Anda di halaman 1dari 26

Kelas Amphibi

A. Tujuan

Mampu melakukan determinasi katak dan berudu berdasarkan ciri


morfologi yang ditentukan dalam kunci determinasi

Mampu mengelompokkan katak dan berudu berdasarkan perbedaan


dan persamaannya

Mampu menemukan ciri-ciri famili dalam kelas amphibi

Mengetahui ciri khusus yang dimiliki oleh setiap spesies katak


dalam kelas amphibi

Mengenal keanekaragaman spesies dari kelas amphibi

B. Waktu dan tempat praktikum

Hari: Rabu

Tanggal: 5 dan 12 September 2011

Tempat: Laboratorium Struktur Hewan JICA

C. Dasar teori
Proses trasnsisi kehidupan vertebrata dari kehidupan air ke kehidupan
darat menyebabkan timbulnya perubahan pada organ pernapasan dan
alat gerak. Di darat hewan-hewan ini tidak lagi membutuhkan insang
untuk respirasi sehingga insang tereduksi dan merangsang pembentukan
paru-paru. Beberapa kelompok ikan primitiv telah melakukan pre-adaptasi
organ pernapasan dengan paru-paru sederhana. selain perubahan pada
organ pernapasan perubahan juga terjadi pada alat gerak, saat berada di
dalam air tubuh ikan menjadi ringan karena adanya gaya apung ke atas
dan memungkinkan untuk melakukan pergerakan dengan sirip, tetapi saat
di darat tubuh akan menjadi lebih berat sehingga sirip tidak dapat

menahan beban tubuh. Oleh karena itu diperlukan tungkai untuk berjalan,
tungkai ini di asumsikan sebagai bentuk spesialisasi dari pinna pektoralis
dan pelvis pada pisces, sehingga munculah superkelas tetrapoda (yang
berkaki empat) di daratan bumi ini yang mencakup kelas amphibi, reptil,
aves, mamalia. Tetrapoda pertama adalah amphibian periode Devon, yang
meskipun telah mampu bernapas di udara dan mempunyai tungkai
namun secara umum masih mirip dengan ikan dan diduga masih sering
kembali ke air. Terdapat bukti yang signifikan mengenai perubahan
kehidupan dari air ke darat, yaitu adanya beberapa jenis ikan yang dapat
berpindah dari kolam satu ke kolam lain. Proses perpindahan dari air ke
darat

masih

dapat

disaksikan

pada

amphibia

masa

kini,

yang

kehidupannya dimulai dari berudu yang hidup seperti ikan, bernapas


dengan insang yang kemudian menjadi hewan berkaki empat dan
bernapas langsung dari udara.

Gambar.1. evolusi Tetrapoda


Sumber: http://ksh.biologi.ugm.ac.id/inde

Superkelas Tetrapoda ini memiliki ciri umum sebagia berikut :

Tubuh tidak bersisik (amphibia), tubuh diliputi sisik epidermis


(reptilia), tubuh diliputi bulu (aves) atau tubuh diliputi rambut
(mamalia)

Tungkai berpasangan dan pada umumnya memiliki lima jari.

Kepala

ditunjang

oleh

leher

dan

pata

digerakkan

kecuali

amphibia.

Mempunyai nostril internal berhubungan dengan rongga mulut.

Terkorak berkembang dengan baik.

Kelenjar air mata berasosiasi dengan rongga mata terdapat


padahewan yang tertestrial tetapi tidak ada pada Tetrapoda
akuatik.

Pernapasan umumnya dilakukan dengan paru-paru.

Perkembangan system peredaran darah ganda yang bervariasi.


Pada tetrapoda primitive masih ada yang memiliki insang dalam.

Lidah berpangkal pada dasar mulut dan dapat digerakkan.

