Tesis
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
dalam Program Studi Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
RAHMAT FAJRI
NIM. 090101031
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING
2. Nama
NIP
: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Islam
: Pemikiran Pendidikan Islam
untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah Tertutup pada Program Pascasarjana UIN
Raden Fatah Palembang.
Pembimbing I,
Palembang,
Pembimbing II,
: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Agama
: Pemikiran Pendidikan Islam
telah dikoreksi dengan seksama dan dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah terbuka pada Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI:
1. Dr. Nyayu Khodijah, M.Si
NIP.19700825 199503 2 001
.....................................................
Tanggal,
......................................................
Tanggal,
Ketua,
Palembang,
Sekretaris,
: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Islam
: Pemikiran Pendidikan Islam
telah dimunaqasyahkan dalam sidang terbuka pada tanggal 28 Januari 2015 dan dapat
disetujui sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam
(M.Pd.I.) pada Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI:
Ketua
.............................................
Tanggal................................
Sekretaris
.............................................
Tanggal................................
Penguji I
.............................................
Tanggal................................
Penguji II
.............................................
Tanggal................................
Direktur,
Palembang,
Ketua Program Studi,
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt., yang telah menganugerahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga Tesis yang berjudul Nilai-nilai Multikultural dalam Proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Palembang dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang telah membimbing manusia ke arah
jalan kebenaran dan kebaikan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis sadari bahwa banyak ditemukan kesulitankesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari dosen
pembimbing, keluarga maupun sahabat-sahabat seperjuangan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan ribuan terima kasih,
terkhusus kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, M.A., selaku rektor UIN Raden Fatah Palembang dan
para pembantu rektor atas segala layanan dan fasilitas yang telah diberikan selama
penulis menempuh studi;
2. Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed., selaku Direktur Program Pascasarjana UIN Raden
Fatah Palembang;
3. Dr. Muh. Misdar, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Islam UIN
Raden Fatah Palembang atas motivasi, koreksi, dan kemudahan pelayanan selama
studi;
4. Prof. Dr. Indawan Syahri, M.Pd. dan Dr. Idrus Alkhaf, MA., selaku pembimbing
tesis yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan,
Penulis
2015
PERNYATAAN
: Rahmat Fajri
: 090101031
: Ilmu Pendidikan Islam
: Pemikiran Pendidikan Islam
Dengan
ini
menyatakan
bahwa
tesis
dengan
judul
NILAI-NILAI
MULTIKULTURAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3 PALEMBANG ini tidak memuat bahanbahan yang sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi
manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Sepengetahuan saya, tesis ini juga tidak
memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun
tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab.
Palembang,
Rahmat Fajri
Nim. 090101031
2015
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xi
xii
xvi
Bab
1 PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
1
8
9
9
10
13
14
15
21
45
45
47
48
49
50
51
52
53
53
54
54
59
59
60
61
64
67
68
70
71
73
74
83
98
120
121
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
Lampiran IX
Lampiran X
Lampiran XI
Lampiran XII
Lampiran XIII
Lampiran XIV
Panduan Observasi 1
Panduan Wawancara 1
Panduan Wawancara 2
Panduan Dokumentasi
Hasil Translit Wawancara
Daftar nama kepala sekolah (1961-2014)
Struktur organisasi SMAN 3 palembang 2014/2015
Daftar nama guru SMA negeri 3 palembang 2014/2015
Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lembar Konsultasi Pembimbing II
SK Pembimbing
Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian dari Lokasi Penelitian
Biodata Penulis
12
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam tesis ini berdasarkan Keputusan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan
No. 0543 b/u/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan
dengan huruf, dalam Transliterasi ini sebagian dilambangkan huruf dan sebagian
dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda
sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasinya dengan huruf Latin.
Huruf Arab
Nama
Alif
Huruf Latin
tidak dilambangkan
Nama
tidak dilambangkan
Ba
Ta
Be
Te
Jim
a
Kha
Kh
Dal
ka dan ha
De
al
Ra
Zai
Sin
Z
S
Zet
Es
Syin
Sy
Es dan ye
ad
ad
a
Ain
.......
Gain
Fa
Qaf
Kaf
F
Q
K
Lam
Mim
Nun
Wau
Ha
M
N
W
H
13
Apostrof
Hamzah
..'..
Ya
Y
Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a) Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
Fathah
A
A
Kasrah
I
I
Dammah
U
U
Contoh:
- kataba
- faala
- ukira
- yahabu
-su'ila
b) Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat
dan huruf, transliterasi gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan Huruf
....
....
Nama
Fathah dan ya
Fathah dan wau
Gabungan huruf
Ai
Au
Nama
a dan i
a dan u
Contoh:
- kaifa
- haula
c)
Maddah
Maddah atau vokal panjang lambangnya
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf
Nama
Huruf dan
Tanda
dengan
harkat
dan
Nama
.... ....
...
Kasroh dan ya
....
Contoh:
huruf,
14
- qla
- ram
- qla
- yaqlu
d) Ta' Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:
1) Ta Marbutah hidup
Ta marbutah yang hidup atau yang mendapat harkat fathah, kasroh dan dammah,
transliterasinya adalah /t/.
2) Ta' Marbutah mati
Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/.
3) Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta
marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
! - rauah al-afl
- rauatul afl
#$% # &$% - al-Madnah al-Munawwarah
- al-Madnatul Munawwarah
e) Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut
dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah tersebut.
Contoh:
#' - rabban
)(- nazzala
*% - al-birr
+ ) - nu'ima
,-% - al-hajju
f) Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu .
Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariah.
2) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang
langsung mengikuti kata sandang itu. Pola yang dipakai ada dua, seperti berikut:
3) Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.
Kata sandang yang diikuti huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan aturan
yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun qamariah, kata sandang ditulis terpisah
dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.
15
Contoh:
. %
/$0%
1 &*%
&2%
+3 %
45%
- ar-rajulu
- asy-syamsu
- al-badyu
- as-sayyidatu
- al-qalamu
- al-jallu
g) Hamzah
Dinyatakan di depan Daftar Transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah
ditransliterasikan dengan opostrof. Namun, hal ini hanya terletak di tengah dan akhir
kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan
Arab berupa alif.
Contoh:
1) Hamzah di awal:
- umirtu
- akala
2) Hamzah ditengah:
9 78
- ta'khuna
3 78
- ta'kulna
3) Hamzah di akhir:
- syai'un
#%
- an-nau'u
h) Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi'il, isim maupun huruf ditulis terpisah. Bagi katakata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan
dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan. Maka dalam
transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, bisaa dipisah per
kata dan bisa pula dirangkaikan.
Contoh:
? % 9 =%
($% A%
5 +2'
B *% ,C #% E3F G
4 * H % J 2%?
16
i)
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa
yang berlaku dalam EYD, diantaranya huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf
awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
& $*
% H )(% L =
? $3 % G&$-%
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain
sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:
R ? S)
- Nasrum minallhi wa fatun qarb.
$.
+ 3F A'
j) Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi
ini merupakan bagian tak terpisahkan dengan ilmu tajwid. Karena itu peresmian
pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.
17
ABSTRAK
Tesis yang berjudul, Nilai-nilai Multikultural dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Palembang. Adapun yang menjadi pokok
kajian dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan
nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 3
Palembang. Berangkat dari latar belakang proses pembelajaran pendidikan agama Islam
yang didalamnya terdapat siswa yang terdiri dari suku, agama serta latar belakang
yang berbeda. Walaupun terdapat perbedaan tetapi proses pembelajaran pendidikan
agama Islam tetap berjalan dengan lancar. Karena mereka telah menerapkan nilai-nilai
multikultural didalam proses pembelajaran tersebut. Nilai-nilai multikultural tersebut
diantaranya, toleransi, kesetaraan, kejujuran, keragaman, amanah, solidaritas, husnuzan,
percaya diri dan pemaaf.
Jenis penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian kualitatif adalah
menjelaskan, menggambarkan, dan menguraikan kemudian ditarik kesimpulan
mengenai proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan nilai-nilai multikultural
yang terdapat dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 3
Palembang dengan beberapa informan yang terdiri dari guru pendidikan agama Islam,
kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, waka
humas, dan siswa. Sumber data terdiri dari sumber data primer diperoleh dari sumber
pertama yakni kepala sekolah , TU, guru dan siswa, sedangkan sumber data sekunder
berupa buku-buku dan dokumentasi sekolah yang berkenaan dengan penelitian ini. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian menunjukkan: Pertama, proses pembelajaran PAI di
SMA Negeri 3 Palembang telah berjalan secara baik. Hal ini terlihat dari materi
pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya serta didukung dengan media
pembelajaran yang memadai. Kedua, Nilai-nilai Multikultural yang ada di SMA Negeri
3 Palembang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu: toleransi, kesetaraan, kejujuran,
amanah, solidaritas, percaya diri, kerja sama, husnuzan dan pemaaf. Dari beberapa
indikator diatas ternyata ada beberapa indikator nilai-nilai multikultural yang tidak
terdapat dalam prose pembelajaran sehingga tidak tercermin pada diri siswa seperti
toleransi, kesetaraan dan percaya diri. Hal itu dikarenakan karena latar belakang
ekonomi mereka yang berbeda sehinga menimbulkan kesenjangan diantara mereka
Sedangkan pada indikator kejujuran, amanah, solidaritas, kerjasama , husnuzon dan
pemaaf sudah terdapat dalam proses pembelajaran sehingga tercermin dalam diri siswa
SMA Negeri 3 Palembang. Karena mereka sangat menyadari dengan adanya kejujuran,
amanah, solidaritas, kerjasama, husnuzan dan pemaaf maka akan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang harmonis. Semua itu bisa dilihat baik itu dalam proses
pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.
18
BAB 1
PENDAHULUAN
Ada
yang
beranggapan
sebagai
bangsa
Indonesia
harus melepaskan
19
pantai,
dan
suku-suku
tradisional,
bersamaan
dengan
guna
meminimalisasi
dan
mencegah
terjadinya konflik,
melalui
20
sosial
dari
budaya
mempunyai
keunikan
dan
kekhasan
dengan berbagai
kebiasaan, adat istiadat dan pengalaman lokal, nilai-nilai sosial dan harapan-harapan
hidup yang selalu tidak sama dengan budaya dominan. Fungsi dan tugas lembaga
pendidikan harus mengedepankan pola variatif dan mengakui pluralisme sehingga
perbedaan tidak menjadi hambatan tetapi menjadi sumber kekuatan untuk hidup
berdampingan. Lembaga pendidikan yang
mampu
mensosialisasikan
nilai-nilai
multikulturalisme akan lebih terarah dalam pembentukan mental dan pribadi murid
bila terintegrasi dalam mata pelajaran atau beberapa materi yang diajarkan di sekolah.
Pelaksanaan pendidikan agama pada umumnya serta pendidikan agama Islam
pada khususnya di sekolah-sekolah umumnya tersebut semakin kokoh oleh karena
terbitnya berbagai undang-undang, hingga lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada
peserta didik, dan diikuti dengan lahirnya peraturan-peraturan selanjutnya sampai
terbitnya peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 tahun 2010 tentang pengelolaan
pendidikan agama pada sekolah.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan agama Islam tampil sebagai mata pelajaran
dalam kurikulum pendidikan. Sebagai suatu bidang kajian atau mata pelajaran,
pendidikan agama diberikan mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi. Sebagaimana
dikemukakan dalam undang-undang Sisdiknas N0. 20 tahun 2003 pasal 30 ayat 2
disebutkan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan menjadi ahli ilmu agama. Kemudian pada pasal 30 ayat 3 disebutkan
bahwa pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal (Sisdiknas, 2010: 16).
21
22
/3tt2r&
Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari ayat diatas bisa dipahami bahwa ayat ini menggambarkan multikultural
yang secara tidak langsung mengajarkan agar manusia untuk saling kenal-mengenal
satu sama lain, sebab dengan itu akan mengetahui keadaan suatu bangsa, suku, dan
budaya masing-masing tanpa adanya diskriminasi, artinya secara implisit ayat ini
mencerminkan tentang toleransi, saling menghargai antara sesama manusia, sebab tolak
ukur kemuliaan seseorang tidak tergantung dengan suku, ataupun bangsanya.
Multikulturalisme adalah proses pembudayaan. Dan oleh sebab itu proses
pendidikan adalah proses pembudayaan, maka masyarakat multikulturalisme hanya
dapat diciptakan melalui proses pendidikan (Tilaar, 2004: xxvii). Oleh karena itu,
proses pendidikan juga merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pendidikan tidak
dapat dipahami hanya sebagai proses yang terjadi dalam lembaga sekolah, tetapi
sekolah sebagai lembaga sosial merupakan bagian dari proses pendidikan sebagai
proses pembudayaan (Tilaar, 2003: xxiii). Jadi bisa dipahami bahwa proses pendidikan
merupakan sebagai bagian dari proses pembudayaan, sebab pembudayaan tidak akan
terciptakan tanpa proses pendidikan, dan proses pendidikan juga menggambarkan
tentang pembudayaan.
Pendidikan agama berwawasan multikultural mengusung pendekatan dialogis
untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan.
23
Pendidikan ini dibangun atas spirit relasi kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya,
saling memahami, dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan, dan
interdependensi ( Baidhawy, tt :74).
Pendidikan multikultural salah dipahami sebagai pendidikan yang hanya
memasukkan isu-isu etnik atau rasial. Memang benar bahwa dua isu itu diangkat dalam
pendidikan multikultural, namun lebih dari itu ia juga mengedepankan isu-isu lainnya
seperti relasi gender, keragaman sosial, ekonomi, perbedaan agama dan sebagainya
(Baidhawy, tt: 75).
Dengan memperhatikan keragaman agama-agama siswa. Dalam hal ini, proses
mengajar lebih menekankan pada bagaimana mengajar tentang agama (teaching about
religion), bukan mengajarkan agama (teaching of religion), karena yang pertama
melibatkan pendekatan kesejarahan (historical approach) dan pendekatan perbandingan
(comparative approach), sedangkan yang kedua melibatkan indoktrinasi dogmatik pada
siswa sehingga secara praktis ia tidak memberikan sarana yang memadai untuk
menentukan pelajaran mana yang dapat diterima dan mana yang perlu ditolak
(Baidhawy, tt: 102).
Pada proses pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual
anak dan didasarkan pada keinginan guru akan sulit untuk dapat mengantarkan anak
didik kearah pencapaian tujuan pembelajaran. Konsekuensi logis dari pendekatan
pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang
22
cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan. Pembelajaran PAI
yang dilaksanakan idealnya memerhatikan kondisi individu, sebab pada dasarnya
anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, disamping memiliki
keunikan masing-masing yang tidak sama. Pembelajaran juga hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan karakter kejiwaan yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Alhasil, pembelajaran benar-benar dapat mengubah
kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi
paham, serta yang berprilaku kurang baik menjadi baik.
