Modul Praktikum PDF
Modul Praktikum PDF
MIKROBIOLOGI DASAR
Disusun oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Jatinangor, 2015
Penyusun
BENTUK LAPORAN
A. PENGAMATAN MIKROSKOPIS
Semua pengamatan mikroskopis harus digambarkan dan diwarnai sesuai
dengan pengamatan di bawah mikroskop, pada buku gambar khusus. Setiap halaman
diberi garis pinggir lalu dibagi menjadi 2 bagian. Setiap bagian diperuntukkan untuk 1
pengamatan. Pada bagian atas, dituliskan :
- Nomer dan nama kegiatan
- Tanggal pengamatan
- Zat kimia (yang dipakai)
- Sampel (mikroorganisme)
Hasil pengamatan digambarkan dalam sutui zona lingkaran dan diberi
keterangan yang diperlukan. Buku gambar dikumpulkan dan diperiksa pada tengah
semester.
B. LAPORAN
Kegiatan selain pengamatan mikroskopis, diwajibkan untuk diserahkan dalam
bentuk laporan praktikum. Laporan dibuat oleh masing-masing kelompok praktikan
dengan format sebagai berikut:
1.
Cover laporan, terdiri dari nomor dan nama kegiatan, fnama dan nomor induk
mahasiswa serta nama laboratorium tempat prakikum berlangsung.
2.
Format dalam, terdiri dari :
- tujuan
- teori singkat
- alat dan bahan
- prosedur kerja
- data pengamatan dan hasil perhitunan
- pembahasan
- kesimpulan dan saran
- daftar pustaka
-
KEGIATAN I
MIKROSKOP MEDAN TERANG
TUJUAN
Memperkenalkan prinsip-prinsip penting Mikroskopi cahaya, bagian-bagian
mikroskop majemuk, penanganan dan pemeliharaan serta penggunaan mikroskop yang
baik.
TEORI SINGKAT
Mikroskop Medan Terang
Mikroskop Medan Terang (bright field microscope) adalah mikroskop dengan medan
rnikroskopis atau medan yang mengelilingi spesimen terlihat terang, sedangkan obyek
yang diamati tampak lebih gelap dari latar belakangnya. Hal ini disebabkan cahaya dari
suatu sumber masuk melalui sistem-sistem lensa tanpa mengalami perubahan, sehingga
terbentuk medan yang terang. Mikroskop yang dipakai saat ini umumnya menggunakan
dua sistem lensa terpish, yaitu lensa obyektif dan lensa okular, maka mikroskop ini
disebut pula sebagai mikroskop majemuk.
Pada umumnya, mikroskop ini menghasilkan perbesaran maksimum sekitar 1000X.
Ketajaman bayangan pada perbesaran maksimum tergantung pada pengaturan
diafragma, kondensor, minyak emersi dan faktor-faktor lain
Gambar l. Mikroskop Majemuk
NA obyektif + NA kondensor
r=
Dari persamaan tersebut terlihat, bahwa makin pendek panjang gelombang atau makin
besar tingkap numeris, maka makin kecil nilai r (dayapisah) atau makin tinggi resolusi
mikroskop.
Tingkap numeris (NA) adalah pernyataan matematis kerucut cahaya yang
dihantarkan kondensor pada spesimen dan dikumpulkan oleh lensa obyektif.
NA = n sin , dimana n adalah indeks bias medium diantara lensa obyektif dan
spesimen, sedang sin O adalah sinus setengah sudut yang dibentuk kerucut cahaya dari
kondensor yang melewati spesimen menuju lensa obyektif. Bila digunakan lensa
obyektif kering, maka n adalah indeks bias udara (n = 1). Sedang untuk Obyektif celup
minyak n adalah indeks bias minyak emersi celup (n=1,56).
2
Iluminasi
Bola pijar lebih disukai sebagai cahaya, sebab warna, dan intensitasnya lebih
mudah dikendalikan. Bila mikroskop dilengkapi dengan cermin, maka selalu
menggunakan sisi cermin yang datar. Sisi cermin yang datar dapat memantulkan
berkas-berkas cahaya paralel yang diperlukan mikroskopyang menggunakan
kondensor.
Manipulasi kondensor dan diafragma iris diperlukan untuk mendapatkan
kontras kedalaman medan dan daya pisah yang optimum. Agar kondensor dapat
memusatkan semua berkas cahaya pada spesimen, maka harus terletak pada posisi
tertinggi.
Jumlah berkas cahaya yang memasuki lensa obyektif tergantung pada jenis
obyektifnya. Semakin besar daya pembesaran obyektif, semakin banyak cahaya yang
diperlukan. Jumlah cahaya yang masuk dapat diatur dengan membuka dan menutup
diafragma iris, yang terletak antara kondensor dan sumber cahaya. Sebaliknya, bila
menggunakan obyektif celup celup, diafraglna harus dibiarkan terbuka penuh.
ALAT DAN BAHAN
1. Mikroskop majemuk medan terang.
2. Spesimen jadi bakteri.
3. Kapas dan kertas saring.
4. Minyak emersi dan xylene.
5. Air suling
PROSEDUR KERJA
A.
1.
Mikroskop dibawa dalam posisi tegak dengan dua tangan, satu tangan
memegang tangkai dan tangan yang lain menyangga dasar mikroskop
Hindarkan mikroskop dari benturan tiba-tiba.
Jangan menyentuh lensa dengan tangan atau melepaskan lensa dari tempatnya.
Jangan memiringkan mikroskop, bila bekerja dengan lensa obyektif celup
minyak.
Jangan melakukan penyetelan mikroskop dengan paksa.
Jangan menukarkan lensa obyektif atau okular mikroskop.
Lensa okular harus dibersihkan setiap selesai penggunaan, dengan kertas saring
yang dibasahi air suling, lalu dikeringkan dengan kertas lain.
Bersihkan minyak emersi dari pentas dan penjepit kaca obyek dengan kapas.
Bersihkan lensa obyektif celup minyak dengan kertas saring atau kapas yang
dibasahi sedikit xylene (xylol), setiap selesai menggunakan mikroskop. Xylene
yang terlalu banyak akan menyebabkan perekat lensa menjadi larut.
Pasang lensa obyektif berkekuatan rendah pada posisi kerja, bila mikroskop
tidak digunakan
3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
B.
PENGGUNAAN MIKROSKOP
1.
Letakkan mikroskop pada jarak tertentu dari tepi meja sehingga mudah untuk
melakukan pengamatan.
Atur iluminasi dengan menjauhkan atau mendekatkan sumber cahaya.
Letakkan spesimen di atas pentas mikroskop.
Buka diafragma iris dengan penuh dan naikkan kondensor sampai sama tinggi
dengan pentas.
Bila diperlukan sumber cahaya dari luar; maka atur sisi datar cenninmikroskop
sehingga cahaya terlihat pada lensa kondensor.
Mulailah pengamatan dengan lensa obyektif berkekuatan rendah (10X). Dengan
bantuan tombol pengatur kasar, rendahkan lensa atau naikkan pentas sampai
lensa obyektif terletak 54 mm dari specimen.
Perbaiki letak cermin dan setel diafragma iris sampai area obyektif terletak di
tengah-tengah dan penuh cahaya. Jauhkan lensa obyektif secara perlahan-lahan
dengan tombol pengatur kasar sampai terlihat bayangan. Perjelas bayangan
dengan memutar tombol pengatur halus secara perlahan.
Untuk-mikroskop majemuk dengan sumber cahaya terpasang, putar pengatur
filter kerapatan netral (neutral density filter), sehingga lensa es (frosted lense)
terpasang pada tempatnya.
Jika ingin menggunakan lensa obyektifkering tinggi (40-45 X), putar lensa ke
posisi kerja, rendahkan lensa obyektif atau naikkan pentas dengan tombol
pengatur kasar, sampai hampir menyentuh kaca obyek. Jauhkanljensa obyektif
dari spesimen dengan menggunakan tombol pengatur kasar. Stel cahaya dan
fokus seperti pada lensa obyektif berkekuatan rendah.
Unfuk obyektif celup minyak, putar lensa obyektif kering tinggi menjauhi posisi
kerja, Taruhlah setetes minyak celup di atas spesimen. Putarlah obyektif celup
minyak pada posisi kerja, Lakukan penyetelan sepeti pada lensa obyektif
berkekuatan rendah.
Usahakan memulai pengamatan spesimen dengan lensa berkekuatan rendah,
lalu dilanjutkan dengan lensa berkekuatan tinggi.
Gambarkan sel-sel yang diamati dengan skala yang sesuai.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 2
PENYIAPAN PREPARAT MIKROORGANISME
TUJUAN
Mempelajari teknik lekapan basah dan tetes gantung untuk mengamati morfologi, pola
penataan dan motilitas mikroorganisme hidup di bawah mikroskop.
TEORI SINGKAT
Untuk mengamati mikroba dengan mikroskop cahaya dapat disiapkan dua
macam preparat, yaitu preparat basah (wel mount preparation) dan olesan yang
diwarnai. Cara kedua lebih sering digunakan, tetapi memiliki beberapa kelemahan.
Pada olesan yang diwamai, hanya dapat diamati mikroba yang mali, dengan ukuran dan
pola penataan yang sering berubah serta tidak dapat diamati pergerakannya (motilitas).
Untuk pengamatan mikroba hidup, maka mikroba tersebut harus tersuspensi
dalam lingkungan cair yang memadai. Ada dua teknik penyiapan preparat, yaitu
lekapan basah (wel mount) dan tetes gantung. Kedua teknik ini menggunakan setetes
cairan yang mengandung mikroba hidup. Pada preparat basah dapat diamati morfologi,
pola penataan khas dan gerak bakteri (motil) dalam keadaan alami yang tidak
terganggu.
Pada pengamatan motilitas, seringkali pergerakan mikroba dikelirukan dengan
gerak Brown. Beberapa macam alga dan protozoa dapat bergerak bebas karena
memiliki flagela. Sedangkan beberapa jenis protozoa dapat bergerak karena memiliki
silia atau pseudopodia (pergerakan amuboid). Pergerakan sejati umumnya lebih
progresif dan terarah. Sedang gerak Brown merupakan gerakan menggetar partikelpartikel secara acak dan tidak terarah. Gerakan it tidak mengubah posisi mikroba
nonmotil terhadap benda-benda lain di sekelilingnya.
Pergerakan sejati juga sering dikelirukan dengan pergerakan oleh arus Cairan. Bila
preparat tersebut mengandung gelembung udara atau tidak tersegel baik, maka arus
udara dapat menyebabkan arus cairan.
Apabila preparat basah diperiksa dengan mikroskop medan terang, maka
diperlukan penyesuaian sumber cahaya. Intensitas cahaya dapat dikurangi dengan
menggunakan filter khusus.
Selain pengamatan mikroskopis yang menggunakan lekapan basah, motilitas
mikroba juga dapat diamati secara makroskopis. Bakteri ditanam dalam medium
setengah padat (mediun semi solid) dalam tabung reaksi. Penanaman dilakukan dengan
jarum penusuk yang ditusukkan secara tegak ke dalam medium tersebut. Biakan
diinkubasikan pada suhu yang sesuai selama 18-24 jam. Jika terdapat motilitas, maka
seluruh medium menjadi keruh, Tetapi jika bakteri hanya hidup pada daerah tusukan
saja, maka motilitas negatif
4.
5.
Ambil sebuah kaca tutup yang bersih, lalu lapisi ke empat sisinya dengan
Vaselin.
Taruhlah setetes suspensi bakteri di tengah-tengah kaca tutup tersebut.
Pegang kaca obyek cekung dengan bagian cekung menghadap ke bawah.
Dekatkan kaca obyek pada kaca tutup, sehingga bagian cekung akan
mengelilingi suspensi bakteri. Tekan perlahan-lahan sampai vaselin menyebar
dan membentuk segel.
Balikkan kaca obyek tersebut dengan cepat, sehingga suspensi bakteri akan
menggantung di kaca tutup tanpa menyentuh kaca obyek.
Amati di bawah mikroskop dengan lensa obyektif kering tinggi (40-45 X).
Gambarkan pengamatan morfologi, pola penataan sel dan motilitas dengan
skala yang sesuai.
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 3
PENYIAPAN OLESAN BAKTERI
TUJUAN
Mempelajari cara menyiapkan olesan bakteri yang baik, sebagai prasyarat untuk
berbagai pewarnaan.
