Tujuan Instruksional:
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menghitung massa molekul relatif suatu senyawa
2. Menerapkan konsep mol untuk menghitung jumlah zat dalam suatu reaksi kimia
3. Menghitung persen komposisi
4. Menentukan rumus empiris dan rumus molekul
5. Menyetarakan suatu persamaan reaksi
6. Menjelaskan perbedaan reaksi-reaksi kimia.
7. Menghitung laju reaksi kimia
Pendahuluan
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheion yang berarti unsur dan
metrein yang berarti mengukur. Jadi stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur yang
meliputi partikel-partikel, seperti atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam
unsur atau senyawa dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara menimbang
dan menghitung spesi-spesi kimia. Dengan kata lain, stoikiometri mengkaji tentang
hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia.
A. Senyawa dan Rumus Kimia
1. Massa Atom Reatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)
Massa atom relatif ditentukan dengan teliti dengan menggunakan metoda
spektrometri massa, yaitu dengan menentukan kelimpahan isotop maupun massa isotop.
Massa atom relatif dapat dihitung berdasarkan kedua data tersebut. Misalnya, galium
mempunyai isotop Ga-69 dan Ga-71 dengan kelimpahan masing-masing 60% dan 40%,
maka massa atom relatif unsur galium adalah 69% x 60 + 71% x 40 =
69,9. Massa
atom tersebut merupakan massa atom relatif karena massa atom yang diperoleh
dibandingkan terhadap massa atom standar C-12, yaitu seperduabelas massa satu atom C12 yang disebut 1 sma (satuan massa atom).
Massa satu molekul senyawa merupakan jumlah massa atom-atom yang menyusun
molekul senyawa. Misalnya, massa molekul glukosa, C6H12O6 mempunyai massa molekul
relatif (Mr) = 6 x Ar C + 12 x Ar H + 6 x Ar O.
2. Konsep Mol
Dalam mempelajari ilmu kimia perlu mengetahui suatu kuantitas yang berkaitan
dengan jumlah atom, ion atau elektron dalam suatu zat. Satuan jumlah zat dalam sistem
internasional disebut mol. Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang mengandung
sejumlah besaran elementer (atom, molekul, dsb.) sebanyak atom yang terdapat dalam 12
gram tepat isotop C-12. Jumlah besaran elementer ini disebut tetapan Avogadro dengan
lambang L (dahulu N). Harga L ditentukan secara eksperimen dan sesuai dengan C-12
untuk massa atom relatif adalah
L = 6,023 x 1023 mol-1
Sesuai dengan definisi tersebut, tetapan Avogadro menyatakan jumlah atom karbon yang
terdapat dalam 12 gram isotop C-12. Jadi, setiap satu besi mengandung 6,023 x 10 23 atom
besi. Untuk molekul diatomik, X2, satu mol zat-zat ini menyatakan L molekul.
Secara matematik, definisi mol dapat dinyatakan sebagai berikut:
Jumlah partikel = mol x 6.023 x1023
Mol = massa suatu zat (gram) dibagi dengan massa atom (untuk unsur ) atau
massa molekul (untuk senyawa).
3. Persen Komposisi
Persen komposisi menyatakan persentase setiap unsur yang menyusun
suatu
senyawa. Persentase komposisi dapat dihitung dari rumus senyawa dan massa atom
relatif unsur-unsur penyusun senyawa.
Jumlah atom x massa atom relatif
% unsur =
x 100
massa molekul relatif
b. Rumus Molekul
Rumus molekul menyatakan jumlah mol (bukan hanya perbandingan) setiap jenis
atom dalam 1 mol molekul senyawa. Rumus molekul merupakan rumus yang sebenarnya
dari suatu senyawa. Data yang diperlukan untuk menentukan rumus molekul adalah data
rumus empiris dam massa molekul relatif senyawa. Untuk menentukan rumus molekul
harus diketahui rumus empiris dan massa molekul relatif suatu senyawa. Oleh karena itu,
ada tiga langkah yang diperlukan untuk menentukan rumus molekul, yaitu:
1. Menentukan rumus empiris senyawa
2. Menentukan massa atom relatif senyawa
3. Menghitung jumlah atom unsur-unsur penyusun (n), yaitu dengan membandingkan
massa molekul relatif dengan jumlah massa atom relatif unsur-unsur dalam rumus
empiris.
Misalnya, suatu senyawa mempunyai rumus empiris CH 2O dengan massa molekul relatif
180, maka rumus molekul tersebut dapat ditentukan,
3H2
2NH3
Cl2
FeCl2
AgNO3
AgCl
NaNO3
NaOH
NaCl +
H2O
HI
HCl
I2
Mg (s)
Cl2(g)
Semua jenis reaksi di atas terjadi di dalam tubuh kita baik dalam keadaan istrahat
atau sedang melakukan aktivitas fisik. Berkaitan dengan produksi energi, reaksi yang
paling dikenal adalah reaksi pembakaran atau reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi dalam
tubuh umumnya berlangsung dengan melibatkan oksigen sebagai oksidator.
Pada mulanya reaksi redoks ditandai dengan keterlibatan oksigen dalam suatu
reaksi, seperti pada reaksi pembakaran. Suatu zat yang bereaksi dengan oksigen atau
mengikat oksigen disebut mengalami reaksi oksidasi. Sebaliknya, setiap zat yang
melepaskan oksigen disebut mengalami reaksi reduksi. Meskipun pendapat ini tidak salah
tetapi dalam perkembangan selanjutnya, ternyata reaksi oksidasi tidak hanya menyangkut
reaksi suatu zat dengan oksigen.
Reaksi redoks ditandai dengan perubahan bilangan oksidasi zat-zat yang terlibat
dalam reaksi.. Setiap reaksi oksidasi selalu disertai dengan reaksi reduksi. Hal ini dapat
dipahami melalui pelepasan elektron oleh zat yang mengalami oksidasi dan diterima oleh
zat lain yang mengalami reduksi. Zat yang mengalami reaksi oksidasi mengandung unsur
yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan zat yang mengalami reduksi
mengandung unsur yang bilangan oksidasinya berkurang.
Dalam tubuh, proses oksidasi memegang peranan yang sangat penting. Tubuh
memperoleh energi untuk melakukan berbagai aktivitas hidup dari hasil oksidasi bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Jika proses ini mengalami gangguan maka
aktivitas tubuh juga menjadi ikut terganggu. Pada tingkat yang lebih ekstrim dapat
mengakibatkan berakhirnya aktivitas hidup makhluk hidup.
2. Penyetaraan Persamaan Reaksi
Dalam reaksi kimia tidak terjadi pembentukan atom-atom baru atau penghancuran
atom-atom, melainkan rekombinasi atom-atom. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalam
massa. Oleh sebab itu, persamaan reaksi harus disetarakan agar memenuhi hukum
kekekalan massa. Suatu reaksi dikatakan setara jika jenis dan jumlah atom serta muatan
pada ruas kiri dan kanan persamaan reaksi sama.
Pada reaksi sederhana, penyetaraan reaksi dapat dilakukan seperti pada langkahlangkah berikut: (1) tulis persamaan reaksi yang belum setara dengan menggunakan
rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi, (2) periksa jumlah atom di ruas kiri dan ruas kanan
tanda panah. Jika belum sama, tambahkan koefisien (angka) disamping kiri suatu spesi
atau zat sedemikian sehingga jumlah atom di rus kiri dan kanan menjadi sama, (koefisien
reaksi harus dibuat dalam bilangan bulat terkecil
Soal: Setarakan persamaan reaksi:
C8H18 +
O2
CO2
H2O
kerangka setengah reaksi dengan mengalikan setengah reaksi dengan bilangan tertentu
dan (3) menjumlahkan kedua setengah reaksi yang telah seimbang.
Contoh: Setarakan reaksi redoks berikut dengan cara setengah reaksi:
Cr2O72- + H2SO3
Cr3+ +
HSO4-
2 vol
O2
1 vol.
2 vol.
Koefisien-koefisien reaksi yang sudah setara menunjukkan jumlah volume zat tersebut
yang terlibat dalam reaksi. Untuk semua gas dapat menggunakan semua macam satuan
volume asalkan memakai satuan volume yang seragam.
Contoh: Hitung volume oksigen yang diperlukan untuk membakar 150 L gas H 2S sesuai
persamaan reaksi berikut:
2H2S(g)
3O2 (g)
2H2O (g)
2SO2(g)
jika semua gas diukur pada temperatur dan tekanan yang sama. Hitung pula volume SO2
yang terbentuk!
Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang mempunyai volume sama
mengandung jumlah molekul yang sama. Ungkapan ini dikenal dengan hukum Avogadro.