Pada Observasi awal Ibu Nurhasanah Said mengatakan sebagai guru
Pendidikan Agama Islam bahwa dalam proses pembelajaran PAI di SMA Negeri 3
Palembang ini mengalami kesulitan dalam menyampaikannya. Karena di dalam kelas
tersebut terdiri dari beberapa agama. Makanya sangat penting nilai-nilai
multikultural itu diterapkan dalam proses pembelajaran terutama mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (Nurhasanah Said, S.Pd.I,Guru PAI SMA Negeri 3
Palembang, Wawancara 01 Oktober 2014).
Ada salah satu siswa yang beragama lain mengatakan ketika proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung kami diberikan kebebasan untuk
memilih mengikutinya atau tidak dalam pembelajaran tersebut. Terkadang kami
hanya mendengarkan saja tapi tidak meganggu mereka atau membuat kegaduhan
sehingga pelajaran mereka terganggu (Steven, Siswa SMA Negeri 3 Palembang,
Wawancara 01 Oktober 2014). Nah dari perbincangan diatas dapat dipastikan bahwa
disekolah SMA Negeri 3 Palembang telah memcerminkan pembelajaran tentang
saling menghargai antara agama satu dengan agama yang lainnya. Karena di sekolah
23
tersebut terdiri dari siswa-siwa yang bermacam-macam suku, agama, latar belakang
yang berbeda.
Maka dalam proses pembelajaran perlu adanya nilai-nilai multikultural yang
terkandung didalamnya. Nilai-nilai Multikultural itu diantaranya meliputi nilai-nilai
toleransi, kesetaraan, kejujuran, keragaman, amanah, solidaritas, husnuzan, percaya
diri dan pemaaf. Nilai-nilai tersebut yang nantinya akan membentuk kepribadian
anak yang mempunyai rasa empati, peduli sesama teman, saling memaafkan
sehingga dapat tercipta hubungan yang sangat harmoni diantara sesama kawan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini
berjudul : Nilai-Nilai
24
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan baik dari segi teoritis maupun
praktis, yaitu sebagai berikut:
1.
Kegunaan Teoritis
Menambah khazanah teoritik bagi pengemban disiplin ilmu Pendidikan
Agama Islam khususnya tentang nilai-nilai Multikultural yang terdapat dalam proses
pembelajar tersebut.
2.
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bahan masukan bagi
pihak pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang dan bahan rujukan bagi
peneliti
yang
akan
mengadakan
penelitian
selanjutnya
tentang
nilai-nilai
25
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah dilakukan ditemukan beberapa
penelitian yang relevan, antara lain :
Tesis Mukharis (2011), dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural
dalam Pelajaran Al-Quran Hadist (Telaah Materi dalam Program Pengembangan
Silabus dan Sistem Penilaiaan Al-Quran Hadist MA Ali Maksum PP Krapyak
Yogyakarta TA. 2009-2010).
26
guna terciptanya proses belajar mengajar yang aman dan nyaman terutama bagi
siswa yang berbeda keyakinan, dalam pelaksanaan pembelajaran PAI bagi siswa non
muslim diberikan kebebasan untuk tidak mengikuti pembelajaran PAI, mereka
diberikan tugas dan lain sebagainya. Namun kebanyakan mereka mengikuti proses
tersebut. Dalam proses belajar mengajar di antara siswa tersebut kadang-kadang
keluar kata-kata yang mengandung unsur diskriminasi, seperti perkataan; ah Cina
kamu, Jawa kamu, Arab kamu dan seterusnya.
Skripsi Zainul Arifin ( 2008), dengan judul Pendekatan Multicultural dalam
Pembelajaran PAI (Studi Terhadap Pembelajaran PAI di SMAN 8 Yogyakarta).
Menjelaskan bahwa pendekatan multicultural bisa dilihat dari materi pokok dan
materi pengembangan. Dengan kata lain siswa mempunyai kesempatan yang sama.
Dengan pendekatan multikultural yang ada, juga berimplikasi pada tumbuhnya
solidaritas pada diri siswa yang menjadikan mereka hidup rukun.
Penelitian yang dilakukan oleh Zelvia (2008) tentang
Pendidikan
Multikultural (Studi Komparasi Pemikiran H.A.R Tilaar dan Said Nursi). Hasil
penelitian didapatkan bahwa konsep pendidikan multikultural merupakan konsep
yang berangkat dari fenomena sosial masyarakat heterogen yang memiliki
keragaman yang masing-masing memiliki keunikan. Dalam kondisi tersebut
pendidikan multikultural diorientasikan pada transfer
tersebut, seperti ide dari kedua pemikir, yakni mengakui budaya serta agama orang
lain, berdialog dengan pemeluk agama lain, menghargai dan lainnya. Dalam
27
pemikiran kedua tokoh tersebut ada persamaan dan perbedaan. Dalam dua hal yakni
demokrasi dan pluralisme keduanya memaparkan indikator dari penerapan dua hal
tersebut. Namun perbedaannya dalam pluralisme Said Nursi lebih menekankan pada
hal-hal keagamaan, seperti dialog antar agama. Sedangkan H.A.R Tilaar lebih pada
pluralisme budaya. Hal tersebut berdasarkan atas perbedaan sosiologis dari kedua
pemikir tersebut. Dalam menerapkan konsep pendidikan multikultural dalam core
idea value orientation artinya berorientasi pada nilai gagasan inti yaitu
multikultural, membutuhkan kerja keras serta bantuan guru dalam memfasilitasi serta
menerapkan nilai-nilai tersebut agar tercipatnya masyarakat yang egaliter.
F. Definisi Operasional
Variable-variabel yang akan diteliti harus didefinisikan secara operasional,
yaitu definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat
diamati (diobservasi), sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji
kembali oleh orang lain (Narbuko dan Abu Achmadi, 2012: 61-62).
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Multikultural
Dalam kamus bahasa Indonesia bersifat keberagaman budaya (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008:1051). Sedangkan menurut Mardiatmaja dalam Zainal
Abidin dan Neneng Habibah, Multikultural berasal dari kata Kultur dalam arti
mendasar kultur berasal dari kata Callere (latin) yang berarti menumbuhkan,
memelihara dan mengembangkan ( Abidin, dan Neneng Habibah, tt: 253).
2. Nilai-Nilai Multikultural
Nilai-nilai multikultural merupakan suatu nilai yang memandang keragaman
sebagai peluang untuk membangun harmoni dan kerjasama , saling percaya dan
28
G. Kerangka Teori
Proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya terdapat kegiatan
interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001: 461). Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bias
dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling
menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Dalam proses
29
sosial,
Menganyam
Solidaritas,
Menuntut
pengorbanan,
Menyemai
Nirkekerasan, Menuai damai, Menanam maaf, Mengetam ampun. Adapun indikatorindikator diatas yaitu diantaranya : toleransi, kesetaraan, kejujuran, amanah ,
solidaritas , kerjasama , husnuzan, percaya diri, dan pemaaf.
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
a.
Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
30
Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif artinya
penelitian
yang
dilakukan
dengan
menjelaskan,
menggambarkan,
dan
31
di Sekolah
32
33
dengan
pertanyaan
penelitian,
dengan
tujuan
untuk
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
data
dan
pengambilan tindakan.
3) Verifikasi/penarikan kesimpulan, yaitu makna-makna yang muncul dari
data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
merupakan validitas. Pada bagian ini diutarakan kesimpulan dari data
yang diperoleh dari observasi, interview, dan dokumentasi.
4) Triangulasi yaitu suatu cara memandang permasalahan/objek yang
dievaluasi dari berbagai sudut pandang, bisa dipandang dari banyaknya
metode yang dipakai atau sumber data, tujuannya agar dapat melihat
34
I. Sistematika Penulisan
BAB 1 pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, definisi
operasional, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
35
36
BAB 2
TINJAUAN TEORITAS NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Multikultural
37
sehat dan secara timbal balik mengembangkan sikap-sikap antar kelompok yang
positif. Namun jalan menuju pengakuan tersebut adalah sebuah pendakian yang terjal
dan sikap terhadap realitas multikultural bangsa mengalami perkembangan sepanjang
arah. Di masa lalu, multikulturalisme dipandang sebaga suatu yang tidak berguna,
dan pandangan yang anti- pluralisme itu justru berkembang di negara-negara Barat.
Bahkan
John
Dewey
dalam
Supriadi
(2001:
38),
menganggap
38
sosial dan budaya dimana mereka menjadi bagian darinya. Dengan demikian, corak
masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi keanekaragaman suku
bangsa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam
masyarakat Indonesia (Budimansyah, 2008: 29).
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa multikultural
merupakan keragaman kebudayaan dalam merespon kebudayaan perubahan
demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
keseluruhan. Berbagai macam masalah multikultural yang terjadi dewasa ini adalah:
(1) pengaturan hukum yang tegas dengan etik dan moral yang jelas yang mengabdi
pada seluruh masyarakat tanpa pandang bulu, (2) pemerintahan yang tegas, bersih,
mandiri dan berdiri di atas semua golongan sehingga menjadi panutan masyarakat,
(3) budaya saling kontrol yang ketat dari atas sampai ke bawah, dibantu media massa
yang kritis, dan budaya sadar akan anggota masyarakat Indonesia yang beretik dan
bermoral sedemikian sehingga sadar bahwa keselamatan masyarakat diatas segalanya
dan barulah kehidupan pribadi dan rumah tangganya.
B. Nilai-Nilai Multikultural
Menurut Lorens Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan
tentang nilai yaitu nilai dalam bahasa Inggris Value, bahasa latin valere yang artinya
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Sementara itu ditinjau dari segi harkat
adalah kualitas kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan,
berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Kemudian nilai ditinjau dari segi
keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai sesuatu
kebaikan.
39
40
meskipun terdapat konflik dengan pemahaman tentang jalan hidup yang baik dan
layak menurut pandangan pribadi kita. Seseorang dinyatakan toleran jika dia
dapat membolehkan atau membiarkan orang lain menjadi diri mereka sendiri
dan bukan keinginan kita untuk mempengaruhi mereka supaya mengikuti ide
kita. Tumbuhnya sikap
toleransi
dalam setiap
pribadi, dapat
mengundang
dialog untuk saling mengkomunikasikan dan menjelaskan perbedaan serta ada saling
pengakuan.
Toleransi adalah modal utama dalam menghadapi keragaman dan perbedaan.
Toleransi bisa bermakna penerimaan kebebasan beragama dan perlindungan undang-
41
undang bagi hak-hak asasi manusia dan warga negara. Toleransi adalah sesuatu yang
mustahil untuk dipikirkan dari segi kejiwaan dan intelektual dalam hegemoni sistemsistem teologi yang saling bersikap eksklusif (Baidhawy, 2005: 48).
Didalam dunia pendidikan sikap toleransi itu sangat penting ditumbuhkan
terhadap peserta didik maupun lingkungan masyarakat sekolah. Lingkungan sekolah
merupakan suatu lingkungan dimana seseorang yang telah telah mendapatkan
pendidikan diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya didalam
kehidupan sekaligus mampuhidup berdampingan di masyarakat. Jadi pendidkan
berperan penting bagi individu yang tidak hanya menguasai ilmu tapi mempunyai
sifat terpuji yaitu seperti toleransi.
Ketika sifat toleransi tidak ada pada peserta didik maka akan muncul prilakuprilaki seperti tawuran, berkelahi dan perilaku-perilaku sejenisnya . Sikap toleransi di
sekolah sangatlah penting baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru,
kepala sekolah dengan murid, guru dengan murid maupun murid dengan murid.
Toleransi tersebut dibutuhkan untuk terciptanya proses pembelajaran yang kondusif,
sehingga tujuan dari pendidikan sekolah dapat tercapai. Adapun contoh-contoh
toleransi dalam kehidupan sekolah antara lain:
a. Mematuhi tata tertib sekolah yang ada maka diharapkan tidak ada lagi perilakuperilaku yang menyimpang seperti berkelahi dan tawuran. Dengan demikian juga
tidak ada perbedaan dalam memandang tiap siswa di sekolah sehingga diharapkan
tercipta sikap toleransi antara siswa disekolah.
b. Saling menyayangi dan menghormati sesama pelajar. Dengan saling menyayangi
dan menghormati sesama pelajar maa diharapkan sesama siswa akan merasa
saling melindungi dan terhindar dari sikap saling meremehkan dan merendahkan.
42
43
seorang anak, baik dari sisi karakter, kemampuan diri, potensi imajinasi, daya
kreasi. Sedangkan kepekaan sosiologis dapat diterjemahkan sebagai kemampuasn
seorang guru untk melakukan identifikasi kehidupan sosial setiap anak didik. Hal ini
penting mengingat para peserta didik berasal banyak latar belakang yang berbeda ,
mereka dibentuk dengan budaya dan agama yang memiliki tingkat perbedaan satu
sama lain. Sehingga sebagai sebuah agen pendorong toleransi dalam kehidupan,
sosok guru menjadi sosok tumpuan untuk mampu memberikan segala bentuk
konfirmasi untuk melakukan perwujudan pembelajaran yang saling toleran dan tidak
driskiminan.
Ketiga, seorang guru sangat dituntut untuk memberikan nilai seimbang dan
tidak membedakan dalam hal pemberian penghargaan atas peserta didiknya. Hal ini
dibutuhkan, sebab sebuah toleransi harus mampu melibatkan sisi objekfitas dalam
penilaian individu secara baik dan berkesinambungan. Keempat, sebagai agen
perubahan yang ditunut untuk menjadikan para generasi muda memiliki nilai
toleransi ialah nilai-nilai penghormatan dan menghargai. Hal ini ada agar terwujud
sebuah resolusi kedamaian dalam sekup sederhana yakni diinstansi lingkungan
sekolah. Apabila seorang guru mampu menjaga dirinya dan menghargai perbedaan
yang dimiliki oleh setiap muridnya, kelak setiap siswa akan memiliki nilai toleransi
secara sama atau bahkan lebih baik dibanding guru. Kelima, seorang guru harus
mengedepankan semangat kebangsaan dan menanamkan kecintaan kepada tanah air
(Wiliams, Dobson, 2002: 12).
