PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu fenomena penting yang mewarnai kompleksnya partisipasi
wanita dalam berbagai dimensi kehidupan salah satunya perjuangan di bidang
politik. Masa perjuangan perempuan tidak lepas dari program ekspansi
demokrasi Amerika Serikat ke penjuru dunia yang memposisikan wanita
bukan lagi sebagai kelompok yang harus dibatasi partisipasinya dalam
panggung perpolitikan dunia namun dianggap sebagai pihak yang berpengaruh
dan memberi konstribusi penting dalam menentukan kemajuan suatu negara.
Kemodernan dan arus globalisasi sangat gencar mengepakkan
sayapnya ke seluruh negara belahan dunia. Hal ini mengantarkan perubahan
pola pikir dalam diri perempuan dunia, tak terkecuali di Timur Tengah sebagai
kawasan Negara Islam dimana agama mendominasi hampir segala aspek
kehidupan negara tersebut, khususnya posisi dan hak-hak perempuan. Tetapi
kini, hak politik bagi semua golongan di negara-negara tersebut sudah banyak
mengalami perkembangan. Ada beberapa negara yang kini membuka ruang
bagi perempuan untuk menjalankan hak politiknya. Antara lain seperti Qatar,
Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab dan yang belum lama ini adalah Kuwait.
Keberhasilan kaum perempuan ini
berbeda-beda
dan
mendapatkan
respon
yang
berbeda-beda
pula.
Hal ini disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya ideologi yang dianut
oleh bangsa tersebut. Hal ini pula yang mempengaruhi partisipasi dan
perjuangan politik kaum perempuan di Kuwait, yang merupakan salah satu
Negara Islam terbesar di dunia.
Isu tentang peranan perempuan menjadi isu yang selalu hangat
dibicarakan oleh Negara-negara di dunia. Kehadiran perempuan di ruang
politik semakin mendapatkan tempat pada sebagian masyarakat, tetapi juga
mendapatkan penolakan dari masyarakat lainnya. Berbagai organisasi di
berbagai negara telah banyak terbentuk untuk membicarakan tentang peranan
perempuan dan kedudukannya. Di tingkat global, seruan terhadap pihak yang
melakukan pendiskriminasian terhadap kaum perempuan dan pihak-pihak
yang mengabaikan hak-hak perempuan telah banyak mendapatkan sorotan.
Hal ini pulalah yang melatarbelakangi pemikiran Negara-Negara tersebut dan
berinisiatif untuk bersama-sama memastikan terjadinya integrasi atas hak-hak
perempuan ke dalam berbagai instrument internasional tentang hak-hak asasi
perempuan. Hal ini tercermin dalam usaha-usaha perempuan untuk
mengembangkan pandangan mereka terhadap hukum-hukum mengenai hak
asasi manusia dengan menggunakan perspektif gender dan feminisme.
Konfrensi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan (The UN Convention on the Elimination of all Forms of
Discrimination against Women - CEDAW) disahkan dan diterima oleh Dewan
Umum PBB pada tahun 1979. Dewasa ini, lebih dari dua puluh tahun sejak
DikutipdaribukuCEDAWKonvensiPenghapusanSegalaBentukDiskriminasiTerhadap
PerempuaanMengembalikanhakhakperempuan.Hal1.2004.PartenersforLawin
Development(PLD),NewYork.DisadurdaridokumenPDFdandiaksespadaKamis,15
September2011.
2
Anonim Konsep Dasar dan PokokPokok Pembangunan Berwawasan GenderGender
dalamPerspektifSejarah,Teori,Agama.Hal1.Didalambukuinijugadijelaskanawal
pergerakandanperjuangankaumperempuandiberbagainegara..Disadurdaribukudalam
formatPDFdandiaksespadaHariKamis,05September2011
tema
Perempuan
dalam
Pembangunan
(Women
in
Ibid,
Ibid.hal2.
5
Ibid.hal34
4
Ibid.hal4
Ibid
Ibidhal56
9
Ibid.Hal.6
8
Dari pemaparan di atas, maka dapat dilihat bahwa lahirnya gender dan
feminisme banyak diinspirasi oleh Negara-Negara Barat. Meskipun demikian,
hal ini tidak berarti bahwa gagasan-gagasan Negara Barat dianggap tidak
relevan bagi negara-negara Islam. Hal ini didasarkan pada pemahaman karena
suatu gagasan tidak dapat dibatasi dalam batas-batas bangsa maupun
geografis.10
Bagaimanapun juga, ketika istilah feminisme dan gender bersifat
asing, konsep sesungguhnya mengungkapkan suatu transformasi. Jadi hal ini
dapat menjelaskan bahwa feminisme tidak dimasukkan secara paksa. Gender
dan perjuangannya muncul di banyak negara disebabkan karena suatu
kesadaran tentang hak-hak demokrasi serta ketidakadilan yang semakin
menyentuh hak-hak separuh dari penduduknya, dalam hal ini kaum
perempuan. Hak untuk berpolitik juga mendasari terjadinya gerakan berbasis
gender yang membawa isu kepentingan perempuan di dalamnya. Hak politik
setiap manusia (laki-laki maupun perempuan) telah diatur dalam Universal
Declaration of Human Right, yaitu pada pasal 19, 20 dan 21 dengan rincian
sebagai berikut:11
Pasal 19
Setiap individu berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa
gangguan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan
10
Kamla Bashin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan
Relevansinya.Hal.10
11
Muhammad Ali Taskhiri, Human Rights, A Study of the Universal and The Islamic
DeclarationofHumanRights,DepartemenofTranslationandPublication,IslamicCulture
andRelationsOrganization,1997:hal44dan45
buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas
(wilayah).
