Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ BARCODE SCANNER”

Disusun Oleh :

Nama : A. Nurainin

NIM :2021021001

Prodi/Kelas : Sistem Informasi / A


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat danhidayahnya lah makalah “Barcode Scanner” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi -
materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam
belajar teknologiinformasi dan komunikasi. Serta pembaca juga dapat memahami
nilai - nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.

Mudah - mudahan dengan pembuatan makalah ini, dapat menambah, memberikan


manfaatnya kepada pembaca, dan kepada saya sendiri selaku penulis.

Bulukumba, 2021

A. Nurainin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................................

C. Tujuan penulisan .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................

A. Pengertian Barcode Scanner.......................................................................

B. Bagaimana Cara Kerja Barcode..................................................................

C. Bagaimana Perkembangan Barcode...........................................................

D. Dimana Barcode di Implementasikan........................................................

BAB III KESIMPULAN .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini semakin cepat memasuki


berbagai bidang, sehingga kini semakin banyak perusahaan yang berusaha
meningkatkan usahanya terutama dalam bidang bisnis yang sangat berkaitan erat
dengan teknologi informasi itu sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa
Kegunaan komputer pada aplikasi bisnis adalah untuk menyediakan informasi
dengan cepat dan tepat. Informasi ini ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh
suatu perusahaan. Jika di dalam suatu perusahaan, informasi tersebut terhenti atau
terhambat, maka sistem perusahaan akan menjadi lusuh (Jogiyanto, 1999:96).

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui barcode, secara harfiah


berarti kode berbentuk garis. Barcode yang dikenal orang umumnya tercetak pada
kemasan produk suatu barang. Atau kita sering melihatnya ketika petugas kasir
minimarket menscan kode-kode berbentuk garis saat kita selesai berbelanja. Kita
hanya mengenalnya secara sekilas tapi tidak begitu tahu maksud kegunaannya. Di
bidang perpustakaan, sistem barcode juga digunakan. Masing-masing buku koleksi
perpustakaan ditempel label barcode. Ketika pengguna ingin meminjam buku,
pustakawan tinggal melakukan scanning ke permukaan label, dan secara otomatis
data buku tersebut masuk ke dalam database peminjaman.
Namun di Indonesia belum banyak perpustakaan yang menggunakan
barcode dalam sistem pelayanan pemakainya. Kini dengan semakin
berkembangnya perpustakaan dan ketersediaan perangkat scanner barcode yang
semakin mudah ditemui di pasaran ada baiknya melihat teknologi ini sebagai alat
bantu guna meningkatkan kinerja perpustakaan. Perpustakaan CIFOR sendiri telah
mengimplementasikan sistem pelayanan perpustakaan menggunakan barcode pada
perangkat lunak Inmagic sejak tahun 1980. Dengan menggunakan standar true type
font code 39 sebagai kode barcode diharapkan mengurangi kesalahan data entry
sirkulasi dan meningkatkan kecepatan pelayanan.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan barcode?


2. Bagaimana cara kerja barcode?
3. Bagaimana perkembangan barcode?
4. Dimana barcode technology di implementasikan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan barcode.


2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja barcode.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan barcode.
4. Untuk mengetahui dimana barcode di implementasikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Barcode

Pada tahun 1932, Wallace Flint membuat sistem pemeriksaan barang di


perusahaan retail. Awalnya, teknologi kode batang dikendalikan oleh perusahaan
retail, lalu diikuti oleh perusahaan industri. Lalu pada tahun 1948, pemilik toko
makanan lokal meminta Drexel Institute of Technology di Philadelphia, untuk
membuat sistem pembacaan informasi produk selama checkout secara otomatis.

Kemudian Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland, lulusan Drexel


patent application , bergabung untuk mencari solusi. Woodland mengusulkan tinta
yang sensitif terhadap sinar ultraviolet. Prototype ditolak karena tidak stabil dan
mahal. Tangal 20 Oktober 1949 Woodland dan Silver berhasil membuat prototipe
yang lebih baik. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1952, mereka mendapat hak
paten dari hasil penelitian mereka. 1966 pertama kalinya kode batang dipakai secara
komersial adalah pada tahun 1970 ketika Logicon Inc. membuat Universal Grocery
Products Identification Standard (UGPIC).

Perusahaan pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk


perdagangan retail adalah Monach Marking. Pemakaian di dunia industri pertama
kali oleh Plessey Telecommunications. Pada tahun 1972, Toko Kroger di Cincinnati
mulai menggunakan bull’s-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam
grocery industry untuk memilih kode standar yang akan digunakan di industri.

2.2 Pengertian
Sebuah kode batang (atau barcode) adalah suatu kumpulan data optik yang
dibaca mesin. Sebenarnya, kode batang ini mengumpulkan data dalam lebar (garis)
dan spasi garis paralel, dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau
1D (1 dimensi). Tetapi juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk
geometri lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2
dimensi). Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut sebagai kode batang.
Walaupun ada beragam simbol dan penggunaan tetapi semua tujuan yang sama
yaitu mengencode string karakter sebagai garis batang atau spasi.

2.3 Tipe Barcode

Sejak dikenalkan di tahun 1966, sejalan dengan perkembanganya, hampir


semua produk saat ini telah dilabeli barcode. Saat ini barcode tampak dalam
beragam tipe, ukuran dan format. Namun bentuk yang paling umum terlihat adalah
barcode dimensi-satu dalam bentuk garis. Simbologi barcode 1D termasuk di
dalamnya jenis UPC, 128 dan 39.

Gambar 2.1 Bar Code Symbologies

Barcode 2D sedang dalam pengembangan, barcode ini dapat menyimpan


informasi yang besar dalam kuran kecil. Termasuk di dalamnya PDF417, Data
Matrix dan Maxicode. Saat ini telah ada barcode 3D yang sering disebut barcode
Bumpy. Gambar 2.1 menunjukkan beberapa simbologi umum barcode
Pemetaan antara pesan dan barcode disebut simbologi (symbology).
Spesifikasi simbologi termasuk persandian digit/karakter tunggal dari pesan sebaik
dijalankan dan dihentikan
ke dalam batang dan spasinya. Ukuran renggangnya daerah yang diperlukan
sebelum dan sesudah barcode sebanding dengan saat komutasi pengecekan.
Simbologi linier bisa diklasifikasi menjadi 2 bagian:
􀂃 Kontinu lawan diskrit: karakter-karakter dalam bentuk simbologi kontinu
biasanya berbatasan dengan, 1 karater yang diakhiri dengan spasi dan permulaan
berikutnya dengan batang secara
bergantian. Karakter-karakter diskrit dimulai dan diakhiri dengan batang; spasi
antar karakter diabaikan, sepanjuang ia tidak terlalu lebar untuk melihat code
berakhir
􀂃 Dua-lebar lawan banyak lebar: batang dan spasi dalam simbologi 2-lebar
merupakan lebar dan sempit; berapa lebar sebuah celah secara pasti tidak memiliki
signifikansi sepanjang kebutuhan
simbologi untuk batang-batang yang lebar diurutkan (umumnya 2 sampai 3 kali
lebih lebar celah batang). Batang dan spasi dalam kebanyakan simbologi lebar
semuanya merupakan perkalian dari sebuah acuan lebar yang disebut modul
(module); kebanyakan code enggunakan 4 lebar dari 1, 2, 3 dan 4 modul.
Beberapa simbologi menggunakan penyelaan. Karakter pertama disandikan
menggunakan batang hitam dengan lebar bervariasi. Karakter kedua kemudian
disandikan, dengan mengubah lebar spasi putih di antara batang-batang tersebut.
Lalu karakter disandikan dalam pasangan barcode pada seksi yang sama.
2.4 Barcode 1D: Codo 39, ITF-25, dan Code-128
2.4.1 Code 39
Code 39 dapat menyandikan karakter alphanumeric yaitu angka desimal dan
huruf besar serta tambahan karakter spesial - . * $ / % +. Satu karakter dalam Code
39 terdiri dari 9 elemen yaitu 5 bar (garis vertikal hitam) dan 4 spasi (garis vertikal
putih) yang disusun bergantian antara bar dan spasi. Sebayak 3 dari 9 elemen
tersebut memiliki ketebalan lebih tebal dari yang lainnya oleh karenanya kode ini
biasa disebut juga code 3 of 9, 3 elemen yang lebih tebal tersebut terdiri dari 2 bar
dan 1 spasi. Elemen yang lebar mewakili digit biner 1 dan elemen yang sempit
mewakili digit biner 0.
Gambar 2.2 Lebar keseluruhan barcode 39
L : Lebar keseluruhan barcode
N : Jumlah karakter
R : Perbandingan garis vertical lebar dan sempit
X : ketebalan garis vertikal sempit
III : Lebar check karakter plus 1 inter karakter gap
IV : Lebar 2 kali quiet zone (M 1 (Start margin) +M2 (stop margin)

Gambar 2.3 Contoh barcode 39


2.4.2 Interleaved 2 of 5 (ITF)
ITF barcode hanya dapat mengkodekan angka saja dan sering digunakan
pada produk-produk yang memiliki kemasan dengan permukaan yang tidak rata
(misalnya corugated box), hal ini disebabkan struktur dan cara pengkodean ITF
yang unik.
Setiap karakter pada ITF barcode disandikan dengan 5 elemen yaitu 2 elemen tebal
dan 3 elemen sempit, dimana elemen tebal mewakili digit biner 1 sedangkan elemen
tipis
mewakili digit biner 0 dengan perbandingan ketebalan antara elemen tebal dengan
elemen tipis 2:1 s/d 3:1.

Gambar 2.4 Contoh barcode ITF


Gambar 2.5 Struktur Barcode ITF
Lebar dan tinggi ITF barcode mengikuti aturan sbb :
L = (C (2R + 3) + 6 + R)X

L : Lebar barcode (tidak termasuk quiet zone)


C : Jumlah karakter
X : Lebar elemen tersempit (minimum 0.19mm)
R : Perbandingan elemen lebar dengan sempit (2:1 s/d 3:1) Quiet zone minimum
10 kali X
Tinggi barcode minimum 0.15 kali lebar barcode.