Dalam ajaran Islam sendiri, sering disebutkan dalam berbagai kajian
keagamaan dan humanisme tentang konsep hubungan antara diri kita dengan Allah
sebagai satu hubungan yang bersifat vertikal peribadatan, serta konsep hubungan
antara diri kita dengan orang lain sebagai sesama manusia ciptaan Allah yang
44
bersifat horisontal secara menyeluruh. Salah satu bagian dari konsep tersebut adalah
hubungan manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat
manusia, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini tak dapat dipungkiri dilakukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha
manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia. Salah
satu caranya yaitu mengembangkan sikap toleransi. Sebagaimana dalam firman
Allah yang menganjurkan kita agar adanya sikap toleransi dalam perbedaan dan
bagaimana sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi perbedaan itu. Seperti
yang terdapat dalam QS. Ali Imron: 103 berikut ini :
tt/ y#9r's [!#yr& . ) 3n=t !$# |My (#.$#u 4 (#%x s? u $Yy_ !$# 7pt2 (#tG$#u
!$# it6 y79xx. 3 $p]i .xs)r's $9$# zi ;t m $x x 4n?t .u $Zuz) Fu/ st7r's 3/=%
ttGsE /3=ys9 Gt#u 3s9
Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orangorang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
2. Kesetaraan
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat . Jadi kesetaraan juga dapat
disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat
artinya sama tingkatan .Dengan demikian kesetaraan atau kesederajatan menunjukan
45
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak
lebih rendah antara satu sama lain.
Konsep kesetaraan bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan
sustantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturanperaturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupun norma, sedangkan
pendekatan substantif mengakji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran maupun
proses terjadinya kesetaraan (Supartono, 2004: 16).
Dalam Islam, istilah persamaan dan persaudaraan itu dikenal dengan
nama ukhuwah. Ada tiga jenis ukhuwah dalam kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah
Islamia (persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan
ukhuwah
bashariyah(persaudaraan
sebangsa),
ukhuwah
itu, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia baik yang berbeda suku, agama,
bangsa, dan keyakinan adalah saudara. Karena antarmanusia adalah saudara,
setiap manusia memiliki hak yang sama (Muthoharoh, 2011: 56-77).
Islam intinya adalah seruan pada semua umat manusia, termasuk mereka para
pengikut agama-agama, menuju satu cita-cita bersama kesatuan kemanusiaan tanpa
membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan dan agama. Karena umat manusia
tak ubahnya waktu, keduanya maju tak tertahankan. Dan sama seperti tak ada jam
tertentu yang mendapat kedudukan khusus, begitu pula tak ada satu pun orang,
kelompok, atau bangsa manapun yang dapat membanggakan diri sebagai
diistimewakan Tuhan (Baidhawy, 2005: 45).
Jadi kesetaraan
keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan
satu tingkatan Hierarki, termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun tanpa
membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, dan lainnya. Dalam
46
pandangan Islam, kedudukan manusia itu sama dalam segala hal dan yang paling
mulia kedudukannya dimata Tuhan adalah didasarkan pada ketaqwaannya dan
keimanannya.
Kesetaraan dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan sekolah dan
guru. Selain itu guru akan menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi
terciptanya kesetaraan dalam pendidikan melalui proses pembelajaran. Apalagi
didalam kelas terdiri dari beberapa kalangan yang berbeda dari segi ekonomi. Ada
yang berlatar belakang rendah, menengah dan atas tapi semua dalam proses
pembelajaran harus ada kesetaraan. Apabila guru sudah menerapkan sifat itu maka
anak didiknya pun akan mencontoh karena guru merupakan suri tauladan.
3. Kejujuran
Menurut Hendra Wijaya jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui,
berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan
kebenaran. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata jujur berarti tidak bohong, lurus
hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak khianat. Jika seseorang berkata tida sesuai
dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai dengan apa
adanya, maka orang tersebut dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu,
mungkir, berbohong, munafik dan sebagainya. Jadi jujur adalah suatu karakter yang
berarti berani menyatakan kayakinan pribadi, menunjukan siapa dirinya. Sesuai
dalam firman Allah pengertian jujur terkandung dalam surat
47
#n?t Bs% $tox 6tft u ( )9$$/ u!#yp ! s% (#. (#t#u %!$# $pr't
=ys? $y/ 76yz !$# ) 4 !$# (#)?$#u ( 3u)G=9 >t%r& u (#9$# 4 (#9s? r&
Artinya:
Hai
Berdasarkan defenisi diatas maka pengertian jujur atau kejujuran akan tercermin
dalam prilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (iklas) , berbicara sesuai dengan
kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Dengan demikian kejujuran
merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian.
Menurut Aunurrahman (2010: 105-106) beberapa hal penting yang dapat
dilakukan guru dalam menumbuhkan kejujuran anak. Antara lain adalah:
a. Mengusahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topik perbincangan dalam
kelas dan sekolah. Didalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung, guru dapat
memasukan berbagai cerita yang bermuatan kejujuran. Hal ini dapat dilakukan
ketika guru mengajarkan pada mata pelajaran apa saja. Yang perlu ditekankan
kembali bahwa menanamkan kejujuran pada siswa tidak hanya menjadi muatan
mata pelajaran-mata pelajaran tertentu saja, atau guru-guru tertentu saja akan
tetapi harus dilakukan oleh semua warga sekolah.
48
4 y9$$/ (#3trB r& $9$# tt/ Fs3ym #s)u $y=r& #n<) MutF{$# (#x? r& .'t !$# ) *
#Zt/ $Jx t%x. !$# ) 3 / /3t $ !$# )
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
49
50
kejujuran, secara latah ia akan membiasakan diri untuk berlaku jujur , karena pada
dasarnya manusia juga belajar melalui pembiasaan. Amanah erat kaitannya dengan
tanggung jawab, siswa mempunyai satu tanggung jawab yang besar yakni untuk
belajar dan mengamalkan apa yang dipelajarinya. Orang yang bisa menjaga amanah
berarti orang yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Ketika sifat amanah
sudah tertanam pada peserta didik maka guru akan lebih mudah untuk mengarahkan
mereka kesifat-sifat terpuji yang lainnya. Dengan sesama teman mereka akan
menerapkannya sehingga akan tercipta keharmonisan dan kedamaian.
5. Solidaritas
Pengertian solidaritas menurut Paul Johnson (1980: 181) bahwa solidaritas
menunjukan pada suatu keadaan antar individu atau kelompok yang didasarkan
perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama.
Solidaritas menurut Robbert M.Z. Lawang (1985: 262) yaitu dasar pengertian
solidaritas tetap berpegang yakni kesatuan, persahabatan, saling percaya yang
muncul dari tanggung jawab dan kepentingan bersama diantara para anggota.
Jadi solidaritas merupakan suatu keadaan saling percaya antar anggota atau
komunitas. Jika saling percaya mereka akan menjadi satu atau menjadi sahabat,
menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling
membantu dalam memenuhi kebutuhan antar sesama.
Ketika dalam kehidupan dihiasi rasa solidaritas maka akan terasa indah. Rasa
solidaritas yang lebih mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan
pribadi. Sebagai makhluk soial kita dituntut untuk memiliki sifat tersebut. Karena
kita tahu, kita tidak akan pernah bisa menjalani hidup sendirian. Rasa solidaritas
memang harus diajarkan sejak kecil. Dimulai dari lingkungan keluarga juga
51
untuk
menghadapi
segala
permasalahan
dan
mempermudah
menyelesaikannya.
Tugas dari seorang pelajar adalah belajar namun kini banyak kita temui adanya
tawuran-tawuran dikalangan pelajar kini marak terjadi. Tawuran dikalangan pelajar
dapat terjadi karena kurangnya rasa solidaritas antara beberapa siswa siswi antar
sekolah tersebut, mereka kurang menghargai dan kurang mengerti bahwa
sesungguhnya tugas dari seorang pelajar aalah belajar. Dengan baik dan bukan untuk
saling bertengkar atau melakukan tindakan dan perkelahian antar sekolah mereka.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi
perkelahian antara pelajar dan menumbuhkan sikap solidaritas:
a) Menjalin komunikasi yang baik antar sesama pelajar dimasing-masing sekolah.
b) Menjaga solidaritas antar pelajar dimasing-masing sekolah.
c) Menjalin kerjasama antar sekolah tersebut dalam hal yang berhubungan dengan
pendidikan agar hubungan kedua sekolah tersebut menjadi tentram dan tanpa
masalah.
d) Tidak saling membesar-besarkan suatu masalah yang ada dimasing-masing
sekolah.
e) Mempererat tali persahabatan antara tiap-tiap siswa dimasing-masing sekolah.
Bila semua itu dapat terlaksana maka sikap solidaritas diantara sesama kawan
baik satu sekolah maupun dengan sekolah lain akan terbina . Karena sikap solidaritas
52
ini sangat diperlukan dilingkungan sekolah terutam bagi pelajar yang memang pada
masa ini masih mementingkan egonya masing-masing.
6. Kerjasama
Dalam kamus besar kerja sama merupakan sebuah sistem pekerjaan yang
dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan
bersama.
Sargent dalam Santosa (1992: 29) menyatakan bahwa kerja sama merupakan
usaha terkoordinasi diantara anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan
untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama adalah adanya keterlibatan secara pribadi
diantara kedua belah pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi
secara optimal (Sunarto, 2000).
Kerja sama merupakan suatu bentuk interaksi sosial di mana tujuan anggota
kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau
tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat
mencapai tujuan bila individu lain mencapai tujuan (Santosa, 1992: 29-30). Bila
dikaitkan dalam pendidikan kerja sama sangat diperlukan baik itu berupa materi
maupun non materi. Karena antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kerja sama merupakan suatu
usaha bersama
mencapai tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.
Dalam lingkungan sekolah perlu adanya kerja sama baik itu diantara siswa
dengan siswa ataupun guru dengan guru bahkan kepala sekolah dengan guru.
Sekolah dari sudut pandang pengawas adalah sebuah tim kerja. Di masyarakat
banyak kita jumpai berbagai tim kerja seperti dilingkungan keluarga, di mana ada
53
ayah, ibu dan anak-anaknya mengambil peran masing-masing untuk mencapai tujuan
bersama. Keharmonisan keluarga dapat ditakar dari bagaimana peran masing-masing
anggota keluarga dapat berjalan dengan semestinya.
Kunci sukses bekerja sama dalam sebuah organisasi telah banyak dibahas
orang. Cara menumbuhkan semangat kerja dilingkungan sekolah adalah (Maginn,
2004; 11):
a) Tentukan tujuan bersama dengan jelas.
b) Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota.
c) Sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama.
d) Hindari masalah yang bisa diprediksi.
e) Gunakan konstitusi atau tim yang telah disepakati bersama.
f) Ajarkan rekan baru satu tim agar anggota baru mengetahui bagaimana tim
beroperasi dan bagaimana perilaku antaranggota tim berinteraksi.
g) Selalu bekerjasama
h) Wujudkan gagasan menjadi kenyataan.
i) Aturlah perbedaan secara aktif
j) Perangi virus konflik.
k) Saling percaya.
l) Saling memberi penghargaan.
m) Evaluasi tim secara teratur.
n) Jangan menyerah.
Adapun manfaat kerjasama sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup
khususnya manusia, apalagi dilingkungan sekolah ada beberapa manfaat jika
kerjasama itu dilaksanakan yaitu (Kusnadi, 2003) :
a) Kerjasama mendorong persaingan dalam pencapaian tujuan dan peningkatan
produktifitas.
b) Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif,
efektif dan efesien.
54
ECFH
CD ; 6
B
MN B
T W X ; O? Q
= ?246 76
R ; O? ; D KL
ff g h
2F L D Y LZ W \ ? ] N 7 6 WN ^ _ \` 6 2 cR Wd c
R` Fe 6 T B
lh Bj F K d k
m
B
B h m
WL _
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
55
segala
titik-titik
hitam
yang
menyebabkan
seseorang
berasakan
kehidupannya tidak tenang. Selain itu menambah rasa cinta kepada Allah SWT
dengan melaksanakan perintah-Nya. Kecintaan sesama manusia juga akan bertambah
dengan terpupuknya sifat ini dalam diri.
8. Percaya diri
Maslow dalam Alwisol (2004: 24) mengatakan bahwa kepercayaan diri itu
diawali oleh konsep diri. Menurut Lauter (2002: 123) kepercayaan diri merupakan
suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-
56
tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai
keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan diri sendiri.
Menurut pendapat Angelis (2003: 10) percaya diri berawal dari tekad pada diri
sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup.
Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri sehingga kita mampu menghadapi
tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.
Menurut Rahmat (2000: 109) kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu
kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam
kehidupannyaserta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan
mengacu pada konsep diri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri
merupakan adanya sikap individu yakinakan kemampuannya sendiri untuk
bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan yang
yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak
terpengaruh oleh orang lain.
Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu
didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Hakim (2002)
berpendapat bahwa terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses :
a) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
b) Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya
57
58
dan talenta yang mereka miliki. Orang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang
yang hanya merasa mampu melainkan adalah orang yang mengerti bahwa dirinya
mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
9. Pemaaf
Arti maaf secara umum adalah kita bisa mengartikan memaafkan sebagai
mengampuni kesalahan, tidak mendendam, meberi remisi, atau pembebasan( Azwar,
2005: 12). Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain . Sikap
pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikitpun ada rasa
benci dan keinginan untu membalasnya.
Dalam bahasa arab sikap pemaaf disebut al-afw
bertambah berlebih, penghapusan, ampun, atau anugrah (Munawir, 1984: 10). Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemaaf merupakan sifat terpuji
yang dimiliki seseorang untuk memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat
salah tanpa ada ras benci dan ingin membalas dendam.
Memaafkan
kejahatan, perbuatan salah dan dosa yang dilakukan orang lain secra sengaja maupun
tidak sengaja terhadapa anda. Memaafkan itu ada dua macamnya. Pertama, kita
memafkan seseorang ketika kita tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan
pembalasan. Kedua, kita memafkan seseorang ketika kita memiliki kekuatan untuk
melakukan balas dendam (Badhawy, 2005: 65).
Memaafkan semacam inilah yang dikehendaki Islam dan para pemimpin yang
berkuasa hendaknya mempunyai sifat pemaaf seperti ini , dalam Al-Quran QS. AlAraf : 199 dijelaskan :
59
Artinya:
Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh
Dalam ayat tersebut kita dapat melihat betapa Allah telah menganugerahkan
kepada para Nabi dan Rosulnya sifat pemaaf dan kerjasama. Allah menganjurkan
para Nabi untuk menunjukan perilaku teladan sembari memberi petunjuk kepada
mereka dan Allah menjaga para utusan-Nya dari sifat-sifat kebodohan.
Guru memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian siswa siswa,
selain mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, guru juga harus dapat
mengintegrasikan nilai-nilai yang bermuatan moral dan spiritual kepada anak didik.
