Anda di halaman 1dari 134

1

NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PROSES


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3
PALEMBANG

Tesis
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
dalam Program Studi Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

RAHMAT FAJRI
NIM. 090101031

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama
NIP

: Prof. Dr. Indawan Syahri, M.Pd


: 19670323 199303 1 001

2. Nama
NIP

: Dr. Idrus Alkaf, MA


: 19690802 199403 1 004

dengan ini menyetujui bahwa tesis berjudul NILAI-NILAI MULTIKULTURAL


DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
NEGERI 3 PALEMBANG yang ditulis oleh:
Nama
Nomor Induk
Program Studi
Kosentrasi

: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Islam
: Pemikiran Pendidikan Islam

untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah Tertutup pada Program Pascasarjana UIN
Raden Fatah Palembang.

Pembimbing I,

Palembang,
Pembimbing II,

Prof. Dr. Indawan Syahri, M.Pd


Nip. 19670323 199303 1 001

Dr. Idrus Alkaf, MA


Nip. 19690802 199403 1 004

PERSETUJUAN TIM PENGUJI


SIDANG MUNAQASYAH TERTUTUP

Tesis yang berjudul NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PROSES


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3
PALEMBANG yang ditulis oleh:
Nama
Nomor Induk
Program Studi
Konsentrasi

: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Agama
: Pemikiran Pendidikan Islam

telah dikoreksi dengan seksama dan dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah terbuka pada Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.

TIM PENGUJI:
1. Dr. Nyayu Khodijah, M.Si
NIP.19700825 199503 2 001

.....................................................
Tanggal,

2. Dr. Muhammad Noupal, MA


NIP.19721028 200003 1 001

......................................................
Tanggal,

Ketua,

Palembang,
Sekretaris,

Dr. Edyson Saifullah, Lc. MA


NIP.19611130 200012 1 001

Dr. Munir, M.Ag


NIP.19710304 200112 1 002

PERSETUJUAN AKHIR TESIS


Tesis yang berjudul NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3
PALEMBANG yang ditulis oleh:
Nama
Nomor Induk
Program Studi
Kosentrasi

: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Islam
: Pemikiran Pendidikan Islam

telah dimunaqasyahkan dalam sidang terbuka pada tanggal 28 Januari 2015 dan dapat
disetujui sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam
(M.Pd.I.) pada Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.

TIM PENGUJI:
Ketua

: Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed.


: NIP. 19650927 199103 1 004

.............................................
Tanggal................................

Sekretaris

: Dr. Abdur Razzaq, MA


: NIP. 10790711 200604 1 001

.............................................
Tanggal................................

Penguji I

: Dr. Nyayu Khodijah, M.Si


: NIP.19700825 199503 2 001

.............................................
Tanggal................................

Penguji II

: Dr. Muhammad Noupal, MA


: NIP. 19721028 200003 1 001

.............................................
Tanggal................................

Direktur,

Palembang,
Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed.


Nip. 19650927 199103 1 004

Dr. Muh. Misdar, M.Ag.


Nip. 19630502 199403 1 003

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt., yang telah menganugerahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga Tesis yang berjudul Nilai-nilai Multikultural dalam Proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Palembang dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang telah membimbing manusia ke arah
jalan kebenaran dan kebaikan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis sadari bahwa banyak ditemukan kesulitankesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari dosen
pembimbing, keluarga maupun sahabat-sahabat seperjuangan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan ribuan terima kasih,
terkhusus kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, M.A., selaku rektor UIN Raden Fatah Palembang dan
para pembantu rektor atas segala layanan dan fasilitas yang telah diberikan selama
penulis menempuh studi;
2. Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed., selaku Direktur Program Pascasarjana UIN Raden
Fatah Palembang;
3. Dr. Muh. Misdar, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Islam UIN
Raden Fatah Palembang atas motivasi, koreksi, dan kemudahan pelayanan selama
studi;
4. Prof. Dr. Indawan Syahri, M.Pd. dan Dr. Idrus Alkhaf, MA., selaku pembimbing
tesis yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan,

arahan, koreksi dan masukan-masukan ilmiah kepada peneliti demi sempurnanya


penelitian tesis ini;
5. Segenap Dosen, staf akademik, staf administrasi dan petugas perpustakaan Program
Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang yang telah banyak memberikan
konstribusi keilmuan dan kemudahan-kemudahan selama menyelesaikan studi di
Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang;
6. Segenap civitas Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang khususnya, kepala
sekolah, para guru, dan karyawan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
informasi dalam penelitian;
7. Ayahanda Drs. H.M. Amin Haderi,MM dan Ibunda Hj.Irmi Darwati serta istri saya
Fitriana,S.Pd.I yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa sehingga
menjadi dorongan dalam menyelesaikan studi, semoga menjadi amal yang diterima
di sisi Allah swt. Aamin;
8. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tesis ini, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhirnya, penulis berharap penulisan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Palembang,

Penulis

2015

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Nomor Induk
Program Studi
Kosentrasi

: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Islam
: Pemikiran Pendidikan Islam

Dengan
ini
menyatakan
bahwa
tesis
dengan
judul
NILAI-NILAI
MULTIKULTURAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3 PALEMBANG ini tidak memuat bahanbahan yang sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi
manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Sepengetahuan saya, tesis ini juga tidak
memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun
tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab.

Palembang,

Rahmat Fajri
Nim. 090101031

2015

DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................


Persetujuan Pembimbing .......................................................................................
Persetujuan Tim Penguji Sidang Munaqasyah Tertutup .......................................
Persetujuan Akhir Tesis .........................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................................
Surat Pernyataan .....................................................................................................
Daftar Isi
.....................................................................................................
Daftar Tabel
.....................................................................................................
Daftar Lampiran .....................................................................................................
Daftar Pedoman Transliterasi .................................................................................
Abstrak
.....................................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xi
xii
xvi

Bab
1 PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Latar Belakang Masalah .......................................................................


Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................................
Tinjauan Pustaka ..................................................................................
Definisi Operasional .............................................................................
Kerangka Teori .....................................................................................
Metodologi Penelitian ..........................................................................
Sistematika Penulisan ...........................................................................

1
8
9
9
10
13
14
15
21

2 TINJAUAN TEORITIS NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PROSES


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Multikultural............. ............................................................................
22
B. Nilai-nilai Multikultural.......................................................................
24
1. Toleransi............... ............................................................................
26
2. Kesetaraan.............. ..........................................................................
31
3. Kejujuran............... ...........................................................................
32
4. Amanah................ .............................................................................
34
5. Solidaritas.........................................................................................
36
6. Kerjasama.......................................................................................... 38
7. Husnuzan............................................................................................ 40
8. Percaya diri......................................................................................... 41
9. Pemaaf................................................................................................ 44

C. Proses Pembelajaran .............................................................................


1. Pengertian Proses Pembelajaran......................................................
2. Tujuan Pembelajaran........................................................................
3. Komponen-komponen Pembelajaran...............................................
a. Guru..............................................................................................
b. Siswa.............................................................................................
c. Materi Pembelajaran.....................................................................
d. Metode Pembelajaran....................................................................
e. Media Pembelajaran......................................................................
f. Evaluasi Pembelajaran..................................................................
D. Pendidikan Agama Islam................................................................... .. ...
1. Pengertian Pendidika Agama Islam...................................................
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam......................................
a. Dasar Yuridis...................................................................................
b. Segi Riligius....................................................................................
c. Aspek Psikologis.............................................................................
3 PROFIL SMA NEGERI 3 PALEMBANG
A. Sejarah SMA Negeri 3 Palembang .......................................................
B. Visi Misi dan Tujuan SMA Negeri 3 Palembang .................................
C. Keadaan Guru dan Pegawai SMA Negeri 3 Palembang ......................
D. Keadaan Siswa SMA Negeri 3 Palembang ..........................................
E. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 3 Palembang..................
F. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 3 Palembang...........................
G. Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Palembang....................................
4 HASIL PENELITIAN
A. Proses Pembelajaran PAI di SMA Negeri 3 Palembang.. ..................
B. Nliai-nilai Multikultural yang terdapat dalam proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Palembang.......................
5 SIMPULAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran-saran ..........................................................................................
REFERENSI
RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN

45
45
47
48
49
50
51
52
53
53
54
54
59
59
60
61

64
67
68
70
71
73
74

83
98
120
121

10

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

Nama-nama kepala sekolah SMA Negeri 3 Palembang


Keadaan umum jumlah guru dan pegawai SMA Negeri 3 Palembang
Daftar nama pegawai SMA Negeri 3 Palembang
Keadaan umum jumlah siswa SMAN 3 Palembang 2014-2015
Keadaan Sarana Prasarana SMA Negeri 3 Palembang

11

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
Lampiran IX
Lampiran X
Lampiran XI
Lampiran XII
Lampiran XIII
Lampiran XIV

Panduan Observasi 1
Panduan Wawancara 1
Panduan Wawancara 2
Panduan Dokumentasi
Hasil Translit Wawancara
Daftar nama kepala sekolah (1961-2014)
Struktur organisasi SMAN 3 palembang 2014/2015
Daftar nama guru SMA negeri 3 palembang 2014/2015
Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lembar Konsultasi Pembimbing II
SK Pembimbing
Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian dari Lokasi Penelitian
Biodata Penulis

12

PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam tesis ini berdasarkan Keputusan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan
No. 0543 b/u/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan
dengan huruf, dalam Transliterasi ini sebagian dilambangkan huruf dan sebagian
dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda
sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasinya dengan huruf Latin.
Huruf Arab

Nama
Alif

Huruf Latin
tidak dilambangkan

Nama
tidak dilambangkan

Ba

Ta

Be
Te

Jim

Es (dengan titik di atas)


Je

a
Kha

ha (dengan titik di bawah)

Kh

Dal

ka dan ha
De

al
Ra

Zet (dengan titik di atas)


Er

Zai
Sin

Z
S

Zet
Es

Syin

Sy

Es dan ye

ad
ad

Es (dengan titik di bawah)


De (dengan titik di bawah)

a
Ain

.......

Te (dengan titik di bawah)


Zet (dengan titik di bawah)

Gain

Fa
Qaf
Kaf

F
Q
K

Lam

Mim
Nun
Wau
Ha

M
N
W
H

Koma terbalik di atas


Ge
Ef
Ki
Ka
El
Em
En
We
Ha

13

Apostrof

Hamzah
..'..

Ya
Y
Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a) Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
Fathah
A
A
Kasrah
I
I

Dammah
U
U
Contoh:

- kataba
- faala
- ukira
- yahabu
-su'ila

b) Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat
dan huruf, transliterasi gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan Huruf
....
....

Nama
Fathah dan ya
Fathah dan wau

Gabungan huruf
Ai
Au

Nama
a dan i
a dan u

Contoh:
- kaifa
- haula
c)

Maddah
Maddah atau vokal panjang lambangnya
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf

Nama

Huruf dan
Tanda

dengan

harkat

dan

Nama

.... ....

Fathah dan alif atau ya

a dan garis di atas

...

Kasroh dan ya

i dan garis di atas

....

Dammah dan waw

u dan garis di atas

Contoh:

huruf,

14

- qla
- ram
- qla

- yaqlu
d) Ta' Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:
1) Ta Marbutah hidup
Ta marbutah yang hidup atau yang mendapat harkat fathah, kasroh dan dammah,
transliterasinya adalah /t/.
2) Ta' Marbutah mati
Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/.
3) Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta
marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
! - rauah al-afl
- rauatul afl
#$% # &$% - al-Madnah al-Munawwarah
- al-Madnatul Munawwarah

e) Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut
dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah tersebut.
Contoh:
#' - rabban
)(- nazzala
*% - al-birr
+ ) - nu'ima
,-% - al-hajju
f) Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu .
Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariah.
2) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang
langsung mengikuti kata sandang itu. Pola yang dipakai ada dua, seperti berikut:
3) Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.
Kata sandang yang diikuti huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan aturan
yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun qamariah, kata sandang ditulis terpisah
dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.

15

Contoh:
. %
/$0%
1 &*%
&2%
+3 %
45%

- ar-rajulu
- asy-syamsu
- al-badyu
- as-sayyidatu
- al-qalamu
- al-jallu

g) Hamzah
Dinyatakan di depan Daftar Transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah
ditransliterasikan dengan opostrof. Namun, hal ini hanya terletak di tengah dan akhir
kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan
Arab berupa alif.
Contoh:
1) Hamzah di awal:

- umirtu

- akala
2) Hamzah ditengah:
9 78
- ta'khuna
3 78
- ta'kulna
3) Hamzah di akhir:

- syai'un
#%
- an-nau'u

h) Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi'il, isim maupun huruf ditulis terpisah. Bagi katakata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan
dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan. Maka dalam
transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, bisaa dipisah per
kata dan bisa pula dirangkaikan.
Contoh:
? % 9 =%

- Wa innallha lahuwa khair ar-rziqn.


- Wa innallha lahuwa khairur-rziqn.

($% A%

- Fa auf al-kaila wa al-mzna.


- Fa auf al-kaila wal-mzna.

- Bismillhi majreh wa mursh.

5 +2'

B *% ,C #% E3F G
4 * H % J 2%?

- Wa lillhi al an-nsi ijju al-baiti manistaa


ilaihi sabl.
- Wa lillhi al an-nsi ijju al-baiti manistaa
ilaihi sabl.

16

i)

Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa
yang berlaku dalam EYD, diantaranya huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf
awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal kata sandangnya.
Contoh:

& $*

- Wa m Muhammadun ill rasl.

A*' 3% #3% 1! B ' Inna awwala baitin wuia lin-nsi lalla


Bi Bakkata mubrakan.

% H )(% L =

- Syahru Ramana al-la unzila fhi


al-Qur'nu.

? *$% O % ' & %

- Wa laqad ra'hu bil-ufuqil-mubni.

? $3 % G&$-%

- Al- amdu lillhi rabbil-lamna.

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain
sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:
R ? S)
- Nasrum minallhi wa fatun qarb.
$.

+ 3F A'

- Lillhi al-amru jam'an.


- Lillhil amru jam'an.
- Wallhu bikulli syai'in almun.

j) Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi
ini merupakan bagian tak terpisahkan dengan ilmu tajwid. Karena itu peresmian
pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.

17

ABSTRAK
Tesis yang berjudul, Nilai-nilai Multikultural dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Palembang. Adapun yang menjadi pokok
kajian dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan
nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 3
Palembang. Berangkat dari latar belakang proses pembelajaran pendidikan agama Islam
yang didalamnya terdapat siswa yang terdiri dari suku, agama serta latar belakang
yang berbeda. Walaupun terdapat perbedaan tetapi proses pembelajaran pendidikan
agama Islam tetap berjalan dengan lancar. Karena mereka telah menerapkan nilai-nilai
multikultural didalam proses pembelajaran tersebut. Nilai-nilai multikultural tersebut
diantaranya, toleransi, kesetaraan, kejujuran, keragaman, amanah, solidaritas, husnuzan,
percaya diri dan pemaaf.
Jenis penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian kualitatif adalah
menjelaskan, menggambarkan, dan menguraikan kemudian ditarik kesimpulan
mengenai proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan nilai-nilai multikultural
yang terdapat dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 3
Palembang dengan beberapa informan yang terdiri dari guru pendidikan agama Islam,
kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, waka
humas, dan siswa. Sumber data terdiri dari sumber data primer diperoleh dari sumber
pertama yakni kepala sekolah , TU, guru dan siswa, sedangkan sumber data sekunder
berupa buku-buku dan dokumentasi sekolah yang berkenaan dengan penelitian ini. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian menunjukkan: Pertama, proses pembelajaran PAI di
SMA Negeri 3 Palembang telah berjalan secara baik. Hal ini terlihat dari materi
pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya serta didukung dengan media
pembelajaran yang memadai. Kedua, Nilai-nilai Multikultural yang ada di SMA Negeri
3 Palembang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu: toleransi, kesetaraan, kejujuran,
amanah, solidaritas, percaya diri, kerja sama, husnuzan dan pemaaf. Dari beberapa
indikator diatas ternyata ada beberapa indikator nilai-nilai multikultural yang tidak
terdapat dalam prose pembelajaran sehingga tidak tercermin pada diri siswa seperti
toleransi, kesetaraan dan percaya diri. Hal itu dikarenakan karena latar belakang
ekonomi mereka yang berbeda sehinga menimbulkan kesenjangan diantara mereka
Sedangkan pada indikator kejujuran, amanah, solidaritas, kerjasama , husnuzon dan
pemaaf sudah terdapat dalam proses pembelajaran sehingga tercermin dalam diri siswa
SMA Negeri 3 Palembang. Karena mereka sangat menyadari dengan adanya kejujuran,
amanah, solidaritas, kerjasama, husnuzan dan pemaaf maka akan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang harmonis. Semua itu bisa dilihat baik itu dalam proses
pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.

18

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jati diri bangsa Indonesia atau identitas bangsa Indonesia merupakan suatu yang
sulit.

Ada

yang

beranggapan

sebagai

bangsa

Indonesia

harus melepaskan

identitasnya yang bersifat kesukuan atau keanggotaannya dalam berbagai kehidupan


sosial masyarakat. Jati diri bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang telah disepakati
bersama, seperti cita-cita masa depan yang sama berdasarkan pengalaman sejarah,
baik pengalaman yang menggembirakan maupun yang pahit. Semuanya itu, telah
membentuk rasa solidaritas yang tinggi sebagai satu bangsa dan oleh sebab itu,
bertekad untuk memperbaiki masa depan yang lebih baik.
Didalam kaitan itu, maka jati diri bangsa Indonesia terus-menerus didalam
proses pembinaan jati diri bangsa Indonesia. Pembinaan jati diri bangsa Indonesia
dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun informal. Pendidikan nasional
mempunyai impact yang sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa
Indonesia. Salah satu kenyataan sosial bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan
budaya yang beranekaragam dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan
budayanya masing-masing merupakan kekayaan yang sangat berharga didalam
pembentukan bangsa Indonesia yang multikultural. Bahkan keanggotaan seorang
dari kebudayaan suku bangsanya dapat dijadikan modal untuk pembentukan jati
diri bangsa Indonesia.
Adalah tepat sekali pendapat Ki Hajar Dewantara yang mengatakan
kebudayaan Indonesia merupakan puncak-puncak budaya dari masing-masing suku

19

bangsa. Puncak-puncak kebudayaan dari suatu suku bangsa merupakan unsur-unsur


budaya lokal yang dapat memperkuat solidaritas nasional. Didalam upaya tersebut,
peranan pendidikan nasional sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan
keinginan untuk mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya
lokal. Untuk itu, diperlukan rasa toleransi yang tinggi serta penghargaan terhadap
adanya perbedaan di dalam kehidupan berbudaya (Tilaar, 2007: 32-33).
Dengan berbagai karakternya, Indonesia dapat disebut sebagai bangsa dengan
elemen pendukung multikultural. Di negeri ini berkembang sekitar 300-an kelompok
etnis dengan bahasa pengantar komunikasi berbeda. Pada pertengahan tahun 1980-an
terdapat sekitar 14 etnis besar yang masing- masing memiliki populasi lebih dari
1 juta orang. Demikian pula dari sisi kepercayaan religius, masyarakat Indonesia
terbagi dalam empat agama besar dunia: Islam, Kristen (Protestan-Katolik), Hindu, dan
Budha. Indonesia juga dipandang sebagai bangsa multikultural dari sisi kehidupan
masyarakat pedesaan,

pantai,

dan

suku-suku

tradisional,

bersamaan

dengan

kehidupan masyarakat perkotaan yang berorientasi pada kebudayaan modern global


dan kebudayaan post modern (Salim, 2006: 12).
Pendidikan adalah suatu cara untuk membentuk kepribadian siswa dalam
penerapan nilai-nilai sosial pada masyarakat yang nantinya akan berguna bagi
bekal siswa dimasa yang akan datang. Pendidikan multikultural sangat penting
diterapkan

guna

meminimalisasi

dan

mencegah

terjadinya konflik,

melalui

pembinaan multikultural yang diberikan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran,


siswa diberi pemahaman bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain sehingga mampu mewujudkan keselarasan dalam hidup.
Kebudayaan yang beragam di Indonesia sebagai bagian dari suatu entitas

20

sosial

dari

budaya

mempunyai

keunikan

dan

kekhasan

dengan berbagai

kebiasaan, adat istiadat dan pengalaman lokal, nilai-nilai sosial dan harapan-harapan
hidup yang selalu tidak sama dengan budaya dominan. Fungsi dan tugas lembaga
pendidikan harus mengedepankan pola variatif dan mengakui pluralisme sehingga
perbedaan tidak menjadi hambatan tetapi menjadi sumber kekuatan untuk hidup
berdampingan. Lembaga pendidikan yang

mampu

mensosialisasikan

nilai-nilai

multikulturalisme akan lebih terarah dalam pembentukan mental dan pribadi murid
bila terintegrasi dalam mata pelajaran atau beberapa materi yang diajarkan di sekolah.
Pelaksanaan pendidikan agama pada umumnya serta pendidikan agama Islam
pada khususnya di sekolah-sekolah umumnya tersebut semakin kokoh oleh karena
terbitnya berbagai undang-undang, hingga lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada
peserta didik, dan diikuti dengan lahirnya peraturan-peraturan selanjutnya sampai
terbitnya peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 tahun 2010 tentang pengelolaan
pendidikan agama pada sekolah.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan agama Islam tampil sebagai mata pelajaran
dalam kurikulum pendidikan. Sebagai suatu bidang kajian atau mata pelajaran,
pendidikan agama diberikan mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi. Sebagaimana
dikemukakan dalam undang-undang Sisdiknas N0. 20 tahun 2003 pasal 30 ayat 2
disebutkan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan menjadi ahli ilmu agama. Kemudian pada pasal 30 ayat 3 disebutkan
bahwa pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal (Sisdiknas, 2010: 16).

21

Dari pemaparan diatas pendidikan merupakan proses pembelajaran baik itu


dikelas maupun diluar kelas dan pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang
diharapkan mampu untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah kepada peserta didik dalam
artian bahwa pendidikan agama diharapkan mampu untuk mencetak peserta didik
menjadi ahli dalam bidang agama dan mampu untuk mengamalkannya didalam
kehidupan masyarakat.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman,
2011: 3). Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik
peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi
standar (Rusman, 2011: 4).
Heterogenitas atau kemajemukan adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan
ini. Ia adalah sunnatullah yang dapat dilihat di alam ini. Allah menciptakan alam ini
diatas sunnah heterogenitas dalam sebuah kerangka kesatuan. Dalam kerangka kesatuan
manusia, kita melihat bagaimana Allah menciptakan berbagai suku bangsa. Dalam
kerangka kesatuan suatu bangsa, Allah menciptakan beragam etnis, suku, dan
kelompok. Dalam kerangka kesatuan sebuah bahasa, Allah menciptakan berbagai
dialek. Dalam kerangka kesatuan syariat, Allah menciptakan berbagai mazhab sebagai
hasil ijtihad masing-masing. Dalam kerangka kesatuan umat (ummatan wahidah), Allah
menciptakan berbagai agama. Keberagaman dalam beragama adalah sunnatullah
sehingga keberadaannya tidak bisa dinafikan begitu saja (Ali, 2010: 59).
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran Surat al-Hujurat : 13:

22

/3tt2r&

) 4 (#u$ytG9 !$t7s%u $\/ 3o=yy_u 4s\&u 9x.s i /3o)n=yz $) $9$# $pr't


(:/ ) 7yz =t !$# ) 4 39s)?r& !$# y

Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari ayat diatas bisa dipahami bahwa ayat ini menggambarkan multikultural
yang secara tidak langsung mengajarkan agar manusia untuk saling kenal-mengenal
satu sama lain, sebab dengan itu akan mengetahui keadaan suatu bangsa, suku, dan
budaya masing-masing tanpa adanya diskriminasi, artinya secara implisit ayat ini
mencerminkan tentang toleransi, saling menghargai antara sesama manusia, sebab tolak
ukur kemuliaan seseorang tidak tergantung dengan suku, ataupun bangsanya.
Multikulturalisme adalah proses pembudayaan. Dan oleh sebab itu proses
pendidikan adalah proses pembudayaan, maka masyarakat multikulturalisme hanya
dapat diciptakan melalui proses pendidikan (Tilaar, 2004: xxvii). Oleh karena itu,
proses pendidikan juga merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pendidikan tidak
dapat dipahami hanya sebagai proses yang terjadi dalam lembaga sekolah, tetapi
sekolah sebagai lembaga sosial merupakan bagian dari proses pendidikan sebagai
proses pembudayaan (Tilaar, 2003: xxiii). Jadi bisa dipahami bahwa proses pendidikan
merupakan sebagai bagian dari proses pembudayaan, sebab pembudayaan tidak akan
terciptakan tanpa proses pendidikan, dan proses pendidikan juga menggambarkan
tentang pembudayaan.
Pendidikan agama berwawasan multikultural mengusung pendekatan dialogis
untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan.

