Anda di halaman 1dari 14

Merenungi Sejenak Perjalanan Abadi Manusia

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah


Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring itu juga
khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh
ketundukan dan mengharapkan keridhoaan Allah. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad
untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang
kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah
melalui mimbar jumat ini khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara sungguhsungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui
kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi,
sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:


Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri.
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar
bin Khathab ra bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu
Kaab ra tentang taqwa walau hal itu merupakan suatu yang hal yang
sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lainnya di antara
mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka
sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: Wahai Umar, pernahkah engkau
melalui jalan yang di penuhi duri? Umar menjawab, "ya, saya pernah
melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: Apa yang akan engkau
lakukan saat itu?. Umar menjawab: Saya akan berjalan dengan sangat
berhati-hati, agar tak terkena duri itu. Lalu Ubayberkata: Itulah takwa.
Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa
takwa adalah kewaspadaan, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehatihatian agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah
perjalanan menuju Allah, menghindari perbuatan syirik, meninggalkan
perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta
berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah
Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.
Hadirin Jamaah sholat jumat rahimakuullah

Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di


dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan
oleh penciptanya, Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya,
begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang berimanpun amat
menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini.
Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju
kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan
berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman.
Allah berfirman:
.
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi.
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-Ala:
16-17)
Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak
mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tibatiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan
lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah,
membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan
siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan hikmah
para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman.
Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan
menuju Allah SWT.
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan karakteristik
amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang konsent pada bidang
tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu pengetahuan
lainnya. Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan
mereka beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya yang tidak
hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun juga
mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.
Marilah kita renungi firman Allah berikut:






Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat
kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77).
Hadirin yang dimuliakan Allah

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa
prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip
ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita
senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akherat. Namun perlu
dipahami, mengutamakan kebahagiaan akherat bukan berarti dalam
mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal
akherat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh
amat banyak amalan akherat yang berhubungan erat dalam mewujudkan
kebahagian duniawi.
Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan
disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akherat yang tidak
berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan
Allah dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia akan banyak
memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar
akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Dengan
demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat
merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama
di dunia ini.
Begitu juga dengan infak dan shodaqoh, seorang yang beramal dengan
niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di
akherat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip ahsin yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila
seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan
menunjukkan diri sebagai orang yang pada dasarnya selalu menghendaki
kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu
berusaha berbuat baik dan berkata baik dalam pergaulan di kehidupan
sehari-hari.
Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan
sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya,
peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan
yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun ia sudah
pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.
Ketiga adalah prinsip walaa tabghil fasada fil ardh yaitu prinsip untuk
tidak berbuat kerusakan. Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan
lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat
baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya
kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan
masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan
tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa
sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan

mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap


Allah di akherat kelak.
Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya:

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS. Al-Baqoroh: 197)
Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah haji,
namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di
padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan
dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang
arafah. Maka bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.
Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk
perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia
memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya.
Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih
penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia. Imam
Fachrurrozi dalam dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:
Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan
yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan
kita dari penderitaan yang pasti terjadi.
Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari
kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita
dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.
Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan
pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan.
Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita
terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan
melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk
perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih
dekat dengan tujuan.
Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan

syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin
membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi
5/168)
Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan.
Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap
bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita
harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.

. .

Khutbah Kedua






.

: : .

.
Hadirin siding sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Lalu apa yang perlu menjadi bahan perhatian kita dalam mempersiapkan bekalan untuk
melalui perjalan dari dunia ini menuju ke kehidupan yang abadi di akherat?
Untuk itu minimal ada tiga hal yang perlu menjadi bahan perhatian kita bersama.
Pertama, bekal berupa keimanan yang benar dan kokoh, aqidah yang bersih dan suci dari
unsur-unsur kesyirikan. Meyakini dengan sebenarnya, bahwa Allah adalah tuhan yang Esa,
kepada-Nya sajalah tempat bergantung, Ia adalah Pencipta, Pemberi rezeki, Pengatur alam
semesta, kemudian memurnikan ibadah kepada-Nya, ikhlas dalam melaksanakan kewajibankewajiban yang telah Ia perintahkan oleh Allah. Allah berfirman:
)110(
"Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS AlKahfi: 110)
Kedua, kesungguhan dalam amal sholeh dan dalam menangkap segala peluang kebajikan.
Seperti halnya perjalanan jauh yang akan dilalui, jika tidak disertai dengan kesungguhan
dalam mengatur waktu dan mempersiapkan segala sesuatunya, maka boleh jadi ia akan
tertinggal, bahkan tersesat dan kebingungan. Sesungguhnya apa yang dilakukan seseorang
adalah berpulang untuk dirinya sendiri. Allah berfirman:

.



Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang
dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh (berjihad), maka sesungguhnya
kesungguhan itu (jihadnya) adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Al-Ankabut: 5-6)

Hadirin sidang jumat yang berbahagia


Kemudian penting halnya juga untuk menangkap setiap peluang amal di sekitar kita, meski
amal itu sederhana dan tidak datang setiap waktu. Cukuplah menjadi pelajaran kita bersama
tentang kisah seorang pelacur yang rela mengambilkan minum untuk seekor anjing yang
kehausan, padahal ia sendiri sedang dahaga luar biasa, namun dengan amalan itu ternyata
dapat mengantarkan dirinya ke surga. Meski terkesan sederhana, dan jarang terjadi, namun
berefek dapat menghapuskan dosa pelakunya.
Mahasuci Allah, kesempatan seperti ini memang tidak datang dua kali, namun pasti akan kita
temui dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, perlu kejelian dan kesungguhan hati dalam
mengenalinya.
Ketiga dan terakhir, mewaspadai akan hilangnya bekal yang telah dikumpulkan, lantaran
sikap kita terhadap orang lain. Inilah kerugian yang besar, jika hilangnya bekal di dunia,
masih ada kesempatan untuk dicari kembali, namun jika hilangnya bekal itu di akhirat
bagaimana mungkin untuk mengumpulkannya kembali, sedang hisab telah menunggu.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw suatu ketika bertanya kepada para sahabat:
Tahukah kalian siapakah orang yang rugi? Maka para sahabat menjawab: orang yang rugi
di antara kami adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah saw
menjawab, bukan itu, akan tetapi orang yang rugi dari umatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat dengan (pahala) sholat, puasa dan zakatnya, namun dahulu di dunianya dia
telah mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si
fulan dan telah memukul orang lain dengan tanpa hak, maka diberikan pahala kebaikannya
kepada orang tersebut, dan kepada si fulan yang lain diberikan pula pahala kebaikannya yang
lain, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya, maka
kesalahan si fulan yang dizalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia
dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim)
Sungguh inilah kerugian yang besar dan amat menyedihkan. Bekalan yang sudah disiapkan
semasa di dunia, tidak dapat menolongnya sama sekali. Maka kebersihan hati, kebersihan
ucapan, kebersihan sikap, berbaik sangka kepada sesama orang beriman harus selalu
ditanamkan di dalam hati masing-masing, agar setiap kebaikan yang telah dilakukan tidak
hilang sia-sia.
Kerugian lain adalah kerugian karena memikul dosa yang berat. Begitulah bagi mereka
orang-orang yang mendustakan bertemu dengan penciptanya karena terlena dengan
kenikmatan dunia. Allah berfirman:

Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan;
sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata:
"Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil
mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka
pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al-Anam: 31-32)
Begitulah juga ungkapan penyesalan yang disampaikan di dalam Al-Quran:

Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku
ini. (QS Al-Fajr:24).
Dalam ayat yang lain Allah mengingatkan:

Dan tiap-tiap mereka orang akan datang kepada Allah pada hari qiyamat dengan sendirisendiri. (QS. Maryam: 95)
Maka seharusnya setiap orang yang beriman benar-benar memberikan perhatian besar dalam
mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal dan abadi
itu. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan manusia yang sesungguhnya. Allah
berfirman:





Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. AlHasyr:18).
Dan yang terakhir khatib tutup khutbah ini dengan firman Allah:
( 30)


Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang
yang bertakwa, (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki.
Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (QS. An-Nahl: 3031)



.
.
.
.

.

.
.


.



2010

Februari

Tripoli,
18
Oleh H. Zulhamdi M. Saad, Lc

Mewaspadai Pintu Masuk Setan


.
.
.
. :

