Anda di halaman 1dari 13

EKSTRAKSI TiO2 BERBASIS PASIR KABUPATEN TULUNGAGUNG

MELALUI PROSES MAGNETIC SEPARATIONDAN LEACHING H2SO4 SERTA


KARAKTERISASI KONSTANTA DIELEKTRIKTAS BAHAN DENGAN
TINGKAT PERSENTASE Ti BERBEDA
Lingga Adistya Mukti 1, Markus Diantoro, Abdullah Fuad
Program Studi Fisika MIPA Universitas Negeri Malang

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap pasir mineral untuk menentukan kandungan
mineral dan hasil ekstraksi. Identifikasi kandungan unsur dalam pasir menggunakan Xrray fluorescence, mengindikasikan adanya unsur Zr, Fe, Si dan Ti. Dengan Zr dan Ti
merupakan unsur mayoritas dengan fraksi berat masing-masing unsur sebesar 61,1%
dan 18,5%. Sisanya terdiri dari unsur-unsur yang bersifat minor. Dua tahap separasi
magnet yang dilakukan pada pasir mineral menghasilkan psir magnetik kuat, pasir
magnetik lemah, pasir non magnetik dengan persentase Ti pada masing-masing
kelompok pasir adalah 32,9%, 21,1% dan 5%. Ekstraksi TiO2 dari pasir mineral telah
berhasil dilakukan dengan reaksi kimia menggunakan pelarut H2SO4 7,5 M, kecepatan
stirrer 500 rpm dan waktu leaching 2 jam. Pada penelitian ini dihasilkan endapan TiO2
dengan tingkat kemurnian sebesar 54%.
Kata Kunci: Pasir mineral, ekstraksi, titanium dioksida, separasi magnet, leaching
ABSTRACT
Research on minerals sand for determination of their minerals content and result
of extraction have been done. Constitution element of the sand samples have been
identified by means of x-ray fluorescence spectrometer which indicated that Zr, Fe, Si
and Ti. Zr and Ti as the major constituent element with weight fraction 61,1% and
18,5%. The remaining fraction consist of other element as the minor one. Two step of
magnetic separation to the mineral sand has resulted in strong magnetic sand, weak
magnetic sand and non magnetc sand with percentation of Ti in each group is 32,9%,
21,1% and 5%. Extraction of TiO 2 from the mineral sand has been successfully made
through chemical reaction using solution of H2SO4 with concntration of 7,5 M, 500 rpm
of velocity stirr and 2 hour time leaching. In this research resulted TiO2 precipitated with
purity level of 54%.
Key words: Mineral sand, extraction, titanium dioxide, magnetic separation, leaching
PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa melimpah,
khususnya pasir mineral (Ishlan, 2008). Namun sayang, potensi sumber daya alam yang
tergolong non renewable resources (tidak dapat diperbaharui) seperti mineral alam,
belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
informasi, teknologi dan sumber daya manusia yang ada. (Manaf, 2005). Sehingga tidak
mengherankan bahwa selama ini sebagian besar potensi alam Indonesia hanya diekspor

