Anda di halaman 1dari 10

Kode batang

Sebuah simbol kode batang UPC-A.


Sebuah kode batang atau kode palang (bahasa Inggris: barcode) adalah suatu kumpulan
data optik yang dibaca mesin. Sebenarnya, kode batang ini mengumpulkan data dalam lebar
(garis) dan spasi garis paralel dan dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear
atau 1D (1 dimensi). Tetapi juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk
geometri lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2 dimensi).
Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut sebagai kode batang.
Penggunaan awal kode batang adalah untuk mengotomatiskan sistem pemeriksaan di
swalayan, tugas dimana mereka semua menjadi universal saat ini. Penggunaannya telah
menyebar ke berbagai kegunaan lain juga, tugas yang secara umum disebut sebagai Auto ID
Data Capture (AIDC). Sistem terbaru, seperti RFID, berusaha sejajar di pasaran AIDC, tapi
kesederhanaan, universalitas dan harga rendah kode batang telah membatasi peran sistemsistem baru ini. Seharga US$0.005 untuk membuat kode barang bila dibandingkan
dengan RFID yang masih seharga sekitar US$0.07 hingga US$0.30 per tag.[1]
Kode batang dapat dibaca oleh pemindai optik yang disebut pembaca kode batang atau
dipindai dari sebuah gambar oleh perangkat lunak khusus. Di Jepang, kebanyakan telepon
genggam memiliki perangkat lunak pemindai untuk kode 2D, dan perangkat sejenis tersedia
melalui platform smartphone.
Sejarah
Pada tahun 1932, Wallace Flint membuat sistem pemeriksaan barang di perusahaan retail.
Awalnya, teknologi kode batang dikendalikan oleh perusahaan retail, lalu diikuti oleh
perusahaan industri. Lalu pada tahun 1948, pemilik toko makanan lokal meminta Drexel
Institute of Technology di Philadelphia, untuk membuat sistem pembacaan informasi produk
selama checkout secara otomatis.
Kemudian Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland, lulusan Drexel patent application,
bergabung untuk mencari solusi. Woodland mengusulkan tinta yang sensitif terhadap sinar
ultraviolet. Prototipe ditolak karena tidak stabil dan mahal. Tangal 20 Oktober 1949
Woodland dan Silver berhasil membuat prototipe yang lebih baik. Akhirnya pada tanggal 7
Oktober 1952, mereka mendapat hak paten dari hasil penelitian mereka. 1966: Pertama
kalinya kode batang dipakai secara komersial adalah pada tahun 1970 ketika Logicon Inc.
membuat Universal Grocery Products Identification Standard (UGPIC).
Perusahaan pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk perdagangan retail
adalah Monach Marking. Pemakaian di dunia industri pertama kali oleh Plessey
Telecommunications. Pada tahun 1972, Toko Kroger di Cincinnati mulai menggunakan
bulls-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam grocery industry untuk memilih
kode standar yang akan digunakan di industry.

Kegunaan
Kode batang (barcode) terutama UPC, sudah menjadi bagian penting dalam peradaban
modern. Penggunaan yang sudah tersebar luas menjadikan kode batang terus digunakan dan
berkembang dengan baik,seperti:

Hampir semua barang yang dijual di toko grosir, department store, sudah
menggunakan dan memiliki kode batang UPC. Hal ini sangat membantu dalam melacak
seluruh item yang dibeli dengan memunculkan harga dan data yang sebelumnya sudah
program.

Penggunaan pada kartu anggota Ritel (hampir seluruh toko ritel seperti alat olah raga,
kosmetik, peralatan kantor, obat, dan factory outlet) untuk mengidentifikasikan konsumen
yang menjadi anggota.

Pelacakan gerakan item, termasuk sewa mobil, bagasi maskapai penerbangan. Sejak
tahun 2005, maskapai menggunakan standar IATA 2D kode batang di boarding pass
(BCBP).[2]

Beberapa 2D kode batang embed hyperlink ke halaman web page. Sebuah telepon
genggam mampu dapat digunakan untuk membaca kode batang dan browsing situs yang
terhubung.

Pada 1970-an dan 1980-an, perangkat lunak kode sumber ini kadang-kadang

dikodekan dalam kode batang dan dicetak di atas kertas.


