Anda di halaman 1dari 12

RSIA Marissa

PANDUAN

PELAYANAN BEDAH MENGENAI


TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, DAN
TEPAT PASIEN
RSIA MARISSA PALEMBANG
TAHUN 2023
PANDUAN
PELAYANAN BEDAH MENGENAI TEPAT LOKASI, TEPAT
PROSEDUR, DAN TEPAT PASIEN

A. PENGERTIAN
Proses operasi atau pembedahan merupakan pembukaan
bagian tubuh untuk dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka. Rumah sakit wajib
mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Salah lokasi, salah
prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif
atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking),
dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Penandaan lokasi operasi adalah suatu tindakan pemberian
tanda pada daerah yang akan dioperasi, dilakukan oleh dokter
yang akan melakukan operasi (dokter operator) untuk
memverifikasi lokasi pembedahan dan melibatkan pasien dalam
proses pemberian tanda.
Suatu tindakan kolaboratif yang melibatkan pasien dan
dilakukan dengan tanda yang dapat dikenali.Tanda tersebut
harus digunakan secarakonsisten dan harus dibuat oleh
operator atau orang yang akan melakukan tindakan, dilakukan
saat pasien terjaga dan sadar bila memungkinkan.

2
B. TUJUAN
1. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik,
dan dipampang.
C. RUANG LINGKUP
Panduan ini diterapkan kepada seluruh tindakan yang
dilakukan mulai dari persiapan,tindakan operasi, dan setelah
selesai operasi. Prinsip pelayanan bedah tepat lokasi,tepat
prosedur, dan tepat pasien operasi :
1. Sebelum tindakan petugas melakukan pengecekan ulang
seluruh identifikasi pasien dan kelengkapan berkas
penunjang sebelum dilakukan tindakan
2. Sebelum tindakan dilakukan petugas melakukan penandaan
area yang akan dilakukan operasi
3. Dalam pelaksanaan tindakan operasi petugas melakukan
tindakan berdasarkan atas SPO yang berlaku.

D. PRINSIP
Pelayanan bedah harus memperhatikan ketepatan lokasi
pembedahan, prosedur, dan ketepatan pasien agar tidak tejadi
kesalahan dan mengancam keselamatan pasien. Ketepatan
tersebut merupakan indikator keselamatan operasi yang harus
diperhatikan dan diterapkan, karena akan berdampak fatal
terhadap keselamatan pasien jika tidak dilaksanakan.

3
E. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
a. Operator (Dokter Bedah)
1) Memahami dan mengimplementasikan seluruh prosedur
yang ada.
2) Memastikan ketepatan pasien dan penandaan area yang
akan dilakukan tindakan pasien.
b. Petugas/ Perawat Kamar Operasi
1) Memahami dan mengimplementasikan seluruh prosedur
yang ada.
2) Memastikan ketepatan pasien.

3) Melaporkan jika terjadi kesalahan dalam identifikasi


ataupun marking area.
c. Kepala Bagian Ruang Operasi
1) Memastikan dan memantau petugas telah melaksanakan
panduan tindakan pre operasi, intra operasi, dan post
operasi dengan baik.
2) Melakukan penyelidikan jika telah terjadi kesalahan
dalam melakukan tindakan operasi
F. TATALAKSANA
1. Penandaan lokasi operasi
Persiapan Alat : Spidol permanen warna hitam, tahan air
dan permanen Cara Kerja :
• Perawat ruangan dengan petugas kamar bedah
melakukan hand over tentang pasien pre-operasi

• Melakukan informasi ulang pada pasien dan keluarga


tentang tindakan yang akan dilakukan

• Mencocokkan jenis tindakan dengan yang tertulis dalam


informed consent

4
• Memastikan dan konfirmasi ulang tentang tindakan dan
prosedur pembedahan yang akan dilakukan

• Memeriksa tanda pada area yang akan dioperasi

• Jika belum diberi tanda, dokter operator melakukan


penandaan dengan spidol permanen warna hitam pada
area yang akan dioperasi dengan cara:
a. Membentuk tanda area operasi

• Pemberian tanda pada area yang akan dioperasi dapat

dilakukan di unit perawatan/IGD, sebelum pasien diantar


ke kamar operasi atau di ruang persiapan kamar bedah
sebelum pasien masuk ruang operasi.

• Pada area operasi yang tidak memungkinkan diberi tanda,

hal ini cukup diinformasi oleh tim bedah.