Pada bahasan kali ini akan dibahas adalah mengenai Kelas Amphibia.
Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua
dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan
yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Namun,
sebenarnya Amphibia menghuni habitat yang sangat bervariasi, dari
genangan air, dibawah permukaan air, sampai pohon yang tinggi.
Kebanyakan

hidup

dikawasan

kelembapan

yang

cukup

hutan

tinggi

karena

untuk

amphibia

melindungi

memerlukan

tubuhnya

dari

kekeringan.
Amphibia mendominasi kehidupan darat sejak jaman karbon, yang
kemudian diikuti oleh kemunculan reptilian, aves dan mamalia. Pada
zaman tersebut ukuran amphibian bervariasi dan umumnya berukuran
besar, tengkorak dan bentuk tubuhnya mirip buaya. Tungkai pendek,
memiliki gelang bahu dan gelang panggul sebagai tempat pelekatan otototot serta untuk menjaga tubuhnya yang berat. Beberapa diantaranya
berukuran besar yang panjangnya hingga tiga meter, tetapi ada pula yang
berukuran kecil. Amphibia merupakan satu-satunya tetrapoda yang
bermetamorfosis. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan
bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan
ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.
Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan

menyebabkan

hilangnya

insang

dan

rangka

insang

lama

kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai

mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan


cara melompat.

Gambar.2. metamorfosis dan berudu pada Amphibia


Sumber: http://rosmha-lutchu.blogspot.com/2010/04/metamorfosis.html

Kelas Amphibia ini memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:

Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus,


kecuali pada apoda yang anggota geraknya terduksi, serta
memiliki selaput.

Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota


amphibia yang pada ujung jarinya mengalami penandukan
membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp

Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau


kelenjar berbintil ( biasanya beracun)

Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru

Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory


dan dikenal dengan tympanum

Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)

Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum

Merupakan hewan poikiloterm.

Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda


(Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah).
1. Ordo Apoda ( Gymnophiona)

Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak


mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing
(gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini
mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau
tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.

Gambar.3. contoh spesies dari ordo apoda


Sumber: http://www.satwaunik.com/reptil/uploads/2011/04/images.jpg

Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ


sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada
fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa
insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau
di lingkungan akuatik. Anatomi tulang kepala ordo Gymnophiona :

Sumber: http://amfibidunia.wordpress.com/2009/12/27/mengenal-hewan-amphibi/

2. Ordo Urodela

Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada
beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat
lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia
Tengah, Jepang dan Eropa.

Gambar.4. contoh spesies dari ordo urodela


Sumber : http://an.wikipedia.org/wiki/Urodela

Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan


Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu
Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu
Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7
famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae,

Dicamptodontidae

dan

Salamandridae.

Contohnya

adalah Axolotl mexicanum (hidup di Mexico), Ranodon sp.(hidup di Asia)


3. Ordo Anura

Gambar.5. contoh spesies dari ordo Anura


Sumber: ttp://en.academic.ru/dic.nsf/enwiki

Struktur tubuh Anura mempunyai karakteristik yang sedikit banyak


dipengaruhi oleh kebiasaan hidup dan tempat hidupnya, disamping
struktur rangka yang menunjukan adanya cirri primitif dan cirri yang lebih
maju. Struktur ini tampak pada struktur gelang bahu, yaitu bentuk gelang
bahu arsiferal dan firmisternal. Gelang bahu arsiferal ditandai oleh tulang
skapula yang bertumpuk (cirri primitif), misalnya pada Leiopelmatidae dan
Discoglossidae. Sedangkan gelang bahu firmisternal ditandai oleh tulang
skapula yang tidak bertumpuk yang umumnya terdapat pada katak
modern. Perbandingan tulang gelang bahu dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :

Gambar.6. perbedaan gelang bahu afiseral (A) dan firmisternal (B)

Gelang panggul pada Anura, berbeda dengan gelang panggul pada


chordate lainnya, karena adanya 5-9 tulang sacral yang memendek dan
bersatu membentuk diapophysis sacral yang pada beerapa Anura
bentuknya melebar menyerupai pita dan ada pula yang berbentuk
silindris. Struktur ini menyebabkan tubuh katak menjadi lebih pendek.
Struktur gelang panggul dan gelang bahu merupakan salah satu ciri
pengenalan rangka familia dan genus pada ordo Anura.