Pasal 20
1. Setiap individu mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat
secara damai.
2. Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk memasuki sesuatu perkumpulan.
Pasal 21
1. Setiap individu berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya, secara
langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih dengan bebas.
2. Setiap individu berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam
jabatan pemerintahan negerinya.
3. Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah. Kehendak
ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara
berkala dan jujur dan yang dilakukan menurut hak-hak pilih yang bersifat
umum dan yang tidak membeda-bedakan dan dengan yang bersifat suara
yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang menjamin kebebasan
memberikan suara.
Negara Kuwait merupakan negara yang mayoritas penduduknya
menganut Agama Islam. Namun, bersamaan dengan proses modernisasi yang
dilancarkan oleh kolonialisme barat, muncul aliran modernisasi di dalam
pemikiran sebagian umat Islam yang berpengaruh terhadap masalah politik,
ekonomi, sosial dan budaya Kuwait. Pengaruh modernisasi yang terpenting
ialah masuknya unsur liberalisme dan feminisme yang menyentuh emansipasi
wanita termasuk di dalamnya masalah politik perempuan.
Kuwait telah tampil di pentas dunia internasional dengan nuansa serta
simbol Islam yang begitu melekat, termasuk dalam kebijakan perundangundangan, banyak diwarnai oleh jiwa ke Islaman. Keikutsertaan Kuwait dalam
kegiatan-kegiatan pembangunan kaum perempuan pada tahap global terlihat
sangat aktif melalui konfrensi-konfrensi antar bangsa, yakni dalam 4 (empat)
konfrensi besar yang telah dilaksanakan di berbagai negara. Salah satunya
Deklarasi Beijing dan program aksinya sudah mencantumkan isu gender dan
informasi, komunikasi dan teknologi bagi perempuan, melalui peningkatan
keterampilan, pengetahuan, akses dan penggunaan teknologi informasi.12
Kuwait adalah satu di antara banyak negara yang terlibat dalam
wacana isu pembangunan perempuan. Kuwait telah meratifikasi CEDAW pada
tahun 1999, dimana CEDAW ini bertujuan untuk mengintegrasi perempuan
sepenuhnya dalam proses pembangunan negara. Tahun 2005, Pemerintahan
konservatif Kuwait memutuskan untuk memberi perempuan hak politik penuh.
Dewan Menteri sepakat meloloskan undang-undang yang memberi hak politik
penuh kepada perempuan, seperti hak untuk ikut memilih dalam pemilihan
umum, serta hak untuk bersaing menjadi salah satu dari 50 anggota
parlemen.13
Sebelum Undang-Undang pemilihan umum diubah, perempuan Kuwait
tidak bisa memilih atau dipilih walaupun mereka bisa menjadi diplomat,
pengusaha dan bekerja di berbagai bidang industri. Hal ini memicu perempuan
Kuwait mempertanyakan haknya yang hilang, sehingga mereka memutuskan
akan berusaha menuntut hak mereka sampai parlemen memutuskan untuk
memberi hak politik bagi perempuan. Berbagai unjuk rasa, debat, banyak
dilakukan oleh beberapa kelompok kepentingan dan para aktivis di Kuwait.
Seperti penulis Fatima al- Baker yang tergabung dalam Asosiasi Persatuan
Perempuan Kuwait, Nabil al-Mufarreh sebagai ketua Persatuan Nasional
12
13
PerkembanganStudiPerempuan,KritikdanGagasanSebuahPerspektif UntukStudi
Gender ke Depan, disadur dari http://ejournal.unund.ac.id/abstrak, pada tanggal 15
September2011.