2.4.3 Code 128


Code 128 adalah barcode dengan kerapatan tinggi, dapat mengkodekan
keseluruhan simbol ASCII (128 karakter) dalam luasan yang paling minim
dibandingkan dengan barcode jenis
lain, hal ini disebabkan karena code 128 menggunakan 4 ketebalan elemen (bar atau
spasi) yang berbeda (jenis yang lain kebanyakan menggunakan 2 ketebalan elemen
yang berbeda).
Setiap karakter pada code 128 dikodekan oleh 3 bar dan 3 spasi (atau 6 elemen)
dengan ketebalan masing-masing elemen 1 sampai 4 kali ketebalan minimum
(module), jika dihitung dengan satuan module maka tiap karakter code 128 terdiri
dari 11 module kecuali untuk stop character yang terdiri dari 4 bar 3 spasi (13
module).

L = (11C + 35)X untuk alphanumeric (CODE A dan CODE B)


L = (5.5C + 35)X untuk kerapatan ganda, hanya numeric (CODE C)
dengan:
L: Lebar barcode total termasuk quiet zone
C: Jumlah karakter
X: Lebar module (elemen yang tersempit)

Gambar 2.6 Contoh barcode 128

2.5 Penggunaan Barcode


Bracode ada dimana – mana. Hampir semua jenis industri menggunakan
barcode, sehingga bisnis bisa untung. Berikut beberapa industri yang biasanya
menggunakan teknologi barcode.
a) Manufaktur
Banyak hal detail dalam operasional industri manufaktur yang perlu
awasi secara ketat. Karena sedikit saja kesalahan dalam komponen, semisal
masalah stok barang, bisa menyebabkan inefisiensi dalam lingkungan
manufaktur. Dalam hal ini, Barcode sering digabungkan dengan system MRP
[Manufacturing Requirements Planning], agar bisnis memiliki data yang akurat
terutama dalam system kerja di pergudangan.
b) Pergudangan
Siapapun yang menghandle pergudangan seharusnya menggunakan
barcode. Bayangkan saja, kalau anda harus mendata seluruh produk anda
secara manual. Kapan selesainya?
c) Jasa Distribusi
Jika perusahaan anda secara konsisten menge-cek barang yang
masuk dan keluar, sudah seharusnys anda menggunakan barcode. Dijamin
lebih cepat dan akurat, untuk mengetahui seberapa efisien, stok barang yang
anda punyai pada suatu waktu.
d) Ritel
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ketika seorang kasir
biasa melakukan pengecekan secara manual dengan mengetik setiap harga
barang. Bayangkan kalau setiap pebisnis ritel melakukan hal yang sama.
Peluang membuat kesalahan tentunya akan sangat besar. Mereka akan
bangkrut karena kurang teliti dan kurang akurat. Sekarang ini semuanya
menuntut efisiensi. Yakni efisiensi yang diciptakan dengan memanfaatkan
barcode.
e) Transportasi
Apa yang muncul dalam pikiran anda, ketika bicara tentang
pengiriman paket tepat waktu? Jawabannya tentu Fedex atau UPS. Kedua
perusahaan tersebut sedang merajai bisnis pengiriman paket, Karena mereka
membuat system pengangkutan barang yang efektif. Kunci utama
keberhasilan Fedex dan UPS terletak pada pemanfaatan teknologi Barcode.
Lihat saja ketika mereka memasukkan data pada Portable Data Collectors,
mereka berkomunikasi melalui system database secara tepat waktu.
Masih banyak industri lain yang menggunakan barcode, tidak terbatas pada
Industri Konstruksi, Kesehatan ataupun Toko Video saja, tapi juga Kartu
Identitas, Absensi, Manajemen Dokumen dan lain – lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pada tahun 1932, Wallace Flint membuat sistem pemeriksaan barang di


perusahaan retail. Kemudian Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland, lulusan
Drexel patent application , bergabung untuk mencari solusi. Woodland
mengusulkan tinta yang sensitif terhadap sinar ultraviolet. Sejak dikenalkan di
tahun 1966, sejalan dengan perkembanganya, hampir semua produk saat ini telah
dilabeli barcode. Simbologi barcode 1D termasuk di dalamnya jenis UPC, 128 dan
39. Hampir semua jenis industri menggunakan barcode, contoh kegunaanya yaitu ;
manufaktur, pergudangan, jasa distribusi, ritel, dan transportasi.
Daftar Pustaka

Abdul Kadir. 2003. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan

PHP, Yogyakarta: Andi.

http://blue-guardian.blogspot.com/2007/09/tentang-barcode.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Barcode. 23 September 2013

http://eprins.ums.ac.id/3/1/emitor_ARR_Teknologi Penkodean Barcode


UPC_EAN. 23 September 2013.

Anda mungkin juga menyukai