dalam bentuk bahan mentah, yang mengakibatkan nilai jualnya pun juga relatif rendah
(Rusdiarso, 2010. Zulfalina & Azwar Manaf, 2004).
Salah satu jenis SDA Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi adalah Titanium
(Subagja, 2010). Titanium merupakan suatu jenis logam yang banyak sekali memiliki
sifat unggul. Sifat-sifat unggul tersebut diantaranya ringan, berkilau, kuat, tahan panas,
non-toxicity, tahan terhadap korosi serta memiliki biokompatibilitas yang tinggi
terhadap tubuh (Jones, Iluka. Babcock, 2002). Penggunaan titanium dioksida (TiO2)
sangat banyak dipakai dalam dunia industri antara lain sebagai pigmen pemutih, bahan
utama keramik untuk elektronik (BaTiO3), bahan baku pembuatan TiO2 polimeric
precursor yang sangat penting untuk pembuatan bahan-bahan keramik maju, antara lain
pelapisan optik (film optic), bahan elektro-optik dan bahan komposit polimer keramik
(Fadli dkk, 2003. Premaratne dkk, 2002. Xunhui Xiong dkk, 2012).
Bahan baku untuk membuat titanium dioksida (TiO2) sendiri sebenarnya cukup
banyak tersedia di alam. Banyak publikasi memperlihatkan bahwa salah satu senyawa
penting dalam pasir adalah ilmenite (FeTiO3) dan rutile (TiO2). Dengan perkataan lain,
pasir besi dapat menjadi salah satu bahan baku untuk memproduksi titanium dioksida.
Selain ilmenite dan rutile, titanium dioksida dari alam juga dapat diekstraksi dari
senyawa titanomagnetite (Fe2TiO4), Leucoxene (Fe2O3TiO2), CaTiO3, CaTiSiO3,
maupun MgTiO3 (Turney, 1995. Baba, 2011. Premaratne dkk, 2002).
Pasir mineral Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memiliki potensi yang besar
untuk dijadikan sebagai bahan eksplorasi. Menurut analisis awal dari data XRF (X-ray
fluorescence), diketahui bahwa pasir alam yang diambil dari Kabupaten Tulungagung
berpotensi besar sebagai bahan baku ekstraksi titanium dioksida (TiO 2), karena kadar Ti
nya yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,5%.
Peningkatan fraksi mol Titanium Dioksida (TiO 2) diperoleh melalui penerapan
kombinasi metode fisis dan kimia. Metode fisis magnetic separation (teknik pemisahan
berdasarkan perbedaan sifat kemagnetan) merupakan metode awal yang akan diterapkan
dalam penelitian ini. Sedangkan metode kimia leaching diterapkan dengan
menggunakan pelarut asam sulfat (H2SO4) melalui variasi kecepatan pengadukan stirrer
dan waktu kontak selama proses leaching. Melalui kombinasi dua metode ini,
diharapkan akan dapat diperoleh hasil ekstraksi berupa senyawa Titanium Dioksida
(TiO2) dengan tingkat kemurnian yang tinggi
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini membahas tentang hasil identifikasi mineral-mineral yang terdapat
dalam pasir mineral serta mengekstraksi TiO2 dari pasir mineral malaui proses leaching
asam sulfat. Karakterisasi kenaikan persentase Ti selanjutnya dikarakterisasi
menggunakan XRF Merk Philips Type Expert-Pro, identifikasi fase senyawa
menggunakan XRD Merk Philips Type Expert-Pro dan untuk identifikasi mikro
digunakan SEM Merk FEI Type Inspect-S50.
Pasir mineral yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yang terlebih
dahulu dicuci, dikeringkan dan dibersihakan dari pengotornya. Selanjutnya pasir
mineral dipisahkan berdasarkan sifat kemagnetannya. Pada separasi magnetik pertama
digunakan magnet kuat untuk dapat memisahkan pasir magnetik (PM) dan pasir non
magnetik (PNM). Selanjutnya untuk separasi magnetik kedua digunakan magnet lemah
untuk dialirkan pada kelompok pasir dengan kandungan Ti tertinggi yang sebelumnya
telah dihaluskan dan diayak 200 mesh. Sehingga pada separasi kedua ini diharapkan

dapat dipisahkan antara komponen pasir magnetik kuat (PMK) dan pasir magnetik
lemah (PML).
Tahapan selanjutnya untuk proses leaching digunakan sebanyak 5 gram pasir
yang dilarutkan dalam asam sulfat 40% sebanyak 25 ml pada suhu pemanasan 95100C. Pada proses leaching ini, dilakukan variasi pengadukan 0, 150, 250, 350 dan 500
rpm serta variasi lama proses leaching 30, 60, 120 dan 180 menit. Prediksi reaksi kimia
pada proses leaching ini adalah seagai berikut:
FeTiO3 + 2H2SO4 FeSO4 + TiOSO4 + 2H2O
Pada proses ini, TiOSO4 larut dalam pelarut asam sulfat, sedangkan FeSO4
merupakan zat tak larut. Hasil proses ini berupa cairan kental (slurry). Setelah
pendinginan, cairan kental disaring untuk mendapat filtratyang kaya akan Ti dan
kemudian dilakukan penamahan air dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 80C.
Pada tahapan ini diharapkan terjadi reaksi kimia seagai berikut;
TiOSO4 + 2H2O TiO2.H2O + H2SO4
Endapan TiO2.H2O dibersihkan melalui pencucian berkali-kali (sampai pH
netral) menggunakan aquades untuk menghilangkan kandungan asam sulfat yang ada.
TiO2.H2O yang telah bebas dari asam sulfat kemudian dihilangkan kandungan H 2O
melalui proses pemanasan. Prediksi reaksi kimia jyang terjadi sebagai berikut:
TiO2.H2O TiO2 + H2O