TEORI SINGKAT
Olesan bakteri yang baik merupakan prasyarat bagi berhasilnya berbagai teknik
pewarnaan. Olesan yang baik adalah olesan tidak terlalu tebal alau terlalu tipis dan
tahan pencucian satu kali atau lebih, setelah difiksasi dengan panas. Bakteri tidak hilang
tercuci, dengan bentuk tetap dan tidak menyusut.
Kaca obyek yang digunakan harus bersih dari debu dan lemak serta tidak boleh
tergores. Partikel-partikel debu dan goresan pada kaca obyek dapat dikelirukan dengan
mikroorganisme. Di samping itu, olesan pada kaca obyek yang berlemak atau berdebu
akan cenderung mengumpul dan tidak menyebar dengan baik.
Hal penting lainnya ialah kemampuan menaruh sejumlah mikroorganisme yang
tepat pada kaca obyek, sehingga olesan tidak terlalu tebal atau terlalu tipis. Pada olesan
yang terlalu tebal, sel-sel bakteri akan bertumpuk sehingga sukar diamati secara
individu. Jumlah cahaya yang lewat melalui spesimen juga berkurang sehingga
menyulitkan pengamatan. Keadaan ini sering tejadi pada olesan-olesan dari biakan
yang diambil dari medium padat. Sedang pada olesan yang terlalu tipis, akan sulit
menemukan sel-sel tersebut. Keadaan tersebut cenderung terjadi pada olesan-olesan
yang dibuat dari biakan dalam medium cair.
Penyiapan olesan berbeda menurut jenis medium tempat tumbuh
mikoorganisme. yang bersangkutan. Bila medium berupa cairan (kaldu, susu, air liur,
air seni dan sebagainya), maka penyiapan olesan dimulai dengan menaruh satu atau dua
lup penuh biakan di atas kaca obyek.
Bila biakan berasal dari medium padat (agar miring, agar cawan atau bagianbagian tubuh), maka taruh satu atau dua lup penuh NaCl fisiologis steril di atas kaca
obyek, lalu campurkan sejumlah kecil biakan organisme. Sel-sel bakteri pada medium
padat cenderung saling melekat, sehingga harus disebarkan dengan baik. Untuk
mengambil biakan, gunakan jarum inokulasi yang lurus sehingga tidak terlalu banyak
biakan yang terambil.
Olesan bakteri harus betul-betul kering di udara terbuka sebelum difiksasi
dengan panas. Fiksasi pada olesan yang belunn kering akan menyebabkan sel-sel
bakteri seakan-akan terebus dan bentuknya menjadi tidak karuan. Fiksasi panas juga
dilakukan secukupnva untuk menghindarkan salah bentuk atau penyusutan sel.
Meskipun kaca obyek untuk penyiapan olesan tersebut tidak steril, namun tetap
digunakan teknik antiseptik. Hal tersebut untuk menghindari tercemarinya biakan yang
digunakan, juga untuk melindungi diri dari kontaminasi mikroorganisme.
7
4.
5.
6.
7.
Bersihkan kaca obyek dengan kapas yang dibasahi alkohol 70 %, lakukan pada
kedua permukaannya.
Setelah bersih, peganglah kaca obyek pada pinggir-pinggirnya dan buat
lingkaran di tengah-tengah permukaan bawah kaca obyek dengan spidol
Bila biakan dalam medium cair, kocok biakan tersebut dengan baik, tanpa
membasahi sumbat tabung. Taruhlah 1-2 lup penuh suspensi mikroorganisme
pada kaca obyek yang sudah diberi tanda lingkaran di bawahnya. Sebarkan
organisme hingga rata seluas area lingkaran.
Bila biakan dalam medium padat, taruhlah 1-2 lup penuh air suling pada kac
obyek yang sudah diberi tanda lingkaran di bawalmya. Dengan jarum inokulasi,
pindahkalah sedikit biakan ke tetesan air, campurkan dan sebarkan hingga rata
seluas area lingkaran.
Biarkan olesan tersebut kering di dekat hawa hangat api. Olesan yang
mengering akan tampak lapisan tipis berwarna putih.
Setelah olesan benar-benar kering, lalukan kaca obyek tersebut.tiga kali di atas
api. Proses ini disebut fiksasi panas untuk mematikan mikroorganisme yang
bersangkutan dan membuatnya menempel pada kaca obyek.
Gunakan olesan-olesan tersebut untuk pewarnaan pada kegiatan-kegiatan
berikutnya.
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 4
PEWARNAAN SEDERHANA
Mengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri, dengan
menggunakan satu macam zat pewarna.
TEORI SINGKAT
Sel-sel mikroorganisme umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan)
bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa. Hal tersebut diakibatkan indeks bias
sitoplasma sel hampir sama dengan indeks bias lingkungan, yang berupa zat cair.
Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewamai selsel tersebut dengan zat warna.
Ada dua golongan zat warna yang umum dipakai untuk pewarnaan
mikroorganisme, yaitu :
l.
Zat warna yang bersifat asam, dimana komponen warnanya adalah anion,
biasanya dalam bentuk garam natrium.
2.
Zat warn yang bersifat alkalis dengan komponen warna kation, biasanya dalam
bentuk klorida.
Pada pewarnaan bakteri, terjadi proses pertukaran ion-ion zat warna dengan ionion protoplasma bakteri. Pada umumnya digunakan larutan-larutan zat warna yang
encer, jarang lebih dari 1 0%. Suatu larutan zat warna encer yang didiamkan agak lama
pada preparat, umumnya bekerja lebih baik daripada larutan zat warna pekat yang
didiamkan dalam waktu singkat.
Zat pemantek (mordant) sering ditambahkan pada waktu pewarnaan. Zat
tersebut berfungsi untuk menambah gaya gabung, dimana hasil reaksi antara sel dan zat
warna diendapkan oleh pemantek menjadi presipitat berbulir-bulir besar, sehingga tidak
mungkin keluar melalui pori-pori dinding sel.. Contoh zat pemantek adlah amonium
oksalat, fenol, iodium, asam tanat, garam-garam alumunium, besi, timah, sego,
tembaga, krom dan lain-lain. umumnya zat ini diberikan
- Sebelum penambahan zat warna
- Ke dalam larutan zat warna
- Antara pemakaian dua larutan zat warna
Teknik pewarnaan mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua, yaitu .
1. Pewarnaan sederhana (tunggal)
2. Pewarnaan diferensial
Pewarnaan yang paling banyak digunakan ialah pewarnaan tungal, yang
mengunakan satu jenis zat warna. Zat-zat warna tersebut umumnya bersifat alkalin,
karena sitoplasma sel bakteri bersifat basofilik (suka akan basa).
Pewarnaan tunggal memungkinkan teramatinya ukuran dan bentuk/tipe
morfologi (kokus, basilus vibrio, spirilium, dsb.) dari bakteri. Selain itu, dapat pula
diamati struktur-struktur tertentu bakteri, seperti endospora. Berbeda dengan spesimen
hidup, sel-sel yang diwamai dan terfiksasi pada kaca obyek dapat dismpan sebagai
dokumentas untuk jangka waktu lama.
9
10
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 5
PEWARNAAN GRAM
TUJUAN
Menganuti dua kelompok bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif, dengan
menggunakan prosedur pewarnaan Gram, Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Pewarnaan tunggal memungkinkan untuk mengamati ukuran dan bentuk bakteri
secara jelas. Tetapi bentuk bakteri-bakteri dengan morfologi yang sama dari jenis yang
berbeda, pewarnaan tersebut tidak dapat membedakannya. Untuk maksud tersebut,
maka dikembangkan teknik pewarnaan diferensial.
Pewarnaan diferensial bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat bakteri terhadap
dua jenis pewarnaan dan untuk mengidentifikasi bakter. Zat-zat warna yang dipakai
lebih dari satu warna, baik dipakai satu-persatu maupun dalam suatu campuran.
Pada tahun 1884, seorang ahli bakteriologi Denmark menemukan pewarnaan
Gram. Melalui metode ini bakteri-bakteri dipisahkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu :
1) Bakteri Gram positif, yang dapat menahan kompleks pewarna primer karbol
gentian violet-iodium sampai akhir prosedur (sel benvarna biru gelap atau
ungu).
2) Bakteri Gram negatif, yang kehilangan kompleks warna karbol gentian violetiodium dengan pembilasan alkohol dan tenwarnai oleh pewarna tandingan air
fuksin (sel berwarna merah muda).
Sekalipun mekanisme pewarnaan Gram belum diketahui dengan tepat, tetapi
perbedaan komposisi dinding sel bakteri Gram positif dengan Gran negatif, diduga
berperan terhadap reaksi Gram. Dinding sel yang tebal pada bakteri Gram positif akan
menyusut oleh pembi-lasan alkohol (terdehidrasi), sehingga pori-pori dinding sel
menutup dan mencegah larutnya kmpleks pewarna primer pada saat pemucatan.
Sedangkan dinding sel Granm negatif mengandung banyak lipid, yang pada umumnya
larut dalam alkohol dan aseton. Larutnya lipid diduga memperbesar pori-pori dinding
sel dan menyebabkan proses penmucatan berlangsung lebih cepat. Dugaan tersebut
didukung percobaan dimana berubah menjadi Gram negatif.
Walaupun demikian, prrbedaan reaksi tetap didasarkan atas perbedaan laju
lepas kompleks karbol gentian violet-iodium pada langkah pemucatan. jika pemucatan
berlebih bakteri C positif dapat memperlihatkan reaksi Gram negative. Faktor-faktor
lain yang dapat, menimbulkan keragaman pada reaksi Gram ialah :
1) Pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan
Olesan bakteri Yang dipanaskan secara berlebihan akan menyebabkan
pecahnya dinding sel. Akibatnya sel Granm positif akan melepaskan pewarna
primer dan menerima pewarna landingan.
11
13
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 6
PEWARNAAN TAHAN ASAM
TUJUAN
Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak tahan asam,
dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam pewarnaan (Ziehl-Neelsen).
Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur
tersebut.
TEORI SINGKAT
Bakteri-bakteri dari genus dan spesies-spesies tertentu dari genus Nocardia
mengandung sejumlah besar lipid dan asam lemak pada dinding- dinding selnya. Hal
tersebut menyebabkan dinding sel relatif tidak permiabel terhadap zat-zat warna,
sehingga sel-sel bakteri tidak terwarnai oleh pewarnaan biasa. Beberapa spesies dari
kedua genus tersebut patogenik terhadap manusia, seperti M. tuberculosis (penyakit
TBC) dan M. leprae (penyakit lepra). Untuk menunjang diagnosis penyakit-penyakit
tersebut, bakteri-bakteri penyebabnya harus dapat diisolasi, mudah diamati dan
dibedakan dari jenis bakteri lainnya. Untuk tujuan tersebut, maka digunakan pewarnaan
khusus yang dapat menembus dinding sel.
Teknik pewarnaan khusus tersebut diberi nama pewarnaan lahan asam, yang
mula-mula dikembangkan oleh Paul Ehrlich pada tahun 1882. Prosedur pewarnaan
yang digunakan sekarang merupakan perbaikan dari teknik Ehrlich ini dikenal dengan
pewarnaan Ziehl Nielsen. Nama tersebut diambil dari nama dua peneliti yang
mengembangkan prosedur tersebut pada akhir 1800-an. Prosedur ini menggunakan
pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan biru metilen sebagai pewarna
tandingan. Pada modifikasi lain teknik ini perlakuan panas diganti dengan penggunaan
pembasah (suatu deterjen ntuk mengurangi tegangan permukaan lemak) untuk
menjamin penetrasi pewarna. Pewarna yang mengandung bahan pembasah disebut
pewarna Kinyoun.
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel bakteri, seperti mikrobakteria
menahan zat warna tersebut dan tidak terpucatkan sekalipun oleh zat bersifat keras,
seperti asam alkohol. Asam alkohol merupakan pcmucat yang sangat intensif. Pada
pewarnaan ini, mikroorganisme yang dapat menahan zat warna utama dikatakan tahan
asam dan berwarna merah. Sedang pada bakteri biasa senyawa karbol fuksin mudah
dipucatkan oleh alkohol-asam dan menyerapan biru metilen sehingga sel berwarna
biru. Hal yang harus diperhatlkan dalam pewarnaan ini adalah jangan sampai preparat
mongering, bila dilakukan pemanasan. Dindng sel harus utuh untuk mencegah lipid
yana telah terwarnai meninggalkan sel untuk melarut ke dalam pemucat. Bila dinding
ini pecah maka lipid meninggalkan sel dan sifal tahan asamnya akan hilang.
