Disusun Oleh:
161006128
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Isu terkait rendahnya kesetaraan gender memang bukan lagi hal baru,
namun sampai saat ini hal tersebut masih juga menjadi permasalahan.
permasalahan kesetaraan gender. Maka dari itu analisis feminisme tidak lagi
tentang jumlah kasus kekerasan, pada tahun tersebut melalui 393 lembaga
(KDRT) menjadi kasus yang paling tinggi yang dilaporkan, yaitu sebanyak
95,61%. Tentu hal ini menjadi salah satu tanda bahwa pola relasi gender di
begitu rendah.
Pola relasi gender yang timpang tidak melulu terkait kekerasan, namun
tangga. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hill Asean
istrinya dalam mengurus rumah tangga. Dari penelitian tersebut, dapat terlihat
Begitu juga dengan hasil dari studi yang dilakukan oleh Blumstein dan
pekerjaan rumah. Dari hasil studi tersebut juga dapat dilihat bahwa suami
juga perlu menyadari posisinya yang diuntungkan, dan perlu untuk terus
HeForShe.
Selain HeForShe gerakan laki-laki dalam mendorong upaya
sifatnya global.
Dalam konteks Indonesia, sejak akhir tahun 2000 gerakan laki-laki pro
feminis atau male feminist sudah mulai bermunculan dengan dimotori oleh
Anti Kekerasan) sebagai bentuk upaya laki-laki untuk lebih terlibat dalam
Baru” yang selanjutnya disebut ALB. ALB sendiri merupakan aliansi yang
lahir dari organisasi non profit perempuan dan individu yang bertujuan untuk
dengan berbagai cara mulai dari advokasi terhadap kasus kekerasan gender,
makna laki-laki.
gender yang masih aktif di Indonesia. Selain itu peneliti merasa penelitian ini
perlu dilakukan juga karena peneliti ingin mengetahui lebih lanjut metode-
metode seperti apa yang digunakan oleh ALB dan kontribusi laki-laki dalam
pemaknaan ulang atas menjadi laki-laki. Makna laki-laki yang dimaksud yaitu
makna yang diamini dalam budaya patriarki, yaitu laki-laki lebih tinggi dan
tangga).
gender?
kesetaraan gender di Belgia dan Prancis pada akhir 1960 sampai awal
1980. Gerakan laki-laki pro-feminis pada masa itu digagas oleh laki-laki
pada masa itu juga laki-laki pro-feminis mengambil jarak dengan struktur
gerakan perempuan. Mereka mengupayakan gerakan perempuan dapat
gender namun dalam konteks di Belgia dan Prancis pada tahun 1967
sampai 1984.
mendapat pertentangan dari pihak laki-laki karena sifatnya yang rigid, dan
patriarki yang sifatnya lebih fleksibel dan memberi banyak alternatif, alih-
identitas yang menawarkan pilihan alternatif perilaku dan gaya hidup bagi
tidak hanya isu dari perempuan saja, laki-laki juga merasakan keresahan
lewat menawarkan pilihan alternatif perilaku dan gaya hidup bagi laki-
laki.
Penelitian kelima dilakukan oleh Larasati, Ira (2019) dengan judul
edukatif tentang keadilan gender. Selain itu lewat media sosial juga ALB
menjadi perbedaan dalam penelitian kali ini adalah konteks wilayah dan
1. Kesetaraan Gender
relasi gender ini bermula dari yang disebut Kate Millet sebagai
femninin.
2. Laki-Laki Pro-Feminis
ibu, nenek, dan atau menjadi anak laki-laki dari ibu yang dipoligami
perempuan.
ikut serta dalam gerakan, namun membatasi diri agar tidak ikut dalam
makna maskulinitas.
3. Gerakan Sosial
Gidden (dalam Sunarko, 2006) menyebutkan gerakan sosial
bahwa sifat utama gerakan sosial adalah upaya kolektif yang diarahkan
dari sebelumnya.
pengertian pada era baru gerakan sosial yang dimulai sekitar tahun
baru.
menghindari oligarki,
kaku.
dipandang muncul dan terbangun atas dasar fondasi budaya patriarki yang
deskriptif dipilih peneliti dengan alasan karena dalam penelitian ini tidak
individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kualitatif yang deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian ini. Penelitian ini
gerakan male feminist dengan fokus Aliansi Laki-Laki Baru (ALB) dalam
dan juga pendiri Aliansi Laki-Laki Baru. Koordinator wilayah dipilih oleh
dilakukan oleh wilayah, lalu dari data-data teknis tersebut peneliti ingin
gender di Indonesia?
dilakukan untuk
2 Laki-Laki Pro- Menurut Kris Budiman (2000) - Kontribusi laki-laki - Menurut ALB, kontribusi
Feminis laki-laki feminis adalah laki- - Upaya laki-laki seperti apa yang bisa
budaya. perempuan?
3 Gerakan Sosial Gidden (dalam Sunarko, 2006) - Ideologi dan tujuan - Apa prinsip-prinsip utama
melakukan gerakan?
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
melakukan dokumentasi.
1. Wawancara
mendalam.
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa
2. Dokumentasi
Sugiyono: 2016).
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
pengambilan data.
3. Penyajian Data
verifikasi.
Agger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis: Kritik, Penerapan dan Implikasinya.
Yogyakarta: Kreasi Wacana
Blumstein, Philip & Schwartz, Pepper. 1983. American Couples: Money, Work, Sex.
New York: Pocket Books.
Conlin, S. E., & Heesacker, M. 2017. Feminist men?: examining men’s feminist self-
identification, activism and the impact of language. Journal of Gender Studies, 1–15.
Cornish, P. 1999. Men Engaging Feminism: A Model of Personal Change and Social
Transformation. The Journal of Men’s Studies, 7(2), 173–199.
E. Casey & Smith, T. 2010. “How Can I Not? Men's Pathways to Involevement in
Anti-Violence Against Women Works”. Violence Against Women, 16 (8). 953-973.
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta: Jalasutra.
Hasyim, Nur & Murdjiana. 2016. Laki-Laki dalam Asuhan Feminisme. Jakarta:
Oxfam.
Hasyim, Nur. 2020. Good Boys Doing Feminism. Yogyakarta: Buku Mojok.
Huberman, Michael & Miles. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Jakarta: UIP
Nelson, J. A., & England, P. 2002. Feminist Philosophies of Love and Work. Hypatia,
17(2). 1–18.
Sugihastuti & Sastriyani, Siti. 2007. Glosarium Seks dan Gender. Yogyakarta:
CarasvatiBooks.
Suharko. 2006. Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 10 (01). 12-27.
Sukmana, Oman. 2016. Konsep dan Teori Gerakan Sosial. Malang: Intrans
Publishing.