• Khusus untuk gigi dan organ maxillaris, mandibularis

penandaan dilakukan dengan menggunakan photo


panoramic atau dental foto juga pemberian tanda q.

• Penandaan operasi tidak dilakukan pada operasi yang

mencakup satu organ,pada daerah luka/lesi, dan mukosa


rongga.

2. Proses verifikasi
Verifikasi ulang oleh perawat sirkular mengenai nama
pasien, tanggal lahir, nomor RM, prosedur operasi, Sisi
yang akan dioperasi dan jenis anestesi. Libatkan
perawat anestesi dalam proses Sign in untuk tindakan
dengan bius umum.

5
Pastikan surat persetujuan tindakan sudah
ditandatangani oleh pasien, keluarga atau
penanggungjawab pasien, dokter bedah dan dokter
anestesia.
Pastikan Sisi daerah yang akan dioperasi sudah
ditandai.
Pastikan apakah pasien ada riwayat alergi.
Pastikan apakah tindakan operasi beresiko kehilangan
darah lebih dari 500 cc dan apakah darah pengganti
sudah tersedia.
Konfirmasi ke dokter bedah apakah hasil foto imaging
perlu ditampilkan selama tindakan operasi.
Pastikan apakah pasien dipuasakan atau tidak.
Pastikan apakah mesin anestesia siap untuk
digunakan dan obatobatan yang dibutuhkan telah
tersedia.
Pastikan apakah ada faktor penyulit untuk tindakan
anestesia.
3. Time Out

• Perkenalkan semua tim bedah sesuai dengan peran


masing-masing. • Pastikan secara verbal oleh perawat
sirkular mengenai nama pasien, tanggal lahir, nomor
RM, prosedur operasi, Sisi yang akan dioperasi,
apakah ada riwayat alergi, Sisi mata yang tidak
dioperasi sudah dipasang pelindung,

• Pastikan ke dokter bedah mengenai jenis implant yang

akan dipasang, apakah ada alat khusus yang

6
dibutuhkan dan apakah ada langkah khusus yang
tidak rutin dilakukan.

• Pastikan dengan perawat scrub bahwa instrument

sudah lengkap dan dalam keadaan steril.

• Pastikan dengan dokter atau perawat anestesi apakah

pasien memerlukan perhatian khusus.

4. Sign Out

• Pastikan secara verbal nama prosedur sudah tercatat


dalam file pasien.

• Pastikan secara verbal bahwa instrument bedah,


jarum, sponge atau kassa telah dihitung lengkap.

• Pastikan bahwa specimen (bila ada) telah diberi label.

• Pastikan apakah ada peralatan yang bermasalah


selama tindakan operasi untuk dilakukan tindak
lanjut.

• Tulis pada kolom bila ada instruksi khusus dari dokter


bedah atau dokter anestesia.

G. TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, DAN TEPAT PASIEN


Berikut ini adalah ketepatan yang harus diperhatikan •
1. Ketepatan lokasi
Ketepatan lokasi sangatlah penting dalam tindakan
pembedahan operasi, untuk menghindari kesalahan dalam
tindakan operasi. Ketepatan lokasi ini biasa dilakukan
dengan cara menggunakan tanda yang mudah dikenali pada
area yang akan dilakukan tindakan operasi. Penandaan ini

7
memudahkan petugas untuk mengidentifikasi lokasi operasi,
sehingga dapat mengurangi risiko salah lokasi operasi.
Penandaan lokasi operasi dilakukan terutama bila :
a. Organ memiliki dua Sisi yaitu kanan dan kiri
b. Multiple structures (jari tangan, jari kaki )
c. Multiple level ( operasi tulang belakang, cervical, thorax,
lumbal, dll )
Teknik Penandaan Lokasi Operasi
Berikut merupakan teknik yang dilakukan dalam penandaan
lokasi operasi:

a. Pasien diberi tanda saat informed consent telah dilakukan


b. Penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar
operasi
C. Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan
penandaan lokasi operasi
d. Tanda yang digunakan dapat berupa : tanda ceklist (Nl)
e. Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
operasi
f. Penandaan dilakukan dengan spidol hitam (anti luntur,
anti air) dan tetap terlihat walau sudah diberi desinfektan
Yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi :
a. Dokter Bedah
b. Asisten dokter
c. Pihak yang diberi pendelegasian (perawat bedah)
Operasi yang tidak dilakukan penandaan diverifikasi pada
saat time out.
2. Ketepatan prosedur
Tepat prosedur operasi merupakan tahapan verifikasi yang
harus dilakukan sebelum tindakan pembedahan, yang
bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang
dilakukan sesuai dengan prosedur. Ketepatan prosedur ini
biasanya dilakukan dengan tahapan :