Gambar.7. susunan tulang gelang panggul pada ordo anura

Terdapat tiga bentuk sentra vertebra pada Anura, yaitu bentuk


amphicoelus, procoelus, dan ophistocoelus. Ciri dari masing-masing sentra
vertebra adalah sebagai berikut :
Bentuk sentra pada Anura

Keterangan
Amphicoelus
Terdapat

lekuk

pada

bagian

anterior

dan

posterior,

dengan

intervertebralis

cakram
diantara

vertebra
Procoelus
Terdapat
bagian

lekuk

anterior

cakram

pada
dengan

intervertebralis

diantara

satu

vertebra

dengan vertebra berikutnya.


Opisthocoelus
Terdapat
posterior

lekuk

dibagian

dengan

cakram

intervertebralis diantara satu


vertebra

dengan

berikutnya.

vertebra

Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,


Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai
kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar
dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan
terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.
Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi
tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai
depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung
secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera
dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh
famili

Bufo

lain: Bufo

yang
asper,

ada

di

Bufo

Indonesia

antara

biporcatus,

Bufo

melanosticus dan Leptophryne borbonica.


b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti
tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak
matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif
pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu
terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan
air.

Adapun

contoh

spesies

anggota

famili

ini

adalah Megophrys

montana dan Leptobranchium hasselti.


c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif
ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput
untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang
berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada
pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti
parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara
eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun
contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea,

Rana

nicobariensis,

Fejervarya

cancrivora,

Fejervarya

limnocharis,

Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.


d. Icrohylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif
panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan
mandibulanya,

tapi

beberapa

genus

tidak

mempunyai

gigi. Karena

anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal.


Gelang

bahunya

firmisternal.

Contoh

spesiesnya

adalah: Microhyla

achatina.
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai
kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu
firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal.
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada
Anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan
secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di
musim kawin, pada Anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan
amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar.

Gambar.10. bentuk amplexus pada ordo anura

Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar


mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus
bisa terjadi antara satu betina dengan 2
sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan
sering terjadi persaingan antar pejantan pada
musim
bertahan

kawin. Siapa
dengan

yang

paling

amplexusnya,

dia

lama
yang

mendapatkan betinanya. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu


dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar,
yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986).

D. Alat dan bahan


Gunting penjepit
Awetan basah kelas amphibi dewasa:
1. Rana chalconata
2. Bufo asper
3. Rana baramica
4. Fejervarya cancrivora
5. Occidozyga lima
Spesimen fase berudu dari kelas amphibi:
1. Hyla mansonii
2. Bufo melanostikus
3. Leptophryne cruentata
4. Leptobrachium hassetii
Bak bedah
Lembar pengamatan
ATK
Kunci determinasi

E.

Cara kerja
Menyiapkan alat-alat pengamatan yang diperlukan
Menyiapkan berbagai jenis hewan dari kelas amphibi
Mengamati tiap-tiap spesimen yang ada, lalu mengidentifikasi

sesuai kunci determinasi yang ada.


Mencatat hasil pengamatan pada

mencantumkan taksonominya
Mengkoreksi hasil kerja dengan

kelompok yang melakukan presentasi


Membuat laporan praktikum kelas amphibi

F. Hasil pengamatan

lembar

cara

pengamatan

mendiskusikan

dan

dengan

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Subfamilia: Raninae

Sumber: www.wikipedia.org

Genus

: Rana (Hylarana)

Species

: Rana (H)

chalconata

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi Rana (H) chalconata:
1.
2.
3.
5.

bbba-

tubuh dengan empat tungkai kepala jelas


kulit dengan bintil-bintil kecil, biasanya lembut
tungkai relatif panjang
tubuh ramping, ujung jari tangan biasanya melebar dan

pipih dengan alur melingkar memisahkan bagian atas


lempengan dari bagian bawah
6. a- warna tubuh bagian atas umumnya berbeda dengan
samping, ada sepasang lipatan dorsolateral atau samar-samar,
jari dan ibu jari dengan ujung pipih yang membesar, mata tidak
terlalu besar, moncong relatif meruncing, umumnya tidak
arboreal.
Familia