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Identifikasi Bahan Dasar (Pasir Mineral)
Tabel 1. Komposisi kimia pasir mineral awal
Compound (%)
Al
Si
Ca

Ti

Cr

Fe

Ni

Zn

Conc Unit
Compound (%)

0,97
Mn

6,96
As

0,27
Y

18,5
Zr

0,41
Yb

2,66
Hf

6,88
Re

0,02
Pb

0,23
Bi

Conc Unit

0,51

0,02

0,23

61,1

0,02

1,07

0,01

0,04

0,11

Seperti terlihat pada tabel 1, Zr merupakan unsur penyusun pasir mineral yang
paling utama, diikuti oleh titanium, besi, silikon dan unsur-unsur minor lain sampai
dengan 100%. Secara keseluruhan persentase titanium hanya 18,5% dari total
kandungan pasir mineral. Persentase yang cukup rendah inilah yang menjadikan proses
ekstraksi secara langsung dari pasir mineral tidak cocok dilakukan, karena masih adanya
pengotor yang cukup banyak. Gambar 1 berikut merupakan hasil XRD dari pasir
mineral awal (PMA) yang merupakan grafik hubungan antara 2 dengan intensitas.

Gambar 1. Grafik XRD Pasir Mineral Awal

Berdasarkan hasil analisis High Score Plus, dapat diketahui bahwa komponen
senyawa yang terdapat dalam pasir mineral awal adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Persentase Senyawa dalam Pasir Awal

Rumus Kimia
ZrSiO4
Fe3O4
ZrO2
TiO2
Fe2O3

Nama Senyawa
Zircon
Magnetite
Zirconium Oxide
Titanium Dioksida
Hematite

Persentase
53,5%
33,7%
5,9%
5%
2%

Hasil dan Karakterisasi Separasi magnetik I dan separasi magnetik II


Tabel 3. Hasil Separasi Magnetik I dan II
Separasi I
Komponen
% Awal
Unsur
PM
PNM
Zr
61,1
46,9
88,5
Ti
18,5
21,1
5
Si
6,96
3,2
3,78
Fe
6,88
13,8
0,3
Cr
2,66
8,02
0,3
Sisa
3,9
6,98
2,12

Separasi II
PMK
PML
21,5
56,5
32,9
21,6
1,5
3,4
34,1
9,32
3,49
5,25
6,51
3,93

Analisa XRF untuk hasil dari separasi 1 dan separasi ke 2 terlihat seperti pada
tabel 3. Menurut analisa XRF, persentase Ti tertinggi terdapat terdapat pada kelompok
PMK dengan persentase Ti sebesar 32,9%. sehingga PMK dapat digunakan untuk
proses ekstraksi selanjutnya (leaching) asam sulfat. Berikut di bawah ini merupakan
grafik analisa XRD dari PMK.

Gambar 2. Pola XRD pada PMK

Berdasarkan hasil analisis High Score Plus diatas, dapat diketahui bahwa
komponen senyawa yang terdapat dalam pasir magnetik kuat adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Persentase Senyawa dalam PMK
Rumus Kimia
Nama Senyawa
TiO2 (rutile)
Titanium Dioksida (rutile)
TiO2 (anatase)
Titanium Dioksida (anatase)
FeTiO3
Ilmenite
Fe2TiO5
Pseudorutile
ZrTiO4
Zirconium Titanat
Fe3O4
Magnetite

Persentase
38%
4%
12%
13%
3%
30%

Dari analisa High Score Plus, diketahui bahwa dalam PMK terdapat fase
senyawa TiO2 (rutile) sebesar 38% dan TiO 2 (anatase) sebesar 4%. Selain membentuk
senyawa oksda, Ti dalam PMK juga bersenyawa dengan besi maupun zircon dalam
bentuk senyawa ilmenite, pseudorutile, dan zirconium titanat.
Hasil Proses Leaching
Hasil ekstraksi dengan metode kimia melalui variasi kecepatan putar stirer,
menghasilkan data seperti pada grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Persentase Ti Terhadap Variasi Kecepatan Putar Stirrer (rpm)