23

Pendidikan ini dibangun atas spirit relasi kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya,
saling memahami, dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan, dan
interdependensi ( Baidhawy, tt :74).
Pendidikan multikultural salah dipahami sebagai pendidikan yang hanya
memasukkan isu-isu etnik atau rasial. Memang benar bahwa dua isu itu diangkat dalam
pendidikan multikultural, namun lebih dari itu ia juga mengedepankan isu-isu lainnya
seperti relasi gender, keragaman sosial, ekonomi, perbedaan agama dan sebagainya
(Baidhawy, tt: 75).
Dengan memperhatikan keragaman agama-agama siswa. Dalam hal ini, proses
mengajar lebih menekankan pada bagaimana mengajar tentang agama (teaching about
religion), bukan mengajarkan agama (teaching of religion), karena yang pertama
melibatkan pendekatan kesejarahan (historical approach) dan pendekatan perbandingan
(comparative approach), sedangkan yang kedua melibatkan indoktrinasi dogmatik pada
siswa sehingga secara praktis ia tidak memberikan sarana yang memadai untuk
menentukan pelajaran mana yang dapat diterima dan mana yang perlu ditolak
(Baidhawy, tt: 102).
Pada proses pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual
anak dan didasarkan pada keinginan guru akan sulit untuk dapat mengantarkan anak
didik kearah pencapaian tujuan pembelajaran. Konsekuensi logis dari pendekatan
pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang

22

cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan. Pembelajaran PAI
yang dilaksanakan idealnya memerhatikan kondisi individu, sebab pada dasarnya
anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, disamping memiliki
keunikan masing-masing yang tidak sama. Pembelajaran juga hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan karakter kejiwaan yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Alhasil, pembelajaran benar-benar dapat mengubah
kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi
paham, serta yang berprilaku kurang baik menjadi baik.
Pada Observasi awal Ibu Nurhasanah Said mengatakan sebagai guru
Pendidikan Agama Islam bahwa dalam proses pembelajaran PAI di SMA Negeri 3
Palembang ini mengalami kesulitan dalam menyampaikannya. Karena di dalam kelas
tersebut terdiri dari beberapa agama. Makanya sangat penting nilai-nilai
multikultural itu diterapkan dalam proses pembelajaran terutama mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (Nurhasanah Said, S.Pd.I,Guru PAI SMA Negeri 3
Palembang, Wawancara 01 Oktober 2014).
Ada salah satu siswa yang beragama lain mengatakan ketika proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung kami diberikan kebebasan untuk
memilih mengikutinya atau tidak dalam pembelajaran tersebut. Terkadang kami
hanya mendengarkan saja tapi tidak meganggu mereka atau membuat kegaduhan
sehingga pelajaran mereka terganggu (Steven, Siswa SMA Negeri 3 Palembang,
Wawancara 01 Oktober 2014). Nah dari perbincangan diatas dapat dipastikan bahwa
disekolah SMA Negeri 3 Palembang telah memcerminkan pembelajaran tentang
saling menghargai antara agama satu dengan agama yang lainnya. Karena di sekolah

23

tersebut terdiri dari siswa-siwa yang bermacam-macam suku, agama, latar belakang
yang berbeda.
Maka dalam proses pembelajaran perlu adanya nilai-nilai multikultural yang
terkandung didalamnya. Nilai-nilai Multikultural itu diantaranya meliputi nilai-nilai
toleransi, kesetaraan, kejujuran, keragaman, amanah, solidaritas, husnuzan, percaya
diri dan pemaaf. Nilai-nilai tersebut yang nantinya akan membentuk kepribadian
anak yang mempunyai rasa empati, peduli sesama teman, saling memaafkan
sehingga dapat tercipta hubungan yang sangat harmoni diantara sesama kawan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini

berjudul : Nilai-Nilai

Multikultural dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah


Menengah Atas Negeri 3 Palembang.

B. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penelitian ini akan lebih
difokuskan hanya pada nilai-nilai multikultural dalam proses pembelajaran bidang
studi Pendidikan Agama Islam baik itu diluar kelas maupun didalam kelas pada kelas
XI.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan
keluarnya melalui penelitian. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan
di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a) Bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menegah
Atas Negeri 3 Palembang?

24

b) Nilai-nilai multikultural apa saja yang terdapat dalam proses pembelajaran


Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menegah Atas Negeri 3 Palembang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menegah Atas Negeri 3 Palembang.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai multikultural apa saja yang terdapat dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menegah Atas Negeri 3
Palembang.

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan baik dari segi teoritis maupun
praktis, yaitu sebagai berikut:
1.

Kegunaan Teoritis
Menambah khazanah teoritik bagi pengemban disiplin ilmu Pendidikan

Agama Islam khususnya tentang nilai-nilai Multikultural yang terdapat dalam proses
pembelajar tersebut.

2.

Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bahan masukan bagi

pihak pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang dan bahan rujukan bagi
peneliti

yang

akan

mengadakan

penelitian

selanjutnya

tentang

multikultural dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

nilai-nilai

25

E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah dilakukan ditemukan beberapa
penelitian yang relevan, antara lain :
Tesis Mukharis (2011), dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural
dalam Pelajaran Al-Quran Hadist (Telaah Materi dalam Program Pengembangan
Silabus dan Sistem Penilaiaan Al-Quran Hadist MA Ali Maksum PP Krapyak
Yogyakarta TA. 2009-2010).

Menjelaskan bahwa nilai-nilai pendidikan

multikultural dalam pelajaran al-Quran Hadist adalah meliputi nilai-nilai toleransi,


keadilan, kejujuran, ketulusan, amanah, solidaritas, kerjasama, tanggung jawab,
percaya diri dan empati. Selain itu juga nilai-nilai pendidikan multikultural sesuai
dengan lembaga pendidikan Ali Maksum yang mendidik dan membina masyarakat
agar menjadi manusia yang bertakwa.
Tesis Azanuddin (2010), dengan judul Pengembangan Budaya Toleransi
Beragama Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis
Multicultural di SMA Negeri 1 Amlapura-Bali. Menjelaskan bahwa pembelajaran
pendidikan agama Islam yang berbasis multikultural sudah berjalan dengan baik, hal
ini dengan adanya perencanaan pembelajaran PAI berbasis multikultural diawali
dengan pembuatan silabus dengan cara memasukan nilai-nilai multikultural pada
indikator silabus PAI.
Tesis Isharyanto (2013), dengan judul Pengelolaan Pembelajaran PAI Bagi
Siswa Yang Berbeda Keyakinan Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan
Pendidikan Islam (Ypi) Tunas Bangsa Palembang. Menjelaskan bahwa Dalam
perencanaan RPP menurut analisis penelitian metode yang digunakan oleh guru PAI
yaitu ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan resitasi, atau meringkas, namun metode ini
belum bervariasi, Semua stakeholder yang ada bersinergi mengelola pembelajaran

26

guna terciptanya proses belajar mengajar yang aman dan nyaman terutama bagi
siswa yang berbeda keyakinan, dalam pelaksanaan pembelajaran PAI bagi siswa non
muslim diberikan kebebasan untuk tidak mengikuti pembelajaran PAI, mereka
diberikan tugas dan lain sebagainya. Namun kebanyakan mereka mengikuti proses
tersebut. Dalam proses belajar mengajar di antara siswa tersebut kadang-kadang
keluar kata-kata yang mengandung unsur diskriminasi, seperti perkataan; ah Cina
kamu, Jawa kamu, Arab kamu dan seterusnya.
Skripsi Zainul Arifin ( 2008), dengan judul Pendekatan Multicultural dalam
Pembelajaran PAI (Studi Terhadap Pembelajaran PAI di SMAN 8 Yogyakarta).
Menjelaskan bahwa pendekatan multicultural bisa dilihat dari materi pokok dan
materi pengembangan. Dengan kata lain siswa mempunyai kesempatan yang sama.
Dengan pendekatan multikultural yang ada, juga berimplikasi pada tumbuhnya
solidaritas pada diri siswa yang menjadikan mereka hidup rukun.
Penelitian yang dilakukan oleh Zelvia (2008) tentang

Pendidikan

Multikultural (Studi Komparasi Pemikiran H.A.R Tilaar dan Said Nursi). Hasil
penelitian didapatkan bahwa konsep pendidikan multikultural merupakan konsep
yang berangkat dari fenomena sosial masyarakat heterogen yang memiliki
keragaman yang masing-masing memiliki keunikan. Dalam kondisi tersebut
pendidikan multikultural diorientasikan pada transfer

nilai-nilai. Dalam inti

pendidikan multikultural disebutkan bahwa tiga hal; demokrasi, humanisme dan


pluralisme adalah ruhnya. Dengan demikian

pendidikan sebagai wadah siswa

memahami aspek-aspek tersebut harus benar-benar mampu memfasilitasi peserta


didik untuk mempelajari, memahami dan

menerapkan indikator dari ketiga hal

tersebut, seperti ide dari kedua pemikir, yakni mengakui budaya serta agama orang
lain, berdialog dengan pemeluk agama lain, menghargai dan lainnya. Dalam

27

pemikiran kedua tokoh tersebut ada persamaan dan perbedaan. Dalam dua hal yakni
demokrasi dan pluralisme keduanya memaparkan indikator dari penerapan dua hal
tersebut. Namun perbedaannya dalam pluralisme Said Nursi lebih menekankan pada
hal-hal keagamaan, seperti dialog antar agama. Sedangkan H.A.R Tilaar lebih pada
pluralisme budaya. Hal tersebut berdasarkan atas perbedaan sosiologis dari kedua
pemikir tersebut. Dalam menerapkan konsep pendidikan multikultural dalam core
idea value orientation artinya berorientasi pada nilai gagasan inti yaitu
multikultural, membutuhkan kerja keras serta bantuan guru dalam memfasilitasi serta
menerapkan nilai-nilai tersebut agar tercipatnya masyarakat yang egaliter.

F. Definisi Operasional
Variable-variabel yang akan diteliti harus didefinisikan secara operasional,
yaitu definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat
diamati (diobservasi), sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji
kembali oleh orang lain (Narbuko dan Abu Achmadi, 2012: 61-62).
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Multikultural
Dalam kamus bahasa Indonesia bersifat keberagaman budaya (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008:1051). Sedangkan menurut Mardiatmaja dalam Zainal
Abidin dan Neneng Habibah, Multikultural berasal dari kata Kultur dalam arti
mendasar kultur berasal dari kata Callere (latin) yang berarti menumbuhkan,
memelihara dan mengembangkan ( Abidin, dan Neneng Habibah, tt: 253).
2. Nilai-Nilai Multikultural
Nilai-nilai multikultural merupakan suatu nilai yang memandang keragaman
sebagai peluang untuk membangun harmoni dan kerjasama , saling percaya dan

28

berpikir positif adalah modal sosial membangun kesepahaman, pengorbanan diri


untuk kemaslahatan bersama (Baidhawy, 2005: 43).
3. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan
siswa (peserta didik). Kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa dibawah bimbingan
guru. Guru bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada saat
mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk merancang
sejumlah pengalaman belajar (Sahartian (2000) dalam Mukhtar, 2010: 76). Proses
pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan suatu rangkaian interaksi antara
siswa dengan guru dalam rangkai mencapai tujuannya pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
Jadi bisa dipahami bahwa nilai-nilai multikultural dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah suatu nilai yang memandang keragaman sebagai
peluang untuk membangun harmoni dan kerjasama, saling percaya dan berpikir
positif adalah modal sosial membangun kesepahaman, pengorbanan diri untuk
kemaslahatan bersama yang terdapat dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam.

G. Kerangka Teori
Proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya terdapat kegiatan
interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001: 461). Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bias
dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling
menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Dalam proses

29

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat nilai-nilai multikultural yang


terkandung didalamnya.
Dalam kamus bahasa Indonesia bersifat keberagaman budaya (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008: 1051). Sedangkan menurut Mardiatmaja dalam Zainal
Abidin dan Neneng Habibah, Multikultural berasal dari kata Kultur dalam arti
mendasar kultur berasal dari kata Callere (latin) yang berarti menumbuhkan,
memelihara dan mengembangkan (Abidin, dan Neneng Habibah, tt: 253).
Nilai-nilai multikultural merupakan suatu nilai yang memandang keragaman
sebagai peluang untuk membangun harmoni dan kerjasama, saling percaya dan
berpikir positif adalah modal sosial membangun kesepahaman, pengorbanan diri
untuk kemaslahatan bersama (Baidhawy, 2005: 43). Karakteristik paradigma dan
sistem nilai multikulturalis tersebut terdapat pada bagian-bagian berikut ini:
Menyulam ragam merajut harmoni, Menebar amanah dan husnuzzan, Memupuk
modal

sosial,

Menganyam

Solidaritas,

Menuntut

pengorbanan,

Menyemai

Nirkekerasan, Menuai damai, Menanam maaf, Mengetam ampun. Adapun indikatorindikator diatas yaitu diantaranya : toleransi, kesetaraan, kejujuran, amanah ,
solidaritas , kerjasama , husnuzan, percaya diri, dan pemaaf.

H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
a.

Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah (mendeskripsikan) yang ada


sekarang berdasarkan data, jadi penelitian ini juga menyajikan data, menganalisis

30

dan menginterpretasikan yang bersifat komperatif dan korelatif (Narbuko, 2007:


44).
b.

Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif artinya

penelitian

yang

dilakukan

dengan

menjelaskan,

menggambarkan,

dan

menguraikan pokok permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian,


kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif (Annur, 2008: 129).
2. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar penelitian (Moleong: 2011: 132). Diperkirakan orang yang
menjadi informan ini menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari
obyek penelitian. Informan pokok adalah guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
SMA Negeri 3 Palembang, didukung oleh Kepala Sekolah, wakil kurikulum, wakil
sarana prasarana, wakil humas, wakil kesiswaan dan koordinator TU pada Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Palembang.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang dihimpun adalah data kualitatif, meliputi tentang nilai-nilai
multikultural dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Sumber Data
1) Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar,
2009: 91), yaitu guru Pendidika Agama Islam , Siswa , Kepala Sekolah,

31

Wakil-wakil kepala sekolah, dan staf-staf yang lainnya

di Sekolah

Menengah Atas Negeri 3 Palembang


2) Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar, 2009:
91), yaitu bahan-bahan kepustakaan yang berkenaan dengan nilai-nilai
multikultural dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik observasi yaitu untuk mengamati langsung serta mencatat secara
sistematis tentang fenomena-fenomena yang atau terjadi dilokasi penelitian
mengenai nilai-nilai multikultural dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Atas 3 Palembang. Pengamatan
dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki baik itu
didalam kelas maupun luar kelas.
Pada awal observasi kelokasi penelitian hanya mengamati dan melihat
aktivitas informan dan keadaan lingkungan sekolah dan membuat catatan dan
hal ini adalah observasi awal. Proses tersebut dilakukan dengan sangat hatihati agar tidak menimbulkan kecurigaan. Observasi dilakukan dengan
mengawasi perilaku antara hubungan siswa dengan siswa, hubungan siswa
dengan lingkungan serta hubungan guru dengan siswa . Hal itu dilakukan
agar observasi bisa secara mendalam tentang nilai-nilai multikultural yang
ada dilingkungan sekolah SMA Negeri 3 Palembang.
b. Teknik wawancara yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan guna
memperoleh data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data
yang diperoleh melalui observasi. Wawancara ini mengenai nilai-nilai

32

multikultural dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang


ditujukan pada guru PAI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang.
Berdasarkan anjuran Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Faisal dalam
Annur, maka langkah-langkah wawancara dalam penelitian ini adalah:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara dilakukan.
2) Menetapkan pokok masalah yang menjadi bahan pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Melangsungkan wawancara.
5) Menulis hasil wawancara.
6) Mengidentifikasi hasil wawancara.
c. Teknik dokumentasi, yaitu teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data
yang objektif mengenai, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru,
dan peserta didik, sarana prasarana di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Palembang.
5. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini menggunakan cara pengolahan data non-statistik, karena
data yang digunakan adalah data kualitatif. Dengan cara setelah data lapangan
terkumpul yaitu diperiksa keabsahannya dan keaiannya, kemudian
dilakukan pengeditan, selanjutnya data tersebut diklasifikasikan sesuai
dengan aspek-aspek masalah yang ada (Annur, 2008: 193).
b. Analisis Data
Analisis data kualitatif pada umumnya merupakan suatu proses interaksi yang
berkesinambungan, yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini (Anggoro,
2007: 6):

33

1) Analisis temuan yang terus menerus di lapangan, khususnya dalam


masalah yang diteliti dan juga dalam keseluruhan fenomena yang
berkaitan

dengan

pertanyaan

penelitian,

dengan

tujuan

untuk

mendapatkan tema-tema besar dan untuk mengembangkan konsepkonsep.


2) Pengelompokan dan pengorganisasian data, sesegera mungkin setelah
data diperoleh sehingga dapat membantu peneliti dalam memahami pola
permasalahan dan atau tema fenomena yang diteliti.
3) Evaluasi kualitatif tentang validitas atau kepercayaan data yang terus
menerus.
Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan
teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman sebagai berikut
(Annur, 2008: 194)
1) Reduksi data, yaitu suatu proses penyederhanaan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
2) Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi

kemungkinan

adanya

penarikan

kesimpulan

data

dan

pengambilan tindakan.
3) Verifikasi/penarikan kesimpulan, yaitu makna-makna yang muncul dari
data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
merupakan validitas. Pada bagian ini diutarakan kesimpulan dari data
yang diperoleh dari observasi, interview, dan dokumentasi.
4) Triangulasi yaitu suatu cara memandang permasalahan/objek yang
dievaluasi dari berbagai sudut pandang, bisa dipandang dari banyaknya
metode yang dipakai atau sumber data, tujuannya agar dapat melihat

34

objek yang dievaluasi dari berbagai sisi, triangulasi dilakukan untuk


mengejar atau mengetahui kualitas data yang dipertanggungjawabkan
(Arikunto, 2007: 136).
Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata
lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat mengecek ulang temuannya dengan
jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu
maka penelitian ini dapat dilakukan dengan jalan (Moleong, 2011: 332), yaitu: 1)
mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, 2) mengeceknya dengan berbagai
sumber data, 3) memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data
dapat dilakukan.
Jadi triangulasi adalah menganalisis data dengan membandingkan data dari
objek yang dievaluasi dari berbagai segi, yakni dari segi sumber, metode (observasi,
wawancara dan dokumentasi), atau teori sehingga tingkat kepercayaan atau
kebenaran data benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan dengan
memandang dari banyaknya metode dan sumber data yang dipakai, yaitu
mengkomparasikan bagaimana data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi mengenai efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan faktor yang
mempengaruhinya.

I. Sistematika Penulisan
BAB 1 pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, definisi
operasional, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

35

BAB 2 tinjauan teoritis nilai-nilai multikultural dalam proses pembelajaran


pendidikan agama Islam.
BAB 3 profil SMA Negeri 3 Palembang, bab ini menjelaskan sejarah, visi,
misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan pegawai, keadaan siswa, dan
keadaan sarana prasarana SMA Negeri 3 Palembang.
BAB 4 hasil penelitian, yang meliputi analisis nilai-nilai multikultural dalam
proses pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Palembang.
BAB 5 simpulan dan saran.

36

BAB 2
TINJAUAN TEORITAS NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Multikultural

Multikultural berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan, akar


kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari
fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Sementara itu, Komarudin
Hidayat menyatakan bahwa istilah multikultural tidak hanya merujuk pada kenyataan
sosial antropologis adanya pluralitas kelompok etnis, bahasa, dan agama yang
berkembang di Indonesia tetapi juga mengasumsikan sebuah sikap demokratis dan
egaliter untuk bisa menerima keragaman budaya (Sukardjo & Ukim Komarudin,
2009: 70).
Multikulturalisme menurut Daniel T. Sparringa dalam Martono (2003: 17),
didefinisikan sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompokkelompok etnik atau budaya (ethnic and cultural groups) dapat hidup berdampingan
secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan untuk
menghormati budaya lain.
Multikulturalisme sebagai sikap, praktik sosial, dan kebijakan pemerintah
dewasa ini diterima di banyak negara sebagai sesuatu yang penting, bahkan menjadi
semacam ideologi dalam pengembangan kebudayaan dan upaya menciptakan
masyarakat sehat. Sebagaimana diungkapkan oleh Berry dkk dalam Supriadi (2001:
38), multikulturalisme pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan suatu konteks
sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat mengembangkan identitas yang

37

sehat dan secara timbal balik mengembangkan sikap-sikap antar kelompok yang
positif. Namun jalan menuju pengakuan tersebut adalah sebuah pendakian yang terjal
dan sikap terhadap realitas multikultural bangsa mengalami perkembangan sepanjang
arah. Di masa lalu, multikulturalisme dipandang sebaga suatu yang tidak berguna,
dan pandangan yang anti- pluralisme itu justru berkembang di negara-negara Barat.
Bahkan

John

Dewey

dalam

Supriadi

(2001:

38),

menganggap

multikulturalisme hanya menciptakan garis pemisah yang kaku antar kelompok


dalam masyarakat, karena itu, apa yang seharusnya terjadi adalah asimilasi. Adolf
Hitler dan komplotannya melakukan pemusnahan jutaan orang Yahudi di Jerman
dalam tragedi holocaust, pada dasarnya dipengaruhi oleh gagasan Joseph Arthur
Comte de Gobineau. Gagasan Gobineau antara lain adalah bahwa setiap ras
melahirkan budayanya masing-masing.
Multikultural memberi penegasan, bahwa segala perbedaan itu sama didalam
ruang publik. Dalam ruang publik, siapa pun boleh dan bebas mengambil peran,
disini tidak ada perbedaan gender dan kelas, yang ada adalah profesionalitas. Maka,
siapa yang profesional, dialah yang akan mendapatkan tempat terbaik. Dengan kata
lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab yang terpenting adalah
bahwa komunitas itu diperlakukan sama oleh negara. Adanya kesetaraan dalam
derajat kemanusiaan yang saling menghormati, itu diatur oleh hukum yang adil dan
beradab yang mendorong kemajuan dan menjamin kesejahteraan hidup warganya
(Mahfud, 2009: 101-102).
Multikulturalisme ini mengusung semangat untuk hidup berdampingan secara
damai (peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur yang ada baik secara individual
maupun secara kelompok dan masyarakat (Azra dan Suparlan dalam Budimansyah
2008: 29). Namun untuk individu dalam hal ini dilihat sebagai refleksi dari kesatuan

38

sosial dan budaya dimana mereka menjadi bagian darinya. Dengan demikian, corak
masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi keanekaragaman suku
bangsa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam
masyarakat Indonesia (Budimansyah, 2008: 29).
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa multikultural
merupakan keragaman kebudayaan dalam merespon kebudayaan perubahan
demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
keseluruhan. Berbagai macam masalah multikultural yang terjadi dewasa ini adalah:
(1) pengaturan hukum yang tegas dengan etik dan moral yang jelas yang mengabdi
pada seluruh masyarakat tanpa pandang bulu, (2) pemerintahan yang tegas, bersih,
mandiri dan berdiri di atas semua golongan sehingga menjadi panutan masyarakat,
(3) budaya saling kontrol yang ketat dari atas sampai ke bawah, dibantu media massa
yang kritis, dan budaya sadar akan anggota masyarakat Indonesia yang beretik dan
bermoral sedemikian sehingga sadar bahwa keselamatan masyarakat diatas segalanya
dan barulah kehidupan pribadi dan rumah tangganya.