14
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari suspensi bakteri, Genangi
olesan bakteri dengan pewama karbol fuksin selama 5 menit, sambil dipanaskan
di atas penangas air. Jaga jangan sampai terlalu panas, mendidih atau kering.
2. Buang zat wama yang berlebih, lalu bilas dengan air suling.
3. Bilas dengan zat pemucat alkohol-asam selama 15 detik atau sampai latar
belakang olesan berwarna merah muda pucat.
4. Genangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 2 menit, buang
zat warna yang berlebih, bilas dengan air suling, lalu keringkan dengan kertas
saring.
5. Teteskan sedikit minyak imersi pada preparat, lalu periksa di bawah
mikroskop. Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu ganti
dengan lensa obyektif berkekuatan 100X. Amati dan gambarkan hasilnya.
Bakteri tahan asam (ZN + ) akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam (ZN -)
akan berwarna biru.
15
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 7
PEWARNAAN SPORA
TUJUAN
Mengamiati endospora bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan spora
(pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
daam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Jenis-jenis bakteri tertentu, khususnya famili Bacillaceae, membentuk suatu
struktur di daam sel pada tempat-tempat khas, disebut endospora. Famili ini terdiri dari
3 genus, yaitu Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Endospora tersebut dibentuk
daam lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini
disebabkan endospora dapat bertahan hidup daam kekurangan nutrien, tahan terhadap
panas dan unsur-unsur fisik lain seperti pembekuan, kekeringan, radiasi utraviolet serta
tahan bahan kimia yang dapat menghancurkan bakteri. Bilamana keadaan lingkungan
cukup baik, dinding endospora akan pecah dan membentuk sel vegetative kembali.
Endospora merupakan bentuk kehidupan yang paling resisten sehingga
mikroorganisme yang bersangkutan dapat bertahan hidup dalam debu dan tanah selama
bertahun-tahun. Adanya endospora dalam debu menjelaskan mengapa Bacillus
merupakan kontaminan umum di laboratorium.
Ketahanan endospora disebabkan adanya selubung spora yng keras dan tebal.
Sifat tersebut menyebabkan diperlukan perlakuan yang keras untuk mewarnainya.
Hanya dengan perakuan panas yang cukup, pewarna yag sesuai dapat menembus
endospore. Tetapi sekali pewarna tersebut memasuki maka sukar dihilangkan.
Ukuran dan letak endospora di dalann sel merupakan ciri-ciri untuk
membedakan spesies-spesies bakteri pembentuk spora. Letak spora ada tiga macam,
yaitu sentral (di tengah sel), terminal (di pinggir sel) dan subterminal (antara sentral
dan terminal). Bentuk endospora umumnya bulat atau lonjong. Adanya spora dapat
mengubah bentuk sel bakteri, dimana endospora menonjol keluar seperti pemukul
tambul, misalnya pada Clostridium tetani. Bila endospora
terletak sentral atau sub terminal, dengan diameter yang lebih besar dari diameter
bakteri, maka bentuknya seperti kumparan.
ALAT DAN BAHAN
1. Biakan padat bakteri Bacillus subtilis berumur 72 jam.
2. NaCl fisiologis.
3. Zat warna karbol fiuksin dan biru metilen.
4. H2S04 1%
5. Kaca obyek, kapas dan kertas saring.
6. Alkohol 70 % dan air suling dalam botol semprot.
16
17
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 8
PEWARNAAN NEGATIF
TUJUAN
Mengamati morfologi bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna-pewarna sederhana,
dengan menggunakan prosedur pewarnaan negatif. Memahami setiap langkah dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Metode ini bukan untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakang
menjadi hitam gelap). Melode pewarnaan negatif meliputi pencampuran
mikroorganisme dengan setetes tinta Cina, lalu disebarkan pada kaca obyek yang
bersih. Mikroorganisme akan terlihat transparan (tembus pandang) di medan tidak
dapat menembus yang gelap, karena pewarna-pewarna tersebut menembus
mikroorganisme. Metode ini berguna untuk bakteri-bakeeri tertentu, seperti spiroketa,
yang sukar diwarnai.
Pewarnaan negatif berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel suatu
mikroorganisme. Pada pewarnaan ini, olesan dipanaskan maupun mendapatkan
perlakuan keras bahan-bahan kimia sehingga dapat menghindarkan terjadinya
penyusutan atau salah bentuk sel. Tetapi jika pewarna sudah mengering, sel-sel tersebut
dapat saja mengalami penyusutan atau salah bentuk.
Keberhasilan metode ini bergantung pada hal-hal berikut :
1. Kaca obyek harus betul-betul bersih (bila terdapat sisa-sisa lemak dan debu,
maka olesan mikroorganisme tidak akan rata).
2. Jumlah tinta Cina yang digunakan menentukan keberhasilan pewarnaan (tidak
boleh berlebih).
3. Campuran mikroorganismc dan pewarna harus diseret di atas kaca obyek bukan
sekedar didorong.
ALAT DAN BAHAN
1. Suspensi bakteri Klebsiela sp.
2. Tinta Cina.
3. Kaca obyek, kapas dan kertas saring.
4. Alkohol 70% dan air suling dalam botol semprot.
5. Ose dan pembakar spiritus.
6. Bak pewarna.
7. Mikroskop majemk dan minyak celup.
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan 2 kaca obyek yang bersih. Lelakkan satu ose suspensi bakteri dan
18
satu tetes cina (1:1) di deka ujung kanan kaca obyek pertama.Campurkan
keduanya dengan menggunakan kaca (obvek kedua, sanpai homogen.
2. Letakkan kaca obyek kedua pada kaca obyek pertama dengan membentuk sudut
450, Tarik kaca obyek kedua sepanjano kaca obyek pertama dengan
menyeretnya ke arah kiri.
3. Biarkan preparat tersebut mengering dengan sendirinya.
4. Teteskan sedikit minyak imersi pada preparat lalu periksa di bawah mikroskop
Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu ganti dengan lensa
obyek tifbeckekuatan 100X. Amati dan gambarkan-hasilnya.
Sel bakteri akan tampak sebagai bagian yang kosong dengan latar belakang
yang gelap.
19
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 9
PEWARNAAN KAPSUL
TUJUAN
Mengamati kapsul bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan kapsul
(pewarnaan Burri-Gins). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang
terjadi dalam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Beberapa jenis bakteri dan algae hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang
amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya dan menyelubungi dinding sel. Bila
bahan berlendir tersebut kompak dan menampakkan bentuk yang pasti (bundar atau
lonjong) maka disebut kapsul. Tetapi bila bentuknya tidak teratur dan menempel
kuranng erat pada sel, maka disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lendir tidak esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat berfungsi
sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang
maupun di alam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan
menghasilkan kapsul merupakan sifal genetis, tetapi ukuran dan jumlahnya sangaat
dipengaruhi oleh komposisi medium tempat tumbuh sel-sel tersebut. Ukuran kapsul
berbeda-beda dalam setiap jenis bakteri maupun dalam galur-galur yang berbeda dalam
satu spesies. Pada bebeiapa jenis bakteri, keberadaan kapsul merupakan petunjuk
bahwa mikroorganisme tersebut bersifat virulen (misalnya Streptococcus pneumoniae
atau pneumokokus patogenik). Maka diagnosis pneumonia dan beberapa penyakit lain
dapat dipermudah oleh pewarnaan kapsul. Kapsul bakteri umumnya larut dalam air.
Komposisi kimiawi kapsul berbeda-beda menurut jenis mikroorganismenya.
Ada yang berupa polimer glukosa (misalnya, dekstran pada leuconostoc
mesenleroides), polimer gula-annino (misalnva, asan hialuronat pada
stafilokokuspiogenik), polipeptida (misalnya, polimer asam D-glutamat pada Bacillus
anthracis) atau kompleks polisakarida-protein (misalnva, basillus
disentri).
Bakteri berlendr dapat mengganggu perindustrian, misalnya pada pembuatan
gula tebu. Belacoccus dextranicus dapat membentuk lendir yang sangat banyak
sehingga memampatkan mesin pembuat gula. Bacillus subtillis kadang-kadang
mengganggu pembuatan roti. dengan membentuk lendir yang liat yang kenyal.
Kapsul bakteri sangat sukar diamati deng0\an nikroskop cahaya biasa karena tidak
berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah. Kapsul bakteri bersifat non-ionik,
maka tidak dapat diwarnai dengan prosedur pewarnaan sederhana. Masalah utama
dalam pewarnaan kapsul adalah bila olesan bakteri tersebut difiksasi dengan panas
dengan mtlode biasa maka kapsul tersebut akan meluncur pada waktu pencucian. Tetapi
kebuluhan bakteriologis biasanya hanya memerlukan deteksi ada atau tidaknya kapsul.
Tuuuan ini dapat dicapai dengan
menggabungkan prosedur pewarnaan negattf dengan pewarnaan sederhana.
20
21
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN 10
PEMBIAKAN BAKTERI
10.1. Pcnyimpanan Media
Tujuan
Mempelajari prosedur umum untuk merekonstitusi medium berbentuk bubuk dan
menaruhnya dalam jumlah yang dikehendaki ke dalam wadah-wadah yang sesuai.
Teori Singkat
Medium adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkah mikroorganisme
di atas atau di dalamnya. Persyaratan unluk membuat medium itu amat beragam,
diantaranya yang utama adalah air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh. Air
merupakan komponen utama protoplasma (70-85% protoplasma terdiri dari air) serta
wahana bagi masuknya nutrien ke dalam sel dan keluarnya sekresi ataupun ekskresi
dari dalam sel. Selain itu air juga diperlukan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi
enzimatik di dalam sel. Air yang digunakan adalah air suling. Air sadah tidak dapat
digunakan karena pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging dapat
menyebabkan terbentuknya endapan fostal dan magnesium fosfat.
Berdasarkan pada sumber karbon yang digunakan, organisme dibagi menjadi
dua kelompok yaitu organisme autotrof (organisme yang dapat mensintesis semua
komponen selnya dari karbon diokside) dan organisme heterotrof (organisme yang
memerlukan satu atau lebih senyawa organik sebagai sumber karbonnya termasuk
karbondiokside).
Lebih jauh lagi, organisme dikelompokkan berdasarkan pada sumber energinya
yaitu adalah fotoautotrof (autotroph fotosintetik) adalah aututrof yang dapat
memancarkan energi cahaya matahari dengan bantuan pigmen fotosintetiknya,
sedangkan yang memperoleh energi dari oksidas senyawa-senyawa anorganik
sederhana (seperti nitrit, nitrat atau sulfide) disebut kemoaufotrof (autotrof
kemosintetik). Kemoheterotrof (heterotrof kemosintetik) adalah heterotrof yang
memerlukan sumber energi organik seperti glukose atau asam-asam amino. Sebagian
besar bakteri termasuk kelompok ini. Fotogeterotrof (heterotroph fotosintetik)adalah
organisme yang dapat memanfaatkan energi cahaya matahari (mempunyai pigmen
fotosintetik) dan memerlukan sumber karbon organik seperti alkohol.
Sumber nitrogen bagi organisme autotrofk adalah senyawa anorganik,
sedangkan bagi heterotrof dapat berupa asam amno atau senyawa-senyawa protein
intermediat seperti peptde, protease, dan pepton. Misalnya, pada kaldu nutrien (nutrient
broth), nitrogen diperoleh dari ekstrak daging dan pepton. Faktor tumbuh ialah
komponen selular esensial (yaitu asam-asam amino atau vitamin) yang tidak dapat
disintesis sendiri oleh organisme dari sumber dasar karbon dan nitrogennya. Bagi
banyak heterotrop, factor tumbuh dipenuhi dari ekstrak daging ataukaldu nutrient.
Namun bagi pathogen-patogen yang lebih rewel (fastidious),untuk penyediaan faktor
22
Prosedur Kerja
1. Penyiapan dan penempatan Medium untuk Disterilkan
Bacalah dengan teliti petunjuknya pada wadah berisi medium nutrient agar
(NA). Hitunglah jumlah yang sesuai untuk volume yang dibutuhkan yaitu dalam
percobaan ini akan disiapkan 110 ml medium.
