Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

A. Defenisi
Gangguan obsesif-kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan
yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya
yang bermakna. Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide,
impuls, yang berulang dan intrusive. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang
berulang dan disadari seperti menghitung, memeriksa dan menghindar. Tindakan
kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan
obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan. Pasien dengan
gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan
sehingga bersifat egodistonik.[1,2,3,4]
B. Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsesif kompulsif sebesar 2-2.4%. sebagian besar
gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun), tetapi
bisa terjadi pada masa kanak. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama.
[1,5,6,7]

C. Penyebab
Penyebab gangguan obsesif kompulsif bersifat multifaktorial, yaitu interaksi
antara faktor biologik, genetik dan faktor psikososial. Penelitian menunjukkan
bahwa gangguan obsesif kompulsif mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan

kimiawi otak yang disebut serotonin. Kecenderungan gangguan obsesif


kompulsif tampaknya menurun dalam keluarga. Terkadang berhubungan dengan
adanya yang mengidap kedutan (yang tak disengaja) dalam keluarga. Jarang
sekali, gangguan obsesif kompulsif timbul setelah penyakit infeksi yang
disebabkan bakteri. Penyebab obsesif kompulsif adalah sebagai berikut : [1,2,8,9]
1. Genetik.
Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit
ini kemungkinan berisiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
2. Organik.
Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian-bagian tertentu
otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang
disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab
OCD.
3. Pengalaman masa lalu.
Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang
menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
4. Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat
kecemasan sebelumnya.
Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan
gejala yang mirip dengan depresi. Perilaku yang obsesif pada ibu depresi
berusaha berkali-kali atau berkeinginan untuk membunuh bayinya.

5. Konflik
Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang
berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat
kerja, keyakinan diri.
D. Individu yang berisiko.
Individu yang berisiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah;
Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home,
kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah
namun masih dapat diperhitungkan). Faktor neurobiologi dapat berupa kerusakan
pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum. Individu yang memiliki
intensitas stress yang tinggi, riwayat gangguan kecemasan, depresi, atau individu
yang mengalami gangguan seksual.[1,2,10,11]
E. Gejala
Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya
muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang
stressful, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga. Seringkali
pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan
penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami
perjalanan penyakit yang berfluktuasi, sementara sebagian lain menetap/terus
menerus ada.[1,2,12]

Terdapat 4 (empat) pola gejala utama gangguan obesif kompulsif yaitu


sebagai berikut : [1,2,13,14]
1. Kontaminasi.
Pola yang paling sering daalah obsesi tentang kontaminasi, yang diikuti oleh
perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari objek yang dicurigai
terkontaminasi.
2. Sikap ragu-ragu yang patologik.
Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti
dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi
berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak
mengunci pintu rumah).
3. Pikiran yang intrusif.
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya
pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri.
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak
lamban, misalnya makan memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur kumis
dan janggut. Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotilomania,
dan menggigit-gigit jari.
F. Diagnosis
Pedoman diagnostik gangguan obsesif-kompulsif (F.42) adalah untuk
menegakan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu

berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau


mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal
berikut : [3,15,16,17,18]
1. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
2. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;
3. Pikiran untuk melawan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasaan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas).
4. Gagagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan
depresif. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukan gejala
depresif, (F33.-) dapat menunjukan pikiran-pikiran obsesif selama episode
depresif-nya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau
menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan
gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis
diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan
obsesif-kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat
gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang
menonjol, maka lebih baik mengganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling
bertahan saat gejala yang lain menghilang.3

Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom


Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut.[3,19,20,21]
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV yaitu sebagai berikut :[1]
1. Salah satu obsesif atau kompulsif
Obsesif didefinisikan sebagai berikut :
a. Pikiran, impuls atau banyangan yang pernah dialami yang berulang dan
menetap yang intrusive dan tidak serasi dan yang menyebabkan ansietas dan
distress, yang ada selama periode gangguan.
b. Pikiran, impuls, atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem
kehidupan yang nyata.
c. Individu berusaha untuk mengbaikan dan menekan pikiran, impuls, atau
bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau tindakan.
d. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal
dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar atau pikiran yang
disisipkan).
Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2)
a. Perilaku yang berulang (misalnya cuci tangan, mengecek) atau aktivitas
mental (berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang
individu merasa terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atua
sesuatu aturan yang dilakukan secara kaku.
b. Perilaku dan aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan
distress atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau

aktivitas mental tidak berhubungan dengan cara yang realistic untuk


mencegah dan menetralisir.
2. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa
obsesi dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak
berlaku pada anak.
3. Obsesi

dan

kompulsi

menyebabkan

distress,

menghabiskan

waktu

(membutuhkan waktu lebih dari 1 jam per hari) atau mengganggu kebiasaan
normal, fungsi pekerjaan atau akademik atau aktivitas sosial.
4. Bila ada gangguan lain pada axis 1, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait
dengan gangguan tersebut.
5. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya
penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medik umum.
Kondisi khusus jika, dengan tilikan buruk : jika untuk sepanjang episode individu
tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsinya berat dan tidak beralasan.
Pedoman diagnostik untuk keadaan Predominan Pikiran Obsesif atau
Pengulangan (F42.0) yaitu sebagai berikut :3
1. Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impuls (dorongan
perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien).
2. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu
menyebabkan penderitaan (distress).

