisian checklist keselamatan
operasi untuk memastikan :
a. Tepat pasien
b. Tepat prosedur
c. Tepat daerah/lokasi
C. verifikasi pre-operasi
untuk pasien yang mendapatkan tindakan operasi, dua orang anggota tim
haruslah :
1. mengkonfirmasi secara verbal dengan pasien :
a. identitas pasien
b. pemeriksaan yang telah dilakukan
c. bahwa pasien telah memberikan persetujuan untuk melakukan
prosedur (menandatangani informed consent)

7
2. jika telah sesuai/cocok, konfirmasilah bahwa pasien telah ditandai pada
tempat yang sesuai dengan prosedur yang akan dilakukan.
3. Memberi tanda pada tempat yang tersedia pada daftar ceklist.
4. Jika tim operasi membubuhkan tanda tambahan pada ceklist, maka harus
di catat di rekam medic. Catatan harus ditandatangani oleh kedua anggota
tim yang melakukan pengecekan.
5. Anggota tim menyatakan dan meminta persetujuan kepada anggota tim
yang lain segera setelah prosedur di mulai, informasi terkait dengan :
a. Identitas pasien (jika oasien tidak tenang mereka tetap harus diminta
untuk mengkonfirmasi identitas mereka)
b. Prosedur yang akan dilakukan termasuk dosis yang diperlukan
c. Tempat prosedur dilaksanakan
d. Segala item lain yang berkaitan dengan prosedur
6. Sebelum pasien atau anggota tim meninggalkan ruangan segala sesuatu
yang berkaitan dengan prosedur harus dilengkapi dan di tanda tangani.
7. Prosedur pelayanan kesehatan harus dilakukan di tempat untuk
memastikan dan menentukan penanganan ketika terjadi ketidakcocokan
informasi atau verifikasi proses yang telah dilakukan
8. Jika terdapat ketidakcocokan informasi atau staff ragu dengan informasi
tersebut, maka proses verifikasi ditunda sampai masalah terselesaikan.
9. Jika terdapat ketidakcocokan atau keraguan atas situasi darurat maka ketua
tim yang bertanggung jawab atas pasien akan membuat keputusan yang
sesuai dengan situasi
10. Jika ketidakcocokan atau keraguan tetap terjadi maka dasar kebenaran
untuk melanjutkan harus dicatat di rekam medic dan kejadian dilaporkan
kepada tim keselamatan pasien.
D. checklist keselamatan pasien pra operasi
ceklist keselamatan pasien (Patient safety checklist) merupakan alat
komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim professional di
ruang operasi. Tim professional terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi
dan lainnya. Tim harus konsisten untuk melakukan smua item agar
meminimalisis resiko yang tidak di inginkan.

8
Untuk mengimplementasikan ceklist selama pembedahan, seseorang harus
bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan ceklist. Biasanya harus di
kordinatori oleh perawat sirkuler atau setiap klinisi yang berpartisipasi dalam
operasi.
Tujuan dari proses verifikasi pra operasi adalah :
a. memastikan ketepatan tempat, prosedur dan pasien
b. memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto (imaging) dan hasil
pemeriksaan yang relevan, diberi label dengan benar dan tersaji
c. memastikan tersedianya peralatan medic khusus dan atau implant yang
dibutuhkan

checklist membedakan operasi ke dalam 3 fase, yaitu :


1. sebelum induksi anestesi (sign in)
2. setelah induksi dan sebelum insisi pembedahan (time out)
3. setelah penutupan luka tapi sebelum pasien masuk RR (sign out)

dalam setiap fase, koordinator ceklist harus di ijinkan mengkonfirmasi bahwa


tim telah melengkapi tugasnya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi
harus familiar dengan langkah ceklist. Setiap tim harus menggabungkan
ceklist ke dalam pekerjaan dengan efisiensi yang maksimum untuk
melengkapi langkah secara efektif.
1. Fase sign in
Fase sign in adalah fase sebelum induksi anestesi anestesi di kamar operasi
oleh perawat anestesi dan dokter anestesi. Coordinator ceklist
mengkonfirmasi secara verbal tentang :
a. Identitas pasien
b. Prosedur operasi
c. Lokasi operasi sudah di tandai oleh ahli bedah dan dibuatkan salinan
cek dari tempat dan prosedur yang tepat
d. Persetujuan operasi telah diberikan pulse oksimetri telah terpasang dan
berfungsi. Pulse oksimetri idealnya terlihat oleh semua tim dan