1. a- jari dengan ujung membesar lekuk sirkum marginal


memisahkan permukaan atas dan bawah.
Subfamilia

2. b- sepasang lipatan dorsolateral, kantung dagu, ujung jari


tangan dan kaki melebar dan datar dengan lekuk sirkum
marginal.
Genus Rana
(Hylarana)
3. b- warna
biasanya tidak hijau tetapimungkin semu hijau

5. b- kulit biasanya halus atau hampir seluruhnya tertutup bintilbintil kecil tersebar di bagian atas
6. a- tungkai biasanya kemerahan,dorsum sering tertutup oleh
bintik-bintik hitam kecil, ukuran betina sampai 80 mm.
Species Rana (H)
Ciri cirichalconata
takson:

Tungkai biasanya kemerahan


dorsum sering tertutup oleh bintik-bintik hitam kecil.

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Subfamilia: Discoglossinae

Sumber : www.wikipedia.org

Genus

: Fejervarya

Species

: Fejervarya

cancrivora

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi fejervarya cancrivora:

1.
2.
3.
5.

bbba-

tubuh dengan empat tungkai kepala jelas


kulit dengan bintil-bintil kecil, biasanya lembut
tungkai relatif panjang
tubuh ramping, ujung jari tangan biasanya melebar dan

pipih dengan alur melingkar memisahkan bagian atas


lempengan dari bagian bawah
6. a- warna tubuh bagian atas umumnya berbeda dengan
samping, ada sepasang lipatan dorsolateral atau samar-samar,
jari dan ibu jari dengan ujung pipih yang membesar, mata tidak
terlalu besar, moncong relatif meruncing, umumnya tidak
arboreal.
Familia

1. b- jari dengan atau tanpa pembesaran ujungnya, tetapi tanpa


lekuk sirkum marginal.
Subfamilia
discoglossinae
8. b- tubuh tidak lebih dari 70 mm, dengan atau tanpa

pertumbuhan yang menyerupai taring pada rahang bawah


11.
b- kulitbtertutupoleh bintil-bintil panjang, kalautidak
sebenarnya kulit relatif halus, jari kaki tanpa ujung melebar,
pada binatang jantang terdapat sepasang lipatan pada daerah
dagu, tidak terdapat pertumbuhan serupa taring pada rahang
bawah.
13.

Genus
fejervarya
a- tubuh relatif besar 80-100 mm, selaput biasanya

mencapai ujung jari ke-4 metatarsal dengan dua bintil,


kehijauan atau keabu-abuan dengan bintik gelap.
Species fejervarya
Ciri ciri cancrivora
takson:

Metatarsal dengan dua bintil, kehijauan atau keabu-abuan


dengan bintik gelap.

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: anura

Familia

: Bufonidae

Genus

: Bufo

Species

: Bufo asper

Sumber : www.wikipedia.org

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi Bufo asper:
1. b- tubuh dengan empat tungkai kepala jelas
2. a- kulit kasar tertutup bintil-bintil.
Familia

1. a- tubuh relatif besar, sampai 120 mm, kulit sangat kasar,


biasanya terdapat sepasang kelenjar parotoid
2. a- warna hitam atau abu-abu, tertutupoleh bintil-bintil
parotoid kecil, tubuh lebih besar sampai 120 mm.
Species Bufo asper

Ciri ciri takson:


Tubuh besar, memiliki kelenjar parotoid.

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Subfamilia : Discoglossinae
Genus

: Occidozyga

Species

: Occidozyga lima

Sumber: dokumentasi pribadi

Sumber: http://www.wildherps.com
Kunci Determinasi Occidozyga lima:
1.
2.
3.
5.

bbba-

tubuh dengan empat tungkai kepala jelas


kulit dengan bintil-bintil kecil, biasanya lembut
tungkai relatif panjang
tubuh ramping, ujung jari tangan biasanya melebar dan

pipih dengan alur melingkar memisahkan bagian atas


lempengan dari bagian bawah
6. a- warna tubuh bagian atas umumnya berbeda dengan
samping, ada sepasang lipatan dorsolateral atau samar-samar,
jari dan ibu jari dengan ujung pipih yang membesar, mata tidak
terlalu besar, moncong relatif meruncing, umumnya tidak
arboreal.
Familia