B. Nilai-Nilai Multikultural
Menurut Lorens Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan
tentang nilai yaitu nilai dalam bahasa Inggris Value, bahasa latin valere yang artinya
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Sementara itu ditinjau dari segi harkat
adalah kualitas kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan,
berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Kemudian nilai ditinjau dari segi
keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai sesuatu
kebaikan.

39

Menurut Mulyana (2004: 9) mendefenisikan tentang nilai itu adalah rujukan


dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Defenisi ini dilandasi oleh pendekatan
psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah, baikburuk, indah-tidak indah, adalah hasil proses psikologi. Termasuk kedalam wilayah
ini seperti hasrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan motif.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
merupakan rujukan atau keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai bisa berupa
norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama yang
memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Maka nilai-nilai multikultural
disini merupakan suatu keyakinan yang memiliki harga dalam keanekaragaman
budaya.
Keragaman-keragaman yang ada, sering disebutkan dengan istilah yang
berbeda, Muhammad Yusri FM (2008: 1) mengungkapkan bahwa ada tiga istilah
yang sering digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang terdiri dari agama,
bahasa, dan budaya yang berbeda yakni pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Ketiga-tiganya sama-sama mempresentasikan hal sama yaitu keadaan lebih dari satu
atau jamak. Lebih lanjut Farida Hanum dan Setya Raharja (2011: 114) menjelaskan
bahwa keragaman ini berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap dan pola pikir
manusia sehingga manusia memiliki cara-cara, kebiasaan, aturan-aturan, bahkan adat
istiadat satu sama lain. Bilamana keadaan diatas tidak dapat dipahami dengan baik
oleh pihak satu dan lainnya, maka akan sangat rawan terjadi persinggunganpersinggungan yang kemudian berbuah pada adanya konflik.
Disinilah perlu kiranya nilai-nilai multikultural mengambil perannya. Nilainilai multikultural yang dalam Farida Hanum

dan Setya Raharja (2011: 116)

dikatakan dalam bahasa visi-misi pendidikan multikultural dengan selalu

40

menegakkan dan menghargai pluralisme, demikrasi, dan humanisme, kemudian


dengan ketiga hal tersebut siswa diharapkan menjadi generasi yang selalu
menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran
dalam berprilaku sehari-hari.
Sementara itu menurut Baidhawy (2005: 42-64) nilai-nilai karakteristik nilainilai multikultural yaitu: Menyulam ragam, Merajut harmoni, Menebar amanah dan
husnuzan, memupuk modal sosial, Menganyam solidaritas, menuntut pengorbanan,
Menyemai nirkekerasan, Menuai damai, Menanam maaf, Mengetam ampun.
Indikator dari nilai-nilai tersebut diantaranya adalah toleransi, kesetaraan, kejujuran,
keragaman, amanah , solidaritas , kerjasama , husnuzan, percaya diri, dan pemaaf.
Dalam hal ini akan dikaji lebih dalam tentang nilai-nilai multikultural dalam
karangan Zakiyatun Baidhawy. Berikut di bawah ini mengenai penjelasan dari
indikator nilai-nilai multikultural menurut Baidhawy :
1. Toleransi
Menurut Maemunah

(2007: 78) sikap toleransi dapat diartikan, kesiapan

dan kemampuan batin untuk menerima

orang lain yang berbeda secara hakiki

meskipun terdapat konflik dengan pemahaman tentang jalan hidup yang baik dan
layak menurut pandangan pribadi kita. Seseorang dinyatakan toleran jika dia
dapat membolehkan atau membiarkan orang lain menjadi diri mereka sendiri
dan bukan keinginan kita untuk mempengaruhi mereka supaya mengikuti ide
kita. Tumbuhnya sikap

toleransi

dalam setiap

pribadi, dapat

mengundang

dialog untuk saling mengkomunikasikan dan menjelaskan perbedaan serta ada saling
pengakuan.
Toleransi adalah modal utama dalam menghadapi keragaman dan perbedaan.
Toleransi bisa bermakna penerimaan kebebasan beragama dan perlindungan undang-

41

undang bagi hak-hak asasi manusia dan warga negara. Toleransi adalah sesuatu yang
mustahil untuk dipikirkan dari segi kejiwaan dan intelektual dalam hegemoni sistemsistem teologi yang saling bersikap eksklusif (Baidhawy, 2005: 48).
Didalam dunia pendidikan sikap toleransi itu sangat penting ditumbuhkan
terhadap peserta didik maupun lingkungan masyarakat sekolah. Lingkungan sekolah
merupakan suatu lingkungan dimana seseorang yang telah telah mendapatkan
pendidikan diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya didalam
kehidupan sekaligus mampuhidup berdampingan di masyarakat. Jadi pendidkan
berperan penting bagi individu yang tidak hanya menguasai ilmu tapi mempunyai
sifat terpuji yaitu seperti toleransi.
Ketika sifat toleransi tidak ada pada peserta didik maka akan muncul prilakuprilaki seperti tawuran, berkelahi dan perilaku-perilaku sejenisnya . Sikap toleransi di
sekolah sangatlah penting baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru,
kepala sekolah dengan murid, guru dengan murid maupun murid dengan murid.
Toleransi tersebut dibutuhkan untuk terciptanya proses pembelajaran yang kondusif,
sehingga tujuan dari pendidikan sekolah dapat tercapai. Adapun contoh-contoh
toleransi dalam kehidupan sekolah antara lain:
a. Mematuhi tata tertib sekolah yang ada maka diharapkan tidak ada lagi perilakuperilaku yang menyimpang seperti berkelahi dan tawuran. Dengan demikian juga
tidak ada perbedaan dalam memandang tiap siswa di sekolah sehingga diharapkan
tercipta sikap toleransi antara siswa disekolah.
b. Saling menyayangi dan menghormati sesama pelajar. Dengan saling menyayangi
dan menghormati sesama pelajar maa diharapkan sesama siswa akan merasa
saling melindungi dan terhindar dari sikap saling meremehkan dan merendahkan.

42

Untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang peka dan toleran , setidaknya


dibutuhkan beberapa poin-poin yang dapat dilakukan sebagai wujud acuan seorang
pengajar. Poin-poin tersebut kelak bila diimplementasikan dengan bijak, akan
mampu meretas persoalan-persoalan kebangsaan dalam sekup sederhana yang
dimulai dari generasi tunas bangsa. Beberapa poin yang dapat diperhatikan antara
lain:
Pertama, seorang pendidik haruslah sosok yang meiliki semangat dan
keinginan untuk senantiasa belajar. Seorang guru harus menjadi inisiator pembelajar
yang optimaldan mampu memberikan pembelajaran lagi mudah diterapkan bagi para
muridnya. Hal demikian, tidak bisa didapatkan melainkan dengan banyaknya
pembelajaran-pembelajaran dari aktifitas kehidupan dan pengalaman. Wawasan
menjadi bagian penting, agar pola pembelajaran pada murid tidak hanya selalu
dibatasi atas bingkai persepsi nilai akademis. Dengan adanya wawasan guru yang
senantiasa di optimalisasi, tentu akan meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
serta psikomotorik anak didik. Guru dengan wawasan melimpah ruah tentunya akan
menjadi sebuah pilihan atas ketenangan dan kenyamanan bagi setiap anak didik
mencurahkan berbagai bentuk apresiasi yang dimiliknya. Sehingga, guru yang
demikian tidak hanya didatangi oleh peserta didik diwaktu tertentu, akan tetapi
menjadi guru yang perlu ada serta senantiasa dinanti kehadirannya oleh anak didik.
Kedua, seorang pendidik dalam hal ini ialah guru dituntut untuk memiliki
kepekaan. Bukan hanya kepekaan secara psikologis, akan tetapi kepekaan secara
sosoiologis. Seorang guru adalah agen perubahan, sebab tidak ada kata yang
diucapkan guru, melainkan senantiasa membekas dalam setiap anak didik serta
mempengaruhi perasaan dan perkembangan anak didik. Kepekaan secara psikologis
bagi seorang guru ialah mengetahui dan memahami kompetensi individual dalam diri

43

seorang anak, baik dari sisi karakter, kemampuan diri, potensi imajinasi, daya
kreasi. Sedangkan kepekaan sosiologis dapat diterjemahkan sebagai kemampuasn
seorang guru untk melakukan identifikasi kehidupan sosial setiap anak didik. Hal ini
penting mengingat para peserta didik berasal banyak latar belakang yang berbeda ,
mereka dibentuk dengan budaya dan agama yang memiliki tingkat perbedaan satu
sama lain. Sehingga sebagai sebuah agen pendorong toleransi dalam kehidupan,
sosok guru menjadi sosok tumpuan untuk mampu memberikan segala bentuk
konfirmasi untuk melakukan perwujudan pembelajaran yang saling toleran dan tidak
driskiminan.
Ketiga, seorang guru sangat dituntut untuk memberikan nilai seimbang dan
tidak membedakan dalam hal pemberian penghargaan atas peserta didiknya. Hal ini
dibutuhkan, sebab sebuah toleransi harus mampu melibatkan sisi objekfitas dalam
penilaian individu secara baik dan berkesinambungan. Keempat, sebagai agen
perubahan yang ditunut untuk menjadikan para generasi muda memiliki nilai
toleransi ialah nilai-nilai penghormatan dan menghargai. Hal ini ada agar terwujud
sebuah resolusi kedamaian dalam sekup sederhana yakni diinstansi lingkungan
sekolah. Apabila seorang guru mampu menjaga dirinya dan menghargai perbedaan
yang dimiliki oleh setiap muridnya, kelak setiap siswa akan memiliki nilai toleransi
secara sama atau bahkan lebih baik dibanding guru. Kelima, seorang guru harus
mengedepankan semangat kebangsaan dan menanamkan kecintaan kepada tanah air
(Wiliams, Dobson, 2002: 12).
Dalam ajaran Islam sendiri, sering disebutkan dalam berbagai kajian
keagamaan dan humanisme tentang konsep hubungan antara diri kita dengan Allah
sebagai satu hubungan yang bersifat vertikal peribadatan, serta konsep hubungan
antara diri kita dengan orang lain sebagai sesama manusia ciptaan Allah yang

44

bersifat horisontal secara menyeluruh. Salah satu bagian dari konsep tersebut adalah
hubungan manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat
manusia, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini tak dapat dipungkiri dilakukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha
manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia. Salah
satu caranya yaitu mengembangkan sikap toleransi. Sebagaimana dalam firman
Allah yang menganjurkan kita agar adanya sikap toleransi dalam perbedaan dan
bagaimana sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi perbedaan itu. Seperti
yang terdapat dalam QS. Ali Imron: 103 berikut ini :
tt/ y#9r's [!#yr& . ) 3n=t !$# |My (#.$#u 4 (#%x s? u $Yy_ !$# 7pt2 (#tG$#u
!$# it6 y79xx. 3 $p]i .xs)r's $9$# zi ;t m $x x 4n?t .u $Zuz) Fu/ st7r's 3/=%
ttGsE /3=ys9 Gt#u 3s9
Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orangorang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

2. Kesetaraan
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat . Jadi kesetaraan juga dapat
disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat
artinya sama tingkatan .Dengan demikian kesetaraan atau kesederajatan menunjukan

45

adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak
lebih rendah antara satu sama lain.
Konsep kesetaraan bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan
sustantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturanperaturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupun norma, sedangkan
pendekatan substantif mengakji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran maupun
proses terjadinya kesetaraan (Supartono, 2004: 16).
Dalam Islam, istilah persamaan dan persaudaraan itu dikenal dengan
nama ukhuwah. Ada tiga jenis ukhuwah dalam kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah
Islamia (persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan
ukhuwah

bashariyah(persaudaraan

sesama manusia). Dari konsep

sebangsa),
ukhuwah

itu, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia baik yang berbeda suku, agama,
bangsa, dan keyakinan adalah saudara. Karena antarmanusia adalah saudara,
setiap manusia memiliki hak yang sama (Muthoharoh, 2011: 56-77).
Islam intinya adalah seruan pada semua umat manusia, termasuk mereka para
pengikut agama-agama, menuju satu cita-cita bersama kesatuan kemanusiaan tanpa
membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan dan agama. Karena umat manusia
tak ubahnya waktu, keduanya maju tak tertahankan. Dan sama seperti tak ada jam
tertentu yang mendapat kedudukan khusus, begitu pula tak ada satu pun orang,
kelompok, atau bangsa manapun yang dapat membanggakan diri sebagai
diistimewakan Tuhan (Baidhawy, 2005: 45).
Jadi kesetaraan

merupakan suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan

keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan
satu tingkatan Hierarki, termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun tanpa
membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, dan lainnya. Dalam

46

pandangan Islam, kedudukan manusia itu sama dalam segala hal dan yang paling
mulia kedudukannya dimata Tuhan adalah didasarkan pada ketaqwaannya dan
keimanannya.
Kesetaraan dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan sekolah dan
guru. Selain itu guru akan menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi
terciptanya kesetaraan dalam pendidikan melalui proses pembelajaran. Apalagi
didalam kelas terdiri dari beberapa kalangan yang berbeda dari segi ekonomi. Ada
yang berlatar belakang rendah, menengah dan atas tapi semua dalam proses
pembelajaran harus ada kesetaraan. Apabila guru sudah menerapkan sifat itu maka
anak didiknya pun akan mencontoh karena guru merupakan suri tauladan.
3. Kejujuran
Menurut Hendra Wijaya jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui,
berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan
kebenaran. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata jujur berarti tidak bohong, lurus
hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak khianat. Jika seseorang berkata tida sesuai
dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai dengan apa
adanya, maka orang tersebut dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu,
mungkir, berbohong, munafik dan sebagainya. Jadi jujur adalah suatu karakter yang
berarti berani menyatakan kayakinan pribadi, menunjukan siapa dirinya. Sesuai
dalam firman Allah pengertian jujur terkandung dalam surat

47

#n?t Bs% $tox 6tft u ( )9$$/ u!#yp ! s% (#. (#t#u %!$# $pr't

=ys? $y/ 76yz !$# ) 4 !$# (#)?$#u ( 3u)G=9 >t%r& u (#9$# 4 (#9s? r&

Artinya:
Hai

orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu


menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan

Berdasarkan defenisi diatas maka pengertian jujur atau kejujuran akan tercermin
dalam prilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (iklas) , berbicara sesuai dengan
kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Dengan demikian kejujuran
merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian.
Menurut Aunurrahman (2010: 105-106) beberapa hal penting yang dapat
dilakukan guru dalam menumbuhkan kejujuran anak. Antara lain adalah:
a. Mengusahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topik perbincangan dalam
kelas dan sekolah. Didalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung, guru dapat
memasukan berbagai cerita yang bermuatan kejujuran. Hal ini dapat dilakukan
ketika guru mengajarkan pada mata pelajaran apa saja. Yang perlu ditekankan
kembali bahwa menanamkan kejujuran pada siswa tidak hanya menjadi muatan
mata pelajaran-mata pelajaran tertentu saja, atau guru-guru tertentu saja akan
tetapi harus dilakukan oleh semua warga sekolah.

48

b. Membangun kepercayaan. Membangun kepercayaan anak dapat dilakukan baik


dengan menyampaikan cerita-cerita yang bertemakan saling kepercayaan, atau
melalui berbagai bentuk permainan. Dalam proses pembelajaran dikelas, guru
dapat melatih saling percaya dikalangan siswa melalui kegiatan-kegiatan yang
secara langsung melibatkan peran serta mereka, misalnya memberikan
kepercayaan kepada siswa untuk melalui pekerjaan-pekerjaan mereka, atau
menilai pekerjaan rekanrekan siswa yang lain.
c. Menghormati privasi anak berarti memberikan ruang yang berarti bagi tumbuhnya
rasa percaya pada anak dan penghargaan pada anak. Guru dan orang tua harus
berupaya untuk menghargai hal-hal yang mungkin dapat mengurangi harga diri
mereka didepan teman-teman sebaya, orang tua maupun guru.
Untuk itu sifat kejujuran dalam lingkungan pendidikan itu sangat penting
dalam membentuk prilaku peserta didik yang nantinya bisa tercermin dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Amanah
Secara bahasa amanah dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau
kepercayaan. Amanah juga berarti titipan. Secara syari amanah bermakna
menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang
terkandung dalam firman Allah swt:

4 y9$$/ (#3trB r& $9$# tt/ Fs3ym #s)u $y=r& #n<) MutF{$# (#x? r& .'t !$# ) *
#Zt/ $Jx t%x. !$# ) 3 / /3t $ !$# )
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

49

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah


memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Al-amanah adalah sesuatu yang dipercayakan oleh Allah pada manusia
seperti taklif syariah atau kepercayaan manusia pada sesamanya seperti penitipan
harta dan sebagainya. Dari segi ruang lingkupnya amanah meliputi segala hubungan
antarmanusia dalam persoalan muamalah baik dalam aspek ekonomi, perkara
kontrak dan etika sosial serta persoalan kontrak politik dan perang. Amanah dalam
ranah kontemporer mengalami perkembangan pemaknaannya, yakni sikap saling
percaya yang didasarkan pada spirit profesionalitas, meritokrasi dan akuntabilitas
dihadapan publik dan secara moral pada hati nurani dan Tuhan (Badhawy, 2005: 53).
Untuk itu amanah adalah modal utama untuk terciptanya kondisi damai dan stabilitas
ditengah masyarakat , karena amanah sebagai landasan moral, etika dan berinteraksi
sosial dalam kehidupann.
Pada peserta didik sangat perlu ditanamkan sifat amanah agar mereka
menjadi generasi yang berakhlak mulia. Tumbuhkan sifat amanah pada peserta didik
. Seorang pelajar yang merupakan peserta didik seharusnya amanah dalam menuntut
ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Setiap peserta didik haruslah belajar dengan
bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mempelajari berbagai jenis ilmu yang
bermanfaat. Karena itu amanah bagi seorang peserta didi dari orang tua mereka yang
telah membiayai mereka untuk belajar.
Oleh karena itu, amanah adalah sifat yang wajib ditanamkan kepada siswa
sejak dini. Amanah erat sekali kaitannya dengan kejujuran, dimana kejujuran itu
dijalankan disanalah amanah dipegang. Dengan kata lain, orang yang jujur pastilah
orang yang menyampaikan amanah. Kalau sejak dini siswa diberikan teladan

50

kejujuran, secara latah ia akan membiasakan diri untuk berlaku jujur , karena pada
dasarnya manusia juga belajar melalui pembiasaan. Amanah erat kaitannya dengan
tanggung jawab, siswa mempunyai satu tanggung jawab yang besar yakni untuk
belajar dan mengamalkan apa yang dipelajarinya. Orang yang bisa menjaga amanah
berarti orang yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Ketika sifat amanah
sudah tertanam pada peserta didik maka guru akan lebih mudah untuk mengarahkan
mereka kesifat-sifat terpuji yang lainnya. Dengan sesama teman mereka akan
menerapkannya sehingga akan tercipta keharmonisan dan kedamaian.
5. Solidaritas
Pengertian solidaritas menurut Paul Johnson (1980: 181) bahwa solidaritas
menunjukan pada suatu keadaan antar individu atau kelompok yang didasarkan
perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama.
Solidaritas menurut Robbert M.Z. Lawang (1985: 262) yaitu dasar pengertian
solidaritas tetap berpegang yakni kesatuan, persahabatan, saling percaya yang
muncul dari tanggung jawab dan kepentingan bersama diantara para anggota.
Jadi solidaritas merupakan suatu keadaan saling percaya antar anggota atau
komunitas. Jika saling percaya mereka akan menjadi satu atau menjadi sahabat,
menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling
membantu dalam memenuhi kebutuhan antar sesama.
Ketika dalam kehidupan dihiasi rasa solidaritas maka akan terasa indah. Rasa
solidaritas yang lebih mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan
pribadi. Sebagai makhluk soial kita dituntut untuk memiliki sifat tersebut. Karena
kita tahu, kita tidak akan pernah bisa menjalani hidup sendirian. Rasa solidaritas
memang harus diajarkan sejak kecil. Dimulai dari lingkungan keluarga juga

51

dilingkungan sekolah, selain ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari rasa solidaritas


juga ditekankan pada pendidikan anak dalam pelajaran. Cara membangun soidaritas
itu bisa dilakukan dengan menjauhkan menjauhkan rasa ego kita sendiri, kita
sadarkan diri kita bahwa kita sebagai makhluk sosial tidak akan pernah hidup
sendirian. Kita sadari bahwa dengan membangun solidaritas merupakan cara yang
positif

untuk

menghadapi

segala

permasalahan

dan

mempermudah

menyelesaikannya.
Tugas dari seorang pelajar adalah belajar namun kini banyak kita temui adanya
tawuran-tawuran dikalangan pelajar kini marak terjadi. Tawuran dikalangan pelajar
dapat terjadi karena kurangnya rasa solidaritas antara beberapa siswa siswi antar
sekolah tersebut, mereka kurang menghargai dan kurang mengerti bahwa
sesungguhnya tugas dari seorang pelajar aalah belajar. Dengan baik dan bukan untuk
saling bertengkar atau melakukan tindakan dan perkelahian antar sekolah mereka.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi
perkelahian antara pelajar dan menumbuhkan sikap solidaritas:
a) Menjalin komunikasi yang baik antar sesama pelajar dimasing-masing sekolah.
b) Menjaga solidaritas antar pelajar dimasing-masing sekolah.
c) Menjalin kerjasama antar sekolah tersebut dalam hal yang berhubungan dengan
pendidikan agar hubungan kedua sekolah tersebut menjadi tentram dan tanpa
masalah.
d) Tidak saling membesar-besarkan suatu masalah yang ada dimasing-masing
sekolah.
e) Mempererat tali persahabatan antara tiap-tiap siswa dimasing-masing sekolah.
Bila semua itu dapat terlaksana maka sikap solidaritas diantara sesama kawan
baik satu sekolah maupun dengan sekolah lain akan terbina . Karena sikap solidaritas

52

ini sangat diperlukan dilingkungan sekolah terutam bagi pelajar yang memang pada
masa ini masih mementingkan egonya masing-masing.

6. Kerjasama
Dalam kamus besar kerja sama merupakan sebuah sistem pekerjaan yang
dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan
bersama.
Sargent dalam Santosa (1992: 29) menyatakan bahwa kerja sama merupakan
usaha terkoordinasi diantara anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan
untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama adalah adanya keterlibatan secara pribadi
diantara kedua belah pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi
secara optimal (Sunarto, 2000).
Kerja sama merupakan suatu bentuk interaksi sosial di mana tujuan anggota
kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau
tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat
mencapai tujuan bila individu lain mencapai tujuan (Santosa, 1992: 29-30). Bila
dikaitkan dalam pendidikan kerja sama sangat diperlukan baik itu berupa materi
maupun non materi. Karena antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kerja sama merupakan suatu
usaha bersama

yang dilakukan oleh beberapa orang secara koordinasi untuk

mencapai tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.
Dalam lingkungan sekolah perlu adanya kerja sama baik itu diantara siswa
dengan siswa ataupun guru dengan guru bahkan kepala sekolah dengan guru.
Sekolah dari sudut pandang pengawas adalah sebuah tim kerja. Di masyarakat
banyak kita jumpai berbagai tim kerja seperti dilingkungan keluarga, di mana ada

53

ayah, ibu dan anak-anaknya mengambil peran masing-masing untuk mencapai tujuan
bersama. Keharmonisan keluarga dapat ditakar dari bagaimana peran masing-masing
anggota keluarga dapat berjalan dengan semestinya.
Kunci sukses bekerja sama dalam sebuah organisasi telah banyak dibahas
orang. Cara menumbuhkan semangat kerja dilingkungan sekolah adalah (Maginn,
2004; 11):
a) Tentukan tujuan bersama dengan jelas.
b) Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota.
c) Sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama.
d) Hindari masalah yang bisa diprediksi.
e) Gunakan konstitusi atau tim yang telah disepakati bersama.
f) Ajarkan rekan baru satu tim agar anggota baru mengetahui bagaimana tim
beroperasi dan bagaimana perilaku antaranggota tim berinteraksi.
g) Selalu bekerjasama
h) Wujudkan gagasan menjadi kenyataan.
i) Aturlah perbedaan secara aktif
j) Perangi virus konflik.
k) Saling percaya.
l) Saling memberi penghargaan.
m) Evaluasi tim secara teratur.
n) Jangan menyerah.
Adapun manfaat kerjasama sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup
khususnya manusia, apalagi dilingkungan sekolah ada beberapa manfaat jika
kerjasama itu dilaksanakan yaitu (Kusnadi, 2003) :
a) Kerjasama mendorong persaingan dalam pencapaian tujuan dan peningkatan
produktifitas.
b) Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif,
efektif dan efesien.