Ukurlah 110 ml air suling menggunakan gelas ukur kemudian tuangkan dalam
gelas piala.
Siapkan neraca berlengan tiga. Letakkan wadah yang akan dipakai untuk
menimbang pada pinggan neraca. Ambilah medium agar nutrien dengan spatula
atau sendok dan timbanglah seberat 25 gr.
Taruhlah medium tersebut ke atas air suling dalam gelas Piala.
Didihkan medium agar selama beberapa menit untuk melarutkannya. Medium
harus terus tenerus diaduk dengan batang pengaduk kaca atau dengan alat
pemusing magnetik untuk mencegah hangusnya atau meluapnya medium Ingat,
medium seperti medium kaldu tidak memerlukan pemanasan untuk
melarutkannya.
Pada penyiapan medium seperti agar nutrien biasanva tidak perlu dilakukan
penyesuaian pH. Tetapi bila memerlukan penyesuaian pH, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut :
a. Ambillah 10 ml medium tersebut dan ukur pH nya dengan kerlas pH atau pH
meter.
b. Sesuaikan pH 10 ml medium dengan cara menambahkan 0,1N HCL atau NaOH
sesuai dengan keperluan.
c. Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, hitunglah jumlah asam atau basa yang
perlu ditambahkan pada sisa medium untuk mencapai pH yang diinginkan.bila
ternyata diperlukan 10 ml atau lebih 0,1N HCL asam atau basa, gunakanlah
asam atau basa dengan konsentrasi lebih tinggi.
d. Satukan kembali Imediunn tersebut ke dalam wadah semula. Ambilah lagi 10
ml medium untuk memeriksa kembali pH nya. Berdasarkan dari pH yang
dikehendaki.
Dengan menggunakan pipet, tempatkanlah medium tersebut ke dalam 9 bua
tabung reaksi, 8 tabung diisi masing-masing 12 ml (untuk agar cawan)
sedangkan 1 tabung diisi 4 ml (untuk agar miring). Medium untuk penyiapan
agar cawan dapat juga disterilkan dalam labu erlenmeyer. sedangkan
penempatan medium ke dalam tabung dapat menggunakan salah satu dari alat
berikut : buretpembagi, pipet otomatis, gelas ukur, pipet serologis atau corong.
Tabung tidak boleh diisi lebih dari setengahnya sedangkan labu tidak boleh diisi
lebih dari sepertiganya agar tidak meluap ketika disterilkan.
Sumbatlah tabung-tabung tersebut dengan kapas.
Sterilkan media tersebut dalam sterilisator uap pada 1210C selama 15 menit.
24
Contoh: mensterilkan media biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium,
biakan yang akan dibuang, media tercemar, bahan-bahan dari karet dan mensterilkan
barang-barang di rumah sakit seperti ramuan susu, sprei, dan berbagai macam
peralatan. Namun beberapa macam media seperti kaldu-kaldu fermentasi tertentu,
gelatin nutrienr dan susu litmus harus menggunakan suhu yang lebih rendah dan
tekanan yang lebih rendah pula karena bahan-bahan semacam ini akan rusak bila
dipanaskan sampai 1210C,
Syarat-syarat melakukan sterilisasi uap:
1. Udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisaior.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap.
3. Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permiabel terhadap
uap.
4. Suhu sebagaimana yang teruku oleh termometer harus mencapai 1210C dan
dipertahankan setingi itu selama 15 menit.
Sterilisasi panas kering adalah sterilisasi yang dilakukan pada apa saja yang
tidak rusak, menyala, hangus, atau menguap pada suhu selama sekurang-kurangnya 10
menit. Contohnya mensterilkan alat-alat pecah belah (pipet, tabung reaksi, jarum suntik
dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin dan bahanbahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara
dibungkus, menyumbat dan menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah
kontaminasi setelah dikeluakan dari oven. Pipet misalnya disterilkan dalam bumbung
pipet.
Bahan-bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu tinggi, dapat
disterilkan pada suhu kamar secara kimiawi (menggunakan gas atau radiasi) misalnya
mensterilkanbahan-bahan dari plastic dan dengan menyaring misalnya larutan atau
suspensi (serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri media sintetik terdentu dan
antibiotika). Sterilisasi kimiawi dilakukan pada suhu kamar selama 2 sampai 18 jam.
Beberapa baban kimia yang dapat digunaka untuk sterilisasi gas ialah etilen okside,
asam parasetat, formaldehide, dan glutaraldehide alkalin.
Sterilisasi dengan radiasi dapat diakukan dengan sinar gamma.
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
1. Tuangkan air suling secukupnya ke dalam tubuh sterilisator (jumlah tertera pada
buku alat yang bersangkutan).
2. Tatalah labu atau tabung-tabung berisi media di dalam wadah aluminium bagian
dalam sedemikian sehingga tersedia ruangan untuk bergeraknya uap air secara
bebas diantara labu-labu atau tabung-tabung selama sterilisas, kemudian
letakkan dalam sterilisator.
26
rak tabung
2 tabung reaksi kosong bersumbat
1 agar miring nutrient agar (NA)
3 tabung nutrient broth (NB)
biakan agar miring Serratia marcescens
lup inokulasi
Presedur Kerja
1. Siapkan lup inokulasi.
2. Peganglah kedua tabung nutrien broth (NB steril di tangan kiri anda) Tandaiah
tabung-tabung ini NB1 dan NB2.
3. Pijarkan lup Inokulasi di atas bunsen sampai seluruh kawatnya pijar.
Gerakkanah dengan ceaat lup tersebut ke arah bawah di atas api sehingga
sebagian dari tangkainya tersebut yang berbatasan dengan jarum ikut terpanasi.
Biasakanlah untuk mumulai memanaskan ujung lup di dalam kerucut api
sebelah dalam yang berwarna lebih biru (lebih dingin daripada kerucut api
sebelah luar yang berwarna lebih muda) selama 1-2 detik pertama untuk
mencegah terjadinya "percikan". Biarkan lup mendingin selama lebih kurang
30 detik sebelum dipakai, untuk mencegah matinya bakteri yang akan
dipindahkan ataupun terjadinya percikan.
4. Angkatlah sumbat kedua tabung satu demi satu. Mulailah dengan Sumbat
tabung yang terdekat dengan tangan kanan Anda (dalam hal ini tabung 2)
dengan melingkarkan jari kelingking tanpa membasahi sumbat tabung.
5. Angkatlah sumbat tabung yang lain (tabung l) dengan cara serupa namun
Dengan jari manis.
6. Panaskan mulut kedua tabung yang tidak tersumbat tersebut dengan cara
melalukannya bolak balik dua kali di atas api. Jagalah agar sudut kemiringan
tabung tidak melebihi 450 bila tidak tersumbat.
7. Inokulasikan sejumlah kecil bakteri dari tabung 2 ke dalam tabung 1.
8. Panaskan kembali mulut kedua tabung tersebut seperti cara ke-6.
9. Kembalikan sumbat tabung satu persatu dimulai dengan tabung yang terdekat
dengan tangan kanan Anda (yaitu tabung 2).
10. Pijarkan kembali lup untuk mematikan sisa bakteri yang masih melekat
padanya.
11. Ulangi pemindahan aseptik ini untuk memindahkan sejumlah kecil bakteri S.
Marcescens (dari biakan agar miring yang disediakan) ke dalam tabung
berisikan kaldu nutrien steril. Tandailah tabung ini NB3.
12. Ulangi pemindahan aseptik untuk memindahkan sejumlah kecil bakteri S.
Marcescens ke dalam tabung berisikan agar miring NA steril. Cara
menglsolasikan agar miring, dimulai dengan meletakkan lup yang mengandung
biakan pada dasar kemiringan agar lalu ditarik ke atas dengran gerakan zig-zag.
28
IVAN
6/5/96
Serratia marcescens
Aseptis
Kegiatan3
NA
15. Bila Anda melakukan teknik pemindahan tersebut dengan baik maka tabung
tabung akan tampak keruh sedangkan NBI dan NB2 harus tetap jernih, pada
agar miring NA akan tampak koloni berwarna merah dan seragam tidak
tercemar oleh koloni lain. Tunjukkanlah hasi anda pada asisten yang bertugas
untuk dinilai.
10.4. Isolasi Bakteri Dari Suatu Campran
Tujuan
Mempelajari cara-cara nengisolasi bakteri dari suatu campuran dengan teknik cawan
gores dan cawan tuang.
Teori Singkat
Di alam amat jarang dijumpai mikroba sebagai satu spesies tunggal umumnya terdapat
dalam populasi campuran. Sedangkan semua metode mikrobioogis yang digunakan
unuk nenelaah atau mengidentifikasi mikroorganisme, temasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologs, maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang
terdiri dari satu macam mikroorganisme saja atau disebut biakan murni (yaitu biakan
yang sel-selnya berasal dari pembelahan salu sel tunggal).
Ada beberapa metode unluk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Metode yang paling umum digunakan adalah teknik cawan gores dan cawan
tuang. Kedua metode ini menggunakan prinsip yang sama yaitu mengencerkan
mikrooganisme sedemikian sehinga individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya,
dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada cawan petri setelah
inkubasi berasal dari satu sel tunggal.
Dalam kegiatan ini, Anda akan memisahkan tiga spesies bakteri yang berlainan
dari suatu tabung berisi biakan campuran. Perbedaan utama antara ketiga spesies
tersebut ialah wama koloninya: Serratia marcescens, berwarna merah, Micrococcus
luteus berwarna kuning, dan Escherichia coli berwarna putih.
29
Prosedur Kerja
1. Tuliskan nama anda, nomor kegiatan, dan tanggal pada tutup cawan petri Anda.
2. Baliklah cawan petri Anda dan dengan menggunakan pinsil lilin atau spido,
bagilah seluruh area cawan menjadi empat yaitu sektor 0 (lebih kecil daripada
sector-sektor lainnya)adalah tempat anda mula-mula meletakkan inokulum
dengan lup inokulasi, sector I adalah tempat meletakan inokulum pengenceran
pertama, sektor II merupakan usaha pengenceren kedua. dan sektor III
merupakan usaha pengencean terakhir.
3. Goreskanlah biakan campuran yang disediakan pada cawan petri Anda sebagai
berikut :
Letakkan cawan petri Anda di meja dengan tutupnya terletak di sebelah atas
30
dan sektor 0 di sebelah kiri anda (ubah posisi ini 1800 bila Anda kidal)
Kocoklah tabung berisi biakan campuran dengan gerakan ke samping (bakteri
cenderung mengendap di dasar tabung bila dibiarkan agak lama) sehingga
suspensi tampak rata). Jagalah agar sumbatnya tidak terbasahi.
Dengan menggunakan lup inokulasi, pindahkan secara aseptic satu lup penuh
biakan campuran bakteri pada sector 0 dan goreskanlah lup anda tanpa
ditekan bolak balik beberapakali di area permukaan agar. Lingkungan
pada ujung lup anda harus terletak datar dan horizontal mungkin terhadap
permukaan agar. Bila biakan campuran tersedia dalam media agar padat,
jagalah agar jumlah inoculum yang anda pindahkan tidak terlalu banyak
cukup menyentuh lup anda saja pada biakan yang akan digores.
Pijarkan lup anda dan biarkan mendingin. Suhu lup dapat diperiksa dengan
cara menyentuhkan pada bagian permukaan agar bagian tepi yang belum
diinokulasi. Bila mendesis artinya lup tersebut masih panas. Pemijaran
lup mematiakn sel-sel yang tersisa padanya dan dengan demikian
membantu pengenceran jumlah sel.
Goreskan lup Anda ke sektor 0 disusul gerakan ke tpi luar sektor I, lalu
kembali ke sektor 0 dan seterusnya, bolak-balik sebanyak 2-3 kali. Kemudian
selesaikan penggoresan tersebut di sektor I tanpa menyentuh lagi sektor 0
sampai sektor I penuh terisi goresan yang tidak bertumpang tindih.
Putarlah cawan petri sehingga sektor I terletak di sebelah kiri Anda.
Ulangi langkah 3e untuk mengencerkan biakan dari sektor I ke sektor II.
Putarlah cawan petri Anda sehingga sektor II terletak di sebelah kiri Anda.
Ulangi langkah 3e untuk mengencerkan biakan dari sektor II ke sektor III.
Perhatian : jangan lupa memijarkan kembali lup Anda setiap kali Anda berpindah
sektor.