1. b- jari dengan atau tanpa pembesaran ujungnya, tetapi tanpa


lekuk sirkum marginal.
Subfamilia
Discoglossinae
8. a- tubuh
kecil tidak lebih dari 65 mm, ahang bawah tanpa

pertumbuhan yang menyerupai taring


9. b- tubuh kecil tidak lebih dari 35 mm, dagu dengan sepasang

bintil, jari kaki berselaput sepenuhnya


10.
a- kulit tertutup rapat dengan bintil-bintil kecil putih
keperakan, di samping sisi anggota tubuh terdapat garis gelap
bersambung dengan daerah ventral.
Species Occidozyga
lima

Ciri ciri takson:

kulit tertutup rapat dengan bintil-bintil kecil putih keperakan,


di samping sisi anggota tubuh terdapat garis gelap bersambung
dengan daerah ventral.

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Genus

: Rana

Species

: Rana baramica

Sumber:http://species.wikime
dia.org/wiki/Hylarana

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi Rana baramica:
1.
2.
3.
5.

bbba-

tubuh dengan empat tungkai kepala jelas


kulit dengan bintil-bintil kecil, biasanya lembut
tungkai relatif panjang
tubuh ramping, ujung jari tangan biasanya melebar dan

pipih dengan alur melingkar memisahkan bagian atas


lempengan dari bagian bawah

6. a- warna tubuh bagian atas umumnya berbeda dengan


samping, ada sepasang lipatan dorsolateral atau samar-samar,
jari dan ibu jari dengan ujung pipih yang membesar, mata tidak
terlalu besar, moncong relatif meruncing, umumnya tidak
arboreal.
Familia

2. b- sepasang lipatan dorsolateral, kantung dagu, ujung jari


tangan dan kaki melebar dan datar dengan lekuk sirkum
marginal.
Genus Rana
(Hylarana)
3. b- warna
biasanya tidak hijau tetapi mungkin semu hijau

5. a- kulit dengan bintil rata sampai ke sisi, tubuh kecoklatan


dengan bercak hitam, ukuran sampai 6 mm.
Species Rana
baramica

Ciri ciri takson:

kulit dengan bintil bintil biasanya lembut

Tungkai relatif panjang

Warna tubuh bagian atas umumny berbeda dengan warna


tubuh bagian samping dengan sepasang lipatan dorso lateral

moncong realtif meruncing, umumnya tidal arboreal.

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia

Sumber: www.wikipedia.org

Ordo

: Anura

Familia

: Bufonidae

Genus

: Bufo

Species

: Bufo melanosticus

Sumber: dokumentasi pribadi

Kunci Determinasi Bufo melanosticus:

1. b- spirakel berada di
5.
6.
7.
8.
9.

sebelah kiri tubuh, mata di permukaan

atas tubuh
a- bibir membulat kearah depan atau bawah
b- bagian ventral sedikit tanpa bentuk mulut kea rah depan
b- berudu kecil hitam, bahkan pada tahap akhir
b- mulut normal bentuk atau ukurannya
b- formula geligi I+1-I/III

Species Bufo
melanosticus
Ciri ciri takson:
berudu kecil hitam, bahkan pada tahap akhir
formula geligi I+1-I/III

Super kelas : Tetrapoda


Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
haseltii
Sumber: www.wikipedia.org

: Amphibia
: Anura
:Megophrydae
: Leptobrachium
: Leptobrachium

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi Leptobrachium haseltii:
1. b- spirakel di sebelah kiri tubuh, mata di permukaan atas
tubuh
5. a- bibir membulat ke arah depan atau bawah
6. b- bagian ventral sedikit banyaktanpa bentuk, mulut ke arah
depan
7. a- beruduumumnya tidak terlalu kecil
11.
b- mulut normal bentuk dan ukurannya,dengan beberapa
baris geligi
12.
a- bintil-bintil di sekitar seluruh pinggiran mulut. Formula
geligi 1+5+5/4-4+1
Species Leptobrachium
haseltii