8
a. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai
prosedur, rencana operasi, dan risiko operasi
b. Mendokumentasikan semua prosedur yaitu prosedur yang
lengkap dan rencana anastesi

c. Verifikasi dokumen informed consent untuk


mengidentifikasi pasien secara benar

d. Mempersiapkan semua hasil laboratorium yang relevan


dan verifikasi identitas pasien

e. Mengecek tanda lokasi yang akan dilakukan pembedahan


f. Verifikasi rencana operasi
g. Verifikasi prosedur operasi
h. Verifikasi posisi yang benar pada meja operasi
i. Verifikasi kesiapan alat.
3. Ketepatan pasien
Tepat pasien merupakan prosedur pemastian ketepatan

pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan, yang

bertujuan untuk memastikan kesesuaian identitas pasien

yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Ketepatan

pasien ini bisa dilakukan dengan:

a. Selalu melakukan identifikasi pasien ( cross check, dengan


menanyakan nama maupun dengan melihat gelang
identitas pasien )
b. Mencocokan identitas tersebut dengan berkas rekam medis
pasien
c. Identifikasi pasien dan prosedur juga dilakukan sebelum
pasien masuk kamar operasi, sebelum anastesi dan
sebelum dilakukan tindakan insisi

9
d. Pastikan kelengkapan pemeriksaan penunjang yang
mendukung Dokumentasi
1. Data rekam medis
2. Data diagnosa
3. Data penunjang medik (Laboratorium dan radiologi)
4. Checklist data Pre Operasi
5. Checklist data Post Operasi

H. CEKLIST KESELAMATAN PASIEN PRA OPERASI


Kematian dan komplikasi akibat pembedahan dapat
dicegah.Salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan
Surgical Safety Checklist.Surgical Safety Checklist adalah
sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang
aman dan berkualitas pada pasien. Surgical Safety Checklist
merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang
digunakan oleh tim profesional di ruang operasi. Tim
profesional terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi dan
lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item
yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari fase sign in, fase
time out, dan fase sign out sehingga dapat meminimalkan
setiap risiko yang tidak diinginkan.
Tujuan utama dari WHO Surgical Safety Checklist dan
manualnya untuk membantu mendukung bahwa tim secara
konsisten mengikuti beberapa langkah keselamatan yang kritis
dan meminimalkan hal yang umum dan risiko yang
membahayakan dan dapat dihindari dari pasien bedah.
Checklist ini juga memandu interaksi verbal antar tim sebagai
arti konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat dipastikan
untuk setiap pasien. Untuk mengimplementasikan checklist
selama pembedahan, seorang harus bertanggungjawab untuk

10
melakukan pengecekan checklist. Hal ini diperlukan seorang
checklist koordinator biasanya perawat sirkuler tapi dapat
berarti setiap klinisi yang berpartisipasi dalam operasi.
Checklist membedakan operasi menjadi 3 fase dimana
berhubungan dengan waktu tertentu seperti pada prosedur
normal-periode sebelum induksi anestesi, setelah induksi dan
sebelum insisi pembedahan dan periode selama atau setelah
penutupan Iuka tapi sebelum pasien masuk RR. Dalam setiap
fase, ceklist koordinator harus diijinkan mengkonfirmasi bahwa
tim sudah melengkapi tugasnya sebelum proses operasi
dilakukan. Tim operasi harus familiar dengan langkah dalam
ceklist, sehingga mereka dapat mengintegrasikan ceklist
tersebut dalam pola normal sehari-hari dan dapat melengkapi
secara verbal tanpa intervensi dari koordinator ceklist. Setiap
tim harus menggabungkan penggunaan ceklist ke dalam
pekerjaan dengan efisiensi yang maksimum dan gangguan yang
minimal seJama bertujuan untuk melengkapi langkah secara
efektif.

Ditetapkan di :
Palembang
Pada tanggal : 2023
Direktur Rsia Marissa

11
dr. Andrianto, Sp.OG

12

Anda mungkin juga menyukai