Disusun Oleh :
DINNI NURUL KURNIA ILAHI
125070207131005
KELOMPOK 20
DIABETES MELITUS
1. Pengertian
Diabtes Melitus [DM] merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya
komplikasi makrovaskuler dan neurologis (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2008:69). Brunner
and Suddarth (2002) mendefinisikan DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada DM terdapat
penurunan dalam kemampuan untuk berespons terhadap insulin dan atau penurunan atau
pankreas sama sekali tidak memproduksi insulin.
Slamet Suyono (2009) menyatakan DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang dilatar belakangi oleh resistensi insulin.
Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan berbagai
komplikasi metabolic seperti ketoasidosis (KAD) dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
mnon-ketotik (HHNK). Hiperglikemi jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi
mikrovaskuler yang kronis pada ginjal, mata, saraf, dan komplikasi makrovaskuler seperti
miokard infark, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.
Pada orang normal, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan
berfungsi dengan baik. Energi pada manusia berasal dari bahan makanan kita sehari hari
seperti karbohidrat [gula dan tepung-tepungan], protein [asam amino], dan lemak [asam
lemak]. Pengolahannya dimulai dari mulut, lambung, dan usus. Di dalam saluran
pencernaan bahan tersebut dipecah menjadi glukosa, asam amino (protein), dan asam
lemak (lemak). Kemudian ke 3 zat tersebut diserap oleh usus dan masuk ke pembuluh
darah serta diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan oleh seluruh organ-organ sebagai
bahan bakar. Di dalam sel terjadi proses metabolisme, terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yang akhirnya menghasilkan energi. Dalam proses metabolisme,
insulin memegang peranan penting untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, selanjutnya
dapat dipakai sebagai bahan bakar.
Insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (pulau-pulau
Langerhans), yang sangat berperan di dalam mengatur glukosa darah. Insulin diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, selanjutnya
di dalam sel glukosa dimetabolisme untuk menghasilkan energi. Bila insulin tidak ada [DM
Tipe 1] atau bila insulin kerjanya tidak baik seperti dalam keadaan resistensi insulin [DM
Tipe 2], maka glukosa tidak dapat masuk seldengan akibat glukosa tetap di dalam pembuluh
darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan
akan jadi lemah karena tidak ada sumber energi di dalam sel.
Pada gambar 1 dalam keadaan normal, tampak insulin cukup dan sensitif, insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot, kemudian
membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar menjadi
energi/tenaga. Akibatnya glukosa dalam darah normal.
Gambar 1
Insulin sensitif [normal]
Pada gambar 2, pada diabetes, didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinnya tidak baik [resistensi insulin], meskipun insulin ada dan reseptor
juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri maka pintu sel tetap tidak dapat
terbuka [tetap tertutup] hingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel untuk dibakar
[dimetabolisme]. Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel sehingga kadar glukosa dalam
darah meningkat.
Gambar 2
Resistensi Insulin [DM Tipe2]
2. Klasifikasi
DM Tipe 1
DM Tipe 2
1. Autoimun
2. Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin
Tipe lain
a.
3. Etiologi
DM Tipe 1
Pada DM Tipe 1 insulin tidak ada disebabkan oleh karena pada jenis ini ada reaksi
autoimun.Pada individu yang rentan terhadap diabetes tipe 1, terdapat adanya ICA
[Islet Cell Antibody] meningkat kadarny oleh karena beberapa faktor pencetus seperti
infeksi virus [diantaranya virus cocksakie, rubela, MCV, herpes, dan lain-lain] hingga
timbul peradangan pada sel beta [insulitis] yang akhirnya akan menyebabkan
kerusak permanen sel beta. Yang diserang oleh insulitis hanya sel beta, sel alfa dan
sel delta biasanya masih utuh.Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi
insulin. Pada studi populasi ditemukan adanya hubungan antara DM tipe1 dengan
Human Leucocyte Antigen [HLA].
b. DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan hepatic
glocosa production [HGP], dan penurunan fungsi sel beta, yang akhirnya akan
menuju kesrusakan total sel beta.
penurunan fungsi sel beta itu berlangsung progresif sampai akhirnya sama sekali
tidak bisa mensekresi insulin. Kadar glukosa darah makin meningkat.
beta.
Lipotoksisitas adalah peningkatanm asam lemakbebas yang berasal dari
jaringan adipose dalam proses lipolisis akan mengalami proses metabolisme nonoksidatif menjadi ceramideyang toksik terhadap sel beta sehingga terjadi
apoptosis. Deposit /Penumpukan Amiloid. Pada keadaan RI kerja insulin dihambat
hingga kadar glukosa darah akan meningkat, karenaya sel beta akan berusaha
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin, sehingga terjadi
hiperinsulinemia. Peningkatan ini disertai juga dengan peningkatan sekresi amylin
dari sel beta yang akan ditumpuk di sekitar sel beta hingga menjadi jaringan
amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri hingga akhirnya jumlah sel beta
dalam pulau Langerhans berkurang. Pada DM Tipe 2 jumlah sel beta berkurang
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien DM adalah :
a. Poliuria. Karena sifatnya , kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang yang sering dan dalam jumlah yang banyak akan
sangat mengganggu pasien, terutama pada waktu malam hari.
b. Polidipsi. Akibat volume urie yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusin keluar sel mengikuti gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik [sangat pekat]. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
ADH [Anti Diuretic Hormone] dan menimbulkan haus. Rasa haus amat sering dialami
oleh pasien karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru
sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus adalah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu pasien minum banyak.
c. Polifagia. Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolismekan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, pasien selalu merasa
lapar.
d. Penurunan BB dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu
relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olag raga juga mencolok. Hal ini
disebabkan karena glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel, sehingga
sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya pasien kehilangan jarinfgan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
e. Gangguan saraf tepi / kesemutan. Pasien mengeluh rasa sakitatau kesemutan
terutama pada kakidi waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
f.
g. Gatal / bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula keluhan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat terjadi akibat yang
sepele seperti luka lecet karena sepatu atau peniti.
h. Gangguan ereksi. Gangguan ini menjadi masalah tersembunyi. Hal ini terkait
dengan
Keputihan.
Pada
wanita,
keputihan
dan
gatalmerupakan
keluhan
yang
Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma vena
< 100
100 199
> 200
Darah kapiler
< 90
90 199
> 200
Kadar glukosa
darah puasa
Plasma vena
< 100
100 125
> 126
Darah kapiler
< 90
90 99
> 100
2. Kriteria Diagnosis DM
1. Gejala kasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl [ 11.1 mmol/L ]
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaatpada waktu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
atau
2. Gejala kalsik mDM
+
Kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dl [ 7.0 mmol/L ]
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl [ 11.1 mmol/L ]
TTGO dilakukan dengan standard WHOP, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan
glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat koma disertai
kejang.Penyebab tersering adalah akibat pemakaian obat hiperglikemik oral
golongan sulfonilurea [klorpropamida dan glibenklamid]. Hipoglikemia sering pula
terjadi pada pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan. Begitu pula
dengan penggunaan insulin drip.
Penyebab : [1] makan kurang dari aturan yang ditentukan; [2] berat badan turun;
[3] sesudah olah raga; [4] sesudah melahirkan; [5] sembuh dari sakit; [6] makan
obat yang mempunyai sifat serupa; [7] pemberian suntikan insulin yang tidak
tepat.
Tanda-tanda hipoglikemia. Tanda tanda hipoglikemia mulai muncul bila
glukosa darah , 50 mg/dl, meskipun dapat pula terjadi pada kadar glukosa darah
yang lebih tinggi, berbeda pada orang seorang. Adapun tanta-tanda hipoglikemia
adalah : [1] Stadium parasimpatik : lapar, mual, dan tekanan darah turun; [2]
Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, dan kesulitan
menghitung sederhana; [3] Stadium simpatik : keringat dingin pada muka
terutama di hidung, bibir atau tangan, dan berdebar-debar; [4] Stadium gangguan
otak berat : koma [tidak sadar] dengan atau tanpa kejang.
Pencegahan untuk pasien yang menggunakan insulin : [1] dosis insulin tepat;
[2] menyuntik di bawah kulit, jangan terlalu dalam; [3] kurangi dosis insulin bila
ada perubahan seperti makan agak kurang, olah raga, sesudah operasi, dan
melahirkan.
Pengobatan :
[1]. Stadium permulaan [sadar] : pemberian gula murni 30 gram [2 sendok
makan] atau sirop, permen dan makanan yang mengandung hidrat arang.
[2]. Stadium lanjut [koma hipoglikemi] : Penangan keadaan gawat darurat ini
harus cepat dan tepat. Berikan glukosa 40% sebanyak 2 flakon, IV setiap 10 20
menit hingga pasien sadar disertai pemberian cairan dextrose 10% per infus, 6
jam perkolf.untuk mempertahankan nilai glukosa darah normal atau di atas
normal. Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti : adrenalin,
kortison dosis tinggiatau glukagon 1 mg IV, tetapi sebaiknya penggunaan
adrenalin perlu dibatasi mengingat efek sampingnya.
Hiperglikemia
Kelompok hiperglikemia, dari anamnese ditemukan masukan kalori yang
berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress
akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.
: stroke
: kebutaan
ataupun gangren
Penyulit Kronik DM :
Mikrovaskular
Neuropati
Rentan infeksi
DIABETIC FOOT
1.
Pengertian
Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki. (Misnadiarly, 1997). Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita
diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf,
pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
(Thoha, Wibowo.EW)
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan
oleh infeksi. (Askandar, 2000).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai. (Askandar, 2000).
2.
Etiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati,
baik neuropati akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang
menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi yang luas.
Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada diabetic foot-ulcer. (Sarwono
Waspadji,2006)
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah
kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien
tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak
dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya
kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan
bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak
begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren.
Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi
tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi terpaksa
harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh
darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi
pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari
tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang
menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan
tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan
hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari
serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus
ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya
lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena
kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri
anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik
mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi
melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka
sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih
memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD)
diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol
baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah
persoalan baru pada borok. Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh
tubuh melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi
gawat darurat). (Wibowo, EW, 1997).
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita diabetes
sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain :
3.
Luka kecelakaan
Trauma sepatu
Stress berulang
Trauma panas
Iatrogenik
Oklusi vaskular
buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah
oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi
jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang
memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan
faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai
dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga
terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan
penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran
pembuluh darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang
baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan
aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari
akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes
lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih
memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD)
diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh
subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang
tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran
darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini
menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
4.
mengalami masalah kaki, karena : sirkulasi darah dari jantung ke kaki dan tungkai menurun;
berkurangnya indra rasa pada kaki; dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kapalan [ callus ], dan mata ikan [ corn atau kultimulmul ] merupakan penebalan atau
pengerasan kulit yang juga terjadi pada kaki diabetes, akibat adanya neuropati dan
penurunan sirkulasi darahdan juga gesekan atau tekanan yang berulang ulang
pada daerah tertentu di kakai. Bila tidak ditangani dengan ntepat maka akan
menimbulkan luka pada jaringan di bawahnya, yang berlanjut infeksi dan menjadi
ulkus. Kulit melepuh atau iritasi sering disebabkan pemakaian sepatu yang sempit.
Ulkus harus segera diobati dan dirujuk kre podiatrist atau tim kesehatan.
2.
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
TINGKAT
0
B
Infeksi
Tanpa
tukak
atau
pasca
tukak,
kulit
intak/utuh
tulang
Luka
Luka
sampai Luka sampai
superfisial, tidak tendon
atau tulang atau
sampai tendon kapsul sendi
sendi
atau
kapsul
sendi
C
Iskemi
D
Infeksi
dan
Terdapat gejala dan tanda PAD tapi belum critical limb ischemia
B1
B2
Eritema > 2 cm atau infeksi meliputi struktur subkutan, tanda SIRS [-]
B3
C1
Terdapat gejala dan tanda PAD tapi belum critical limb ischemia
C2
Iskemi
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
a. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
Penatalaksanaan Medis
Menurut Levin(1988), penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan
yang agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
b. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas
antibiotic,
contohnya :
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah insulin,
neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan oksoferin solution.
c. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
d. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris
Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi secara
umum:
1. Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.
2. Memperbaiki sirkulasi.
3. Pengamatan kaki teratur.
4. Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi, dan
pengendalian gula darah).
5. Sepatu khusus.
6. Kerjasama tim yang baik
7. Penyuluhan pasien.
Berikut ini akan dipaparkan tentang cara penanggulangan dan pencegahan kaki
diabetik :
Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi, obat vaskular, obat penurun gula
darah maupun menghilangkan keluhan/gejala penyulit Diabetes.
Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus, bula, lecet dan
luka.
a. Pengumpulan data
1)
Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2)
Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3)
4)
5)
6)
Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
b. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda tanda vital.
-
Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
Sistem kardiovaskuler
Perfusi
jaringan
menurun,
nadi
perifer
lemah
atau
berkurang,
Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
Sistem neurologis
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
3. Perencanaan
1) Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
-
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka
dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa
balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus
untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 37,5 0C, N:
60 80 x /menit, T : 100 130 mmHg, RR : 18 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
4) Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
-
Rencana Tindakan :
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam
jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
-
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2. Jakarta :
EGC.
Carpenito, Linda J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Perkeni. 2006.
Konsensus
Pengelolaan dan
Asuhan
Keperawatan Pada
Pasien
dengan
PATHWAY