http//www.bkkbn.go.id/article_detail.php,KisahDariKuwaitdiaksespadatangga15oktober2011
Pelajar Kuwait yang juga turut andil dalam kampanye menjelang pemilu 2006,
yang mendukung penuh para calon legislatif perempuan.14
Tuntutan kaum perempuan Kuwait selalu mendapat penentangan dari
kaum konservatif Islam di Parlemen yang jumlahnya tidak sedikit. Kaum
konservatif tidak menyetujui perempuan ikut aktif dalam kegiatan politik,
karena bertentangan dengan tradisi budaya dan penafsiran agama yang telah
lama berlaku di negara Kuwait. Maka tidak mengherankan bila parlemen
Kuwait telah dua kali menolak usulan pembahasan kebijakan beberapa tahun
sebelum undang-undang hak politik bagi perempuan disahkan.15
Sejak tahun 1962, Kuwait telah melaksanakan 11 kali pemilihan
parlemen, tetapi tidak pernah melibatkan perempuan. Melalui hasil
amandemen konstitusi tahun 2005 lah akhirnya kaum perempuan Kuwait
mendapatkan hak pilih dan dipilihnya. Pemerintahan konservatif
Emirat
Ibid
10
Kuwait Tunjuk Wanita sebagai Menteri, dikutip tanggal 7 November 2011, dari
http://www.suaramerdeka.com/harian.html
11
12
13
Peranan
kaum
perempuan
sangat
berpengaruh
terhadap
dalam
14
15
partisipasi politik pun diarahkan untuk memperkuat sistem politik yang ada.
Dalam tataran ini partisipasi politik dipandang sebagai bentuk legitimasi dari
sistem politik yang bersangkutan. Atau dengan kata lain partisipasi politik
menjadi salah satu indikator signifikan atas dukungan rakyat baik terhadap
pemimpinnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya maupun
bagi sistem politik yang diterapkannya.18
Partisipasi pada dasarnya merupakan kegiatan warga negara dalam
rangka ikut serta menentukan berbagai macam kepentingan hidupnya dalam
ruang lingkup dan konteks masyarakat itu sendiri. Karena itu partisipasi itu
sendiri bisa beragam bentuk kegiatannya. Bagaimanapun, ekspresi orang
dalam mengemukakan atau dalam merespon berbagai macam permasalahan
dan kepentingan politiknya, satu sama lain akan berbeda-beda. Uraian diatas
memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu bentuk kegiatan atau
aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Ia bisa dilihat sebagai bentuk
kegiatan yang secara sadar maupun tidak sadar atau dimobilisasi, ia bisa
dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri, kemudian dapat pula
dilakukan langsung ataupun tidak langsung, melembaga ataupun tidak
melembaga sifatnya.19
Terdapat pula beberapa defenisi lainnya tentang partisipasi politik,
diantaranya adalah: menurut Samuel P. Hanington dan Joan Nelson dalam
bukunya Partisipasi Politik Negara Berkembang, partisipasi politik adalah
kegiatan warga (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi keputusan oleh
18
Moh.Mafud.2003. DemokrasidanKonstitusidiIndonesia.Hal.2DikutipolehArfaniahAlimuddin
dalamskripsinyayangberjudulSuatuAnalisistentangPerananPolitikKaumPerempuandiMalaysia.Hal.
9Tahun2010UniversitasHasanuddin
19
Ibid
16
20
Pengertian Partisipasi Politik dan Bentuk Bentuknya, diakses pada tanggal 18 November
2011, dari http://turwahyuddin.wordpress.com
21
Ibid
22
17
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Eksploratif.
Metode Eksploratif bertujuan untuk menggali secara luas sebab-sebab atau
hal yang mempengaruhi terjadinya perjuangan pergerakan kaum
perempuan di Kuwait, sehingga didapat alur dari sejarah partisipasi kaum
perempuan di Negara tersebut.
2.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah telaah
pustaka (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan data dari
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, dan
kemudian menganalisanya. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen,
jurnal-jurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet yang berkaitan
3.
18
Metode Penulisan
Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis adalah metode
deduktif,
dimana
penulis
terlebih
dahulu
akan
menggambarkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perjuangan Politik
1. Perjuangan Politik
Perjuangan berasal dari kata juang yang menurut Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
diartikan
sebagai
usaha
mempertahankan
dan
19
24
Miriam Budiarjo. 1981. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta ; Gramedia. Hal. 163
20
sendiri.25 Gerakan sosial lahir pada mulanya sebagai suatu kelompok yang
tidak puas terhadap keadaan.
Menurut teori sosiologis salah satunya yaitu teori Mobilitas
Sumber Daya yang menggarisbawahi pentingnya pendayagunaan sumber
daya secara efektif dalam menunjang gerakan sosial.26 Sebab gerakan
sosial yang berhasil sangat memerlukan organisasi dan taktik yang efektif.