Berdasarkan hukum Avogadro, maka pada suhu dan tekanan yang sama, 2n molekul H 2S
bereaksi dengan 3n molekul O2 menghasilkan 2n molekul H2O dan 2n molekul SO2. Oleh
karena bila jumlah molekul dikalikan dengan bilangan Avogadro akan diperoleh mol,
maka gas-gas yang mempunyai volume yang sama akan mempunyai jumlah mol yang
sama.
Berdasarakan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro, maka volume dan mol
gas yang terlibat dalam suatu reaksi dapat dihitung jika salah satu volume atau mol gas
yang terlibat dalam reaksi diketahui. Jika reaksi gas-gas berlangsung pada keadaan STP
(00C dan 1 atm), maka volume gas = mol x 22,4 liter.
Soal: Hitung volume gas oksigen yang diperlukan untuk membakar 2 liter gas asetilena.
Hitung pula volume gas CO2 yang terbentuk pada pembakaran 3 liter gas asetilena!
4. Laju Reaksi
Konsep laju reaksi berawal dari adanya fakta bahwa ada reaksi kimia yang
berlangsung
menghasilkan uap air dan adapula reaksi yang berlangsung sangat lambat, seperti proses
perkaratan besi. Proses reaksi yang berlangsung dengan waktu yang relatif singkat
dikatakan
berlangsung dal;am waktu yang relatif lama, dikatakan mempunyai laju reaksi kecil
(lambat).
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan (pengurangan konsentrasi pereaksi
atau pembentukan hasil reaksi) per satuan waktu. Pada reaksi,
2A + B
4C,
A
V= -
B
= -
C
=+
t
Perbandingan laju reaksi sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi. Jadi, laju
pengurangan A dibandingkan dengan laju pengurangan B dan laju pembentukan C adalah
2 : 1 : 4. Sedangkan hukum laju dapat dinyatakan sebagai,
V = k Ax By
dimana, k = tetapan laju, A= konsentrasi A, B=knsentrasi B, x dan y masing-masing
orde reaksi terhadap A dan B. Orde total reaksi = x + y.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut:
1) Konsentrasi, makin besar konsentrasi, makin besar laju reaksi. Hal ini disebabkan
oleh semakin besarnya kemungkinan terjadinya tumbukan antara partikel-partikel
pereaksi. Pengaruh konsentrasi dapat dilihat pada data percobaan berikut:
Perc.
(NO)
(H2)
Laju reaksi
0,20
0,50
1,0
0,40
0,50
4,0
0,80
0,50
16,0
0,40
0,75
6,0
0,40
1,00
8,0
10
T0C
Perc.
HCl (2M)
(mL)
Na2SO3 0,1M
waktu (s)
(mL)
27
10
20
36
37
10
20
19
47
10
20
Untuk reaksi dengan biokatalis, seperti enzim, kenaikan suhu akan menaikkan laju
reaksi hingga tercapainya suhu optimum. Kenaikan suhu setelah suhu optimum akan
menurunkan laju reaksi.
3) Luas permukaan.
Semakin besar luas permukaan suatu zat pereaksi semakin besar pula laju reaksi.
Hal ini karena semakin besarnya luas bidang sentuh reaksi. Jadi, reaksi yang melibatkan
pereaksi dalam bentuk serbuk, laju reaksinya lebih besar daripada reaksi yang melibatkan
pereaksi dalam bentuk kepingan.
4) Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi tetapi tidak ikut
bereaksi karena pada akhir reaksi, katalis diperoleh kembali. Peranan katalis untuk
mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energiaktivasi molekul-molekul pereaksi.
energi
aktivasi adalah energi yang diperlukan agar suatu reaksi dapat berlangsung.
Enzim merupakan biokatalis yang berperan penting dalam reaksi-reaksi kimia sel hidup.
Enzim sangat peka terhadap suhu (ada suhu optimum), pH (hanya bekerja pada pH
tertentu), dan bekerja sangat spesifik, yaitu untuk reaksi tertentu.
Menurut teori adsorpsi, ada beberapa tahap reaksi yang melibatkan katalis, yaitu;
(1) molekul pereaksi bertabrakan dengan permukaan katalis, (2) molekul teradsorbsi pada
permukaan katalis, (3) terjadi reaksi-reaksi molekul teradsorbsi yang berdekatan, dan (4)
11
cC
k2
G =
G = G0
[C]c
+ RT ln -----------[A]a [B]b
+ RT ln K (K = tetapan kesetimbangan)
12
2HI.
4) Pengaruh Katalis
Katalis dapat mempercepat baik laju reaksi maju maupun laju reaksi balik.
Dengan adanya katalis, keadaan kesetimbangan lebih cepat dicapai dibanding reaksi
tanpa katalis. Jadi, katalis hanya dapat mempercepat tercapainya keadaan setimbang
suatu reaksi tetapi tidak dapat mengubah konsentrasi dalam kesetimbangan.
13
Soal-soal Latihan:
1. Hitung massa molekul relatif senyawa-senyawa berikut:
a. HNO3
b. CaCl2
c. Ca3(PO4)2
2. Hitung jumlah gram dalam satu mol dari masing-masing zat berikut:
a. glukosa (C6H12O6)
b. NaCl
c. Gula tebu (C12O22O11)
3. Hitung berapa mol Ba dan Cl yang terkandung dalam 107 gram Ba(ClO3)2.H2O
4. Suatu air minum yang disediakan dengan pipa mengandung 0,1 ppb kloroform,
CHCl3. Berapa jumlah molekul kloroform yang dikandung dalam tetes air sebanyak
0,05 liter?
5. Tentukan rumus empiris zat-zat yang mempunyai komposisi persen sebagai berikut:
a.
Fe = 63,53%, S = 36,47%
b.
Fe = 46,55%, S = 53,45%
15O2
10CO2
+ 12 H2O.
a. Hitung berapa mol O2 yang diperlukan untuk pembakaran 1 mol alkohol tersebut!
b. Berapa mol H2O yang terbentuk untuk setiap mol O2 yang terpakai!
c. Berapa gram CO2 yang dihasilkan untuk setiap gram amilalkohol yang dibakar?
9. Suatu senyawa mempunyai komposisi persen Na = 19,3%, S = 26,9%, dan O =
53,8%. Jika diketahui bahwa bobot molekulnya 328, tentukan rumus molekul
senyawa tersebut!
14
ENERGETIKA KIMIA
Tujuan Instruksional:
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perbedaan antara sistem dan lingkungan
2. Menjelaskan pengertian energi dalam, kalor dan kerja
3. Menerapkan hukum I dan II termodinamika dalam reaksi-reaksi kimia
4. Menghitung kalor reaksi
5. Menghitung energi bebas suatu reaksi
Energetika kimia atau termodinamika kimia mempelajari tentang perubahanperubahan energi dalam suatu sistem jika di dalam sistem itu terjadi proses atau reaksi
kimia. Termodinamika didasarkan pada 2 postulat, yaitu hukum I termodinamika tentang
pertukaran energi . dan hukum II termodinamika tentang arah pertukaran energi .
1. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah sejumlah zat yang dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan lingkungan
adalah segala sesuatu di luar sistem. Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi
pertukaran baik
macam sistem, yaitu (1) sistem tersekat, yaitu antara sistem dan lingkungan tidak terjadi
pertukaran baik energi maupun materi, seperti termos, (2) sistem tertutup, yaitu antara
sistem dan lingkungan hanya terjadi pertukaran energi dan (3) sistem terbuka, yaitu
antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran baik energi maupun materi, seperti
sejumlah zat dalam gelas kimia.
Keadaan sistem ditentukan oleh sejumlah parameter, yaitu suhu, tekanan, volume,
massa dan konsentrasi yang dihubungkan melalui persamaan keadaan. Sifat sistem yang
hanya bergantung pada keadaan sistem tetapi tidak pada bagaimana keadaan itu tercapai
disebut fungsi keadaan. Fungsi keadaan yang penting adalah volume, tekanan, suhu,
energi dalam, entalpi, entropi dan energi bebas.
15
16
O2
C(g)
O2
CO2(g)
CO2(g)
H = ?
H = -393,5 kJ
CO(g) +
O2
CO2(g)
H = -283,0 kJ
C(s)
O2
CO(g)
H = -110,5 kJ
Pada contoh di atas tampak bahwa pembakran karbon ada yang berlangung dalam satu
tahap, yaitu langsung membentuk CO2 (pembakaran sempurna). Tetapi adapula yang
menghasilkan CO selanjutnya CO berreaksi dengan oksigen menghasilkan CO 2
(pembakaran tidak sempurna). Jika dibadingkan dengan proses pertama, maka proses
17
kedua ini berlangsung dalam dua tahap, tahap I pembentukan CO(g) dari C(s) dan tahap
dua adalah pembentukan CO2(g) dari CO(g).
(2) Perhitungan entalpi dengan menggunakan data entalpi pembentukan standar (Hf0).
Entalpi pembentukan standar adalah entalpi dalam reaksi pembentukan 1 mol senyawa
dari unsur-unsurnya dalam keadaan standar. Perubahan entalpi dapat dihitung dengan
cara, H0 reaksi = Hf0 (produk)
Hf0 (pereaksi)
Soal: Hitung perubahan entalpi reaksi pembentukan CaCO 3 dari CaO dan CO2 jika
diketahui Hf0 CaCO3 = 1206,9 kJ, Hf0 CaO = -635,1 kJ dan Hf0 CO2 = -393,5 kJ
3) Perkiraan entalpi reaksi dari energi ikatan. Metode ini hanya digunakan pada reaksi
gas dengan ikatan kovalen. Metode ini menganggap bahwa (a) semua ikatan dari suatu
jenis tertentu, misalnya C-H dalam CH4 adalah identik dan (b) energi ikatan dari ikatan
tertentu tidak bergantung pada senyawa dimana ikatan itu berada.
Dikenal 2 macam energi ikatan, yaitu : (1) energi
perubahan entalpi yang terjadi dalam proses pemutusan ikatan dalam molekul diatomik
atau dalam pemutusan ikatan tertentu dalam suatu senyawa. Misalnya, pemutusan ikatan
H-H dalam H2 disebut DH-H = 436,0 kJ dan pemutusan ikatan O-H dalam molekul H2O
disebut DHO-H = 497,9 kJ, (2) energi ikatan rata-rata, , yaitu energi ikatan rata-rata yang
diperlukan untuk memutuskan ikatan tertentu dalam semua senyawa yang mengandung
ikatan tersebut, misalnya ikatan C-H dalam molekul CH4. Dalam metode ini besarnya
entalpi reaksi dihitung dengan cara, Hr = energi ikatan pereaksi energi
ikatan
produk reaksi. Metode ini tidak terlampau teliti dan biasanya hanya digunakan bila cara
lain tidak ada. Hal ini disebabkan oleh adanya energi lain, seperti energi resonansi yang
juga harus diperhitungkan dalam perkiraan entalpi.
5. Hukum II Termodinamika
Hukum ini menerangkan arah proses spontan dan keterbatasan pengubahan kalor
menjadi kerja. Dalam bentuknya yang paling umum, hukum ini dirumuskan dalam suatu
besaran yang disebut entropi. Menurut hukum ini, semua proses spontan yang terjadi di
18
alam semesta selalu disertai dengan peningkatan entropi, S. Jika perubahan entropi alam
semesta adalah Sas maka setiap proses spontan berlaku Sas > 0. Oleh karena alam
semesta terdiri dari sistem dan lingkungan, maka S + Sl > 0 dimana S adalah
perubahan entropi sistem dan Sl adalah perubahan entropi lingkungan.
Entropi merupakan sifat suatu sistem yang mengukur ketidakteraturan sistem,
seperti tata susunan molekul dalam ruang dan distribusi energinya. Sistem yang serba
teratur mempunyai entropi rendah. Sebaliknya, sistem yang serba kacau mempunyai
entropi yang tinggi. Setiap proses (spontan) cenderung berlangsung ke arah tercapainya
ketidakteraturan sistem yang setinggi-tingginya. Jadi entropi dapat digunakan sebagai
kriteria kespontanan reaksi. Namun penggunaan entropi kurang praktis karena terbatas
pada proses atau reaksi dalam sistem tersekat. Pada sistem yang lain, perubahan entropi
lingkungan juga harus diperhitungkan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu besaran lain yang
lebih praktis sebagai kriteia kespontanan reaksi.
6. Fungsi Energi Bebas
Fungsi energi bebas merupakan fungsi keadaan baru yang sering disebut dengan
fungsi energi bebas Gibbs dengan lambang, G. Secara matematika, G = H TS.
Setiap reaksi spontan pada suhu dan tekanan tetap selalu disertai dengan penurunan
energi bebas sistem. Jika energi bebas mencapai nilai minimum, maka reaksi akan
mencapai keadaan setimbang, G = 0. Jadi reaksi-reaksi yang dikerjakan pada suhu dan
tekanan tetap berlaku, G
berguna maksimum yang dapat dihasilkan dalam suatu proses yang dikerjakan pada suhu
dan tekanan tetap.
perubahan energi bebas. Dalam oksidasi bahan makanan dalam sel, perubahan energi
bebas ditangkap dan disimpan dalam bentuk ikatan fosfat, ATP.