Melalui berbagai model dan cara harus dilakukan oleh seluruh guru bidang studi agar
menhasilkan anak didik yang cerdas secara intelektual dan sekaligus berkepribadian
yang matang. Dan setiap peserta didik harus memiliki sifat pemaaf tersebut karena
akan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Diantara hikmah yang dirasakan dari
sikap pemaaf diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Orang yang pemaaf akan medapatkan perlakuan yang lebih baik dari orang yang
dimaafkan.
b) Orang yang pemaaf akan memperkuat tali silaturahmi dengan orang lain,
termasuk orang yang dimaafkan.
c) Sifat pemaaf menunjukan konsistensi seseorang dalam bertaqwa.
C. Proses Pembelajaran
1. Pengertian Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga
berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran
itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk
60
menuju tujuan yang lebih baik. Proses pembelajaran adalah proses yang di
dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar
(Rustaman, 2001: 461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan
dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus
terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai
secara optimal.
Menurut pendapat Bafadal (2005: 11), pembelajaran dapat diartikan
sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, Jogiyanto
(2007: 12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi
yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli,
kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Pengertian
proses
pembelajaran
pembelajaran
antara
merupakan
lain
menurut
suatu
Rooijakkers
kegiatan
belajar
mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan
proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (1991: 200)
proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung
dalam interaksi
aktif
dalam
lingkungan,
yang
menghasilkan
perubahan-
61
perubahan
perilaku
atau
pribadi
pengalaman tertentu.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan
merangsang
keingintahuan
serta
memotivasi
kemampuan
mereka
(Dahar,
1996: 106). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif
(kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik
(keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga
kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik
(Nasution, 1998: 25).
62
pelaksanaan
proses
pembelajaran
merupakan
indikator
63
komponen
yang
mempengaruhi
berjalannya
suatu
proses
pembelajaran menurut Zain dkk (1997: 48), dalam kegiatan belajar mengajar
terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi pembelajaran, 4) metode
pembelajaran, 5) media pembelajaran, 6) evaluasi pembelajaran. Beberapa
komponen pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh pada
proses pembelajaran, karena guru memegang peranan yang sangat penting
antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta mengatur semua
kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran PAI, peran seorang guru diperlukan untuk
memberikan pembelajaran dan menyampaikan materi serta membentuk pribadi
siswa yan g b erakhl ak mulia guna tercapai sumber daya manusia yang
potensial , cerdas dan berakhlak mulia. Menurut pendapat Sardiman (1990: 123),
diungkapkan bahwa guru adalah komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembangunan.
64
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Zain dkk (1997: 50),
menyatakan bahwa dalam suatu proses belajar, siswa memerlukan seorang guru
sebagai suatu sumber bahan dalam menyampaikan materi serta sejumlah ilmu
pengetahuan guna berkembangnya pendidikan siswa dan sumber daya manusia.
Seorang g u r u
yang tergabung dalam kelompok band, karena merupakan modal utama dalam
menyampaikan materi serta menjadi indikator dari suksesnya pembelajaran.
Selain itu pelatih bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga
mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar proses belajar lebih
memadai. Peranan guru dalam kegiatan proses belajar PAI di antaranya yaitu
bertanggung
jawab
saat
proses
pelajaran
berlangsung,
mengarahkan
dan
65
adalah
peserta
didik
dengan
pribadi
unik
yang
menjadi
subjek
dapat
tercapai.
Dalam
hal
ini
Mukmin
(2004: 47)
penilaian
yang
disusun
berdasarkan
indikator
ketercapaian
materi
pembelajaran
kompetensi.
Nana
dan
Ibrahim
(2003: 100)
mengatakan
merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh
siswa,
dalam
rangka
pencapaian
tujuan-tujuan
intruksional
yang
telah
juga sangat
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.
Materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Materi tersebut
diambil dari b e b e r a p a s u m b e r yang
kemudian
66
dalam
rangka
materi
sangat
Islam,
metode
sangat
dibutuhkan
untuk
mempermudah
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran PAI
tersebut.
Sebelum metode itu diaplikasikan, terlebih dahulu harus dipahami arti dari
metode itu sendiri. Definisi tentang metode sangat bermacam-macam namun pada
dasarnya memiliki makna yang sama, di antaranya definisi metode menurut
Djamarah (1991: 72) mengemukakan metode adalah cara yang digunakan
pada saat berlangsungnya pengajaran dengan mengatur sebaik- baiknya materi
yang
disampaikan
agar
memperoleh
pembelajaran
mencapai tujuan.
Pendapat
lain
mengungkapkan
tepat
metodenya
diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut (Suryobroto, 1986: 3).
67
hasil pembelajaran.
68
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan Islam.
Namun
Pancasila dan
dengan
Undang-Undang.
Menurut
para
penyusun,
yang dimaksud
dengan satu sistem pengajaran nasional adalah suatu sistem pendidikan dan
pengajaran yang memelihara pendidikan kecerdasan akal budi secara merata kepada
seluruh rakyat Indonesia,yang bersendi agama dan kebudayaan bangsa,untuk
69
mewujudkan
keselamatan
dan
kebahagian
masyarakat
bangsa
Indonesia
luhur,
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan,
kesehatan
jasmani. dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan (Kartono, 1997: 83).
Undang-Undang
Nasional,
merupakan
Nomor
20
tahun
Undang-Undang
2003 tentang
yang
sistem Pendidikan
dan
UUD
1945
berakar
pada
yang
nilai-nilai
70
pada masyarakat bangsa Indonesia, dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam
akan merupakan bagian intergral dari sistem Pendidikan Nasional.
Secara terminologis Pendidikan Agama Islam berorientasi tidak hanya
sekedar
memberikan
ilmu
pengetahuan
agama
yang
sifatnya Islamologi,
ajaran
Islam.
mampu
Pendidikan
memahami, menghayati
Agama
Islam
merupakan
komponen yang tak terpisahkan dari pendidikan Islam yanga jangkauan dan
sasarannya
lebih
luas,
namun
berfungsi
sangat
strategi
untuk
yang berbeda
dari subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memilki fungsi yang bermacam-macam,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh masing- masing lembaga pendidikan
Fungsi
yang
diemban
olehnya
71
pengajaran yang dipilih oleh pendidik agar tujuan tercapai. Secara umum.
Pendidikan Agama Islam dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau
gabungan dari beberapa fungsi, yaitu konfesional, neo konfesional, konfesional
tersembunyi, implisit, dan non kenfensional.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani,
menghormati
ajaran
agama
penganut
Islam,
agama
dibarengi
lain
dengan
dalam
tuntunan
hubungannya
untuk
dengan
ajaran
agama
Islam
secara
menyeluruh.
Lalu menghayati
Islam
sebagai pandangan hidup. Oleh karena itu ketika kita menyambut pendidikan
Islam , maka akan mencakup dua hal (a) mendidik siswa untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam (b) mendidik siswa-siswi untuk
mempelajari materi ajaran Islam subyek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
(Majid, 2004: 130)
Munculnya
anggapan-anggapan
yang
kurang
menyenangkan tentang
pendidikan agama seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam
penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktekkan. Pendidikan agama lebih
ditekankan pada hubungan
formalitas
antara hamba
dengan
Tuhan-Nya
72
kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengn berapa banyak hafalan dan
mengerjakan ujian tertulis di kelas yang terdapat didemonstrasikan oleh siswa.
Memang
pola
pembelajaran
tersebut
khas
pola
pendidikan agama.
Pendidikan agama secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan
Negara yang juga mengidap masalah yang sama . Masalah besar dalam
pendidikan selama ini adalah kuatnya dominisi pusat dalam penyelenggaraan
pendidikan sehingga yang muncul uniform sentralistik kurikulum, model hafal
dan
monolog,
materi
ajar
secara
keseluruhannya
dalam lingkup Al-Quran dan Al-hadis, keimanan, ahlak, fiqh dan sejarah, sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama
Islam
mencakup
SWT,
diri
sendiri, sesama
manusia,
makhluk
lainnya
maupun
dalam
rangka
mempersiapkan
peserta
didik
untuk meyakini,
menyangkut
pembinaan,
73
menjalankan kewajibannya.
b) Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari di sekolah,
mulai dari tingkat Taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Hal ini
menunjukan
betapa
pentingnya
pendidikan
Agama
Islam
dalam
rangka
pembentukan suatu kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan serta
falsafah
bangsa
dan
agama
yang
dianutnya.
Oleh karena
itu,
dalam
pekembangan
ilmu
pengetahuan
dan
tekhnologi,
dan
pendidikan
kewarganegaraan.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang
kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dapat ditinjau dari berbagai segi,yaitu :
1. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari perundangundangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan
74
pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri
dari tiga macam yaitu :
a. Dasar
ideal, yaitu
dasar
falsafah
Negara
pencasila, sila
pertama
dikokohkan
dalam
Tap
MPR
No.IV/MPR/ 1978
jo.
75
dan
meningkatkan
pemupukan pengetahuan,
keimanan
melalui
pemberian
dan
didik tentang agama Islam sehingga manjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam keimanan, ketaqwaaan, berbangsa dan bernegara (Derektorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 1983: 84).
melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui
dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan
76
sesuai
dengan
keinginan
pembuatnya.
kemampuan
berilmu
pengetahuan
sejalan
kependidikan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
paedagogis.
Selain itu juga, pendidikan agama Islam memberikan bahan- bahan
informasi tentang pelakasanaan Pendidikan agama Islam tersebut. Ia memberikan
bahan masukan yang berupa (Input) kepada ilmu ini, mekanisme
proses
disebut
diharapkan). Dari hasil yang diharapkan itu timbul umpan balik (feed back) yang
77
mengoreksi
bahan
berlangsung terus
masukan
selama
(input).
proses
Mekanisme
kependidikan
proses
terjadi.
semacam
Semakin
ini
banyak
diperoleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu, maka semakin
berkembang pula pendidikan agama Islam (Ahmadi, Abu& Uhbiyati,Nur, 2001: 1).
lxxviii
BAB 3
PROFIL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 PALEMBANG
lxxix
lxxix
lxxx
usaha tersebut pada tahun ajaran 1989/1990 barulah statusnya mengalami perubahan
dari status hak pakai menjadi hak milik sampai dengan sekarang.
Mulai Tahun Pelajaran 2002/2003 SMA Negeri 3 Palembang ditunjuk dari
Dirjen Pendidikan Menengah Pusat sebagai Pilot Project pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang kemudian berganti menjadi Kurikulum 2004 yang telah
melaksanakan Ujian Nasional Kurikulum 2004 dan berhasil dengan persentase
kelulusan 100 %. Tahun Pelajaran 2005/2006 kembali SMA Negeri 3 Palembang
ditunjuk sebagai sekolah pengembang pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK ) atau ICT .
Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai pengembang pembelajaran berbasis ICT
SMA Negeri 3 Palembang telah melengakapi Laboratorium Komputer dengan jumlah
komputr 24 unit dan Ruang internet 10 unit dan mempunyai Ruang Multi media dengan
perangkat 10 komputer, 3 LCD dan 4 buah Laptop. Guna memperkenalkan dan
menjalin hubungan dengan semua pihak yang berhubungan dengan dunia Pendidikan
SMA Negeri 3 Palembang mempunyai situs: www.geocities.com/smanegeri3palembang
Tahun Pelajaran 2007/2008 SMA Negeri 3 Palembang ditunjuk oleh Pusat sebagai
Rintisan Sekolah Kategori Mandiri.
Sejak berdirinya hingga saat ini, SMA Negeri 3 Palembang telah mengalami 16
kali pergantian kepala sekolah. Berikut ini adalah nama-nama kepala sekolah SMA
Negeri 3 Palembang sejak berdiri hingga asaat ini.
lxxx
lxxxi
Visi SMA Negeri 3 Palembang adalah Lulusan yang berkualitas, berbudi dan
beriman Indikator :
1. Lulusan yang berprestasi Akademik.
2. Banyak diterima di PTN.
3. Berprestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
4. Aktif dalam kegiatan keagamaan.
5. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Misi SMA Negeri 3 Palembang
1. Menyelenggarakan kegiatan belajara mengajar yang efektif, kreatif, bermakna dan
bertanggung jawab.
2. Meningkatkan profesional tenaga kependidikan dengan cara mengaktifkan kegiatan
MGMP, pelatihan penataran, dan tugas belajar.
3. Mengembangkan sikap disiplin, rasa tanggung jawab dan rasa memiliki dari setiap
warga sekolah.
4. Memotivasi dan membantu peserta didik untuk mengenali potensi dirinya dengan
memberikan wadah dalam kegiatan ekstrakurikuler.
5. Mengoptimalkan pembinaan terhadap kelompok gemar mata pelajaran Matematika,
Fisika, Kimia, Biologi, Komputer dan Bahasa Inggris.
6. Mengoptimalkan pembinaan dalam pembinaan karya tulis atau karya ilmiah.
7. Menumbuhkembangkan rasa kependidikan sosial, terhadap warga sekolah,
mayarakat sekeliling sekolah maupun terhadap masyarakat lain yang tertimpa
musibah.
8. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.
lxxxi
lxxxii
lxxxiii
No
1
2
3
4
TABEL 3
KEADAAN UMUM JUMLAH GURU DAN PEGAWAI
SMA NEGERI 3 PALEMBANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Uraian
Jenis Kelamin
Jumlah
Keterangan
L
P
Guru PNS
10
46
58
Pegawai PNS
12
2
14
GTT
1
2
3
Pegawai Honor
6
2
8
Jumlah
29
52
81
Sumber :dokummentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015
Dilihat dari tabel keadaan umum jumlah guru dan pegawai, tenaga pendidik di
SMA Negeri 3 Palembang 56 guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan rincian 10 orang
laki-laki dan 46 orang perempuan dan 6 orang guru honorer yang terdiri dari 6 orang
laki-laki dan 2 orang perempuan. Begitu juga dengan pegawai ada yang sudah PNS
yaitu 14 orang, ada juga yang masih honor, 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai
orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan
percerminan mutu pendidikan. Dalam proses pembelajaran kedudukan seorang guru
sangatlah penting, tanpa kehadiran seorang guru di kelas maka proses belajar mengajar
tidak akan berjalan semaksimal mungkin. Begitu juga keberadaan pegawai sekolah juga
sangat penting dalam menunjang proses pendidikan di sekolah.
lxxxiii
lxxxiv
Dapat dipahami bahwa sistem pengajaran sudah cukup baik. Ini dapat dilihat
dari tenaga pendidik di sekolah ini sudah cukup jumlahnya untuk melakukan kegiatan
pembelajaran, dengan tidak adanya guru yang mengajar dua mata pelajaran sehingga
apa yang diajarkan terhadap pelajar di sekolah ini sesuai dengan jurusan program study
yang mereka capai di perguruan tinggi masing-masing.
Dengan demikian konsentrasi guru dalam melakukan penyampain materi
pelajaran yang diajarkan akan berjalan lebih baik. Karena sudah sesuai dengan
keputusan menteri pendidikan Nasional dan pemerintah provinsi/daerah bahwasannya
tenaga pengajar untuk sekolah dasar dan menengah setidaknya memiliki ijazah SI
kependidikan atau yang disamakan.
Tabel 4
DAFTAR NAMA PEGAWAI SMA NEGERI 3 PALEMBANG
No
Nama Pegawai
Status Pegawai
Jabatan
1
Lindawati
III/b
Koordinator TU
2
Iksan Damri,S.Sos
III/c
TU
3
Juariah
PTT
TU
4
Dismawati
PTT
TU
5
Sopiah
PTT
TU
6
Muhson
PTT
TU
Sumber: dokumentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015
Ket
secara
baik
dan
lancar.
Adanya
TU
mempermudah
proses
penadministrasian.
D. Keadaan Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pendidikan,
tanpa adanya siswa maka proses pendidikan tidak akan berlangsung, siswa adalah
individu yang membutuhkan pendidikan. Karena secara kodrati, anak memerlukan
lxxxiv
lxxxv
pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini sebenarnya dapat
dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki setiap anak yang hidup di
dunian ini. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut melalui pendidikan. Berikut di bawah
ini tabel jumlah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang
Tabel 5
KEADAAN UMUM JUMLAH SISWA SMA NEGERI 3 PALEMBANG 2014/2015
laki
Jenis Kelamin
Perempuan
Jumlah
X IPA
XI IPA
XI IPS
XII IPA
XII IPS
Jumlah Total
Sumber: dokumentasi SMA Negeri 3 Palembang 2014/2015
Berdasarkan tabel di atas total keseluruhan siswa SMA Negeri 3 Palembang
adalah 863 orang, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 295 dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 565 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai
keadaan siswa dapat dilihat pada lampiran.
lxxxv
lxxxvi
TIM SARPRAS
Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarpras
Staf Sarpras
RINCIAN TUGAS
Jumlah
Kondisi
Ruang Belajar
16
Baik
Ruang TU
Baik
Ruang Guru
Baik
Baik
Ruang Perpustakaan/Warnet
Baik
Laboratorium IPA
Baik
UKS
Baik
Koperasi Mahasiswa
Baik
Ruang BK/BP
Baik
10
Laboratorium Komputer
Baik
12
Laboratorium Biologi
Baik
13
Laboratorium Kimia
Baik
14
Laboratorium Multimedia
Baik
15
Laboratorium IPS
Baik
16
Ruang Lobi
Baik
17
Ruang OSIS
Baik
18
Ruang PMR
Baik
19
Ruang BK/BP
Baik
lxxxvi
lxxxvii
20
Ruang Piket
Baik
21
Ruang Pramuka/Paskibra
Baik
22
Ruang Kapela/Bianglala
Baik
23
Ruang DKM
Baik
24
Ruang Satpam
Baik
25
Ruang UKS
Baik
26
Padepokan Seni
Baik
27
Green House
Baik
28
Ruang Cetak
Baik
29
Ruang Wakasek
Baik
30
Masjid
Baik
31
WC
12
Baik
32
Dapur
Baik
32
Gudang
Baik
lxxxviii
KOMITE
SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
KEPALA TATA USAHA
WAKASEK
KURIKULUM
WAKASEK
KESISWAAN
WAKASEK
SARANA
STAF
KURIKULUM
STAF
KESISWAAN
STAF
SARANA
WAKASEK
HUMAS
GURU
SISWA
1) Rincian Tugas
a) Kepala Sekolah
Kepala
Sekolah
berfungsi
dan
bertugas
sebagai
edukator,
manager,
lxxxix
KBM.
Kegiatan
ekstrakurikuler,
ketatausahaan,
kerjasama
dimasyarakat dan instansi terkait, sarana dan prasarana, osis dan 7K.
3. Kepala Sekolah sebagai leader haruslah dapat dipercaya, memahami kondisi
guru, TU dan siswa, memiliki visi dan misi sekolah, mengambil keputusan
intern dan ekstern dan memiliki gagasan inovatif.
4. Kepala Sekolah sebagai inovator melakukan perubahan-perubahan dibidang
KBM, BK, ekstrakurikuler.
5. Kepala sekolah sebagai motivator melakukan tugas mengatur ruang kantor,
ruang KBM, dan BK, ruang Laboratorium, ruang perpustakan, lingkungan
sekolah yang kondusif, menciptakan keharmonisan hubungan sesama warga
sekolah, lingkungan dan menerapkan prinsip, penghargaan dan hukuman dalam
melaksanakan tugas kepala sekolah dan mendelegasikan kepada wakil kepala
sekolah.
b) Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan menyusun
perencanaan, membuat program kegiatan dan pelaksaan program, pengorganisasian,
pengarahan, ketenangan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian, pendataan, dan
penyususnan laporan. Wakil kepala sekolah juga membantu tugas kepala sekolah dlam
urusan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana serta humas.
lxxxix
xc
c) Guru
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan bertugas melaksanakan
KBM secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah
membuat perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi, melaksanakan
analisis ulangan siswa, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
dan mengisi daftar nilai.
d) Wali Kelas
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam megelola kelas, menyelenggarakan
administrasi kelas meliputi denah tempat duduk siswa, papan absen, jadwal pelajaran,
jadwal piket, absensi kelas, buku kemajuan kelas, tata tertib siswa, menyusun statistik
bulanan siswa, mengisi leger, membuat catatan khusus, mencatat mutasi siswa dan
mengisi buku rapor siswa.
e) BK
BK membantu tugas kepala sekolah dan menyusun program dan pelaksanaan
koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalahyang dihadapi
siswa tentang kesulitan belajar, memberikan layanan bimbingan kepada siswa, menyusu
statistik hasil penilaian BK, menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut dan
laporan pelaksanaan BK.
f) Pustakawan Sekolah
Putaskawan sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam dalam
merencanakan pengadaan buku-buku, bahan pustaka, media elektronik, pelayanan
perpustakaan, merencankan pengembangan perpustakaan, pemeliharaan, dan perbaikan
buku-buku, dan inventarisasi buku-buku, bahan pustaka, media elektroni.
xc
xci
xcii
xciii
xciii
xciv
bimbingan,
pengarahan
dan
pengendalian
kegiatan
bimbingan,
pengarahan
dan
pengendalian
kegiatan
xcv
bimbingan,
pengarahan,
dan
pengendalian
kegiatan
pengarahan
dalam
pembuatan
program
kerja
kegiatan
ekstrakurikuler ELC.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler ELC secara berkala.
g. Bidang English Club
Menyusun program kerja pembina kegiatan ELC.
Menyusun jadwal pembinaan anggota kegiatan ekstrakurikuler ELC secara
berkala dan insidental.
Secara berkala mengatur siswa untuk stand bye pagi dalam memotivasi siswa
lain berbahasa Inggris.
xcv
xcvi
Melaksanakan
bimbingan,
pengarahan,
dan
pengendalian
kegiatan
pengarahan
dalam
pembuatan
program
kerja
kegiatan
ekstrakurikuler ELC.
Mengatur mekanisme kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengawasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC.
Mengevaluasi setiap kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Mengadakan pemilihan calon siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di
luar sekolah berkaitan kegiatan ekstrakurikuler ELC .
Menyusun laporan kegiatan ekstrakurikuler ELC secara berkala.
h. Koordinator K6 (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Kedisiplinan, Keamanan,
Kenyamanan)
Menyusun program kegiatan K6.
Menyusun jadwal razia berkala dan incidental.
Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan kebersihan.
Mengawasi setiap kebersihan kelas.
Mengevaluasi setiap kegiatan yang berkaitan dengan keindahan sekolah.
Mengadakan program kebersihan masal untuk masing-masing kelas.
i. Koordinator Ekstrakurikuler
Mengatur jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
Mengatur distribusi nilai ekstrakurikuler.
Mengawasi kegiatan ekstrakurikuler.
Mengevaluasi kegiatan masing - masing ekstra kurikuler.
xcvi
xcvii
BAB 4
HASIL PENELITIAN
1. Guru
Dalam pendidikan guru merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran
dimana guru sebagai ujung tombak pendidikan. Sehubungan dengan itu Allah telah
memberi petunjuk kepada para rasul tentang apa yang seharusnya didikan kepada umat
atau para generasi penerus sebagaimana dalam (QS. Al-Jumuah: 2):
tF 6 W4C D TB
v ; L D r pk q
R ? = B
W 4j tR 6 W4 LN x 6 Y F6 W4 L tu B
p|? ] E } ;D B
~2N yj d \ ?`
;L
F d ?
ED ] t{
Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seseorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
xcvii
xcviii
xcix
menjadi guru dalam pendidikan formal. Dengan adanya perangkat pembelajaran, apa
yang akan disampaikan lebih terperinci, lebih khusus sehingga lebih mudah memahami
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Saya mengajar tidak hanya di satu tempat
saja dan saya tetap membuat perangkat pembelajaran Ujar ibu Yulia Wahyuni (Yulia
Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Sebagai seorang guru pendidikan agama Islam, saya tahu setiap kewajiban harus
dilaksanakan dan perangkat pembelajaran membuat saya belajar terlebih dahulu,
sebelum saya belajar bersama anak-anak di sekolah. Dan saya lebih tahu materi apa
yang akan disampaikan hari ini dan esoknya lagi, saya lebih tahu kapan harus
mengadakan ulangan harian, semuanya lebih tersusun dengan baik. Sungguh sangat
disayangkan sekali jika seorang guru sampai tidak membuat perangkat pembelajaran.
Karena ia tidak mempunyai panduan untuk mengajar, dalam artian, masuk kelas
menyampaikan materi dan menunggu bel keluar Ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru
PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Ada beberapa guru selain dia mengajar di SMA Negeri 3 Palembang, mereka
juga mengajar ditempat lain. Hal itu tidak mengurangi semangat mereka dalam
membuat perangkat pembelajaran. Karena disini guru lebih dituntut untuk memahami
terlebih dahulu materi yang akan disampaikan kepada anak-anak. Dengan adanya
persiapan tersebut maka guru akan menguasai materi yang akan diajarkan dan memilih
metode yang tepat untuk digunakan.
Ibu Nurhasanah Said kembali menuturkan, Hanya guru yang tidak terketuk hati
nuraninya saja yang tidak membuat perangkat pembelajaran, karena selain mentransfer
ilmu dan mendidik siswa, membuat perangkat pembelajaran merupakan tugas dan
xcix
tanggung jawab seorang guru pendidikan agama Islam (Nurhasanah Said, S.Pd.,Guru
PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Hasil observasi pada tanggal 1 Oktber 2014 sebelum memulai mengajar para
guru mengumpulkan RPP terlebih dahulu kebagian Tata Usaha atau waka kurikulum.
Mereka selalu mempersiapkan terlebih dahulu perangkat pembelajaran sebelum mereka
mengajar. Dan bagi guru yang tidak mengumpul perangkat pembelajaran maka mereka
akan diberikan surat peringatan .
Senada dengan hasil wawancara dan observasi kepada guru pendidikan agama
Islam pada Sekolah Menengah Atas
dengan adanya dokumentasi dari perangkat pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal
itu berarti membuktikan bahwa hasil wawancara tersebut memang benar adanya tanpa
mengada-ada.
2. Siswa
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah siswa atau peserta didik,
peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan,
sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang didiknya.
Dalam proses pembelajaran berlangsung kita perlu mengkondisikan siswa. Seperti yang
dituturkan para guru Pendidikan Agama Islam.
Menurut Ibu Nurhasanah Said mengatakan sebelum memulai pelajaran kita
sebagai seorang guru harus mengkondisikan siswa terlebih dahulu. Agar mereka lebih
siap dalam menerima materi pelajaran yang akan diajarkan. Apalagi sebagai guru
Pendidikan Agama Islam untuk mengkondisikan siswa bisa diselipkan kisah-kisah para
sahabat yang berkaitan dengan agama islam sehingga mereka lebih tertarik dan akan
mendengarkannya (Nurhasanah Said, S.Pd.,Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar
01 Oktober 2014).
ci
cii
menggunakan kurikulum 2013 (Drs. H. I Gede Mendera, M.T Kepala Sekolah SMAN
3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dalam menentukan materi pembelajaran seorang guru harus memahami
prinsip-prinsip dalam pembelajaran tersebut. Prinsip-prinsip pembelajaran itu
diantaranya relevan dengan sk dan kd, konsisten dan cukup memadai dalam membantu
peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Menjadi seorang guru
harus pandai-pandai untuk memilih materi yang cocok untuk diajarkan dengan bahasa
yang mudah dipahami agar peserta didik mudah mengerti. Ujar Pak Edi Ramlan (Edi
Ramlan, M.Pd. Waka Kurikulum SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Ada perbedaan antara kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Jika kelas sepuluh
sudah menggunakan kurikulum 2013 sedangkan kelas sebelas dan dua belas masih
menggunakan kurikulum KTSP. Hal tersebut merujuk pada peraturan pemerintah.
Sehingga para guru harus ada acuan ketika menentukan materi dalam mengajar. Ketika
menyampaikan materipun harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Menurut
Ibu
Nurhasanah
Said
mengatakan
Dalam
memilih
materi
pembelajaran harus memperhatikan beberapa aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Kognitif itu lebih cenderung kepengetahuan siswa tentang Pendidikan
Agama Islam sedangkan afektif dan psikomotorik itu mengacu pada praktek dilapangan
atau aplikasinya (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara
01 Oktober 2014).
Seorang guru harus mengemas materi pembelajaran seefektif mungkin.
Sebelum menyampaikan materi pembelajaran seorang guru harus menguasai terlebih
dahulu agar pembelajaran berjalan dengan lancar Ujar pak Sholehan (Sholehan
Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika memilih materi
pembelajaran. Diantaranya yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang harus
ada dalam setiap penilaian. Jika dalam pembelajaran sudah terdapat tiga aspek itu maka
pembelajaran itu akan lebih efektik. Karena seorang guru dituntut untuk menguasai
materi sebelum mereka mengajarkannya.
cii
ciii
Seperti yang diungkapkan salah satu siswa yang bernama Aditya mengatakan
Kami sangat senang menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh ibu
Nurhasanah Said, selain bahasanya mudah dimengerti dan materinya juga tidak berteletele (Aditya, Siswa kelas XI IPA 4 SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober 2014).
Maka dapat disimpulkan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran
4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan mata pelajaran
masing-masing. Metode pembelajaran ini sangat penting dilakukan agar proses belajar
mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut
bosan, dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari guru tersebut dengan
mudah.
Menurut Bapak Sholehan sebagai salah satu guru Pendidikan Agama Islam
mengatakan Dalam proses belajar mengajar terutama Pendidikan Agama Islam setiap
materi menggunakan metode yang berbeda. Harus relevan antara materi dan metode
yang digunakan agar siswa tersebut tidak merasa bosan. Contoh ketika materi
Pendidikan Agama Islam membahas sholat jenazah maka metode yang digunakan yaitu
demontrasi dan praktek (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 02 Oktober 2014).
Ketika memilih metode pembelajaran seorang guru harus memperhatikan
beberapa faktor diantaranya, tujuan pembelajaran, peserta didik, situasi dan fasilitas.
ciii
civ
Karena ketika kita memperhatikan itu semua maka akan lebih efisien dalam mengajar.
Semua itu mendukung dalam menentukan metode mana yang cocok untuk digunakan
pada materi pelajaran tersebut Ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Metode merupakan bagian perangkat pembelajaran yang sangat penting
terutama dalam proses belajar mengajar. Karena dengan menggunakan metode yang
bervariasi maka akan menarik perhatian siswa dan merekapun tidak akan bosan
mengikuti mata pelajaran tersebut. Terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Dan metode yang digunakan pun harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
Ketika seorang guru dalam memilih metode harus memperhatikan kondisi peserta
didik, situasi, fasilitas dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
Mereka umumnya senang ketika kita seorang guru memberikan metode-metode
yang belum mereka pernah terima. Senang dengan hal-hal yang baru dan
menyenangkan ketika proses pembelajaran dimulai Ujar ibu Nurhasanah (Nurhasanah
Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober 2014).
Umumnya kami para guru mempersiapkan dulu RPP yang didalamnya ada
metode yang akan digunakan dalam mengajar. Seperti metode Ceramah, tanga jawab,
diskusi, latihan, sisiodrama, debat dan lain-lain Ujar ibu Yulia Wahyuni (Yulia
Wahyuni, S.Sos.I Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Pada hasil observasi 1 Oktober 2014 ibu Nurhasanah sendang menyampaikan
materi para sahabat nabi. Maka anak-anak disuruh memerankan sifat-sifat sahabat nabi
dengan membuat drama. Sehingga mereka sangat berantusias untuk membuat drama
tersebut. Dan para siswa yang dapat memerankan adegan dramanya akan diberikan
bingkisan oleh guru tersebut.
Ketika dalam pembelajaran guru harus lebih kreatif terutama dalam memilih
metode pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan selalu senang mengikuti
pelajaran tersebut. Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang para gurunya
civ
cv
5. Media Pembelajaran
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Dalam belajar media pembelajaran mempunyai fungsi sebagai
pelengkap untuk mencapai tujuan. Media pembelajaran adalah suatu alat yang dimiliki
oleh sekolah untuk memberikan kemudahan-kemudahan baik bagi guru maupun siswa
agar proses pembelajaran pendidikan agama Islam mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan observasi penulis pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 di
Palembang mengenai media pembelajaran pendidikan agama Islam seperti buku-buku
pelajaran pendidikan agama Islam sudah baik. Untuk membuktikan kebenaran ini,
penulis mengadakan wawancara kepada guru pendidikan agama Islam yang
mengatakan: Dalam hal media untuk pelajaran pendidikan agama Islam sudah
memadai, karena didukung oleh seluruh siswa mempunyai buku paket, LKS sendirisendiri. Ketika siswa tidak mampu membeli buku pendidikan agama Islam, maka dapat
membaca dan meminjam buku pendidikan agama Islam di perpustakaan sekolah.
Karena di perpustakaan juga menyediakan buku pendidikan agama Islam yang lengkap
(Nurhasanah Said, S.Pd.,Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober 2014).
Ketika ditemui guru pendidikan agama Islam yang lain, mengatakan: Sarana
prasarananya yang digunakan sebagai media dalam mengajar sangat membantu
terlaksananya proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif dan efisien
dalam artian mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan,
kemudian apa yang dipelajari bisa langsung diaplikasikan di Mushollah, sebagai salah
satu tempat ibadah ummat muslim(Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancara 08 Oktober 2014).
cv
cvi
cvii
6. Evaluasi Pembelajaran
Ketika diadakan wawancara pada guru pendidikan agama Islam mengenai
perubahan tingkah laku siswa setelah berakhirnya proses pembelajaran, Nurhasanah
Said, Semester ganjil ini, rata-rata siswa memperoleh nilai bagus, hanya beberapa
siswa saja yang nilainya di bawah standar, karena dipengaruhi oleh intelegensi masingmasing siswa itu sendiri dan pengaplikasian pengetahuan siswa setelah proses
pembelajaran pendidikan agama Islam berakhir cukup baik, contohnya; ketika selesai
belajar Pendidikan Agama Islam dengan materi akhlak, siswa mulai mengaplikasikan
cvii
cviii
bagaimana akhlak yang baik (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancar 01 Oktober 2014).
Setelah materi pembelajaran habis, kami mengadakan evaluasi untuk melihat
sejauh mana kemampuan siswa menyerap pelajaran yang disampaikan dan siswapun
mulai menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika diadakan
praktek membaca Al-Quran, siswa mulai menerapkan hukum bacaan qolqolah Ujar
ibu Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancara 07 Oktober 2014).
Setiap guru pasti akan mengadakan evaluasi dalam setiap akhir pada mata
pelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan siswa
dalam menerima pelajaran yang kita sampaikan.Seperti apa yang disampaikan oleh buk
Nurhasanah , pada awal semester evaluasi mereka rata-rata mendapatkan nilai yang
bagus. Dan pada kehidupan sehari-hari pun mereka mampu mempraktekannya baik itu
dalam tingkah laku sesama teman maupun guru.
Bapak Sholehan Mansur menuturkan, Dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam sangat jarang sekali siswa yang memperoleh nilai 50 ke bawah, dan rata-rata
memperoleh nilai 70, 80 dan yang memperoleh nilai 100 hanya beberapa orang saja,
dan jika saya amati siswa mulai mengaplikasikan di sekolah maupun di luar sekolah apa
yang dipelajari. Semua siswa beragama Islam sehingga tidak begitu sulit untuk
mengikuti dan memahami pelajaran pendidikan agama Islam, karena di luar sekolahpun
mereka mengaji walaupun tempat mengaji mereka berbeda-beda (Sholehan Mansur,
Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Siswa memiliki kemauan dan rasa ingin tahu yang tinggi ketika pembelajaran
berlangsung dan hasil evaluasi pembelajaran pada semester ganjil cukup baik, karena
rata-rata siswa memperoleh nilai yang memuaskan, sekitar 90%. Siswa mulai mengerti
cviii
cix
hukum Islam setelah proses pembelajaran berakhir dan mulai menerapkannya. Sebagai
contoh, biasanya ketika siswa meminjamkan uang pada temannya ia meminta
menambah seribu atau dua ribu ketika mengembalikan uangnya, setelah siswa tahu
menambah uang dengan cara seperti itu tidak boleh karena riba, lalu mereka
meninggalkannya, dan juga mengenai makanan yang halal dan haram Ujar Pak Radin
(Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Jika dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh mereka hal ini menunjukan bahwa
mereka mempunyai prestasi yang bagus karena tidak ada yang mendapat nilai dibawah
50. Rasa ingin tahu mereka sangat tinggi sehingga mereka rajin belajar terutama pada
mata pelajaran pendidikan agama islam. Semua itu bisa dilihat ketika dilakukan
evaluasi atau pada saat mata pelajaran berlangsung.
Ibu Nurhasanah Said kembali menuturkan Nilai siswa setelah Ulangan Harian,
Mid Semester dan Semester pada semester ganjil cukup baik, dan mengenai
pengaplikasian pengetahuan siswa, jika di sekolah mereka menerapkannya, seperti
besikap sopan pada guru, bekerja sama dalam kegiatan positif, mengerjakan tugas,
namun jika di luar sekolah kembali ke pribadi masing-masing, karena semua itu
tergantung pada keluarga dan lingkungannya (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Hasil wawancara di atas diperkuat dari hasil observasi secara langsung, dan
memang benar adanya bahwa siswa mulai menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
Seperti halnya yang telah disebutkan oleh guru pendidikan agama Islam, ketika penulis
melakukan penelitian pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang, mereka
bersikap sopan, hormat, memiliki rasa tanggung jawab walaupun sebenarnya penulis
bukan guru yang mengajar dan mendidik mereka. Namun, mereka memperlakukan
penulis seperti guru-guru mereka. Dan juga dapat dibuktikan dengan dokumentasi dari
nilai ulangan harian, mid semester.
Dapat disimpulkan bahwa, hasil evaluasi pembelajaran pada pendidikan agama
Islam cukup baik, siswa mulai mengetahui apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya
dan kebanyakan siswa mulai menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Ketika proses
pembelajaran berlangsung siswa ikut aktif, dan mengerjakan tugas degan penuh
tanggung jawab.
Dari beberapa indikator diatas dalam proses pembelajaran terutama pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam semuanya baik dan berjalan secara efektif. Hal ini
menandakan bahwa proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Palembang telah berjalah dengan efektif sehingga bisa mencapai apa yang menjadi
tujuan dalam proses pembelajaran itu sendiri.
cix
cx
memberikan penjelasan bahwa antara satu teman dengan teman yang lain harus
bertoleransi walaupun agama mereka berbeda. Karena hidup didunia ini membutuhkan
cx
cxi
bantuan orang lain Ujar ibu Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN
3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Menurut Bapak Radin terkadang dalam proses pembelajaran ada siswa yang
bermasalah terjadi pertengkaran karena mereka berbeda pendapat. Maka sebagai
seorang guru kita harus sebagai mediasi diantara keduanya. Berbeda pendapat itu bagus
dalam mengkaji ilmu pengetahuan, semakin banyak kita perbedaan pendapat maka
semakin mudah untuk menelaahnya. Tapi perbedaan itu tidak harus menimbulkan
pertengkaran. Justru perbedaan itu akan menimbulkan keragaman cara berpikir kita
dalam menuntut ilmu yang nantinya akan mendapatkan tujuan yang sama (Radin, S
.Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Guru disini mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam proses
pembelajaran. Karena apa yang dilakukan seorang guru nanti akan dicontoh oleh siswa
kita. Makanya seorang guru harus mampu mengarahkan siswanya kehal-hal yang
positif. Terutama pada sifat toleransi yang sangat perlu ditanamkan pada anak didik kita
semua. Baik itu toleransi dalam hal agama atau berbeda pendapat diantara mereka.
Dalam belajar antara siswa satu dengan siswa yang lain mempunyai perlakuan
yang sama dan tidak dibeda-bedakan. Tetapi ketika kemungkinan ada siswa yang
merasa dikucilkan maka kita sebagai guru harus memberikan pengertian bahwa semua
orang berhak mendapat perlakuan yang sama dalam hal pendidikan. Alhamdulillah di
SMA Negeri 3 Palembang tidak terjadi hal yang demikian ujar ibu Nurhasanah
(Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Menurut Bapak Sholehan Mansur, didalam kelas itu terdiri dari beberapa macam
agama yaitu, Islam, Kristen, Katolik bahkan Hindu dan Budha. Tetapi ketika pelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung mereka tetep mengikuti walaupun hanya
cxi
cxii
mendengar saja didalam kelas. Padahal mereka sudah diberikan kebebasan untuk berada
diluar kelas. Mereka tidak berbuat gaduh atau ribut ketika pelajaran itu berlangsung
(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara, 02 Oktober 2014).
Pernyataan-pernyataan dari informan-informan di atas tidak selaras dengan hasil
observasi 27 0ktober 2014, dengan guru BK bapak Antoni yang menangani semua
kasus di SMA Negeri 3 Palembang. Di dalam dokumentasi data terdapat kasus tawuran
antara kelas XI IPA 2 dengan kelas XI IPS 2 yang terjadi pada tanggal 3 Juni 2014.
Penyebab dari tawuran itu ternya kelas XI IPA 2 itu umumnya beragama kristen,
konghucu sedangkan mereka yang kelas XI IPS 2 kebanyakan Islam. Cuma berawal
dari hal sepele salah satu dari teman mereka ada yang menghina karena perbedaan
agama. Tetapi karena mereka merasa agamanya dihina maka yang lain yang beragama
sama pun ikut-ikutan ujar Pak Antoni (Antoni, S.Bk, Guru BK SMAN 3 Palembang,
Wawancara 27 Oktober 2014).
Hal ini diperkuat ketika observasi 28 Oktober 2014 ketika istirahat dimushola
itu terdapat beberapa siswa yang sedang bermain disamping musohla dan didalam
mushola ada yang sedang solat duha. Tetapi mereka yang berada diluar musola itu
mereka membuat kegaduhan dan keributan sehingga yang sedang melaksanakan sholat
duha merasa terganggu.
Dari beberapa wawancara dan hasil observasi itu ternyata berbeda, ketika
wawancara para guru mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam itu mereka sudah tertanam sikap toleransi yang tinggi tapi pada hasil
observasi ternyata mereka mempunyai sifat toleransi yang rendah. Hal ini terlihat pada
data-data dokumentasi pada buku kasus yang ada disekolah tersebut.
2. Kesetaraan
cxii
cxiii
nantinya
adalah
tingkat
ketakwaan
manusia tersebut
terhadap
Allah.Walaupun kita berbeda kulit, berbeda latar belakang ekonomi dahkan suku tetapi
semuanya itu sama.
Ibu Nurhasanah Said mengatakan Ketika dalam proses pembelajaran
berlangsung sudah pasti didalam kelas tersebut kita menemui siswa yang berbeda latar
belakang suku dan ekonomi. Sebagai seorang guru kita harus menyikapi dengan baik.
Kita tidak boleh membeda-bedakan mereka baik itu dari segi ekonomi, suku, dan
agama. Semuanya disamakan dan diberikan pelayanan dalam hal belajar yang sama
(Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Bapak
Menengah Atas 3 terdiri dari bermacam-macam latar belakang ekonomi, suku dan
agama. Dari segi latar belakang ada yang berasal ekonomi mereka berasal dari ekonomi
menengah, atas , bahkan bawah . Kalau dilihat dari latar belakang ekonomi , orang tua
mereka ada yang pekerjaanya sebagai seorang guru, pedagang, pengusaha dan lain-lain.