Para pendukung teori ini berpandangan bahwa tanpa adanya keluhan dan
ketidakpuasan tidak akan banyak terjadi gerakan. Namun demikian,
diperlukan adanya mobilisasi untuk mengarahkan ketidakpuasan itu agar
dapat menjadi gerakan massa yang aktif.27
Sumber daya yang harus dimobilisasi sebagai ekpresi dari
partisipasi politik adalah: pandangan dan tradisi penunjang, peraturan
hukum yang dapat mendukung, organisasi dan pejabat yang dapat
membantu, manfaat yang memungkinkan untuk dipromosikan, kelompok
sasaran yang dapat terpikat oleh manfaat tersebut, dan sumber daya
penunjang lainnya. Semua itu memberikan pengaruh besar terhadap
kecilnya pengorbanan pribadi dalam gerakan sosial, tantangan yang akan
dihadapi, kesulitan lain yang harus diatasi, dan taktik pelaksanaan yang
akan diterapkan.
Adapun bentuk-bentuk gerakan sosial, yaitu: (1) Gerakan
perpindahan (migratory movement), yakni arus perpindahannya penduduk
ke suatu tempat baru; (2) gerakan ekspresif (expressive movement), yakni
25
Horton Paul B dan Haunt Chester L, 1992. Sosiologi (Terjemahan) Edisi ke IV, Erangga;
Jakarta, Hal . 85
26
Kirk Patrik, Partisipasi Politik Kaum Wanita, Jurnal Universitas Brawijaya, PT. Danur Wijaya
Press, Surabaya, 1994, Hal. 76
27
Ibid Hal. 88
21
gerakan
perjuangan
persamaan
hak-hak
perempuan
dari
28
Ibid Hal . 90
22
ditetapkan
dan
diakui
undang-undang
atau
konstitusi
29
30
23
Kaum
Robert A. Dahl, Poliarchy: Participation and Opposition, Yale University Press, New Haven,
1971, Hal. 3
24
25
non-pemerintah
yang
berhubungan
dengan
Internasional
Perempuan
Pertama
(First
World
33
Dikutip dari buku CEDAW Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan Mengendalikan Hak Hak Perempuan Hal 5. 2004. Partners for Law in
Develompent (PLD), New York. Disadur dari dokumen PDF dan diakses pada tanggal 15
September 2011
Ibid Hal. 7
26
konflik
bersenjata,
kekerasan
terhadap
perempuan,
Ibid Hal. 15
Saparinah Sadli, Pengantar Tentang Kajian Wanita, dalam T.O Ihromi (ed) Kajian Wanita
Dalam Pembangunan. Yayasan Obor , Jakarta, 1995, Hal. 14
35
27
hubungan
gender
dengan
seks
36
Ibid Hal. 15
28
peran
perempuan ditentukan.37
2.
Gender adalah perbedaan status dan peran antara
perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
nilai
budaya
yang
bagi
untuk
terutama
kaum
perempuan.
Ketidakadilan
gender
Suprijadi dan Siskel, Gender. PT. Danur Wiajay Press, Surabaya, 2004 Hal. 76
WHO, Gender and Feminism in Politic, dalam Said Khan Wanita, Gender dan Feminisme
Perjuangan Partisipasi Politik Kaum Perempuan. 2011. Hal. 10
39
Azwar, Teror Dalam Tatanan Struktur Politik. PT. Gramedia; Jakarta, 2001 Hal. 52
40
Ibid Hal. 52
38
29
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Trasformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 1991
Hal. 8 9
42
A. Yuliani Pars, Penemuan Gender vs Pembentukan Biro Wanita, Harian Fajar, 22 Desember
1998. Hal. 2
30
mendirikan
Puskesmas/Bima
Keluarga Balita.
Perbaikan sarana pendidikan.
Pendidikan pendapatan, misalnya kursus keterampilan dan kelompok
kredit.43
Berdasarkan contoh-contoh di atas, maka kebutuhan praktis
gender mempunyai ciri-ciri:44
1)
2)
3)
4)
5)
2.
Ibid Hal 5
Ibid Hal. 7
Ibid Hal. 9
31
46
47
Ibid Hal. 11
Ibid
32
Muhammad Ali Taskhiri, Human Rights, Departemen of Translation and Publication, Islamic
Culture and Relations Organizations, 1997; Hal 44 dan 45
33
2. Pengertian Feminisme
Feminisme atau yang sering dikenal dengan sebutan emansipasi
berasal dari bahasa latin yang berarti perempuan. Menurut Kamla Bhasin
dan Nighat Said Khan, feminisme adalah suatu kesadaran akan
penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di
tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun
lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.49
Sedangkan menurut Yubahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran
akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam
keluarga maupun masyarakat, serta tindakan sadar oleh perempuan
maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.Ada tiga ciri feminisme,
yaitu;50
a. Menyadari akan adanya ketidakadilan gender.
b. Memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati.
c. Memperjuangkan adanya persamaan hak.
a. Sejarah Feminisme
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam
sejarah kelahirannya dengan kelahiran Era pencerahan di Eropa yang
dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de
Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama
kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada
tahun 1785. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang
cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di
49
Kamla Bahsin dan Nighat Said Khan, Feminisme dan Relevansinya. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Hal 5
50
Yubahar Ilyas, Perempuan dan Kekuasaan (Menelusuri Hak Politik dan Persoalan Gender
dalam Islam), Zaman Wacana Mulia, Bansung, 1998 Hal. 35
34
35
1830-1840
sejalan
terhadap
pemberantasan
Feminisme
Gelombang
Kedua
pada
tahun
1960.
