TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar akan menyerang organ paru disebut
dengan TB paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lain disebut dengan TB
ekstraparu, seperti pleura, kelenjar getah bening (mediastinum dan/atau hilus),
abdomen, traktus genito urinarius, kulit, sendi, dan selaput otak.21,22
Penderita TB Paru kategori I adalah TB Paru yang tergolong dalam penderita
kasus baru dengan hasil pemeriksaan dahak pewarnaan langsung BTA positif (+) atau
BTA negatif (-) namun dengan lesi yang luas.22
Resistensi primer adalah strain Mycobacterium tuberculosis yang mengalami
resisten terhadap obat antituberkulosis dimana pasien yang tidak memiliki riwayat
pengobatan sebelumnya atau telah mendapat pengobatan antituberkulosis dengan
lamanya kurang dari 1 (satu) bulan.5,23,24
2.2. Epidemiologi
Kasus resistensi pada penderita TB yang belum mendapat pengobatan OAT
atau telah mendapat pengobatan OAT yang kurang dari satu bulan disebut dengan
resistensi primer (primary resistance/ resistance among new case). Pada resistensi ini
individu terpajan dengan M. tuberculosis yang resisten terhadap OAT.24 Penemuan
kasus resistensi pada penderita TB yang belum mempunyai riwayat mengkonsumsi
obat antituberkulosis (OAT) sering digunakan untuk mengevaluasi penularan terbaru
atau tertular galur kuman resisten. 6,25
Monoresisten
Poliresisten
TB-
MDR
Afrika
7.1
1.3
1.4
Amerika
9.7
2.1
1.1
9.9
2.5
0.4
8.4
1.1
0.9
Mediterania Timur
Eropa
Asia tenggara
19.8
4.0
1.3
Pasifik Barat
11.4
2.5
0.9
1.9
1.1
Rata-rata keseluruhan
10.2
yang telah gagal. Bila kegagalan ini terjadi karena kuman tuberkulosis telah resisten
pada paduan yang pertama maka penambahan satu jenis obat tersebut akan
menambah panjang daftar obat yang resisten; Organisasi program nasional TB yang
kurang baik.28,30
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya TB-MDR diantaranya:
pengobatan yang tidak memadai (monoterapi, kombinasi obat yang tidak tepat, dosis
sub optimal, lama terapi relatif singkat, keterlambatan diagnosis); Komunitas
(lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah, pendidikan dan pengetahuan
yang rendah); Genetika dan faktor lain kepatuhan berobat yang rendah, pertahanan
tubuh yang menurun, infeksi mikobakterium lain, infeksi HIV, penghambat patologis).31
Zhang dan kawan-kawan tahun 2009 menyatakan bahwa penderita TB dengan
diabetes mellitus (DM) memiliki proporsi yang lebih tinggi secara bermakna akan
kejadian TB-MDR bila dibandingkan dengan penderita TB yang tidak menderita DM.
Selanjutnya, proposi yang tinggi ini terdapat kontrol pengobatan diabetes yang buruk.32
2.3. Patogenesis
Lima celah penyebab terjadinya TB-MDR (SPIGOTS): 1. Pemberian terapi
TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutants resisten. Hal ini amat ditakuti
karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama; 2. Masa infeksius yang terlalu
panjang akibat keterlambatan diagnosis akan menyebabkan penyebaran galur resitensi
obat. Penyebaran ini tidak hanya pada pasien di rumah sakit tetapi juga pada petugas
rumah sakit, asrama, penjara dan keluarga pasien; 3. Pasien dengan TB-MDR diterapi
dengan OAT jangka pendek akan tidak sembuh dan akan menyebarkan kuman.
Pengobatan TB-MDR sulit diobati serta memerlukan pengobatan jangka panjang
dengan biaya mahal; 4. Pasien dengan OAT yang resisten yang mendapat pengobatan
jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah banyak OAT yang
resisten (The amplifier effect). Hal ini menyebabkan seleksi mutasi resisten karena
penambahan obat yang tidak multipel dan tidak efektif; 5. HIV akan mempercepat
INH adalah menghambat sintesis asam mikolat dinding sel melalui jalur yang
tergantung dengan oksigen seperti reaksi katalase-peroksidase. INH adalah obat
bakteriostatik pada bakteri yang istirahat dan baktersida pada organism yang
bermultiplikasi cepat, baik pada ekstraseluler dan intraseluler.31, 35
Lokasi molekul dari resistensi INH telah terungkap. Sebagian besar galur yang
resisten INH memiliki perubahan asam amino pada gen katalase-peroksidase (katG)
atau promoter lokus dua gen yang dikenal dengan inhA. Produksi berlebih dari gen
inhA menimbulkan resistensi INH tingkat rendah dan resistensi silang Etionamida.
Sedangkan mutan gen katG menimbulkan resistensi INH tingkat tinggi dan sering
tidak menimbulkan resistensi silang dengan Etionamida. Mutasi missense atau delesi
katG juga dihubungkan dengan penurunan aktifitas katalase dan peroksidase.33 ,34, 35
gen
embB
arabinosiltransferase.
yang
merupakan
gen
Arabinosiltransferase
yang
terlibat
mengkodekan
dalam
untuk
reaksi
enzim
polimerasi
akibat mutasi yang menyebabkan ekspresi berlebih produksi dari gen emb atau gen
embB. Mutasi gen embB telah ditemukan pada 70% galur yang resisten dan melibatkan
pergantian posisi (replacements ) asam amino 306 atau 406 pada 90 % kasus.
Resistensi segera timbul bila obat diberika secara tunggal.33,34,35
konsentrasi dalam plasma berkisar 2060 g/mL 1-2 jam setelah dikonsumsi dari dosis
harian dewasa yang direkomendasikan 1530 mg/kgBB (maksimum 2 g / hari). Obat
didistribusikan ke seluruh tubuh dengan baik termasuk cairan otak hingga mencapai
50100% kadar dalam serum.33,34
Resistensi terhadap Pirazinamid dihubungkan dengan kehilangan aktiviti
pirazinamidase sehingga pirazinamid tidak lagi dikonversikan menjadi asam
pirazinoat. Resistensi ini dihubungkan dengan terjadinya mutasi pada gen pncA yang
menyandikan enzim pyrazinamidase. Resistensi Pirazinamid terjadi karena gangguan
ambilan Pirazinamid atau mutasi pada gen pncA yang mengganggu konversi
Pirazinamid menjadi bentuk aktifnya Asam Pirazinoat.33,34,35
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.25
Pada pemeriksaan jasmani TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas yang
mengenai struktur paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di apeks paru daerah
lobus superior dan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior. Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pada pleuritis TB, kelainan pemeriksaan fisik tergantung jumlah cairan di rongga
pleura. Pada perkusi akan ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis
tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher,
kadang-kadang di daerah ketiak.25
Pasien yang dicurigai kemungkinan TB-MDR adalah sebagai berikut: Kasus TB
paru kronik; pasien TB paru gagal pengobatan kategori 2; pasien TB yang pernah diobati
TB termasuk OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin; pasien TB paru yang gagal
pengobatan kategori 1; pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan dengan kategori 1; TB paru kasus kambuh; pasien TB yang kembali setelah
lalai/default pada pengobatan kategori 1 dan atau kategori 2; suspek TB dengan keluhan,
yang tinggal dekat dengan pasien TB-MDR konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang
bertugas dibangsal TB-MDR. Deteksi awal TB-MDR dan memulai terapi sedini
api spiritus; air yang mengalir berupa air ledeng atau botol pipet berisi air; dan
beberapa rak cadangan.38
Pewarnaan sediaan yang telah difiksasi, maksimum 12 slide, harus ada jarak
diatara sediaan untuk mencegah kontaminasi. Cara Pewarnaan : Sediaan dahak yang
telah difiksasi diletakkan pada rak dengan hapusan dahak menghadap ke atas,
kemudian diteteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada hapusan dahak sampai
menutupi seluruh permukaan sediaan dahak. Panaskan dengan nyala api spiritus
sampai keluar uap selama 3-5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering.
Apabila mendidih atau kering maka carbol fuchsin akan terbentuk kristal (partikel
kecil) yang dapat terlihat seperti kuman TB. Api spiritus disingkirkan, kemudian
sediaan diamkan selama 5 menit. Lalu sediaan dibilas dengan air mengalir pelan
sampai zat warna yang bebas terbuang. Sediaan diteteskan dengan asam alkohol (HCl
Alcohol 3%) sampai warna merah Fuchsin hilang. Kemudian dibilas dengan air
mengalir pelan. Larutan Methylen blue 0,3 % diteteskan pada sediaan sampai menutupi
seluruh permukaan. Sediaan didiamkan 10 20 detik. Sediaan dibilas dengan air
mengalir pelan. Sediaan dikeringkan diatas rak pengering di udara terbuka
(jangan dibawah sinar matahari langsung. 39,40
pemeriksaan
mikroskopis
dibacakan
dengan
skala
IUATLD
(International Union Against Tuberculosis and Lung Disease), yaitu: Tidak ditemukan
BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif; Ditemukan 19 BTA dalam 100
lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan Scanty; Ditemukan 10-99 BTA
dalam 100 lapang pandang disebut + (1+); Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang
pandang, disebut + + (2+); Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut + +
+ (3+). 22, 25
dilakukan subkultur untuk tiap jenis koloni dan diamati hal-hal tersebut diatas.
Pewarnaan BTA dengan Ziehl Neelsen. Meyakinkan tidak ada pencemaran. Kecepatan
pertumbuhan. Rapid grower akan tumbuh dalam 7 hari atau kurang, sedangkan slow
grower akan tumbuh setelah 7 hari (tidak selalu jelas batasnya); Pencahayaan
Mikobakterium yang termasuk photokromogen akan menghasilkan pigmen jika
dipaparkan cahaya. Namun pigmen hanya optimal jika koloni kuman terpisah. Jika
pertumbuhannya sangat padat, pigmen tak akan muncul;
sebagai berikut: kasar, kering, rapuh, tengah bertumpuk dengan tepi berjejas tipis;
kadang-kadang tipis dan menyebar. Hari tumbuh 12 28 hari dan tidak berpigmen
baik pada tempat yang terang maupun gelap (buff).36
Spesimen
Pewarnaan BTA
Inokulasi
Inkubasi
Koloni tersangka
Subkultur
Rapid grower
Uji Identifikasi
M. tuberculosis
BukanM. tuberculosis
Uji Resistensi
Kirim ke Lab Rujukan
Bukan TB
- MDR
MDR
Diagram2
36
. Alur kerja Identifikasi Rutin
4+
3+
2+
20 100 koloni
1+
1 19 koloni
jumlah koloni
negatif
teramati pada media tanpa obat pada pengenceran 10-5 atau pada media dengan obat
pada pengenceran 10-3. Idealnya jumlah koloni antara 50 100 terdapat pada salah satu
pengenceran yang ditanam pada media tanpa obat. Hindari pendugaan jumlah koloni
pada permukaan media, kecuali sangat padat. Jika jumlah koloni pada pengenceran 10 5
lebih dari 100, uji harus diulang. Hasil perhitungan koloni layak dikonversi sensitif
atau resisten jika : jumlah koloni pada media tanpa obat pada pengenceran 10 -3 dan 10-5
adalah logis; adanya permukaan media dengan koloni yang dapat dihitung tepat;
jumlah koloni minimal pada media tanpa obat adalah 5. Jika jumlahnya kurang dari itu,
hasil tidak boleh disimpulkan. Untuk media bebas obat pilih jumlah koloni
berdasarkan prioritas sebagai berikut: a). 20 100 koloni, jika tidak ada pilih yang ke
2. b). 5 19 koloni; untuk perhitungan pakai jumlah koloni tertinggi.36
Pencatatan
4+ (konfluen)
3+(hampir konfluen)
2+
20 100 koloni
1 19 koloni
negatif
x 100
Jumlah koloni pada media yang bebas obat
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan kasus resistensi sangat mahal, lebih toksisk, kurang efektif pada infeksi
laten sehingga sering mengalami kegagalan. Oleh karena itu, strategi dalam program
pengendalian resistensi TB harus ditekankan pada pentingnya pencegahan
transmisi galur resisten.30,42
TB-MDR terjadi bila strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap
Isoniazid dan Rifampisin yang merupakan dua obat yang paling kuat dari lini pertama.
Pada pengobatan MDR, petugas kesehatan harus mengubah kombinasi obat dengan
menambahkan lini kedua. Obat lini kedua memiliki lebih banyak efek samping, praktis
pengobatan lebih lama, dan biaya mungkin 100 kali lebih besar dibandingkan terapi
lini pertama. TB jenis MDR juga dapat tumbuh resisten terhadap obat lini kedua yang
akan lebih menyulitkan pengobatan lagi.43
Pengobatan TB-MDR memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 18-24 bulan.
Terdiri atas dua tahap: tahap awal dan tahap lanjutan. Pedoman WHO membagi
pengobatan TB-MDR menjadi lima group berdasarkan potensi dan efikasinya.
Klasifikasi OAT yang dipergunakan dalam pengobatan TB-MDR dibagi dalam 5
kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya, yaitu: Kelompok Pertama: Pirazinamid
dan Etambutol, paling efektif dan ditoleransi dengan baik; Kelompok Kedua: injeksi
Kanamisin atau Amikasin, jika alergi diganti dengan Kapreomisin atau Viomisin, yang
bersifat bakterisidal; Kelompok Ketiga: Fluoroquinolone, diantaranya: Levofloksasin,
Moksifloksasin, Ofloksasin, yang bersifat bakterisidal tinggi; Kelompok Keempat:
PAS, Etionamid, Protionamid dan Sikloserin, merupakan bakteriostatik lini kedua;
Kelompok Kelima: Amoksisilin+Asam Klavulanat,
Makrolide baru (Klaritromisin), dan Linezolid, masih belum jelas efikasinya.24,44,45
Strategi DOTS-plus
data
bertanggung jawab.
pencatatan
dan