Lakukan penggoresan yang sama (langkah 3a-3i) dengan menggunakan biakan
campuran yang sama pada cawan petri kedua.
Letakkan cawan-cawan petri Anda dalam posisi terbalik daam keranjang yang
telah disediakan untuk diinkubasikan pada suhu 300C selama 48 jam.
Metode Cawan Tuang
Adalah cara untuk memperoleh koloni murni dari populasi koloni campuran
mikroorganisme dengan pengenceran specimen dalam medium agar yang telah
dicairkan dan didinginkan (500) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi selsel mikroba di dalam spesimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehinggra sekurag-kurangnya satu di
antara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan
ataupun di dalam agar.
Metode ini memboroskan bahan dan waktu tetapi tidak memerlukan ketrampilan
yang terlampau tinggi.
31
Prosedur Kerja
1. Tuliskan nama anda, kelompok praktikum, nomor kegiatan dan tanggsl pada
permukaan luar dasar cawan petri Anda.
2. Beri cawan-cawan petri tersebut nomor 1, 2 dan 3
3. Ambillah 3 tabung agar nutria dari penangas air, keringkan bagian luar dengan
kain penyeka, berilah nomor 1, 2 dan 3, lalu letakan dalam rak tabung.
4. Kocoklah tabung berisi suspensi biakan campuran dengan gerakan kesamping
sehingga kekeruhannya tampak rata. Hati-hati jangan sampai sumbatnya
terbasahi.
5. Pijarkan lup inokulasi dan dengan menggunakan teknik aseptik pindahkan dua
lup penuh suspensi biakan campuran ke dalam tabung NA no. l. Campurkan
inokulum tersebut sampai dengan cara metmutarkan tabung tersebut di antara
ke dua telapak tangan (jangan dikocok untuk menghindari timbulnya
gelembnng-gelembung udara).
6. Dengan cara yang sama pindahkan dua lup penuh biakan dari tabung no. I ke
dalam tabung no 2. Campurkan pula hingga rata seperti pada langkah 5.
7. Dengan cara yang sama pindahkan dua lup penuh biakan dari tabung no. 2 ke
dalam no. 3. Campurkan pula hingga rata seperti langkah 5.
8. Secata aseptik luangkan agar dari tabung yang bernomor I, 2, dan 3 masingmasing ke dalam cawan-cawan petri yang bernomo l, 2, dan 3. Biarkan agar
tersebut menjadi padat.
9. Letakkan cawan-cawan petri tersebut dalam posisi terbalik di dalam kerenjang
yang telah disediakan untuk diinkubasikan pada suhu 300C selama 48 jam.
10.5. Teknik Biakan Penyuburan
Tujuan
Mempelajari beberapa cara untuk menyediakan kondisi pembiakan yang
memungkinkan diisolasinya suatu spesies tertentu yang dikehendaki dari suatu
populasi campuran.
32
Teori Singkat
Untuk memperoleh spesies tertentu yang diminati dan jumlahnya amat sedikit, sangat
sulit jika hanya menggunakan teknik-teknik rutin seperti metode cawan gores atau
cawan tusng. Maka untuk itu dapat digunakan teknik penyuburan untuk memperbesar
kemungkinan terisolasinya organisme tersebut. Teknik ini pada hakekatnya suatu
lingkungan, yaitu komposisi medium atau kondisi fisik yang bersifat seleklif terhadap
spesies yang dikehendaki. Dalam kegiatan ini Anda akan mengisolasi dua jenis bakteri
yaitu bakteri koliform tinja dari air limbah dan khamir fermentatif dari sari buah.
1. Koliform Tinja
Organisme ini sesungguhnya penghuni usus manusia dan hewan. Bakteri Escherechia
Coli biasanya digunakan sebaaia indikator pencemaran persediaan air oleh Tinja. Ada
dua macam medium yang sangat selektif untuk mengisolasi koliform tinja yaitu :
(1) lauryl tryptose broth (LTB), betsifat selektif karena menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif dan mendorong pertumbuhan bakteri Gram negatif yang dapat
menggunakkan lactose. (2) mediun agar eosin methylene blue (EMB), bersifat selektif
dan diferensial. Selektif terhadap orgenisme Gram negatif karena zat warna yang
terkandung di dalamnya melancarkan efek bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif.
Dan diferensial karena dapat membedakan antara bakteri peragi laktose (yaitu bakteri
Gram negatif akan mengambil sebagian dari zat warna yang terkandung di dalam
sehingga koloninya akan tampak ungu atau gelap di bagian tengahnya dan tidak
berwarna dibagian tepinya) dan bakteri yang bukan peragi lactose.
Koloni bakteri dari genus Escherichia dan Enterobakter seringkali menampilkan warna
hijau logam sedangkan koloni organisme yang tidak dapat menfermentasi laktose
tampak tidak berwarna.
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
1. Inokulasikan 0,5 ml air selokan ke dalam tabung Durham berisi LTB.
Inkubasikan pada suhu 440C selama 24-48 jam.
2. Bila terlihat adanya pembentukan gas, kocoklah balak-balik biakan tersebut dan
secara aseptic goreskanlah satu lup penuh biakan pada cawan agar EMB
33
Prosedur kerja
1. Hancurkan nenas, ambil sarinya sebanyak 10 ml, masukkan ke dalam tabung
reaksi dan segel dengan parafin, lalu inkubasikan pada suhu kamar selama
beberapa hari.
2. Bila terlihat adanya pembentukan gas dalam tabung tersebut, ambillah sedikit
sampel dari dasar tbung untuk membuat lekapan basah dan amatilah ada
tidaknya sel-sel khamir di bawah mikroskop.
34
3. Bila teramati adanya sel-sel khamir pada siapan basah Anda, maka goreskanlah
satu lup penuh cairan sari buah tersebut (juga diambil dari dasar tabung) dengan
metode kuadran pada cawan agar dekstrose yang telah diasamkan dengan asam
tartarat. Inkubasikan cawan Anda dengatl posisi terbalik pada suhu kamar
selama 48 jam.
4. Amatilah cawan Anda. Koloni khamir akan tampak bundar dengan tepian licin
dan permukaan seperti berlendir. Pilihlah dua koloni semacam itu yang terpisah
baik dan masing-masing inokulasikan pada tabung Durham berisi kaldu nutrien
+ 2% Dekstrose. Inkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam.
5. Amati tabung Durham Anda. Bila Anda melihat pembentukan gas, buatlah lagi
siapan basah dan amati apakah Anda memiliki sel-sel yang tampak seragam.
Bila demikian maka goreslah lagi satu cawan berisi medium baru yang
menunjukkan bahwa koloni-koloni khamir Anda memang hanya terdiri dari
satu macam (gunakan inokulum dari salah satu tabung Durham, pilih yang
terbaik).
6. Serahkan pada asisten Anda. biakan murni dalam agar cawan, biakan dalam
tabung Durham dan preparat Gram. Disamping itu tunjukkanlah pula preparat
basah Anda di bawah mikroskop agar dapat diperiksa dan dinilai oleh asisten
Anda.
35
HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 11
Kuantitasi Mikroba : Hitungan Cawan
Tujuan
Melatih Anda melakukan pengenceran serial dan menentukan konsentrasi suspensi
bakteri dengan metode hitungan cawan.
Teori Singkat
Dasar metode hitungan cawan dengan anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada
cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang
terkandung daam sampel. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni adalah yang
mengandung antara 30-300 koloni. Untuk memperoleh sekurng-kurangnya satu cawan
yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat maka harus dilakukan
sederetan pengenceran dan pencawanan. Organisme yang terdapat daam sampel asal
ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor
pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Dalam kegiatan ini Anda akan mencoba dua macam prosedur hitungan cawan
yaitu :
1. metode penyebaran
2. metode penuangan
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
Metode Penyebaran
1. Siapkanlah pengenceran serial :
Siapkan keempat botol berisis blanko pengencer dan susunlah berderet (botol
36
2.
3.
4.
5.
dan mula-mula dilakukan pada cawan yang menerima sampel dalam jumlah
lebih kecil.
6. Secara aseptik, lakukanlah pemindahan sampel dari botol pengencer 1:100.000
ke dalam cewan-cawan agar nutrien sebagai berikut :
Dengan pipet 1 ml yang steril pindahkanlah 0,5 ml sampel ke dalam cawan
bertuliskan 1:200.000.
Dengan pipet 0,1 ml yang steril pindahkanlah 0,1 ml sampel ke dalam cawan
bertuliskan 1:1.000.000. Letakkan pipet dalam wadah yang disediakan.
7. Sebarkan inokulum pada kedua cawan petri dengan mengikuti cara pada
langkah 4 dan 5, mua-mula sebarkan sampel pada cawan 1:1.000.000 diikuti
dengan penyebaransampel pada cawan 1:200.000.
Perhatian : sampel sejumlah 0,1 ml biasanya segeta tersearap oleh
mediumsetelah disebarkan, namun tidak demikian halnya dengan sampel
sejumlah 0,5 ml. Bila Anda menyebarkan 0,5 ml sampel, sampai sampel
tersebut terserap seluruhnya oleh medium sebelum Anda membalikkan cawan
petri Anda. Kalau tidak maka sebagian dari sampel tersebut akan mengalir ke
tutup cawan dan dengan demikian menggagalkan pekerjaan Anda.
8. Jangan lupa bubuhkan nama anda, nomor kegiatan dan tnggal pada cawancawan petri anda seperti biasa. Letakan cawan-cawan petri tersebut dengan
posisi terbalik dalam keranjang yang telah disediakan untuk diinkubasikan pada
suhu 370C selama 24 jam
Metode Penuangan
1. Lakukan langkah 1.1.
2. Lakukan langkah 1.2 pada keempat cawan petri steril yang masih kosong.
3. Lakukanlah langkah 1.3 pada cawan-cawan petri yang dimaksudkan namun
belum diisi medium.
4. Ambillah 2 tabung berisi medium agar nutrien cair dari penangas air bersuhu
500C. Sekalah bagian luar tabung supaya kering. Secara aseptik tuangkan
medium tersebut satu per satu ke dalam kedua cawan petri tersebut di atas.
Putar-putarkan cawan-cawan petri tersebut satu demi satu di atas meja Anda
perlahan-lahan sebanyak 20 kali sehingga inokulum tercampur rata dengan
medium tetapi tidak sampai keluar dari cawan.
5. Lakukan langkah 1.6 pada cawan-cawan petri yang dimaksudkan namun
belum diisi medium.
6. Lakukanlah langkah 11.4. Segera setelah selesai menuang, isilah tabung Yang
kini kosong itu dengan air kran dan letakkan di tempat cuci.
7. Biarkan agar dalam cawan-cawan petri itu menjadi padat. Setelah itu letakkan
dalam posisi terbalik dalam keranjang yang telah disediakan untuk
diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam.
38
Kegiatan 12
Ciri-Ciri Fisiologis Bakteri
Tujuan
Mengamati secara langsung atau tidak langsung produk. kegiatan enzimatik bakteri.
Teori Singkat
Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa. Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting
di dalam idntifikasi spesimen yang tak dikenal. Dalam kegiatan ini akan dilakukan 13
macam uji fisiologi yang mana 6 diantaranya: yaitu fermantasi gula dalam tabung
Durham, fermentasi asam campuran (uji merah metil), fermentasi- butandiol (uii Voges
Proskauer), merupakan reaksi produksi katalase reduksi nitrat dan uji oksidase
merupakan reaksi biooksidasi (reaksi-reaksi enzimatik yang berkaitan dengan respirasi
dan fermentasi). Tiga uji berikutnya yaitu hidrolisis triptofan (uji indol), hidrolisis urea
dan hidrolisis pati merupakan reaksi hidrolisis yang disebabkan oleh ekstraselular.
Sedangkan uji-uji lainnya merupakan uji yang secara rutin juga seringkali diperlukan
untuk membantun usaha identifikasi.
Bila nanti Anda menggunakan uji-uji ini untuk mengidentifikasi spesimen tak
dikenal, maka Anda tidak perlu menggunakun semua uji setiap kali Anda
mengidentifikasi suatu organisme melainkan Anda harus dapat memilih uji mana yang
perlu digunakan.
PERIODE I
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
1. Pada semua tabung dan cawan yang akan diinokulasi bubuhkan nama Anda,
nomor kegiatan, tanggal, serta nama organisme yang digunakan sebagai
inokulum.
2. Inokulasikan berbagai macam organisme pada media yang telah ditentukan
seperti terdaftar di bawah ini dengan memperhatikan beberapa catatan penting
yang disertakan di bawahnya :
E. coli
: kaldu glukose dalam tabung Durham
: medium MR-VP
: agar miring sitrat Simmons
: kaldu tripton
: kaldu nitarat
E. aerogenes : medium MR-VP
: agar miring sitrat Simmons
: kaldu tripton
P. aeruginosa : cawan TSA
P. vulgaris
: TSB
: kaldu urea
B. substilis
: cawan agar pati
B. cereus
: kaldu nitrat
S. mitis
: cawan agar darah
S. pyogenes : cawan agar darah
S. faecalis
: cawan awar darah
Catatan :
a. Media kaldu cukup diinokulasi dengan satu lup penuh inokulum.
b. Pada tabung TSB yang diinokulasi dengan P. vulgaris setelah selesai inokulasi
sisipkanlah secarik kertas plumbum asetat diantara sumbat dengan mulut tabung
sedemikian sehingga setelah sumbat dipasang kembali maka beberapa
millimeter kertas tersebut terlihat menggantung dibawah sumbat di dalam
tabung.
c. Inokulasi pada agar miring sitrat Simmons dilakukan dengan jarum inokulasi.
(bukan lup). MuIa-mula buatlah goresan ig-zag seperti biasa, lalu tusukkan
jarum Anda pada bagian medium yang tebal pada dasar tabung.
d. Inokulasi pada cawan agar pati dilakukan dengan menggoreskan satu lup penuh
biakan yang dimaksud satu kali saja membentuk satu garis di tengah-tengah
cawan dimulai dari kiri ke kanan.
e. Inokulasi pada cawan agar darah dilakukan dengan metode penggoresan
kuadran.
f. Letakkan tabung-tabung dan cawan-cawan pada tempat yang disediakan untuk
diinkubasikan pada 370C selama 24-48 jam.
40
3. Uji koagulase
a. Gunakan biakan S. aureus dalam agar miring TSA.
b. Letakkan setetes air pada kaca obyek yang bersih. Secara aseptik pindahkanlah
dengan lup inokulasi sedikit biakan bakteri ke atasnya dan aduk sampai
diperoleh suspensi yang rata.
c. Secara aseptik pindahkanlah 2 lup penuh plasma kelinci ke atas suspensi bakteri
(jangan lupa memijarkan lup Anda diantara perpindahan). Campurkan baikbaik.
d. Bila organisme tetsebut koagulase positif , maka dalam waktu 5-15 detik akan
terlihat gumpalan-gumpalan fibrin. Catatla hasil pengamatan Anda pada tabel
hasil pengamatan.
e. Letakkan kaca obyek tersebut dalam wadah yang telah diberi disinfektan.
4. Uji katalase
a. Gunakan biakan S. aureus dalam agar TSA.
b. Letakkan dua tetes hidrogen perokside 3% pada kaca obyek yang bersih.
Secara aseptik pindahkanlah dengan lup inokulasi sedikit biakan S. aureus ke
atasnya dan campurkan baik-baik.
c. Uji positif ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen yang
menunjukkan bahwa organisme yang bersangkutan menghasilkan enzim
katalase yang mengubah Hidrogen Perokside menjadi air dan oksigen.
Cata(lah hasil pengamatan Anda pada tabcl hasil pengamatan
d. Letakkan kaca obyek dalan wadah yang telah diberi desinfektan
keterangan :
Kebanyakan bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif yang menggunakan oksigen
menghasilkan Hidrogen Perokside yang sesungguhnya bersifat racun bagi sistemsistem enzimnya sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya anti
metabolit tersebut karena dihasilkannya enzim katalase yang dapat mengubah Hidrogen
Perokside menjadi air dan oksigen
katalase
2H2O2
2H2O + O2
Matinya bakteri-bakteri anaerobik obligat bila ada oksigen disebabkan karena tidak
adanya pembentukan enzim katalase sehingga H2O2 meracuni bakteri itu sendiri. Ada
tidaknya pembentukan enzim katalase dapat membantu pembedaan kelompokkelompok bakteri tertentu.
PERIODE II
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
1.
Uji fermentasi karbohidrat
Amalilah biakan dalam tabung durham berisi kaldu glukose dengan indicator
merah fenol. Bila Warna medium berubah menjadi kuning, artinya bakteri
tersebut membentuk asam dari fermentasi glukose. Bila pada tabung kecil yang
diletakkan terbalik di dalam tabung media itu terdapat gelembung, artinya dari
fermentasi tersebut terbentuk pula gas. Catatlah hasil pengamatan Anda dalam
table hasil pengamatan.
Keterangan : merah fenol adalah indicator pH di atas 7, indicator ini berwarna
merah dan pada pH diatas 7 berwarna kuning.
2.
Uji MR (methyl red, merah metil)
Ambilah 2 tabung bersih berukuran 13 x 100 mm
Ambillah kedua biakan MR-VP Anda. Tuanglah kedua biakan tersebut masingmasing setengahnya ke dalam tabung-tabung bersih itu. Jangan lupa memberi
tanda pada tabung. Agar tabung Anda tidak tertukar. Simpanlah sisanya untuk
uji berikutnya (uji VP).
Pada salah satu tabung MR-VP dari setiap organisme tambahkan 3-4 tetes
indikator merah metil. Bila warna medium berubah menjadi merah, artinya
terbentuk asam. Catatlah hasil pengamatan Anda dalam tabel hasil pengamatan.
Keterangan :
Sejumlah besar bakteri gram negatif penghuni usus dapat dikenali berdasarkan
produk akhir yang dihasilkannya bila memfermentasi (meragi) glukose di dalam
medium MR-VP. Genera bakteri seperti Escherichia, Salmonella, Proteus dan
Aeromonas memfermentasi glukose dan menghasilkan banyak sekali- asam laktat,
asetat, suksinat, dan format disamping C02, H2 dan etanol. Akumulasi asam-asam
ini menurunkan pH sampai 0,5 atau kurang, bila indicator merah metil ditambahkan
pada biakan tersebut dengan pH serendah itu maka indikator tersebut menjadi
merah. Hal ini menandakan bahwa organisme yang bersangkutan adalah peragi
asam campuran (mixed acid fermenter). Pada umumnya organisme-organisme ini
adalah juga penghasil gas yang istimewa karena rmenghasilkan enzin format
hidrogenliase yang memecahkan asam format menjadi CO2 dan H2O dalam jumlah
sebanding.
HCOOH
CO2 + H2
Karena enzim inilah, maka pada umumnya asam format di dalam medium terdapat
dalam jumlah yang sedikit.
42
3.
4.
Uji VP (Voges-Proskauer)
Pada sisa biakan dalam medium MR-VP masing-masing organisme tambahkan
reagen Barritt yaitu 10 tetes larutan A dan 10 tetes larutan B. Kocoklah tabungtabung tersebut keras-keras selama 20-30 detik, Bila terlihat merah muda
artinya terjadi pembentukan 2,3-butandiol atau reaksi Voges-Proskauer positif.
Kadang-kadang diperlukan waktu 2 jam untuk memperoleh dari hasik uji ini.
Catatlah hasil pengamatan Anda dalam tabel Hasil Pengamatan.
Keterangan :
Bila pengujian merah metil menunjukkan hasil maka mungkin sekali organisme
yang Anda uji itu tidak menghasilkan asam melainkan 2,3-butandiol dan Etanol.
Bakteri yang melakukan hal semacam itu meliputi semua spesies Enterobacter,
Serraria, dan beberapa spesies Erwinia, Bacillus dan Aeromonas.
Sesungguhnya tidak ada uji yang dapat secara langsung mendeteksi adanya 2,3butandiol di dalam biakan. Namun reagen Barritt dapat dengan mudah mendeteksi
adanya asetoin (asetil-metil dan karbinol), yaitu prekusor 2,3-butandiol. Reagen ini
terdiri dari -naftol dan KOH. Bila reagen ini ditambahkan pada biakan MR-VP
berumur 48 jam dan setelah dibiarkan beberapa waktu lamanya terlihat perubahan
warna medium menjadi merah muda atau merah, maka artinya dalam biakan
tersebut terdapat asetoin. Karena asetoin dan 2,3-butandiol hampir selalu terdapat
bersama-sama maka uji ini dianggap sah. Metode tak langsung yang menguji ada
tidaknya 2,3-butandiol ini disebut uji Voges-Proskauer.
Uji nitrit
a. Ambillah tabung-tabung biakan Anda dalam kaldu nitrat
b. Tambahkan ke dalamnya masing-masing 2-3 tetes larutan A (asam sulfanilat)
dan 2-3 tetes larutan B (dimetil--naftilamin).
Perhatian : dimetil-a-naftilamin jangan sampai mengenai kulit Anda karena
bersifat karsinogenik
c. Bila dalam biakan yang diuji trdapat nitrit maka segara terbentuk warna merah;
artinya uji ini positif
d. Bila tidak terlihat perubahan warna, dengan menggunakan tusuk gigi
tambahkanlah sedikit debu seng ke dalam tabung biakan. Bila terbentuk warna
merah artinya uji tersebut negatif, sedangkan bila tidak terjadi perubahan wanna
artinya uji tersebut positif.
Keterangan :
Banyak bakteri anaerobik fakultatif dapat mengunakan nitrit. Reaksi
enzitnatik ini dikendalikan oleh suatu enzim indusibel yang disebut Nitrase.
nitrase
NO3- + 2e- + 2H
NO2- + H2O
Karena adanya oksigen menghambat terjadinya reduksi nitrat, organisme yang
tumbuh aktif akan menghabiskan oksigen yang tersedia lebih dahulu, baru kemudian
menggunakan nitrat. Karena itu seringkali digunakan metode anaerobik untuk
menumbuhkan biakan guna keperluan uji ini.
Kadang-kadang nitrit yang terbentuk di dalam biakan mengalami reduksi lebih
43
lanjut menjadi gas N2. Dalam hal ini maka penambahan reagen ke dalam biakan tidak
menimbulkan perubahan warna. Karena itu uji yang tampak negatif dapat berarti betulbetul negatif (tidak terjadi pembentukan nitrit), tetapi dapat pula merupakan uji yang
sesungguhnya positif namun nitrit yang terbentuk sudah mengalami reduksi lebih
lanjut.
Hal ini dapat diperiksa dengan menambahkan debu seng. Bila terbentuk warna
merah artinya uji teisebut betul-betul negatif karena seng bereaksi dengan nitrat yang
tidak tereduksi, bila tetap tidak terjadi perubahan warna maka uji tersebut adalah positif
nitrat telah tereduksi secara lanjut dan tidak tersedia lagi untuk bereaksi dengan seng.
5.
Uji oksidase
a. Ambilah biakan P. Aeruginosa dalam cawan TSA Anda
b. Genangi beberapa koloni bakteri dalam cawan tersebut dengan reagen uji
oksidase (larutan dimetil-p-fenildiamin hidrokloride 1%).
c. Uji positif ditandai dengan berubahnya koloni meniadi merah muda, lalu merah
tua, merah gelap dan akhirnya hitam.
Keterangan:
Kemampuan suatu oragnisme menghasilkan oksidase sangat membantu usaha
identifikasi organisme-oraanisme yang tergolong ke dalam kelompok tersebut.
Semua spesies Neisseria dan sebagian besar spesies Pseudomonas adalah penghasil
oksidase.
Prosedur rutin yang digunakan untuk mengidentifikasi N. Gonorrhoeae (penyebab
penyakit gonorea) dan N. Meningitidis (penyebab radang selaput Otak) seringkali
memanfaatkan oksidase ini.
Reagen yang digunakan dalam uji ini berumur pendek dan karenanya paling baik
bila disiapkan pada hari akan dipergunakan. Namun bila disimpan dalam lemari es,
reagen tersebut bertahan sampai satu minggu.
6.
Uji indol
a. Ambiilah biakan-biakan anda TSB.
b. Tamhahkan dalamnya masing-masing 10-20 tetes reagen Kovac. Bila dalam
biakan tersebut terdapat indol, maka dibagian atas biakan akan segera terbentuk
lapisan berwarna merah. Catatlah hasil pengamatan Anda dalam tabel hasil
pengamatan.
