Kelas Amphibi
Kelas Amphibi
A. Tujuan
Hari: Rabu
C. Dasar teori
Proses trasnsisi kehidupan vertebrata dari kehidupan air ke kehidupan
darat menyebabkan timbulnya perubahan pada organ pernapasan dan
alat gerak. Di darat hewan-hewan ini tidak lagi membutuhkan insang
untuk respirasi sehingga insang tereduksi dan merangsang pembentukan
paru-paru. Beberapa kelompok ikan primitiv telah melakukan pre-adaptasi
organ pernapasan dengan paru-paru sederhana. selain perubahan pada
organ pernapasan perubahan juga terjadi pada alat gerak, saat berada di
dalam air tubuh ikan menjadi ringan karena adanya gaya apung ke atas
dan memungkinkan untuk melakukan pergerakan dengan sirip, tetapi saat
di darat tubuh akan menjadi lebih berat sehingga sirip tidak dapat
menahan beban tubuh. Oleh karena itu diperlukan tungkai untuk berjalan,
tungkai ini di asumsikan sebagai bentuk spesialisasi dari pinna pektoralis
dan pelvis pada pisces, sehingga munculah superkelas tetrapoda (yang
berkaki empat) di daratan bumi ini yang mencakup kelas amphibi, reptil,
aves, mamalia. Tetrapoda pertama adalah amphibian periode Devon, yang
meskipun telah mampu bernapas di udara dan mempunyai tungkai
namun secara umum masih mirip dengan ikan dan diduga masih sering
kembali ke air. Terdapat bukti yang signifikan mengenai perubahan
kehidupan dari air ke darat, yaitu adanya beberapa jenis ikan yang dapat
berpindah dari kolam satu ke kolam lain. Proses perpindahan dari air ke
darat
masih
dapat
disaksikan
pada
amphibia
masa
kini,
yang
Kepala
ditunjang
oleh
leher
dan
pata
digerakkan
kecuali
amphibia.
Pada bahasan kali ini akan dibahas adalah mengenai Kelas Amphibia.
Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua
dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan
yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Namun,
sebenarnya Amphibia menghuni habitat yang sangat bervariasi, dari
genangan air, dibawah permukaan air, sampai pohon yang tinggi.
Kebanyakan
hidup
dikawasan
kelembapan
yang
cukup
hutan
tinggi
karena
untuk
amphibia
melindungi
memerlukan
tubuhnya
dari
kekeringan.
Amphibia mendominasi kehidupan darat sejak jaman karbon, yang
kemudian diikuti oleh kemunculan reptilian, aves dan mamalia. Pada
zaman tersebut ukuran amphibian bervariasi dan umumnya berukuran
besar, tengkorak dan bentuk tubuhnya mirip buaya. Tungkai pendek,
memiliki gelang bahu dan gelang panggul sebagai tempat pelekatan otototot serta untuk menjaga tubuhnya yang berat. Beberapa diantaranya
berukuran besar yang panjangnya hingga tiga meter, tetapi ada pula yang
berukuran kecil. Amphibia merupakan satu-satunya tetrapoda yang
bermetamorfosis. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan
bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan
ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.
Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan
menyebabkan
hilangnya
insang
dan
rangka
insang
lama
Sumber: http://amfibidunia.wordpress.com/2009/12/27/mengenal-hewan-amphibi/
2. Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada
beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat
lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia
Tengah, Jepang dan Eropa.
Dicamptodontidae
dan
Salamandridae.
Contohnya
Keterangan
Amphicoelus
Terdapat
lekuk
pada
bagian
anterior
dan
posterior,
dengan
intervertebralis
cakram
diantara
vertebra
Procoelus
Terdapat
bagian
lekuk
anterior
cakram
pada
dengan
intervertebralis
diantara
satu
vertebra
lekuk
dibagian
dengan
cakram
dengan
berikutnya.
vertebra
Bufo
lain: Bufo
yang
asper,
ada
di
Bufo
Indonesia
antara
biporcatus,
Bufo
Adapun
contoh
spesies
anggota
famili
ini
adalah Megophrys
Rana
nicobariensis,
Fejervarya
cancrivora,
Fejervarya
limnocharis,
tapi
beberapa
genus
tidak
mempunyai
gigi. Karena
bahunya
firmisternal.
Contoh
spesiesnya
adalah: Microhyla
achatina.
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai
kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu
firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal.
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada
Anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan
secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di
musim kawin, pada Anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan
amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar.
kawin. Siapa
dengan
yang
paling
amplexusnya,
dia
lama
yang
E.
Cara kerja
Menyiapkan alat-alat pengamatan yang diperlukan
Menyiapkan berbagai jenis hewan dari kelas amphibi
Mengamati tiap-tiap spesimen yang ada, lalu mengidentifikasi
mencantumkan taksonominya
Mengkoreksi hasil kerja dengan
F. Hasil pengamatan
lembar
cara
pengamatan
mendiskusikan
dan
dengan
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Subfamilia: Raninae
Sumber: www.wikipedia.org
Genus
: Rana (Hylarana)
Species
: Rana (H)
chalconata
bbba-
5. b- kulit biasanya halus atau hampir seluruhnya tertutup bintilbintil kecil tersebar di bagian atas
6. a- tungkai biasanya kemerahan,dorsum sering tertutup oleh
bintik-bintik hitam kecil, ukuran betina sampai 80 mm.
Species Rana (H)
Ciri cirichalconata
takson:
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Subfamilia: Discoglossinae
Sumber : www.wikipedia.org
Genus
: Fejervarya
Species
: Fejervarya
cancrivora
1.
2.
3.