54

c) Kerasama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi akan


menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat.
d) Kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait
serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
e) Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat
kelompok.
f) Kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi
dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan
situasi dan kondisi yang telah baik.
Faktor yang memengaruhi kerjasama diantaranya yaitu hal timbal balik,
orientasi individu, dan komunikasi.
7. Husnuzan
Husnuzan secara bahasa artinya berbaik sangka, lawan kata dari suuzan yang
artinya berburuk sangka. Berbaik sangka merupakan bisikan jiwa yang dapat
diwujudkan melalui prilaku yakni ucapan dan perbuatan. Sungguh tepat jika Allah
SWT dan rasul-Nya melarang perilaku buruk sangka dan harus berbaik sangka.
Sesuai dengan firman-Nya pada QS. Al-Hujurat : 12 :

ECFH
CD ; 6
B
MN B
T W X ; O? Q
= ?246 76
R ; O? ; D KL
ff g h
2F L D Y LZ W \ ? ] N 7 6 WN ^ _ \` 6 2 cR Wd c
R` Fe 6 T B
lh Bj F K d k
m
B
B h m
WL _

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu

55

mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu


menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Berprasangka baik (husnuzan) pada manusia berarti tidak mudah memvonis
dan selalu mengedepankan klarifikasi dalam kehidupan masyarakat yang plural,
sementara berprasangka baik pada Tuhan adalah tidak mencerca nasib manusia yang
berjalan sesuai ketetapan-Nya dalam sunnatullah (Badhawy, 2005: 53). Artinya
dalam kehidupan ini sangat penting adanya sikap husnuzan baik itu dengan manusia
ataupun dengan Allah. Sifat husnuzan itu bisa ditunjukan dengan rasa syukur atau
sifat terpuji yang lainnya.
Islam amat menganjurkan umatnya supaya sentiasa husnudzon dalam
kehidupan agar kehidupan yang dijalani mendapat keredhaan Allah Swt dan
mendapat ketenangan serta ketentraman. Husnudzon dikategorikan menjadi tiga
macam yaitu husnudzon kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada manusia. Ketika
sifat husnudzan ada pada manusia maka hikmahnya yaitu dapat membersihkan hati
daripada

segala

titik-titik

hitam

yang

menyebabkan

seseorang

berasakan

kehidupannya tidak tenang. Selain itu menambah rasa cinta kepada Allah SWT
dengan melaksanakan perintah-Nya. Kecintaan sesama manusia juga akan bertambah
dengan terpupuknya sifat ini dalam diri.
8. Percaya diri
Maslow dalam Alwisol (2004: 24) mengatakan bahwa kepercayaan diri itu
diawali oleh konsep diri. Menurut Lauter (2002: 123) kepercayaan diri merupakan
suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-

56

tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai
keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan diri sendiri.
Menurut pendapat Angelis (2003: 10) percaya diri berawal dari tekad pada diri
sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup.
Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri sehingga kita mampu menghadapi
tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.
Menurut Rahmat (2000: 109) kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu
kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam
kehidupannyaserta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan
mengacu pada konsep diri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri
merupakan adanya sikap individu yakinakan kemampuannya sendiri untuk
bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan yang
yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak
terpengaruh oleh orang lain.
Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu
didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Hakim (2002)
berpendapat bahwa terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses :
a) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
b) Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya

57

c) Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang


dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan
diri
d) Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan
segala kelebihan yang ada pada dirinya.
Rasa percaya diri sangat membantu manusia dalam perkembangan
kepribadiannya. Karena itulah rasa kepercayaan diri sangat dibutuhkan manusia
dalam menjalani hidupnya. Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa
berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya.
Percaya diri merupakan dasar motivasi diri untuk berhasil.
Para siswa tingkat SMA adalah masa dimana seorang remaja ingin
prestasinya kelihatan menonjolkan prestasi tersebut dengan baik, percaya diri adalah
salah satu kunci kesuksesannya. Kepercayaan diri siswa dalam sekolah itu terlihat
pada saat siswa yang ingin melontarkan pendapatnya didepan kelas tetapi ia hanya
bisa diam. Ia takut bila satu kelas akan mengolok-ngoloknya jika pendapat yang
dilontarkan jauh dari sempurna. Kadangkala gejala tak percaya diri muncul tiba-tiba,
tanpa disadari oleh seseorang ketika melakukan sesuatu sehingga orang tersebut
tidak bisa mengeluarkan kemampuannya secara optimal.Seorang siswa yang tidak
mempunyai rasa percaya diri akan mengahambat perkembangan prestasi intelektual,
keterampilan dan kemandirian serta membuat siswa tersebut tidak cakap
bersosialisasi.
Sebaliknya siswa yang memiliki kepercayaan diri bagus mereka memiliki
perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan
kemampuan yang dimiliki sehingga mereka mampu mengembangkan pengetahuan

58

dan talenta yang mereka miliki. Orang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang
yang hanya merasa mampu melainkan adalah orang yang mengerti bahwa dirinya
mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
9. Pemaaf
Arti maaf secara umum adalah kita bisa mengartikan memaafkan sebagai
mengampuni kesalahan, tidak mendendam, meberi remisi, atau pembebasan( Azwar,
2005: 12). Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain . Sikap
pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikitpun ada rasa
benci dan keinginan untu membalasnya.
Dalam bahasa arab sikap pemaaf disebut al-afw

yang juga memiliki arti

bertambah berlebih, penghapusan, ampun, atau anugrah (Munawir, 1984: 10). Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemaaf merupakan sifat terpuji
yang dimiliki seseorang untuk memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat
salah tanpa ada ras benci dan ingin membalas dendam.
Memaafkan

dan memberi ampun berarti melupakan semua serangan,

kejahatan, perbuatan salah dan dosa yang dilakukan orang lain secra sengaja maupun
tidak sengaja terhadapa anda. Memaafkan itu ada dua macamnya. Pertama, kita
memafkan seseorang ketika kita tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan
pembalasan. Kedua, kita memafkan seseorang ketika kita memiliki kekuatan untuk
melakukan balas dendam (Badhawy, 2005: 65).
Memaafkan semacam inilah yang dikehendaki Islam dan para pemimpin yang
berkuasa hendaknya mempunyai sifat pemaaf seperti ini , dalam Al-Quran QS. AlAraf : 199 dijelaskan :

=pg:$# t r&u 9$$/ &u u y9$# {

59

Artinya:
Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh
Dalam ayat tersebut kita dapat melihat betapa Allah telah menganugerahkan
kepada para Nabi dan Rosulnya sifat pemaaf dan kerjasama. Allah menganjurkan
para Nabi untuk menunjukan perilaku teladan sembari memberi petunjuk kepada
mereka dan Allah menjaga para utusan-Nya dari sifat-sifat kebodohan.
Guru memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian siswa siswa,
selain mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, guru juga harus dapat
mengintegrasikan nilai-nilai yang bermuatan moral dan spiritual kepada anak didik.
Melalui berbagai model dan cara harus dilakukan oleh seluruh guru bidang studi agar
menhasilkan anak didik yang cerdas secara intelektual dan sekaligus berkepribadian
yang matang. Dan setiap peserta didik harus memiliki sifat pemaaf tersebut karena
akan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Diantara hikmah yang dirasakan dari
sikap pemaaf diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Orang yang pemaaf akan medapatkan perlakuan yang lebih baik dari orang yang
dimaafkan.
b) Orang yang pemaaf akan memperkuat tali silaturahmi dengan orang lain,
termasuk orang yang dimaafkan.
c) Sifat pemaaf menunjukan konsistensi seseorang dalam bertaqwa.

C. Proses Pembelajaran
1. Pengertian Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga
berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran
itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk

60

menuju tujuan yang lebih baik. Proses pembelajaran adalah proses yang di
dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar
(Rustaman, 2001: 461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan
dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus
terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai
secara optimal.
Menurut pendapat Bafadal (2005: 11), pembelajaran dapat diartikan
sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, Jogiyanto
(2007: 12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi
yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli,
kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Pengertian

proses

(1991: 114): Proses

pembelajaran

pembelajaran

antara

merupakan

lain

menurut

suatu

Rooijakkers

kegiatan

belajar

mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan
proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (1991: 200)
proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung
dalam interaksi

aktif

dalam

lingkungan,

yang

menghasilkan

perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

perubahan-

61

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses


pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi
dan mengolah informasi dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat
dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta
diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu
peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu
demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses
pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis
dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Diharapkan adanya perubahanperubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan
membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas
serta

perubahan

perilaku

atau

pribadi

seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan
merangsang

keingintahuan

serta

memotivasi

kemampuan

mereka

(Dahar,

1996: 106). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif
(kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik
(keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga
kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik
(Nasution, 1998: 25).

62

Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia


sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai
perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral.
Sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan
yang mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan
yang maju dan positif.
Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan
kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa atau peserta didik setelah
menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat bagi siswa dan sesuai
dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal.
Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya membekali diri
siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman
moral dan keterampilan sehingga mengalami perkembangan positif.
3. Komponen-komponen Pembelajaran
Proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak
didukung dengan komponen-komponen dalam pembelajaran, karena antara proses
pembelajaran dengan komponen pembelajaran saling berkaitan dan membutuhkan.
Komponen dalam pembelajaran sangat penting keberadaannya karena dengan
pembelajaran diharapkan perilaku siswa akan berubah ke arah yang positif dan
diharapkan dengan adanya proses belajar mengajar akan terjadi perubahan tingkah
laku pada diri siswa.
Keberhasilan

pelaksanaan

proses

pembelajaran

merupakan

indikator

pelaksanaan kurikulum yang telah dibuat oleh lembaga bimbingan belajar,

63

sehingga dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasanan


belajar yang kondusif sehingga memungkinkan dan mendorong siswa untuk
mengembangkan segala kreatifitasnya dengan bantuan guru. Peranan guru di sini
sangatlah penting, yaitu guru harus menyiapkan materi dan metode pembelajaran,
serta guru juga harus mengetahui dan memahami keadaan siswanya demi
kelancaran pembelajaran.
Adapun

komponen

yang

mempengaruhi

berjalannya

suatu

proses

pembelajaran menurut Zain dkk (1997: 48), dalam kegiatan belajar mengajar
terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi pembelajaran, 4) metode
pembelajaran, 5) media pembelajaran, 6) evaluasi pembelajaran. Beberapa
komponen pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh pada
proses pembelajaran, karena guru memegang peranan yang sangat penting
antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta mengatur semua
kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran PAI, peran seorang guru diperlukan untuk
memberikan pembelajaran dan menyampaikan materi serta membentuk pribadi
siswa yan g b erakhl ak mulia guna tercapai sumber daya manusia yang
potensial , cerdas dan berakhlak mulia. Menurut pendapat Sardiman (1990: 123),
diungkapkan bahwa guru adalah komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembangunan.

64

Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Zain dkk (1997: 50),
menyatakan bahwa dalam suatu proses belajar, siswa memerlukan seorang guru
sebagai suatu sumber bahan dalam menyampaikan materi serta sejumlah ilmu
pengetahuan guna berkembangnya pendidikan siswa dan sumber daya manusia.
Seorang g u r u

harus memahami karakteristik masing-masing siswa

yang tergabung dalam kelompok band, karena merupakan modal utama dalam
menyampaikan materi serta menjadi indikator dari suksesnya pembelajaran.
Selain itu pelatih bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga
mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar proses belajar lebih
memadai. Peranan guru dalam kegiatan proses belajar PAI di antaranya yaitu
bertanggung

jawab

saat

membimbing siswa dalam

proses

pelajaran

berlangsung,

mengarahkan

dan

rangka mengembangkan kreatifitas serta menganalisis

siswa dalam memahami Pendidikan Agama Islam.


Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan
salah satu komponen yang sangat berpengaruh pada proses pembelajaran,
karena guru memegang peranan yang sangat penting antara lain menyiapkan
materi, menyampaikan materi, serta bertanggung jawab dan mengatur semua
kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajaran.
b. Siswa
Komponen lain yang juga berpengaruh terhadap jalannya suatu kegiatan
belajar mengajar adalah siswa atau biasa juga disebut dengan peserta didik. Siswa
sebagai individu adalah orang yang tidak bergantung pada orang lain dalam arti
bebas menentukan sendiri dan tidak dipaksa dari luar, maka daripada itu
dalam dunia pendidikan siswa harus diakui kehadirannya sebagai pribadi yang unik
dan individual (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001: 39).

65

Setiap siswa memiliki karakteristik individual yang khas dan terus


berkembang meliputi perkembangan emosional, moral, intelektual dan sosial.
Perkembangan ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa sebagai subjek
pendidikan (Sunarto dan Hartono, 2002: 181).
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
siswa

adalah

peserta

didik

dengan

pribadi

unik

yang

menjadi

subjek

pendidikan. Keunikan siswa tampak dari perkembangan emosional, moral,


intelektual dan sosial harus diakui dalam proses pendidikan. Karena itu, siswa
adalah subjek aktif, bukan objek pendidikan.
c. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar agar
tujuan pembelajaran

dapat

tercapai.

Dalam

hal

ini

Mukmin

(2004: 47)

berpendapat: Materi pembelajaran atau sering disebut materi pokok adalah


pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana
pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan
instrumen

penilaian

yang

disusun

berdasarkan

indikator

ketercapaian

materi

pembelajaran

kompetensi.
Nana

dan

Ibrahim

(2003: 100)

mengatakan

merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh
siswa,

dalam

rangka

pencapaian

tujuan-tujuan

intruksional

ditetapkan. Materi pembelajaran dalam proses pembelajaran PAI

yang

telah

juga sangat

dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.
Materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Materi tersebut
diambil dari b e b e r a p a s u m b e r yang

kemudian

disampaikan dengan siswa

66

dan menggunakan metode yang menarik. Pengembangan


dibutuhkan

dalam

rangka

materi

sangat

meningkatkan kreatifitas siswa, di antaranya agar

pengetahuan siswa bertambah luas.


Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa materi
pembelajaran merupakan isi yang akan diberikan kepada siswa pada proses
pembelajaran, materi pembelajaran yang akan mengarahkan siswa kepada
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
d. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan komponen yang diperlukan oleh guru
setelah menentukan materi pembelajaran. Berbagai macam metode dapat
digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan pembelajaran itu. Oleh
karena itu dalam proses kegiatan belajar di pembelajaran P e n d i d i k a n
Agama

Islam,

metode

sangat

dibutuhkan

untuk

mempermudah

pelaksanaan kegiatan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran PAI
tersebut.
Sebelum metode itu diaplikasikan, terlebih dahulu harus dipahami arti dari
metode itu sendiri. Definisi tentang metode sangat bermacam-macam namun pada
dasarnya memiliki makna yang sama, di antaranya definisi metode menurut
Djamarah (1991: 72) mengemukakan metode adalah cara yang digunakan
pada saat berlangsungnya pengajaran dengan mengatur sebaik- baiknya materi
yang

disampaikan

agar

memperoleh

pembelajaran

yang terencana untuk

mencapai tujuan.
Pendapat

lain

mengungkapkan

Metode adalah cara yang di dalam

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin

tepat

metodenya

diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut (Suryobroto, 1986: 3).

67

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh


pendidik dalam berlangsungnya hubungan interaksi antara guru dengan siswa pada
saat berlangsungnya pembelajaran. Pentingnya penggunaan metode dalam suatu
proses pembelajaran, akan mempengaruhi serta

hasil pembelajaran.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, macam-macam metode


pembelajaran menurut Nana dan Ibrahim (2003: 105), metode yang biasa
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain seperti metode ceramah,
metode demonstrasi, metode diskusi, metode tanya jawab, dan metode latihan
(drill).
e. Media Pembelajaran
Suatu proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal apabila
tidak didukung oleh media sebagai sarana untuk memudahkan seorang guru untuk
berinteraksi dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Media merupakan
seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim, 1995: 7).
Media pembelajaran di dalam pembelajaran sangat dibutuhkan untuk memudahkan
guru dalam menyampaikan materi agar dapat dipahami oleh siswa.
f. Evaluasi Pembelajaran
Komponen yang terakhir pada bagian proses pembelajaran adalah
evaluasi. Evaluasi menurut pendapat Suryobroto (1986: 12) mengatakan:Evaluasi
merupakan barometer untuk mengukur tercapainya proses interaksi, dengan
mengadakan evaluasi dapat mengontrol hasil belajar siswa dan mengontrol
ketepatan suatu metode yang digunakan oleh guru sehingga pencapaian tujuan
pembelajaran dapat dioptimalkan

68

Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sudjana (2003:


148), bahwa evaluasi bertujuan untuk melihat atau mengukur belajar para siswa
dalam hal penguasaan materi yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
maksud dan tujuan evaluasi pembelajaran adalah suatu kegiatan penilaian untuk
mengukur dan mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran serta
mengontrol ketepatan suatu metode yang digunakan oleh guru terhadap siswa.
Maka daripada itu, diharapkan evaluasi sangat berpengaruh pada kemajuan
kemampuan siswa untuk lebih baik.

D. Pendidikan Agama Islam


a) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah
bersepakat

dan bertekad untuk membentuk satu Negara kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan Islam.
Namun

Pancasila dan

UUD 1945 menjamin kemerdekaan bagi umat Islam

untuk melaksanakan dan mengembangkan


pendidikan Agama Islam.
Dalam Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang
diatur

dengan

Undang-Undang.

Menurut

para

penyusun,

yang dimaksud

dengan satu sistem pengajaran nasional adalah suatu sistem pendidikan dan
pengajaran yang memelihara pendidikan kecerdasan akal budi secara merata kepada
seluruh rakyat Indonesia,yang bersendi agama dan kebudayaan bangsa,untuk

69

mewujudkan

keselamatan

dan

kebahagian

masyarakat

bangsa

Indonesia

seluruhnya. Dikuatkan dengan Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 Bab II


Pasal menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaiitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan
berbudi pekerti

luhur,

memiliki

pengetahuan

dan

keterampilan,

kesehatan

jasmani. dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan (Kartono, 1997: 83).
Undang-Undang
Nasional,

merupakan

Nomor

20

tahun

Undang-Undang

2003 tentang

yang

sistem Pendidikan

mengatur penyelenggaraa satu

sistem pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki UUD 1945,melalui proses


yang melelahkan,sejak Indonesia merdeka hingga tahun 1989 dengan kelahiran UU
Nomor 2 Tahun 1989, dan kemudian disempurnakan menjadi UU Nomor 20
Tahun 2003, merupakan puncak dari usaha mengintegrasikan pendidikan Islam
ke dalam sistem pendidikan nasional.Dengan demikian berarti UU Nomor 20
Tahun 2003 merupakan wadah formal terintegrasikan pendidikan Islam dalam
sistem Pendidikan Nasional, dan dengan adanya wadah tersebut, pendidikan
Islam mendapatkan peluang serta kesempatan untuk terus dikembangkan. Karena
pendidikan Islam secara terintegrasi dalam sistem Pendidikan Nasional tersebut
dapat dilihat pada pasal-pasal UU Nomor 2003, seperti berikut ini. Di dalam Pasal
1 ayat (2), disebutkan bahwa Pendidikan
berdasarkan Pancasila

dan

UUD

1945

Nasional adalah pendidikan


yang

berakar

pada

yang

nilai-nilai

agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan


zaman, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem
maupun institusinya, merupakan warisan budaya

bangsa yang berarti berakar

70

pada masyarakat bangsa Indonesia, dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam
akan merupakan bagian intergral dari sistem Pendidikan Nasional.
Secara terminologis Pendidikan Agama Islam berorientasi tidak hanya
sekedar

memberikan

ilmu

pengetahuan

agama

yang

sifatnya Islamologi,

melainkan lebih menekankan aspek mendidik dengan arah pembentukan pribadi


Muslim yang taat, berilmu dan beramal shalih. Pendidikan Agama Islam yaitu
usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan
dan sumber daya insani
dan mengamalkan

lainnya agar lebih

ajaran

Islam.

mampu

Pendidikan

memahami, menghayati

Agama

Islam

merupakan

komponen yang tak terpisahkan dari pendidikan Islam yanga jangkauan dan
sasarannya

lebih

luas,

namun

berfungsi

sangat

strategi

untuk

mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam fungsi disiplin ilmu yang dipelajari


oleh subyek didik.
Kekhususan Pendidikan Agama Islam ini dapat ditinjau baik dari tujuan
maupun meteri yang diajarkan hal ini tampak dalam penjelasan pasal 39.
Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 tentang pendidikan agama. Pendidikan
agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan. Hal
ini berarti tujuan dan materi yang diajarkan disesuaikan dengan ajaran Islam,
sehubungan

dengan itu tujuan pendidikan agama Islam berintikan tiga aspek

yaitu iman, ilmu dan amal (Ahmadi, tt : 103).


Adapun Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi

yang berbeda

dari subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memilki fungsi yang bermacam-macam,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh masing- masing lembaga pendidikan
Fungsi

yang

diemban

olehnya

akan menentukan berbagai aspek

71

pengajaran yang dipilih oleh pendidik agar tujuan tercapai. Secara umum.
Pendidikan Agama Islam dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau
gabungan dari beberapa fungsi, yaitu konfesional, neo konfesional, konfesional
tersembunyi, implisit, dan non kenfensional.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani,
menghormati

ajaran

agama

penganut

Islam,

agama

dibarengi
lain

dengan

dalam

tuntunan

hubungannya

untuk
dengan

kerukununnya antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan


bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami

ajaran

agama

Islam

secara

menyeluruh.

Lalu menghayati

tujuan, yang pada ahirnya dapat mengamalkan serta menjadikan

Islam

sebagai pandangan hidup. Oleh karena itu ketika kita menyambut pendidikan
Islam , maka akan mencakup dua hal (a) mendidik siswa untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam (b) mendidik siswa-siswi untuk
mempelajari materi ajaran Islam subyek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
(Majid, 2004: 130)
Munculnya

anggapan-anggapan

yang

kurang

menyenangkan tentang

pendidikan agama seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam
penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktekkan. Pendidikan agama lebih
ditekankan pada hubungan

formalitas

antara hamba

dengan

Tuhan-Nya

penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat


sederet respon kritis terhadap pendidikan agama . Hal ini disebabkan penilaian

72

kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengn berapa banyak hafalan dan
mengerjakan ujian tertulis di kelas yang terdapat didemonstrasikan oleh siswa.
Memang

pola

pembelajaran

tersebut

khas

pola

pendidikan agama.

Pendidikan agama secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan
Negara yang juga mengidap masalah yang sama . Masalah besar dalam
pendidikan selama ini adalah kuatnya dominisi pusat dalam penyelenggaraan
pendidikan sehingga yang muncul uniform sentralistik kurikulum, model hafal
dan

monolog,

materi

ajar

yang banyak, serta kurang menekankan pada

pembentukan karakter bangsa.


