Anda di halaman 1dari 10

H. ANDAS BUDY, ST.

, MT

AZWAR
ARFAH
034 2015
0018
POLA SIRKULASI
a. Definisi Sirkulasi

C2

Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut:


1.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1361), sirkulasi adalah suatu
peredaran.

2.

Menurut Cryill M. Haris (1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola lalu
lintas atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di dalam
bangunan, suatu pola pergerakan memberukan keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan
fungsional.

3.

Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali yang
menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama (D.K. Chink,
1973).

Sistem sirkulasi adalah prasaran penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan dan
penggunaan suatu lahan di atas suatu area dan di dalam bangunan yang mempertimbangkan
aspek fungsional, ekonomis, keluwesan dan kenyamanan (Tofani, 2011).
b. Jenis-jenis Sirkulasi
Logi Tofani (2011) dalam laporan tugas akhirnya, menyebutkan pada dasarnya sirkulasi
dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu:
1.

Sirkulasi Manusia: Pergerakan manusia akan mempengaruhi sistem sirkulasi dalam


tapak. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang membentuk hubungan
erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain
lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan
(Hari, 2009). Selain itu ada beberapa ciri dari sirkulasi manusia, yakni: 1) kelonggaran
dan flaxsibel dalam bergerak, 2) berkecepatan rendah, dan 3) sesuai dengan skala
manusia (Tofani, 2011).

2.

Sirkulasi Kendaraan: Aditya Hari (2008) mengungkapkan bahwa secara hierarki sirkulasi
kendaraan dapat dibagi menjadi 2 jalur, yakni antara lain: 1) jalur distribusi, jalur untuk
gerak perpindahan lokasi (jalur cepat), dan 2) jalur akses, jalur yang melayani hubungan
jalan dengan pintu masuk bangunan.

3.

Sirkulasi Barang: Sirkulsi barang umumnya disatukan atau menumpang pada sistem
sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi
barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Contoh sitem sirkulasi barang secara
hovizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan lain-lain
(Rahmah, 2010). Sistem sirkulasi memiliki dua tujuan, diantaranya yakni (Tofani, 2011 ;
Yadnya, 2012):

1.

Mempunyai maksud tertentu dan berorientasi ke tempat tujuan, lebih bersifat langsung.
Pemakai mengharapkan bahwa perjalanan dalam system ini akan lebih singkat dan cepat
dengan jarak seminimal mungkin.

2.

Bersifat rekreasi dengan waktu tidak menjadi batasan. Kenyamanan dan kenikmatan
lebih diutamakan.

Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu sistem sirkulasi
pada bangunan yaitu (Tofani, 2011):
1.

Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional.

2.

Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya.

3.

Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak berpengaruh terhadap
banguna secara keseluruhan.

4.

Pencapaian ke dalam meyebabkan penerimaan bangunan secara keseluruhan akan


menarik, menyenangkan dan mengejutkan.

5.

Pola sirkulasi yang tidak efisien tidak hanya mempertimbangkan ukuran, ruang, skala
monumental, terbuka dan indah secara visual. tetapi pola sirkulasi harus jelas tanpa
penambahan tanda-tanda pengarah orang berjalan.

6.

Pencapaian ke dalam hall yang luas dan menarik dengan melalui sebuah pintu yang tinggi
kemudian ke dalam koridor selasar yang bagus akan mengakibatkan nilai bangunan
secara keseluruhan menjadi menarik,menyenangkan dan mengejutkan.

c. Pola Sirkulasi
Pola sirkulasi dapat dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berkut (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011):

LINIER : Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang. Jalan dapat
berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau
membentuk putaran (loop). Ciri-ciri pola sirkulasi linier, antara lain (Sofyan, 2010 ; Tofani,
2011 ; Yadnya, 2012):
1. Sirkulasi pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan hubungan aktifitas kurang
2.
3.
4.
5.

efisien.
Gerakan hanya 2 arah dan memiliki arah yang jelas.
Cocok untuk sirkulasi terbatas.
Perkembangan pembangunan sepanjang jalan.
engarahkan sirkulasi pada titik pusat.

RADIAL : Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat
bersama. Ciri-ciri dari pola sirkulasi radial adalah sebagai beriku (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ;
Yadnya, 2012):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Orientasi jelas.
Masalah yang ditimbulkan merupakan masalah yang sulit di tanggulangi
Kurang mengindahkan kondisi alam.
Sulit dikombinasikan dengan pola yang lain.
Menghasilkan bentuk yang ganjil.
Menunjang keberadaan monumen penting.
Pergerakan resmi.
Mengarahkan sirkulasi pada titik pusat.

GRID : Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak
yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat. Ciri-ciri pola
sirkulasi grid adalah sebagai berikut (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
1. Memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah sehingga hubungan aktifitas kompak
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dan efisien.
Menata grid berdasarkan sistem heararki jalan.
Penataan bangunan di sisi jalan dengan karakter yang berbeda.
Kesan monoton ditanggulangi.
Masalah kurang menginahkan kondisi alam sulit ditanggulangi.
Masalah kemacetan pada titik simpul ditanggulangi dengan mengatur sirkulasi searah.
Akibat dimensi yang sama pada grid secara visual akan menciptakan kesan monoton.
Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi keistimewaan tapak.

9. Semakin jauh dari simpul jalan pergerakan semakin baik namun pada titik simpulnya
dapat menimbulkan kemacetan akibat banyak arah sirkulasi yang ditampung pada titik
simpul tersebut.
10. Kepadatan gerakan atau sirkulasi lebih mungkin dihindari.
ORGANIK : Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu
dalam ruang. Ciri-ciri pola sirkulasi organik adalah sebagai berikut (Sofyan, 2010 ; Tofani,
2011 ; Yadnya, 2012):
1. Peka terhadap kondisi alam.
2. Ditandai dengan garis-garis lengkungberliku-liku.
3. Pada tapak yang luas sering membingungkan karena sulit berorientasi.

BESARAN PERABOT ( cm )

R. TIDUR
- Utama Double bed 200x150x45

- Anak 1Single bed 200x100x35

Nakas 50x40x45

Meja belajar 120x60x76,2

Lemari pakaian 120x60x200

Kursi belajar 38,1x38,1x43,2

Meja rias 100x50x76,2

Nakas 50x40x45

Kursi 45x45x43,2
Lemari pakaian 120x60x180
- Anak 2Single bed 200x100x35

- PRT Single bed 200x100x45

Nakas 50x40x45

Nakas 50x40x45

Meja belajar 120x60x76,2

Lemari pakaian 120x60x200

Kursi belajar 38,1x38,1x43,2

Meja 10x60x76,2

Lemari pakaian 120x60x180

Kursi 45x45x43,2

KAMAR MANDI
- Utama Shower

- Anak Shower -

- PRT Shower -

Closed 78x46x45

Closed 78x46x45

Washtafel 47x43x80

Washtafel 47x43x80

Closed 78x46x45

R. KELUARGA
1 & 2Sofa 200x70x43,2

R. Baca

R. Bermain TV

Rak Tv 70x45x75

Meja

Rak TV

Karpet -

Kursi
Lemari Buku

R. TAMU Sofa 150x70x43,2

R. MAKANMeja makan 120x100x75

Meja tamu 100x50x45,7

Kursi makan 45x45x43,2

Meja sudut 50x40x45

DAPUR

R. KERJA

PANTRY

Kabinet bawah 200x60x90

Meja kerja 170x76x76,2

Mesin cuci

Kabinet atas 200x35x45

Kursi kerja 73x65x43,2

Meja setrika 120x25x80

Lemari es 60x56,5x151

Lemari buku 45x x180

Sink 86x44x15
Kompor build in 90x50x6
Lemari makanan 60x60x200
BESARAN RUANG
Pada dasarnya ruang adalah tempat aktifitas manusia, oleh karena itu untuk dapat
menghitung besaran suatu ruang, terdapat sejumlah pertimbangan. Pertimbanganpertimbangan dalam menghitung besarnya suatu ruang adalah :
a. Pelaku (menyangkut besaran antropormorfik dan jumlah pelaku)
b. Aktifitas (jenis ,karakteristik dan macam aktifitas)
c. Furniture (peralatan yang mendukung suatu aktifitas)

1. Besaran Pelaku
Pelaku dalam hal ini adalah orang atau sekelompok orang yang akan beraktifitas dan
menggunakan suatu ruangan
.
Besaran pelaku dapat diprediksikan besarnya dengan melihat besaran antropomorfik dan jumlah
pelaku yang akan menggunakan suatu ruang. Besaran antropomorfik menunjuk pada besaran
tubuh seorang pelaku. Besaran ini dapat berbeda untuk satu orang terhadap lainnya. Namun
untuk dapat memudahkan perhitungan, umumnya dapat digunakan standar besaran
antropomorfik yang telah distandarisasikan. Besaran ini dapat mengacu pada besaran
antropomorfik yang pada buku Data Arsitektur (standar Eropa) ataupun Time Saver Standart
(Standar Amerika)
Pada besaran antropomorfik ini, dapat dilihat luasan area seorang pelaku pada kondisi berdiri,
berjalan, duduk hingga tidur. Jumlah Pelaku umumnya dapat diperhitungkan dengan
membandingkan jumlah pelaku suatu ruang dengan ruang lainnya yang memiliki fungsi dan
aktifitas yang serupa. Selain itu jumlah pelaku dapat pula dihitung besarnya melalui suatu
prediksi aktifitas ruang kedepan (lihat penjelasan mengenai pola aktifitas pada bagian
sebelumnya). Proses ini membutuhkan kejelian dan ketelitian di dalam melakukannya. Karena
tidak jarang suatu ruang ternyata dinyatakan gagal dikarenakan kesalahan perencana didalam
melakukan prediksi jumlah pelaku

2. Besaran Aktifitas
Aktifitas suatu ruangan berarti seluruh kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Jenis
aktifitas dapat digolongkan atas 2 macam yaitu aktifitas kelompok dan individu. Karakteristik
suatu aktifitas terbagi atas aktifitas formal dan informal. Sedangkan macam aktifitas dapat
berupa aktifitas bekerja, bermain, ibadah, istirahat, dan sebagainya. Besar area aktifitas yang
dapat ditampung dalam suatu ruang dapat dihitung sebesar 20 30 % dari luas ruang yang
digunakan untuk pelaku dan furniture. Dalam nilai ini tercakup pula besarnya sirkulasi
(pergerakan) yang terjadi dalam ruangan tersebut. Nilai 20 30% ini didasrkan atas efisiensi

ruang terhadap faktor ekonomi kontruksi bangunan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
besarnya aktifitas dapat mencapai lebih dari nilai 20 30% ini. Hal tersebut dapat dikarenakan
faktor ekonomi tidak menjadi prioritas utamanya
3. Besaran Furniture
Furniture atau perlengkapan ruang, ditetapkan sesuai dengan macam aktifitas serta jumlah
pelaku yang menggunakannya. Sebagai acuan guna memudahkan mendapatkan besar luasan area
yang akan digunakan untuk suatu furniture, dapat digunakan standar-standar besaran yang telah
ada (data Arsitektur, Neufert)
Besaran Ruang
a. Terhadap Pelaku

b. Terhadap Furniture

c. Terhadap Aktivitas

LUAS TOTAL untuk setiap ruang adalah :

Anda mungkin juga menyukai