Ibid
Ibid 26
36
ketiga.
Meliputi
Afrika,
Asia
dan
Amerika
Selatan.
37
pejuang
feminisme
adalah
yang
masih
pertama
melihat
bahwa
mereka
perlu
menyelamatkan
Ibid Hal 27
A. Yuliani Paris, Pemenuhan Gender vs Pembentukan Biro Wanita. Harian Fajar Tajuk Opini
Hal 5 Terbit Tanggal 22 Desember 1988
56
38
1) Aliran
liberal
berasumsi
bahwa
keterbelakangan
dan
disebabkan
beranggapan
oleh
bahwa
kelemahan
kebabasan
mereka
dan
sendiri.
Mereka
adalah mahluk
perpindahan pola
bercocok tanam
kapitalisme,
perempuan
dirumahkan
adalah
39
menguntungkan, sebab
sedangkan perempuan
stok buruh
melalui
industrialisasi.
4) Kaum sosialis menganggap bahwa penindasan terhadap perempuan
terjadi di kelas manapun. Mereka mengkritik asumsi umum bahwa
terdapat hubungan antara partisipasi kaum perempuan dalam produksi
dan status perempuan. Partisipasi kaum perempuan dalam ekonomi
memang perlu tapi tidak otomatis selalu menaikkan status perempuan.
Memang ada korelasi antara status dengan pekerjaan, namun
keterlibatan perempuan justru mengakibatkannya dijadikan budak
maya (virtual slaves).
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG NEGARA KUWAIT DAN LANDASAN
PERJUANGAN POLITIK KAUM PEREMPUAN DI NEGARA KUWAIT
A. Profil Negara Kuwait
Kuwait didirikan pada awal abad ke-18 oleh anggota Bani Utbah
suku,
juga
dikenal
sebagai
Al-Khalifa,
Al-Sabah,
Al-Roumi,
40
Guraine yang diberi nama oleh Utbah Bani yang mendirikan kota dan
Pelabuhan Guraine dan menyebutnya Kuwait ("benteng kecil," dari kut
teh, "benteng"), dengan kata lain Kuwait berarti sebuah benteng kecil yang
berada di dekat laut.
Keinginan pemerintah Kuwait sangat kuat untuk lepas dari
kekuasaan pemerintahan Inggris yang telah lama menanamkan pengaruh
di Kuwait, sehingga pada tahun 1913 Konvensi di Anglo-Ottoman, Inggris
setuju dengan Kekaisaran Ottoman dalam mendefinisikan Kuwait sebagai
" caza otonom " yang berarti bahwa pemerintahan Kuwait tidaklah
independen, melainkan sub-otonom dari Kekaisaran Ottoman dan berada
di bawah pengawasan Inggris. Dalam konvensi tersebut juga diputuskan
bahwa Syaikh Mubarak memiliki kewenangan memperluas wilayah
hingga radius 80 km, dari ibu kota. Wilayah ini ditandai dengan lingkaran
merah dan termasuk pulau-pulau Auhah, Bubiyan, Failaka, Kubbar,
Mashian, dan Warba.
Setelah Perang Dunia I , Kekaisaran Ottoman kalah dan Inggris
membatalkan Konvensi Anglo-Ottoman dan menyatakan bahwa Kuwait
menjadi sebuah negara yang "sheikhdom independen, yakni negara yang
di bawah protektorat Inggris. Pada tanggal 6 Juli 1961, Kuwait secara
resmi diterapkan untuk keanggotaan di PBB. Dan pada hari yang sama,
Inggris mengajukan rancangan resolusi oleh Dewan Keamanan yang akan
memanggil semua Negara untuk menghormati kemerdekaan dan integritas
41
bantuan
asing.
Negara
Kuwait
berperan
penting
dalam
pembentukan Dewan Kerjasama Teluk pada tahun 1981, melalui negaranegara Teluk menjaga keamanan regional, stabilitas, dan kemajuan.
1. Sistem Politik Dan Pemerintahan Kuwait
Kuwait adalah negara Islam, kurang lebih 91,5% penduduk
beragama Islam.
Meskipun demikian, terdapat pula kelompok Kristen dalam jumlah kecilkecil, seperti Protestan, Katolik Roma, Gereja Ortodoks, Gereja Suriah,
dan Gereja Armenia. Dominan dekatnya hubungan sejarah masa silam
negara-negara Arab, tidak mengherankan apabila kesamaan dan saling
berpengaruh akan tradisi budaya Timur-tengah, sosial, geografis, ekonomi
(sebagai sesama negara penghasil minyak), dan agama. Itulah mengapa
negara kecil Kuwait memiliki citra diri yang kuat sebagai negara Islam,
kaya raya dan modern dengan ciri khasnya.57
Kuwait adalah sebuah negara yang menganut sistem politik monarkhi
konstitusional, yakni sebuh kerajaan yang didirikan di bawah sistem
57
Geography,
dikutip
pada
tanggal
http://www.countrystudies.us/Persian-gulf-states/18.html.
10
November
2007,
dari
42
58
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam-Prespektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Rajawali
Press; Jakarta, 2009. Hal 95
59
Ibid
60
Ibid
61
Kisah Dari Kuwait, dari http://www.bkkbn.go.id , diakses tanggal 15 Oktober 2007
43
berbagai
bidang
industri.
Hal
ini
memicu
perempuan
Kuwait
44
dan
non-blok
dan
dan
internasional
mengupayakan
sebagai
titik
simpati
berat
dan
perlindungan
pekerjaan
masyarakat
diplomatiknya.
Aktif
Ibid
45
menganggap,
PBB
harus
memainkan
peranannya
untuk
64
Ibid
46
47
48
mendirikan
lembaga
pendidikan
sosial
dan
individual
BAB IV
65
Ida Ruwaida Noor, Agenda Demokratisasi Oleh dan Untuk Perempuan, dalam jurnal demokrasi
& HAM, The Instituite for Democracy and Human Right, The Habibe Center, Jakarta Vol. 1 No.
1 Mei Agustus, 2000, Hal. 127
49
50
51
Tahun
2006
yang
lalu,
perempuan
Kuwait
telah
52
memilih dan dipilih sehingga terlibat dalam kegiatan politik sesuai dengan
keputusan Undang-undang yang telah di amandemen.
A. Perjuangan
Hak
Politik
Kaum
Perempuan
di
Kuwait
Setelah
setelah
kemerdekaan
Kuwait
tetapi
tidak
melibatkan
tahun
2006. Pemerintahan
konservatif
Emirat
Kuwait
53
pengumuman
dilakukan,
sambutan
tepuk
tangan
hak-hak
politik
mereka.
Pemerintahan
al-Sabah
54
55
Mufarreh sebagai ketua Persatuan Nasional Pelajar Kuwait yang juga turut
andil dalam kampanye menjelang pemilu 2006, yang mendukung penuh
para calon legislatif perempuan. Semangat dan konsistensi mereka yang
menyala-nyala dalam memperjuangkan cita-cita tesebut telah memupus
ungkapan klise yang menyudutkan perempuan sebagai makhluk rapuh dan
mudah goyah.
Tekad bulat dan tidak kenal menyerah kaum perempuan dalam
perjuangan ini telah melahirkan persatuan yang alamiah
atau sinergi
56
voting
amandemen
itu,
35
setuju
dan
23
menentang.
Ibid
Ibid
http://www.suaramerdeka.com/harian /0606/30/int04.htm
57
58
perkembangan jaman dan kitab tersebutlah yang menjadi dasar Islami bagi
konstitusi Kuwait, sehingga pemerintah pun mau melakukan telaah
kembali bagi kebijakan-kebijakan pemerintah Kuwait yang bias gender.
5) Faktor Kelima, faktor sosial budaya masyarakat yang menghormati
perempuan mulia dalam sejarah Islam, misalnya, Putri Rasulullah SAW,
Fatimah Az-Zahra, dimana kemuliaan Fatimah, perilakunya yang santun,
lemah lembut, pintar, berani dan bijak, dijadikan doktrin nilai-nilai yang
dianut masyarakat Kuwait. Nilai-nilai ini berisi ajaran agar kaum laki-laki
dan perempuan saling menghargai, menghormati hak dan kewajiban
masing-masing.
Kemudian beberapa kaum perempuan yang sangat menonjol dalam
berbagai pergerakan. Diantaranya adalah Dr. Rasha Al-Sabah, Wakil
Sekretaris Pendidikan Internasional (Wanita Perempuan untuk PBB) untuk
tahun 1996-1997 oleh International Biographical Center (IBC) di
Cambridge, England. Dr. Rasha Al-Sabah banyak berjasa dalam bidang
pendidikan, kebudayaan, dan ketertindasan perempuan. Setelah itu, ada
Nabila Al-Mulla, yang ditunjuk sebagai Duta Perempuan pertama PBB.
Dia adalah seorang mantan deputi perwakilan tetap Kuwait di PBB.