Keterangan :
Bakteri tertentu seperti E. Coli dapat menghidrolisis asam amino triptofan menjadi
indol dan asam piruvat melalui kerja enzim triptofanase. Adanya indol dapat
diketahui dengan menggunakan reagen Kovac; uji positif ditunjukan pula oleh
terbentuknya lapisan berwarna merah di atas biakan. Untuk uji ini biasanya dipakai
kaldu pepton yang berasal dari kasein yang mengalami perombakan pankreatik.
7.
Keterangan:
Kemampuan beberapa organisme seperti Enterobacter aerogenes dan Salmonella
typhimurium untuk menggunakan sitrat sebagai sumber karbon satu-satunya dapat
merupakan ciri pembeda yang sangat berguna bila Anda bekerja dengan bakteri-bakteri
usus. Agar sitrat Simmons adalah salah satu medium yang umum digunakan untuk
menguji kemampuan semacam itu sebagai sumber karbon satu-satunya, sedangkan
sebagai sumber nitrogennya digunakan garam amonium dan bukan asam amino. Agar
sitrat Simmons juga mengandung indikator biru bromtimol yang dapat berubah warna
dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin.
Bila organisme yang Anda uji dapat tumbuh dengan menggunakan sitrat sebagai
sumber karbon satu-satunya maka Anda akan melihat adanya pertumbuhan pada
permukaan agar miring yang Anda gores disamping berubahnya warna medium
menjadi biru.
11.
46
KEGIATAN 13
Isolasi Dan Identifiknsi Bakteri Tak Dikenal
Tujuan
Teori Singkat
Prosedur Kerja
Periode I
1. Tuliskan nama, tanggal, serta nomor kode biakan isolat pada sctiap cawan dan
tabung yang Anda inkubasikan; demikian pula pada kaca obyek bila Anda perlu
menyimpan hasil pewarnaan Anda untuk sementara waktu.
2. Dengan menggunakan metode penggoresan kuadran, goreskan biakan
campuran Anda pada 2 cawan TSA. Inkubasikan cawan-cawan tersebut dalam
keadaan terbalik pada suhu 370 C selama 24 jam.
3. Lakukan pewarnaan Gram pada biakan campuran Anda dan catatlah hasilnya
pada catatan Anda.
Periode II
1. Periksalah hasil goresan Anda dan amatilah koloni-koloni yang terisolasi.
Tandalah dengan lingkaran dan nomori 2 koloni yang tampak berbeda yang
mewakili kedua genus bakteri yang Anda selidiki (jangan menandai kontaminan
yang biasanya jumlahnya amal sedikit). Goreskanlah masing- masing koloni ke
dalam cawan TSA baru untuk memurnikannya (cukup satu cawan untuk setiap
macam koloni).
2. Lakukanlah pewamaan Gram dan pengamatan morfologi sel terhadap kolonikoloni yang sama (koloni-koloni yang digoreskan kembali). Catatlah hasilnya
pada catatan Anda.
3. Bila Anda tidak menemukan dua macam koloni berbeda yang sel-selnya
menunjukkan reaksi Gram serta morfologi seperti yang Anda amati mula- mula
secara langsung pada biakan campuran Anda, maka Anda harus melakukan
goresan ulang pada 2 cawan TSA baru. Sebagai inokulum gunakanlah koloni
campuran dari cawan Anda sendiri.
inkubasikan cawan-cawan TSA yang baru diinokulasi itu pada suhu 370C
selama 24 jam
48
Periode III
1. Bila Anda sudah memperoleh biakan murni dari masing-masing bakteri
pertama-tama goreskanlah masing-masing pada agar miring TSA (2 agar miring
untuk setiap macam koloni, yang satu untuk Anda pergunakan di dalam
pemeriksaan pengujian, yang satu lagi untuk menjaga bila yang petama tadi
terkontaminasi). Inkubasikan tabung-tabung tersebut pada 370C selama 24 jam.
2. Lakukanlah pengamatan morfologi koloni, morfologi sel serta pewarnaan Gram
pada masing isolat Anda dan periksalah apakah hasilnya sama dengan yang
Anda peroleh sebelumnya. Catatlah hasil pengamatan Anda.
Perhatian:
Janganlah melakukan pewarnaan Gram dari pengamatan morfologi sel pada kolonikoloni yang tumbuh pada medium diferensial atau selektif karena zat penghambat
yang terdapat di dalam medium semacam itu dapat memberikan hasil pewarnaan
yang keliru dan dapat pula mengubah bentuk sel. Untuk mengamati penataan sel,
Anda perlu menumbuhkan bakteri Anda di dalam kaldu nutrien atau kaldu
tioglikolat.
3. Tentukanlah uji-uji apa yang selanjutnya harus Anda kerjakan dengan cara
menggunakan kunci identifikasi yang tersedia. Bila uji-uji tersebut telah
ditetapkan, pesanlah bahan-bahan yang Anda perlukan pada asisten yang
bertugas untuk dipergunakan pada periode berikutnya.
4. Bila pada periode ini Anda belum juga memperoleh koloni-koloni yang
terisolasi, hubungi asisten Anda.
Periode IV
1. Setelah Anda memperoleh bahan-bahan yang Anda pesan, lakukanlah
pengujian-pengujian fisiologis seperti yang Anda rencanakan.
perhatian:
inokulum untuk pengujian-pengujian semacam ini hendaknya diambil dari biakan
agar miring stok dan bukan dari cawan. Inkubasikan hasil inokulasi Anda
sebagaimana mestinya.
2. Lakukanlah pewarnaan Gram pada biakan-biakan dari agar miring Anda untuk
meyakinkan sekali lagi bahwa Anda memperoleh hasil yang sama dengan yang
terdahulu.
Period V
1. Amati hasil pengujian Anda dan catatlah.
2. Lanjuikan dengan pengujian-pengujian lain yang diperlukan.
Periode VI
1. Amatilah hasil pengujian Anda dan catatlah.
2. Serahkan catatan anda lengkap dengan nama organisme yang berhasil Anda
isolasi dan yang diidetifikasikan.
Catatan:
Kaldu karbohidrat yang mengandung pheno red (merah fenol) dimaksudkan
49
50
KEGIATAN 14
Moist Chamber (Medium Jamur Basah)
Tujuan
Untuk mempelajari pertumbuhan jamur menggunakan metode mikrokultur medium
jamur basah.
Alat dan Bahan
cawan petri
kertas saring
gelag obyek dan kaca penutup
agar Sabouraud
vaselin
aquades steril
mikroskop, minyak celup dan kertas lensa
Prosedur Kerja
1. Sediakan cawan petri yang telah dialasi kertas saring. Dalam cawan petri ini
ditaruh gelas obyek dan kaca penutup. Kemudian sterilkan alat ini.
2. Teteskan secukupnya perbenihan agar Sabouraud pada kaca obyek biarkan
membeku.
3. Setelah beku satu sisi dari tetesan Sabouraud tadi dipotong.
4. Tanamkan jamur pada bagian sisi Sabouraud yang dipotong tadi.
5. Oleskan vaselin pada tiga bagian sisi kaca penutup, kemudian tutup tetesan
Sabouraud yang telah ditanami ituu dengan kaca penutup, dengan cara bagian
yang tidak diberi vaselin tepat diatas irisan agar yang telah ditanami (dengan
maksud untuk memberikan suasana aerob).
6. Untuk memberi suasana lembab, diteteskan aquades steril ke atas kertas saring
yang ada di dalam cawan petri.
7. Inkubasikan mikro kultur tadi selama 24-48 jam pada temperature kamar.
8. Setelah diinkubasikan, mikrokultur tersebut siap diperiksa langsung dibawah
mikroko setiap saat. Biasanya perbesaran yang dipakai 10x atau 40x, dengan
kondensor diturunkan dan diafragma agak ditutup atau ditutup sesuai
keperlukan sehingga obyek dapat terlihat dengan jelas.
Catatan :
Semua pekerjaan di atas dilakukan secara aseptis.
51
HASIL PENGAMATAN
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
Disusun oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi disusun sebagai penuntun bagi
mahasiswa dalam melakukan praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi
Fakultas Faramasi Universitas Padjadjaran. Tujuan utama penulisan penuntun ini
adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari teknik dan prosedur
Mikrobiologi Farmasi.
Materi Praktikum meliputi penentuan MIC (Minimum Inhibitory Control),
penetapan koefisien fenol, tes resistensi dan penentuan potensi. Materi-materi tersebut
disusun dari berbagai buku-buku Mikrobiologi, baik text book maupun penuntun
praktikum.
Penyusun menyadari bahwa penuntun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, tegur sapa dan koreksi untuk perbaikan ini sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....
DAFTAR ISI..
ii
I.
II.
III.
IV.
1
1
3
7
11
11
14
ii
I.
TUJUAN
Menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) suatu sediaan uji
terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif, dengan menggunakan metoda
MIC cair atau MIC padat.
TEORI
Suatu antibiotik mempunyai MIC yang berlainan terhadap bakteri tertentu.
Kepekaan mikroba terhadap antibiotik dapat dilihat dari konsentrasi minimum untuk
diinhibisi oleh suatu antibiotika terhadap mikroba tertentu. Penetapan MIC dapat
dilakukan dengan menguji sederetan konsentrasi yang dibuat dengan pengenceran,
metode yang digunakan dapat dengan cara turbidimetri (dengan melihat kekeruhan)
ataupun cara difusi agar. Konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat
dinyatakan sebagai konsentrasi minimum untuk inhibisi (MIC).
Penentuan kepekaan mikroba terhadap antibiotika dilakukan secara in vitro
yang dinyatakan dalam MIC dan aktivitas penghambatannya pada MIC tersebut. MIC
ini tidak dapat dianggap akan setara dengan MIC in vivo karena dalam tubuh manusia
terjadi biotrasformasi antibiotika, terjadi penguraian atau fiksasi antibiotika pada
protein plasma sehingga aktivitas antibiotika akan berkurang. Setiap antibiotika
mempunyai sifat farmakokinetik yang berbeda tergantung pada sifat fisikokimianya
dan karakteristik fisiologi individual pemakai.
A. METODA MIC CAIR
Alat dan Bahan
l. Mortir dan stamfer
2. Tabung reaksi besar dan kecil
3. Rak tabung
4. Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml
5. Labu ukur 100 ml
6. Ose dan lampu spirtus
7. Inkubator
8. Sediaan uji
9. Berbagai suspensi bakteri Gram positif maupun Gram negatif
10.Nutrient Broth (NB) double strength
11.Nutrient Broth (NB)
12.Pelarut sediaan uji
13.Air suling
1
PROSEDUR
1. Masukkan sediaan uji ke dalam labu ukur, larutkan dengan sedikit pelarutnya.
Kemudian tambahkan air suling steril sampai tanda batas. Jika sediaan uji
berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum dimasukan dalam labu
ukur.
2. Rencanakan pengenceran dan hitung konsentrasi campuran pada masingmasing tabung besar dan tabung-tabung kecil.
3. Buat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling steril dalam
tabung-tabung reaksi besar
4. Isi tabung reaksi kecil pertama dengan 1 ml NB double strength, sedangkan
tabung-tabung reaksi selanjutnya dengan 1 ml NB biasa
5. Pipet 1 ml hasil pengenceran terakhir ke dalam tabung 1 berisi NB double
strength, kocok sampai homogen
6. Pipet 1 ml campuran dari tabung 1 ke tabung 2, kocok sampai homogen
7. Ulangi langkah tersebut sampai tabung terakhir. Buang 1 ml campuran dari
tabung terakhir
8. Tambahkan 1 ose bakteri ke dalam masing-masing tabung kecil, kocok sampai
homogeny
9. Buat 1 kontrol postif dan 1 kontrol negatif. Kontrol positif terdiri dari 1 ml NB
dan 1 ose bakteri. Kontrol negatif hanya berisi 1 ml NB
10. Inkubasikan semua tabung kecil pada suhu 370C selama 18-24 jam, Amati
kekeruhan yang terjadi, bandingkan dengan kontrol positif dan negative.
11. Tentukan dimana MIC nya. MIC terletak pada tabung bening yang terakhir, atau
sebelum tabung keruh pertama.
PERHITUNGAN KONSENTRASI (uraikan)
HASIL PENGAMATAN
PENGAMATAN
TABUNG REAKSI
3
4
KEKERUHAN
Keterangan :
(-) : bening
(+): keruh
ose. Buat Kontrol positif yang terdiri dari 20 ml NA dalam cawan petri, yang
digores oleh bakteri-bakteri yang digunakan di area yang terpisah.