.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah.
Marilah pada kesempatan jumat ini, kita kembali berupaya untuk meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah. Takwa yang terlahir dari pemahaman yang benar dan
ketundukan yang ikhlas, sehingga setiap kewajiban yang dilakukan dan setiap larangan yang
ditinggalkan tidaklah dilakukan kecuali semakin menguatkan dan meningkatkan iman dan
takwa kepada Allah serta melahirkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan. Suatu perbutan dan
amal kebajikan yang terlahir dari ketakwaan akan memberikan manfaat yang besar dalam
kehidupan.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Sesungguhnya setiap detik dari hidup kita, setiap hembusan nafas, setiap pikiran yang yang
tersirat, setiap amal perbuatan yang kita kerjakan, tidak akan pernah lepas dari upaya setan
untuk menggoda, menyesatkan, menyelewengkan dari tujuan yang benar dan menggiring
kepada dosa dan maksiat. Kita mungkin tidak menyadari dan memang tanpa kita sadari,
setan terus berupaya menenggelamkan, menghanyutkan kita agar semakin jauh dari jalan
yang benar, meninggalkan ketaatan secara perlahan dan halus, tanpa terasa oleh kita. Dan
itulah tugas utama setan dan iblis, sebagai mana ia telah terusir dari surga dan terjauhkan dari
rahmat Allah maka diapun ingin menjauhkan manusia dari dari rahmat Allah dan kemudian
sesat bersamanya. Begitulah ungkapan setan ketika mendapatkan laknat Allah:
) (77 ) (78 ) (79
) (80 ) (81 ) (82 )(83
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah makhluk
yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." Iblis

berkata: "Ya Tuhanku, berilah penangguhan kepadaku sampai hari mereka dibangkitkan."
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan, sampai kepada
hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kekuasaan
Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di
antara mereka. (QS. Shad: 77-83)
Hadirin sidang jumat yg berbahagia.
Menyadari ini semua, bahwa keberadaan kita di dunia ini, tidak akan pernah lepas sedikitpun
dari upaya setan untuk mempengaruhi kita, merayu, melalaikan kita dengan apapun, bahkan
mereka mampu masuk bersama aliran darah kita, dengan hanya satu tujuan mengumpulkan
manusia sebanyak-banyaknya untuk bersama-sama sesat dan menghuni neraka jahanam.
Mengetahui tipu daya setan dan iblis dalam menyesatkan manusia, serta mengetahui cara
menghadapi tipu daya tersebut menjadi penting untuk kita sama-sama kita ketahui sehingga
kita mampu terhindar dari tipu daya tersebut.
Di antara pintu-pintu dan metode setan menyesatkan manusia yang perlu kita waspadai
adalah:
Pertama: Pintu Syubhat dan Syahwat
Syubhat berarti suatu yang meragukan dan samar-samar, sedangkan syahwat adalah dorongan
hawa nafsu, maka dari sinilah setan akan semakin kuat menggoda, kemudian setan
menghembuskan bisikan dan rayuannya. Setan akan yang terus membujuk sehingga seakan
membuat hati menjadi tenang untuk melakukan hal perbuatan tersebut. Bahkan setan telah
menghembuskan syubhat dan syahwat iniitu sejak awal permusuhan dengan Nabi Adam,
setan telah melakukan langkah-langkah kejinya untuk menggelincirkan anak keturunan adam
agar tidak mentaati perintah Allah.
Mari kita perhatikan ucapan setan, dengan tipu dayanya di dalam firman Allah berikut:

. . .
"Maka setan menggoda mereka berdua untuk menampakkan kepada keduanya apa yang
tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu
dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak
menjadi orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia (setan) bersumpah kepada
keduanya,"Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu
berdua,' maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya." [Al-A'rf/7:20-22]
Dari ayat ini dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa setan mempermainkan
kecenderungan manusia yang tersembunyi, manusia ingin kekal, diberi umur yang panjang,
manusia juga ingin memiliki kepemilikan harta yang tak terbatas padahal usia mereka pendek
dan terbatas.
Dalam ayat ini diketahui bahwa tipuan yang digunakan setan adalah: An takuunaa
malakaini au takuunaa minal khalidin.