Mata pelajaran pendidikan

agama Islam itu

secara

keseluruhannya

dalam lingkup Al-Quran dan Al-hadis, keimanan, ahlak, fiqh dan sejarah, sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama

Islam

mencakup

perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan haubungan manusia dengan


Allah

SWT,

diri

sendiri, sesama

manusia,

makhluk

lainnya

maupun

lingkungannya (Hablum minallah wa hablum minannas).


Jadi Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik

dalam

rangka

mempersiapkan

peserta

didik

untuk meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan,


pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Majid, 2004: 40).
Memperhatikan keempat definisi mengenai Pendidikan Agama Islam di
atas, jelaslah bahwa proses pendidikan agama Islam sekalipun konteksnya sebagai
suatu bidang studi. Tidak sekedar menyangkut pemberian ilmu pengetahuan
agama kepada siswa, melainkan yang lebih utama
pembentukan dan

menyangkut

pembinaan,

pengembangan kepribadian muslim yang taat beribadah dan

73

menjalankan kewajibannya.
b) Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari di sekolah,
mulai dari tingkat Taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Hal ini
menunjukan

betapa

pentingnya

pendidikan

Agama

Islam

dalam

rangka

pembentukan suatu kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan serta
falsafah

bangsa

dan

agama

yang

dianutnya.

Oleh karena

itu,

dalam

pelaksanaannya Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar-dasar yang


cukup kuat. Sebagaimana yang tercantum dalam ketetapan MPR RI Nomor
II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang berbunyi. Kurikulum
perlu terus dikembangkan secara dinamis dengan memperhatikan kepentingan dan
kekhasan daerah serta

pekembangan

ilmu

pengetahuan

dan

tekhnologi,

Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan Kewarganegaraan, terus ditingkatkan


dan dikembangkan disemua jalur, jenis dan jenjang pendidikan nasional, ilmu dasar,
ilmu pengetahuan alam dan eksakta, ilmu pengetahuan sosial dan humaniora perlu
dikembangkan secara serasi dan seimbang. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat
2, dinyatakan bahwaini kurikulum tiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat pendidikan Pancasila, pendidikan Agama

dan

pendidikan

kewarganegaraan.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang
kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dapat ditinjau dari berbagai segi,yaitu :
1. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari perundangundangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan

74

pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri
dari tiga macam yaitu :
a. Dasar

ideal, yaitu

dasar

falsafah

Negara

pencasila, sila

pertama

Ketuhanan Yang Maha Esa.


b. Dasar setruktural/konstitusional, yaitu UUD45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2 yang berbunyi : 1) Negara berdasrkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
c. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV /MPR/1973 yang
kemudian

dikokohkan

dalam

Tap

MPR

No.IV/MPR/ 1978

jo.

KetetapanMPR Np.II/MPR/1983 diperkuat oleh Tap. MPR No.II/MPR/1988 dan


Tap.MPR No.II/MPR/ 1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara
langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari
Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi.
2. Segi Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber
dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan
dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Quran banyak ayat
yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain :
1. Q.S.An-Nahl 25: Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik.
2. Q.S. Al-Imran 104: Dan hendaklah diantara kamu ada segolonga umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari
yang mungkar.

75

3. Al-hadis Sampaikan ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.


3. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik dalam
individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapan pada hal-hal yang
membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya
pegangan hidup. Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya
pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya
ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang maha Kuasa, tempat mereka
berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi
pada masyarakat yang masih primitive maupun masyarakat yang sudah modern.
Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan
mengabdi kepada zat Yang Maha Kuasa (Zuhairini dkk, 1986: 239).
Adapun Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan
tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal. Ketiga aspek tersebut berisi untuk
menumbuhkan

dan

meningkatkan

pemupukan pengetahuan,

keimanan

melalui

pemberian

dan

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta

didik tentang agama Islam sehingga manjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam keimanan, ketaqwaaan, berbangsa dan bernegara (Derektorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 1983: 84).

c) Fungsi Pendidikan Agama Islam


Bahwa Pendidikan sebagai usaha membentuk

pibadi manusia harus

melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui
dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan

76

sesuai

dengan

keinginan

pembuatnya.

Dalam proses pembentukan tersebut

diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan


dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahankesalahan langkah pembentuknya terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh
karena itu, lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang
tumbuh dan berkembang yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita salah
membentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.
Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama
Islam disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai
tersebut, juga mengembangkan

kemampuan

berilmu

pengetahuan

sejalan

dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah


yang secara paedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kepada arah
kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. Oleh karena itu, usaha
ikhtiariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan atas trial and error
(coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa dilandasi
dengan teori-teori

kependidikan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan

secara

paedagogis.
Selain itu juga, pendidikan agama Islam memberikan bahan- bahan
informasi tentang pelakasanaan Pendidikan agama Islam tersebut. Ia memberikan
bahan masukan yang berupa (Input) kepada ilmu ini, mekanisme

proses

kependidikan Islam dari segi operasional dapat dipersamakan dengan proses


mekanisme yang berasal dari penerimaan in put (bahan masukan), lalu di proses
dalam kegiatan pendidikan (dalam bentuk kelembagaan
yang

disebut

atau non kelembagaan

truput. Kemudian berakhir pada output (hasil yang yang

diharapkan). Dari hasil yang diharapkan itu timbul umpan balik (feed back) yang

77

mengoreksi

bahan

berlangsung terus

masukan
selama

(input).

proses

Mekanisme

kependidikan

proses

terjadi.

semacam

Semakin

ini

banyak

diperoleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu, maka semakin
berkembang pula pendidikan agama Islam (Ahmadi, Abu& Uhbiyati,Nur, 2001: 1).

lxxviii

BAB 3
PROFIL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 PALEMBANG

A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Palembang


Pada tahun 1960 jumlah sekolah relatif masih sedikit lebih-lebih tingat SMTA
masih sangat terbatas. SMA Negeri saat itu berada dua buah yaitu SMA Negeri 1 dan
SMA Negeri 2 Palembang.
Melihat jumlah lulusan SMTP yang makin meningkat dan animo masyarakat
untuk melanjutkan pendidikan di SMTA terutama SMA Negeri, maka oleh kantor
Perwakilan Departemen P dan K saat itu timbul gagasan untuk mendirikan SMA Negeri
baru.
Sekitar tahun 1961 gagasan tersebut terwujud yaitu didirikannya SMA Negeri
baru yang diberi nama SMA Negeri 3 Palembang. SMA Negeri ini dilahirkan dalam
keadaan yang belum lengkap. Gedung sementara menumpang di SMA Negeri 2
Palembang, guru dan pegawai dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Palembang.
Kepala Sekolah pada saat itu yaitu Bapak M. Ali Nurdin salah seorang guru SMA
Negeri 2 Palembang. Dengan bermodal Satu kelas dan waktu belajar siang hari, tepat
pada tanggal 8 Agustus 1961 merupakan hari pertama sekolah ini memulai kegiatan
proses belajar mengajar. Tanggal ini patut diingat dan tidak berlebihan jika tanggal
tersebut diperingati oleh warga SMA Negeri 3 Palembang sebagai hari jadi atau hari
lahirnya SMA Negeri 3 Palembang.
Tahun kedua jumlah siswa bertambah pesat sehingga jumlah kelas menjadi
Lima kelas yaitu kelas Satu Empat kelas dan kelas Dua Satu kelas. Pada tahun ketiga
setelah setiap tingkat atau kelas terisi dan beberapa persyaratan pendirian suatu sekolah
lxxviii

lxxix

dipenuhi, barulah SMA Negeri 3 Palembang dikukuhkan dengan surat keputusan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 59/SK/III tanggal 25
Juli 1963 terhitung tanggal 1 Agustus 1963 dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah dimantapkan Bapak M .Ali Nurdin.
2. Tempat dan waktu belajar di SMA Negeri 2 Palembang pada siang hari pukul 13:20
sampai dengan pukul 17:30 WIB.
3. Guru dan Pegawai dari SMA Negeri Palembang yang dimutasikan ke SMA Negeri 3
Palembang.
4. Jumlah kelas sebanyak 33 kelas yang terdiri dari
a. Kelas Satu berjumlah sepuluh kelas.
b. Kelas Dua berjumlah sebelas kelas, dan
c. Kelas Tiga berjumlah dua belas kelas.
Pada tahun 1965 terjadi pergantian Kepala Sekolah dari Bapak M. Ali Nurdin
kepada Bapak Suyoto Nurhidayat, BA salah seorang guru SMA Negeri 2 Palembang.
Setahun kemudian tepatnya tanggal, 15 Juli 1966 SMA Negeri 3 Palembang pindah
tempat dari SMA Negeri 2 Palembang ke lokasi yang baru seperti sekarang ini yang
gedungnya sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Gedung ini
dulunya bekas SD Tionghoa yang dengan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Pripinsi Sumatera Selatan tanggal 4 Juni 1966 Nomor: G.151/1966 diberikan hak pakai
kepada SMA Negeri 3 Palembang.
Melihat kondisi gedung sampai saat itu masih berstatus hak pakai, maka pihak
sekolah bersama-sama pengurus BP-3 berusaha untuk mendapatkan gedung tersebut
dari status hak pakai menjadi hak milik SMA Negeri 3 Palembang. Akhirnya melalui

lxxix

lxxx

usaha tersebut pada tahun ajaran 1989/1990 barulah statusnya mengalami perubahan
dari status hak pakai menjadi hak milik sampai dengan sekarang.
Mulai Tahun Pelajaran 2002/2003 SMA Negeri 3 Palembang ditunjuk dari
Dirjen Pendidikan Menengah Pusat sebagai Pilot Project pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang kemudian berganti menjadi Kurikulum 2004 yang telah
melaksanakan Ujian Nasional Kurikulum 2004 dan berhasil dengan persentase
kelulusan 100 %. Tahun Pelajaran 2005/2006 kembali SMA Negeri 3 Palembang
ditunjuk sebagai sekolah pengembang pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK ) atau ICT .
Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai pengembang pembelajaran berbasis ICT
SMA Negeri 3 Palembang telah melengakapi Laboratorium Komputer dengan jumlah
komputr 24 unit dan Ruang internet 10 unit dan mempunyai Ruang Multi media dengan
perangkat 10 komputer, 3 LCD dan 4 buah Laptop. Guna memperkenalkan dan
menjalin hubungan dengan semua pihak yang berhubungan dengan dunia Pendidikan
SMA Negeri 3 Palembang mempunyai situs: www.geocities.com/smanegeri3palembang
Tahun Pelajaran 2007/2008 SMA Negeri 3 Palembang ditunjuk oleh Pusat sebagai
Rintisan Sekolah Kategori Mandiri.
Sejak berdirinya hingga saat ini, SMA Negeri 3 Palembang telah mengalami 16
kali pergantian kepala sekolah. Berikut ini adalah nama-nama kepala sekolah SMA
Negeri 3 Palembang sejak berdiri hingga asaat ini.

B.Visi Misi dan Tujuan SMA Negeri 3 Palembang


Visi SMA Negeri 3 Palembang

lxxx

lxxxi

Visi SMA Negeri 3 Palembang adalah Lulusan yang berkualitas, berbudi dan
beriman Indikator :
1. Lulusan yang berprestasi Akademik.
2. Banyak diterima di PTN.
3. Berprestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
4. Aktif dalam kegiatan keagamaan.
5. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Misi SMA Negeri 3 Palembang
1. Menyelenggarakan kegiatan belajara mengajar yang efektif, kreatif, bermakna dan
bertanggung jawab.
2. Meningkatkan profesional tenaga kependidikan dengan cara mengaktifkan kegiatan
MGMP, pelatihan penataran, dan tugas belajar.
3. Mengembangkan sikap disiplin, rasa tanggung jawab dan rasa memiliki dari setiap
warga sekolah.
4. Memotivasi dan membantu peserta didik untuk mengenali potensi dirinya dengan
memberikan wadah dalam kegiatan ekstrakurikuler.
5. Mengoptimalkan pembinaan terhadap kelompok gemar mata pelajaran Matematika,
Fisika, Kimia, Biologi, Komputer dan Bahasa Inggris.
6. Mengoptimalkan pembinaan dalam pembinaan karya tulis atau karya ilmiah.
7. Menumbuhkembangkan rasa kependidikan sosial, terhadap warga sekolah,
mayarakat sekeliling sekolah maupun terhadap masyarakat lain yang tertimpa
musibah.
8. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.

lxxxi

lxxxii

9. Mengoptimalkan pelaksanaan 7K dengan memperdayakan potensi yang ada


dilingkungan sekolah.
Tujuan SMA Negeri 3 Palembang
1. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia.
2. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas,
berkualitas dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni.
3. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan
komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.
4. Menanamkan peserta didik sikap ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi
dengan lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas.
5. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

C.Keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Pegawai


Tabel 1
NAMA NAMA KEPALA SMA NEGERI 3 PALEMBANG
No
Tahun
Pejabat
1 Tahun 1961 1965

Bpk. M. Ali Nurdin

2 Tahun 1965 1969

Bpk. Sutoyo Nurhidayat, BA

3 Tahun 1969 1975

Bpk. Drs. Marusin Idris

4 Tahun 1975 1981

Bpk. Abdul Wawab Yunus, BA

5 Tahun 1981 1984

Bpk. Drs. Aslan HMS

6 Tahun 1984 1988

Bpk. Izi Asmawi, BA

7 Tahun 1988 1993

Bpk. A. Jalil Bakri, BA

8 Tahun 1993 1995

Bpk. Drs. H. R.A. Karim

9 Tahun 1995 1998

Ibu Dra. Sumaiyah, MZ

10 Tahun 1998 2000

Bpk. Ali IdrusIshak, SH

11 Tahun 2000 2001

Bpk. Drs. Saari


lxxxii

lxxxiii

12 Tahun 2001 2004

Bpk. Drs. Lukman Hakim

13 Tahun 2004 2010

Hj. Asmawati, S.Pd, MM

14 Tahun 2010 2012

Hj. Napiah, S.Pd., M.Si

15 Tahun 2012 Sekarang


Drs. H. I. Gede Mendera, M.T.
Sumber :dokummentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap tahuN berganti kepala sekolah.
Hanya pada tahun 2012 sampai sekarang kepala sekolahnya tetap sama yaitu Drs. H. I.
Gede Mendera, M.T.

No
1
2
3
4

TABEL 3
KEADAAN UMUM JUMLAH GURU DAN PEGAWAI
SMA NEGERI 3 PALEMBANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Uraian
Jenis Kelamin
Jumlah
Keterangan
L
P
Guru PNS
10
46
58
Pegawai PNS
12
2
14
GTT
1
2
3
Pegawai Honor
6
2
8
Jumlah
29
52
81
Sumber :dokummentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015
Dilihat dari tabel keadaan umum jumlah guru dan pegawai, tenaga pendidik di

SMA Negeri 3 Palembang 56 guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan rincian 10 orang
laki-laki dan 46 orang perempuan dan 6 orang guru honorer yang terdiri dari 6 orang
laki-laki dan 2 orang perempuan. Begitu juga dengan pegawai ada yang sudah PNS
yaitu 14 orang, ada juga yang masih honor, 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai
orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan
percerminan mutu pendidikan. Dalam proses pembelajaran kedudukan seorang guru
sangatlah penting, tanpa kehadiran seorang guru di kelas maka proses belajar mengajar
tidak akan berjalan semaksimal mungkin. Begitu juga keberadaan pegawai sekolah juga
sangat penting dalam menunjang proses pendidikan di sekolah.
lxxxiii

lxxxiv

Dapat dipahami bahwa sistem pengajaran sudah cukup baik. Ini dapat dilihat
dari tenaga pendidik di sekolah ini sudah cukup jumlahnya untuk melakukan kegiatan
pembelajaran, dengan tidak adanya guru yang mengajar dua mata pelajaran sehingga
apa yang diajarkan terhadap pelajar di sekolah ini sesuai dengan jurusan program study
yang mereka capai di perguruan tinggi masing-masing.
Dengan demikian konsentrasi guru dalam melakukan penyampain materi
pelajaran yang diajarkan akan berjalan lebih baik. Karena sudah sesuai dengan
keputusan menteri pendidikan Nasional dan pemerintah provinsi/daerah bahwasannya
tenaga pengajar untuk sekolah dasar dan menengah setidaknya memiliki ijazah SI
kependidikan atau yang disamakan.
Tabel 4
DAFTAR NAMA PEGAWAI SMA NEGERI 3 PALEMBANG
No
Nama Pegawai
Status Pegawai
Jabatan
1
Lindawati
III/b
Koordinator TU
2
Iksan Damri,S.Sos
III/c
TU
3
Juariah
PTT
TU
4
Dismawati
PTT
TU
5
Sopiah
PTT
TU
6
Muhson
PTT
TU
Sumber: dokumentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015

Ket

Keberadaan pegawai di sekolah juga sangat penting guna berjalannya proses


pendidikan

secara

baik

dan

lancar.

Adanya

TU

mempermudah

proses

penadministrasian.

D. Keadaan Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pendidikan,
tanpa adanya siswa maka proses pendidikan tidak akan berlangsung, siswa adalah
individu yang membutuhkan pendidikan. Karena secara kodrati, anak memerlukan
lxxxiv

lxxxv

pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini sebenarnya dapat
dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki setiap anak yang hidup di
dunian ini. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut melalui pendidikan. Berikut di bawah
ini tabel jumlah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang
Tabel 5
KEADAAN UMUM JUMLAH SISWA SMA NEGERI 3 PALEMBANG 2014/2015
laki

Jenis Kelamin
Perempuan

Jumlah

X IPA
XI IPA
XI IPS
XII IPA
XII IPS
Jumlah Total
Sumber: dokumentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015
Berdasarkan tabel di atas total keseluruhan siswa SMA Negeri 3 Palembang
adalah 863 orang, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 295 dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 565 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai
keadaan siswa dapat dilihat pada lampiran.

E.Keadaan Sarana dan Prasarana


Untuk menunjang dan mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran maka
sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar pembelajaran sangatlah penting.
Salah satunya adalah ruang tempat berlangsung proses pembelajaran, adanya meja,
kursi, papan tulis dan perpustakaan sekolah. Berikut di bawah ini ada seorang yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab sarana dan prasana SMA Negeri 3 Palembang:

lxxxv

lxxxvi

TIM SARPRAS
Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarpras

Drs. Edi suryawiran, M.Pd

Staf Sarpras

Hermansyah, S.P.d., M.Si

RINCIAN TUGAS

1. Pendayagunaan ruang kelas dan laboratorium.


2. Pemeliharaan dan pendayagunaan buku-buku pelajaran dan perpustakaan.
3. Pengadaan dan penambahan bahan administrasi sekolah.
4. Penambahan ruang kelas, Meubeler, ATK, alat-alat olahraga, dan alat-alat lain yang
diperlukan.
5. Penambahan dan rehab gedung.
6. Penghijaun pekarangan sekolah.
TABEL 6
SARANA PRASARANA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3
PALEMBANG
No

Jenis Sarana dan Prasarana

Jumlah

Kondisi

Ruang Belajar

16

Baik

Ruang TU

Baik

Ruang Guru

Baik

Ruang Kepala Sekolah

Baik

Ruang Perpustakaan/Warnet

Baik

Laboratorium IPA

Baik

UKS

Baik

Koperasi Mahasiswa

Baik

Ruang BK/BP

Baik

10

Laboratorium Komputer

Baik

12

Laboratorium Biologi

Baik

13

Laboratorium Kimia

Baik

14

Laboratorium Multimedia

Baik

15

Laboratorium IPS

Baik

16

Ruang Lobi

Baik

17

Ruang OSIS

Baik

18

Ruang PMR

Baik

19

Ruang BK/BP

Baik

lxxxvi

lxxxvii

20

Ruang Piket

Baik

21

Ruang Pramuka/Paskibra

Baik

22

Ruang Kapela/Bianglala

Baik

23

Ruang DKM

Baik

24

Ruang Satpam

Baik

25

Ruang UKS

Baik

26

Padepokan Seni

Baik

27

Green House

Baik

28

Ruang Cetak

Baik

29

Ruang Wakasek

Baik

30

Masjid

Baik

31

WC

12

Baik

32

Dapur

Baik

32

Gudang

Baik

Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 3 Palembang

Keadaan sarana prasarana di SMA Negeri 3 Palembang sudah cukup baik,


sehingga menunjang berjalannya proses pendidikan dan lebih mempermudah
tercapainya tujuan sekolah. Namun keadaan sarana dan prasarana tersebut mutlak harus
selalu ditingkatkan kuantitas maupun kualitasnya.
F. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang sangat bermanfaat
bagi siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa dapat mengembangkan potensi
dirinya dan menyalurkan hasrat-hasrat positif untuk tumbuh berkembang. Di samping
itu, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat mengharumkan nama sekolah itu sendiri.
Sekolah SMA Negeri 3 Palembang juga memiliki berbagai macam kegiatan
ekstrakurikuler (Eskul) bagi para siswanya. Pembinaan yang dilakukan memanfaatkan
tenaga-tenaga berpengalaman dari para guru serta alumni. Prestasi yang kami miliki pun
cukup beragam dan membanggakan. Adapun jenis-jenis kegiatan Eskul di SMAN 3
adalah Osis, Chilider, footsal, basket, paskib, rohis, drum band.
lxxxvii

lxxxviii

G. Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Palembang


STRUKTUR ORGANISASI
SMA NEGERI 3 PALEMBANG

KOMITE
SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH
KEPALA TATA USAHA

WAKASEK
KURIKULUM

WAKASEK
KESISWAAN

WAKASEK
SARANA

STAF
KURIKULUM

STAF
KESISWAAN

STAF
SARANA

WAKASEK
HUMAS

GURU
SISWA

1) Rincian Tugas

Kepala sebagai edukator bertugas melaksanakn proses belajar mengajar secara


efektif dan efisien.Kepala sekolah sebagai manager mempunyai tugas menyusun tugas
yang akan dilaksanakan oleh personalia sekolah tidak ringan oleh karenanya diperlukan
pembagian tugas dari setiap personalia termasuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
wali kelas, guru BK, pustakawan sekolah, dan kepala tata usaha yang merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini
penjelsan dari masing-masing personalia yang ada dilingkungan SMA Negeri 3
Palermbang. (Dokumentasi SMAN 3 Palembang 2014/2015) :

a) Kepala Sekolah
Kepala

Sekolah

berfungsi

dan

bertugas

sebagai

edukator,

manager,

administrator, suverpisor, leader, inovator, dan motivator. Penjelasannya sebagai


berikut :
lxxxviii

lxxxix

1. Kepala Sekolah sebagai administrator bertugas menyelenggarakan administrasi


KBM, kegiatan ekstrakurikuler, ketatausahaan, kantor, keuangan, perpustakaan,
laboratorium, BK, UKS, OSIS, media, gudang, dan 7K.
2. Kepala Sekolah sebagai supervisor bertugas menyelenggarakan suvervisi
mengenai

KBM.