Pada penelitian ini, kecepatan stirrer dibuat bervariasi mulai dari 0, 150, 250,
350 dan 500 rpm. Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa hubungan antara kecepatan
stirrer dan tingkat perolehan Ti adalah berbanding lurus. Putaran pada stirrer selain
berfungsi untuk mencegah padatan menggumpal juga berfungsi untuk mempercepat
mekanisme difusi antara pasir dan asam sulfat. Dengan demikian, maka laju reaksi akan
berlangsung lebih cepat.
Dari data di atas didapatkan presentase Ti terlarut pada variasi 0 Rpm adalah
persentase paling rendah dari beberapa variasi yang lain. Hal ini terjadi karena tanpa
pengadukan butiran pasir akan mudah menggumpal. Sehingga laju reaksi yang terjadi
pun akan sangat rendah. Hal ini cukup berbeda jauh dengan tingkat perolehan Ti
terbesar yang diporeh pada variasi 500 Rpm dengan persentase sebesar 52%.

Gambar 4. Grafik XRD Sampel 500 Rpm Ti 52%

Dari analisa XRD menunjukkan bahwa proses leaching telah berhasil


meningkatkan persentase TiO2 (rutile) pada PMK yang awalnya sebesar 38% menjadi
71%. Hal ini berarti leaching asam sulfat dalam PMK cukup efektif untuk memutuskan
ikatan Fe dari Ti dalam senyawa ilmenite (FeTiO3).
Tabel 5. Persentase Senyawa Sampel 500 Rpm
Rumus Kimia
Nama Senyawa
TiO2 (rutile)
Titanium Dioksida (rutile)
TiO2
Titanium Dioksida (anatase)
(anatase)
FeTi2O5
Iron (II) Dititanium Oxide
FeO
Iron Oxide
ZrO2
Zirconia

Persentase
71%
3%
17%
8%
1%

Dari analisa XRD menunjukkan bahwa proses leaching telah berhasil


meningkatkan persentase TiO2 (rutile) pada PMK yang awalnya sebesar 38% menjadi
71%. Hal ini berarti leaching asam sulfat dalam PMK cukup efektif untuk memutuskan
ikatan Fe dari Ti dalam senyawa ilmenite (FeTiO 3). Berdasarkan teori, reaksi kimia

yang terjadi antara senyawa ilmenite dan asam sulfat selama proses leaching adalah
sebagai berikut.
Digestion
FeTiO3 + 2H2SO4 FeSO4 + TiOSO4 + 2H2O
Precipitation TiOSO4 + 2H2O TiO2.H2O + H2SO4
Calcination TiO2.H2O TiO2 + H2O
Ilmenite yang dilarutkan dalam asam sulfat pekat panas akan terurai membentuk
senyawa FeSO4 (fase tak larut) dan TiOSO 4 (fase terlarut). Setelah melalui proses
pencucian dan kalsinasi pada fase terlarut TiOSO4 maka, akan didapatkan TiO2 dalam
bentuk serbuk. Hal inilah yang menyebabkan persentase TiO 2 setelah leaching menjadi
meningkat.
Dari analisa High Score Plus, juga menunjukkan bahwa tidak seluruhnya unsur
titanium berada dalam bentuk oksida (TiO 2). Beberapa unsur titanium masih ditemukan
bersenyawa dengan besi dalam bentuk FeTi2O5 (ferropseudobrookite). Sehingga, tidak
mengherankan bahwa 4 dari 5 sampel (kecuali sampel 350 Rpm) untuk setiap kenaikan
persentase Ti selalu disertai dengan kenaikan persentase Fe dan penurunan persentase
Zr. Selanjutnya, dari variasi kecepatan putar stirrer, dapat ditentukan bahwa kecepatan
putar stirrer paling baik dari ke 5 variasi adalah pada kecepatan 500 Rpm.
Melalui variasi kecepatan putaran stirrer pada penelitian sebelumnya,
didapatkan informasi bahwa kecepatan putar stirrer terbaik dari ke 5 variasi adalah pada
kecepatan putar 500 Rpm. Sehingga, pada variasi waktu leaching ini, semua sampel di
aduk dengan kecepatan 500 Rpm. Berdasarkan variasi waktu putar stirrer (30, 60, 120,
180 menit) didapatkan hasil seperti tampak gambar 5.