7. Inkubasikan semua cawan petri pada suhu 370C selama 18-24 jam. Amati
pertumbuhan bakteri dari koloni-koloni yang tampak. Bandingkan morfologi
koloni-koloni tersebut dengan kontrol positif.
8. Tentukan dimana MIC nya. MIC terletak pada cawan petri terakhir yang tidak
tampak koloni bakteri.
PERHITUNGAN KONSENTRASI : (uraikan)
HASIL PENGAMATAN
JENIS BAKTERI
CAWAN PETRI
2
Keterangan :
(-) : tidak ada pertumbuhan
(+) : ada pertumbuhan
4
II.
TUJUAN
Menentukan kerentanan suatu bakteri terhadap berbagai sediaan antibiotika, melalui tes
resistensi dengan metoda cakram kertas (Paper Disk Plate).
TEORI
Resistensi bakteri terhadap antibiotika membawa masalah tersendiri yang dapat
menggagalkan terapi dengan antibiotika. Resistensi dapat merupakan masalah
individual dan epidemiologik. Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap
antibiotika tertentu yang dapat berupa resistensi alamiah, resistensi karena adanya
mutasi spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena adanya faktor R pada
sitoplasma (resistensi ekstrakromosomal) atau resistensi karena pemindahan gen yang
resisten atau faktor R atau plasmid (resistensi silang).
Beberapa mikroba tidak peka terhadap antibiotika tenentu karena sifat mikroba
secara alamiah tidak dapat diganggu oleh antibiotika tersebut. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya reseptor yang cocok atau dinding sel mikroba tidak dapat ditembus oleh
antibiotika. Resistensi kromosomal terjadi karena mutasi spontan pada gen kromosom.
Resistensi kromosomal dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
1. Resistensi kromosomal primer, dimana mutasi terjadi sebelum pengobatan
dengan antibiotika dan selama pengobatan terjadi seleksi bibit yang resisten.
2. Resistensi kromosomal sekunder, dimana mutasi terjadi selama kontak dengan
antibiotika kemudian terjadi seleksi bibit yang resisten
Kecepatan timbulnya resistensi bervariasi untuk berbagai antibiotika. Kelompok
aminoglikosida, makrolida dan rifampisin termasuk kelompok yang cepat
menimbulkan resistensi mikroba, sedangkan kelompok tetrasiklin dan kelompok
kloramfenikol digolongkan ke dalam kelompok yang tidak terlampau cepat
menimbulkan resistensi. Kelempok yang lambat menimbulkan resistensi umumnya
karena terjadi mutasi langsung dan kelompok lain umumnya termutasi setelah
berkembangbiak beberapa tahap.
Penyebab terjadi resistensi mikroba adalah penggunaan antibiotika yang tidak tepat,
misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur
atau tidak kontinu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama. Maka
untuk mencegah atau memperlambat timbulnya resistensi mikroba, harus diperhatikan
cara penggunaan antibiotika yang tepat.
Cawan petri
Lidi kapas dan lampu spirtus
Inkubator
Jangka sorong
Suspensi bakteri uji
Nutrient Agar (NA)
Bebagai cakram kertas antibiotika dengan kuantum tertentu
PROSEDUR
1. Tuangkan 20 ml NA cair bersuhu 40-500C ke dalam masing-masing cawan
petri, lalu diamkan sampai membeku.
2. Dengan menggunakan lidi kapas steril, ulaskan suspensi bakteri uji ke seluruh
permukaan agar dalam cawan-cawan petri sampai merata. Biarkan selama
kurang lebih 30 menit.
3. Letakkan cakram-cakram antibiotika pada permukaan agar dengan jarak
sedemikian rupa, sehingga diharapkan tidak terjadi penumpukan zona inhibisi.
4. Inkubasikan semua cawan petri pada suhu 370C selama 18-24 jam. Ukur zona
inhibisi yang terjadi dengan menggunakan jangka sorong.
HASIL PENGAMATAN
CAWAN PETRI
1
2
Keterangan :
A, B, C, D, E : cakram-cakram antibiotika dengan kuantum tertentu
III.
TUJUAN
Menentukan daya hambat suatu sediaan yang berpotensi sebagai antiseptik atau
desinfektan, dengan membandingkannya terhadap standar fenol (koefisien fenol).
TEORI
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu menentukan daya bunuh
desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien fenol.
Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya telah
diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol.
Koefisien fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan
kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan kekuatan daya bunuh dari
fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan
waktu kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam,
sedangkan untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena iu, digunakan waktu
tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling tepat adalah 2,5
menit, paling lama 15 menit. Kekuatn fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak
lebih besar dari 5%.
Ciri-ciri suatu desinfektan yang ideal adalah memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Aktivitas antimikrobial, pada konsentrasi rendah harus mempunyai aktivitas
antimikrobial dengan spektrum luas.
2. Kelarutan, harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang
diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3. Stabilitas, perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa hari
harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat
antimikrobialnya secara nyata.
4. Tidak bersifat racun
5. Homogen
6. Tidak bergabung dengan bahan organik
7. Aktivitas antimikrobial pada suhu kamar
8. Tidak menimbulkan karat dan warna
9. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap
10. Memiliki kemampuan sebagai deterjen/pembersih
11. Tersedia dalam jumlah yang besar dengan harga yang pantas.
Alat dan Bahan
1. Mortir dan stamfer
2. Tabung reaksi besar dan kecil
7
3. Rak tabung
4. Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml
5. Labu ukul 100 ml
6. Ose dan kompor spirtus
7. Stopwatch
8. Inkubator
9. Sediaan uji
10. Bakteri uji
11. Nutrient Broth (NB)
12. Fenol
13. Air suling
14. Pelarut sediaan uji
PROSEDUR
1. Buat larutan sediaan uji dan larutan standar fenol dengan konsentrasi 5 % b/v
atau 5 % v/v
2. Rencanakan pengenceran dan hitung konsentrasi larutan pada masing-masing
tabung besar.
3. Buat 6 pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dan larutan standar fenol
dengan air suling steril dalam tabung-tabung reaksi besar, sebagai berikut:
Tabung
Kekuatan
fenol
Larutan fenol 5%
yang dipipet
Aquades steril
yang
ditambahkan
Total yang
diperlukan
Yang
dibuang
A
B
C
D
E
F
1/20
1/30
1/40
1/50
1/60
1/70
5
4
4
2
2
2
0
2
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
0
1
3
0
1
1
HASIL PENGAMATAN
Waktu
2,5 menit
5 menit
7,5 menit
10 menit
12,5 menit
15 menit
Konsentrasi
A
B
C
D
E
F
Keterangan :
(- ) : bening
(+) : keruh
10
IV.
TUJUAN
Menentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap antibiotika
standar.
TEORI
Dalam Farmakope Indonesia dinyatakan bahwa potensi adalah perbandingan
dosis sediaan uji dengan dosis larutan standar atau larutan pembanding yang
menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama pada biakan jasad renik yang
peka dan sesuai. Aktivitas (potensi) antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang
sesuai dengan efek daya hambatannya pada mikroba. Suatu penurunan aktivitas
antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat
ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi
biasanva merupakan suatu standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan
hilangnya aktivitas. Farmakope Indonesia menentukan bahwa potensi antibiotika
standar berkisar antara 95-105%. Namun potensi tersebut dapat menurun karena
kadaluwarsa, penyimpanan yang tidak benar dan terjadinya penguraian obat yang
menghasilkan zat lain yang tidak memiliki efek lagi.
Aktivitas suatu antibiotika dapat dilihat pada dua kriteria yaitu MIC dan besar
diameter hambatan. Makin rendah MIC makin kuat potensialnya, demikian pula
semakin besar diameter hambatan, makin kuat pula potensialnya. Namun pada
umumnya, antibiotik yang mepunyai potensi tinggi memilki MIC yang rendah dan
diameter yang besar.
Ada dua metode umum pengujian potensi antibiotika yang dapat digunakan :
1. Metode penetapan dengan lempeng silinder :
Metoda ini berdasarkan difusi antibiotika dari silinder yang dipasang tegak lurus
pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng, sehingga mikroba
yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran
atau zona disekeliling silinder yang berisi larutan antibiotika.
2. Metode Turbidimetri :
Metode mi berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan
serbasama antibotika, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba
dengan cepat bila tidak terdapat antibiotika.
A.
4. Rak tabung
5. Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml
6. Labu ukur 100 ml
7. Lampu spirtus
8. Spatel
9. Pinset
10. Mikropipet
11. Perforator
12. Inkubator
13. Jangka sorong
14. Sediaan antibiotika standar dan sampel
15. Media nutrien agar
16. Berbagai suspensi bakteri Gram positif maupun Gram negatif
17. Pelarut sediaan uji
18. Air suling steril
19. Larutan desinfektan
PROSEDUR
1. Siapkan suspensi bakteri dalam Nutrien broth yang berumur 18-24 jam, bakteri
ini harus homogeny
2. Siapkan perbenihan nutrien agar dengan cara melarutkan sejumlah tertentu
nutrien agar dalam aquades kemudian disterilkan dalam otoklaf selama 15 menit
pada 1210C.
3. Masukkan sediaan uji ke dalam labu ukur, larutkan dengan sedikit pelarutnya.
Kemudian tambahkan air suling steril sampai tanda batas. Jika sediaan uji
berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum dimasukkan dalam labu
ukur.
4. Rencanakan pengenceran larutan sampel dan larutan standar hingga didapat
variasi dua seri dosis yang diinginkan (dosis tinggi dan dosis rendah).
5. Dibuat larutan inokulum dengan cara memasukkan suspensi biakan bakteri ke
dalam nutrien agar yang telah disterilisasi. Dalam keadaan masih cair, tuangkan
nutrien agar yang telah mengandung suspensi bakteri tersebut ke dalam cawan
petri secara aseptis sebanyak 20 ml. Biarkan sampai membeku.
6. Bagi permukaan dasar cawan menjadi empat area sama besar. Beri label
masing-masing area tersebut tergantung variasi seri dosis yang akan digunakan.
7. Buat empat cetakan reservoir (lubang) pada masing-masing cawan petri dengan
menggunakan perforator secara aseptis. Buat reservoir tersebut dengan cara
membuang agar yang ada dalam cetakan reservoir tersebut dengan
menggunakan spatel. Masukkan hasil buangan tersebut ke dalam larutan
desinfektan yang telah disediakan.
8. Masukkan larutan sampel dan standar pada masing-masing reservoir sesuai
dosis yang ditentukan dengan menggunakan mikropipet secara aseptis.
9. Inkubasikan dalam inkubator pada suhu 370C selama 18-24 jam.
10. Ukur dan catat diameter daerah bening (zone lisis) yang terjadi di sekeliling
12
HASIL PENGAMATAN
Cawan
Standar (mm)
SH
Sampel (mm)
SL
UH
UL
1.
2.
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
SH
: Baku dengan dosis tinggi
SL
: Baku dengan dosis rendah
UH
: Sampel dengan dosis tinggi
UL
: Sampel dengan dosis rendah
13
B.
Buat resevoir tersebut dengan cara membuang agar yang ada dalam cetakan
reservoir tersebut dengan menggunakan spatel. Masukkan hasil buangan
tersebut ke dalam larutan desinfektan yang telah disediakan.
8. Masukkan larutan sampel dan baku pada masing-masing reservoir sesuai dosis
yang ditentukan dengan menggunakan mikropipet secara aseptis.
9. Inkubasikan dalam inkubator pada suhu 370C selama 18-24 jam.
10. Ukur dan catat diameter daerah bening (zone lisis) yang terjadi di sekeliling
reservoir yang telah mengandung antibiotika tersebut dengan menggunakan
jangka sorong.
11. Hitung potensi antibiotik.
PERHITUNGAN KONSENTRASI : (uraikan)
HASIL PENGAMATAN
Baku (mm)
Cawan
BT
BS
BR
ST
Sampel (mm)
SS
SR
Jumlah
Rata-rata
Keterangan :
BT
: Baku dengan dosis tinggi
BS
: Baku dengan dosis sedang
BR
: Baku dengan dosis rendah
ST
: Sampel dengan dosis tinggi
SS
: Sampel dengan dosis sedang
SR
: Sampel dengan dosis rendah
15