Kegiatan

ekstrakurikuler,

ketatausahaan,

kerjasama

dimasyarakat dan instansi terkait, sarana dan prasarana, osis dan 7K.
3. Kepala Sekolah sebagai leader haruslah dapat dipercaya, memahami kondisi
guru, TU dan siswa, memiliki visi dan misi sekolah, mengambil keputusan
intern dan ekstern dan memiliki gagasan inovatif.
4. Kepala Sekolah sebagai inovator melakukan perubahan-perubahan dibidang
KBM, BK, ekstrakurikuler.
5. Kepala sekolah sebagai motivator melakukan tugas mengatur ruang kantor,
ruang KBM, dan BK, ruang Laboratorium, ruang perpustakan, lingkungan
sekolah yang kondusif, menciptakan keharmonisan hubungan sesama warga
sekolah, lingkungan dan menerapkan prinsip, penghargaan dan hukuman dalam
melaksanakan tugas kepala sekolah dan mendelegasikan kepada wakil kepala
sekolah.
b) Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan menyusun
perencanaan, membuat program kegiatan dan pelaksaan program, pengorganisasian,
pengarahan, ketenangan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian, pendataan, dan
penyususnan laporan. Wakil kepala sekolah juga membantu tugas kepala sekolah dlam
urusan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana serta humas.

lxxxix

xc

c) Guru
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan bertugas melaksanakan
KBM secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah
membuat perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi, melaksanakan
analisis ulangan siswa, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
dan mengisi daftar nilai.
d) Wali Kelas
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam megelola kelas, menyelenggarakan
administrasi kelas meliputi denah tempat duduk siswa, papan absen, jadwal pelajaran,
jadwal piket, absensi kelas, buku kemajuan kelas, tata tertib siswa, menyusun statistik
bulanan siswa, mengisi leger, membuat catatan khusus, mencatat mutasi siswa dan
mengisi buku rapor siswa.
e) BK
BK membantu tugas kepala sekolah dan menyusun program dan pelaksanaan
koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalahyang dihadapi
siswa tentang kesulitan belajar, memberikan layanan bimbingan kepada siswa, menyusu
statistik hasil penilaian BK, menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut dan
laporan pelaksanaan BK.
f) Pustakawan Sekolah
Putaskawan sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam dalam
merencanakan pengadaan buku-buku, bahan pustaka, media elektronik, pelayanan
perpustakaan, merencankan pengembangan perpustakaan, pemeliharaan, dan perbaikan
buku-buku, dan inventarisasi buku-buku, bahan pustaka, media elektroni.

xc

xci

g) Kepala Tata Usaha


Kepala tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam menyusun program ketatausahaan
sekolah, pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa, pembinaan dan pengembangan
karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah dan
menyusun statistik sekolah.
h) Tugas Pembina Kesiswaan meliputi :
1) Penyusunan program pembinaan kesiswaan/OSIS.
2) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan OSIS dalam
rangka meneegakkan disiplin dan tata tertib.
3) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban,
keindahan, kekeluargaan dan kerindangan (K6).
4) Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS.
5) Melaksanakan bimbingan pengurus OSIS dalam berorganisasi.
6) Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan incidental.
7) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerima bea
siswa.
8) Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan
sekolah.
9) Menyusun program dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler.
10)

Menyusun laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.

I) Tugas Pembina Ekstra Kurikuler


a. Bidang Kerohanian
Menyusun program kerja pembina kegiatan ekstra kurikuler kerohanian
xci

xcii

Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstra kurikuler kerohaniaan


secara berkala dan insidental.
Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan ekstrakurikuler
kerohanian dalam rangka mencapai tujuan.
Memberikan pengarahan dalam pembuatan program kerja kegiatan ekstra
kurikuler kerohanian.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler kerohanian.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler kerohanian.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstra kurikuler kerohanian.
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala.
Membantu siswa untuk regenerasi angkatan.
b. Bidang Paskibra
Menyusun program kerja pembina kegiatan ekstra kurikuler Paskibra.
Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstra kurikuler Paskibra secara
berkala dan incidental.
Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan ekstrakurikuler
Paskibra dalam rangka mencapai tujuan.
Memberikan pengarahan dalam pembuatan program kerja kegiatan ekstra
kurikuler Paskibra.
Mengatur jadwal upacara dan pembina upacara.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler Paskibra.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Paskibra.
xcii

xciii

Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Paskibra.


Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala.
Membantu siswa untuk regenerasi angkatan.
c. Bidang Pramuka
Menyusun program kerja pembina kegiatan ekstra kurikuler Pramuka.
Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstra kurikuler Pramuka secara
berkala dan incidental.
Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan ekstrakurikuler
Pramuka dalam rangka mencapai tujuan.
Memberikan pengarahan dalam pembuatan program kerja kegiatan ekstra
kurikuler Pramuka.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaiatan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala.
Membantu siswa untuk regenerasi angkatan.
d. Bidang Palang Merah Remaja
Menyusun program kerja pembina kegiatan ekstra kurikuler Palang Merah
Remaja.

xciii

xciv

Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstra kurikuler Palang Merah


Remaja secara berkala dan incidental.
Melaksanakan

bimbingan,

pengarahan

dan

pengendalian

kegiatan

ekstrakurikuler Palang Merah Remaja dalam rangka mencapai tujuan.


Memberikan pengarahan dalam pembuatan program kerja kegiatan ekstra
kurikuler Palang Merah Remaja.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala.
Membantu siswa untuk regenerasi angkatan.
e. Bidang Olah raga
Menyusun program kerja pembina kegiatan ekstra kurikuler Olah raga.
Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstra kurikuler Olah raga secara
berkala dan incidental.
Melaksanakan

bimbingan,

pengarahan

dan

pengendalian

kegiatan

ekstrakurikuler Olah raga dalam rangka mencapai tujuan.


Memberikan pengarahan dalam pembuatan program kerja kegiatan ekstra
kurikuler Olah raga.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler Olah raga.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler Olah raga.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstra kurikuler Olah raga.
xciv

xcv

Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di


luar sekolah berkaiatan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala.
Membantu siswa untuk regenerasi angkatan.
f. Bidang Creanibels
Menyusun program kerja pembina kegiatan ekstrakurikuler ELC (Creanibels).
Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstrakurikuler ELC secara
berkala dan insidental.
Melaksanakan

bimbingan,

pengarahan,

dan

pengendalian

kegiatan

ekstrakurikuler ELC dalam rangka mencapai tujuan.


Memberikan

pengarahan

dalam

pembuatan

program

kerja

kegiatan

ekstrakurikuler ELC.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler ELC secara berkala.
g. Bidang English Club
Menyusun program kerja pembina kegiatan ELC.
Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstrakurikuler ELC secara
berkala dan insidental.
Secara berkala mengatur siswa untuk stand bye pagi dalam memotivasi siswa
lain berbahasa Inggris.
xcv

xcvi

Melaksanakan

bimbingan,

pengarahan,

dan

pengendalian

kegiatan

ekstrakurikuler ELC dalam rangka mencapai tujuan.


Memberikan

pengarahan

dalam

pembuatan

program

kerja

kegiatan

ekstrakurikuler ELC.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler ELC secara berkala.
h. Koordinator K6 (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Kedisiplinan, Keamanan,
Kenyamanan)
Menyusun program kegiatan K6.
Menyusun jadwal razia berkala dan incidental.
Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan kebersihan.
Mengawasi setiap kebersihan kelas.
Mengevaluasi setiap kegiatan yang berkaitan dengan keindahan sekolah.
Mengadakan program kebersihan masal untuk masing-masing kelas.
i. Koordinator Ekstrakurikuler
Mengatur jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
Mengatur distribusi nilai ekstrakurikuler.
Mengawasi kegiatan ekstrakurikuler.
Mengevaluasi kegiatan masing - masing ekstra kurikuler.

xcvi

xcvii

BAB 4
HASIL PENELITIAN

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Palembang


Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang nantinya akan menghasilkan siswa
yang berpengetahuan. Proses pembelajaran pada awalnya meminta seorang guru untuk
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,
motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya dan lain
sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam proses
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi
indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Didalam proses pembelajaran terdapat enam indikator yang digunakan dalam
menganalisis proses pembelajaran pendidikan Agama Islam yang ada di SMA Negeri 3
Palembang yaitu: guru, siswa, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, evaluasi pembelajaran.
Bapak Edi Ramlan mengatakan, Dalam proses pembelajaran semua guru yang
ada di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 ini sangat baik. Mereka selalu memperhatikan
indikator-indikator dalam proses pembelajaran (Drs. Edi Ramlan, M.Pd. Waka
Kurikulum SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014). Dengan penjelasan
beberapa indikator dari hasil penelitian dibawah ini:

1. Guru
Dalam pendidikan guru merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran
dimana guru sebagai ujung tombak pendidikan. Sehubungan dengan itu Allah telah
memberi petunjuk kepada para rasul tentang apa yang seharusnya didikan kepada umat
atau para generasi penerus sebagaimana dalam (QS. Al-Jumuah: 2):

tF 6 W4C D TB
v ; L D r pk q
R ? = B
W 4j tR 6 W4 LN x 6 Y F6 W4 L tu B
p|? ] E } ;D B
~2N yj d \ ?`
;L
F d ?
ED ] t{
Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seseorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
xcvii

xcviii

dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (As-Sunah).dan sesungguhnya mereka


sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Guru merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap
proses pendidikan. Selain sebagai fasilitator, guru juga mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang harus dibuat mengenai perangkat pembelajaran.
Ketika ditanya mengenai perangkat pembelajaran Ibu Nurhasanah Said
mengatakan, Selain dari menyampaikan materi kepada siswa perangkat pembelajaran
menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam. Perangkat
pembelajaran meliputi prota, prosem, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan
lain-lain. Kesemuanya merupakan panduan untuk mengajar, karena perangkat
pembelajaran merupakan rancangan atau rencana untuk mengajar agar tercapainya
tujuan yang diinginkan (Nurhasanah Said, S.Pd.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 01 Oktober 2014).
Sementara ketika ditemui guru pendidikan agama Islam yang lain, Bapak
Sholehan Mansur, beliau mengatakan, Perangkat pembelajaran sangat penting sekali,
maka dari itu menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang guru pendidikan agama
Islam, dengan membuat perangkat pembelajaran sama saja memahamkan saya tentang
materi yang akan saya sampaikan kepada siswa(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3
Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Dilihat dari wawancara diatas semua guru Pendidikan Agama Islam yang ada di
SMA Negeri 3 Palembang menyadari betapa pentingnya perangkat pembelajaran.
Mereka sebelum mengajara selalu menyiapkan dulu prota, prosem , RPP dan lain-lain
agar apa yang menjadi tujuan mereka dalam mengajar akan tercapai.
Membuat perangkat pembelajaran sudah menjadi tugas dan tanggung jawab
seorang guru, bukan hanya guru pendidikan agama Islam saja, tetapi semua orang yang
xcviii

xcix

menjadi guru dalam pendidikan formal. Dengan adanya perangkat pembelajaran, apa
yang akan disampaikan lebih terperinci, lebih khusus sehingga lebih mudah memahami
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Saya mengajar tidak hanya di satu tempat
saja dan saya tetap membuat perangkat pembelajaran Ujar ibu Yulia Wahyuni (Yulia
Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Sebagai seorang guru pendidikan agama Islam, saya tahu setiap kewajiban harus
dilaksanakan dan perangkat pembelajaran membuat saya belajar terlebih dahulu,
sebelum saya belajar bersama anak-anak di sekolah. Dan saya lebih tahu materi apa
yang akan disampaikan hari ini dan esoknya lagi, saya lebih tahu kapan harus
mengadakan ulangan harian, semuanya lebih tersusun dengan baik. Sungguh sangat
disayangkan sekali jika seorang guru sampai tidak membuat perangkat pembelajaran.
Karena ia tidak mempunyai panduan untuk mengajar, dalam artian, masuk kelas
menyampaikan materi dan menunggu bel keluar Ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru
PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Ada beberapa guru selain dia mengajar di SMA Negeri 3 Palembang, mereka
juga mengajar ditempat lain. Hal itu tidak mengurangi semangat mereka dalam
membuat perangkat pembelajaran. Karena disini guru lebih dituntut untuk memahami
terlebih dahulu materi yang akan disampaikan kepada anak-anak. Dengan adanya
persiapan tersebut maka guru akan menguasai materi yang akan diajarkan dan memilih
metode yang tepat untuk digunakan.
Ibu Nurhasanah Said kembali menuturkan, Hanya guru yang tidak terketuk hati
nuraninya saja yang tidak membuat perangkat pembelajaran, karena selain mentransfer
ilmu dan mendidik siswa, membuat perangkat pembelajaran merupakan tugas dan

xcix

tanggung jawab seorang guru pendidikan agama Islam (Nurhasanah Said, S.Pd.,Guru
PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Hasil observasi pada tanggal 1 Oktber 2014 sebelum memulai mengajar para
guru mengumpulkan RPP terlebih dahulu kebagian Tata Usaha atau waka kurikulum.
Mereka selalu mempersiapkan terlebih dahulu perangkat pembelajaran sebelum mereka
mengajar. Dan bagi guru yang tidak mengumpul perangkat pembelajaran maka mereka
akan diberikan surat peringatan .
Senada dengan hasil wawancara dan observasi kepada guru pendidikan agama
Islam pada Sekolah Menengah Atas

Negeri 3 Palembang di atas dapat diperkuat

dengan adanya dokumentasi dari perangkat pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal
itu berarti membuktikan bahwa hasil wawancara tersebut memang benar adanya tanpa
mengada-ada.
2. Siswa
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah siswa atau peserta didik,
peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan,
sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang didiknya.
Dalam proses pembelajaran berlangsung kita perlu mengkondisikan siswa. Seperti yang
dituturkan para guru Pendidikan Agama Islam.
Menurut Ibu Nurhasanah Said mengatakan sebelum memulai pelajaran kita
sebagai seorang guru harus mengkondisikan siswa terlebih dahulu. Agar mereka lebih
siap dalam menerima materi pelajaran yang akan diajarkan. Apalagi sebagai guru
Pendidikan Agama Islam untuk mengkondisikan siswa bisa diselipkan kisah-kisah para
sahabat yang berkaitan dengan agama islam sehingga mereka lebih tertarik dan akan
mendengarkannya (Nurhasanah Said, S.Pd.,Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar
01 Oktober 2014).

ci

Bapak Sholehan mengatakan, pada saat pelajaran dimulai terlebih dahulu


melakukan apersepsi tentang pelajaran kemaren. Terkadang dibuat sebuah kuis siapa
bisa menjawab maka akan diberi hadiah. Mereka akan berlomba-lomba untuk
menjawabnya. Karena kalau pada awalnya sebuah proses pembelajaran itu dimulai
dengan hal yang menarik , mereka tidak akan merasa bosen dan jenuh bahkan mereka
akan kekurangan waktu pada pelajaran tersebut terutama pelajaran Pendidikan Agama
Islam (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober
2014).
Dalam mengajar hal yang sangat penting diperhatikan itu adalah siswa kita.
Seorang guru harus pandai menarik perhatian siswanya. Jika seorang kreativ dalam
menarik perhatian para siswa maka mereka akan senang untuk mengikuti pelajaran
yang kita ajarkan. Seperti yang dikatakan oleh guru SMA 3 Palembang sebelum
memulai mengajar mereka mengkondisikan dulu siswanya dengan apersepsi, bisa
dimulai dengan cerita atau kuis-kuis agar pelajaran tersebut lebih menarik.
Ada saja siswa yang membuat keributan pada saat pelajaran berlangsung.
Makanya seorang guru harus sangat kreatif agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar. Selain sebagai seorang guru, kita juga seorang orang tua bagi mereka disekolah.
Harus mencontohkan suri tauladan yang baik Ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014). Proses pembelajaran akan berhasil
ketika seorang guru mampu mengkondisikan siswanya ketika pelajaran berlangsung.
Pada hasil observasi pada tanggal 1 Oktober 2014 ketika guru kelas sebelas
sedang mengajar terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan oleh
ibu Nurhasanah Said, para siswa sangat antusias mengikuti pelajaran tersebut. Karena
ketika mengajar ibu Nurhasanah selalu memberikan cerita baru sebelum memulai
pelajaran sehingga mereka sangat tertarik. Dan Ibu Nurhasanah juga memperhatikan
kondisi psikologis setiap siswa.
3. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Materi pembelajaran
menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus
dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran yang sesuai
dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Artinya materi yang ditentukan
untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dasar serta indikator.
Menurut Bapak I Gede Mendera sebagai Kepala Sekolah Sekolah Menengah
Atas Negeri 3 Palembang mengatakan bahwa materi pembelajaran yang diajarkan oleh
guru Pendidikan Agama Islam harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Untuk
kelas sebelas dan dua belas masih menggunakan KTSP sedangkan kelas sepuluh sudah
ci

cii

menggunakan kurikulum 2013 (Drs. H. I Gede Mendera, M.T Kepala Sekolah SMAN
3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dalam menentukan materi pembelajaran seorang guru harus memahami
prinsip-prinsip dalam pembelajaran tersebut. Prinsip-prinsip pembelajaran itu
diantaranya relevan dengan sk dan kd, konsisten dan cukup memadai dalam membantu
peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Menjadi seorang guru
harus pandai-pandai untuk memilih materi yang cocok untuk diajarkan dengan bahasa
yang mudah dipahami agar peserta didik mudah mengerti. Ujar Pak Edi Ramlan (Edi
Ramlan, M.Pd. Waka Kurikulum SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Ada perbedaan antara kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Jika kelas sepuluh
sudah menggunakan kurikulum 2013 sedangkan kelas sebelas dan dua belas masih
menggunakan kurikulum KTSP. Hal tersebut merujuk pada peraturan pemerintah.
Sehingga para guru harus ada acuan ketika menentukan materi dalam mengajar. Ketika
menyampaikan materipun harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Menurut

Ibu

Nurhasanah

Said

mengatakan

Dalam

memilih

materi

pembelajaran harus memperhatikan beberapa aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Kognitif itu lebih cenderung kepengetahuan siswa tentang Pendidikan
Agama Islam sedangkan afektif dan psikomotorik itu mengacu pada praktek dilapangan
atau aplikasinya (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara
01 Oktober 2014).
Seorang guru harus mengemas materi pembelajaran seefektif mungkin.
Sebelum menyampaikan materi pembelajaran seorang guru harus menguasai terlebih
dahulu agar pembelajaran berjalan dengan lancar Ujar pak Sholehan (Sholehan
Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika memilih materi
pembelajaran. Diantaranya yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang harus
ada dalam setiap penilaian. Jika dalam pembelajaran sudah terdapat tiga aspek itu maka
pembelajaran itu akan lebih efektik. Karena seorang guru dituntut untuk menguasai
materi sebelum mereka mengajarkannya.

cii

ciii

Seperti yang diungkapkan salah satu siswa yang bernama Aditya mengatakan
Kami sangat senang menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh ibu
Nurhasanah Said, selain bahasanya mudah dimengerti dan materinya juga tidak berteletele (Aditya, Siswa kelas XI IPA 4 SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober 2014).
Maka dapat disimpulkan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran

terutama Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang sudah memahami


apa yang sebaiknya dilakukan dan direncanakan sebelum memberikan materi
pembelajaran tersebut.
Hal tersebut senada dengan hasil observasi 1 Oktober 2014 ketika ibu Nurhasah
Akmal sedang mengajar Pendidikan Agama Islam. Materi yang disampaikan diringkas
dengan bahasa yang mudah dimengerti untuk anak-anak peserta didik. Terkadang dalam
penyampaian materi diselipkan beberapa lelucon atau game agar mereka tidak merasa
bosan dengan mata pelajaran tersebut.

4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan mata pelajaran
masing-masing. Metode pembelajaran ini sangat penting dilakukan agar proses belajar
mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut
bosan, dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari guru tersebut dengan
mudah.
Menurut Bapak Sholehan sebagai salah satu guru Pendidikan Agama Islam
mengatakan Dalam proses belajar mengajar terutama Pendidikan Agama Islam setiap
materi menggunakan metode yang berbeda. Harus relevan antara materi dan metode
yang digunakan agar siswa tersebut tidak merasa bosan. Contoh ketika materi
Pendidikan Agama Islam membahas sholat jenazah maka metode yang digunakan yaitu
demontrasi dan praktek (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 02 Oktober 2014).
Ketika memilih metode pembelajaran seorang guru harus memperhatikan
beberapa faktor diantaranya, tujuan pembelajaran, peserta didik, situasi dan fasilitas.
ciii

civ

Karena ketika kita memperhatikan itu semua maka akan lebih efisien dalam mengajar.
Semua itu mendukung dalam menentukan metode mana yang cocok untuk digunakan
pada materi pelajaran tersebut Ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Metode merupakan bagian perangkat pembelajaran yang sangat penting
terutama dalam proses belajar mengajar. Karena dengan menggunakan metode yang
bervariasi maka akan menarik perhatian siswa dan merekapun tidak akan bosan
mengikuti mata pelajaran tersebut. Terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Dan metode yang digunakan pun harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
Ketika seorang guru dalam memilih metode harus memperhatikan kondisi peserta
didik, situasi, fasilitas dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
Mereka umumnya senang ketika kita seorang guru memberikan metode-metode
yang belum mereka pernah terima. Senang dengan hal-hal yang baru dan
menyenangkan ketika proses pembelajaran dimulai Ujar ibu Nurhasanah (Nurhasanah
Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober 2014).
Umumnya kami para guru mempersiapkan dulu RPP yang didalamnya ada
metode yang akan digunakan dalam mengajar. Seperti metode Ceramah, tanga jawab,
diskusi, latihan, sisiodrama, debat dan lain-lain Ujar ibu Yulia Wahyuni (Yulia
Wahyuni, S.Sos.I Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Pada hasil observasi 1 Oktober 2014 ibu Nurhasanah sendang menyampaikan
materi para sahabat nabi. Maka anak-anak disuruh memerankan sifat-sifat sahabat nabi
dengan membuat drama. Sehingga mereka sangat berantusias untuk membuat drama
tersebut. Dan para siswa yang dapat memerankan adegan dramanya akan diberikan
bingkisan oleh guru tersebut.
Ketika dalam pembelajaran guru harus lebih kreatif terutama dalam memilih
metode pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan selalu senang mengikuti
pelajaran tersebut. Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang para gurunya

civ

cv

sudah menerapkan bermacam-macam metode dalam pembelajaran. Itu terlihat dari


wawancara mereka dan observasi yang kita amati.

5. Media Pembelajaran
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Dalam belajar media pembelajaran mempunyai fungsi sebagai
pelengkap untuk mencapai tujuan. Media pembelajaran adalah suatu alat yang dimiliki
oleh sekolah untuk memberikan kemudahan-kemudahan baik bagi guru maupun siswa
agar proses pembelajaran pendidikan agama Islam mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan observasi penulis pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 di
Palembang mengenai media pembelajaran pendidikan agama Islam seperti buku-buku
pelajaran pendidikan agama Islam sudah baik. Untuk membuktikan kebenaran ini,
penulis mengadakan wawancara kepada guru pendidikan agama Islam yang
mengatakan: Dalam hal media untuk pelajaran pendidikan agama Islam sudah
memadai, karena didukung oleh seluruh siswa mempunyai buku paket, LKS sendirisendiri. Ketika siswa tidak mampu membeli buku pendidikan agama Islam, maka dapat
membaca dan meminjam buku pendidikan agama Islam di perpustakaan sekolah.
Karena di perpustakaan juga menyediakan buku pendidikan agama Islam yang lengkap
(Nurhasanah Said, S.Pd.,Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober 2014).
Ketika ditemui guru pendidikan agama Islam yang lain, mengatakan: Sarana
prasarananya yang digunakan sebagai media dalam mengajar sangat membantu
terlaksananya proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif dan efisien
dalam artian mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan,
kemudian apa yang dipelajari bisa langsung diaplikasikan di Mushollah, sebagai salah
satu tempat ibadah ummat muslim(Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancara 08 Oktober 2014).
cv

cvi

Melalui hasil wawancara dan observasi diatas menunjukan bahwa di SMA


Negeri 3 Palembang sudah menyediakan fasilitas yang memadai dalam hal
pembelajaran yang mengenai media yaitu diantaranya seperti buku paket, LKS dan lainlain. Karena semua itu dapat membantu terlaksananya proses belajar mengajar .
Lalu hasil observasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang, keadaan
sarana prasarananya yang digunakan sebagai media juga memadai, karena adanya buku
pendidikan agama Islam yang lengkap. Sebagaimana diungkapkan oleh guru pendidikan
agama Islam bahwa selain seluruh siswa memiliki LKS, di sekolah ini juga memiliki
perpustakaan yang lengkap karena buku-buku yang ada di perpustakaan bukan hanya
buku pendidikan agama Islam pada kurikulum KTSP saja namun buku yang memakai
kurikulum lainnya tersedia di perpustakaan, siswa dapat meminjam buku di
perpustakaan sehingga dapat memperluas pengetahuan siswa pada umumnya dan
khususnya pada saya, ketika saya akan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07
Oktober 2014).
Guru pendidikan agama Islam yang lain di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
juga mengemukakan: Sarana dan prasarana yang digunakan sebagai media di sini
sangat membantu saya dalam mempersiapkan materi pelajaran. Apalagi ditunjang
dengan adanya LCD , sehingga lebih membantu guru agar siswa lebih menarik dalam
belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar khususnya dalam pelajaran pendidikan
agama Islam, karena dengan adanya LCD materi yang dipelajari akan terlihat lebih
menarik dan mudah dipelajari. Begitu juga dengan adanya LKS bukan hanya di sekolah
saja siswa dapat belajar, di rumahpun siswa dapat mempelajari sendiri (Drs. Sholehan
Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara, 02 Oktober 2014).
cvi

cvii

Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang menyediakan perpustakaan


juga selain dari buku paket dan LKS yang ada. Karena dengan perpustakaan mereka
bisa menambah wawasan pengetahuan yang lebih luas dengan membaca buku-buku
yang ada diperpustakaan tersebut. Selain itu guru juga bisa menggunakan LCD yang
ada dalam proses pembelajaran.
Pada hasil observasi terhadap ruang kelas pada Sekolah Menengah Atas Negeri
3 di Palembang. Ruang kelas mereka tertata dengan rapi, setiap siswa masing-masing
memiliki bangku dan meja sendiri-sendiri, yang letaknya agak berjauhan sehingga
ketika duduk tidak akan berdesak-desakan, dan memungkinkan tatap muka antara guru
dan murid. Kelas juga dilengkapi black board dan white board, untuk membantu guru
dalam menyampaikan materi pelajaran sekaligus membantu siswa untuk lebih mudah
memahami pelajaran pendidikan agama Islam. Ventilasi dan penerangan ruang kelas
juga memberikan kenyamanan ketika proses pembelajaran berlangsung (Suaidah Saleh,
S.Pd, Waka Sarana dan Prasarana SMAN 3 Palembang, Wawancara 06 Oktober 2014).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana yang digunakan
sebagai media dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada Sekolah Menengah
Atas Negeri 3 Palembang sudah baik, hal ini dapat dilihat dari tersedianya LCD, LKS,
perpustakaan yang di dalamnya memuat buku pendidikan agama Islam dan tata ruang
kelas yang baik sehingga mendukung terselenggaranya pembelajaran yang efektif dan
efisien dan tercapainya tujuan pendidikan agama Islam yang diharapkan.

