Anda di halaman 1dari 130

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

(UKM)
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter
Internsip

Pusat Kesehatan Masyarakat Karanganyar


Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah
Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016

PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS KARANGANYAR

F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


A.

DEFINISI OPERASIONAL
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka
masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya
promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.
Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence
Green (1984) merumuskan definisi sebagai berikut: Promosi Kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Promosi
pemberdayaan

kesehatan
masyarakat

mempunyai
untuk

pengertian

memelihara,

sebagai

upaya

meningkatkan

dan

melindungi kesehatan diri dan lingkungannya melalui pembelajaran dari,


oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes, 2005).

B.

CAKUPAN KEGIATAN

1.

PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT

1.1

Rumah Tangga PHBS


adalah yang berperilaku sesuai dgn 10 indikator PHBS yakni : (target 65%)

Melahirkan oleh tenaga kesehatan

Bayi diberi ASI Ekslusif sampai umur 6 bulan

Mempunyai Jaminan pemeliharaan kesehatan

Tidak merokok

Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Makan sayur dan buah setiap hari

Tersedianya air bersih

Tersedianya jamban

Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (minimal 8 m2/orang)

Lantai rumah bukan dari tanah

Sasaran :
Jumlah seluruh keluarga (RT) yang ada dalam 1 tahun tersebut
Target Sasaran :
65% dari jumlah seluruh keluarga(RT) yang ada dalam 1 th tersebut
Pencapaian :
Jumlah RT(Keluarga) yang dilakukan penyuluhan ber PHBS dalam 1
tahun tersebut
Sub Variabel :
Pencapaian

x100%=.%

Target Sasaran
Rencana kegiatan : September 2015
Pelaksanaan kegiatan : tahunan sesuai PoA awal tahun

1.2

Institusi Pendidikan (sekolah) yang memenuhi 8 Indikator PHBS yakni :

(target 80%)
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
Mengikuti kegiatan olahraga yang teratur dan terukur di sekolah
Membuang sampah pada tempatnya
Mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan tiap bulan
Tidak merokok di sekolah
Pemberantasan jentik nyamuk di sekolah
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat di sekolah
Sasaran :
Jumlah seluruh sekolah yang ada dalam 1 tahun tersebut
Target Sasaran :

80% dari sasaran


Pencapaian :
Jumlah sekolah yang dilakukan penyuluhan PHBS dalam 1 tahun tersebut
Sub Variabel :
Pencapaian

x100%=.%

Target Sasaran
Rencana pelaksanaan : Agustus-September 2015, di tingkat SD

1.3

Institusi sarana kesehatan yang memenuhi 10 Indikator PHBS yakni : (target

sasaran 80%)
Tidak merokok
Lingkungan bersih
Kamar mandi bersih
Ada jamban yang bersih
Tersedia air bersih
Ada tempat Sampah
Ada SPAL
Ventilasi memenuhi syarat
Ada tempat cuci tangan
Ada pencegahan serangga
Sasaran :
Jumlah seluruh sarkes yang ada diwilayah kerja dalam 1 tahun tersebut
Target Sasaran :
80% dari sasaran
Pencapaian :
Jumlah Sarkes yang dilakukan penyuluhan PHBS diwilayah kerja dalam 1
tahun tersebut
Sub Variabel :
Pencapaian

x100%=.%

Target Sasaran

2. PENYULUHAN NAPZA dan HIV di Tingkat Sekolah Menengah


2.1 Pembinaan Berkala pada Kelompok Sasaran Beresiko Pemakai NAPZA.
Sasaran :
Jumlah kelompok/ sasaran yang beresiko pemakai napza yang ada diwilayah
kerja dalam 1 tahun
Target sasaran :
......% dari sasaran
Pencapaian :
Jumlah kelompok /sasaran beresiko pemakai napza yang mendapat pembinaan
berkala seperti dgn : penyuluhan,seminar,workshop
Sub Variabel :
Pencapaian

x100% =..

Target Sasaran
Rencana pelaksanaan : Agustus 2015
F2. Upaya Kesehatan Lingkungan
A. DEFINISI OPERASIONAL
Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan pada kabupaten /kota dengan
kriteria minimal 4 dari 6 kriteria yang meliputi:
1. Memiliki Desa/kel melaksanakan STBM minimal 20%
2. Menyelenggarakan kab/kota sehat
3. Melakukan pengawasan kualitas air minum minimal 30%
4. TPM memenuhi syarat kesehatan minimal 31%
5. TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30%
6. RS melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10%
Desa/Kelurahan yang terverifikasi sebagai desa yang melaksanakan
STBM yaitu Desa/Kelurahan yang memenuhi kriteria sbb : telah dilakukan
pemicuan STBM, telah memiliki natural leader, telah memiliki Rencana Kerja
Masyarakat (RKM).
RS yang melakukan pengelolahan limbah medis adalah RS yang
melakukan pemilahan dan pengolahan limbah medis sesuai aturan. Pemilahan
adlh telah memisahkan antara limbah medis dan non medis. Pengolahan adlh

proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan sendiri atau melalui pihak
ketiga yg berizin.
Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang
diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel
pengujian kualitas air.
Penyelenggara air minum adalah :
1. PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum
Seluruh Indonesia (Perpamsi)
2. Sarana air minum perpipaan non PDAM
3. Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal
TTU (Tempat0Tempat Umum) yang memenuhi syarat kesehatan adalah
tempat dan fasilitas umum minimal sarana pendidikan dan pasar tradisional
yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar di wilayah kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun.
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) siap saji yang terdiri dari Rumah
Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan yang
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat laik
hygiene sanitasi.
Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah kab/kota yang
menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan membentuk Tim
Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari
9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu :
(1). Kawasan Permukiman, Sarana, dan Prasarana Umum
(2). Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi
(3). Kawasan Pertambangan Sehat
(4). Kawasan Hutan Sehat
(5). Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat
(6). Kawasan Pariwisata Sehat
(7). Ketahanan Pangan dan Gizi
(8). Kehidupan Masyarakat yang Mandiri
(9). Kehidupan Sosial yang Sehat.

B. CAKUPAN PROGRAM KERJA


A. Pendataan Jumlah : Keluranan, Lingkungan, RW, RT, Perumahan,
Penduduk dan Kepala Keluarga.

B. Pendataan sarana air minum dan sanitasi dasar


1.
a. Sarana air minum non PP : SGL (Sumur Gali), SPT (Sumur Pompa
Tangan), PMA (Perlindungan Mata Air), SA (Sumur Artetis), Mata
Air
b. Sarana Air Minum Perpipaan :

perpipaan PDAM : air baku, terminal air, hydran umum, kran


umum, sambungan rumah (SR)

Perpipaan Masyarakat : air baku, kran umum, SR.

2. Sarana Pembuangan Kotoran


a. Jamban Umum / MCK
b. Jamban Keluarga : Jamban sehat, jamban cemplong
3. SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)
4. Tempat Sampah
a. Tempat sampah rumah tangga
b. TPS / Container
c. TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

C. Pendataan TTU (Tempat Tempat Umum)


1. Sarana Institusi
a. Sarana Kesehatan : Puskesmas, Puskesmas Pembantu, PKD, RB,
BP, Apotik
b. Sarana Pendidikan (Sekolah) : Pra Sekolah (Playgrup, TK), tingkat
dasar (SD, MI), tingkat lanjut (SLTP, SLTA,dsb)
2. Sarana TTU (Tempat-Tempat Umum) : Hotel berbintang, hotel
melati/losmen, salon/pangkas rambut, kolam renang, panti pijat, usaha
rekreasi, hiburan umum, gedung pertemuan, perkantoran.

3. Sarana Ibadah : Masjid, mushola, pondok pesantren, gereja, kelenteng,


pura, Vihara
4. Sarana Transportasi : Terminal
5. Sarana Ekonomi/ Sosial : Pasar, pertokoan/pusat perbelanjaan, panti
sosial (panti asuhan, panti jompo, dsb)
6. Sarana TP3 / Tempat Pembuatan & Penjualan Pestisida : Perkebunan ?
Saw Mill, kios pestisida, KUD

D. Pendataan TPM
Sarana TPM (Tempat Pengelolaan Makanan) : Rumah makan, restoran,
warung makan, jasa catering, IRT makanan minuman, PKL / Pedagang
Kaki Lima, sentra / kawasan makanan kantin

E. Pendataan Lingkungan Pemukiman


1. Desa Pamsimas
2. SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) : Jamban komunal
3. POKMAIR (Kelompok Pemakai Air) : Semua jenis SAM (Sarana Air
Minum)
4. Desa yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
STBM ada 3 pilar :
a. Stop BABS
b. CTPS
c. PAM RT (Pengelolaan

Air Minum Rumah Tangga) dan

Pengelolaan makanan yang aman


d. Pengelolaan sampah yang benar
e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga yang aman

C. CAKUPAN KEBERHASILAN

NO UKURAN KEBERSIHAN
1.

TARGET

CAPAIAN

Jumlah penduduk yang memiliki akses 71%

97,16%

96,92%

terhadap

74927

74743

71%

80,35%

81,82%

229

/ 299 / 184

22 / 18

80,20%

79,81%

sumber

air

SPM

minum

yang 54752

berkualitas. Jumlah penduduk 77115


2

Jumlah air minum yang memenuhi syarat

163
3

Jumlah

penduduk

yang

menggunakan 63%

jamban sehat

4858

61849

61547

Jumlah penduduk yang stop BABS

75%

84,43%

84,17%

5784

65107

64905

Jumlah dusun yang stop BABS.

33,33%

22,22%

5,67

Jumlah dusun 54

18

12

Jumlah desa yang stop BABS

33.33%

33.33%

0%

40%

41,67%

33.33%

Jumlah desa yang melaksanakan STBM

F3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana


A. DEFINISI OPERASIONAL
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di
dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya disaat anaknya

masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas
tanggung jawabnya.
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal., bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimalyang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
B. CAKUPAN KEGIATAN

1. Kunjungan Ibu Hamil Resiko Tinggi


Dilakukan setiap kali dalam skrining ibu hamil terdapat ibu hamil
dengan resiko tinggi. Yang dimaksud dengan ibu hamil beresiko tinggi
adalah ibu hamil dengan peluang atau kemungkinan untuk terjadi suatu
keadaan gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari. Misalnya terjadinya
kematian, kesakitan atau kecacatan pada ibu dan bayinya.
Adapun factor factor resiko pada ibu hamil, antara lain;
a.Primigravida kurang dari 20tahun
b. Kehamilan dengan umur lebih dari 35 tahun
c. Anak lebih dari empat
d. Jarak persalinan terakir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun
e. Tinggi badan kurang dari 145cm
f. Riwayat Diabetes mellitus, hipertensi
h.Hb kurang dari 11

2. Kelas ibu hamil


Dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan penekanan setiap ibu
hamil dipastikan mendapatkan 3x pertemuan. Kelas ibu hamil merupakan
sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam
bentuk tatap muka yang bertujuan meiningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas,dan
perawatan bayi baru lahir, melalui praktik dengan buku KIA. Tujuan
dilakukan kelas ibu hamil adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tenatang kehamilan,
perubahan tubyh serta keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, mitos/kepercayaan/adat istiadat
setempat, penyakit menular, dan akte kelahiran.
3. Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Merupakan pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan.
Kegiatan SDIDTK meliputi; stimulasi dini yang memadai, deteksi
dini penyimpangan, intervensi dini, rujukan dini. Tidak semua umur anak
bias dilakukan pendeteksian. Anak bias di deteksi ketika umur 0 bulan,
3bulan, 6bulan, 9bulan, 12bulan, 15bulan, 18bulan, 21bulan, 24bulan,
30bulan, 36bulan,42bulan, 48bulan, 54bulan, 60bulan, 66bulan dan
72bulan.
Jadwal dan waktu pendeteksian anak yaitu;
a. Anak umur 0-1tahun : 1 bulan sekali
b. Anak umur >1-3tahun: 3 bulan sekali
c. Anak umur>3-6tahun : 6 bulan sekali

4. Kelas ibu balita


Kelas Ibu Balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak
berusia 0 sampai 5 tahun secara bersama sama berdiskusi, tukar pendapat,
tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan
stimulasipertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator
dengan menggunakan buku KIA.
Tujuannya dalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh
kembang Balita yang optimal. Penyelenggaran kelas ibu balita dilakukan
setiap 3 sampai6 bulan sekali.
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatsn Reproduksi Remaja merupakan upaya untuk mencapai
suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental dan social.
Promosi kesehatan dilakuakan dengan cara kunjungan ke sekolah sekolah di
sekitar kabupaten, dan dilakukan konselor kesehatan. Untuk pelaksanaan
dilakukan ketika jeda sekolah atau ketika Masa Orientasi Sekolah.

6. Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak


Pelacakan kekerasan terhadap perempuan dan anak dilakukan oleh
bidan wilayah, jika mendapatkan laporan akn ditindaklanjuti dengan
pembinaan bekerjasama dengan polres dan yayasan perlindungan wanita
setempat.

7. Safari KB
Merupakan usaha intensifikasi program KB, untuk menyukseskan
program KB nasional. Safari KB dilakukan setahun sekali atau dilakukan
jika target KB Nasional dalam puskesmas tidak mmenuhi target.

8. Manajemen Terpadu Balita Sakit


Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatanyang
terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan
anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Strategi MTBS memiliki 3
komponen khas yang menguntungkan yaitu;
1. Meningkatakan ketrampilana petugas dalam tatalaksana kasus
balita sakit
2. Memperbaiki system kesehatan utamanya ditingkat kabupaten
atau kota
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
dirumah dan upaya perncarian pertolongabn kasus balita sakit.

F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


A. DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu, atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan, dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
B. CAKUPAN KEGIATAN
1. Pemberian Tablet Fe
Adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe (Fe3) selama
periode kehamilannya. Cakupan keberhasilan sebesar 80%.
2. Balita Ditimbang
Adalah jumlah anak usia 0 59 bulan yang ditimbang di seluruh Posyandu yang
melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Balita
Adalah jumlah seluruh Balita/dibawah 5 tahun (usia 0 59 bulan) di suatu wilayah,
diperoleh dari hasil pendataan setiap bulan.

4. Balita Gizi Buruk


Adalah jumlah anak usia 0 59 bulan dengan status gizi berdasarkan indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dengan nilai Z score < - 3 SD dan/atau terdapat tanda klinis gizi buruk
lainnya. Tanda klinis gizi buruk yaitu kwarshiorkor, marasmus dan kwarshiorkormarasmus.
5. Balita Gizi Buruk Ditangani
Adalah jumlah Balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas
kesehatan dan masyarakat. Cakupan keberhasilan sebesar 100%.
6. Cakupan ASI Ekslusif
Adalah jumlah bayi 0 5 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan/cairan lain
berdasarkan recall 24 jam.
7. Vit A Bayi
Adalah jumlah bayi usia 6 11 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A
yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 satuan Internasional (SI)
untuk bayi.
8. Vit A Anak Balita
Adalah jumlah anak usia 12 59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A
yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 200.000 satuan Internasional (SI)
untuk anak balita. Cakupan keberhasilan sebesar 80%.
9. Anak 6 24 bulan Gizi Kurang dapat MP-ASI
Adalah jumlahpemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada bayi
dengan gizi kurang. Cakupan keberhasilan sebesar 100%.
10. Konsumsi Garam Beryodium
Adalah jumlah penggunaan garam beryodium pada tingkat rumah tangga. Cakupan
keberhasilan adalah 90%.
11. Keluarga Sadar Gizi
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal,
mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut
KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan:
1. Menimbang berat badan secara teratur.

2.Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
(ASI eksklusif).
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.
Cakupan keberhasilan Kadarzi sebesar 70%.

F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


A. DEFINISI OPERASIONAL
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) dan tidak
menular (P2PTM) yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas untuk
mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/ infeksi (misalnya
TB, DBD, kusta, diare, dll).
Tujuan program P2PM/TM ini yaitu menurunkan angka kesakitan,
kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
Malaria, DBD, diare, polio, TB, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit
jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

B. CAKUPAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan
diseminasinya;

Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan


dan penanggulangan faktor resiko;

Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko


sebagai stimulam;

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;

Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;

Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan


penanggulangan faktor risiko;

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;

Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;

Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan


faktor risiko;

Melaksanakan

dukungan administrasi

dan

operasional

pelaksanaan

pencegahan dan pemberantasan penyakit.


2. Peningkatan imunisasi:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya;

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan


imunisasi;

Menyediakan kebutuhan

peningkatan

imunisasi

sebagai

stimulan

yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus


sesuai dengan skala prioritas;

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program


imunisasi;

Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi;

Meningkatkan kemampuan

tenaga

pengendalian

penyakit

untuk melaksanakan program imunisasi

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi;

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi;

Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi;

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi;

Melaksanakan

dukungan administrasi

dan

operasional

pelaksanaan

imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita:

Menyiapkan materi

dan

menyusun

rancangan

peraturan

dan

perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan


diseminasinya;

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan


dan tatalaksana penderita;

Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai


stimulan;

Menyiapkan

materi

dan

menyusun

rancangan juklak/juknis/pedoman

program penemuan dan tatalaksana penderita;

Meningkatkan

kemampuan

tenaga pengendalian

penyakit

untuk

melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita;

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan


tatalaksana penderita;

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita;

Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita;

Membina

dan

mengembangkan

UPT

dalam upaya

penemuan

dan

tatalaksana penderita;

Melaksanakan

dukungan

administrasi

dan

operasional pelaksanaan

penemuan dan tatalaksana penderita.

4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan

kebijakan

peningkatan

surveilans

dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya;

epidemiologi

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan


surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;

Menyediakan

kebutuhan

peningkatan surveilans

epidemiologi

dan

penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan;

Menyiapkan

materi

dan

menyusun rancangan

juklak/juknis/pedoman

program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;

Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah,


termasuk dampak bencana;

Meningkatkan kemampuan

tenaga

pengendalian

penyakit

untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan


KLB/wabah;

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans


epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi

teknis

peningkatan

surveilans

epidemiologi

dan penanggulangan KLB/wabah;

Melakukan

kajian

upaya peningkatan

surveilans

epidemiologi

dan

penanggulangan KLB/wabah;

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans


epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.

Melaksanakan

dukungan administrasi

dan

operasional

pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.


5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya;

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan


komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.

Menyediakan kebutuhan

peningkatan

komunikasi

informasi

dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan;

Menyiapkan

materi

dan

menyusun

rancangan juklak/juknis/pedoman

program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan


pemberantasan penyakit;

Meningkatkan
melaksanakan

kemampuan
program

tenaga

komunikasi

pengendalian
informasi

penyakit untuk

dan edukasi

(KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi


informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi


(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi


informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Melaksanakan dukungan
pelaksanaan komunikasi

administrasi
informasi

dan pemberantasan penyakit.

dan

dan
edukasi

(KIE)

operasional
pencegahan

C. CAKUPAN KEBERHASILAN
Program

Target

Pencapaian

100%

1%

TBC

>85%

73.53%

BTA+

70%

44,96%

100%

6. Penderita DBD yang ditangani

100%

100%

7. Incident rate DBD

< 20/

101/100.000

1. Desa/

kelurahanmengalami

KLB yang ditangani<24 jam


2. Acute Flacid Paralysis (AFP)
per 100.000 penduduk<15 tahun
3. Kesembuhanpenderita
BTA+ (cure rate)
4. Penemuankasus

TBC

(case detection rate/ CDR)


5. Cakupanbalitadengan
pneumonia yang ditangani

100.000
8. CFR (Angkakematian DBD)

< 1%

9. BalitadenganDiare

100%

245 kasus (100%)

< 1/

ditangani
10. Angkakematiandiare

yang

100.000

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS KARANGANYAR

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kegiatan tentang Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilakukan
di wilayah kerja puskesmas karanganyar.
Telah dipresentasikan pada tanggal September 2016 di Puskesmas Karanganyar,
Kabupaten Karanganyar guna melengkapi tugas sebagai Dokter Internsip
Karanganyar,

September

2016

Dokter Internsip

Dokter Internsip

dr. Alif Adlan Zulizar

dr. Hiszom Asyhari

Dokter Internsip

Dokter Internsip

dr. Subhan Darrojat A.

dr. Yanuar Rezano

Dokter Internsip

Dokter Internsip

dr. Yudhistira Prakosa

dr. Yunita Amelia

Mengetahui,
Dokter Pembimbing

dr. Vembrianti Prasiwibawani


NIP. 197912152006042011

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

PEMERIKSAAN ANAK PRA-SEKOLAH


(PROGRAM PROMKES, UKS)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu program yang
langsung berhubungan dengan peserta didik sudah dirilis sejak tahun 1976 dan
diperkuat tahun 1984 dengan terbitnya SKB 4 menteri yaitu menteri pendidikan
dan kebudayaan, menteri agama, menteri kesehatan dan menteri dalam negeri
yang diperbaharui pada tahun 2003.
Berdasarkan UU no 23 tahun 1992 pasal 45 tentang

kesehatan sekolah

diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik


sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis
dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Salah satu modal pembangunan nasional adalah sumberdaya manusia yang
berkualitas yaitu sumber daya manusia yang sehat fisik, mental dan sosial serta
mempunyai produktivitas yang optimal. Untuk mewujudkan sumberdaya
manusia yang sehat fisik, mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang
optimal diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, anak usia dini
sampai dengan usia lanjut.
Pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah merupakan salah
satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang ditujukan kepada
peserta didik merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam
meningkatkan kualitas fisik penduduk.
Program usaha kesehatan sekolah yang dikenal dengan trias UKS yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan peserta didik yang
sehat dan cerdas.
Adapun pembahasan laporan kali ini dititikberatkan pada upaya kesehatan
sekolah berupa pemeriksaan kadar hemoglobin, ketajaman penglihatan,

kesehatan telinga hidung dan tenggorokan, kesehatan gigi dan mulut serta status
gizi dari peserta didik.
1.2 Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan fisik, kesehatan gigi dan mulut, menimbang berat
badan dan tinggi badan serta status gizi dari peserta didik.
2. Menanamkan kebiasaan hidup sehat dan bertanggungjawab atas kebersihan
dan kesehatan daripada peserta didik.
1.2 Manfaat
1. Mampu meningkatkan kesehatan siswa sehingga dapat tumbuh dan belajar
secara optimal dan efisien.
2. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai lini pertama kesehatan
masyarakat.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
1. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
2. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
3. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
1.

Strength
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
b. Petugas kesehatan yang cekatan dan terampil dalam melakukan
penyuluhan persuasif kepada masyarakat.
c. Adanya progam pemeriksaan anak usia pra-sekolah dan penjaringan
yang diadakan secara rutin oleh dinas.

2.

Weakness
a. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- kurangnya kerjasama antara pihak tim pelaksanaan program
pemeriksaan anak usia prasekolah sehingga proses pemeriksaan
kurang sistematis.
- Waktu yang digunakan dalam penjaringan terkadang terlalu singkat
sehingga pemeriksaan kurang maksimal.

3.

Opportinity
-

Pihak sekolah sendiri yang juga aktif untuk meminta diadakan


penjaringan di sekolah tersebut.

4.

Threat
-

Tingginya jumlah siswa yang terdeteksi kurangnya kebersihan


diri, gigi mulut dan telinga.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan

penyebab-penyebab

yang

ada,

didapatkan

beberapa

alternative penyelesaian masalah sebagai berikut :


1. Meningkatkan koordinasi, motivasi serta kinerja petugas kesehatan terutama
dokter dan bidan wilayah untuk lebih giat mensosialisasikan pola hidup
sehat terhadap guru sekolah dan wali murid.
2. Meningkatkan minat dan motivasi peserta didik sebagai kader-kader
kesehatan terutama di lingkungan sekolah dan masyarakat dengan menjadi
dokter kecil.
3. Mencanangkan hari bersih siswa setiap dua minggu sekali (kebersihan diri
meliputi kebersihan kuku, gigi dan mulut) di sekolah-sekolah.
3.2 Pemilihan Intervensi
Dilakukan penyuluhan oleh tim puskesmas mengenai kesehatan diri
sendiri dan lingkungan sekolah terhadap siswa-siswa sekolah dasar serta guruguru sebelum penjaringan kesehatan dimulai.

BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Uraian Kegiatan
Dalam kegiatan ini dilakukan pemeriksaan fisik umum, seperti
mengukur berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui tumbuh kembang
siswa. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan gigi mulut dan telinga, serta
kebersihan diri siswa. Bagi siswa yang mengalami masalah dari pemeriksaan
tersebut dilakukan tindakan lebih lanjut dengan memberikan rujukan ke
puskesmas terdekat.
4.2 Pelaksana
1. Petugas kesehatan puskesmas karanganyar.
2. Dokter internship puskesmas karanganyar.
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
NO

TEMPAT

WAKTU

PELAKSANA

TK/RA Perwanida

25 -7- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Pertiwi 1 Tegalgede

26 -7- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Pertiwi Pojok Delingan

29 -7- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Pertiwi Cangakan

30 -7 -2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Aisyiyah Dompon

1 -8- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Kemala Bayangkari KRA

2 -8- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK pertiwi 1 gedong

3 -8- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Ponda Bejen

4 -8- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

TK Pertiwi gayamdompo

4 -8- 2016

Tim kesehatan PKM KRA & dr.internsip

4.4 Metode Pelaksanaan


1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi dari siswa sekolah
dasar. Siswa yang telah diukur tinggi badannya kemudian melakukan
pemeriksaan selanjutnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi ketajaman penglihatan, kebersihan dan
kesehatan telinga, serta gigi dan mulut.

4.5 Dokumentasi Kegiatan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan pemeriksaan anak usia pra sekolah berjalan dengan lancar. Dokter
internsip dan petugas kesehatan terlihat bersemangat dalam menjalankan tugas.
Walaupun telah berjalan lancar namun ada beberapa catatan penting selama
pelaksanaan program agar program serupa dapat berjalan lebih lancar dan lebih
efektif ke depannya.
Antara lain koordinasi dengan pihak sekolah lebih ditingkatkan agar
penulisan data nama, pengukuran tinggi badan dan berat badan dapat dilakukan
sebelum kegaitan berlangsung agar lebih efektif dari segi waktu. Alat penunjang
yang dibutuhkan seperti meteran untuk pengukuran tinggi badan dan timbangan
tidak selalu ada di tiap-tiap sekolah, ada baiknya jika petugas kesehatan dari
puskesmas mempersiapkan peralatan tersebut.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Penyuluhan Kecacingan
(PROGRAM PROMKES)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di negara beriklim tropis dan sub tropis.
Penyakit ini termasuk kedalam kelompok penyakit terabaikan bersama
Filariasis, Kusta dan Frambosia.
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan kondisi
higiene dan Sanitasi yang kurang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat yang kurang, infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi status
Gizi, proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak
yang terinfeksi kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan
oleh karena kecacingan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bebas dari
infeksi cacing, tubuhnya memiliki kemampuan untuk menyerap protein,
karbohidrat, vitamin A dan zat besi secara optimal, sehingga dapat
meningkatkan status gizi dan kemampuan tumbuh kembangnya.
Strategi pemberian obat cacing masal dilakukan secara terintegrasi
dengan program pemberian vitamin A pada anak usia balita dan melalui
program UKS untuk anak sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menurunkan angka prevalensi kecacingan pada anak usia prasekolah dan
anak usia sekolah melalui pemberian obat cacing terintegrasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakanlah penyuluhan
tentang kecacingan dan pentingnya pemberian obat cacing di depan kepala
sekolah SD/MI se kecamatan karanganyar sebagai langkah awal agar
kegiatan ini berjalan lancar, selain itu dengan harapan ada kesepahaman
antar pihak sekolah dan tenaga kesehatan dari puskesmas sehingga tidak

terjadi kekhawatiran para guru dan orang tua apabila anak sekolah
mengkonsumsi obat cacing.
B. BENTUK PROMKES
Metode penyuluhan dilakukan secara langsung kepada Seluruh
Kepala Sekolah SD/MI kecamatan karanganyar. Petugas melakukan
penyuluhan langsung bertatap muka dengan kepala sekolah menjelaskan
mengenai materi kecacingan dan pentingnya pemberian obat cacing pada
murid SD/MI di kecamatan karangayar. Kemudian dijadwalkan pemberian
obat cacing albendazol 400 mg untuk siswa kelas 1 s/d kelas 6. Teknik
informasi yang digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan
persuasif.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
5. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
6. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
7. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
8. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
5.

Strength
d. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
e. Dokter internsip di dampingi Petugas kesehatan yang sudah
berpengalaman dan persiapan yang matang dalam melakukan
penyuluhan informatif di depan Kepala Sekolah SD/MI seKecamatan Karanganyar.
f. Adanya sarana dan prasarana yang memadai

6.

Weakness
b. Tidak semua kepala sekolah menghadiri kegiatan ini.
c. Tidak semua informasi yang diberikan diteruskan kepada orang tua
siswa.

7.

8.

Opportinity
-

Memaksimalkan kerjasama lintas sektoral

Antusiasme pihak sekolah yang luar biasa

Threat
-

Siswa yang tidak membawa air minum pada hari pelaksanaan


kegiatan

Siswa yang resisten terhadap obat

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Tidak ada masalah yang berarti dalam pelaksanaan kegaitan kali ini. Namun
berdasarkan penyebab-penyebab yang masih ada ada, agar pelaksaan program dapat
berjalan dengan sempurna, maka didapatkan beberapa alternatif penyelesaian
masalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat
membangun kerja sama lintas sektor
2. Membangun hubungan yang baik dengan pihak sekolah
3.2 Pemilihan Intervensi
Intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan meningkatkan motivasi serta
kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat dalam membangun kerjasama lintas
sektor. Pemberian reward atas kerja yang telah dilakukan juga sangat penting agar
motivasi kerja dapat terjaga.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan informasi mengenai
penyakit kecacingan, ciri-ciri anak kecacingan, dampak kecacingan pada
anak serta manfaat pemberian obat cacing dan efek sampingnya.

B. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan promkes ini adalah seluruh kepala sekolah SD/MI
se-kecamatan Karangayar.

C. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit kecacingan, ciri-ciri anak kecacingan, dampak
kecacingan pada anak serta manfaat pemberian obat cacing dan efek
sampingnya.

D. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari promkes ini adalah dengan metode
penyuluhan di mana petugas memberikan informasi tentang materi
kecacingan dan pentingnya pemberian obat cacing pada murid SD/MI di
kecamatan karangayar.

Kemudian dijadwalkan pemberian obat cacing

albendazol 400 mg untuk siswa kelas 1 s/d kelas 6. Teknik informasi yang
digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan persuasif.

E. DOKUMENTASI KEGIATAN

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan promkes dengan materi kecacingan kepada seluruh


kepala sekolah SD/MI se-kecamatan karanganyar telah diselenggarakan pada:

No

Tanggal

1.

19

Lokasi

Jenis Kegiatan

Pelaksana

agustus Aula Gedung PGRI Penyuluhan kecacingan

2016

Dokter Internsip

kecamatan

Kepada seluruh kepala sekolah

Karangayar

SD/MI kecamatan karanganyar

Tindak lanjut kegiatan penyuluhan kecacingan kepada seluruh kepala


sekolah SD/MI kec. Karanganyar
No

Tanggal

Lokasi

Jenis Kegiatan

1.

7 sept 2016

1. SDN 1 lalung

Pemberian

2. SDN 2 lalung

albendazole 400 mg kepada Staff

3. SDN 3 lalung

siswa kelas 1 s/d 6.

4.
2.

8 sept 2016

Pelaksana
obat

cacing Dokter Internsip +


puskemas

karanganyar.

MI lalung
1. SD 1 Bolong

Pemberian

2. SD 2 Bolong

albendazole 400 mg kepada Staff

3. MI

obat

parakan siswa kelas 1 s/d 6.

cacing Dokter Internsip +


puskemas

karanganyar.

bolong
3.

4.

10 sept 2016

13 sept 2016

1. SD 1 Janti harjo

Pemberian

2. SD 2 Jantiharjo

albendazole 400 mg kepada Staff

3. MI al-Huda

siswa kelas 1 s/d 6.

1. SDN
Karangnyar
2. SDN
Karanganyar

1 Pemberian

obat

obat

cacing Dokter Internsip +

karanganyar.
cacing Dokter Internsip +

albendazole 400 mg kepada Staff


4 siswa kelas 1 s/d 6.

puskemas

puskemas

karanganyar.

5.

14 sept 2016

1. SD

3 Pemberian

Karanganyar

obat

cacing Dokter Internsip +

albendazole 400 mg kepada Staff

2. MI tanjungsari siswa kelas 1 s/d 6.

puskemas

karanganyar.

tegal gede
6.

15 sept 2016

1. SDN

2 Pemberian

Karanganyar

obat

cacing Dokter Internsip +

albendazole 400 mg kepada Staff

2. SD 1 Tegalgede

siswa kelas 1 s/d 6.

puskemas

karanganyar.

3. SD 4 Tegalgede
7.

17 sept 2016

1. SD

Pemberian

obat

cacing Dokter Internsip +

muhammadiyah

albendazole 400 mg kepada Staff

tegalgede

siswa kelas 1 s/d 6.

puskemas

karanganyar.

2. SD 1 jungke
3. SD 2 jungke
8.

9.

19 sept 2016

20 sept 2016

10. 21 sept 2016

1. SD Cangakan 1

Pemberian

2. SD Cangakan 2

albendazole 400 mg kepada Staff

3. SDLB N Kra

siswa kelas 1 s/d 6.

1. SD 1 Bejen

Pemberian

2. SD 2 Bejen

albendazole 400 mg kepada Staff

3. SD 3 Bejen

siswa kelas 1 s/d 6.

1. SD 4 Bejen

Pemberian

2. SD ASC Bejen

albendazole 400 mg kepada Staff

3. SD

obat

obat

obat

Kristen siswa kelas 1 s/d 6.

cacing Dokter Internsip +


puskemas

karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
puskemas

karanganyar.
cacing Dokter Internsip +
puskemas

karanganyar.

Bejen
11. 22 sept 2016

12

24 sept
2016

1. SD 1 Popongan

Pemberian

2. SD 2 Popongan

albendazole 400 mg kepada Staff

3. SD 3 Popongan

siswa kelas 1 s/d 6.

1. SD 4 Popongan

Pemberian

2. SD

obat

cacing Dokter Internsip +

SD
Gayamdompo

siswa kelas 1 s/d 6.


2

puskemas

karanganyar.
cacing Dokter Internsip +

1 albendazole 400 mg kepada Staff

Gayamdompo
3.

obat

puskemas

karanganyar.

13. 26 sept 2016

1. MI Karan

Pemberian

obat

cacing Dokter Internsip +

albendazole 400 mg kepada Staff


siswa kelas 1 s/d 6.
14

15

27 sept 2016

28 sept 2016

karanganyar.

1. SDN 1 Gedong

Pemberian

2. SDN 2 Gedong

albendazole 400 mg kepada Staff

3. SDN 3 Gedong

siswa kelas 1 s/d 6.

1. MI Al

Amin Pemberian

Gedong
2. SDN

1 siswa kelas 1 s/d 6.