Kategori Berdasarkan Kegunaan
Terdapat 6 kategori barcode berdasarkan kegunaannya, yaitu:
1. Barcode untuk keperluan retail. Barcode untuk keperluan retail, salah satu contohnya
adalah UPC (Universal Price Codes), biasanya digunakan untuk keperluan produk
yang dijual di supermarket.
2. Barcode untuk keperluan packaging. Barcode untuk packaging biasanya digunakan
untuk pengiriman barang, dan salah satunya adalah barcode tipe ITF.
3. Barcode untuk penerbitan. Barcode untuk keperluan penerbitan, sering digunakan
pada penerbitan suatu produk, misalkan barcode yang menunjukkan ISSN suatu
buku.
4. Barcode untuk keperluan farmasi. Barcode untuk keperluan farmasi biasanya
digunakan untuk identifikasi suatu produk obat-obatan. Salah satu barcode farmasi
adalah barcode jenis HIBC.

5. Barcode untuk keperluan non retail. Barcode untuk kepentingan non retail, misalkan
barcode untuk pelabelan buku-buku yang ada di perpustakaan. Salah satu tipe
barcode untuk keperluan non retail ini adalah Code 39.
6. Barcode untuk keperluan lain.

Pembaca Kode Batang


Pada awalnya pembaca kode batang yaitu scanner atau pemindai dibangun dengan
mengandalkan cahaya yang tetap dan satu photosensor yang secara manual digosokkan pada
kode batang.
Kode batang scanner dapat digolongkan menjadi tiga katagore berdasarkan koneksi ke
komputer, yaitu : Jenis RS-232 kode batang scanner. Jenis ini membutuhkan program khusus
untuk mentransfer data input ke program aplikasi. Jenis lain,adalah bercode yang
menghubungkan antara komputer dan PS 2 atau AT keyboard dengan menggunakan kabel
adaptor. Jenis ketiga adalah USB kode batang scanner, yang merupakan lebih modern dan
lebih mudah diinstal perangkat daripada RS-232 scanner, karena scanner kode batang ini
memiliki keuntungan yaitu tidak membutuhkan kode atau program untuk mentransfer data
input ke program aplikasi, ketika anda melacak kode batang datanya dikirim ke komputer
seakan-akan telah mengetik pada keyboard.
Cara membaca Kode Batang

Kode batang terdiri dari garis hitam dan putih. Ruang putih di antara garis-garis hitam
adalah bagian dari kode.

Ada perbedaan ketebalan garis. Garis paling tipis 1, yang sedang 2, yang lebih
tebal 3, dan yang paling tebal 4.

Setiap digit angka terbentuk dari urutan empat angka. 0 = 3211, 1 = 2221, 2 = 2122, 3
= 1411, 4 = 1132, 5 = 1231, 6 = 1114, 7 = 1312, 8 = 1213, 9 = 3112.

Standar kode batang retail di Eropa dan seluruh dunia kecuali Amerika dan Kanada adalah
EAN (European Article Number) 13. EAN-13 standar terdiri dari:

Kode negara atau kode sistem: 3 digit pertama kode batang menunjukkan negara di
mana manufacturer terdaftar.

Manufacturer Code: Ini adalah 5 digit kode yang diberikan pada manufacturer dari
wewenang penomoran EAN.

Product Code: 5 digit setelah manufacturer code. Nomor ini diberikan manufacturer
untuk merepresentasikan suatu produk yang spesifik.

Check Digit atau Checksum: Digit terakhir dari kode batang, digunakan untuk
verifikasi bahwa kode batang telah dipindai dengan benar.

Keuntungan menggunakan kode batang

Proses Input Data lebih cepat, karena : Kode batang Scanner dapat membaca /
merekam data lebih cepat dibandingkan dengan melakukan proses input data secara
manual.

Proses Input Data lebih tepat, karena : Teknologi Kode batang mempunyai ketepatan
yang tinggi dalam pencarian data.

Proses Input lebih akurat mencari data, karena : Teknologi Kode batang mempunyai
akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi.

Mengurangi Biaya, karena dapat mengindari kerugian dari kesalahan pencatatan data,
dan mengurangi pekerjaan yang dilakukan secara manual secara berulang-ulang.

Peningkatan Kinerja Manajemen, karena dengan data yang lebih cepat, tepat dan
akurat maka pengambilan keputusan oleh manajemen akan jauh lebih baik dan lebih
tepat, yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan perusahaan.

Kemampuan bersaing dengan perusahaan saingan / kompetitor akan lebih terjaga.

Evaluasi Kelebihan dan Kekurangan RFID untuk Mengganti Penggunaan Barcode


pada Retailer di Indonesia
leave a comment
Teknologi RFID, tentunya Anda pasti pernah mendengarnya. RFID singkatan dari Radio
Frequency Identification, merupakan sebuah teknologi yang menggunakan frekuensi radio
untuk mengidentifikasi sesuatu. Teknologi RFID dapat dipasang di dalam suatu produk,
hewan bahkan manusia.
Teknologi RFID tersebut berbentuk seperti LABEL atau TAG yang terdiri atas komponen
antena dan mikrochip silikon. Label tersebut ada yang sifatnya aktif dan juga ada yang
pasif. Label aktif supaya dapat berfungsi membutuhkan sumber tenaga misalnya baterai atau
listrik, sedangkan Label pasif tidak membutuhkan sumber tenaga karena dapat aktif dengan
sendirinya dari pancaran tenaga RFID label aktif. Berikut adalah perbandingan RFID label
aktif dan pasif :

Perbedaan RFID label aktif dan label pasif


Teknologi RFID di dunia sudah sangat populer, sedangkan di Indonesia baru memasuki
babak baru ^_^ Sebagai contoh teknologi RFID yang kita kenal sehari-hari adalah
penggunaan kartu Flazz BCA. RFID ini dipandang sebagai jawaban atas kelemahan
teknologi BARCODE yang kita kenal, karena barcode hanya bisa diidentifikasi dengan cara
mendekatkannya ke sebuah mesin pembaca (reader) selain itu juga kapasitas penyimpanan
pada barcode sangat terbatas, hal lainnya yang menjadi kelemahan adalah tidak dapat
diprogram ulang sehingga akan menyulitkan menyimpan dan memperbaharui data dalam
jumlah besar untuk sebuah item.

RFID & Barcode


Jika kita lihat pada kondisi retailer besar di Indonesia sebut saja CARREFOUR yang jumlah
pelanggannya sangat banyak, apa yang Anda rasakan ketika membayar di kasir saat ini?
Cepat? ya Benar cepat tetapi RFID bisa lebih cepat lagi tanpa antrian. Atau mungkin Anda
bilang lambat? Ya sangat benar memang realitanya lambat sehingga Anda harus mengantri di
kasir :p mungkin lebih baiknya kita lihat kelebihan dan kekurangan penggunaan RFID untuk
retailer besar seperti CARREFOUR:
Kelebihan :
- Untuk produk, jika selama ini menggunakan barcode hanya untuk mengetahui jenis
produknya saja, dengan menggunakan RFID dapat menyimpan secara otomatis tidak hanya
jenis produknya saja tetapi juga dapat disimpan data tentang siapa produsen produk tersebut,
kapan pertama produk tersebut diproduksi, sudah berapa lama, berasal dari mana dan lain
sebagainya

- Untuk kenyamanan belanja RFID dapat mengetahui produk-produk yang dimasukkan dalam
keranjang belanja pelanggan dengan sekejap, sehingga total harga dapat diketahui dan ketika
mendekati kasir hanya tinggal membayar, sedemikian cepatnya terlebih lagi jika pelanggan
difasilitasi pembayaran dengan menggunakan kartu pembayaran RFID.
- Untuk keamanan pihak retailer penggunaan RFID dapat mengetahui barang-barang yang
dicuri yang tidak diletakkan di keranjang belanja, jadi penggunaan RFID ini sangat efisien.
- Untuk penyediaan barang, dengan RFID pihak retailer dapat mengawasi pengiriman barang
secara real time sehingga sangat berguna dalam memantau stok yang akan diterimanya
dari supplier maupun barang yang dikirimkannya ke pelanggan.
Kelemahan :
- Untuk saat ini, harga RFID mungkin masih terbilang cukup mahal dibandingkan dengan
barcode mungkin karena teknologinya yang canggih, atau pengaruh adopsi dari RFID itu
sendiri kurang maksimal oleh masyarakat atau juga karena pembuatan komponen RFID
hanya dikuasai oleh beberapa produsen saja.
- Gangguan akan terjadi jika terdapat frekuensi lain yang dipancarkan oleh peralatan lainnya
yang bukan diperuntukkan untuk RFID, sehingga chip akan merespon frekuensi tersebut.
-Privasi seseorang akan secara otomatis dapat menjadi berkurang, karena siapa saja dapat
membaca informasi dari diri seseorang dari jarak jauh selama orang tersebut memiliki alat
pembaca, sebagai contoh seseorang dapat membaca jumlah uang yang dimiliki orang lain
didalam dompetnya.
Kesimpulan
Penggunaan RFID kedepannya cepat atau lambat akan menggantikan barcode karena
memang dari segi efisiensi sangat tinggi dan kegunaan yang jauh lebih besar, semuanya
hanya tinggal menunggu waktu sampai masyarakat Indonesia siap menerima sepenuhnya
kehadiran RFID :)
RFID vs Barcode
Pada supermarket supermarket, sudah umum kita melihat barcode pada produk produk.
Barcode ini bertujuan untuk mempermudah kasir mencatat barang barang yang kita beli,
untuk kemudian menghitung jumlah harga yang harus kita bayarkan untuk barang barang
yang kita beli.

Akhir akhir ini, mulai sering terdengar tentang teknologi RFID (Radio Frequency
Identification Devices). Pada dasarnya, fungsi dari RFID, hampir serupa dengan barcode,
dalam penggunaan nya pada supermarket supermarket, namun dilengkapi dengan teknologi
yang lebih canggih.
Di Amerika, teknologi ini sudah banyak digunakan di supermarket besar, contohnya pada
Wal-Mart, sedangkan di Indonesia sendiri masih asing didengar oleh orang awam.

Penggunaan RFID ini tentu saja mempunyai keunggulan dan kelemahan, bila dibandingkan
dengan barcode.
Keunggulan RFID dibandingkan dengan Barcode :

RFID

Barcode

Teknologi yang digunakan adalah frekuensi radio (RF)

Teknologi yang digunakan adalah o


pembacaan laser

Pada saat scanning, tidak membutuhkan jarak yang terlalu


dekat.

Dalam proses scanning barang, har

Barcode terdaoat pada bagian perm


apabila tergores atau rusak, bisa me

Pada saat membayar, kasir harus sa


barcode masing masing barang ya
menggunakan waktu yang relative t
menimbulkan antrian

Pembacaan barcode kalah cepat dib

Pembacaan barcode harus spesifik s


scanner, dan pada posisi tertentu

Barcode dibuat berdasarkan jenis p


mengetahui stok barang, membutuh

Barcode hanya memungkinkan untu

Barcode bisa dengan mudah dipalsu

Barcode bisa dicurangi oleh pencur

RFID semacam chip yang tidak terekspos di permukaan,


sehingga meminimalkan kerusakan yang mengganggu
transaksi

Pada saat membayar di kasir, cukup mendorong trolley


melewati scanner, dan otomatis semua barang yang kita
beli akan langsung tercatat pada computer

RFID memiliki kecepatan scan yang tinggi, sehingga


tidak perlu menunggu lama

Pembacaan RFID tidak membutuhkan posisi barang pada


keadaan tertentu, bisa dari segala arah

RFID mencatat masing masing produk, sehingga


memudahkan dalam pengecekan stok produk yang ada

RFID dilengkapi dengan teknologi untuk pembacaan &


penulisan

RFID menggunakan teknologi yang tinggi, sehingga


sangat sulit untuk dipalsukan

RFID meminimalkan kecurangan oleh customer

Kelemahan RFID dibandingkan dengan Barcode :


RFID

Barcode
Chip yang dipasang pada barang, harus dibeli oleh
customer. Otomatis, supermarket harus menambahkan
harga chip dalam harga barang, untuk menghindari
kerugian.

Barcode tidak membutuhkan biay


diaplikasikan pada produk

Barcode sudah tercetak pada kem

RFID harus dipasang masing masing pada tiap tiap


produk

Customer tidak harus menambah


produk

Customer yang keberatan untuk membayar lebih, bisa


menimbulkan masalah dalam penjualan

Dari perbandingan perbandingan di atas, terlihat bahwa RFID memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan barcode. Namun masalahnya, kelemahan RFID adalah hal yang sangat
penting dalam lingkup jual beli barang, yaitu tentang profit. Untuk menjaga profit, bisa saja
supermarket membebankan harga RFID pada pembeli. Namun, budaya masyarakat Indonesia
yang sangat peka terhadap harga, bisa menjadi kendala, Apabila supermarket tidak
membebankan pada pembeli, hal ini bisa mengurangi profit dari supermarket.
Namun, menurut saya, apabila teknologi ini sudah lebih popular, dengan sendiri nya masalah
ini bisa segera diatasi.
Daftar Pustaka
http://mylittl3room.wordpress.com/2010/09/22/rfid-vs-barcode/
http://likalikubisnis.wordpress.com/2011/01/08/evaluasi-kelebihan-dan-kekurangan-rfiduntuk-mengganti-penggunaan-barcode-pada-retailer-di-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_batang

Anda mungkin juga menyukai