Selanjutnya ada Fayza Al-Khorafi yang merupakan professor pertama
wanita di Kuwait. Dia adalah ilmuwan berprestasi, dan wanita Arab
pertama yang ditunjuk sebagai Rektor dari sebuah Universitas di Arab
pada tahun 1993. Sara Akbar, seorang insinyur Perminyakan, Memainkan
peran dalam memadamkan kebakaran minyak setelah Perang Teluk dan
membersihkan salah satu bencana lingkungan terburuk dalam sejarah. Dia
59
70
60
61
Ali Hosein Hakeen, et. al, Membela Perempuan Menakar Feminisme dengan Nalar Agama,
Al-Huda, Tahun 2005, Hal 16 - 40
72
Rukayyah, Perjuangan Emansipasi Perempuan Dalam Politik, Kelompok Anggrek, Mon
Jambee, Bireuen, Aceh Jeumpa, Tahun 2009. Hal. 2
62
adalah sebagai istri dan ibu. Sistem nilai patriarki, kaku dan tradisional
menampilkan peran-peran yang tersegresi secara seksual, dan ini yang disebut
sebagai nilai-nilai kultural tradisonal yang telah mendunia.
Anggapan-anggapan yang dijadikan kultur dan dikulturkan oleh
hampir sebagian besar masyarakat dunia, menjadi salah satu penghalang bagi
para kaum perempuan Negara Kuwait untuk memperjuangkan aspirasi
politiknya, menghalangi terjadinya kemajuan, perkembangan serta kreativitas
perempuan.Masyarakat di seluruh dunia didominasi oleh suatu ideologi
tentang kedudukan perempuan. Menurut ideologi ini, perempuan tidak
harus memainkan peran ibu yang bekerja, yang secara umum diupah rendah
dan apolitis.
Ini adalah lingkungan yang paling banyak dihadapi oleh perempuan
yakni suatu imajinatif kolektif yang pasti tentang perempuan dalam peranperan tradisional yang terus berlangsung. Imajinasi tentang seorang pemimpin
adalah
seorang yang
bersifat
aseksual
dalam
berbagai
sikap dan
63
partisipasi aktif dalam bidang politik, yang dilakukan untuk kepentingan kaum
perempuan. Hal ini pulalah yang dialami oleh kaum perempuan di Negara
Kuwait. Media massa di Negara Kuwait untuk beberapa masa, termasuk
publikasi-publikasi perempuan tidak diinformasikan secara memadai. Media
massa pun juga hampir tidak pernah mengangkat isu-isu yang berkaitan
dengan langkah perempuan dalam masyarakat; tidak juga mengangkat isu-isu
yang berkaitan dengan langkah-langkah pemerintah untuk memperbaiki posisi
kaum perempuan. Ini bisa dilihat dari 80% propaganda media massa berusaha
menunjukkan lemahnya sistem Negara Kuwait dalam mengangkat martabat
perempuan. Padahal data-data resmi menunjukkan kemajuan yang signifikan
yang dicapai oleh kaum perempuan Kuwait dalam sebuah sistem Islam di
Kuwait.74
C. Prospek Perjuangan Politik Kaum Perempuan Di Kuwait
Selain kendala-kendala yang dihadapi, ada juga beberapa hal yang
mendorong terjadinya perubahan kebijakan di Negara Kuwait terhadap kaum
perempuan dan yang secara signifikan telah mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya gerakan perempuan di Negara Kuwait, yang menjadikan hal
tersebut merupakan prospek pergerakan dan perjuangan politik kaum
perempuan memiliki harapan yang sangat menjanjikan, diantaranya:
1. Sikap fleksibilitas para pemimpin
Cara pandang dan paham yang dianut Negara Kuwait setelah
mengalami beberapa kali reformasi, banyak berpengaruh terhadap perlakuan
74
Ibid
64
Negara Kuwait kepada kaum perempuan. Hal ini ditandai dengan pemenuhan
hak Pendidikan oleh Negara yang sudah dilaksanakan secara efektif.
Adapun landasan dan sumber Islami tentang wanita yang saat ini telah
mampu menggeser paradigma Negara Kuwait tentang kedudukan perempuan,
sebagai berikut:75
a. QS. Ar-Ruum (30): 22
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Ia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang
b. QS. An-Nahl (16): 97
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari yang
mereka kerjakan
Perempuan juga bisa lebih tinggi di atas laki-laki. Pandangan ini
berlaku untuk laki-laki sebagai anak kepada perempuan sebagai ibu.
Dalam salah satu Hadits Nabi, dikatakan:Ridlallhi fi ridla al-wlidain
wa sukhthullhi fi sukhthi al-wlidain/Perkenan Allah tergantung pada
perkenan orang tua, dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua.
Sementara itu, yang dimaksud dengan kedua orang tua sebagai
pihak yang berhak memperoleh penghormatan dan kebaktian dari sang
anak, pertama kali adalah orang tua perempuan (ibu), baru kemudian
orang tua laki-laki (bapak). Dalam salah satu Hadits Nabi yang banyak
75
Charles J. Adams, Islamic Religious Tradition dalam Leonard Rindei (ed). The Study of
Middle East (New York: John Wiley & Sons, 1976), h. 32.