Delingan
4. SDN
Delingan

obat

cacing Dokter Internsip +

puskemas

karanganyar.
cacing Dokter Internsip +

albendazole 400 mg kepada Staff

Delingan
3. SDN

obat

puskemas

puskemas

karanganyar.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan ini. Persiapan
yang lebih matang mungkin diperlukan lagi dengan membuat materi presentasi
yang menarik agar lebih mudah diterima. Selain penyuluhan mungkin perlu
ditambah penyajian materi dengan media leaftlet agar materi menjadi lebih
sederhana dan mudah diingat.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

KELAS IBU HAMIL


(Program KIA/KB,Promkes,Gizi)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru
lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran (Depkes, 2009:1). Dan pada setiap
materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok (Depkes, 2009:7).
Tingginya angka kematian ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan
para perempuan, kematian seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak
hebat,tidak hanya dalam hal kehilangan suatu kehidupan namun juga karena
efeknya pada kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang ditinggalkan. World
Health Organization (WHO) tahun 2007 memperkirakan sekitar 75-85% dari
seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta mengancam jiwanya. Departemen kesehatan menyebutkan
angka kematian ibu di Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan, Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan
sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada saat
kehamilan sebesar 37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40% (Puspitasari,
2012:1054-1060).
Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan
kehamilan,kelahiran dan nifas, upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah
dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood yang
mendapat perhatian besar dan dukungan dalam berbagai pihak baik dalam maupun
luar negeri,pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi

upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui
Making Pregnancy Safer (MPS), yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun
2000. Untuk mempercepat pencapaian program MDGs diperlukan upaya
percepatan penurunan AKI dengan diharapkan kesadaran terhadap pentingnya
kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat, program yang diselenggarakan
oleh Kementrian Kesehatan untuk mendukung langkah tersebut adalah kelas ibu
hamil (Puspitasari, 2012:1054-1060).
Latihan senam hamil yang dilakukan secara teratur baik ditempat latihan
maupun di rumah dalam waktu senggang dapat menuntun ibu hamil ke arah
persalinan yang fisiologis selama tidak ada keadaan patologis yang menyertai
kehamilan. Senam hamil bukan hanya sekedar senam seperti olahraga biasa yang
membuat tubuh menjadi segar dan bugar, namun senam hamil terbukti dapat
membantu dalam perubahan metabolisme tubuh selama kehamilan dan sangat
membantu dalam proses persalinan (Syafrudin,2011).
Pada dasarnya pelaksanaan kelas ibu hamil dan senam hamil merupakan
bentuk intervensi yang dilakukan petugas kesehatan dengan buku KIA yang
menjadi referensi utamanya, kelas ibu hamil dan senam hamil dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip pendekatan belajar orang dewasa (BOD), metode yang
digunakan pendekatan belajar orang dewasa adalah ceramah, tanya jawab,
demonstrasi dan praktik, curah pendapat, penugasan, stimulasi diharapkan mampu
mengoptimalisasi peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai
kehamilan dan perawatan bayi baru lahir (Dinkes, 2009 :12). Ibu beserta suami dan
anggota keluarga yang lain harus sudah merencanakan persalinan yang aman oleh
tenaga kesehatan (Depkes,2009:25).
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah
peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi
dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh
dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.
Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan
paket kelas ibu hamil yaitu buku KIA, Flip chart (lembar balik), pedoman

pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil dan buku senam
ibu hamil.

2.2 Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan.
2.3 Manfaat
1. Dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil pada saat kehamilan dan setelah
persalinan.
2. Dapat meningkatkan interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu
hamil dengan ibu hamil) dan anatar ibu hamil dengan petugas kesehatan.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
9. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
10. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
11. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
12. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
9.

Strength
g. Jumlah tenaga kesehatan terutama bidan yang cukup di puskesmas
Karanganyar
h. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
i. Adanya sarana dan prasarana yang memadai.

10. Weakness
d. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- Tidak selalu adanya dokter yang turun langsung ke lapangan.
- Kurangnya kerjasama lintas program.
e. Hambatan pada masyarakat
-

Tingkat kesadaran ibu hamil yang masih rendah tentang manfaat


kelas ibu hamil.

Kurangnya jumlah kader kesehatan

11. Opportinity
-

Kegiatan penyuluhan ibu hamil yang bersamaan dengan senam


ibu hamil sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.

Adanya kerjasama dan dukungan kader kesehatan, pokja, dan


lintas sektoral

Terbukanya berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan


petugas

Motivasi yang besar dari bidan wilayah terhadap peserta untuk


mengikuti program kelas ibu hamil.

Adanya pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dapat


menambah gizi ibu hamil.

12. Threat
-

Masih tingginya angka kematian ibu karena pengetahuan yang


kurang tentang kehamilan dan kelahiran

Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdsarkan penyebab-penyebab yang ada didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan terutama dokter dan
bidan wilayah untuk lebih giat menyelenggarakan kelas ibu hamil.
2. Mencari dan menambah kader baru serta membekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang kesehatan ibu hamil.
3. Meningkatkan minat dan motivasi ibu hamil agar senantiasa datang dalam
program kelas ibu hamil sampai sebelum melahirkan.
4. Penyesuaian waktu pelaksanaan kelas ibu hamil tidak mengganggu aktivitas
para peserta ibu hamil.
5. Memanfaatkan pelatihan keterampilan bagi petugas kesehatan untuk
meningkatkan kualitas program.
3.2 Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana dapat menyelesaikan
permasalahan tentang progam kelas ibu hamil. Namun, untuk melaksanakan
pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh karena
itu, intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan ibu hamil oleh dokter dan bidan terlatih.

BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang dipilih adalah dengan memberikan penyuluhan
mengenai masalah pengetahuan ibu selama kehamilan dan disertai dengan senam
ibu hamil. Metode ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang apa saja yang harus diketahui saat kehamilan dan setelah kelahiran.
Kegiatan ini dilakukan setiap bulan selama tiga kali pertemuan.
4.2 Sasaran Intervensi
Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 s/d 36
minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi
keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan yaitu pada saat
Kelurahan

Tanggal

Popongan
Gedong
Cangakan
Karanganyar
Lalung
Gayamdompo
Tegalgede
Bolong
Delingan
Jungke
Jantiharjo
Bejen

21-07-2016
21-07-2016
22-07-2016
22-07-2016
23-07-2016
23-07-2016
25-07-2016
25-07-2016
26-07-2016
26-07-2016
28-07-2016
28-07-2016

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Waktu
Pelaksanaa
n
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00
Jam 09.00

Pelaksaan Kegiatan

dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA


dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA
dr. Internsip & petugas Kesehatan PKM KRA

4.4 Dokumentasi Kegiatan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
4.1 Monitoring dan Evaluasi
Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil
perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan pelaporan dan di
dokumentasikan.
Intervensi pada kegiatan kelas ibu hamil berupa penyuluhan yang dibagi
menjadi tiga sesi pertemuan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan,perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat
setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. Penyuluhan dilakukan secara
dua arah yaitu adanya sesi tanya jawab antara petugas kesehatan dan peserta
posyandu. Peserta dapat menanyakan masalah kesehatan yang dialaminya
kepada petugas kesehatan. Setelah dilakukan penyuluhan diikuti dengan senam
ibu hamil selama 15-20 menit. Senam ibu hamil ini diharapkan dapat banyak
manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain dapat
melatih cara mengedan yang benar. Kesiapan ini merupakan bekal bagi calon
ibu pada saat persalinan.
Tujuan senam hamil adalah memberikan dorongan serta melatih jasmani
dan rohani ibu secara bertahap agar ibu dapat menghadapi persalinan dengan
tenang, sehingga proses persalinan dapat berjalan lancar dan mudah,
membimbing wanita menuju suatu persalinan fisiologis, melonggarkan
persendian yang berhubungan dengan proses persalinan, cara memperolah
kontraksi dan rilaksasi yang sempurna, menguasai teknik pernapasan dalam
persalinan, dapat mengatur diri pada ketenangan.

4.2 Evaluasi Target


Selama kegiatan kelas ibu hamil, peserta berminat melakukan tanya jawab
dengan petugas kesehatan dan melaksanakan senam ibu hamil. Adanya petugas
kesehatan yang lengkap terdiri dari dokter dan bidan yang diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan program kelas
ibu hamil. Dengan program ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
ibu hamil dan dapat menurunkan risiko angka kematian ibu dan anak.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Siaran Keliling Pemberantasan Sarang Nyamuk


(PROGRAM PROMKES)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Program kesehatan di Indonesia adalah pemberantasan penyakit menular

dan penyakit tidak menular. Penyakit menular masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah
penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas batas daerah
administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerja
sama antar daerah (Suroso, T, 2003).Salah satu penyakit menular adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Penyakit DBD dapat menyerang semua umur atau orang. Sampai saat ini
penyakit DBD lebih banyak menyerang anak anak, tetapi dalam dekade
terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit
DBD pada orang dewasa. Tanda dan gejala penderita penyakit DBD yang
sering terjadi adalah demam, adanya pendarahan, hepatomegali (pembesaran
hati), renjatan (shock), trombositopeni, hemokonsentrasi (meningkatnya jumlah
hematokrit) juga ditemukan gejala anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut,
diare atau konstipasi dan kejang (Suroso, T, dkk, 2003).
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah terhadap pencegahan telah banyak
dilakukan, seperti pada peringatan hari kesehatan pada tanggal 19 April 1998
Menteri Kesehatan mencanangkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dimana Pemerintah mensosialisasikan
Gerakan 3M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur barang yang bisa
menampung air, sebagai upaya untuk menghilangkan sarang nyamuk. Usaha
yang dilakukan pemerintah nampaknya belum berhasil bila melihat angka
kejadian pada tahun 2007 yang relatife tinggi. Hal ini kemungkinan
pelaksanaan Gerakan 3M dilakukan secara individual, temporer dan kurangnya

kemitraan

pemerintah

dengan

masyarakat

dalam

menyikapi

upaya

Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses dimana individu,


keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan vektor nyamuk Aedes Aegypti di wilayahnya. Kegiatan PSN
dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program PSN perlu
dilaksanakan

oleh

masyarakat

untuk

mengatasi

masalah

yang

ada

dilingkungannya (Suroso,T,dkk, 2003).


Seluruh masyarakat harus secara serentak dan berkelanjutan ikut serta
memberantas sarang nyamuk. Keserentakan dan keberlanjutan inilah kunci
keberhasilannya. Selain itu kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat
juga sangat penting. Selama ini upaya yang dilakukan pemerintah melalui
penyediaan prasarana kota seperti saluran pembuangan air limbah dan regulasi
yang mengatur berbagai bidang pembangunan agar tidak menimbulkan dampak
terhadap masalah kesehatan, sering menjadi sia-sia karena sikap masyarakat
yang kurang positif mendukung kesehatan khususnya dalam memberantas
sarang nyamuk.
2.1

BENTUK PROMKES
Metode penyuluhan dilakukan secara langsung kepada masyarakat di 21

kelurahan kecamatan karanganyar, antara lain Kelurahan Lalung, Bolong,


Janiharjo, Tegalgede, Jungke, Cangakan, Karanganyar, Bejen, Popongan,
Gayamdompo,

Delingan,

Gedong,

Sukoharjo,

Jumantono,

Matesih,

Karangpandan, Mojogedang, Tasikmadu, Jaten, Kerjo, Kebakkramat. Petugas


melakukan penyuluhan keliling dengan pengeras suara menggunakan mobil
ambulance puskesmas karanganyar dengan tujuan untuk mengingatkan
masyarakat akan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah
dengan cara 3M (menutup, menguras, mengubur). Teknik informasi yang
digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan persuasif.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
13. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
14. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
15. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
16. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
13. Strength
j. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
k. Petugas kesehatan yang cekatan dan terampil dalam melakukan
penyuluhan persuasif kepada masyarakat.
l. Adanya sarana dan prasarana yang memadai

14. Weakness
f. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- kurangnya kerjasama lintas program
- beban kerja dan kurangnya motivasi petugas kesehatan menjadi
penyebab siaran keliling kurang maksimal, hanya dilakukan 1 kali
dalam 1 hari untuk 12 kelurahan di kecamatan Karanganyar.
g. Hambatan pada masyarakat
-

Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah

Kurangnya jumlah kader kesehatan

15. Opportinity
-

Memaksimalkan kerjasama lintas sektoral

Penyuluhan dilakukan secara persuasif menggunakan kendaraan


keliling 12 kelurahan sehingga lebih efektif dan efisien.

16. Threat
-

Kesadaran masyarakat yang masih sangat kurang

Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas.

Waktu dilakukannya siaran keliling yaitu pada jam kerja pagisiang hari, sehingga kebanyakan masyarakat sedang tidak ada di
rumah.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
3. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat
membangun kerja sama dengan kelurahan atau kerja sama lintas sektor
yang lain
4. Mencari dan menambah kader baru serta membekali pengetahuan yang
cukup

tentang

penyakit

demam

berdarah,

penularan,

serta

cara

senantiasa

melakukan

pemberantasan paling efektif.


5. Meningkatkan

kesadaran

masyarakat

agar

pemberantasan sarang nyamuk dilingkungan rumah masing-masing.


3.2 Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana dapat menyelesaikan
permasalahan tentang program pemberantasan sarang nyamuk. Namun untuk
melaksanakan pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit.
Oleh karena itu, intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan meningkatkan
motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat dalam membangun
kerjasama lintas sektor dan memberikan penyuluhan secara langsung kepada
masyarakat akan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

F. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengingatkan masyarakat akan
pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah
dengan cara 3M (menutup, menguras dan mengubur) di lingkungan rumah
masing-masing, sehingga bersih dari jentik-jentik yang dapat berkembang
menjadi nyamuk pembawa virus demam berdarah.

G. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan promkes ini adalah seluruh masyarakat di 21
kelurahan di kecamatan karanganyar.

H. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat akan bahaya nyamuk demam berdarah dan
penyakit yang ditimbulkanya, serta pentingnya untuk selalu melakukan
upaya preventif pembersihan sarang nyamuk dengan jalan 3M (menutup,
menguras, mengubur).

I. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari promkes ini adalah dengan metode persuasif
di mana petugas berusaha meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan akan
bahaya nyamuk demam berdarah dan penyakit yang ditimbulkanya, serta
pentingnya untuk selalu melakukan upaya preventif pembersihan sarang
nyamuk dengan jalan 3M (menutup, menguras, mengubur). Teknik
informasi yang digunakan dalam penyuluhan secara informatif dan
persuasif.
J. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu pelaksanaan yaitu pada tanggal 23 juli 2016

K. DOKUMENTASI KEGIATAN

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti selama kegaitan ini berlangsung. Tetapi
mengingat luasnya wilayah kerja Puskesmas Karanganyar sehingga siaran keliling
kurang efektif karena tidak semua tempat dapat dijangkau.
Kerja sama lintas sektoral sangat diperlukan dan pemberdayaan kader
kesehatan sangat penting agar informasi mengenai pentingnya PSN dapat
tersampaikan dengan baik. Selain itu dapat pula memberikan penyuluhan akan
pentingnya PSN dapat menggunakan media elektronik seperti koran lokal, radio
lokal ataupun TV lokal kalau ada.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Pemeriksaan Garam Beryodium


(PROGRAM UKS)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, masalah kekurangan yodium masih menjadi persoalan
kesehatan yang cukup serius. Dari hasil Riskesdas tahun 2007, cakupan
konsumsi garam beryodium di Indonesia adalah 62,3% dengan konsumsi
terendah di propinsi Nusa Tenggara Barat 27,90% dan tertinggi di Bangka
Belitung 98.7%. Cakupan konsumsi garam beryodium di Indonesia masih di
bawah target Universal Salt Iodization (USI) yaitu 90%. Oleh karena itu, upaya
penanggulangan GAKY lebih difokuskan pada peningkatan konsumsi garam
beryodium. Garam beryodium adalah garam yang telah diyodisasi sesuai
dengan SNI dan mengandung yodium 30ppm untuk konsumsi manusia,
ternak, dan industri garam.
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala
yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus
menerus dalam jangka waktu yang lama. Suatu daerah dinyatakan beresiko
mengalami GAKY bila kandungan yodium dalam tanah dan air sudah banyak
yang terkikis karena erosi, banjir, atau hujan lebat. Selain itu, sumber air,
hewan, dan tumbuhan di daerah tersebut mengandung kadar yodium yang
rendah. Kekurangan yodium dapat menurunkan tingkat kecerdasan atau IQ.
Potensi penurunan IQ karena GAKY dibedakan menjadi kretin (50 poin IQ).
Gondok (10 poin IQ), dan tinggal di daerah GAKY (5 poin IQ). Prevalensi
GAKY di Indonesia masih relative tinggi, pada tahun 1994 diperkirakan 42 juta
penduduk berada di daerah resiko kekurangan yodium. Di antara jumlah
tersebut, 750.000 s/d 900.000 orang menderita kretin endemic, penderita
gondok diperkirakan 10 juta orang sedangkan penderita GAKY lainnya sekitar
3,5 juta orang (Depkes, 2012).

B. Tujuan
1. Mengetahui program-program puskesmas tentang penanggulangan gizi
masyarakat.
2. Mengetahui kandungan garam yang dikonsumsi masyarakat.

C. Manfaat
1. Mampu mencegah terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium di
masyarakat.
2. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai lini pertama
kesehatan masyarakat.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

Kondisi sehat secara holistic bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
secara spiritual dan social dalam bermasyarakat, di mana factor-faktor tersebut
harus berjalan dengan harmonis dalam upaya pencapaian kondisi kesehatan secara
holistic.
HOST
(HEREDITAS)

ENVIRONMENT
(LINGKUNGAN)

STATUS KESEHATAN

MEDICAL SERVICE
(LAYANAN
KESEHATAN)

AGENT
(PERILAKU)

1. Lingkungan
Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi 2 kategori
yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, iklim, perumahan. Lingkungan social meliputi kebudayaan,
pendidikan, ekonomi dan sebagainya.
2. Perilaku
Perilaku merupakan factor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, pendidikan social ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang
melekat ada individu.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan factor ketiga yang mempengaruhi derajat
masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan

dan keperawatan seta kelompok dan masyarakat yang memerlukan


pelayanan kesehatan.
4. Hereditas
Hereditas merupakan factor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa
sejak lahir.
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
pengembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength , Weakness , Opportunity , Threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
1) Kekuatan
Kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan, akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki
oleh organisasi.
2) Kelemahan
Kelemahan (Weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan besar,
tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki.
3) Kesempatan
Kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

4) Ancaman
Ancaman (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan dihadapi
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.

1) Strength
a. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
b. Lokasi Puskesmas Karanganyar yang cukup strategis
c. Pembiayaan program oleh pemerintah
2) Weakness
a. Hambatan pada sumber daya puskesmas
-

Jumlah petugas gizi terbatas

Kurangnya kerjasama lintas program

Terbatasnya dana yang tersedia

b. Hambatan pada masyarakat


-

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya garam


beryodium untuk kesehatan.

Kurangnya respon sebagian masyarakat dalam mengikuti


program dan penyuluhan dari puskesmas.

3) Opportunity
a. Kegiatan penyuluhan gizi seringnya bersamaan dengan pelaksanaan
posyandu dan penjaringan anak sekolah.
b. Adanya kerjasama dan dukungan kader kesehatan, pokja, dan lintas
sector serta masyarakat dalam penanggulangan kekurangan yodium.

4) Threat
a. Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas.
b. Status social ekonomi masyarakat masih rendah.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

A. Alternatif Pemecahan Masalah


Melihat dari hasil analisis, disusun isu strategis yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan alternative pemecahan masalah, meliputi :
1. Mengoptimalkan waktu yang seringnya bersamaan dengan posyandu balita
atau lansia dengan memberikan penyuluhan tentang gizi.
2. Menjalin kerjasama yang baik dan komunikasi efektif dengan lurah, kader,
masyarakat dalam upaya penanggulangan gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY).
3. Optimalisasi kader kesehatan di setiap wilayah untuk memperluas
jangkauan pelayanan puskesmas.
4. Memperbaiki pelaksanaan program-program penanggulangan gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) sehingga dapat lebih terencana dan
tersampaikan dengan baik.
5. Memanfaatkan jumlah tenaga atau SDM secara maksimal untuk
peningkatan kualiatas pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan komitmen dan kerjasama antar petugas kesehatan dengan
menerapkan manajemen puskesmas secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

B. Pemilihan Intervensi
Dari beberapa alternative pemecahan masalah tersebut, intervensi
yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Karanganyar adalah dengan
melakukan pemeriksaan kandungan yodium pada garam rumah tangga di
wilayah kerja puskesmas dan juga garam yang dibawa oleh anak sekolah SD
kelas 1 saat penjaringan.

BAB IV
PELAKSANAAN

A. Metode Intervensi
Metode intervensi yang dipilih dalam upaya penanggulangan gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah dengan melakukan pemeriksaan
kandungan yodium pada garam yang dibawa siswa SD pada saat
penjaringan seluruh SD di wilayah karanganyar. Pemeriksaan dimulai
dengan membuka bungkusan garam yang dibawa siswa lalu ditetesi dengan
cairan yodida. Tunggu beberapa detik sampai terjadi perubahan warna pada
garam dari putih menjadi biru keunguan (pada garam beryodium).

B. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi adalah seluruh keluarga siswa SD wilayah
Karanganyar.

C. Waktu dan Tempat Kegiatan


Waktu pelaksanaan pada tanggal 7 September s/d 4 Oktober 2016.
Tempat di 42 SD wilayah Karanganyar.

D. Dokumentasi

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring Proses
Petugas kesehatan memeriksa kandungan yodium garam rumah
tangga yang di bawa oleh siswa SD kelas 1. Metode pemeriksaan
kandungan yodium disebut juga test kit. Pemeriksaan ini menggunakan
larutan iodine. Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila warna menjadi
kebiruan.
Setelah mendapatkan hasil pemeriksaan yodium, petugas kesehatan
segera menunjukkan hasil pemeriksaan kepada guru wali kelasnya. Hasil
pemeriksaan yodium diharapkan dapat menjadi acuan ibu para siswa dalam
menggunakan garam sebagai bumbu dapur. Penggunaan garam beryodium
diharapkan dapat mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).

B. Evaluasi Target
Selama intervensi, sasaran yang kebanyakan siswa SD tampak
kurang memahami maksud dan tujuan program yang diadakan puskesmas.
Namun setelah pemeriksaan diperoleh hasil sebagian besar bermasyarakat
telah menggunakan garam beryodium. Hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sudah cukup baik.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Penyuluhan NAPZA
(PROGRAM PROMKES)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa yang ditandai dengan perubahanperubahan cepat pada jasmani yang berbarengan dengan matangnya organ
seks, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan psikis yang meliputi
perubahan emosi dengan melepaskan diri dari ikatan orangtua ketika anak
harus dapat berdiri sendiri. Perkembangan kecerdasan dan kepribadian
terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Periode ini dianggap menjadi periode yang prnting karena pada saat inilah
kepribadian seseorang terbentuk.
Kelompok remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang usia
10-19 tahun. Di Indonesia proporsinya sebesar 20% dari jumlah penduduk
yaitu 64 juta (27,6%). Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, dimana
jumlah remaja diperkiraan 1,2 miliar atau sekitar 20% dari jumlah penduduk
dunia. (WHO,2003).
Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil
peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang
dewasa. Pikiran mereka juga berubah; mereka lebih dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal.
Semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi
tugas utama mereka: membangun identitas termasuk identitas seksualyang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, &
Feldman; 2008).
Remaja merupakan komponen besar di Indonesia. Sebagai generasi
penerus bangsa, remaja harus bias mengatasi permasalahan yang timbul
dalam masa transisinya. Permasalahan itu antara lain masalah seksualitas
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi, terinfeksi penyakit menular
seksual, HIV/AIDS, bahaya merokok dan NAPZA. Infromasi yang salah
mengenai kesehatan remaja mengakibatkan pengetahuan dan persepsi yang

salah. Hal ini menjadi salah satu indicator besarnya angka kejadian
kehamilan yang tidak diinginkan, kasus PMS, dan HIV/AIDS, serta
penyalahgunaan NAPZA yang terjadi pada kalangan remaja.
Berdasarkan hasil survey, kasus kehamilan tidak diinginkan di
Indonesia sebesar 33,79%. Dari 2,4 juta kasus aborsi, sebanyak 800.000
kasus dilakukan oleh remaja. Prevalensi kasus PMS dan HIV/AIDS yang
trjadi pada remaja masing masing sebesar 4,18% dan 50%. (LDUI, 2001).
Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara
terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual
(Fuad, 2003 ; Depkes RI, 2006). Di Indonesia diperkirakan ada 1 juta
remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah, sedangkan di seluruh
dunia diperkirakan 15 juta remaja setiap tahunnya hamil, 60% di antaranya
hamil di luar nikah (Hidayat dalam Tinceuli, 2010). Dari beberapa
penelitian menyebutkan salah satu penyebab kehamilan di luar nikah adalah
ketidakmampuan remaja mengendalikan dorongan biologis (Tinceuli,
2010).
Karena itulah, puskesmas memberikan penyuluhan tentang
kesehatan rpeoduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA
kepada para remaja di wilayah Puskemas Karanganyar bersama dengan
SMA/SMK untuk membekali para siswa dengan pengetahuan supaya para
siswa bias mengatasi permaslahan yang timbul dengan baik.

B. Tujuan
1. Memberikan pnegetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja,
HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA kepada para siswa.
2. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh para siswa seputar
kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan
NAPZA.
3. Melakuakan intervensi terhadap remaja.

C. Manfaat
1. Mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
khususnya remaja mengenai kesehatan reproduksi, HIV/AIDS,
bahaya merokok, dan NAPZA.
2. Mampu mengoptimalkan peran Puskesmas sebagai lini pertama
kesehatan masyarakat.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam


pengembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength , Weakness , Opportunity , Threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
5) Kekuatan
Kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan, akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki
oleh organisasi.
6) Kelemahan
Kelemahan (Weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan besar,
tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki.
7) Kesempatan
Kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
8) Ancaman
Ancaman (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan dihadapi
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.

1) Kekuatan
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup
b. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
c. Adanya hubungan baik antara puskesmas dengan sekolah di lingkup
wilayahnya.
2) Kelemahan
a. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi,
HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA.
b. Kendala tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan sehingga tidak
semua siswa mendapatkan materi penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA.
3) Kesempatan
a. Materi penyuluhan diberikan dengan presentasi dan diskusi
interaktif sehingga para siswa bias bertanya langsung dan berdiskusi
tentang materi penyuluhan
b. Adanya kerjasama dan dukungan petugas Puskemas, sekolah dan
lintas sector.
c. Motivasi yang besar diantara petugas kesehatan untuk memberikan
informasi tentang materi penyuluhan.
4) Ancaman
a. Tingginya angka kesakitan karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran remaja dalam memperhatikan kesehatan reproduksi
remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok, dan NAPZA.
b. Wilayah kerja Puskesmas cukup luas.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

C. Alternatif Pemecahan Masalah


Melihat dari hasil analisis, disusun isu strategis yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan alternative pemecahan masalah, meliputi :
1. Meningkatkan motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk lebih giat
menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS,
bahaya merokok dan NAPZA.
2. Membekali elemen sekoalah yang mampu dan potensial dengan
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS,
bahaya merokok dan NAPZA.
3. Meningkatkan

minat

dan

motivasi

pihak

sekoalh

untuk

lebih

memperhatikan perilaku siswa seputar kesehatan reproduksi remaja,


HIV/AIDS, bahaya merokok dan NAPZA.

D. Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana dapat
menyelesaikan

permaslaahan

tentang

kesehatan

reproduksi

remaja,

HIV/AIDS, bahaya merokok dan NAPZA. Namun, untuk melaksanakan


pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh
karena itu, intervensi awal yang dapat dilaksanakan adalah dengan
memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS,
bahaya merokok dan NAPZA.

BAB IV
PELAKSANAAN

A. Metode Intervensi
Metode intervensi awal yang dipilih adalah dengan memberikan
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok
dan NAPZA. Metode ini diharapkan menambah kewaspadaan
puskesmas sekaligus sebagai sarana memberikan masukan kepada pihak
sekolah. Para siswa juga bias bertanya kepada petugas yang ditunjuk
jika ada permasalahan seputar kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS,
bahaya merokok dan NAPZA.
B. Sasaran Intervensi
SMA/SMK di wilayah Puskesmas Karanganyar
C. Waktu dan tempat pelaksanaan

D. Dokumentasi kegiatan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi Proses


Kegiatan penyuluhan ini dibagi dalam dua tahap yaitu pemberian materi dan
diskusi interaktif dengan para siswa. Selain itu petugas dapat menanyakan
permasalahan kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, bahaya merokok dan
NAPZA yang pernah dialami para siswa untuk bias diselesaikan secara tepat.
Prtugas memberikan masukan kepada pihak sekolah agar meningkatkan perhatian
terhadap siswa.

B. Evaluasi Target
Selama kegiatan, hamper seluruh pihak tampak berminat mengikuti materi
dan melakukan Tanya jawab dengan petugas. Para siswa juga memerima materi
dengan aktif dan antusias.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Penjaringan Anak Sekolah


(PROGRAM UKS)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha kesehatan sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang
dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di
kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan
suatu sekolah. Dalam pengertian lain, UKS adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia
sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu
(integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta
peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek.
Dengan kegiatan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan
perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain.
Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme.
Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang
berkualitas. Menurut WHO (World Health Organization) yang dimaksud
dengan hidup sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan
bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga
diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut
Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua
memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi,
sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses
belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart
dan hand, yaitu berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, sikap atau nilai
yang harus dimiliki dan keterampilan.

Sasaran dari pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang


dilaksanakan
tersebut meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru pamong
belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP
UKS di setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier
adalah lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai
SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi
agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran lainnya adalah
sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Sasaran
tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat sekitar sekolah.

B. Tujuan
1.

Melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, ketajaman penglihatan,


kesehatan telinga, hidung dan tenggorokan, kesehatan gigi dan mulut,
serta status gizi dari peserta didik.

2.

Menanamkan kebiasaan hidup sehat dan bertanggung jawab atas


kebersihan dan kesehatan diri pada peserta didik.

C.

Manfaat
1.

Terdeteksinya kelainan kesehatan pada siswa secara dini terutama dalam


hal kadar hemoglobin, ketajaman penglihatan, kesehatan telinga, hidung
dan tenggorokan, kesehatan gigi dan mulut, serta status gizi dari peserta
didik.

2.

Pencegahan dan pengobatan terhadap kadar hemoglobin rendah,


gangguan pada ketajaman penglihatan, kesehatan telinga, hidung dan
tenggorokan, kesehatan gigi dan mulut, serta status gizi dari peserta
didik.

3.

Mampu meningkatkan kesehatan siswa sehingga dapat tumbuh dan


belajar secara optimaldan efisien.

4.

Mampu mengoptimalkan peran Puskesmas sebagai lini pertama


kesehatan masyarakat.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam


pengembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength , Weakness , Opportunity , Threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
1) Kekuatan
Kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan, akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki
oleh organisasi.
2) Kelemahan
Kelemahan (Weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan besar,
tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki.
3) Kesempatan
Kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
4) Ancaman
Ancaman (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan dihadapi
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.

5) Kekuatan
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup
b. Petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup dalam melakukan aktivitas penyuluhan di dalam masyarakat.
c. Adanya program penjringan yang diadakan secara rutin oleh dinas.
6) Kelemahan
a. Kurangnya koordinasi antara pihak Puskesmas dan sekolah,
sehingga proses pemeriksaan kurang sistematis.
b. Waktu yang digunakan dalam penjaringan kadang terlalu singkat,
sehingga pemeriksaan kurang menyeluruh.
7) Kesempatan
a. Pihak sekolah sendiri yang juga aktif untuk meminta diadakan
penjaringan di sekolah tersebut.
8) Ancaman
a. Tingginya jumlah siswa yang terdeteksi memiliki Hb rendah,
tingginya angka penyakit gigi mulut, dan kurangnya kebersihan diri.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

E. Alternatif Pemecahan Masalah


Melihat dari hasil analisis, disusun isu strategis yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan alternative pemecahan masalah, meliputi :
7. Meningkatkan koordinasi, motivasi serta kinerja petugas terutama dokter
dan bidan wilayah untuk lebih giat mensosialisasikan pola hidup sehat
terhadap guru sekolah dan wali murid.
8. Meningkatkan minat dan motivasi peserta didik sebagai kader kader
kesehatan terutama di lingkungan sekolah dan masyarakat dengan menjadi
dokter kecil.
9. Mencanangkan hari bersih siswa setiap dua minggu sekali di sekolahsekolah.

F. Pemilihan Intervensi
Dilakukan penyuluhan oleh tim puskesmas mengenai kesehatan diri
sendiri dan lingkungan sekolah terhadap siswa siswa sekolah serta guru-guru
sebelum penjaringan kesehatan dimulai.

BAB IV
PELAKSANAAN
A.

Uraian Kegiatan
Dalam kegiatan ini dilakukan pemeriksaan fisik umum, seperti
mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mngetahui tumbuh kembang
siswa. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin siswa serta
kebersihan dan kesehatan telinga, hidung dan tenggorok, tajam penglihatan,
serta kesehatan gigi dan mulut masing masing siswa. Bagi siswa yang
didapati mengalami masalah akan dilakukan tindakan lebih lanjut.

B.

Pelaksanaan
Pelaksana :
Tim Penjaringan Puskesmas Karanganyar
Dokter Internsip Puskesmas Karanganyar

C.

Waktu dan tempat


Terlampir

D.

Metode Pelaksanaan
1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan serta status
gizi peserta didik.
2. Pemeriksaan kadar Hb
Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode sahli.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan meliputi tajam penglihatan, kebersihan telinga, hidung dan
tenggorok, serta gigi mulut

E. Dokumentasi

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

PROLANIS
(PROGRAM PROMKES)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini diabetes melitus menjadi suatu masalah kesehatan dunia seiring
meningkatnya prevalensi penyakit ini ini di berbagai negara (Waspadjiet al.,
2013). Prevalensi diabetes di dunia sebesar 8,3% danjumlah penderita
diabetes diperkirakan akan terus meningkat dari 371 juta orang pada tahun
2012 menjadi 552 juta orang pada tahun 2030(IDF, 2012).
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global,
dan prevalensiya hampir sama besar di negara berkembang maupun negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan
jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat
pada organ target lain seperti gagal ginjal maupun serebrovaskuler (Depkes,
2006).
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,
Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan).
Program ini merupakan suatu pengelolaan penyakit kronis dengan
bentuk tindakan promotif dan preventif yang terintegrasi. Penyakit kronis
yang ditangani saat ini salah satunya adalah diabetes melitus tipe 2 dan
Hipertensi. Diharapkan Prolanis akan meningkatkan kualitas hidup peserta
Askes yang menderita penyakit kronis melalui pengelolaan penyakit secara
spesifik dan terintegrasi.

B. Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup
optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis
terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit

C. Manfaat
1. Mampu meningkatkan kualitas hidup para penyandang penyakit kronis
agar mencapai kualitas hidup yang lebih optimal.
2. Mendorong para penyandang penyakit kronis supaya ikut berpartisipasi
dalam kegiatan bersama.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam


pengembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength , Weakness , Opportunity , Threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
5) Kekuatan
Kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan, akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki
oleh organisasi.
6) Kelemahan
Kelemahan (Weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan besar,
tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki.
7) Kesempatan
Kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
8) Ancaman
Ancaman (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan dihadapi
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.

1) Strength
a. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di Puskesmas Karanganyar
b. Petugas kesehatan (dokter dan petugas lab) yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam melakukan aktivitas
penyuluhan di dalam masyarakat.
c. Diadakan rutin setiap bulan
d. Adanya sarana dan prasarana yang memadai
2) Weakness
a. Hambatan pada sumber daya puskesmas
-

Tidak selalu ada petugas yang turun langsung ke lapangan selain


dokter dan petugas laboratorium.

b. Hambatan pada masyarakat


-

Tingkat kesadaran peserta yang masih rendah tentang mafaat


kegiatan prolanis.

Peserta kadang memilih hanya meminta resep daripada datang


ikut serta dalam kegiatan.

3) Opportunity
a. Kegiatan prolanis yang diikuti dengan pengecekan lab darah secara
rutin tiap bulan.
b. Adanya kerjasama dan dukungan kader, dokter dan petugas lab
c. Motivasi yang besar dari petugas kesehatan kepada para peserta
untuk mengikuti kegiatan secara rutin.
d. Adanya penyuluhan dan senam yang dapat menanmbah minat para
peserta.

4) Threat
a. Tingginya angka kesakitan karena penyakit kronis (Hipertensi dan
Diabetes Melitus)
b. Cara minum obat yang setiap hari membuat pasien kadang merasa
jenuh.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

A. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternative
penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Penyesuaian waktu pelaksanaan kegiatan prolanis sehingga tidak
mengganggu aktivitas para peserta..
2. Memanfaatkan pelatihan keterampilan bagi petugas kesehatan untuk
meningkatkan kualitas petugas.
3. Memberikan tema penyuluhan yang bervariasi agar para peserta tidak
merasa bosan.
4. Memberikan motivasi kepada para peserta agar rutin mengikuti
kegiatan prolanis sebagai sarana berkumpul bersama.
5. Mengisi kegiatan prolanis dengan berbagai kegiatan (senam) agar dapat
menambah minat para peserta.

B. Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila terlaksana daapat
menyelesaikan permasalahan tentang prolanis. Namun, untuk melaksanakan
pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh karena
itu, intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberikan penyuluhan
yang dilakukan oleh dokter.

BAB IV
PELAKSANAAN
A. Metode Intervensi
Metode intervensi yang dipilih adalah dengan memberikan penyuluhan
yang beragam mengenai masalah penyakit kronis terutama hipertensi dan
diabetes melitus. Selain itu dilakukan pengecekan darah secara berkala untuk
melihat perkembangan penyakit tiap bulan.

Metode ini diharapkan akan

meningkatkan minat para peserta prolanis terhadap manfaat kegiatan prolanis.


Kegiatan ini dilakukan setiap bulan di gedung PWRI Karanganyar setiap bulan.

B. Sasaran Intervensi
Para penyandang penyakit kronis (hipertensi dan diabetes melitus) yang ikut
serta dalam program BPJS.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan yaitu pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015 di gedung
PWRI Karanganyar.
D. Dokumentasi Kegiatan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi Proses


Intervensi pada kegiatan Prolanis berupa penyuluhan singkat mengenai
kesehatan dan pengecekan lab darah secara rutin. Penyuluhan dilakukan secara
dua arah yaitu adanya sesi tanya jawab antara petugas kesehatan dan peserta.
Peserta dapat menanyakan masalah kesehatan yang dialaminya kepada petugas
kesehatan. Komunikasi dua arah ini diharapkan dapat meningkatkan minat
peserta untuk menghadiri kegiatan prolanis yang diadakan setiap bulan.
Adanya berbagai kegiatan selain penyuluhan seperti senam kaki diabetes
membantu meningkatkan minat peserta untuk menghadiri kegiatan yang akan
mendatang.

B. Evaluasi Target
Selama kegiatan, peserta tampak berminat melakukan pengecekan darah
dan melakukan tanya jawab dengan petugas kesehatan selama sesi penyuluhan.
Selama sesi senam para peserta juga aktif dan antusias dalam mengikuti senam.
Adanya petugas kesehatan yang

terdiri dari dokter dan petugas lab yang

diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan


prolanis. Adanya kepercayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan usia
harapan hidup para penyandang penyakit kronis.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Penyelidikan Epidemiologi Kasus DBD


(PROGRAM P2PM)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan
nyamuk Aedes spp. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan
bahkan makin merajalela dengan pemanasan global. Pusat Informasi
Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama 2009
mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal. WHO memperkirakan
sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia berisikoterinfeksi virus dengue
dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta penduduk dunia terinfeksi virus
dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas
pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal
karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal.
Penyakit demam berdarah penyebarannya sangat luas hampir di semua daerah
tropis diseluruh dunia. Di Indonesia sampai saat ini penyakit demam berdarah
(DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan
penyakit ini masih cukup tinggi. Penyakit ini tidak saja ditemukan di daerah
perkotaan namun juga terdapat di daerah pedesaan.
Pada wilayah Kecamatan Karanganyar terjadi beberapa kasus DBD dan
saat ini sedang dilaksanakan upaya penanggulangannya. Cara yang tepat dalam
pemberantasan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vektor nyamuk
sebagai penular oleh sebab itu, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
pemberdayaan masyarakat akan menjadi strategi utama untuk memberantas
nyamuk. DKK Karanganyar memberitahukan kepada Puskesmas Karanganyar
bahwa pada wilayahnya terjadi beberapa kasus DBD. Kemudian Puskesmas
Karanganyar merespon pemberitahuan tersebut dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi dengan langkah-langkah yaitu verifikasi informasi, pelacakan
kasus, survey vektor nyamuk dan faktor resiko.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menggambarkan kasus DBD yang sesuai dengan waktu, tempat serta
orang di wilayah Kecamatan Karanganyar, agar dapat menentukan
intervensi yang tepat dalam rangka upaya penanggulangannya.
2. Tujuan Khusus
a. Pelacakan kasus untuk menentukan besaran masalah
b. Survey nyamuk untuk menentukan kepadatan populasi nyamuk
c. Survey faktor resiko
d. Tatalaksana penderita

C. Manfaat
1. Dapat menjelaskan penyebab-penyebab timbulnya penyakit dan perkembangan
yang terjadi
selanjutnya.
2. Dapat mengetahui besaran masalah, menentukan kepadatan populasi nyamuk
serta faktor resiko sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya
3. Dapat memberikan data dari kegiatan yang dilakukan sehingga dengan data-data
tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk memberantas penyakit dan agar dapat mengetahui apakah
tujuan yang diinginkan sudah tercapai atau tidak.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

2.1 PENGERTIAN SWOT


Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
17. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
18. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
19. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
20. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
17. Strength
m. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
n. Dokter internsip di dampingi Petugas kesehatan yang sudah
berpengalaman dan persiapan yang matang dalam melakukan
penyelidikan epidemiologi, serta penyuluhan pada pemukiman
penduduk desa di Kecamatan Karanganyar
o. Adanya hubungan yang baik antara puskesmas sebagai sarana
kesehatan primer dengan masyarakat yang ada di wilayahnya.

18. Weakness
h. Hambatan pada sumber daya puskesmas
- Kurang kerjasama lintas program
i. Hambatan pada masyarakat
- Tingkat kesadaran masyarakat masih kurang terhadap kebersihan
terutama pada kebersihan lingkungan rumahnya sendiri.
19. Opportinity
-

Adanya kerjasama dan dukungan petugas puskesmas, masyarakat,


dan lintas sektor.

Kegiatan penyelidikan epidemiologi dan penyuluhan untuk


meningkatkan kebersihan dilakukan secara rutin sehingga
kegiatan berjalan cukup baik

20. Threat
-

Masih tingginya angka kesakitan karena tingkat kesadaran


masyarakat akan kebersihan yang masih kurang

Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan

penyebab-penyebab

yang

ada,

didapatkan

beberapa

alternative penyelesaian masalah sebagai berikut :


4. Meningkatkan koordinasi, motivasi serta kinerja petugas kesehatan untuk
lebih giat mensosialisasikan pola hidup bersih dan sehat
5. Meningkatkan minat dan motivasi masyarakat untuk lebih menyadari akan
pentingnya kebersihan lingkungan dan pola hidup bersih untuk mencegah
timbulnya penyakit pada lingkungan masyarakat tersebut.
6. Mengajak kader dan tokoh masyarakat untuk ikut dalam upaya pencegahan
penyakit dengan memberikan pengetahuan kepada kader atau tokoh
masyarakat sehingga dapat mengajak warga untuk memberantas penyakit.
7. Mengajak warga sekitar untuk membersihkan lingkungan rumahnya sendiri
dan lingkungan sekitarnya atau mengadakan kegiatan kerja bakti untuk
membersihkan

lingkungannya

serta

saling

memngingatkan

tantang

kebersihan.
3.2 Pemilihan Intervensi
Alternatif pemecaan masalah di atas adalah apabila terlaksana dapat
terselesaikannya permasalahan pada penyelidikan epidemiologi. Namun, untuk
melaksanakan pemecahan masalahh tersebut tidak mudah sehingga intervensi
awal yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan penyelidikan
epidemiologi dan berusaha untuk menyelesaikannya.

BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang dilakukan adala dengan melakukan kegiatan
penyelidikan epidemiologi. Metode penyelidikan epidemiologi dilakukan
dengan memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancaea dengan
keluarga, untuk mngetahui ada tidaknya penderita infeksi dengue lainnya.
Kemudian melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air
(TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk aedes baik di dalam maupun luar rumaa atau bangunan. Kegiatan
penyelidikan epidemiologi dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi
tempat tinggal penderita. Bila penderita adala siswa sekola dan pekrja, makas
elain dilakukan di rumah penderita tersebut, kegiatan juga dilakukan di
sekolah atau tempat kerja penderita. Hasil pemeriksaan epidemiologi segera
dilaporkan kepada Kepala Dinkes Kesehatan Karanganyar.
4.2 Sasaran Intervensi
Rumah penderita dan rumah yang ada di sekitar penderita
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
-

Desa Tegalgede, Kecamatan Karanganyar ( Kamis, 14 Juli 2016 )


Desa Popongan, Kecamatan Karanganyar ( Senin, 18 Juli 2016 )
Desa Delingan, Kecamatan Karanganyar ( Selasa, 19 Juli 2016 )
Karanganyar Kota ( Rabu, 20 Juli 2016 )
Kelurahan Jungke ( Kamis, 28 Juli 2016)
Desa Bejen ( Senin, 01 Agustus 2016)

4.4 Dokumentasi Kegiatan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi Proses
Kegiatan penyelidikan epidemiologi berjalan dengan baik dan lancar. Dokter
internsip dan petugas kesehatan terlihat bersemangat dalam menjalankan tugas
penyelidikan epidemiologi ini. Kegiatan penyelidikan epidemiologi ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan pada lingkungan rumah penderita dan rumah
sekitar penderita. Petugas menanyakan pola hidup serta mengamati kebersian
terutama kebersian tempat penyimpanan air warga. Petugas juga memberikan
penyuluhan tentang penyakit serta pencegahan penyakit dan diharapkan warga
dapat meningkatkan kebersihan sehingga mencegah dari penyakit DBD.

B. Evaluasi Target
Ketika legiatan berlangsung, baik warga penderita dan warga sekitar rumah
terlihat kooperatif dengan petugas. Petugas menyampaikan edukasi dengan baik
sehingga warga terlihat mengerti dengan penjelasan petugas. Petugas kesehatan
yang lengkap dalam menjalankan penyelidikan epidemiologi yang terdiri dari
dokter, bidan wilayah, perawat dan petugas program diharapkan dapat mencapai
tujuan dari kegiatan ini.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Posyandu Balita
(PROGRAM PROMKES)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

D.

LATAR BELAKANG

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga


pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran
serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap
bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini
membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk
membawa balita-balita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat
memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap bulan
(Depkes RI, 2006).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan
penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Satu posyandu
melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti lokasi
geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah
balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI,
2006).
Secara

kuantitas,

perkembangan

jumlah

posyandu

sangat

menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu.


Pada saat posyandu dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat
sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699
posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada Tahun 2008 menjadi 269.202
posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan
banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader
yang belum memadai (Depkes RI, 2006).
Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan
posyandu merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah

satunya yaitu meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu.


kelangsungan posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat,
khususnya dari kelompok paling rentan ibu dan anak.
E. Tujuan
1. Mengetahui keadaan balita terutama kesehatan para balita di Desa
Bolong, Kecamatan Karanganyar
2. Mengidentifikasi dan mencoba menganalisa masalah kesehatan balita di
Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar
3. Mencoba memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan lansia
di Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar
F. Manfaat
1. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa masalah kesehatan yang
sering terjadi pada balita di Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar.
2. Membantu memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan balita
di Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar.
3. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai pelayanan pertama
pada masyarakat.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

2.1 PENGERTIAN SWOT


Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
21. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
22. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
23. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
24. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
21. Strength
p. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
q. Petugas kesehatan yang baik dalam menyampaikan penyuluhanpenyuluhan kepada masyarakat.
r. Adanya sarana dan prasarana untuk kegiatan posyandu setiap
bulannya di masing-masing kelurahan.

22. Weakness
j. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- Kurangnya tenaga kesehatan, terutama dokter ketika kegiatan
posyandu balita
- Kurangnya kerjasama lintas program
k. Hambatan pada masyarakat
-

Tingkat kesadaran ibu-ibu yang masih rendah tentang manfaat


posyandu balita

Kurangnya jumlah kader kesehatan yang ikut membantu kegiatan


posyandu

23. Opportinity
-

Memaksimalkan kerjasama lintas sektoral

Adanya kerjasama dan dukungan kader kesehatan, pokja, dan


lintas sektor

Motivasi para petugas kesehatan yang tinggi untuk meningkatkan


kesehatan

24. Threat
-

Tingginya angka kesakitan karena kesadaran para ibu dari balita


yang masih kurang teradap kesehatan

Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif


penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Banyak memberikan penyuluhan kepada para ibu-ibu pentingnya
manfaat posyandu balita dan diharapkan para ibu-ibu dapat datang ke
kegiatan posyandu setiap bulan secara rutin.
2. Menambah jumlah para kader baru dan memberikan edukasi mengenai
kesehatan terutama masalah yang sering terjadi pada balita.
3. Meningkatkan motivasi para petugas kesehatan terutama dokter dan
bidan pada wilayah tersebut untuk lebih aktif mengikuti kegiatan
posyandu.
4. Memberikan pelatihan kepada para kader agar para kader menjadi lebih
baik dalam memberikan pelayanan kepada para ibu dan balita
5. Pelaksanaan kegiatan posyandu yang disesuaikan dengan aktivitas para
ibu-ibu sehingga tidak mengganggu aktivitas dan kegiatan posyandu.

3.2. Pemilihan Intervensi


Alternatif

pemecahan

masalah

di

atas

apabila

terlaksana

dapat

menyelesaikan permasalahan tentang posyandu balita. Namun, untuk melaksanakan


pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh karena itu,
intervensi yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberikan penyuluhanpenyuluhan kepada ibu-ibu serta memberikan pengobatan yang dapat mengurangi
keluhan para ibu dan balita disesuaikan dengan obat-obatan yang tersedia.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

L. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan umum kegiatan ini yaitu untuk mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) Dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui Pemberdayaan Masyarakat sedangkan tujuan khususnya yaitu untuk
meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
Meningkatnya cakupan dan jangkauan yankes dasar terutama yang berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB Meningkatnya Peran masyarakat dalam
penyelenggaraan Upaya kesehatan dasar.
M. SASARAN KEGIATAN
Para ibu dan balita di Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar.

N. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan para ibu sehingga para ibu lebih menyadari pentingnya peranan
posyandu sehingga meningkatkan kesehatan ibu dan balita.

O. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari posyandu ini yaitu :
1.

Jenis

Pelayanan

Minimal

Kepada

Anak

Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus


diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan
penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak
yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS, pemberian
makanan pendamping ASI dan Vitamin A, pemberian PMT untuk anak
yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/ bulan) dan anak
yang berat badannya berada di bawah garis merah KMS, memantau atau
melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu, memantau

kejadian

ISPA

dan

diare,

serta

melakukan

rujukan

bila

perlu.

2. Pelayanan tambahan yang Diberikan :


-

Pelayanan bumil dan menyusui.

Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang


diintegenerasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB)
dan kelompok bermain lainnya..

P. WAKTU DAN TEMPAT


Waktu pelaksanaan yaitu pada tanggal

Q. DOKUMENTASI KEGIATAN

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Tidak ada kendala yang berarti selama kegaitan ini berlangsung. Selama
kegiatan posyandu peserta tampak antusias ketika memeriksakan diri dan para ibuibu banyak yang berkonsultasi mengenai kesehatan mereka dan para balitanya.
Akan tetapi susana yang kurang kondusif karena para balita banyak yang menangis
sedikit mengganggu proses penyuluhan yang di berikan. Para petugas kesehatan
seperti dokter, perawat dan bidan serta kader melaksanakan tugas dengan baik
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan para ibu dan balita sehingga
dapat mencengah penyakit yang dapat terjadi pada ibu dan balita serta mengurangi
kematian pada ibu dan bayi.

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


(UKM)

Posyandu Lansia
(PROGRAM PROMKES)

Oleh:
dr. Alif Adlan Zulizar
dr. Hiszom Asyhari
dr. Subhan Darrojat Arifqi
dr. Yanuar Rezano
dr. Yudhistira Prakosa
dr. Yunita Amelia

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Dokter Internsip


Periode 6 Juni 2016 2 Oktober 2016
Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

G.

LATAR BELAKANG
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya

pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan
yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal
apabila proses kepemimpinan terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota
kelompok dan kader serta tersediannya pendanaan ( Azizah, 2011).
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia,
pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut
usia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kesehatan lanjut
usia untuk mencapai masa tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan
sosial dan kesehatan pada lanjut usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan
pada lanjut usia melalui beberapa jenjang. Pelayanan ditingkat masyarakat
adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah
Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit
(Fallen, 2011).
Jumlah penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun. Hal yang sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta
menjadi tanda membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar
negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yaitu mencapai
18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Abdi, 2013).
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan akan menambah jumlah Puskesmas
yang santun bagi lanjut usia karena bertambahnya jumlah penduduk lansia
akibat meningkatnya umur harapan hidup menyebabkan pelayanan kesehatan
yang ramah bagi kelompok tersebut semakin dibutuhkan. Dari Data
Kementerian Kesehatan, saat ini ada 528 Puskesmas Santun Lansia di 231
Kabupaten/Kota di Indonesia. Jumlah kelompok lanjut Usia (Posyandu Lansia)

yang memberikan pelayanan promotif dan preventif ada 69.500 yang tersebar di
semua provinsi di Indonesia. Namun, implementasi posyandu lansia saat ini
belum berjalan maksiamal (Kompas, 2013).

H. Tujuan
4. Mengetahui keadaan lansia terutama kesehatan para lansia di
5. Mengidentifikasi dan mencoba menganalisa masalah kesehatan lansia di
6. Mencoba memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan lansia
di
I. Manfaat
1. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia
2. Membantu memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan lansia
3. Mampu mengoptimalkan peran puskesmas sebagai pelayanan pertama
pada masyarakat.

BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 PENGERTIAN SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dalam
perkembangan Puskesmas Karanganyar, perlu diadakan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT (Strength, weakness, opportunity, threat) dengan unsurunsur sebagai berikut :
25. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki oleh organisasi.
26. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimiliki.
27. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
28. Ancaman
Ancaman (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang akan
dihadapi suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2. ANALISIS SWOT


Analisis SWOT terhadap kegiatan ini adalah sebagi berikut
25. Strength
s. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup di puskesmas karanganyar
t. Petugas kesehatan yang baik dalam menyampaikan penyuluhanpenyuluhan kepada masyarakat.
u. Adanya sarana dan prasarana untuk kegiatan posyandu setiap
bulannya di masing-masing kelurahan.

26. Weakness
l. Hambatan pada sumberdaya puskesmas
- Kurangnya tenaga kesehatan, terutama dokter ketika kegiatan
posyandu lansia
- Kurangnya kerjasama lintas program
m. Hambatan pada masyarakat
-

Tingkat kesadaran para lansia yang masih rendah tentang manfaat


posyandu

Kurangnya jumlah kader kesehatan yang ikut membantu kegiatan


posyandu

27. Opportinity
-

Memaksimalkan kerjasama lintas sektoral

Adanya kerjasama dan dukungan kader kesehatan, pokja, dan


lintas sektor

Motivasi para petugas kesehatan yang tinggi untuk meningkatkan


kesehatan

28. Threat
-

Tingginya angka kesakitan karena kesadaran lansia yang masih


kurang teradap kesehatan

Kesadaran para lansia yang masih kurang untuk mengikuti


kegiatan posyandu

Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
6. Banyak memberikan penyuluhan kepada para lansia pentingnya manfaat
posyandu agar para lansia mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan
secara rutin.
7. Menambah jumlah para kader baru dan memberikan edukasi mengenai
kesehatan terutama masalah yang sering terjadi pada lansia.
8. Meningkatkan motivasi para petugas kesehatan terutama dokter dan
bidan pada wilayah tersebut untuk lebih aktif mengikuti kegiatan
posyandu.
9. Memberikan pelatihan kepada para kader agar para kader menjadi lebih
baik dalam memberikan pelayanan kepada para lansia.
10. Pelaksanaan kegiatan posyandu yang disesuaikan dengan aktivitas para
lansia sehingga tidak mengganggu aktivitas dan kegiatan posyandu.

3.2. Pemilihan Intervensi


Alternatif pemecaan masalah di atas apabila terlaksana dapat menyelesaikan
permasalahan tentang posyandu lansia. Namun, untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Oleh karena itu, intervensi
yang dapat dilaksanakan adala dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada
para lansia serta memberikan pengobatan yang dapat mengurangi keluhan para
lansia disesuaikan dengan obat-obatan yang tersedia.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

R. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kebutuan lansia serta mendekatkan pelayanan dan
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan secara rutin.
S. SASARAN KEGIATAN
Para lansia di

T. TARGET KEGIATAN
Target dari promkes ini adalah meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan para lansia sehingga para lansia lebih menyadari pentingnya
peranan posyandu sehingga meningkatkan kesehatan para lansia.

U. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dari posyandu ini adalah dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan fisik yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi
dini) atau ancaman kesehatan yang yang dihadapi. Pemeriksaan fisik dapat
seperti pemeriksaan tekanan darah dan berat badan. Selain itu dapat
dilakukan pemeriksaan sesuai keluhan dan pemberian obat-obatan yang
tersedia. Penyuluhan juga dilakukan di posyandu untuk meningkatkan
pengetauan para lansia akan kesehatan. Kegiatan ini dibantu ole para kader
kesehatan dan dilaksanakan secara rutin setiap bulannya.

V. WAKTU DAN TEMPAT


Waktu pelaksanaan yaitu pada tanggal

W. DOKUMENTASI KEGIATAN

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Tidak ada kendala yang berarti selama kegaitan ini berlangsung. Selama
kegiatan posyandu peserta tampak antusias ketika memeriksakan diri dan para
lansia banyak yang berkonsultasi mengenai kesehatan mereka. Selain itu, para
lansia juga merasa senang melakukan kegiatan olaraga yaitu senam. Para petugas
kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan serta kader melaksanakan tugas dengan
baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan para lansia dan
meningkatkan usia para lansia.

Anda mungkin juga menyukai