Ciri ciri takson:

bintil-bintil di sekitar seluruh pinggiran mulut

Formula geligi 1+5+5/4-4+1

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Subfamilia : Raninae
Genus

: Hyla

Species

: Hyla masonii

Sumber:
http://upload.wikimedia.org

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi Huia masonii:
1. b- spirakel di bagian tengan bawah tubuh, ekor dengan filamen
tengah atau tidak, mata di samping apabila dilihat dari bawah
5. a- bibir membulat ke arah depan atau bawah
6. a- bagian ventral dengan mangkuk penyedot yang besar, mulut
mengarah ke bawahuntuk makan di dasar, formula geligi
IV+4-/1-1+V
Species Huia
masonii
Hyla
Ciri ciri takson:

bagian ventral dengan mangkuk penyedot yang besar

mulut mengarah ke bawahuntuk makan di dasar, formula geligi


IV+4-/1-1+V

Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo

: Anura

Familia

: Bufonidae

Genus

: Leptophrhyne

Species

: Leptophrhyne

cruentata
Sumber:
http://www.amphibiainfo.com

Sumber: dokumentasi pribadi


Kunci Determinasi Leptophrhyne cruentata:
1. b- spirakel di sebelah kiri tubuh, mata di permukaan atas
tubuh
5. a- bibir membulat ke arah depan atau bawah
6. b- bagian ventral sedikit banyaktanpa bentuk, mulut ke arah
depan
7. b- berudu kecil hitam, bahkan pada tahap akhir
8. b- mulut normal bentuk atau ukurannya
9. a- bintil-bintil di sekitar bibir bawah dan sudut mulut
10.
a- formula geligi II/III atau 1+1-1/III
Species Leptophrhyne
cruentata
Ciri ciri takson:

bintil-bintil di sekitar bibir bawah dan sudut mulut


formula geligi II/III atau 1+1-1/III

G. Pembahasan

Dari hasil praktikum kelas amphibi ini, semua spesimen yang teramati
merupakan anggota dari ordo anura. Karena pada saat praktikum spesies
yang mendominasi adalah anggota dari ordo anura selain itu juga karena
keberadaan anggota ordo-ordo lainnya yaitu urodela dan apoda sulit
ditemukan. Pengamatan yang dilakukan pada kelas amphibi ini memang
agak sulit, terutama pada saat kita mengamati fase berudunya. Seringkali
kondisi spesimen tidak sesuai dengan kunci determinasi yang ada,
terutama saat melakukan pengamatan terhadap keberadaan spirakel
pada berudu ini, terdapat beberapa spesimen yang tidak memiliki spirakel
atau memiliki namun tidak terlihat jelas. Lalu kesulitan lain juga dialami
pada saat melakukan pengamatan terhadap gigi berudu dan menentukan
formulanya. Seperti yang kita tahu bahwa pada famili bufonidae
keberdaan gigi sangat jarang ditemukan sehingga banyak kondisi-kondisi
dimana terjadi ketidak sesuaian antara fakta dan kunci determinasi yang
ada. Sehingga untuk pengamatan berudu ini kelompok kami hanya
mengamati dan mengidentifikasi berudu berdasarkan ciri morfologi yang
tampak saja, lalu melakukan determinasi. Dari delapan spesimen yang
teramati baik pada fase dewasa dan fase berudu, ternyata terbagi atas
tiga famili yang berbeda yaitu bufonidae, megophrydae, dan ranidae.
Pada famili bufonidae kelompok kami hanya mendapat tiga spesies
yaitu; Bufo melanosticus (fase berudu), Bufo asper (fase dewasa), dan
Leptophrhyne cruentata (fase berudu). Hewan ini dimasukan kedalam
famili bufonidae dengan alasan, untuk fase dewasa tentu sudah dapat
terlihat jelas pada morfologi luarnya memiliki kulit yang kasar dan
tertutupi oleh bintil-bintil, lalu untuk fase berudu dapat dilihat dari warna
tubuhnya yang lebih gelap, yang merupakan salah satu ciri bufonidae
pada fase berudu. Untuk penentuan genus Bufo dan Leptophrhyne dapat
dilihat dari bentuk tubuhnya, Bufo akan lebih besar dari Leptophrhyne
dalam ukuran anggota famili bufonidae.
Untuk pengamatan terhadap famili megophrydae kelompok kami hanya
mendapat satu specimen dari delapan yang teramati yaitu Leptobrachium
haseltii yang pada fase berudu. Untuk alasan mengapa memasukan