Dalam penjelasan ayat ini, kata malakaini ada dua bacaan yang dapat dijadikan pengertian
untuk memahamai maksud dari ayat ini. Bacaan pertama adalah: malikaini yaitu huruf lam
dibaca kasroh yang berarti dua orang raja, yakni raja dan ratu, bacaan ini dikuatkan oleh nash
lain dalam surat Thaaha: Maukah aku tunjukan kepada kalian berdua, kepada pohon khuldi
dan kerajaan yang tidak akan punah. (QS. Thaha: 120)
Atas dasar bacaan ini, maka tipuan setan ini adalah kekuasaan yang abadi dan umur yang
kekal. Keduanya merupakan syahwat atau kecenderungan yang paling kuat dalam diri
manusia, selain syahwat terhadap lawan jenis, yang banyaknya kita dengar bersama berbagai
macam kasus dan skandal terjadi, ini membuktikan bahwa setan sudah banyak berhasil dalam
menyesatkan manusia.
Bacaan kedua adalah malakaini, huruf lam dibaca fathah yang berarti dua malaikat, maka
manupulasi setan itu adalah dengan melepaskan manusia dari ikatan-ikatan fisik seperti
malaikat yang kekal.
Ketika Iblis ini mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah ini, dan
larangan ini terasa berat dalam jiwa mereka, maka untuk menggoyang hati mereka, iblis
menimbulkan khayalan dan angan-angan kepada mereka, di samping juga mempermainkan
syahwat dan keinginan mereka. Bahkan iblis memperkuat dengan sumpah bahwa ia adalah
pemberi nasehat yang berlaku jujur.
Hadirin siding sholat jumat yang dimuliakan Allah.
Pintu setan yang kedua adalah : Al-Hirsh wal Hasad
Menurut Imam Al-Ghazali, diantara pintu-pintu setan yang sangat besar adalah al-hirsh atau
tamak dan hasad, yaitu kedengkian. Rasa tamak dan sifat hasad ini menjadi salah satu pintu
yang menyebabkan setan bisa masuk ke dalam pikiran dan jiwa manusia kemudian setan
menguasainya. Ketika setan sudah mampu menguasai jiwa, maka itu pertanda akan
membawa pada kebinasaan.
Imam Abu Dawud dalam Kitab Sunnan-nya menyebutkan sebuah riwayat. Ketika Nabi Nuh
Alaihissalam menaiki perahu, dan memasukkan ke dalam perahu itu berbagai makhluk
secara berpasang-pasangan, tiba-tiba beliau melihat seorang tua yang tidak dikenal. Orang itu
tidak memiliki pasangan. Nabi Nuh Alaihissalam bertanya, Untuk apa kamu masuk
kemari? Orang itu menjawab, Aku masuk kemari untuk mempengaruhi sahabat-sahabatmu
supaya hati mereka bersamaku, sementara tubuh mereka bersamamu. Orang tua itu adalah
setan.
Lalu, Nabi Nuh Alaihissalam berkata, Keluarlah kamu dari sini, hai musuh Allah! Kamu
terkutuk! Iblis itu kemudian berkata kepada Nabi Nuh, Ada lima hal yang dengan
kelimanya aku membinasakan manusia. Akan kuberitahukan yang tiga, dan kusembunyikan
yang dua. Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh: Katakan, aku tidak membutuhkan yang
tiga. Aku membutuhkan yang dua. Lalu Nuh bertanya, Apa yang dua itu? Iblis menjawab,
Dua hal yang membinasakan manusia adalah ketamakkan dan kedengkian. Karena
kedengkian inilah, aku dilaknat sehingga menjadi terkutuk. Karena dorongan ketamakkan itu
pula, Adam dan Hawa tergoda untuk menuruti keinginannya.
Ketiga : Memandang kecil dan meremehkan dosa-dosa kecil.

Dosa-dosa kecil dampaknya sangat berbahaya bagi manusia, seorang yang menganggap kecil
suatu perbuatan dosa maka dengan demikian setan akan selalu menjadikan orang tersebut
meremehkan dosa-dosa kecilnya, sehingga dia akan terus menerus melakukannya dan dosa
itu akan membinasakannya.
Rasulullah
shallallahu
alaihi
wa
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,

sallam

telah

memperingatkan

umatnya

Jauhilah dosa-dosa dan sesuatu yang dianggap dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu ketika
dilakukan seseorang maka ia akan membinasakannya. (HR. Ahmad, no. 23194)
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Tentu ketika kita mengetahui pintu-pintu masuknya setan ini, Allah Subhanhu wa Ta'ala
dengan rahmat-Nya memberikan petunjuk kepada para hamba-Nya melalui Al-Quran dan
melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk menghadapi dan mengusir
setiap bisikan dan godaan setan tersebut. Di antara hal-hal yang dapat dilakukan agar
terhindar dari tipu daya setan dan kawanannya adalah sebagai berikut:
Pertama: Menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah dan perbuatan.
Setiap ibadah ataupun amal perbuatan yang dilakukan oleh hamba Allah, pasti setan akan
berupaya menyimpangkan amal tersebut agar tidak dilakukan dengan ikhlas, setan akan
berupaya keras agar amal itu tidak bernilai di hadapan Allah, bahkan perbuatan itu menjadi
amalan yang riya dan syirik. Karena ini sudah merupakan janjinya kepada Allah.
Hamba-hamba yang ikhlas akan dijaga dan diselamatkan dari gangguan setan. Allah yang
menyatakan pengakuan setan tersebut dalam firman-Nya:


"Iblis berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti
aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara
mereka." [Al-Hijr/15:39-40].
Dalam ayat yang lain disebutkan:

"Iblis menjawab, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." [Shd/38:82-83].
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin bahwa seorang yang mampu menjaga
keikhlasannya dalam beramal setan tidak punya kemampuan dalam menggodanya,



"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang ikhlas tidak ada kekuasaan bagimu terhadap
mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat". [AlHijr/15:42].
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Setan selalu berupaya untuk menggoda dan melemahkan iman seseorang dengan berbagai
macam carannya, baik itu kelalaian ataupun perbuatan maksiat. Dengan kemaksiatan,
keimanan seseorang akan semakin menurun sehingga dengan mudah setan akan
mencelakakann seorang tersebut sehingga ia melakukan perbuatan dosa.
Sesungguhnya seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh
karena itu, seorang hamba yang ditolong dan dilindungi Allah dengan menjaga kondisi
imannya dengan amal ibadah yang kontinyu, maka tidak ada satu makhlukpun yang mampu
mencelakakannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan hal ini di dalam Al-Quran,
sebagaimana firmannya:


"Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orangorang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya
dengan Allah".[An Nahl : 99, 100].
Ketiga: Berlindung Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Untuk menghadapi setan dan terhindar dari godaannya, kita dianjurkan bahkan diperintahkan
oleh Allah untuk senantiasa berlindung kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


"Dan jika kamu digoda oleh setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-A'rf/7:200].
Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim disebutkan:

( 4722 ) .
.
Abu Hurairah berkata, Rosulullah bersabda: Setan datang kepada salah seorang dari
kalian lalu berkata, siapakah yang menciptakan ini dan ini? Sehingga setan berkata,
siapakah yang menciptakan Tuhanmu, maka apabila jika telah sampai kepadanya hal
tersebut, hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (waswas
tersebut)".

Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:


"Jika mereka mengucapkan hal itu (kalimat-kalimat was-was), maka ucapkanlah "Allah itu
Maha Esa, Allah itu tempat bergantung, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,"
kemudian meludahlah ke kiri (3x) dan berlindunglah kepada Allah".
Keempat: Memperbanyak membaca Al-Quran dan memperkuat dzikrullah.
Al-Quran dan dzikrullah merupakan benteng yang kokoh yang dapat melindungi diri dari
godaan dan gangguan setan dan membuatnya lari tunggang langgang, sebagaimana sabda
Rosulullah:



"Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, janganlah kamu
menjadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang
dibacakan surat Al Baqarah di dalamnya". (HR Muslim, no. 780).
Dalam sabda yang lain disebutkan:



...
.

Dari Al-Harits Al-Asyari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria Alaihissallam dengan lima kalimat,
agar beliau mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil agar mereka mengamalkannya
(di antaranya): Aku perintahkan kamu untuk dzikrullah. Sesungguhnya perumpamaan itu
seperti perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan cepat, sehingga
apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia menyelamatkan dirinya
dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng tersebut). Demikianlah seorang hamba
tidak akan dapat melindungi dirinya dari setan, kecuali dengan dzikrullah". (HR Ahmad)
Kelima: Menyelisihi Setan dari setiap perbuatannya.
Setan adalah musuh manusia, maka wajib pula untuk menjadikannya sebagai musuh, dan
membenci serta meninggalkan perbuatannya. Sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala". (Fathir : 5, ).
Diantara perbuatan setan yang harus diselisihi adalah:

Pertama: Perbuatan mubadzir atau pemborosan. Allah berfirman:


(27) ( 26)

Dan janganlah kamu melakukan perbuatan mubadzir, sesungguhnya pemboros-pemboros


itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
(QS. Al-Isro :26-27)
Kedua: Makan dan minum dengan tangan kiri. Rosulullah bersabda:
- -


Dari Abdullah bin Umar, Nabi sallahu alaihi wasallah bersabda: Janganlah salah seorang
diantara kalian makan dan minum dengan tangan kirinya, sesungguhnya setan makan dan
minum dengan tangan kirinya. (HR. Tirmidzi)
Ketiga: Tergesa-gesa dalam pekerjaan. Rosulullah bersabda:


:
:
. :
Dari Sahl bin Said, Rosulullah bersabda: Tergesa-gesa itu dari perbuatan setan. (HR.
Tirmidzi)

Hadirin yang berbahagia.


Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita mampu membentengi diri kita dalam
menghadapi permusuhan dan tipu daya setan yang selalu menyesatkan langkah kita menuju
keridhoaan dan surga Allah subhanahu wa taala.

.
Tripoli, 23 Juni 2010
Oleh Zulhamdi M. Saad, Lc

Anda mungkin juga menyukai