19
Soal-soal Latihan:
1. Jelaskan perbedaan antara sistem dengan lingkungan!
2. Jelaskan pengertian energi dalam, kalor dan kerja!
3. Hitung jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan 100 gram tembaga (c =
0,093 kal/gram/K) dari 10oC menjadi 100oC?
4. Hitunglah peruabahan entalpi reaksi :
CuSO4 (aq) + Zn( s)
5. Kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna 1 mol gas CH4 menjadi CO2 dan
H2O adalah 890 kJ. Tentukan entalpi pembentukan 1 mol gas metanan!
6. Hitung q, w, U, H, S dan G, jika 100 gram air dipanaskan dari 25 oC menjadi 85oC
pada tekanan 1 atm. Massa jenis air pada 25oC dan pada 85oC masing-masing adalah
0,997 dan 0,968 g/cm3. Kapasitas kalor rata-rata air = 4,2 JK-1g-1.
20
21
23
14) dan partikel netral yaitu netron dengan Mr = 1. Dengan penemuan ini, disimpulkan
bahwa elektron, proton dan netron merupakan partikel dasar materi. Penemuan partikelpartikel dasar atom dan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang fisika, seperti teori kuantum, penemuan keradioaktifan, efek fotolistrik melahirkan
berbagai spekulasi tentang model atom.
B. Model Atom
1. Model Atom Thomson
J.J. Thomson merupakan orang pertama yang berusaha membayangkan bentuk
atom dari sudut kelistrikan pada tahun 1904.
menyerupai agar-agar yang tersusun dari muatan listrik positif dan negatif. Muatan positif
menyebar merata dalam bulatan atom dan elektron terdapat diantara muatan-muatan
positif tersebut.
24
dijatuhkan pada lempeng emas yang sangat tipis diperoleh bahwa (1) sebagian besar dari
partikel-partikel alfa menembus lempeng dengan hanya sebagian kecil yang menglaami
penyimpangan dari arah semula, (2) hanya 1 dari 20.000 partikel sinar alfa yang
dipantulkan dengan sudut 900 atau lebih.
Berdasarkan informasi tersebut Rutherford menarik kesimpulan bahwa atom
terdiri dari suatu inti kecil (jari-jari sekitar 10-13 cm) dengan muatan listrik +Ze dan massa
atom terpusat pada inti atom. Sedangkan elektron-elektron sebanyak Z beredar
mengelilingi inti atom.
25
(n = 1, 2, 3, .
(4) Bila elektron bergerak dalam salah satu lintasan kuantumnya, maka elektron tidak
akan memancarkan energi. Eelektron dalam lintasan ini berada dalam keadaan
stasioner atau dalam tingkat energi tertentu.
(5) Bila elektron bergerak pindah dari tingkat energi E 1 ke tingkat energi E2 yang lebih
kecil dari E1 maka akan terjadi radiasi energi. Sebesar E 1 - E2 = h dimana =
frekuensi radiasi.
mengabsorbsi energi.
26
Teori atom Bohr dapat menerangkan gari-garis spektrum emisi dan absorbsi dari
atom hidrogen. Cahaya akan diserap atau dipancarkan pada frekuensi tertentu yang khas
sebagai akibat perpindahan elektron dari satu orbit ke orbit lain. Suatu atom yang berada
dalam keadaan stasioner mempunyai energi terrendah atau disebut tingkat dasar dengan
harga n = 1. Keadaan dimana n > 1 disebut keadaan tereksitasi. Atom hidrogen yang
berada dalam keadaan tereksitasi akan memancarkan cahaya ketika elektron kembali ke
keadaan dasar menghasilkan garis-garis spektrum. Perpindahan elektron dari orbit dengan
n > 1 ke orbit dengan n = 1 disebut deret Lyman. Perpindahan elektron dari orbit dengan
n > 2 ke orbit dengan n = 2 disebut deret Balmer. Perpindahan elektron dari orbit dengan
n > 3 ke orbit dengan n = 3 disebut deret Paschen. Perpindahan elektron dari orbit dengan
n > 4 ke orbit dengan n = 4 disebut deret Bracket. Perpindahan elektron dari orbit dengan
n > 5 ke orbit dengan n = 5 disebut deret Pfund.
C. Bilangan Kuantum dan Orbital
1.
Bilangan Kuantum
Posisi elektron dalam atom dikaitkan dengan empat bilangan kuantum yang
dalam orbit
(ii)
(iii)
(iv)
berlokasi. Namun tidak berarti bahwa semua elektron dalam satu kulit terdapat di tempat
yang sama dan memiliki energi yang sama.
27
28
29