kedalam famili megophrydae memang sulit karena pada saat fase berudu
banyak hal yang sulit teramati, namun ciri yang khas adalah terdapatnya
bintil-bintil di seluruh pinggiran mulut dan memiliki formula geligi
1+5+5/4-4+1 yang merupakan ciri dari Leptobrachium haseltii pada fase
berudu yang merupakan anggota famili megophrydae. Dan untuk famili
ranidae kelompok kami mendapat lima spesies, pada pengamatan fase
berudu kami mendapatkan Hyla masonii, dengan ciri mulut yang
mengarah kearah bawah sebagai penyedot dan dengan formula geligi
IV+4/1-1+V, yang membedakan Hyla dan Rana pada fase berudu adalah
formula giginya. Lalu pada pengamatan fase dewasa kami menemukan
Rana

(H)

chalconata,

Rana

baramica,

Fejervarya

cancrivora,

dan

Occidozyga lima. Pada penamatan fase dewasa ini untuk mengamati


famili ranidae dapat dilihat dari struktur kulitnya yang licin dan dengan
bintil kecil atau tidak ada, lalu biasanya warna bagian dorsal dan lateral
tubuh berbeda dengan adanya lipatan dorso-lateral dan juga terjadi
pelebaran ujung jari yang memipih.
Dari empat spesies famili ranidae fase dewasa yang didapat, terbagi
atas dua subfamili, yaitu Raninae dan Discoglossinae. Perbedaannya
terletak pada ujung jari, jika subfamili raninae memiliki lekuk sirkum
marginal namun subfamili discoglossinae tidak memiliki lekuk sirkum
marginal. Anggota dari subfamili raninae yang kita temukan adalah dari
genus Rana yaitu Rana(H) chalconata dan Rana baramica dan untuk
subfamili discoglossinae kita menemukan dari genus Fejevarya yaitu
Fejevarya cancrivora dan dari genus Occidozyga yaitu Occidozyga lima.
Perbedaan antara genus Fejevarya dan Occidozyga adalah ukuran
tubuhnya, pada Fejevarya ukuran tubuh dapat mencapai lebih dari 70mm
namun pada Occidozyga ukuran tubuh tidak lebih dari 65mm.

H. Kesimpulan
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak
tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia

berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang
berarti hidup. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas
dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada
fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase
dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang
seiring

dengan

peralihan

kehidupan

dari

perairan

ke

daratan

menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang.


Pada praktikum ini kelompok kami berhasil mengidentifikasi delapan
spesimen amphibi yang semuaya adalah anggota dari ordo anura. Dari
delapan spesimen tersebut kami mendapat tiga famili yaitu Bufonidae,
Megophrydae, dan Ranidae yang anggota-anggotanya adalah sebagai
berikut
1. Bufonidae:
Bufo melanosticus
Bufo asper
Leptophrhyne cruentata
2. Megophrydae:
Leptobrachium haseltii
3. Ranidae:
Hyla masonii
Rana (H) chalconata
Rana baramica
Fejervarya cancrivora
Occidozyga lima

I. Daftar pustaka
Sudargo, Fransisca.dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Zoologi Vertebrata
Superkelas Tetrapoda Kelas Amphibi. UPI. Bandung.
E.Safra, Jacob. 2008. Fish and Amphibian. Encyclopdia Britannica,
Inc. China.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. FPMIPA UNY. Yogyakarta.
Anonim.

2010.

Amphibian.

Tersedia

on-line:

http://www.gudangmateri.com/2010/03/amphibi.html. diakses tanggal 16


Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai