Anda di halaman 1dari 3

Nama : Arkhan Naufal

NIM : 215120100111058
Kelas : Gerakan Sosial B-4

Gerakan Sosial Women’s March di Indonesia

Women’s March merupakan sebuah gerakan sosial yang berusaha untuk menyuarakan
isu-isu perempuan dan menyatakan perlawanan dari kaum perempuan. Women’s March ini
dipelopori oleh warga negara Amerika Serikat, tepatnya di daerah Washington DC pada 21
Januari 2017. Gerakan ini terjadi disebabkan presiden Amerika Serikat yaitu Donald Trump
yang memberikan pernyataan atau perkataan kurang pantas terhadap perempuan di hadapan
publik. Oleh karenanya, yang pada awalnya hanya sebuah aksi protes di media sosial
Facebook, namun hal tersebut menjadi sebuah pelopor untuk mengumpulkan dan
memobilisasi massa untuk turun aksi ke jalan dengan tujuan dan misi yang sama, membela
hak-hak asasi manusia terutama perempuan secara global, bukan hanya Amerika saja.
Munculnya gerakan Women’s March di negara bagian Amerika secara cepat menyebar dan
menjadi gerakan sosial yang lingkupnya dunia. Berdasarkan info dari website Sister March,
ada sekitar 2,6 juta lebih masyarakat baik perempuan atau laki-laki yang turut andil dalam
673 pawai yang berlangsung di sekitar 50 negara bagian Amerika Serikat dan 32 Negara di
dunia, termasuk Indonesia. Proses terbentuknya gerakan Women’s March di Indonesia ini
sendiri dimulai pada tahun 2017 yang dimana melibatkan banyak organisasi ataupun individu
yang turut andil di dalamnya. Dalam perencanaannya, sekelompok perempuan yang
tergabung dari berbagai organisasi dengan misi dan tujuan yang sama sebagai pelopor dari
gerakan Women’s March di Indonesia bekerja sama dan berdiskusi untuk mempertimbangkan
adanya gerakan ini di Indonesia, pada saat itu di Jakarta. Gerakan pertama berhasil terlaksana
pada 4 Maret 2017 berbarengan dengan Women’s Day diikuti oleh ribuan masyarakat baik
laki-laki atau perempuan yang mendukung hak-hak asasi manusia terutama perempuan
khususnya di Indonesia.
Adapun tujuan dari gerakan Women’s March dapat terlihat dari alasan munculnya
gerakan ini terjadi karena isu-isu perempuan, seperti kekerasan terhadap perempuan,
diskriminasi dan minoritas terhadap perempuan ataupun laki-laki, dan tidak berjalannya hak-
hak asasi manusia terutama perempuan ataupun lainnya. Tujuan awal dari gerakan ini adalah
perlawanan masyarakat dan kaum perempuan Amerika terhadap pernyataan dan kebijakan
presiden mereka, Donald Trump yang dianggap merugikan hak-hak perempuan. Namun,
Tujuan utama dari gerakan Women’s March hingga muncul sebagai gerakan dunia yaitu
untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dengan adanya kesetaraan gender serta
memperjuangkan hak-hak asasi secara umum. Oleh karena itu, tidak heran jika sangat banyak
massa aksi dari gerakan ini karena isu dan permasalahan yang diangkat tidak menjadi
keresahan beberapa orang saja namun sudah menjadi keresahan dan permasalahan yang
terjadi di sebagian besar dunia, termasuk Indonesia.
Dalam proses terbentuknya kepemimpinan, gerakan Women’s March ini dikatakan
sebagai sebuah gerakan sosial yang tanpa pemimpin namun dipelopori oleh seseorang yang
menyatakan keresahannya di media sosial dan divalidasi oleh sebagian besar masyarakat. Di
Indonesia, kepemimpinan dalam keberlangsungan gerakan Women’s March terbentuk
melalui tingkat partisipasi dan komunikasi seseorang dengan elemen, organisasi, atau
kelompok yang bersangkutan. Walau tidak adanya kepemimpinan yang jelas dalam adanya
gerakan ini, namun dalam setiap keberlangsungan gerakan pastinya ada salah satu pihak yang
memfasilitasi atau mengkoordinir serta bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut.
Gerakan Women’s March di Jakarta contohnya, ada sebuah pihak atau kelompok yang
menjadi koordinator serta penanggung jawab dengan adanya organisasi penyelenggara.
Organisasi atau kelompok penyelenggara itulah yang akan menjadi sebuah pemimpin di