6. Evaluasi Pembelajaran
Ketika diadakan wawancara pada guru pendidikan agama Islam mengenai
perubahan tingkah laku siswa setelah berakhirnya proses pembelajaran, Nurhasanah
Said, Semester ganjil ini, rata-rata siswa memperoleh nilai bagus, hanya beberapa
siswa saja yang nilainya di bawah standar, karena dipengaruhi oleh intelegensi masingmasing siswa itu sendiri dan pengaplikasian pengetahuan siswa setelah proses
pembelajaran pendidikan agama Islam berakhir cukup baik, contohnya; ketika selesai
belajar Pendidikan Agama Islam dengan materi akhlak, siswa mulai mengaplikasikan

cvii

cviii

bagaimana akhlak yang baik (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancar 01 Oktober 2014).
Setelah materi pembelajaran habis, kami mengadakan evaluasi untuk melihat
sejauh mana kemampuan siswa menyerap pelajaran yang disampaikan dan siswapun
mulai menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika diadakan
praktek membaca Al-Quran, siswa mulai menerapkan hukum bacaan qolqolah Ujar
ibu Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancara 07 Oktober 2014).
Setiap guru pasti akan mengadakan evaluasi dalam setiap akhir pada mata
pelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan siswa
dalam menerima pelajaran yang kita sampaikan.Seperti apa yang disampaikan oleh buk
Nurhasanah , pada awal semester evaluasi mereka rata-rata mendapatkan nilai yang
bagus. Dan pada kehidupan sehari-hari pun mereka mampu mempraktekannya baik itu
dalam tingkah laku sesama teman maupun guru.
Bapak Sholehan Mansur menuturkan, Dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam sangat jarang sekali siswa yang memperoleh nilai 50 ke bawah, dan rata-rata
memperoleh nilai 70, 80 dan yang memperoleh nilai 100 hanya beberapa orang saja,
dan jika saya amati siswa mulai mengaplikasikan di sekolah maupun di luar sekolah apa
yang dipelajari. Semua siswa beragama Islam sehingga tidak begitu sulit untuk
mengikuti dan memahami pelajaran pendidikan agama Islam, karena di luar sekolahpun
mereka mengaji walaupun tempat mengaji mereka berbeda-beda (Sholehan Mansur,
Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Siswa memiliki kemauan dan rasa ingin tahu yang tinggi ketika pembelajaran
berlangsung dan hasil evaluasi pembelajaran pada semester ganjil cukup baik, karena
rata-rata siswa memperoleh nilai yang memuaskan, sekitar 90%. Siswa mulai mengerti
cviii

cix

hukum Islam setelah proses pembelajaran berakhir dan mulai menerapkannya. Sebagai
contoh, biasanya ketika siswa meminjamkan uang pada temannya ia meminta
menambah seribu atau dua ribu ketika mengembalikan uangnya, setelah siswa tahu
menambah uang dengan cara seperti itu tidak boleh karena riba, lalu mereka
meninggalkannya, dan juga mengenai makanan yang halal dan haram Ujar Pak Radin
(Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Jika dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh mereka hal ini menunjukan bahwa
mereka mempunyai prestasi yang bagus karena tidak ada yang mendapat nilai dibawah
50. Rasa ingin tahu mereka sangat tinggi sehingga mereka rajin belajar terutama pada
mata pelajaran pendidikan agama islam. Semua itu bisa dilihat ketika dilakukan
evaluasi atau pada saat mata pelajaran berlangsung.
Ibu Nurhasanah Said kembali menuturkan Nilai siswa setelah Ulangan Harian,
Mid Semester dan Semester pada semester ganjil cukup baik, dan mengenai
pengaplikasian pengetahuan siswa, jika di sekolah mereka menerapkannya, seperti
besikap sopan pada guru, bekerja sama dalam kegiatan positif, mengerjakan tugas,
namun jika di luar sekolah kembali ke pribadi masing-masing, karena semua itu
tergantung pada keluarga dan lingkungannya (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Hasil wawancara di atas diperkuat dari hasil observasi secara langsung, dan
memang benar adanya bahwa siswa mulai menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
Seperti halnya yang telah disebutkan oleh guru pendidikan agama Islam, ketika penulis
melakukan penelitian pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang, mereka
bersikap sopan, hormat, memiliki rasa tanggung jawab walaupun sebenarnya penulis
bukan guru yang mengajar dan mendidik mereka. Namun, mereka memperlakukan
penulis seperti guru-guru mereka. Dan juga dapat dibuktikan dengan dokumentasi dari
nilai ulangan harian, mid semester.
Dapat disimpulkan bahwa, hasil evaluasi pembelajaran pada pendidikan agama
Islam cukup baik, siswa mulai mengetahui apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya
dan kebanyakan siswa mulai menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Ketika proses
pembelajaran berlangsung siswa ikut aktif, dan mengerjakan tugas degan penuh
tanggung jawab.
Dari beberapa indikator diatas dalam proses pembelajaran terutama pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam semuanya baik dan berjalan secara efektif. Hal ini
menandakan bahwa proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Palembang telah berjalah dengan efektif sehingga bisa mencapai apa yang menjadi
tujuan dalam proses pembelajaran itu sendiri.
cix

cx

B. Nilai-nilai Multikultural yang terdapat dalam proses pembelajaran Pendidikan


Agama Islam di SMA N 3 Palembang
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa nilai-nilai multikultural yang
diterapkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, indikator-indikator
dari nilai-nilai multikultural tersebut diantaranya:
1. Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang
dari aturan, di mana seseorang menghargai atau mrnghormati setiap tindakan yang
orang lain lakukan. Toleransi sangat penting kita miliki dalam kehidupan sehari-hari.
Terutama dalam proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat siswa yang berbeda
agama. Ketika seorang guru telah menanamkan sifat toleransi terhadap anak didiknya
maka di dalam kelas tersebut tidak akan terjadi kegaduhan, pemusuhan, saling
menghina antara satu siswa dengan siswa lain. Mereka akan saling menghormati bahkan
saling menyayangi walaupun mereka berbeda latar belakang ekonomi bahkan agama.
Dan akan tercipta kehidupan yang harmoni terutama di dalam kelas tersebut.
Di Indonesia terdiri dari bermacam-macam agama seperti agama Islam, Kristen,
Hindu bahkan Budha. Begitu juga di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang
siswa-siwanya terdiri dari bermacam-macam agama. Walaupun mereka berbeda agam
tetapi mereka saling rukun dan saling menghargai antara satu dengan yang beragama
lainnya.
Dalam proses pembelajaran pun kita sebagai seorang guru harus mengarahkan
anak didik kita ke hal-hal yang positif. Ketika ada seorang siswa yang bertanya dan
pertanyaannya pun menyinggung teman yang beragama

lain maka kita harus

memberikan penjelasan bahwa antara satu teman dengan teman yang lain harus
bertoleransi walaupun agama mereka berbeda. Karena hidup didunia ini membutuhkan
cx

cxi

bantuan orang lain Ujar ibu Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN
3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Menurut Bapak Radin terkadang dalam proses pembelajaran ada siswa yang
bermasalah terjadi pertengkaran karena mereka berbeda pendapat. Maka sebagai
seorang guru kita harus sebagai mediasi diantara keduanya. Berbeda pendapat itu bagus
dalam mengkaji ilmu pengetahuan, semakin banyak kita perbedaan pendapat maka
semakin mudah untuk menelaahnya. Tapi perbedaan itu tidak harus menimbulkan
pertengkaran. Justru perbedaan itu akan menimbulkan keragaman cara berpikir kita
dalam menuntut ilmu yang nantinya akan mendapatkan tujuan yang sama (Radin, S
.Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Guru disini mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam proses
pembelajaran. Karena apa yang dilakukan seorang guru nanti akan dicontoh oleh siswa
kita. Makanya seorang guru harus mampu mengarahkan siswanya kehal-hal yang
positif. Terutama pada sifat toleransi yang sangat perlu ditanamkan pada anak didik kita
semua. Baik itu toleransi dalam hal agama atau berbeda pendapat diantara mereka.
Dalam belajar antara siswa satu dengan siswa yang lain mempunyai perlakuan
yang sama dan tidak dibeda-bedakan. Tetapi ketika kemungkinan ada siswa yang
merasa dikucilkan maka kita sebagai guru harus memberikan pengertian bahwa semua
orang berhak mendapat perlakuan yang sama dalam hal pendidikan. Alhamdulillah di
SMA Negeri 3 Palembang tidak terjadi hal yang demikian ujar ibu Nurhasanah
(Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Menurut Bapak Sholehan Mansur, didalam kelas itu terdiri dari beberapa macam
agama yaitu, Islam, Kristen, Katolik bahkan Hindu dan Budha. Tetapi ketika pelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung mereka tetep mengikuti walaupun hanya
cxi

cxii

mendengar saja didalam kelas. Padahal mereka sudah diberikan kebebasan untuk berada
diluar kelas. Mereka tidak berbuat gaduh atau ribut ketika pelajaran itu berlangsung
(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara, 02 Oktober 2014).
Pernyataan-pernyataan dari informan-informan di atas tidak selaras dengan hasil
observasi 27 0ktober 2014, dengan guru BK bapak Antoni yang menangani semua
kasus di SMA Negeri 3 Palembang. Di dalam dokumentasi data terdapat kasus tawuran
antara kelas XI IPA 2 dengan kelas XI IPS 2 yang terjadi pada tanggal 3 Juni 2014.
Penyebab dari tawuran itu ternya kelas XI IPA 2 itu umumnya beragama kristen,
konghucu sedangkan mereka yang kelas XI IPS 2 kebanyakan Islam. Cuma berawal
dari hal sepele salah satu dari teman mereka ada yang menghina karena perbedaan
agama. Tetapi karena mereka merasa agamanya dihina maka yang lain yang beragama
sama pun ikut-ikutan ujar Pak Antoni (Antoni, S.Bk, Guru BK SMAN 3 Palembang,
Wawancara 27 Oktober 2014).
Hal ini diperkuat ketika observasi 28 Oktober 2014 ketika istirahat dimushola
itu terdapat beberapa siswa yang sedang bermain disamping musohla dan didalam
mushola ada yang sedang solat duha. Tetapi mereka yang berada diluar musola itu
mereka membuat kegaduhan dan keributan sehingga yang sedang melaksanakan sholat
duha merasa terganggu.
Dari beberapa wawancara dan hasil observasi itu ternyata berbeda, ketika
wawancara para guru mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam itu mereka sudah tertanam sikap toleransi yang tinggi tapi pada hasil
observasi ternyata mereka mempunyai sifat toleransi yang rendah. Hal ini terlihat pada
data-data dokumentasi pada buku kasus yang ada disekolah tersebut.
2. Kesetaraan
cxii

cxiii

Kesetaraan menunjukan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama,


tidak lebih tingiatau lebih rendah antara satu sama lain. Kesataraan bermakna bahwa
manusia sebagai mahluk Allah memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Di hadapan
Allah, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan

nantinya

adalah

tingkat

ketakwaan

manusia tersebut

terhadap

Allah.Walaupun kita berbeda kulit, berbeda latar belakang ekonomi dahkan suku tetapi
semuanya itu sama.
Ibu Nurhasanah Said mengatakan Ketika dalam proses pembelajaran
berlangsung sudah pasti didalam kelas tersebut kita menemui siswa yang berbeda latar
belakang suku dan ekonomi. Sebagai seorang guru kita harus menyikapi dengan baik.
Kita tidak boleh membeda-bedakan mereka baik itu dari segi ekonomi, suku, dan
agama. Semuanya disamakan dan diberikan pelayanan dalam hal belajar yang sama
(Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Bapak

Sholehan Mansur mengatakan para siswa yang ada di Sekolah

Menengah Atas 3 terdiri dari bermacam-macam latar belakang ekonomi, suku dan
agama. Dari segi latar belakang ada yang berasal ekonomi mereka berasal dari ekonomi
menengah, atas , bahkan bawah . Kalau dilihat dari latar belakang ekonomi , orang tua
mereka ada yang pekerjaanya sebagai seorang guru, pedagang, pengusaha dan lain-lain.
Perbedaan suku dalam suatu kelas itu sudah hal yang wajar. Karena di Indonesia ini
terdiri dari berbagai macam-macam suku. Macam-macam suku yang ada disekolah
tersebut misalnya, suku Batak, Suku Jawa, Suku Komering, Suku Sunda dan lain
sebagainya. Walaupun mereka berbeda-beda suku tetapi mereka tetap saling
menghargai satu sama lain(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 02 Oktober 2014).
cxiii

cxiv

Dalam proses pembelajaran terutama pendidikan agama Islam para guru tidak
membedakan dalam mengajara walaupun mereka berbeda suku ataupun latar belakang.
Mereka tetap memperoleh hak yang sama dalam pendidikan baik itu yang kaya maupun
yang miskin atau suku Jawa, suku Sunda dan lain-lain .
Menurut Putri Yusella siswa kelas XI IPA 4 di kelas ini mereka berteman
berkelompok-kelompok, yang kaya mereka berteman dengan yang kaya sedangkan
yang miskin mereka berteman dengan yang miskin hal ini terlihat ketika mereka
istirahat. Umumnya yang miskin atau ekonomi rendah sudah minder duluan dengan
mereka yang berekonomi tinggi. Makanya di dalam kelas ini terbagi menjadi beberapa
gank (Putri Yusella siswa kelas XI IPA 4 Sekolah SMA Negeri 3 Palembang,
Wawancara 6 Oktober 2014).
Ada seorang guru ketika belajar selalu membeda-bedakan antara yang
berekonomi rendah dengan mereka yang kaya. Itu terlihat ketika pelajaran berlangsung.
Ketika anak orang kaya bertanya selalu diberikan penjelasan tapi ketika mereka yang
berekonomi rendah ketika bertanya dicueki ujar Aisyah Oktaria Sabarin (Aisyah
Oktaria Sabarin siswa kelas XI IPA 4 Sekolah SMAN 3 Palembang, Wawancara 6
Oktober 2014).
Pada hasil wawancara para guru tidak membedakan mereka dalam hal proses
pembelajaran dikelas. Tetapi ketika wawancara dengan siswa mereka mengatakan
adanya perbedaan yang mereka terima ketika dalam proses pembelajaran. Dan didalam
kelas pun mereka tidak membaur menjadi satu berkelompok-kelompok membentuk
gank.
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal 28 oktober 2014 bahwa
kelas XI IPA 4 mengusul meminta ganti wali kelas dengan bagian kesiswaan. Mereka
cxiv

cxv

mengatakan walikelasnya selalu pilih kasih dan tidak bertindak adil kepada mereka.
Ketika mereka yang berekonomi rendah jika bermasalah selalu dihukum berat tetapi
ketika yang berekonomi tinggi bermasalah dihukum dengan hukuman yang ringan ujar
Ahmad Fauzan (Ahmad Fauzan siswa kelas XI IPA 4 Sekolah SMA Negeri 3
Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dari beberapa wawancara dan hasil observasi diatas ternyata ada perbedaan,
disana tidak ada kesetaraan antara yang berbeda latar belakang ekonomi. Padahal
sebenarnya kesetaraan itu penting dalam proses pembelajaran. Agar mereka merasa
nyaman, aman dalam proses belajar baik itu anak orang kaya ataupun orang miskin.
3. Kejujuran

Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang
menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Memang ketika kita merasa
senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah
sulit, namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang bertolak belakang
dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah akan tetap berpegang teguh, atau
membiarkan tergilas oleh suatu keadaan. Kejujuran merupakan hal yang sangat penting
terutama bagi anak didik.
Bapak Sholehan Mansur mengatakan ketika mereka melakukan ulangan harian
mereka mengerjakan secara sendiri-sendiri tanpa mencontek dengan yang lain. Mereka
sudah menyadari bahwa perbuatan mencontek itu perbuatan yang tidak jujur dan tidak
terpuji. Kesadaran itu terlihat ketika ulangan berlangsung dan dapat terlaksana dengan
tenang dan khidmat (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara
02 Oktober 2014).

cxv

cxvi

Ibu Nurhasanah Said sebagai guru pendidikan Agama Islam juga mengatakan
bahwa ketika saya memberikan tugas kepada siswa anak-anak selalu jujur mengerjakan
tugas yang dibuat dirumah terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ketika mereka tidak bisa mengerjakannya sendiri mereka juga jujur dan berterus
terang (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober
2014).
Kejujuran sangat penting ditanamkan pada diri siswa sejak dini baik itu dalam
perbuatan maupun tingkah laku. Karena kejujuran merupakan modal dalam
pembentukan diri siswa yang dapat menciptakan pribadi yang arif. Terutama ketika
proses ujian kejujuran itu harus ada. Ketika dalam pemberian tugas juga siswa harus
bertindak jujur terhadap siapapun.
Waktu itu ada seorang anak yang kehilangan uang dikelas sebelas IPA. Pada
awalnya memang mereka tidak ada yang mengaku ketika ditanya seluruhnya. Tetapi
ketika sudah sepi ada seorang anak yang datang dan mengaku dia mengambil dengan
alasan ingin membeli buku tapi tidak punya uang.Sebagai seorang guru kita harus
menghargai perbuatan tersebut karena siswa itu sudah jujur walaupun memang sudah
melakukan kesalahan. Kita berikan nasehat agar tidak mengulanginya lagi karna itu
dapat merugikan orang lain ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan seorang guru dalam menumbuhkan
kejujuran anak didik antara lain mengusahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi
topik perbincangan dalam

kelas dan sekolah, membangun kepercayaan serta

menghormati privasi anak. Jika hal tersebut dilakukan seorang guru sebagai peserta
didik maka Insyaallah kejujuran aka tertanam pada peserta didik di sekolah ujar Ibu
cxvi

cxvii

Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara
07 Oktober 2014).
Jika dilihat dari perbuatan mereka dengan peristiwa itu mereka sudah menyadari
bahwa kejujuran sangat penting walau tidak secara langsung dan bertahap. Dan sebagai
seorang guru harus mempunyai cara untuk menumbuhkan sifat jujur kepada peserta
didik. Jika itu sudah dilakukan maka nanti akan tercipta pribadi siswa yang mempunyai
rasa jujur yang tinggi.
Ibu Mina mengatakan bahwa di SMAN 3 Palembang sudah menanamkan
kejujuran sejak dini ini terlihat dengan adanya

kantin kejujuran, di dalam kantin

terdapat bermacam-macam barang yang dijual kemudian para pembeli mengambil


sendiri barang yang diinginkan dan mencatatnya kemudian meletakan sendiri uang uang
pembayaran dikotak uang jika ada kembaliannya mereka pun mengambil sendiri uang
kembaliannya. Alhamdulillah selama ini kantin kejujuran berjalan lancar dan tidak ada
hambatan. Ketika siswa sudah pulang baru pengelola mengeceknya dan ketika dicek
pun tidak ada kerugian terkadang uangnya lebih karna ada beberapa siswa malas
mengambil uang kembaliannya dan ia bilang sedekah kesekolah ujar Ibu Mina
(pengelola kantin kejujuran SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Bapak I Gede Mendera sebagai Kepala Sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri
3 Palembang mengatakan bahwa tujuan kantin kejujuran diadakan yaitu sebagai
wahana untuk mendidikkan berprilaku jujur, menanamkan nilai kemandirian,
mendidikkan untuk taat dan patuh terhadap norma, tatatertib, dan ketentuan yang
berlaku baik disekolah maupun masyarakat, Melatih peserta didik untuk lebih
bertanggung jawab dalam setiap tindakan (Drs. H. I Gede Mendera, M.T Kepala
Sekolah SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
cxvii

cxviii

Dari hasil observasi yang didapat pada 27 0ktober 2014 ketika istirahat
berlangsung memang benar walaupun mereka jumlahnya banyak tapi mereka tetap antri
, jujur dan disiplin ketika berbelanja dikantin kejujuran. Semua berjalan dengan baik
tanpa ada yang curang dalam berbelanja. Sehingga mereka bergantian dan tidak berebut
untuk duluan ketika berbelanja.
Dari wawancara dan observasi di atas menunjukan bahwa kejujuran sudah ada
pada siswa SMAN 3 Palembang. Mereka selalu menanamkan kejujuran dalam setiap
tindakannya baik itu ketika dalam kelas maupun diluar kelas. Para guru tidak hentihentinya selalu menyinggung tentang kejujuran ketika belajar agar tertanam dalam jiwa
mereka bahwa kejujuran itu sangat penting. Karena peran guru juga sangat penting
ketika kejujuran itu harus diterapkan.
4. Amanah
Amanah merupakan salah satu sifat Rasulullah SAW. Sifat amanah adalah salah
satu sifat orang bertakwa. Amanah bermaksud melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab, boleh dipercayai, jujur dan ikhlas. Maksudnya seseorang itu boleh
melaksanakan tugas dan amanah yang dipertanggungjawabkan kepadanya tanpa
melakukan sebarang unsur-unsur penyelewengan dan tipu. Pentingnya sifat amanah
kepada setiap peserta didik di lingkungan sekolah.
Menurut Ibu Nurhasanah Said ketika saya memberikan amanah kepada seorang
siswa, alhamdulillah siswa melaksanakan amanah tersebut dengan sebaiknya karena
siswa itu menyadari bahwa ia diberikan amanah merupakan suatu kepercayaan untuk
dirinya sehingga siswa tersebut harus melaksanakannya.
Ibu Yulia Wahyuni mengatakan, ketika kita memberikan amanah kemudian
siswa tersebut tidak melaksanakan amanah tersebut maka kita sebagai seorang guru
pendidikan agama Islam harus menasehatinya bahwa amanah itu merupakan sifat mulia.
Setiap siswa pernah diberikan amanah atau kepercayaan untuk dijaga. Amanah itu
adakalanya berbentuk titipan benda, rahasia, tugas, jabatan dan sebagainya. Setiap siswa
perlu bertanggungjawab dengan amanah masing-masing dan harus menjaganya dengan
cxviii