Gambar 5. Persentase Ti Terlarut Terhadap Variasi Waktu Leaching

Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin lama waktu leaching, tingkat perolehan


Ti yang didapatkan akan semakin besar. Namun, semakin lama waktu leaching tidak
berarti Prosentase Ti yang didapatkan akan terus meningkat secara linear. Proses
leaching dengan waktu 180 menit justru menunjukkan penurunan prosentase Ti dari
54% menjadi 49,76%.
Hal tersebut disebabkan karena adanya waktu kontak yang berlebihan antara
pelarut dan bijih dapat menyebabkan peningkatan persentase pengotor yang ada dalam
larutan. Sehingga, dalam hal ini dapat diketahui waktu kontak yang paling optimum
agar dapat memaksimalkan recovery logam berharga dari bijih dan meminimalkan
pengotor yang terlarut. Melalui variasi waktu leaching ini, didapatkan bahwa tingkat

perolehan Ti terbesar adalah pada waktu pengadukan 120 menit, dengan persentase Ti
sebesar 54%.

Gambar 6. Grafik XRD Sampel 2 Jam Ti 54%

Dari hasil analisa High Score Plus tersebut diketahui bahwa senyawa yang
terdapat dalam sampel dengan variasi 2 jam adalah TiO2 (rutile), TiO2 (anatase), FeTiO3,
ZrO2 dan FeO. Dengan perbandingan fraksi volume sebagai berikut.
Tabel 6. Persentase Senyawa Sampel Leaching 2 Jam
Rumus Kimia
Nama Senyawa
TiO2 (rutile)
Titanium Dioksida (rutile)
TiO2
Titanium Dioksida (anatase)
(anatase)
FeO
Iron Oxide
Fe2TiO5
Pseudorutile

Persentase
72%
6%
9%
13%

Hasil Observasi SEM

(a)
(b)
Gambar 6. (a) Foto SEM Hasil Ekstraksi dan (b) Analisa Edax Hasil Ekstraksi (Ti 54%)

Dari hasil observasi SEM, pada sampel dengan variasi waktu leaching 2 jam,
didapatkan Foto mikrostruktur sampel seperti ditunjukkan pada Gambar 6 (a). Tabel

hasil analisa EDAX juga menunjukan bahwa persentase terbesar pada target (area yang
dibatasi garis merah) adalah unsur Ti dengan persentase sebesar 49,44%. Persentase
oksigen yang tinggi, sebesar 43,45% menuunjukkan bahwa sebagian besar Ti berada
dalam senyawa oksida (TiO2). Sehingga, hal ini telah sesuai dengan analisa High Score
Plus pada sampel variasi 2 jam, yang menunjukkan bahwa TiO 2 merupakan senyawa
dengan persentase tertinggi. Dengan mengasumsikan unsur Ti berada dalam bentuk
oksida (TiO2) maka, sebesar dalam area yang dibatasi garis merah terdapat sekitar 95%
TiO2 (At%) atau sekitar 92,89% TiO2 (Wt%).
2500

Konstanta Dielektrik

2000

1500

1000

500

20

40

60

80

100

Persentase Ti (% Wt)

Gambar 7. Grafik Hubungan %Ti Terhadap Konstanta Dielektrik

Pengujian kontanta dielektrik, dilakukan untuk mengetahui hubungan antara


persentase Ti dalam sampel terhadap konstanta dielektrik. Dengan menganggap Ti
berada dalam senyawa TiO2, maka dapat dibuat suatu perbandingan antara konstanta
dielektrisitas TiO2 standar yang memiliki kemurnian 99,99% dengan beberapa sampel
uji yang memiliki persentase Ti beragam.
Dari perhitungan konstanta dielektrisitas diatas, dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat kemurnian Ti, maka kostanta dielektrisitas yang diperoleh akan
semakin rendah. sebaliknya, semakin rendah persentase Ti, nilai konstanta
dielektrisitasnya justru semakin besar. Sebagai contoh, untuk sampel dengan kandungan
Ti 99,99 % nilai konstanta dielektrisitasnya hanya sebesar 41,16.
Sedangkan sampel PMA dengan persentase Ti sebesar 18,5, justru memiliki
konstanta dielektrik terbesar 2294,44. Berikut di bawah ini merupakan grafik hubungan
antara persentase Ti dalam sampel terhadap konstanta dielektrisitasnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pasir mineral sebelum diekstrak terdiri dari beberapa senyawa, antara lain
ZrSiO4 53,5%, Fe3O4 33,7% , ZrO2 5,9%, TiO2 5% dan Fe2O3 2%. Dengan persentase Ti
sebesar 18,5%. Melalui separasi magnetik I persentase Ti dalam kelompok pasir
magnetik (PM) telah berhasil ditingkatkan dari 18,5% menjadi 21,1 %. Separasi
magnetik II yang dilakukan pada kelompok pasir magnetik (PM) yang telah dihaluskan