5.
bbba-
Genus
fejervarya
a- tubuh relatif besar 80-100 mm, selaput biasanya
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: anura
Familia
: Bufonidae
Genus
: Bufo
Species
: Bufo asper
Sumber : www.wikipedia.org
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Subfamilia : Discoglossinae
Genus
: Occidozyga
Species
: Occidozyga lima
Sumber: http://www.wildherps.com
Kunci Determinasi Occidozyga lima:
1.
2.
3.
5.
bbba-
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Genus
: Rana
Species
: Rana baramica
Sumber:http://species.wikime
dia.org/wiki/Hylarana
bbba-
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Sumber: www.wikipedia.org
Ordo
: Anura
Familia
: Bufonidae
Genus
: Bufo
Species
: Bufo melanosticus
1. b- spirakel berada di
5.
6.
7.
8.
9.
atas tubuh
a- bibir membulat kearah depan atau bawah
b- bagian ventral sedikit tanpa bentuk mulut kea rah depan
b- berudu kecil hitam, bahkan pada tahap akhir
b- mulut normal bentuk atau ukurannya
b- formula geligi I+1-I/III
Species Bufo
melanosticus
Ciri ciri takson:
berudu kecil hitam, bahkan pada tahap akhir
formula geligi I+1-I/III
: Amphibia
: Anura
:Megophrydae
: Leptobrachium
: Leptobrachium
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Subfamilia : Raninae
Genus
: Hyla
Species
: Hyla masonii
Sumber:
http://upload.wikimedia.org
Superclass : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Bufonidae
Genus
: Leptophrhyne
Species
: Leptophrhyne
cruentata
Sumber:
http://www.amphibiainfo.com
G. Pembahasan
Dari hasil praktikum kelas amphibi ini, semua spesimen yang teramati
merupakan anggota dari ordo anura. Karena pada saat praktikum spesies
yang mendominasi adalah anggota dari ordo anura selain itu juga karena
keberadaan anggota ordo-ordo lainnya yaitu urodela dan apoda sulit
ditemukan. Pengamatan yang dilakukan pada kelas amphibi ini memang
agak sulit, terutama pada saat kita mengamati fase berudunya. Seringkali
kondisi spesimen tidak sesuai dengan kunci determinasi yang ada,
terutama saat melakukan pengamatan terhadap keberadaan spirakel
pada berudu ini, terdapat beberapa spesimen yang tidak memiliki spirakel
atau memiliki namun tidak terlihat jelas. Lalu kesulitan lain juga dialami
pada saat melakukan pengamatan terhadap gigi berudu dan menentukan
formulanya. Seperti yang kita tahu bahwa pada famili bufonidae
keberdaan gigi sangat jarang ditemukan sehingga banyak kondisi-kondisi
dimana terjadi ketidak sesuaian antara fakta dan kunci determinasi yang
ada. Sehingga untuk pengamatan berudu ini kelompok kami hanya
mengamati dan mengidentifikasi berudu berdasarkan ciri morfologi yang
tampak saja, lalu melakukan determinasi. Dari delapan spesimen yang
teramati baik pada fase dewasa dan fase berudu, ternyata terbagi atas
tiga famili yang berbeda yaitu bufonidae, megophrydae, dan ranidae.
Pada famili bufonidae kelompok kami hanya mendapat tiga spesies
yaitu; Bufo melanosticus (fase berudu), Bufo asper (fase dewasa), dan
Leptophrhyne cruentata (fase berudu). Hewan ini dimasukan kedalam
famili bufonidae dengan alasan, untuk fase dewasa tentu sudah dapat
terlihat jelas pada morfologi luarnya memiliki kulit yang kasar dan
tertutupi oleh bintil-bintil, lalu untuk fase berudu dapat dilihat dari warna
tubuhnya yang lebih gelap, yang merupakan salah satu ciri bufonidae
pada fase berudu. Untuk penentuan genus Bufo dan Leptophrhyne dapat
dilihat dari bentuk tubuhnya, Bufo akan lebih besar dari Leptophrhyne
dalam ukuran anggota famili bufonidae.
Untuk pengamatan terhadap famili megophrydae kelompok kami hanya
mendapat satu specimen dari delapan yang teramati yaitu Leptobrachium
haseltii yang pada fase berudu. Untuk alasan mengapa memasukan
kedalam famili megophrydae memang sulit karena pada saat fase berudu
banyak hal yang sulit teramati, namun ciri yang khas adalah terdapatnya
bintil-bintil di seluruh pinggiran mulut dan memiliki formula geligi
1+5+5/4-4+1 yang merupakan ciri dari Leptobrachium haseltii pada fase
berudu yang merupakan anggota famili megophrydae. Dan untuk famili
ranidae kelompok kami mendapat lima spesies, pada pengamatan fase
berudu kami mendapatkan Hyla masonii, dengan ciri mulut yang
mengarah kearah bawah sebagai penyedot dan dengan formula geligi
IV+4/1-1+V, yang membedakan Hyla dan Rana pada fase berudu adalah
formula giginya. Lalu pada pengamatan fase dewasa kami menemukan
Rana
(H)
chalconata,
Rana
baramica,
Fejervarya
cancrivora,
dan
H. Kesimpulan
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak
tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia
berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang
berarti hidup. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas
dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada
fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase
dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang
seiring
dengan
peralihan
kehidupan
dari
perairan
ke
daratan
I. Daftar pustaka
Sudargo, Fransisca.dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Zoologi Vertebrata
Superkelas Tetrapoda Kelas Amphibi. UPI. Bandung.
E.Safra, Jacob. 2008. Fish and Amphibian. Encyclopdia Britannica,
Inc. China.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. FPMIPA UNY. Yogyakarta.
Anonim.
2010.
Amphibian.
Tersedia
on-line: