(UKM)
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter
Internsip
DEFINISI OPERASIONAL
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka
masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya
promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.
Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence
Green (1984) merumuskan definisi sebagai berikut: Promosi Kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Promosi
pemberdayaan
kesehatan
masyarakat
mempunyai
untuk
pengertian
memelihara,
sebagai
upaya
meningkatkan
dan
B.
CAKUPAN KEGIATAN
1.
1.1
Tidak merokok
Tersedianya jamban
Sasaran :
Jumlah seluruh keluarga (RT) yang ada dalam 1 tahun tersebut
Target Sasaran :
65% dari jumlah seluruh keluarga(RT) yang ada dalam 1 th tersebut
Pencapaian :
Jumlah RT(Keluarga) yang dilakukan penyuluhan ber PHBS dalam 1
tahun tersebut
Sub Variabel :
Pencapaian
x100%=.%
Target Sasaran
Rencana kegiatan : September 2015
Pelaksanaan kegiatan : tahunan sesuai PoA awal tahun
1.2
(target 80%)
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
Mengikuti kegiatan olahraga yang teratur dan terukur di sekolah
Membuang sampah pada tempatnya
Mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan tiap bulan
Tidak merokok di sekolah
Pemberantasan jentik nyamuk di sekolah
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat di sekolah
Sasaran :
Jumlah seluruh sekolah yang ada dalam 1 tahun tersebut
Target Sasaran :
x100%=.%
Target Sasaran
Rencana pelaksanaan : Agustus-September 2015, di tingkat SD
1.3
sasaran 80%)
Tidak merokok
Lingkungan bersih
Kamar mandi bersih
Ada jamban yang bersih
Tersedia air bersih
Ada tempat Sampah
Ada SPAL
Ventilasi memenuhi syarat
Ada tempat cuci tangan
Ada pencegahan serangga
Sasaran :
Jumlah seluruh sarkes yang ada diwilayah kerja dalam 1 tahun tersebut
Target Sasaran :
80% dari sasaran
Pencapaian :
Jumlah Sarkes yang dilakukan penyuluhan PHBS diwilayah kerja dalam 1
tahun tersebut
Sub Variabel :
Pencapaian
x100%=.%
Target Sasaran
x100% =..
Target Sasaran
Rencana pelaksanaan : Agustus 2015
F2. Upaya Kesehatan Lingkungan
A. DEFINISI OPERASIONAL
Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan pada kabupaten /kota dengan
kriteria minimal 4 dari 6 kriteria yang meliputi:
1. Memiliki Desa/kel melaksanakan STBM minimal 20%
2. Menyelenggarakan kab/kota sehat
3. Melakukan pengawasan kualitas air minum minimal 30%
4. TPM memenuhi syarat kesehatan minimal 31%
5. TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30%
6. RS melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10%
Desa/Kelurahan yang terverifikasi sebagai desa yang melaksanakan
STBM yaitu Desa/Kelurahan yang memenuhi kriteria sbb : telah dilakukan
pemicuan STBM, telah memiliki natural leader, telah memiliki Rencana Kerja
Masyarakat (RKM).
RS yang melakukan pengelolahan limbah medis adalah RS yang
melakukan pemilahan dan pengolahan limbah medis sesuai aturan. Pemilahan
adlh telah memisahkan antara limbah medis dan non medis. Pengolahan adlh
proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan sendiri atau melalui pihak
ketiga yg berizin.
Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang
diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel
pengujian kualitas air.
Penyelenggara air minum adalah :
1. PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum
Seluruh Indonesia (Perpamsi)
2. Sarana air minum perpipaan non PDAM
3. Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal
TTU (Tempat0Tempat Umum) yang memenuhi syarat kesehatan adalah
tempat dan fasilitas umum minimal sarana pendidikan dan pasar tradisional
yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar di wilayah kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun.
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) siap saji yang terdiri dari Rumah
Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan yang
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat laik
hygiene sanitasi.
Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah kab/kota yang
menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan membentuk Tim
Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari
9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu :
(1). Kawasan Permukiman, Sarana, dan Prasarana Umum
(2). Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi
(3). Kawasan Pertambangan Sehat
(4). Kawasan Hutan Sehat
(5). Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat
(6). Kawasan Pariwisata Sehat
(7). Ketahanan Pangan dan Gizi
(8). Kehidupan Masyarakat yang Mandiri
(9). Kehidupan Sosial yang Sehat.
D. Pendataan TPM
Sarana TPM (Tempat Pengelolaan Makanan) : Rumah makan, restoran,
warung makan, jasa catering, IRT makanan minuman, PKL / Pedagang
Kaki Lima, sentra / kawasan makanan kantin
C. CAKUPAN KEBERHASILAN
NO UKURAN KEBERSIHAN
1.
TARGET
CAPAIAN
97,16%
96,92%
terhadap
74927
74743
71%
80,35%
81,82%
229
/ 299 / 184
22 / 18
80,20%
79,81%
sumber
air
SPM
minum
yang 54752
163
3
Jumlah
penduduk
yang
menggunakan 63%
jamban sehat
4858
61849
61547
75%
84,43%
84,17%
5784
65107
64905
33,33%
22,22%
5,67
Jumlah dusun 54
18
12
33.33%
33.33%
0%
40%
41,67%
33.33%
masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas
tanggung jawabnya.
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal., bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimalyang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
B. CAKUPAN KEGIATAN
7. Safari KB
Merupakan usaha intensifikasi program KB, untuk menyukseskan
program KB nasional. Safari KB dilakukan setahun sekali atau dilakukan
jika target KB Nasional dalam puskesmas tidak mmenuhi target.
2.Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
(ASI eksklusif).
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.
Cakupan keberhasilan Kadarzi sebesar 70%.
B. CAKUPAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan
diseminasinya;
Melaksanakan
dukungan administrasi
dan
operasional
pelaksanaan
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya;
Menyediakan kebutuhan
peningkatan
imunisasi
sebagai
stimulan
Meningkatkan kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit
Melaksanakan
dukungan administrasi
dan
operasional
pelaksanaan
imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita:
Menyiapkan materi
dan
menyusun
rancangan
peraturan
dan
Menyiapkan
materi
dan
menyusun
rancangan juklak/juknis/pedoman
Meningkatkan
kemampuan
tenaga pengendalian
penyakit
untuk
Membina
dan
mengembangkan
UPT
dalam upaya
penemuan
dan
tatalaksana penderita;
Melaksanakan
dukungan
administrasi
dan
operasional pelaksanaan
kebijakan
peningkatan
surveilans
epidemiologi
Menyediakan
kebutuhan
peningkatan surveilans
epidemiologi
dan
Menyiapkan
materi
dan
menyusun rancangan
juklak/juknis/pedoman
Meningkatkan kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit
teknis
peningkatan
surveilans
epidemiologi
Melakukan
kajian
upaya peningkatan
surveilans
epidemiologi
dan
penanggulangan KLB/wabah;
Melaksanakan
dukungan administrasi
dan
operasional
pelaksanaan
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya;
Menyediakan kebutuhan
peningkatan
komunikasi
informasi
dan
Menyiapkan
materi
dan
menyusun
rancangan juklak/juknis/pedoman
Meningkatkan
melaksanakan
kemampuan
program
tenaga
komunikasi
pengendalian
informasi
penyakit untuk
dan edukasi
(KIE)
Melaksanakan dukungan
pelaksanaan komunikasi
administrasi
informasi
dan
dan
edukasi
(KIE)
operasional
pencegahan
C. CAKUPAN KEBERHASILAN
Program
Target
Pencapaian
100%
1%
TBC
>85%
73.53%
BTA+
70%
44,96%
100%
100%
100%
< 20/
101/100.000
1. Desa/
kelurahanmengalami
TBC
100.000
8. CFR (Angkakematian DBD)
< 1%
9. BalitadenganDiare
100%
< 1/
ditangani
10. Angkakematiandiare
yang
100.000
September
2016
Dokter Internsip
Dokter Internsip
Dokter Internsip
Dokter Internsip
Dokter Internsip
Dokter Internsip
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu program yang
langsung berhubungan dengan peserta didik sudah dirilis sejak tahun 1976 dan
diperkuat tahun 1984 dengan terbitnya SKB 4 menteri yaitu menteri pendidikan
dan kebudayaan, menteri agama, menteri kesehatan dan menteri dalam negeri
yang diperbaharui pada tahun 2003.
Berdasarkan UU no 23 tahun 1992 pasal 45 tentang
kesehatan sekolah
kesehatan telinga hidung dan tenggorokan, kesehatan gigi dan mulut serta status
gizi dari peserta didik.
1.2 Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan fisik, kesehatan gigi dan mulut, menimbang berat
badan dan tinggi badan serta status gizi dari peserta didik.
2. Menanamkan kebiasaan hidup sehat dan bertanggungjawab atas kebersihan
dan kesehatan daripada peserta didik.
1.2 Manfaat
1. Mampu meningkatkan kesehatan siswa sehingga dapat tumbuh dan belajar
secara optimal dan efisien.
2. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai lini pertama kesehatan
masyarakat.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
1. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
2. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
3. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Strength
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
b. Petugas kesehatan yang cekatan dan terampil dalam melakukan
penyuluhan persuasif kepada masyarakat.
c. Adanya progam pemeriksaan anak usia pra-sekolah dan penjaringan
yang diadakan secara rutin oleh dinas.
2.
Weakness
a. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- kurangnya kerjasama antara pihak tim pelaksanaan program
pemeriksaan anak usia prasekolah sehingga proses pemeriksaan
kurang sistematis.
- Waktu yang digunakan dalam penjaringan terkadang terlalu singkat
sehingga pemeriksaan kurang maksimal.
3.
Opportinity
-
4.
Threat
-
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
penyebab-penyebab
yang
ada,
didapatkan
beberapa
BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Uraian Kegiatan
Dalam kegiatan ini dilakukan pemeriksaan fisik umum, seperti
mengukur berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui tumbuh kembang
siswa. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan gigi mulut dan telinga, serta
kebersihan diri siswa. Bagi siswa yang mengalami masalah dari pemeriksaan
tersebut dilakukan tindakan lebih lanjut dengan memberikan rujukan ke
puskesmas terdekat.
4.2 Pelaksana
1. Petugas kesehatan puskesmas karanganyar.
2. Dokter internship puskesmas karanganyar.
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
NO
TEMPAT
WAKTU
PELAKSANA
TK/RA Perwanida
25 -7- 2016
TK Pertiwi 1 Tegalgede
26 -7- 2016
29 -7- 2016
TK Pertiwi Cangakan
30 -7 -2016
TK Aisyiyah Dompon
1 -8- 2016
2 -8- 2016
TK pertiwi 1 gedong
3 -8- 2016
TK Ponda Bejen
4 -8- 2016
TK Pertiwi gayamdompo
4 -8- 2016
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan pemeriksaan anak usia pra sekolah berjalan dengan lancar. Dokter
internsip dan petugas kesehatan terlihat bersemangat dalam menjalankan tugas.
Walaupun telah berjalan lancar namun ada beberapa catatan penting selama
pelaksanaan program agar program serupa dapat berjalan lebih lancar dan lebih
efektif ke depannya.
Antara lain koordinasi dengan pihak sekolah lebih ditingkatkan agar
penulisan data nama, pengukuran tinggi badan dan berat badan dapat dilakukan
sebelum kegaitan berlangsung agar lebih efektif dari segi waktu. Alat penunjang
yang dibutuhkan seperti meteran untuk pengukuran tinggi badan dan timbangan
tidak selalu ada di tiap-tiap sekolah, ada baiknya jika petugas kesehatan dari
puskesmas mempersiapkan peralatan tersebut.
Penyuluhan Kecacingan
(PROGRAM PROMKES)
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di negara beriklim tropis dan sub tropis.
Penyakit ini termasuk kedalam kelompok penyakit terabaikan bersama
Filariasis, Kusta dan Frambosia.
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan kondisi
higiene dan Sanitasi yang kurang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat yang kurang, infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi status
Gizi, proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak
yang terinfeksi kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan
oleh karena kecacingan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bebas dari
infeksi cacing, tubuhnya memiliki kemampuan untuk menyerap protein,
karbohidrat, vitamin A dan zat besi secara optimal, sehingga dapat
meningkatkan status gizi dan kemampuan tumbuh kembangnya.
Strategi pemberian obat cacing masal dilakukan secara terintegrasi
dengan program pemberian vitamin A pada anak usia balita dan melalui
program UKS untuk anak sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menurunkan angka prevalensi kecacingan pada anak usia prasekolah dan
anak usia sekolah melalui pemberian obat cacing terintegrasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakanlah penyuluhan
tentang kecacingan dan pentingnya pemberian obat cacing di depan kepala
sekolah SD/MI se kecamatan karanganyar sebagai langkah awal agar
kegiatan ini berjalan lancar, selain itu dengan harapan ada kesepahaman
antar pihak sekolah dan tenaga kesehatan dari puskesmas sehingga tidak
terjadi kekhawatiran para guru dan orang tua apabila anak sekolah
mengkonsumsi obat cacing.
B. BENTUK PROMKES
Metode penyuluhan dilakukan secara langsung kepada Seluruh
Kepala Sekolah SD/MI kecamatan karanganyar. Petugas melakukan
penyuluhan langsung bertatap muka dengan kepala sekolah menjelaskan
mengenai materi kecacingan dan pentingnya pemberian obat cacing pada
murid SD/MI di kecamatan karangayar. Kemudian dijadwalkan pemberian
obat cacing albendazol 400 mg untuk siswa kelas 1 s/d kelas 6. Teknik
informasi yang digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan
persuasif.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
5. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
6. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
7. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
8. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Strength
d. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
e. Dokter internsip di dampingi Petugas kesehatan yang sudah
berpengalaman dan persiapan yang matang dalam melakukan
penyuluhan informatif di depan Kepala Sekolah SD/MI seKecamatan Karanganyar.
f. Adanya sarana dan prasarana yang memadai
6.
Weakness
b. Tidak semua kepala sekolah menghadiri kegiatan ini.
c. Tidak semua informasi yang diberikan diteruskan kepada orang tua
siswa.
7.
8.
Opportinity
-
Threat
-
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Tidak ada masalah yang berarti dalam pelaksanaan kegaitan kali ini. Namun
berdasarkan penyebab-penyebab yang masih ada ada, agar pelaksaan program dapat
berjalan dengan sempurna, maka didapatkan beberapa alternatif penyelesaian
masalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat
membangun kerja sama lintas sektor
2. Membangun hubungan yang baik dengan pihak sekolah
3.2 Pemilihan Intervensi
Intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan meningkatkan motivasi serta
kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat dalam membangun kerjasama lintas
sektor. Pemberian reward atas kerja yang telah dilakukan juga sangat penting agar
motivasi kerja dapat terjaga.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan informasi mengenai
penyakit kecacingan, ciri-ciri anak kecacingan, dampak kecacingan pada
anak serta manfaat pemberian obat cacing dan efek sampingnya.
B. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan promkes ini adalah seluruh kepala sekolah SD/MI
se-kecamatan Karangayar.
C. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit kecacingan, ciri-ciri anak kecacingan, dampak
kecacingan pada anak serta manfaat pemberian obat cacing dan efek
sampingnya.
D. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari promkes ini adalah dengan metode
penyuluhan di mana petugas memberikan informasi tentang materi
kecacingan dan pentingnya pemberian obat cacing pada murid SD/MI di
kecamatan karangayar.
albendazol 400 mg untuk siswa kelas 1 s/d kelas 6. Teknik informasi yang
digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan persuasif.
E. DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
No
Tanggal
1.
19
Lokasi
Jenis Kegiatan
Pelaksana
2016
Dokter Internsip
kecamatan
Karangayar
Tanggal
Lokasi
Jenis Kegiatan
1.
7 sept 2016
1. SDN 1 lalung
Pemberian
2. SDN 2 lalung
3. SDN 3 lalung
4.
2.
8 sept 2016
Pelaksana
obat
karanganyar.
MI lalung
1. SD 1 Bolong
Pemberian
2. SD 2 Bolong
3. MI
obat
karanganyar.
bolong
3.
4.
10 sept 2016
13 sept 2016
1. SD 1 Janti harjo
Pemberian
2. SD 2 Jantiharjo
3. MI al-Huda
1. SDN
Karangnyar
2. SDN
Karanganyar
1 Pemberian
obat
obat
karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
puskemas
puskemas
karanganyar.
5.
14 sept 2016
1. SD
3 Pemberian
Karanganyar
obat
puskemas
karanganyar.
tegal gede
6.
15 sept 2016
1. SDN
2 Pemberian
Karanganyar
obat
2. SD 1 Tegalgede
puskemas
karanganyar.
3. SD 4 Tegalgede
7.
17 sept 2016
1. SD
Pemberian
obat
muhammadiyah
tegalgede
puskemas
karanganyar.
2. SD 1 jungke
3. SD 2 jungke
8.
9.
19 sept 2016
20 sept 2016
1. SD Cangakan 1
Pemberian
2. SD Cangakan 2
3. SDLB N Kra
1. SD 1 Bejen
Pemberian
2. SD 2 Bejen
3. SD 3 Bejen
1. SD 4 Bejen
Pemberian
2. SD ASC Bejen
3. SD
obat
obat
obat
karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
puskemas
karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
puskemas
karanganyar.
Bejen
11. 22 sept 2016
12
24 sept
2016
1. SD 1 Popongan
Pemberian
2. SD 2 Popongan
3. SD 3 Popongan
1. SD 4 Popongan
Pemberian
2. SD
obat
SD
Gayamdompo
puskemas
karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
Gayamdompo
3.
obat
puskemas
karanganyar.
1. MI Karan
Pemberian
obat
15
27 sept 2016
28 sept 2016
karanganyar.
1. SDN 1 Gedong
Pemberian
2. SDN 2 Gedong
3. SDN 3 Gedong
1. MI Al
Amin Pemberian
Gedong
2. SDN
Delingan
4. SDN
Delingan
obat
puskemas
karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
Delingan
3. SDN
obat
puskemas
puskemas
karanganyar.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan ini. Persiapan
yang lebih matang mungkin diperlukan lagi dengan membuat materi presentasi
yang menarik agar lebih mudah diterima. Selain penyuluhan mungkin perlu
ditambah penyajian materi dengan media leaftlet agar materi menjadi lebih
sederhana dan mudah diingat.
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru
lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran (Depkes, 2009:1). Dan pada setiap
materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok (Depkes, 2009:7).
Tingginya angka kematian ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan
para perempuan, kematian seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak
hebat,tidak hanya dalam hal kehilangan suatu kehidupan namun juga karena
efeknya pada kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang ditinggalkan. World
Health Organization (WHO) tahun 2007 memperkirakan sekitar 75-85% dari
seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta mengancam jiwanya. Departemen kesehatan menyebutkan
angka kematian ibu di Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan, Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan
sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada saat
kehamilan sebesar 37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40% (Puspitasari,
2012:1054-1060).
Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan
kehamilan,kelahiran dan nifas, upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah
dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood yang
mendapat perhatian besar dan dukungan dalam berbagai pihak baik dalam maupun
luar negeri,pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi
upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui
Making Pregnancy Safer (MPS), yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun
2000. Untuk mempercepat pencapaian program MDGs diperlukan upaya
percepatan penurunan AKI dengan diharapkan kesadaran terhadap pentingnya
kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat, program yang diselenggarakan
oleh Kementrian Kesehatan untuk mendukung langkah tersebut adalah kelas ibu
hamil (Puspitasari, 2012:1054-1060).
Latihan senam hamil yang dilakukan secara teratur baik ditempat latihan
maupun di rumah dalam waktu senggang dapat menuntun ibu hamil ke arah
persalinan yang fisiologis selama tidak ada keadaan patologis yang menyertai
kehamilan. Senam hamil bukan hanya sekedar senam seperti olahraga biasa yang
membuat tubuh menjadi segar dan bugar, namun senam hamil terbukti dapat
membantu dalam perubahan metabolisme tubuh selama kehamilan dan sangat
membantu dalam proses persalinan (Syafrudin,2011).
Pada dasarnya pelaksanaan kelas ibu hamil dan senam hamil merupakan
bentuk intervensi yang dilakukan petugas kesehatan dengan buku KIA yang
menjadi referensi utamanya, kelas ibu hamil dan senam hamil dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip pendekatan belajar orang dewasa (BOD), metode yang
digunakan pendekatan belajar orang dewasa adalah ceramah, tanya jawab,
demonstrasi dan praktik, curah pendapat, penugasan, stimulasi diharapkan mampu
mengoptimalisasi peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai
kehamilan dan perawatan bayi baru lahir (Dinkes, 2009 :12). Ibu beserta suami dan
anggota keluarga yang lain harus sudah merencanakan persalinan yang aman oleh
tenaga kesehatan (Depkes,2009:25).
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah
peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi
dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh
dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.
Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan
paket kelas ibu hamil yaitu buku KIA, Flip chart (lembar balik), pedoman
pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil dan buku senam
ibu hamil.
2.2 Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan.
2.3 Manfaat
1. Dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil pada saat kehamilan dan setelah
persalinan.
2. Dapat meningkatkan interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu
hamil dengan ibu hamil) dan anatar ibu hamil dengan petugas kesehatan.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
9. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
10. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
11. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
12. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Strength
g. Jumlah tenaga kesehatan terutama bidan yang cukup di puskesmas
Karanganyar
h. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
i. Adanya sarana dan prasarana yang memadai.
10. Weakness
d. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- Tidak selalu adanya dokter yang turun langsung ke lapangan.
- Kurangnya kerjasama lintas program.
e. Hambatan pada masyarakat
-
11. Opportinity
-
12. Threat
-
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdsarkan penyebab-penyebab yang ada didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan terutama dokter dan
bidan wilayah untuk lebih giat menyelenggarakan kelas ibu hamil.
2. Mencari dan menambah kader baru serta membekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang kesehatan ibu hamil.
3. Meningkatkan minat dan motivasi ibu hamil agar senantiasa datang dalam
program kelas ibu hamil sampai sebelum melahirkan.
4. Penyesuaian waktu pelaksanaan kelas ibu hamil tidak mengganggu aktivitas
para peserta ibu hamil.
5. Memanfaatkan pelatihan keterampilan bagi petugas kesehatan untuk
meningkatkan kualitas program.
3.2 Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana dapat menyelesaikan
permasalahan tentang progam kelas ibu hamil. Namun, untuk melaksanakan
pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh karena
itu, intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan ibu hamil oleh dokter dan bidan terlatih.
BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang dipilih adalah dengan memberikan penyuluhan
mengenai masalah pengetahuan ibu selama kehamilan dan disertai dengan senam
ibu hamil. Metode ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang apa saja yang harus diketahui saat kehamilan dan setelah kelahiran.
Kegiatan ini dilakukan setiap bulan selama tiga kali pertemuan.
4.2 Sasaran Intervensi
Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 s/d 36
minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi
keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan yaitu pada saat
Kelurahan
Tanggal
Popongan
Gedong
Cangakan
Karanganyar
Lalung
Gayamdompo
Tegalgede
Bolong
Delingan
Jungke
Jantiharjo
Bejen
21-07-2016
21-07-2016
22-07-2016
22-07-2016
23-07-2016
23-07-2016
25-07-2016
25-07-2016
26-07-2016
26-07-2016
28-07-2016
28-07-2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Waktu
Pelaksanaa
n
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Pelaksaan Kegiatan
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
4.1 Monitoring dan Evaluasi
Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil
perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan pelaporan dan di
dokumentasikan.
Intervensi pada kegiatan kelas ibu hamil berupa penyuluhan yang dibagi
menjadi tiga sesi pertemuan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan,perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat
setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. Penyuluhan dilakukan secara
dua arah yaitu adanya sesi tanya jawab antara petugas kesehatan dan peserta
posyandu. Peserta dapat menanyakan masalah kesehatan yang dialaminya
kepada petugas kesehatan. Setelah dilakukan penyuluhan diikuti dengan senam
ibu hamil selama 15-20 menit. Senam ibu hamil ini diharapkan dapat banyak
manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain dapat
melatih cara mengedan yang benar. Kesiapan ini merupakan bekal bagi calon
ibu pada saat persalinan.
Tujuan senam hamil adalah memberikan dorongan serta melatih jasmani
dan rohani ibu secara bertahap agar ibu dapat menghadapi persalinan dengan
tenang, sehingga proses persalinan dapat berjalan lancar dan mudah,
membimbing wanita menuju suatu persalinan fisiologis, melonggarkan
persendian yang berhubungan dengan proses persalinan, cara memperolah
kontraksi dan rilaksasi yang sempurna, menguasai teknik pernapasan dalam
persalinan, dapat mengatur diri pada ketenangan.
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Program kesehatan di Indonesia adalah pemberantasan penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit menular masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah
penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas batas daerah
administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerja
sama antar daerah (Suroso, T, 2003).Salah satu penyakit menular adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Penyakit DBD dapat menyerang semua umur atau orang. Sampai saat ini
penyakit DBD lebih banyak menyerang anak anak, tetapi dalam dekade
terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit
DBD pada orang dewasa. Tanda dan gejala penderita penyakit DBD yang
sering terjadi adalah demam, adanya pendarahan, hepatomegali (pembesaran
hati), renjatan (shock), trombositopeni, hemokonsentrasi (meningkatnya jumlah
hematokrit) juga ditemukan gejala anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut,
diare atau konstipasi dan kejang (Suroso, T, dkk, 2003).
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah terhadap pencegahan telah banyak
dilakukan, seperti pada peringatan hari kesehatan pada tanggal 19 April 1998
Menteri Kesehatan mencanangkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dimana Pemerintah mensosialisasikan
Gerakan 3M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur barang yang bisa
menampung air, sebagai upaya untuk menghilangkan sarang nyamuk. Usaha
yang dilakukan pemerintah nampaknya belum berhasil bila melihat angka
kejadian pada tahun 2007 yang relatife tinggi. Hal ini kemungkinan
pelaksanaan Gerakan 3M dilakukan secara individual, temporer dan kurangnya
kemitraan
pemerintah
dengan
masyarakat
dalam
menyikapi
upaya
oleh
masyarakat
untuk
mengatasi
masalah
yang
ada
BENTUK PROMKES
Metode penyuluhan dilakukan secara langsung kepada masyarakat di 21
Delingan,
Gedong,
Sukoharjo,
Jumantono,
Matesih,
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
13. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
14. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
15. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
16. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
14. Weakness
f. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- kurangnya kerjasama lintas program
- beban kerja dan kurangnya motivasi petugas kesehatan menjadi
penyebab siaran keliling kurang maksimal, hanya dilakukan 1 kali
dalam 1 hari untuk 12 kelurahan di kecamatan Karanganyar.
g. Hambatan pada masyarakat
-
15. Opportinity
-
16. Threat
-
Waktu dilakukannya siaran keliling yaitu pada jam kerja pagisiang hari, sehingga kebanyakan masyarakat sedang tidak ada di
rumah.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
3. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat
membangun kerja sama dengan kelurahan atau kerja sama lintas sektor
yang lain
4. Mencari dan menambah kader baru serta membekali pengetahuan yang
cukup
tentang
penyakit
demam
berdarah,
penularan,
serta
cara
senantiasa
melakukan
kesadaran
masyarakat
agar
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
F. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengingatkan masyarakat akan
pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah
dengan cara 3M (menutup, menguras dan mengubur) di lingkungan rumah
masing-masing, sehingga bersih dari jentik-jentik yang dapat berkembang
menjadi nyamuk pembawa virus demam berdarah.
G. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan promkes ini adalah seluruh masyarakat di 21
kelurahan di kecamatan karanganyar.
H. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat akan bahaya nyamuk demam berdarah dan
penyakit yang ditimbulkanya, serta pentingnya untuk selalu melakukan
upaya preventif pembersihan sarang nyamuk dengan jalan 3M (menutup,
menguras, mengubur).
I. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari promkes ini adalah dengan metode persuasif
di mana petugas berusaha meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan akan
bahaya nyamuk demam berdarah dan penyakit yang ditimbulkanya, serta
pentingnya untuk selalu melakukan upaya preventif pembersihan sarang
nyamuk dengan jalan 3M (menutup, menguras, mengubur). Teknik
informasi yang digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan
persuasif.
J. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu pelaksanaan yaitu pada tanggal 23 juli 2016
K. DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti selama kegaitan ini berlangsung. Tetapi
mengingat luasnya wilayah kerja Puskesmas Karanganyar sehingga siaran keliling
kurang efektif karena tidak semua tempat dapat dijangkau.
Kerja sama lintas sektoral sangat diperlukan dan pemberdayaan kader
kesehatan sangat penting agar informasi mengenai pentingnya PSN dapat
tersampaikan dengan baik. Selain itu dapat pula memberikan penyuluhan akan
pentingnya PSN dapat menggunakan media elektronik seperti koran lokal, radio
lokal ataupun TV lokal kalau ada.
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, masalah kekurangan yodium masih menjadi persoalan
kesehatan yang cukup serius. Dari hasil Riskesdas tahun 2007, cakupan
konsumsi garam beryodium di Indonesia adalah 62,3% dengan konsumsi
terendah di propinsi Nusa Tenggara Barat 27,90% dan tertinggi di Bangka
Belitung 98.7%. Cakupan konsumsi garam beryodium di Indonesia masih di
bawah target Universal Salt Iodization (USI) yaitu 90%. Oleh karena itu, upaya
penanggulangan GAKY lebih difokuskan pada peningkatan konsumsi garam
beryodium. Garam beryodium adalah garam yang telah diyodisasi sesuai
dengan SNI dan mengandung yodium 30ppm untuk konsumsi manusia,
ternak, dan industri garam.
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala
yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus
menerus dalam jangka waktu yang lama. Suatu daerah dinyatakan beresiko
mengalami GAKY bila kandungan yodium dalam tanah dan air sudah banyak
yang terkikis karena erosi, banjir, atau hujan lebat. Selain itu, sumber air,
hewan, dan tumbuhan di daerah tersebut mengandung kadar yodium yang
rendah. Kekurangan yodium dapat menurunkan tingkat kecerdasan atau IQ.
Potensi penurunan IQ karena GAKY dibedakan menjadi kretin (50 poin IQ).
Gondok (10 poin IQ), dan tinggal di daerah GAKY (5 poin IQ). Prevalensi
GAKY di Indonesia masih relative tinggi, pada tahun 1994 diperkirakan 42 juta
penduduk berada di daerah resiko kekurangan yodium. Di antara jumlah
tersebut, 750.000 s/d 900.000 orang menderita kretin endemic, penderita
gondok diperkirakan 10 juta orang sedangkan penderita GAKY lainnya sekitar
3,5 juta orang (Depkes, 2012).
B. Tujuan
1. Mengetahui program-program puskesmas tentang penanggulangan gizi
masyarakat.
2. Mengetahui kandungan garam yang dikonsumsi masyarakat.
C. Manfaat
1. Mampu mencegah terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium di
masyarakat.
2. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai lini pertama
kesehatan masyarakat.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
Kondisi sehat secara holistic bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
secara spiritual dan social dalam bermasyarakat, di mana factor-faktor tersebut
harus berjalan dengan harmonis dalam upaya pencapaian kondisi kesehatan secara
holistic.
HOST
(HEREDITAS)
ENVIRONMENT
(LINGKUNGAN)
STATUS KESEHATAN
MEDICAL SERVICE
(LAYANAN
KESEHATAN)
AGENT
(PERILAKU)
1. Lingkungan
Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi 2 kategori
yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, iklim, perumahan. Lingkungan social meliputi kebudayaan,
pendidikan, ekonomi dan sebagainya.
2. Perilaku
Perilaku merupakan factor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, pendidikan social ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang
melekat ada individu.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan factor ketiga yang mempengaruhi derajat
masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan
4) Ancaman
Ancaman (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan dihadapi
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.
1) Strength
a. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
b. Lokasi Puskesmas Karanganyar yang cukup strategis
c. Pembiayaan program oleh pemerintah
2) Weakness
a. Hambatan pada sumber daya puskesmas
-
3) Opportunity
a. Kegiatan penyuluhan gizi seringnya bersamaan dengan pelaksanaan
posyandu dan penjaringan anak sekolah.
b. Adanya kerjasama dan dukungan kader kesehatan, pokja, dan lintas
sector serta masyarakat dalam penanggulangan kekurangan yodium.
4) Threat
a. Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas.
b. Status social ekonomi masyarakat masih rendah.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
B. Pemilihan Intervensi
Dari beberapa alternative pemecahan masalah tersebut, intervensi
yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Karanganyar adalah dengan
melakukan pemeriksaan kandungan yodium pada garam rumah tangga di
wilayah kerja puskesmas dan juga garam yang dibawa oleh anak sekolah SD
kelas 1 saat penjaringan.
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Metode Intervensi
Metode intervensi yang dipilih dalam upaya penanggulangan gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah dengan melakukan pemeriksaan
kandungan yodium pada garam yang dibawa siswa SD pada saat
penjaringan seluruh SD di wilayah karanganyar. Pemeriksaan dimulai
dengan membuka bungkusan garam yang dibawa siswa lalu ditetesi dengan
cairan yodida. Tunggu beberapa detik sampai terjadi perubahan warna pada
garam dari putih menjadi biru keunguan (pada garam beryodium).
B. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi adalah seluruh keluarga siswa SD wilayah
Karanganyar.
D. Dokumentasi
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring Proses
Petugas kesehatan memeriksa kandungan yodium garam rumah
tangga yang di bawa oleh siswa SD kelas 1. Metode pemeriksaan
kandungan yodium disebut juga test kit. Pemeriksaan ini menggunakan
larutan iodine. Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila warna menjadi
kebiruan.
Setelah mendapatkan hasil pemeriksaan yodium, petugas kesehatan
segera menunjukkan hasil pemeriksaan kepada guru wali kelasnya. Hasil
pemeriksaan yodium diharapkan dapat menjadi acuan ibu para siswa dalam
menggunakan garam sebagai bumbu dapur. Penggunaan garam beryodium
diharapkan dapat mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
B. Evaluasi Target
Selama intervensi, sasaran yang kebanyakan siswa SD tampak
kurang memahami maksud dan tujuan program yang diadakan puskesmas.
Namun setelah pemeriksaan diperoleh hasil sebagian besar bermasyarakat
telah menggunakan garam beryodium. Hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sudah cukup baik.
Penyuluhan NAPZA
(PROGRAM PROMKES)
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa yang ditandai dengan perubahanperubahan cepat pada jasmani yang berbarengan dengan matangnya organ
seks, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan psikis yang meliputi
perubahan emosi dengan melepaskan diri dari ikatan orangtua ketika anak
harus dapat berdiri sendiri. Perkembangan kecerdasan dan kepribadian
terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Periode ini dianggap menjadi periode yang prnting karena pada saat inilah
kepribadian seseorang terbentuk.
Kelompok remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang usia
10-19 tahun. Di Indonesia proporsinya sebesar 20% dari jumlah penduduk
yaitu 64 juta (27,6%). Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, dimana
jumlah remaja diperkiraan 1,2 miliar atau sekitar 20% dari jumlah penduduk
dunia. (WHO,2003).
Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil
peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang
dewasa. Pikiran mereka juga berubah; mereka lebih dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal.
Semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi
tugas utama mereka: membangun identitas termasuk identitas seksualyang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, &
Feldman; 2008).
Remaja merupakan komponen besar di Indonesia. Sebagai generasi
penerus bangsa, remaja harus bias mengatasi permasalahan yang timbul
dalam masa transisinya. Permasalahan itu antara lain masalah seksualitas
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi, terinfeksi penyakit menular
seksual, HIV/AIDS, bahaya merokok dan NAPZA. Infromasi yang salah
mengenai kesehatan remaja mengakibatkan pengetahuan dan persepsi yang
salah. Hal ini menjadi salah satu indicator besarnya angka kejadian
kehamilan yang tidak diinginkan, kasus PMS, dan HIV/AIDS, serta
penyalahgunaan NAPZA yang terjadi pada kalangan remaja.
Berdasarkan hasil survey, kasus kehamilan tidak diinginkan di
Indonesia sebesar 33,79%. Dari 2,4 juta kasus aborsi, sebanyak 800.000
kasus dilakukan oleh remaja. Prevalensi kasus PMS dan HIV/AIDS yang
trjadi pada remaja masing masing sebesar 4,18% dan 50%. (LDUI, 2001).
Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara
terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual
(Fuad, 2003 ; Depkes RI, 2006). Di Indonesia diperkirakan ada 1 juta
remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah, sedangkan di seluruh
dunia diperkirakan 15 juta remaja setiap tahunnya hamil, 60% di antaranya
hamil di luar nikah (Hidayat dalam Tinceuli, 2010). Dari beberapa
penelitian menyebutkan salah satu penyebab kehamilan di luar nikah adalah
ketidakmampuan remaja mengendalikan dorongan biologis (Tinceuli,
2010).
Karena itulah, puskesmas memberikan penyuluhan tentang
kesehatan rpeoduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA
kepada para remaja di wilayah Puskemas Karanganyar bersama dengan
SMA/SMK untuk membekali para siswa dengan pengetahuan supaya para
siswa bias mengatasi permaslahan yang timbul dengan baik.
B. Tujuan
1. Memberikan pnegetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja,
HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA kepada para siswa.
2. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh para siswa seputar
kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan
NAPZA.
3. Melakuakan intervensi terhadap remaja.
C. Manfaat
1. Mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
khususnya remaja mengenai kesehatan reproduksi, HIV/AIDS,
bahaya merokok, dan NAPZA.
2. Mampu mengoptimalkan peran Puskesmas sebagai lini pertama
kesehatan masyarakat.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
1) Kekuatan
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup
b. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
c. Adanya hubungan baik antara puskesmas dengan sekolah di lingkup
wilayahnya.
2) Kelemahan
a. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi,
HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA.
b. Kendala tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan sehingga tidak
semua siswa mendapatkan materi penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA.
3) Kesempatan
a. Materi penyuluhan diberikan dengan presentasi dan diskusi
interaktif sehingga para siswa bias bertanya langsung dan berdiskusi
tentang materi penyuluhan
b. Adanya kerjasama dan dukungan petugas Puskemas, sekolah dan
lintas sector.
c. Motivasi yang besar diantara petugas kesehatan untuk memberikan
informasi tentang materi penyuluhan.
4) Ancaman
a. Tingginya angka kesakitan karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran remaja dalam memperhatikan kesehatan reproduksi
remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA.
b. Wilayah kerja Puskesmas cukup luas.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
minat
dan
motivasi
pihak
sekoalh
untuk
lebih
D. Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana dapat
menyelesaikan
permaslaahan
tentang
kesehatan
reproduksi
remaja,
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Metode Intervensi
Metode intervensi awal yang dipilih adalah dengan memberikan
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok
dan NAPZA. Metode ini diharapkan menambah kewaspadaan
puskesmas sekaligus sebagai sarana memberikan masukan kepada pihak
sekolah. Para siswa juga bias bertanya kepada petugas yang ditunjuk
jika ada permasalahan seputar kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS,
bahaya merokok dan NAPZA.
B. Sasaran Intervensi
SMA/SMK di wilayah Puskesmas Karanganyar
C. Waktu dan tempat pelaksanaan
D. Dokumentasi kegiatan
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
B. Evaluasi Target
Selama kegiatan, hamper seluruh pihak tampak berminat mengikuti materi
dan melakukan Tanya jawab dengan petugas. Para siswa juga memerima materi
dengan aktif dan antusias.
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha kesehatan sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang
dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di
kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan
suatu sekolah. Dalam pengertian lain, UKS adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia
sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu
(integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta
peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek.
Dengan kegiatan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan
perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain.
Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme.
Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang
berkualitas. Menurut WHO (World Health Organization) yang dimaksud
dengan hidup sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan
bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga
diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut
Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua
memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi,
sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses
belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart
dan hand, yaitu berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, sikap atau nilai
yang harus dimiliki dan keterampilan.
B. Tujuan
1.
2.
C.
Manfaat
1.
2.
3.
4.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
5) Kekuatan
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup
b. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
c. Adanya program penjringan yang diadakan secara rutin oleh dinas.
6) Kelemahan
a. Kurangnya koordinasi antara pihak Puskesmas dan sekolah,
sehingga proses pemeriksaan kurang sistematis.
b. Waktu yang digunakan dalam penjaringan kadang terlalu singkat,
sehingga pemeriksaan kurang menyeluruh.
7) Kesempatan
a. Pihak sekolah sendiri yang juga aktif untuk meminta diadakan
penjaringan di sekolah tersebut.
8) Ancaman
a. Tingginya jumlah siswa yang terdeteksi memiliki Hb rendah,
tingginya angka penyakit gigi mulut, dan kurangnya kebersihan diri.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
F. Pemilihan Intervensi
Dilakukan penyuluhan oleh tim puskesmas mengenai kesehatan diri
sendiri dan lingkungan sekolah terhadap siswa siswa sekolah serta guru-guru
sebelum penjaringan kesehatan dimulai.
BAB IV
PELAKSANAAN
A.