65
76
Masdar Helmi, Problem Metologis Dalam Kajian Islam, dalam Paramedia, Jurnal
Komunikasi dan Informasi Keagamaa, (Surabaya, Pusat Penelitian IAIN Sunan Ampel, 2000),
hal. 6 8
77
Ibid Hal 11
66
67
untuk juga dapat berpartisipasi aktif dan duduk di kursi parlemen, maka kaum
perempuan pun saat ini telah bebas bertanggung jawab untuk aktif dalam
kegiatan-kegiatan kenegaraan di berbagai aspek.
3. Pengaruh perkembangan Global
Saat memiliki kesempatan untuk menduduki kursi parlemen, kaum
perempuan Negara Kuwait telah gencar untuk mencari dukungan dari berbagai
pihak. Gerakan reformasi yang kini sedang gencar menggeliat di Negaranegara Arab, tekanan dalam negeri dan internasional berpadu menjadi sebuah
kekuatan yang mengoyak tabir status quo di Kuwait. Di dalam negeri, kaum
wanita telah berjuang hampir 40 tahun demi mendapatkan hak politiknya.
Perjuangan
tersebut
menemui
titik
terang
ketika
Amerika
Serikat
78
Julia Cleves Mosee, Gender Dan Pembangunan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Tahun 1996
Hal. 106
68
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN - SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan data-data dan fakta-fakta tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam perjuangan memperoleh hak-hak politik kaum perempuan di
Negara Kuwait, gerakan feminis dari para aktifis yang menfokuskan
perhatian mereka terhadap diskriminasi dan subordinasi terhadap kaum
perempuan dalam bidang politik sangat berperan besar.
70
71
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Adams,CharlesJ. 1976 "IslamicReligiousTradition" TheStudyof
MiddleEastNewYork:JohnWiley&SonsPress
Azwar. 2011. Teror dalam Tatanan Struktur Politik.. PT. Gramedia;
Jakarta
Bashin,KamladanNighatSaidKhan.1995.PersoalanPokokMengenai
Feminisme dan Relevansinya. PT. Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta
BudiarjoMiriam.1981.DasarDasarIlmuPolitik.PT.Gramedia;Jakarta
CEDAW. 2004. Konvensi Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan Mengembalikan HakHak Perempuan.
NewYork;PartnersforLawinDevelompent(PLD)
ChesterL,HortonPaulBdanHaunt.1992. Sosiologi(terjemahan)edisi
ke6,Erlangga;Jakarta
72
MansourFakih.1991.AnalisisGenderdanTransformasiSosial,Pustaka
Pelajar,Yogyakarta
Hakeem,AliHosein.2005. MembelaPerempuanMenakarFeminisme
denganNalarAgama.Jakarta;PenerbitErlangga
YubaharIlyas.1998.PerempuandanKekuasaan(MenelusuriHakPolitik
dan Persoalan Gender dalam Islam, Zaman Wacana Mulia,
Bandung
Jafar,Dr.MuhammadAnisQasim.1988. PerempuandanKekuasaan
(Menelusuri Hak Politik dan Persoalan Gender dalam Islam).
Bandung;ZamanWacanaMulia
Khan, Said. 2011 Wanita, Gender dan Feminisme Perjuangan
PartisipasiPolitikKaumPerempuan.RajawaliPress;Jakarta
Mernissi, Fatimah. 1999. Pemberontakan Wanita Peran Intelektual
KaumWanitadalamSejarahMuslim.Mizan;Bandung.
Mosse,JuliaCleves.1999.GenderdanPembangunanYogyakarta;Rifka
AnnisaWomensCrisisCentredanPustakaPelajar
Noor, Ida Ruwaida. 2000. Agenda Demokratisasi oleh dan Untuk
Perempuan, The Institute for Democracy and Human Right,
Jakarta;TheHabibeCentre
Patrik,Kirk.1994. PartisipasiPolitikKaumWanita,PT.DanurWijaya
Press;Surabaya,
RobertA.Dahl.1971. ParticipationandOpposition,NewHaven;Yale
UniversityPress
Rukayyah . 2009. Perjuangan Emansipasi Perempuan dalam Politik,
AcehJeumpa;KelompokAnggrek,MonJambee,Bireuen
Saldi, Saparinah. 1995. Pengantar tentang Kajian Wanita, Jakarta;
YayasanOborIndonesia.
Siskel,Suprijadi.2004.Gender.PT.DanurWiajayPress;Surayabaya
Sorensen, George. 1993 Women in Democracy and Democratization:
ProcessandProspectinAChangingWorld.Boulder;Westview
Press.
73
74