200 mesh telah berhasil telah berhasil meningkatkan persentase Ti dari 21,1 % menjadi
32,9%
Pada proses leaching H2SO4 dengan variasi kecepatan putar stirrer 0, 150, 250,
350 dan 500 rpm didapatkan hasil terbaik pada variasi 500 rpm dengan persentase Ti
sebesar 52%.
Pada proses leaching H2SO4 dengan variasi waktu leaching 30, 60, 120 dan 180
menit didapatkan hasil terbaik pada variasi 120 dengan persentase Ti sebesar 54%.
Melalui pengujian dielektrisitas, didapatkan hubungan terbalik antara tingkat
kemurnian bahan (persentase Ti) dengan nilai konstanta dielektrisitas. Sampel dengan
tingkat persentase Ti yang tinggi memiliki nilai konstanta dielektrisitas yang semakin
rendah, begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin dan Kharurrijal. 2009. Review: Karakterisasi Nanomaterial.
Jurnal Nanosains & Nanoteknologi Vol.2 No.1 Februari 2009.
Aji, S.B dkk. 2009. X-Ray Diffractometer. Surakarta: Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret.
Akira Fujishima, dkk. 2000. Titanium Dioxide Photocatalysis. Journal of
Photochemistry and Photobiology: Elsevier.
Baba, A.A.et.al. 2011. Simultaneous Recovery of Total Iron and Titanium from Ilmenite
Ore By Hydrometallurgical Processing. Association of Metallurgical Enginers of
Serbia (AMES) .UDC: 669.11 ; 669.295.
Babcock, Wade. 2002. Advanced Minerals and Processes Technology Information
Analysis Center (AMPTIAC) Volume 6, Number ). New York.
Budianto, Heri.dkk. 2007. Pengaruh Tinggi Reaktor Flotasi Udara Terlarut Terhadap
Efisiensi Penyisihan Minyak. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol: 13, No1 (27-35).
Chya Duog S, et.al. 1975. Titanium Purification Process. United States Patent No:
3,929,962.
Fadli, et.al. 2003. Model Kinetik Reaksi Destruksi Mineral Ilmenit pada Sintesa
Titanium Dioksida (TiO2) dengan Asam Sulfat. Jurnal Natur Indonesia 6 (1):34-38,
ISSN 14 10-9379.
Gerard, P. 2010. Method of Producing Titanium. United States Patent No: 7,670,407
B2.
Greenwood, Norman N; Earnshaw, Alan. 1984. Chemistry of the elemen. Oxford:
pergamon press.pp.1117-19. ISBN 0-08-022057-6.
http://www.titaniumexposed.com/titanium-dioxide.html
Ishlan, Teuku. 2008. Kajian Pasar Mineral dan Usulan Strategi Eksplorasi Sumber
Daya Mineral di Indonesia. Perekayasa Madya. Bidang Program dan Kerja Sama
Pusat Sumber Daya Geologi.
Jamieson J, Olinger B. 1969. Presssure Temperature Studies of Anatase, Brookite,
Rutile and TiO2 II : A discussion. Mineralogical Notes 54:1477.
Jones, Greg. Mineral Sands: An Ooverview of the Industry. Iluka.
Kurtoglu M. E., Longenbach T., Gogotsi Y. 2011. Preventing Sodium Poisoning of
Photocatalytic TiO2 Films on Glass by Metal Doping. International Journal of
Applied Glass Science 2 (2): 108116.