Perbedaan suku dalam suatu kelas itu sudah hal yang wajar. Karena di Indonesia ini
terdiri dari berbagai macam-macam suku. Macam-macam suku yang ada disekolah
tersebut misalnya, suku Batak, Suku Jawa, Suku Komering, Suku Sunda dan lain
sebagainya. Walaupun mereka berbeda-beda suku tetapi mereka tetap saling
menghargai satu sama lain(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 02 Oktober 2014).
cxiii
cxiv
Dalam proses pembelajaran terutama pendidikan agama Islam para guru tidak
membedakan dalam mengajara walaupun mereka berbeda suku ataupun latar belakang.
Mereka tetap memperoleh hak yang sama dalam pendidikan baik itu yang kaya maupun
yang miskin atau suku Jawa, suku Sunda dan lain-lain .
Menurut Putri Yusella siswa kelas XI IPA 4 di kelas ini mereka berteman
berkelompok-kelompok, yang kaya mereka berteman dengan yang kaya sedangkan
yang miskin mereka berteman dengan yang miskin hal ini terlihat ketika mereka
istirahat. Umumnya yang miskin atau ekonomi rendah sudah minder duluan dengan
mereka yang berekonomi tinggi. Makanya di dalam kelas ini terbagi menjadi beberapa
gank (Putri Yusella siswa kelas XI IPA 4 Sekolah SMA Negeri 3 Palembang,
Wawancara 6 Oktober 2014).
Ada seorang guru ketika belajar selalu membeda-bedakan antara yang
berekonomi rendah dengan mereka yang kaya. Itu terlihat ketika pelajaran berlangsung.
Ketika anak orang kaya bertanya selalu diberikan penjelasan tapi ketika mereka yang
berekonomi rendah ketika bertanya dicueki ujar Aisyah Oktaria Sabarin (Aisyah
Oktaria Sabarin siswa kelas XI IPA 4 Sekolah SMAN 3 Palembang, Wawancara 6
Oktober 2014).
Pada hasil wawancara para guru tidak membedakan mereka dalam hal proses
pembelajaran dikelas. Tetapi ketika wawancara dengan siswa mereka mengatakan
adanya perbedaan yang mereka terima ketika dalam proses pembelajaran. Dan didalam
kelas pun mereka tidak membaur menjadi satu berkelompok-kelompok membentuk
gank.
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal 28 oktober 2014 bahwa
kelas XI IPA 4 mengusul meminta ganti wali kelas dengan bagian kesiswaan. Mereka
cxiv
cxv
mengatakan walikelasnya selalu pilih kasih dan tidak bertindak adil kepada mereka.
Ketika mereka yang berekonomi rendah jika bermasalah selalu dihukum berat tetapi
ketika yang berekonomi tinggi bermasalah dihukum dengan hukuman yang ringan ujar
Ahmad Fauzan (Ahmad Fauzan siswa kelas XI IPA 4 Sekolah SMA Negeri 3
Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dari beberapa wawancara dan hasil observasi diatas ternyata ada perbedaan,
disana tidak ada kesetaraan antara yang berbeda latar belakang ekonomi. Padahal
sebenarnya kesetaraan itu penting dalam proses pembelajaran. Agar mereka merasa
nyaman, aman dalam proses belajar baik itu anak orang kaya ataupun orang miskin.
3. Kejujuran
Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang
menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Memang ketika kita merasa
senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah
sulit, namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang bertolak belakang
dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah akan tetap berpegang teguh, atau
membiarkan tergilas oleh suatu keadaan. Kejujuran merupakan hal yang sangat penting
terutama bagi anak didik.
Bapak Sholehan Mansur mengatakan ketika mereka melakukan ulangan harian
mereka mengerjakan secara sendiri-sendiri tanpa mencontek dengan yang lain. Mereka
sudah menyadari bahwa perbuatan mencontek itu perbuatan yang tidak jujur dan tidak
terpuji. Kesadaran itu terlihat ketika ulangan berlangsung dan dapat terlaksana dengan
tenang dan khidmat (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara
02 Oktober 2014).
cxv
cxvi
Ibu Nurhasanah Said sebagai guru pendidikan Agama Islam juga mengatakan
bahwa ketika saya memberikan tugas kepada siswa anak-anak selalu jujur mengerjakan
tugas yang dibuat dirumah terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ketika mereka tidak bisa mengerjakannya sendiri mereka juga jujur dan berterus
terang (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober
2014).
Kejujuran sangat penting ditanamkan pada diri siswa sejak dini baik itu dalam
perbuatan maupun tingkah laku. Karena kejujuran merupakan modal dalam
pembentukan diri siswa yang dapat menciptakan pribadi yang arif. Terutama ketika
proses ujian kejujuran itu harus ada. Ketika dalam pemberian tugas juga siswa harus
bertindak jujur terhadap siapapun.
Waktu itu ada seorang anak yang kehilangan uang dikelas sebelas IPA. Pada
awalnya memang mereka tidak ada yang mengaku ketika ditanya seluruhnya. Tetapi
ketika sudah sepi ada seorang anak yang datang dan mengaku dia mengambil dengan
alasan ingin membeli buku tapi tidak punya uang.Sebagai seorang guru kita harus
menghargai perbuatan tersebut karena siswa itu sudah jujur walaupun memang sudah
melakukan kesalahan. Kita berikan nasehat agar tidak mengulanginya lagi karna itu
dapat merugikan orang lain ujar Pak Radin (Radin, S.Pd., Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan seorang guru dalam menumbuhkan
kejujuran anak didik antara lain mengusahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi
topik perbincangan dalam
menghormati privasi anak. Jika hal tersebut dilakukan seorang guru sebagai peserta
didik maka Insyaallah kejujuran aka tertanam pada peserta didik di sekolah ujar Ibu
cxvi
cxvii
Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara
07 Oktober 2014).
Jika dilihat dari perbuatan mereka dengan peristiwa itu mereka sudah menyadari
bahwa kejujuran sangat penting walau tidak secara langsung dan bertahap. Dan sebagai
seorang guru harus mempunyai cara untuk menumbuhkan sifat jujur kepada peserta
didik. Jika itu sudah dilakukan maka nanti akan tercipta pribadi siswa yang mempunyai
rasa jujur yang tinggi.
Ibu Mina mengatakan bahwa di SMAN 3 Palembang sudah menanamkan
kejujuran sejak dini ini terlihat dengan adanya
cxviii
Dari hasil observasi yang didapat pada 27 0ktober 2014 ketika istirahat
berlangsung memang benar walaupun mereka jumlahnya banyak tapi mereka tetap antri
, jujur dan disiplin ketika berbelanja dikantin kejujuran. Semua berjalan dengan baik
tanpa ada yang curang dalam berbelanja. Sehingga mereka bergantian dan tidak berebut
untuk duluan ketika berbelanja.
Dari wawancara dan observasi di atas menunjukan bahwa kejujuran sudah ada
pada siswa SMAN 3 Palembang. Mereka selalu menanamkan kejujuran dalam setiap
tindakannya baik itu ketika dalam kelas maupun diluar kelas. Para guru tidak hentihentinya selalu menyinggung tentang kejujuran ketika belajar agar tertanam dalam jiwa
mereka bahwa kejujuran itu sangat penting. Karena peran guru juga sangat penting
ketika kejujuran itu harus diterapkan.
4. Amanah
Amanah merupakan salah satu sifat Rasulullah SAW. Sifat amanah adalah salah
satu sifat orang bertakwa. Amanah bermaksud melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab, boleh dipercayai, jujur dan ikhlas. Maksudnya seseorang itu boleh
melaksanakan tugas dan amanah yang dipertanggungjawabkan kepadanya tanpa
melakukan sebarang unsur-unsur penyelewengan dan tipu. Pentingnya sifat amanah
kepada setiap peserta didik di lingkungan sekolah.
Menurut Ibu Nurhasanah Said ketika saya memberikan amanah kepada seorang
siswa, alhamdulillah siswa melaksanakan amanah tersebut dengan sebaiknya karena
siswa itu menyadari bahwa ia diberikan amanah merupakan suatu kepercayaan untuk
dirinya sehingga siswa tersebut harus melaksanakannya.
Ibu Yulia Wahyuni mengatakan, ketika kita memberikan amanah kemudian
siswa tersebut tidak melaksanakan amanah tersebut maka kita sebagai seorang guru
pendidikan agama Islam harus menasehatinya bahwa amanah itu merupakan sifat mulia.
Setiap siswa pernah diberikan amanah atau kepercayaan untuk dijaga. Amanah itu
adakalanya berbentuk titipan benda, rahasia, tugas, jabatan dan sebagainya. Setiap siswa
perlu bertanggungjawab dengan amanah masing-masing dan harus menjaganya dengan
cxviii
cxix
penuh berhati-hati. Contohnya, tugas atau rahasia sebagai seorang yang diamanahkan
oleh kita perlu disimpan dengan cermat dan tidak leka serta ambil mudah. Amanah
harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Reza Armansyah sebagai ketua OSIS di SMAN 3 Palembang mengatakan
bahwa jabatan sebagai ketua OSIS merupakan amanah baginya. Maka saya harus
melaksanakan tugas sebagai ketua OSIS dengan sebaik-baiknya. Karna teman-teman,
guru serta seluruh masyarakat sekolah sudah mempercayakan saya sebagai ketua OSIS.
Amanah ini kelak akan dipertanggung jawabkan di akhirat (Reza Armansyah Ketua
OSIS Sekolah SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Amanah merupakan suatu perbuatan yang terpuji. Dengan kita bersifat amanah
maka orang akan percaya pada diri kita. Begitupun dalam pembelajaran jika kita
amanah menjalankan tugas yang dikasihkan oleh guru maka guru akan lebih percaya
dan merasa senang kepada kita. Terutama jika kita diberikan kepercayaan sebaga ketua
OSIS maka kita harus menjalankan amanah itu dengan sebaiknya.
Kami memilih Reza Armansyah sebagai ketua OSIS karena kami yakin bahwa
dia bisa mengemban amanah sebagai ketua OSIS. Hal ini terlihat semua bagian yang
ada di OSIS berjalan dibidangnya masing-masing baik itu bidang Olah Raga, bidang
Sastra Budaya, bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi dan lain-lain. Semua
bidang bergerak dengan tugasnya masing-masing dibawah pengawasan ketua OSIS ujar
bapak H. M. Najib Ahmad (H.M. Najib Ahmad, S.Pd. WAKA Kesiswaan Sekolah
SMAN 3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Dari hasil wawancara-wawancara tersebut selaras dengan hasil observasi pada
tanggal 27 Oktober 2014, ketika setiap kelas diberikan perlengkapan alat kelas seperti
sapu, spidol, penghapus, bunga, saputangan bahkan yang lainnya mereka jaga dengan
sebaiknya. Itu terlihat ketika setiap kelas dikunjungi semua perlengkapan masih ada dan
dalam keadaan baik. Karena itu juga merupakan suatu amanah yang perlu mereka jaga.
Hal ini berarti dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah ada
nilai-nilai amanah yang diterapkan sehingga para siswa pun terbiasa melaksanakan sifat
cxix
cxx
itu. Karena tanpa adanya pembiasaan semua itu tidak akan tertanam dalam diri siswa
atau peserta didik kita. Jika siswa sudah mampu menjalankan amanah maka ini
merupakan sebuah latihan yang nantinya akan berguna ketika suatu saat diberikan
amanah berupa jabatan mereka bisa menjalankan dengan sebaik-baiknya.
5. Solidaritas
Solidaritas merupakan perasaan terhadap sesama bagaimana kita harus peka
dengan lingkungan di sekitar kita rasa tolong menolong bagaimana seharus nya
melihat sodara-sodara kita atau manusia dalam kesusahan tenggang rasa perilaku kita
dalam menyikapi permasalahan yang ada di sekitar kita misalkan dalam berqurban itu
merupakan contoh nyata adanya solidaritas.
Sebernarnya solidaritas di zaman sekarng memang sangat sulit di temui hanya
segelintir orang yang mempunyai rasa solidaritas tinggi bahkan banyak dalam
kehidupan kita sehari-hari banyak kita temui orang yang tidak peka terhadap
lingkungan di zaman sekarang rasa solidaritas banyak di gunakan dalam hal negative
bahkan terkadang rasa solidaritas terhadap teman atau pun tetangga sangat jarang di
temui misalkan kita sering ingin menang sendiri, iri ataupun serakah lah yang membuat
kita lupa akan rasa solidaritas.
Menurut Ibu Nurhasanah Said mengatakan Di dalam kelas terdapat banyak
perbedaan diantara mereka. Dengan adanya perbedaan itu mereka harus tetap solid
dalam berteman walaupun mereka berbeda antara satu dengan yang lainnya.Untuk
menjaga kesolidan itu maka harus tetap kompak dengan temannya, saling menghargai,
menjaga rahasia antara satu dengan yang lainnya, dan harus rendah hati (Nurhasanah
Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014)
Ibu Yulia Wahyuni berkata Ketika diantara teman mereka ada yang lupa
membawa pena, pasti mereka selalu meminjaminya. Karena rasa saling tolong
menolong diantara mereka sangat tinggi. Terkadang mereka saling membantu jika
mereka ada masalah diantara mereka (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Solidaritas perlu dibina ketika kita berteman baik itu dilingkungan sekolah
maupun luar sekolah. Dengan adanya solidaritas maka akan tercipta kekompakan dan
saling menghargai diantara mereka. Jika ada teman yang membutuhkan pertolongan
maka mereka akan mempunyai rasa saling tolong menolog jika rasa solidaritas itu ada
diantara mereka.
Ketika ada salah satu siswa atau teman mereka yang terkena musibah mereka
selalu mengadakan bantuan berupa uang . Karena bantuan itu bisa digunakan untuk
mereka yang terkena musibah. Bahkan mereka rela menggalang dana kesetiap kelas
cxx
cxxi
untuk mencari dana buat membantu temannya yang terkena musibah tersebut ujar Pak
Radin (Radin, S .Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Berdasarkan hasil observasi penelitian 27 Oktober 2014, pada waktu istirahat
mereka siswa kelas XI IPA 2 beramai-ramai pergi untuk menjenguk temannya yang
sudah lam tidak masuk kelas karena sakit. Mereka menjenguk dengan membawa
makanan dan sejumlah uang . Itu bentuk solidaritas yang terjadi dikelas XI IPA 2 pada
waktu itu.
Rasa solidaritas perlu dibina terutama dalam lingkungan sekolah. Hal ini untuk
mewujudkan suasana yang aman. Ketika rasa solidaritas dibina sejak dini maka mereka
akan terbiasa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu dilingkungan
sekolah maupun lingkungan keluarga.
6. Kerjasama
Kerja sama merupakan salah satu bentuk proses interaksi sosial yang paling
utama. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai mahluk sosial.