Uraian Kegiatan
Dalam kegiatan ini dilakukan pemeriksaan fisik umum, seperti
mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mngetahui tumbuh kembang
siswa. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin siswa serta
kebersihan dan kesehatan telinga, hidung dan tenggorok, tajam penglihatan,
serta kesehatan gigi dan mulut masing masing siswa. Bagi siswa yang
didapati mengalami masalah akan dilakukan tindakan lebih lanjut.
B.
Pelaksanaan
Pelaksana :
Tim Penjaringan Puskesmas Karanganyar
Dokter Internsip Puskesmas Karanganyar
C.
D.
Metode Pelaksanaan
1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan serta status
gizi peserta didik.
2. Pemeriksaan kadar Hb
Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode sahli.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan meliputi tajam penglihatan, kebersihan telinga, hidung dan
tenggorok, serta gigi mulut
E. Dokumentasi
PROLANIS
(PROGRAM PROMKES)
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini diabetes melitus menjadi suatu masalah kesehatan dunia seiring
meningkatnya prevalensi penyakit ini ini di berbagai negara (Waspadjiet al.,
2013). Prevalensi diabetes di dunia sebesar 8,3% danjumlah penderita
diabetes diperkirakan akan terus meningkat dari 371 juta orang pada tahun
2012 menjadi 552 juta orang pada tahun 2030(IDF, 2012).
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global,
dan prevalensiya hampir sama besar di negara berkembang maupun negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan
jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat
pada organ target lain seperti gagal ginjal maupun serebrovaskuler (Depkes,
2006).
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,
Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan).
Program ini merupakan suatu pengelolaan penyakit kronis dengan
bentuk tindakan promotif dan preventif yang terintegrasi. Penyakit kronis
yang ditangani saat ini salah satunya adalah diabetes melitus tipe 2 dan
Hipertensi. Diharapkan Prolanis akan meningkatkan kualitas hidup peserta
Askes yang menderita penyakit kronis melalui pengelolaan penyakit secara
spesifik dan terintegrasi.
B. Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup
optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis
terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit
C. Manfaat
1. Mampu meningkatkan kualitas hidup para penyandang penyakit kronis
agar mencapai kualitas hidup yang lebih optimal.
2. Mendorong para penyandang penyakit kronis supaya ikut berpartisipasi
dalam kegiatan bersama.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
1) Strength
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di Puskesmas Karanganyar
b. Petugas kesehatan (dokter dan petugas lab) yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam melakukan aktivitas
penyuluhan di dalam masyarakat.
c. Diadakan rutin setiap bulan
d. Adanya sarana dan prasarana yang memadai
2) Weakness
a. Hambatan pada sumber daya puskesmas
-
3) Opportunity
a. Kegiatan prolanis yang diikuti dengan pengecekan lab darah secara
rutin tiap bulan.
b. Adanya kerjasama dan dukungan kader, dokter dan petugas lab
c. Motivasi yang besar dari petugas kesehatan kepada para peserta
untuk mengikuti kegiatan secara rutin.
d. Adanya penyuluhan dan senam yang dapat menanmbah minat para
peserta.
4) Threat
a. Tingginya angka kesakitan karena penyakit kronis (Hipertensi dan
Diabetes Melitus)
b. Cara minum obat yang setiap hari membuat pasien kadang merasa
jenuh.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
B. Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana daapat
menyelesaikan permasalahan tentang prolanis. Namun, untuk melaksanakan
pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh karena
itu, intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberikan penyuluhan
yang dilakukan oleh dokter.
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Metode Intervensi
Metode intervensi yang dipilih adalah dengan memberikan penyuluhan
yang beragam mengenai masalah penyakit kronis terutama hipertensi dan
diabetes melitus. Selain itu dilakukan pengecekan darah secara berkala untuk
melihat perkembangan penyakit tiap bulan.
B. Sasaran Intervensi
Para penyandang penyakit kronis (hipertensi dan diabetes melitus) yang ikut
serta dalam program BPJS.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
B. Evaluasi Target
Selama kegiatan, peserta tampak berminat melakukan pengecekan darah
dan melakukan tanya jawab dengan petugas kesehatan selama sesi penyuluhan.
Selama sesi senam para peserta juga aktif dan antusias dalam mengikuti senam.
Adanya petugas kesehatan yang
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menggambarkan kasus DBD yang sesuai dengan waktu, tempat serta
orang di wilayah Kecamatan Karanganyar, agar dapat menentukan
intervensi yang tepat dalam rangka upaya penanggulangannya.
2. Tujuan Khusus
a. Pelacakan kasus untuk menentukan besaran masalah
b. Survey nyamuk untuk menentukan kepadatan populasi nyamuk
c. Survey faktor resiko
d. Tatalaksana penderita
C. Manfaat
1. Dapat menjelaskan penyebab-penyebab timbulnya penyakit dan perkembangan
yang terjadi
selanjutnya.
2. Dapat mengetahui besaran masalah, menentukan kepadatan populasi nyamuk
serta faktor resiko sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya
3. Dapat memberikan data dari kegiatan yang dilakukan sehingga dengan data-data
tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk memberantas penyakit dan agar dapat mengetahui apakah
tujuan yang diinginkan sudah tercapai atau tidak.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
18. Weakness
h. Hambatan pada sumber daya puskesmas
- Kurang kerjasama lintas program
i. Hambatan pada masyarakat
- Tingkat kesadaran masyarakat masih kurang terhadap kebersihan
terutama pada kebersihan lingkungan rumahnya sendiri.
19. Opportinity
-
20. Threat
-
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
penyebab-penyebab
yang
ada,
didapatkan
beberapa
lingkungannya
serta
saling
memngingatkan
tantang
kebersihan.
3.2 Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecaan masalah di atas adalah apabila terlaksana dapat
terselesaikannya permasalahan pada penyelidikan epidemiologi. Namun, untuk
melaksanakan pemecahan masalahh tersebut tidak mudah sehingga intervensi
awal yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan penyelidikan
epidemiologi dan berusaha untuk menyelesaikannya.
BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang dilakukan adala dengan melakukan kegiatan
penyelidikan epidemiologi. Metode penyelidikan epidemiologi dilakukan
dengan memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancaea dengan
keluarga, untuk mngetahui ada tidaknya penderita infeksi dengue lainnya.
Kemudian melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air
(TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk aedes baik di dalam maupun luar rumaa atau bangunan. Kegiatan
penyelidikan epidemiologi dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi
tempat tinggal penderita. Bila penderita adala siswa sekola dan pekrja, makas
elain dilakukan di rumah penderita tersebut, kegiatan juga dilakukan di
sekolah atau tempat kerja penderita. Hasil pemeriksaan epidemiologi segera
dilaporkan kepada Kepala Dinkes Kesehatan Karanganyar.
4.2 Sasaran Intervensi
Rumah penderita dan rumah yang ada di sekitar penderita
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
-
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi Proses
Kegiatan penyelidikan epidemiologi berjalan dengan baik dan lancar. Dokter
internsip dan petugas kesehatan terlihat bersemangat dalam menjalankan tugas
penyelidikan epidemiologi ini. Kegiatan penyelidikan epidemiologi ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan pada lingkungan rumah penderita dan rumah
sekitar penderita. Petugas menanyakan pola hidup serta mengamati kebersian
terutama kebersian tempat penyimpanan air warga. Petugas juga memberikan
penyuluhan tentang penyakit serta pencegahan penyakit dan diharapkan warga
dapat meningkatkan kebersihan sehingga mencegah dari penyakit DBD.
B. Evaluasi Target
Ketika legiatan berlangsung, baik warga penderita dan warga sekitar rumah
terlihat kooperatif dengan petugas. Petugas menyampaikan edukasi dengan baik
sehingga warga terlihat mengerti dengan penjelasan petugas. Petugas kesehatan
yang lengkap dalam menjalankan penyelidikan epidemiologi yang terdiri dari
dokter, bidan wilayah, perawat dan petugas program diharapkan dapat mencapai
tujuan dari kegiatan ini.
Posyandu Balita
(PROGRAM PROMKES)
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
D.
LATAR BELAKANG
kuantitas,
perkembangan
jumlah
posyandu
sangat
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
22. Weakness
j. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- Kurangnya tenaga kesehatan, terutama dokter ketika kegiatan
posyandu balita
- Kurangnya kerjasama lintas program
k. Hambatan pada masyarakat
-
23. Opportinity
-
24. Threat
-
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
pemecahan
masalah
di
atas
apabila
terlaksana
dapat
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
L. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan umum kegiatan ini yaitu untuk mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) Dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui Pemberdayaan Masyarakat sedangkan tujuan khususnya yaitu untuk
meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
Meningkatnya cakupan dan jangkauan yankes dasar terutama yang berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB Meningkatnya Peran masyarakat dalam
penyelenggaraan Upaya kesehatan dasar.
M. SASARAN KEGIATAN
Para ibu dan balita di Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar.
N. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan para ibu sehingga para ibu lebih menyadari pentingnya peranan
posyandu sehingga meningkatkan kesehatan ibu dan balita.
O. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari posyandu ini yaitu :
1.
Jenis
Pelayanan
Minimal
Kepada
Anak
kejadian
ISPA
dan
diare,
serta
melakukan
rujukan
bila
perlu.
Q. DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti selama kegaitan ini berlangsung. Selama
kegiatan posyandu peserta tampak antusias ketika memeriksakan diri dan para ibuibu banyak yang berkonsultasi mengenai kesehatan mereka dan para balitanya.
Akan tetapi susana yang kurang kondusif karena para balita banyak yang menangis
sedikit mengganggu proses penyuluhan yang di berikan. Para petugas kesehatan
seperti dokter, perawat dan bidan serta kader melaksanakan tugas dengan baik
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan para ibu dan balita sehingga
dapat mencengah penyakit yang dapat terjadi pada ibu dan balita serta mengurangi
kematian pada ibu dan bayi.
Posyandu Lansia
(PROGRAM PROMKES)
Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia
BAB I
PENDAHULUAN
G.
LATAR BELAKANG
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan
yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal
apabila proses kepemimpinan terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota
kelompok dan kader serta tersediannya pendanaan ( Azizah, 2011).
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia,
pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut
usia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kesehatan lanjut
usia untuk mencapai masa tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan
sosial dan kesehatan pada lanjut usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan
pada lanjut usia melalui beberapa jenjang. Pelayanan ditingkat masyarakat
adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah
Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit
(Fallen, 2011).
Jumlah penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun. Hal yang sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta
menjadi tanda membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar
negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yaitu mencapai
18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Abdi, 2013).
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan akan menambah jumlah Puskesmas
yang santun bagi lanjut usia karena bertambahnya jumlah penduduk lansia
akibat meningkatnya umur harapan hidup menyebabkan pelayanan kesehatan
yang ramah bagi kelompok tersebut semakin dibutuhkan. Dari Data
Kementerian Kesehatan, saat ini ada 528 Puskesmas Santun Lansia di 231
Kabupaten/Kota di Indonesia. Jumlah kelompok lanjut Usia (Posyandu Lansia)
yang memberikan pelayanan promotif dan preventif ada 69.500 yang tersebar di
semua provinsi di Indonesia. Namun, implementasi posyandu lansia saat ini
belum berjalan maksiamal (Kompas, 2013).
H. Tujuan
4. Mengetahui keadaan lansia terutama kesehatan para lansia di
5. Mengidentifikasi dan mencoba menganalisa masalah kesehatan lansia di
6. Mencoba memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan lansia
di
I. Manfaat
1. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia
2. Membantu memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan lansia
3. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai pelayanan pertama
pada masyarakat.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
25. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
26. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
27. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
28. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
26. Weakness
l. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- Kurangnya tenaga kesehatan, terutama dokter ketika kegiatan
posyandu lansia
- Kurangnya kerjasama lintas program
m. Hambatan pada masyarakat
-
27. Opportinity
-
28. Threat
-
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
6. Banyak memberikan penyuluhan kepada para lansia pentingnya manfaat
posyandu agar para lansia mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan
secara rutin.
7. Menambah jumlah para kader baru dan memberikan edukasi mengenai
kesehatan terutama masalah yang sering terjadi pada lansia.
8. Meningkatkan motivasi para petugas kesehatan terutama dokter dan
bidan pada wilayah tersebut untuk lebih aktif mengikuti kegiatan
posyandu.
9. Memberikan pelatihan kepada para kader agar para kader menjadi lebih
baik dalam memberikan pelayanan kepada para lansia.
10. Pelaksanaan kegiatan posyandu yang disesuaikan dengan aktivitas para
lansia sehingga tidak mengganggu aktivitas dan kegiatan posyandu.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
R. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kebutuan lansia serta mendekatkan pelayanan dan
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan secara rutin.
S. SASARAN KEGIATAN
Para lansia di
T. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan para lansia sehingga para lansia lebih menyadari pentingnya
peranan posyandu sehingga meningkatkan kesehatan para lansia.
U. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari posyandu ini adalah dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan fisik yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi
dini) atau ancaman kesehatan yang yang dihadapi. Pemeriksaan fisik dapat
seperti pemeriksaan tekanan darah dan berat badan. Selain itu dapat
dilakukan pemeriksaan sesuai keluhan dan pemberian obat-obatan yang
tersedia. Penyuluhan juga dilakukan di posyandu untuk meningkatkan
pengetauan para lansia akan kesehatan. Kegiatan ini dibantu ole para kader
kesehatan dan dilaksanakan secara rutin setiap bulannya.
W. DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti selama kegaitan ini berlangsung. Selama
kegiatan posyandu peserta tampak antusias ketika memeriksakan diri dan para
lansia banyak yang berkonsultasi mengenai kesehatan mereka. Selain itu, para
lansia juga merasa senang melakukan kegiatan olaraga yaitu senam. Para petugas
kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan serta kader melaksanakan tugas dengan
baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan para lansia dan
meningkatkan usia para lansia.