Manaf, Azwar. 2005. Kegiatan Litbang Pasir Besi (Iron Sand) di Universitas Indonesia.
Seminar Lokakarya Penamfaatan Bahan Baku Lokal untuk Industri Baja Nasional,
PT Krakatau Steel, Cilegon.
Mukhtar Effendi, dkk. 2012. Analisis Sifat Optik Lapisan Tipis TiO2 Doping Nitrogen
yang Disiapkan dengan Metode Spin Coating. Makalah disajikan dalam Prosiding
Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April ISSN: 0853-0823
Nelson, Stephen A. 2008. Mineral Chemistry.
http:/www.tulane.edu/~sanelson/eens211/mineralchemistry.htm. Diakses tanggal 2
Mei 2013.
Newnham, Robert E. 2005. Properties of Material. Pennsylvania State University:
Oxford University Press.
Nurul T. Rochman dkk. 2012. Review Pengembangan Teknologi Pengolahan Sumber
Daya Pasir Besi Menjadi Produk Besi/Baja, Pigmen, Bahan Keramik, Magnet,
Kosmetik dan Fotokatalistik dalam Mendukung Industri Nasional. Prosiding InSINas
2012.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.07 tahun 2012 tentang
peningkatan nilai tambah mineral dan batubara melalui kegiatan pengolahan dan
pemurnian mineral dan batubara.
Permana, S. 2011. Optimalisasi Variabel Flotasi Nikel Laterit. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Depok : Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Ratnasari, Dina dkk. 2009. X-Ray Diffraction (XRD). Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Rusli, Muhammad. 2007. Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam di Desa Uekuli
Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Unauna Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Sains
Materi Indonesia. ISSN: 1411-1098.
Sajima dkk. 2011. Pembuatan Konsentrat Zirkon Sebagai Umpan Proses Peleburan
Menggunakan Shaking Table (Meja Goyang). Prosiding Seminar Penelitian dan
Pengelolaan Perangkat Nuklir.
Schweitzer, Jim. 2006. Scanning Electron Microscopy (SEM). http:/
www.purdue.edu/rem/rs/sem.htm. Diakses tanggal 29 April 2013.
Siregar, Harrys. 2002. Metode Pemisahan Secara Magnetik: Aplikasi Fisika Magnet
dalam Alat Proses Teknik Kimia. USU Digital Library: FT USU.
Subagja, et.al. 2010. Recovery TiO2 dari Larutan TiO(SO4) Hasil Proses Ekstraksji Bijih
Ilmenit Bangka. Laporan Hasil Riset Terapan. Pusat Penelitian Metalurgi LIPI:
Tanggerang.
Subagja, Rudi. 2005. Pengalaman Pusat Penelitian Metalurgi LIPI dalam Penelitian
Pemanfaatan Bijih Besi Titan. Seminar Lokakarya Pemanfaatan Bahan Baku Lokal
untuk Industri Baja Nasional, PT Krakkatau Steel: Cilegon.
Sunaryo dan Wira Widyawidura. 2010. Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan
Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Ala Menggunakan Prinsip Dasar Fisika.
Cakrawala Pendidikan, Tahun XXIX, No 1.
Sundari, Rita, dkk. 2010. Aplikasi Metoda Flotasi Buih untuk Pencucian Batubara
Peringkat Rendah. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan, ISSN
1693-4393.
Svehla G., 1979. Vogel: Buku Text Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, edisi ke-5, Terjemahan L.Setiono dan A. H. Pudjaatmaka, PT.Kalman
Media Pustaka, Jakarta.

Taufanny, L. 2008. Tingkat Perolehan TiO2 dari Pasir Mineral Melalui Proses Leaching
HCl dengan Reduktor Fe. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: FMIPA UI.
Turney, T.W.et.al. 1995. Titanium Extraction. United States Patent No: 5,441,574.
Vaikuntam I.L dkk. 2004. Method for Separation of Titanium From Ore. United States
Patent No: 6,699,446 B2.
W.A.P.J PREMARATNE and N.A. ROWSON. 2003. The Processing of Beach Sand
From Sri Lanka for the Recovery of Titanium Using Magnetic Separation. Physical
Separation in Science and Enginering. Vol. 12, No. 1 Pp. 13-22.
William, K et.al. 1979. Recovery of Titanium Metal Values. United States Patent No:
4,172,878.
Xunhui Xiong, dkk. 2012. Preparation of TiO2 from Ilmenit Using Sulfuric Acid
Decomposition of the Titania Residue Combined with separation of Fe3+ with EDTA
During Hydrolysis. Elsevier Press.
Zulfalina & Azwar Manaf. 2004. Identifikasi Senyawa Mineral dan Ekstraksi Titanium
Dioksida dari Pasir Mineral. Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 5, No. 2: 46

Anda mungkin juga menyukai