cxix

penuh berhati-hati. Contohnya, tugas atau rahasia sebagai seorang yang diamanahkan
oleh kita perlu disimpan dengan cermat dan tidak leka serta ambil mudah. Amanah
harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Reza Armansyah sebagai ketua OSIS di SMAN 3 Palembang mengatakan
bahwa jabatan sebagai ketua OSIS merupakan amanah baginya. Maka saya harus
melaksanakan tugas sebagai ketua OSIS dengan sebaik-baiknya. Karna teman-teman,
guru serta seluruh masyarakat sekolah sudah mempercayakan saya sebagai ketua OSIS.
Amanah ini kelak akan dipertanggung jawabkan di akhirat (Reza Armansyah Ketua
OSIS Sekolah SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Amanah merupakan suatu perbuatan yang terpuji. Dengan kita bersifat amanah
maka orang akan percaya pada diri kita. Begitupun dalam pembelajaran jika kita
amanah menjalankan tugas yang dikasihkan oleh guru maka guru akan lebih percaya
dan merasa senang kepada kita. Terutama jika kita diberikan kepercayaan sebaga ketua
OSIS maka kita harus menjalankan amanah itu dengan sebaiknya.
Kami memilih Reza Armansyah sebagai ketua OSIS karena kami yakin bahwa
dia bisa mengemban amanah sebagai ketua OSIS. Hal ini terlihat semua bagian yang
ada di OSIS berjalan dibidangnya masing-masing baik itu bidang Olah Raga, bidang
Sastra Budaya, bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi dan lain-lain. Semua
bidang bergerak dengan tugasnya masing-masing dibawah pengawasan ketua OSIS ujar
bapak H. M. Najib Ahmad (H.M. Najib Ahmad, S.Pd. WAKA Kesiswaan Sekolah
SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dari hasil wawancara-wawancara tersebut selaras dengan hasil observasi pada
tanggal 27 Oktober 2014, ketika setiap kelas diberikan perlengkapan alat kelas seperti
sapu, spidol, penghapus, bunga, saputangan bahkan yang lainnya mereka jaga dengan
sebaiknya. Itu terlihat ketika setiap kelas dikunjungi semua perlengkapan masih ada dan
dalam keadaan baik. Karena itu juga merupakan suatu amanah yang perlu mereka jaga.
Hal ini berarti dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah ada
nilai-nilai amanah yang diterapkan sehingga para siswa pun terbiasa melaksanakan sifat
cxix

cxx

itu. Karena tanpa adanya pembiasaan semua itu tidak akan tertanam dalam diri siswa
atau peserta didik kita. Jika siswa sudah mampu menjalankan amanah maka ini
merupakan sebuah latihan yang nantinya akan berguna ketika suatu saat diberikan
amanah berupa jabatan mereka bisa menjalankan dengan sebaik-baiknya.
5. Solidaritas
Solidaritas merupakan perasaan terhadap sesama bagaimana kita harus peka
dengan lingkungan di sekitar kita rasa tolong menolong bagaimana seharus nya
melihat sodara-sodara kita atau manusia dalam kesusahan tenggang rasa perilaku kita
dalam menyikapi permasalahan yang ada di sekitar kita misalkan dalam berqurban itu
merupakan contoh nyata adanya solidaritas.
Sebernarnya solidaritas di zaman sekarng memang sangat sulit di temui hanya
segelintir orang yang mempunyai rasa solidaritas tinggi bahkan banyak dalam
kehidupan kita sehari-hari banyak kita temui orang yang tidak peka terhadap
lingkungan di zaman sekarang rasa solidaritas banyak di gunakan dalam hal negative
bahkan terkadang rasa solidaritas terhadap teman atau pun tetangga sangat jarang di
temui misalkan kita sering ingin menang sendiri, iri ataupun serakah lah yang membuat
kita lupa akan rasa solidaritas.
Menurut Ibu Nurhasanah Said mengatakan Di dalam kelas terdapat banyak
perbedaan diantara mereka. Dengan adanya perbedaan itu mereka harus tetap solid
dalam berteman walaupun mereka berbeda antara satu dengan yang lainnya.Untuk
menjaga kesolidan itu maka harus tetap kompak dengan temannya, saling menghargai,
menjaga rahasia antara satu dengan yang lainnya, dan harus rendah hati (Nurhasanah
Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014)
Ibu Yulia Wahyuni berkata Ketika diantara teman mereka ada yang lupa
membawa pena, pasti mereka selalu meminjaminya. Karena rasa saling tolong
menolong diantara mereka sangat tinggi. Terkadang mereka saling membantu jika
mereka ada masalah diantara mereka (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Solidaritas perlu dibina ketika kita berteman baik itu dilingkungan sekolah
maupun luar sekolah. Dengan adanya solidaritas maka akan tercipta kekompakan dan
saling menghargai diantara mereka. Jika ada teman yang membutuhkan pertolongan
maka mereka akan mempunyai rasa saling tolong menolog jika rasa solidaritas itu ada
diantara mereka.
Ketika ada salah satu siswa atau teman mereka yang terkena musibah mereka
selalu mengadakan bantuan berupa uang . Karena bantuan itu bisa digunakan untuk
mereka yang terkena musibah. Bahkan mereka rela menggalang dana kesetiap kelas
cxx

cxxi

untuk mencari dana buat membantu temannya yang terkena musibah tersebut ujar Pak
Radin (Radin, S .Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Berdasarkan hasil observasi penelitian 27 Oktober 2014, pada waktu istirahat
mereka siswa kelas XI IPA 2 beramai-ramai pergi untuk menjenguk temannya yang
sudah lam tidak masuk kelas karena sakit. Mereka menjenguk dengan membawa
makanan dan sejumlah uang . Itu bentuk solidaritas yang terjadi dikelas XI IPA 2 pada
waktu itu.
Rasa solidaritas perlu dibina terutama dalam lingkungan sekolah. Hal ini untuk
mewujudkan suasana yang aman. Ketika rasa solidaritas dibina sejak dini maka mereka
akan terbiasa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu dilingkungan
sekolah maupun lingkungan keluarga.
6. Kerjasama
Kerja sama merupakan salah satu bentuk proses interaksi sosial yang paling
utama. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai mahluk sosial.
Kerjasama memiliki dimensi yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik terkait
tujuan positif maupun negatif. Dalam hal apa, bagaimana, kapan dan di mana seseorang
harus bekerjasama dengan orang lain tergantung pada kompleksitas dan tingkat
kemajuan peradaban orang tersebut. Semakin modern seseorang, maka ia akan semakin
banyak bekerjasama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu tentunya dengan bantuan perangkat teknologi yang modern pula.
Menurut Bapak Sholehan Mansur Kerja sama sangat diperlukan didalam kelas
terutama dalam proses pembelajaran. Ketika mereka diberikan tugas kelompok maka
mereka harus mengerjakannya dengan bersama-sama. Antara satu dengan yang lainnya
saling membantu agar mendapatkan hasil yang baik dengan tujuan yang sama
(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Bapak Radin mengatakan Didalam kelas terkadang dilatih untuk melakukan
kerjasama dalam hal yang baik. Itu semua bisa dilakukan seperti dalam kegiatan
pembuatan mading atau tugas kelompok diantara siswa tersebut. Sehingga mereka akan
terbiasa untuk melakukannya. Karena manfaat kerjasama itu sangat banyak bagi
individu siswa (Radin, S .Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober
2014).

cxxi

cxxii

Adakanya dalam proses pembelajaran diperlukan kerja sama untuk melatih


mereka agar diantara temannya saling membantu seperti yang dipraktekan oleh bapak
Sholehan. Baik itu untuk hal kebaikan maupun untuk memperoleh tujuan yang sama.
Setiap kegiatan yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang
ini selalu dilakukan kerjasama. Bila pekerjaan itu dilakukan secara bersama-sama maka
akan terasa lebih ringan. Apalagi saya sebagai ketua OSIS sangat membutuhkan
kerjasama anggota-anggota saya. Sehingga masing-masing bidang terlaksanan seluruh
tugas-tugasnya ujar Reza Armansyah ( Reza Armansyah Ketua OSIS Sekolah SMA
Negeri 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dari hasil observasi 10 Oktober 2014, pada hari jumat mereka melakukan kerja
bakti bersama-sama. Kerja bakti itu dilakukan bersama-sama seluruh siswa tanpa
terkecuali. Disini bisa terlihat bahwa mereka selalu kerjasama dalam melakukan sesuatu
yang baik. Karena kerja sama sangatlah bermanfaat .
7. Husnuzan
Husnuzon merupakan salah satu sifat Rosulullah yang harus diamalkan.
Husnuzan merupakan akhlakul karimah atau akhlakul mahmudah yang artinya akhlak
terpuji. Kewajiban manusia adalah berprasangka yang baik kepada Allah swt. dan
Rasul-Nya. Orang yang dianggap ber-husnuzan kepada Allah adalah orang yang selalu
bertakwa kepada Allah, dimana pun dan kapanpun ia berada.
Dalam proses pembelajaran terkadang ada siswa yang suka dan ada yang tidak
suka dengan kita. Jika ada salah satu siswa yang tidak suka dengan kita, kita tidak boleh
langsung menegurnya, memarahinya bahkan mencacinya. Kita harus mengklarifikasi
dulu apakah itu benar atau tidak. Kita harus berhusnudzon terlebih dahulu terhadap
siswa tersebut. Karena sebagai seorang guru kita merupakan teladan bagi mereka ujar
Ibu Nurhasanah Said (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancar 01 Oktober 2014).
Ibu Yulia mengatakan kadang ketika proses belajar mengajar berlangsung ada
beberapa siswa yang membuat kegaduhan. Kita pun tetap haru berhusnuzan kepada
Allah. Dengan cara mengintropeksi diri mungkin saja cara mengajar kita membosankan
cxxii

cxxiii

sehingga mereka membuat kegaduhan. Kemudian bersabar, bisa menahan emosi, dan
selalu bersyukur itu semua merupakan bentuk-bentuk perilaku agar kita selalu
berhusnuzan kepada Allah (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancara 07 Oktober 2014).
Itu artinya sikap husnuzon harus selalu ada pada diri kita apalagi jika kita
seorang guru yang merupakan tauladan bagi anak murid. Baik itu husnuzhan kepada
Allah, diri sendiri maupun orang lain. Karena sifat husnuzhan bermanfaat bagi kita
sendiri maupun bagi orang lain.
Menurut Mardiana salah satu siswa kelas XI IPA 5 mengatakan apabila ada
seorang teman mencaci maki kita, jangan langsung kita membalas cacian mereka. Kita
harus berhusnuzhan dulu terhadap teman kita , mungkin saja teman kita lagi ada
masalah kemudian imbasnya kekita. Makanya itu sangat perlu sifat husnuzhan tertanam
pada diri kita masing-masing ( Mardiana siswa kelas XI IPA 5 Sekolah SMA Negeri
3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Saya pernah menjadi ketua kelas kemudian setelah pemilihan lagi ternyata saya
tidak terpilih menjadi ketua kelas lagi. Saya tetap bersikap husnuzhan kepada temanteman karena tidak memilih saya sebagai ketua kelas lagi. Mungkin selama ini kinerja
saya sebagai ketua kelas kurang baik sehingga mereka mengamanahkan ketua kelas
dengan yang lainnya yang lebih baik. Selain itu saya mengintropeksi diri untuk
memperbaiki semua yang telah dikerjakan tetapi belum maksimal ujar Rahmat Giantino
(Rahmat Giantino siswa kelas XI IPA

5 Sekolah SMA Negeri 3 Palembang,

Wawancara 6 Oktober 2014).


Dari hasil beberapa wawancara diatas ternyata guru dan siswa-siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Palembang sudah menanamkan sifat husnuzhan. Sehingga
cxxiii

cxxiv

mereka terjalin ukhuwah yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan kepala
sekolah serta siswa dengan siswa.
8. Percaya diri
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri
serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak
terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Rasa percaya diri
yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya
bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
yang realistik terhadap diri sendiri.
Menurut Ibu Nurhasanah Said para siswa SMAN 3 Palembang kurang
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi terutama ketika dalam proses pembelajaran
Pendidika Agama Islam. Ketika dalam proses belajar saya menyuruh mereka untuk
bertanya ternyata Cuma ada beberapa siswa saja yang bertanya dan yang lainnya
kebanyakan diam. Mereka diam karena tidak berani dan percaya diri atas pertanyaan
mereka, terkadang mereka merasa pertanyaannya tidak berbobot padahal itu belum
tentu (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober
2014).
Rasa percaya diri sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik. Karena
rasa percaya diri inilah yang nantinya akan membawa mereka menuju kesuksesan. Jika
percaya diri tidak dimiliki mereka. Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan
faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal. Karenanya,
tidak

sedikit

pula

yang

memberikan

pandangannya

mengenai

teknik-teknik

membangkitkan rasa percaya diri ujar Bapak Radin (Radin, S .Pd., Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Rasa percaya diri sangat penting untuk menunjang mereka dalam berprestasi.
Untuk itu sebagai seorang guru harus menanamkan percaya diri jika para siswa
cxxiv

cxxv

mempunyai rasa percaya diri yang rendah. Ketika dalam proses pembelajaran percaya
diri siswa akan terlihat ketika mereka berani bertanya kepada guru.
Bapak Sholhan mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa
kurang percaya diri. Percaya diri pada diri siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor yang berasal dari diri
siswa seperti ketidaksiapan mental dan rendahnya emosional question (EQ). Sedangkan
faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti ketidakbiasaan,
lingkungan, dan sebagainya. Kedua faktor tersebut mempengaruhi erat rasa percaya diri
siswa dalam menghadapi ujian, sehingga kesuksesan siswa dapat ditentukan dari tingkat
percaya diri yang dimiliki (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 02 Oktober 2014).
Percaya diri itu dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan berkembang.
Percaya diri sangatlah penting karena dalal aktivitas apapun yang kita lakukan kita
membutuhkan rasa percaya diri. Percaya diri bisa ditingkatkan dengan selalu memiliki
motivasi yang baik atau memandang keluar, berpikir positif, temukan dorongan positif
yang tepat, gunakan aktifitas fisik, melakukan kontak sosial yang positif, dan belajar
menghadapi masa depan ujar Ibu Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Sifat percaya diri yang ada pada peserta didik perlu dibina serta ditingkatkan.
Karena percaya diri sangat penting dalam menentukan prestasi. Sebagai seorang guru
itu merupakan salah satu tugas selain mendidik dan mengajar mereka. Percaya diri akan
tumbuh dengan aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang rasa percaya diri mereka.
Semua itu bisa dilakukan ketika dalam proses pembelajaran berlangsung.

cxxv

cxxvi

Berdasarkan observasi,

pada tanggal 28 Oktober 2014 ketika proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung, Ibu Nurhasanah mengadakan


diskusi tentang pelajaran PAI, pada saat itu ada satu kelompok ketika pada giliran
mereka maju mereka mengundurkan diri dan merasa belum siap untuk persentasi maju
kedepan. Semua itu bisa diakibatkan karena mereka kurang mempunyai rasa percaya
diri.
Ketika rasa percaya diri tidak dimiliki oleh siswa maka akan menghambat
perjalanan menuju kesuksesan. Karena dari rasa percaya diri seorang siswa akan berani
untuk maju danm melangkah lebih jauh.

9. Pemaaf
Pemaaf merupakan sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikit pun rasa benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu
manifestasi daripada ketakwaan kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
mungkin sering berhadapan dengan orang yg secara atau secara tidak sengaja
membuatkita kesal,,baik perilaku maupun tampilannya. Memang berat jika setelah
seseorang melakukan sesuatu yg buruk kepada kita, lalu kita memaafkannya. Sifat
pemaaf memberi manfaat yang besar kepada diri sendiri terutama dari segi rohani.
Orang yang bersifat pemaaf selalu dalam keadaan tenang, hati bersih, mudah diajak
berunding dan senantiasa menilai diri sendiri untuk melakukan kebaikan. Oleh sebab
itu, hati orang bersifat pemaaf tidak mudah terbakar dengan provokasi yang menyerang
dirinya.
Menurut Ibu Yuli Wahyuni mengatakan bahwa sebagai seorang guru
merupakan suri tauladan bagi anak didik. Seperti kata pepatah mengatakan guru
kencing berdiri siswa kencing berlari maksudnya adalah seorang murid biasanya akan
meniru apa yang dilakukan gurunya, maka janganlah memberikan contoh yang buruk.
Ketika saya menjelaskan materi atau pelajaran dan kemudian salah maka saya akan
meminta maaf kepada siswa tersebut. Karena kalau kita gengsi meminta maaf maka itu
akan berakibat fatal bagi kita seorang guru. Kalau kita tidak mengklarifikasi penjelasan
cxxvi

cxxvii

yang salah tadi maka kita juga berdosa sebagai guru menyampaikan pengertian yang
salah (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober
2014).
Dalam proses pembelajaran dikelas sifat pemaaf mereka itu tercermin ketika
sedang berdiskusi. Ketika berdiskusi mereka beradu pendapat dan mempertahankan
pendapatnya masing-masing, tapi setelah selesai diskusi mereka bersalam-salaman
untuk meminta maaf siapa tau kata-kata mereka ada yang menyinggung diantara
mereka ujar Pak Sholehan Mansur (Drs. Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3
Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Dari penjelasan diatas bahwa sifat pemaaf itu telah dicontohkan oleh seorang
guru pendidikan agama Islam karena pemaaf itu sangat penting. Karena kalau guru
sudah memerikan suritauladan yang baik maka siswa tersebut akan menirukan hal yang
baik. Itu terlihat ketika mereka berdiskusi walaupun pada awalnya tegang tapi
diakhirnya mereka pun saling bermaaf-maafan .
Ibu Nurhasanah Said mengatakan Sifat pemaaf harus ditanamkan kepada setiap
peserta didik. Sebagai seorang harus memberikan penjelasan ketika melakukan
kesalahan harus berani meminta maaf dan jika ada yang meminta maaf maka kita juga
harus memaafkan orang lain. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menumbuhkan sifat pemaaf peserta didik yaitu: menyadarkan mereka bahwa sifat
pemaaf merupakan sifat mulia, sifat pemaaf akan melakhirkan ukhuwah dan
menghilangkan perselisihan, dan memberikan teladan epada siswa tentang sifat pemaaf
(Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Dari hasil observasi 27 0ktober 2014 Ibu Nurhasanah Said menunjukan
beberapa kegiatan siswa seperti setelah sholat mereka selalu berjabat tangan karena dari
cxxvii

cxxviii

situ mereka juga akan saling memaafkan kesalahan masing-masing. Dan para siswa di
SMA N 3 Palembang ketika bertemu guru dimana saja selalu mencium tangan guru
mereka.
Dengan menanamkan sifat pemaaf kepada peserta didik maka mereka tidak akan
ada rasa saling membenci, iri, dendam serta rasa sakit hati yang berkepanjangan antara
satu dengan yang lainnya. Karena mereka sudah mempunyai sifat saling memafkan
antara satu dengan yang lainnya.
Dapat disimpulkan dari kesembilan indikator nilai-nilai multikultural, maka ada
beberapa nilai-nilai multikultural yang ada di Sekolah Menengah Atas Negeri
Palembang yang masih rendah atau minim diantaranya toleransi, kesetaraan dan
percaya diri. Sedangkan nilai-nilai yang lainnya seperti kejujuran, amanah, solidaritas,
kerjasama, husnuzan, dan pemaaf sudah tercermin pada diri mereka. Dari analisis diatas
diperkuat dengan hasil observasi dari kesembilan indikator dengan melihat perilaku
mereka dalam proses pembelajaran baik didalam kelas maupun diluar kelas.

cxxviii

cxxix

BAB 5
SIMPULAN

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut: Pertama, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Palembang telah berjalan secara baik. Hal terlihat dari materi
pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya serta didukung dengan media
pembelajaran yang memadai. Jika dilihat dari beberapa aspek itu maka proses
pembelajaran pendidikan agama islam di SMA Negeri 3 Palembang berjalan secara
efektif.
Kedua, Nilai-nilai Multikultural yang ada di SMA Negeri 3 Palembang dapat
dilihat dari beberapa indikator yaitu: toleransi, kesetaraan, kejujuran, amanah,
solidaritas, percaya diri, kerja sama, husnuzan dan pemaaf. Dari beberapa indikator
diatas ternyata ada beberapa indikator nilai-nilai multikultural yang tidak terdapat pada
proses pembelajaran seperti toleransi, kesetaraan dan percaya diri. Hal itu dikarenakan
karena latar belakang ekonomi mereka yang berbeda sehinga menimbulkan kesenjangan
diantara mereka Sedangkan pada indikator kejujuran, amanah, solidaritas, kerjasama ,
husnuzon dan pemaaf sudah terdapat dalam proses pembelajaran sehingga tercermin
dalam diri siswa SMA Negeri 3 Palembang. Karena mereka sangat menyadari dengan
adanya kejujuran, amanah, solidaritas, kerjasama, husnuzan dan pemaaf maka akan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang harmonis. Semua itu bisa dilihat baik itu
dalam proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.

B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas agar memperoleh manfaat yang baik dan
berguna terhadap kelangsungan dalam proses pembelajaran terutama dibidang
Pendidikan Agama Islam sehingga akan menciptakan siswa-siswa yang relegius dan
untuk guru dan sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada setiap guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara
efektif dan lebih baik secara terus menerus.
2. Diharapkan para guru menjadi contoh suritauladan yang baik bagi siswanya.
cxxix

cxxx

3. Diharapkan menjadi seorang guru yang kreatif dan menjadi idola dalam proses
pembelajaran
4. Diaharapkan kepada guru terus meningkatkan disiplin dalam proses belajar
mengajar.
5. Diharapkan kepada guru mengedepankan prestasi bagi anak didiknya.
6. Diharapkan para guru selalu menerapkan nilai-nilai multikultural dalam proses

pembelajaran baik itu mata pelajaran umum maupun pelajaran pendidikan agama
islam.

cxxx

cxxxi

REFERENSI
Abbas, Syahrizal 2009. Manajemen Perguruan Tinggi. Kencana, Jakarta.
Abidin, Zainal dan Neneng Habibah. Tt. Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif
Multikultural, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.
Ahmadi dan Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Ali, Zainuddin. 2010. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Agama RI, Departemen 2004. Al-Quran dan Terjemahnya. Diponegoro, Bandung.
Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka
Annur, Saipul 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Grafika Telindo Press,
Palembang
Anwar, Moch Idochi 2013. Administrasi Pendidikan Manajemen Biaya Pendidikan.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Azwar, Saifuddin 2009. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Bafadol, Ibrahim.2005. Dasar-dasar Manajemen dan Superfisi Taman Kanak-kanak
.Jakarta: PT Bumi Aksara
Baidhawy, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta:
Erlangga. 2005
Departemen Agama RI. 2005. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Departemen Agama RI, 2011. Al-Quran Tajwid dan Terjemahan, bandung: CV.
Diponegoro
Drajat, Zakiah dkk. 1996. Metodeologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1998. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka, Jakarta.
Hamid, Farida t.t. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Apollo, Surabaya.
cxxxi

cxxxii

H.A.R,. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, Magelang: Teralitera, 2003


_________, Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo, 2004

Mukhtar, 2009. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Jakarta: Gaung Persada Press
Mukmin,N. 2004. Desain Pembelajaran. Yogyakarta:Program Pascasarjana (UNY)
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Yogjakarta: al-Munawir, 1984.

Narbuko, Cholid 2007. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta.


Nana dan Ibrahim. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Nasution, Sanjaya.1998. Proses Belajar Mengajar.Jakarta:Media Group
S. Nasution, Kurikulum dan pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1989.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran:


Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rooijakkers.1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT.Grafindo
Sagala, Syaiful 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Alfabeta, Bandung.
Sardirman, 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali
Sudjana. Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru
Algensindo
Sunarto dan Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Rineka Cipta
Suryobroto,B. 1986. Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru Dalam
Proses Belajar Mengajar.Yogyakarta:Amarta Buku
Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT.Grafindo
Zain, Aswan dan Syaiful Bahri Djamarah. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta

cxxxii

Anda mungkin juga menyukai