Kerjasama memiliki dimensi yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik terkait
tujuan positif maupun negatif. Dalam hal apa, bagaimana, kapan dan di mana seseorang
harus bekerjasama dengan orang lain tergantung pada kompleksitas dan tingkat
kemajuan peradaban orang tersebut. Semakin modern seseorang, maka ia akan semakin
banyak bekerjasama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu tentunya dengan bantuan perangkat teknologi yang modern pula.
Menurut Bapak Sholehan Mansur Kerja sama sangat diperlukan didalam kelas
terutama dalam proses pembelajaran. Ketika mereka diberikan tugas kelompok maka
mereka harus mengerjakannya dengan bersama-sama. Antara satu dengan yang lainnya
saling membantu agar mendapatkan hasil yang baik dengan tujuan yang sama
(Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Bapak Radin mengatakan Didalam kelas terkadang dilatih untuk melakukan
kerjasama dalam hal yang baik. Itu semua bisa dilakukan seperti dalam kegiatan
pembuatan mading atau tugas kelompok diantara siswa tersebut. Sehingga mereka akan
terbiasa untuk melakukannya. Karena manfaat kerjasama itu sangat banyak bagi
individu siswa (Radin, S .Pd., Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 08 Oktober
2014).
cxxi
cxxii
cxxiii
sehingga mereka membuat kegaduhan. Kemudian bersabar, bisa menahan emosi, dan
selalu bersyukur itu semua merupakan bentuk-bentuk perilaku agar kita selalu
berhusnuzan kepada Allah (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
wawancara 07 Oktober 2014).
Itu artinya sikap husnuzon harus selalu ada pada diri kita apalagi jika kita
seorang guru yang merupakan tauladan bagi anak murid. Baik itu husnuzhan kepada
Allah, diri sendiri maupun orang lain. Karena sifat husnuzhan bermanfaat bagi kita
sendiri maupun bagi orang lain.
Menurut Mardiana salah satu siswa kelas XI IPA 5 mengatakan apabila ada
seorang teman mencaci maki kita, jangan langsung kita membalas cacian mereka. Kita
harus berhusnuzhan dulu terhadap teman kita , mungkin saja teman kita lagi ada
masalah kemudian imbasnya kekita. Makanya itu sangat perlu sifat husnuzhan tertanam
pada diri kita masing-masing ( Mardiana siswa kelas XI IPA 5 Sekolah SMA Negeri
3 Palembang, Wawancara 6 Oktober 2014).
Saya pernah menjadi ketua kelas kemudian setelah pemilihan lagi ternyata saya
tidak terpilih menjadi ketua kelas lagi. Saya tetap bersikap husnuzhan kepada temanteman karena tidak memilih saya sebagai ketua kelas lagi. Mungkin selama ini kinerja
saya sebagai ketua kelas kurang baik sehingga mereka mengamanahkan ketua kelas
dengan yang lainnya yang lebih baik. Selain itu saya mengintropeksi diri untuk
memperbaiki semua yang telah dikerjakan tetapi belum maksimal ujar Rahmat Giantino
(Rahmat Giantino siswa kelas XI IPA
cxxiv
mereka terjalin ukhuwah yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan kepala
sekolah serta siswa dengan siswa.
8. Percaya diri
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri
serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak
terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Rasa percaya diri
yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya
bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
yang realistik terhadap diri sendiri.
Menurut Ibu Nurhasanah Said para siswa SMAN 3 Palembang kurang
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi terutama ketika dalam proses pembelajaran
Pendidika Agama Islam. Ketika dalam proses belajar saya menyuruh mereka untuk
bertanya ternyata Cuma ada beberapa siswa saja yang bertanya dan yang lainnya
kebanyakan diam. Mereka diam karena tidak berani dan percaya diri atas pertanyaan
mereka, terkadang mereka merasa pertanyaannya tidak berbobot padahal itu belum
tentu (Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 01 Oktober
2014).
Rasa percaya diri sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik. Karena
rasa percaya diri inilah yang nantinya akan membawa mereka menuju kesuksesan. Jika
percaya diri tidak dimiliki mereka. Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan
faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal. Karenanya,
tidak
sedikit
pula
yang
memberikan
pandangannya
mengenai
teknik-teknik
membangkitkan rasa percaya diri ujar Bapak Radin (Radin, S .Pd., Guru PAI SMAN 3
Palembang, wawancara 08 Oktober 2014).
Rasa percaya diri sangat penting untuk menunjang mereka dalam berprestasi.
Untuk itu sebagai seorang guru harus menanamkan percaya diri jika para siswa
cxxiv
cxxv
mempunyai rasa percaya diri yang rendah. Ketika dalam proses pembelajaran percaya
diri siswa akan terlihat ketika mereka berani bertanya kepada guru.
Bapak Sholhan mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa
kurang percaya diri. Percaya diri pada diri siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor yang berasal dari diri
siswa seperti ketidaksiapan mental dan rendahnya emosional question (EQ). Sedangkan
faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti ketidakbiasaan,
lingkungan, dan sebagainya. Kedua faktor tersebut mempengaruhi erat rasa percaya diri
siswa dalam menghadapi ujian, sehingga kesuksesan siswa dapat ditentukan dari tingkat
percaya diri yang dimiliki (Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3 Palembang,
Wawancara 02 Oktober 2014).
Percaya diri itu dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan berkembang.
Percaya diri sangatlah penting karena dalal aktivitas apapun yang kita lakukan kita
membutuhkan rasa percaya diri. Percaya diri bisa ditingkatkan dengan selalu memiliki
motivasi yang baik atau memandang keluar, berpikir positif, temukan dorongan positif
yang tepat, gunakan aktifitas fisik, melakukan kontak sosial yang positif, dan belajar
menghadapi masa depan ujar Ibu Yulia Wahyuni (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI
SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober 2014).
Sifat percaya diri yang ada pada peserta didik perlu dibina serta ditingkatkan.
Karena percaya diri sangat penting dalam menentukan prestasi. Sebagai seorang guru
itu merupakan salah satu tugas selain mendidik dan mengajar mereka. Percaya diri akan
tumbuh dengan aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang rasa percaya diri mereka.
Semua itu bisa dilakukan ketika dalam proses pembelajaran berlangsung.
cxxv
cxxvi
Berdasarkan observasi,
9. Pemaaf
Pemaaf merupakan sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikit pun rasa benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu
manifestasi daripada ketakwaan kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
mungkin sering berhadapan dengan orang yg secara atau secara tidak sengaja
membuatkita kesal,,baik perilaku maupun tampilannya. Memang berat jika setelah
seseorang melakukan sesuatu yg buruk kepada kita, lalu kita memaafkannya. Sifat
pemaaf memberi manfaat yang besar kepada diri sendiri terutama dari segi rohani.
Orang yang bersifat pemaaf selalu dalam keadaan tenang, hati bersih, mudah diajak
berunding dan senantiasa menilai diri sendiri untuk melakukan kebaikan. Oleh sebab
itu, hati orang bersifat pemaaf tidak mudah terbakar dengan provokasi yang menyerang
dirinya.
Menurut Ibu Yuli Wahyuni mengatakan bahwa sebagai seorang guru
merupakan suri tauladan bagi anak didik. Seperti kata pepatah mengatakan guru
kencing berdiri siswa kencing berlari maksudnya adalah seorang murid biasanya akan
meniru apa yang dilakukan gurunya, maka janganlah memberikan contoh yang buruk.
Ketika saya menjelaskan materi atau pelajaran dan kemudian salah maka saya akan
meminta maaf kepada siswa tersebut. Karena kalau kita gengsi meminta maaf maka itu
akan berakibat fatal bagi kita seorang guru. Kalau kita tidak mengklarifikasi penjelasan
cxxvi
cxxvii
yang salah tadi maka kita juga berdosa sebagai guru menyampaikan pengertian yang
salah (Yulia Wahyuni, S.Sos.I, Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancara 07 Oktober
2014).
Dalam proses pembelajaran dikelas sifat pemaaf mereka itu tercermin ketika
sedang berdiskusi. Ketika berdiskusi mereka beradu pendapat dan mempertahankan
pendapatnya masing-masing, tapi setelah selesai diskusi mereka bersalam-salaman
untuk meminta maaf siapa tau kata-kata mereka ada yang menyinggung diantara
mereka ujar Pak Sholehan Mansur (Drs. Sholehan Mansur, Guru PAI SMAN 3
Palembang, Wawancara 02 Oktober 2014).
Dari penjelasan diatas bahwa sifat pemaaf itu telah dicontohkan oleh seorang
guru pendidikan agama Islam karena pemaaf itu sangat penting. Karena kalau guru
sudah memerikan suritauladan yang baik maka siswa tersebut akan menirukan hal yang
baik. Itu terlihat ketika mereka berdiskusi walaupun pada awalnya tegang tapi
diakhirnya mereka pun saling bermaaf-maafan .
Ibu Nurhasanah Said mengatakan Sifat pemaaf harus ditanamkan kepada setiap
peserta didik. Sebagai seorang harus memberikan penjelasan ketika melakukan
kesalahan harus berani meminta maaf dan jika ada yang meminta maaf maka kita juga
harus memaafkan orang lain. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menumbuhkan sifat pemaaf peserta didik yaitu: menyadarkan mereka bahwa sifat
pemaaf merupakan sifat mulia, sifat pemaaf akan melakhirkan ukhuwah dan
menghilangkan perselisihan, dan memberikan teladan epada siswa tentang sifat pemaaf
(Nurhasanah Said, S.Pd. Guru PAI SMAN 3 Palembang, wawancar 01 Oktober 2014).
Dari hasil observasi 27 0ktober 2014 Ibu Nurhasanah Said menunjukan
beberapa kegiatan siswa seperti setelah sholat mereka selalu berjabat tangan karena dari
cxxvii
cxxviii
situ mereka juga akan saling memaafkan kesalahan masing-masing. Dan para siswa di
SMA N 3 Palembang ketika bertemu guru dimana saja selalu mencium tangan guru
mereka.
Dengan menanamkan sifat pemaaf kepada peserta didik maka mereka tidak akan
ada rasa saling membenci, iri, dendam serta rasa sakit hati yang berkepanjangan antara
satu dengan yang lainnya. Karena mereka sudah mempunyai sifat saling memafkan
antara satu dengan yang lainnya.
Dapat disimpulkan dari kesembilan indikator nilai-nilai multikultural, maka ada
beberapa nilai-nilai multikultural yang ada di Sekolah Menengah Atas Negeri
Palembang yang masih rendah atau minim diantaranya toleransi, kesetaraan dan
percaya diri. Sedangkan nilai-nilai yang lainnya seperti kejujuran, amanah, solidaritas,
kerjasama, husnuzan, dan pemaaf sudah tercermin pada diri mereka. Dari analisis diatas
diperkuat dengan hasil observasi dari kesembilan indikator dengan melihat perilaku
mereka dalam proses pembelajaran baik didalam kelas maupun diluar kelas.
cxxviii
cxxix
BAB 5
SIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut: Pertama, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Palembang telah berjalan secara baik. Hal terlihat dari materi
pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya serta didukung dengan media
pembelajaran yang memadai. Jika dilihat dari beberapa aspek itu maka proses
pembelajaran pendidikan agama islam di SMA Negeri 3 Palembang berjalan secara
efektif.
Kedua, Nilai-nilai Multikultural yang ada di SMA Negeri 3 Palembang dapat
dilihat dari beberapa indikator yaitu: toleransi, kesetaraan, kejujuran, amanah,
solidaritas, percaya diri, kerja sama, husnuzan dan pemaaf. Dari beberapa indikator
diatas ternyata ada beberapa indikator nilai-nilai multikultural yang tidak terdapat pada
proses pembelajaran seperti toleransi, kesetaraan dan percaya diri. Hal itu dikarenakan
karena latar belakang ekonomi mereka yang berbeda sehinga menimbulkan kesenjangan
diantara mereka Sedangkan pada indikator kejujuran, amanah, solidaritas, kerjasama ,
husnuzon dan pemaaf sudah terdapat dalam proses pembelajaran sehingga tercermin
dalam diri siswa SMA Negeri 3 Palembang. Karena mereka sangat menyadari dengan
adanya kejujuran, amanah, solidaritas, kerjasama, husnuzan dan pemaaf maka akan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang harmonis. Semua itu bisa dilihat baik itu
dalam proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas agar memperoleh manfaat yang baik dan
berguna terhadap kelangsungan dalam proses pembelajaran terutama dibidang
Pendidikan Agama Islam sehingga akan menciptakan siswa-siswa yang relegius dan
untuk guru dan sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada setiap guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara
efektif dan lebih baik secara terus menerus.
2. Diharapkan para guru menjadi contoh suritauladan yang baik bagi siswanya.
cxxix
cxxx
3. Diharapkan menjadi seorang guru yang kreatif dan menjadi idola dalam proses
pembelajaran
4. Diaharapkan kepada guru terus meningkatkan disiplin dalam proses belajar
mengajar.
5. Diharapkan kepada guru mengedepankan prestasi bagi anak didiknya.
6. Diharapkan para guru selalu menerapkan nilai-nilai multikultural dalam proses
pembelajaran baik itu mata pelajaran umum maupun pelajaran pendidikan agama
islam.
cxxx
cxxxi
REFERENSI
Abbas, Syahrizal 2009. Manajemen Perguruan Tinggi. Kencana, Jakarta.
Abidin, Zainal dan Neneng Habibah. Tt. Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif
Multikultural, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.
Ahmadi dan Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Ali, Zainuddin. 2010. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Agama RI, Departemen 2004. Al-Quran dan Terjemahnya. Diponegoro, Bandung.
Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka
Annur, Saipul 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Grafika Telindo Press,
Palembang
Anwar, Moch Idochi 2013. Administrasi Pendidikan Manajemen Biaya Pendidikan.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Azwar, Saifuddin 2009. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Bafadol, Ibrahim.2005. Dasar-dasar Manajemen dan Superfisi Taman Kanak-kanak
.Jakarta: PT Bumi Aksara
Baidhawy, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta:
Erlangga. 2005
Departemen Agama RI. 2005. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Departemen Agama RI, 2011. Al-Quran Tajwid dan Terjemahan, bandung: CV.
Diponegoro
Drajat, Zakiah dkk. 1996. Metodeologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1998. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka, Jakarta.
Hamid, Farida t.t. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Apollo, Surabaya.
cxxxi
cxxxii
Mukhtar, 2009. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Jakarta: Gaung Persada Press
Mukmin,N. 2004. Desain Pembelajaran. Yogyakarta:Program Pascasarjana (UNY)
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Yogjakarta: al-Munawir, 1984.
cxxxii