dalam keberlangsungan gerakan sosial.
Ada beberapa aktor yang berperan dalam gerakan Women’s March baik di Indonesia
ataupun negara-negara lainnya. Pertama adalah pemerintah yang merupakan aktor pemilik
kuasa dan wewenang terhadap birokrasi dan peraturan negara atau masyarakat. Pemerintah
sebagai pihak yang memiliki kekuasaan justru terlihat seenaknya sendiri dengan apa yang
mereka dapat lakukan tanpa memikirkan masyarakat, dalam gerakan ini terutama perempuan.
Undang-Undang dan peraturan lainnya yang masih kurang berpihak kepada para perempuan
menjadi alasan bagaimana masyarakat melakukan aksi dan gerakan ini. Selain itu, adanya
peran aktor organisasi atau kelompok yang menjadi pelopor atau pendiri dari gerakan
Women’s March. Mereka menjadi garda terdepan dari terlaksananya gerakan ini mulai dari
perencanaan, kepemimpinan, dan bahkan koordinasi. Selanjutnya ada masyarakat yang
berperan sebagai massa yang mendukung gerakan ini sehingga menjadi gerakan yang
menyebar luas ke penjuru dunia. Tanpa adanya masyarakat baik laki-laki ataupun perempuan,
gerakan ini hanyalah menjadi permasalahan dan isu belaka saja tanpa adanya aksi untuk
menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia terutama perempuan. Dari adanya
peran aktor tersebut, maka terbentuklah sebuah jejaring melalui berbagai cara. Seperti
contohnya dari media sosial, gerakan Women’s March yang pada awalnya hanya sebuah
unggahan keresahan di media sosial dari warga negara Amerika Serikat pada akhirnya
menjadi sebuah gerakan yang dapat memperjuangkan dan sebagai simbol perlawanan kaum
perempuan. Media sosial menjadi salah satu tempat penyebaran berbagai isu-isu tentang
perempuan yang banyak mendapat dukungan dari pengguna media sosial lainnya. Selain itu,
adanya kelompok atau organisasi yang menjadi pelopor dari gerakan ini di Indonesia sukses
menjadi penggerak kesadaran dan meningkatkan solidaritas masyarakat untuk mendukung
dan menyelenggarakan aksi.
Strategi dalam gerakan Women’s March dilakukan dengan berbagai cara. Cara
pertama ialah dengan adanya kampanye di media sosial seperti yang dilakukan pertama kali
oleh warga negara Amerika Serikat. Selain itu, media sosial dapat digunakan untuk
menyebarkan isu-isu tentang perempuan dan peraturan yang merugikan hak-hak perempuan
seperti hal yang menjadi poin-poin terjadinya gerakan Women’s March. Media sosial menjadi
salah satu aspek penting dalam pelaksanaan gerakan ini untuk mengundang massa atau
meminta dukungan dari masyarakat. Strategi lain yang dilakukan adalah dengan cara turun
aksi ke jalan. Seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, Women’s March adalah salah satu
gerakan terhadap perlawanan hak-hak asasi manusia ataupun perempuan yang dilakukan
dengan cara pawai dan berkumpulnya berbagai kelompok atau individu di jalanan demi
terealisasikannya tujuan dari gerakan Women’s March. Hal lain yang dilakukan dalam
gerakan ini adalah adanya sosialisasi terhadap masyarakat terhadap isu-isu perempuan, serta
adanya kerja sama antar organisasi atau kelompok untuk memperkuat suara dan
meningkatkan massa dalam keberlangsungan gerakan Women’s March.
Daftar Pustaka

Al Ayubi, M. S., & Zahidi, M. S. (2022). Perbandingan Pengaruh Women’s March terhadap
Kebijakan Publik di Indonesia dan Amerika Serikat [Comparison of the Effect of the
Mowen’s March on Public Policy in Indonesia and The United States]. Jurnal Politica
Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan Hubungan Internasional, 13(1), 119–142.
https://doi.org/10.22212/jp.v13i1.2910
Rifqi, R. A. (2018). NALISIS FENOMENA GERAKAN WOMEN’S MARCH DAN RESPON
MEDIA. 21, 1–9.
Saputri, E. A. (2020). Gerakan Sosial Women’s March Jakarta dalam Melakukan Konstruksi
atas Anti Kekerasan Seksual pada Perempuan di Indonesia. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 1–32. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/86185

Anda mungkin juga menyukai