9
mempunyai system suara sebagai penanda denyut nadi dan saturasi
oksigen
e. Mesin dan obat-obatan sudah lengkap. Tim anestesi harus melengkapi
pemeriksaan ABCDE, mencakup perlengkapan Airway, Breathing
system (oksigen dan agen inhalasinya), suction, Drugs and Device
(obat dan alat), dan Emergency medication, peralatan dan bantuan
untuk mengkonfirmasi ketersediaan dan berfungsi dengan baik
f. Riwayat alergi pada pasien dan alergi terhadap apa
g. Kesulitan bernafas atau resiko aspirasi
Jika evaluasi jalan nafas menunjukan resiko tinggi kesulitan jalan
nafas, maka tim anestesi harus melakukan persiapan dan peralatan
emergensi yang cukup. Induksi anestesi harus di mulai saat anestesi
sudah mengkonfirmasi bahawa dia telah memiliki peralaan yang
adekuat da nada asisten disampingnya.
h. Resiko kehilangan darah
Kehilangnan Darah melebihi 500 ml (7mg/kg BB pada anak-anak)
dapat membuat pasien menjadi syok hipovolemik. Anestesi sebaiknya
berdiskusi dengan operator tentang resiko kehilangan darah sebelum
operasi dimulai. Jika kehilangan dari lebih 500 ml, dapat
direkomendasikan 2 jalur intravena dan transfuse untuk resusitasi
2. Fase time out
Fase time out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri
dan peran masing-masing. Time out dilakukan sebelum melakukan
sayatan/insisi kulit dengan semua anggota tim hadir dan memberi
kesempatan untuk menyelesaikan pertanyaan yang belum terjawab atau
ada hal yang meragukan yang perlu di sampaikan. Tim mengkonfirmasi
dengan suara keras tentang :
a. Nama pasien, prosedur dan lokasi insisi sudah benar
b. Coordinator ceklist akan menyuruh semua anggota memperkenalkan
diri, kemudian berhenti sejenak dan secara verbal mengkonfirmasi
nama, operasi yang akan dilakukan, tempat pembedahan dan posisi
dari pasien.

10
c. Rontgen, CT scan sudah ditayangkan dengan benar
d. Gambaran penting untuk memastikan rencana operasi pada spinal dan
prosedur thoraks
e. Antibiotika profilaksis sudah diberikan 60 menit sebelumnya
Untuk mengurangi resiko infeksi, kordinator akan bertanya dengan
keras apakah antibiotic sudah diberikan 60 menit sebelumnya. Jika
belum, antibiotic harus segera diberikan seblum dilakukan insisi
f. Antisipasi kejadian kritis
koordinator ceklis memimpin diskusi cepat antara ahli bedah, anestesi
dan Time-out dilakukan di lokasi tempat operasi sesaat sebelum
prosedur di mulai dan melibatkan semua anggota tim bedah

contoh stimulasi time out oleh perawat sirkuler


“pada hari senin, tanggal 1 januari 2018, pukul 10.00 akan dilakukan operasi
terhadap pasien atas nama Tn. Amir, lahir 31 Maret 1965 (perawat sambil melihat
gelang nama, tanggal lahir)
Diagnosis pasien adalah hernia iinguinalis kanan(sambil melihat tanda pada lokasi
operasi), dan akan dilaksanakan tindakan herniorafi dan mesh (dokter menjawab :
benar). Antibiotika profilaksi sudah diberikan jam 09.00
Tim operasi adalah :
a. Dokter bedah/operator : dr. Syahmardani, SpB (menjawab Ya/siap)
b. Dokter anestesi : dr. Teguh, Sp.An (menjawab Ya/siap)
c. Penata anestesi : Sudarmono (menjawab Ya/siap)
d. Asisten/Perawat bedah : Syarif (menjawab Ya/siap)
e. Pembacaan Time out selesai. Operator membacakan doa
3. Fase sign out
Fase sign out adalah fase tim bedah meninjau operasi yang telah dilakukan
saat masih berada di kamar operasi, sebelum meninggalkan ruang operasi.

Dilakukan konfirmasi terhadap :


1. Nama dokter telah dicatat, termasuk jika ada perubahan prosedur selama
operasi

11
2. Instrument operasi telah dihitung dengan benar, termasuk kasa dan jumlah
jarum
3. Specimen telah diberi label dengan benar, untuk menghindari kesalahan
laboratorium
4. Permasalahan peralatan operasi harus di identifikasi dengan adekkuat.

12
PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF

13
BAB IV
DOKUMENTASI

Telah disusun panduan tentang ketepatan lokasi, prosedur dan pasien pembedahan
yang benar di RSU. Full Bethesda yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
seluruh petugas terkait dalam persiapan melakukan pembedahan kepada pasien.
Dalam pelaksanaan ketepatan lokasi, prosedur dan pasien operasi di RSU. Full
Bethesda, terdapat 3 format dokumentasi yaitu :
1. Blanko penandaan lokasi operasi
2. Checklist overan pasien ke kamar operasi
3. Checklist keselamata operasi/tindakan invasife

14

Anda mungkin juga menyukai