Pedoman diagnostik untuk keadaan Predominan Tindakan Kompulsif


[Obessional Rituals] (F42.0) yaitu sebagai berikut : [3]
1. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khususnya
mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi
yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapihan dan
keteraturan. Hal tersebut dilatar-belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik
dan tindak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.
2. Tindakan ritual kompusif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam
dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidak-mampuan
mengambil keputusan dan kelambanan.
Pedoman diagnostik untuk keadaan Campuran Pikiran dan Tindakan
Obsesif (F42.2) yaitu sebagai berikut : [3]
1. Kebanyakan dari penderita obsesif-kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif
serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut
sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.
2. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam
diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respons yang berbeda
terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsive terhadap terapi
perilaku.
G. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penanganan yang bisa membantu. Salah satunya adalah terapi
perilaku, dan yang lain adalah obat-obatan. Terapi perilaku dan obat-obatan bisa

diberikan terpisah atau bersamaan. Jika memungkinkan, sebaiknya mendapatkan


kedua jenis penanganan.
a. Psikoterapi.[1,7,9,21]
Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan
hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor OCD
sangat sulit untuk disembuhkan, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi
kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai
bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal. Individu beranggapan
bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui pasti sangat
menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan perilakunya
tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik
saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai
kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat
membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.
Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan
dalam pemberian treatment berbagai gangguan kecemasan termasuk OCD.
Dalam CBT penderita OCD pada perilaku mencuci tangan diatur waktu kapan
ia mesti mencuci tangannya secara bertahap. Bila terjadi peningkatan
kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD mencuci
tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara
perlahan kebiasaan-kebiasaannya itu.
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen
stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan

kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu. Pemberian terapi
selama 3 bulan atau lebih.
b. Farmakologi.[4,8,19,20]
Pemberian obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara
bersamaan dalam masa perawatan penderita OCD. Pemberian obat medis
hanya bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater atau social worker yang terjun
dalam psikoterapi. Pemberian obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat
karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan.
Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD sesuai sediaan obat antiobsesif kompulsif dan dosis anjuran yaitu sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Generik
Clomipramine
Fluvoxamine
Sertraline
Fluoxetine

5.
6.

Paroxetine
Citalopram

Nama Dagang

Sediaan

ANAFRANIL (Novartis)
LUVOX (Solvay Pharma)
ZOLOFT (Pfizer-Pharmacia)
PROZAC (Eli Lily)
NOPRES (Dexa Medica)
ANSI (Benofarma)
ANDEP (Medikom)
ANTIPRESTIN (Pharos)
COURAGE (Soho)
ELIZAC (Mersifarma)
KALXETIN (Kalbe)
LODEP (Sunthi Sepuri)
OXIPRES (Sandoz)
ZAC (Ikapharmindo)
ZACTIN (Merck)
SEROXAT (Glaxo Smith-Kline)
CIPRAM (Lundbeck)

Tab. 25 mg
Tab. 50 mg
Tab 50 mg
Cap 20 mg
Caplet 20 mg
Cap 10-20 mg
Cap 20 mg
Cap 10-20 mg
Cap 20 mg
Cap 20 mg
Cap 10-20 mg
Cap 20 mg
Cap 20 mg
Cap 10-20 mg
Cap 20 mg
Tab 20 mg
Tab 20 mg

Dosis
Anjuran
75-200 mg/h
100-250 mg/h
50-150 mg/hr
20-80 mg/h

40-60 mg/h
40-60 mg/h

Penggolongan obat anti-obsesif kompulsif adalah sebagai berikut :


a. Trisiklik (Tricyclics) Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil).
Trisiklik merupakan obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja
sama baiknya dengan SSRIs. Pemberian obat ini dimulai dengan dosis

10

rendah. Beberapa efek pemberian jenis obat ini adalah peningkatan berat
badan, mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.
b. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level
serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac),
sertraline (Zoloft), escitalopram (Lexapro), paroxetine (Paxil), dan
citalopram (Celexa).
c. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs). Jenis obat ini adalah phenelzine
(Nardil),

tranylcypromine

(Parnate)

dan

isocarboxazid

(Marplan).

Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan makanan yang berkeju atau


anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit (seperti Advil,
Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi dengan
MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Respon penderita

gangguan obsesif-kompulsif

terhadap

farmakoterapi

seringkali hanya mencapai pengurangan gejala sekitar 30-60%, dan


kebanyakan masih menunjukan gejala secara menahun. Namun demikian,
umumnya penderita sudah merasa sangat tertolong.
H. Prognosis
Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna,
sementara 40-50% perbaikan yang sedang. Sedangkan sisanya 20-40% gejalanya
menetap atau memburuk. Sepertiga dari gangguan obsesif kompulsif disertai
gangguan depresi, dan semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif
memiliki risiko bunuh diri. Indikasi prognosis buruk adalah : kompulsi yang
diikuti, onset masa kanan, kompulsi yang bizarre, memerlukan perawatan rumah

11

sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang


mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama kepribadian
schizotipal). Indikasi adanya prognosis yang baik adalah adanya penyesuaian
sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala
yang episodik.[1,2,9,11,19]

12

Anda mungkin juga menyukai