FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
MODUL 1
SEJARAH AGAMA
HINDU DI BALI
Proses perkembangan Hindu Bali
Catur Weda
Tiga Kerangka Agama Hindu di Bali
Tri Murti
1
CATUR WEDA
Rg Weda: mantra2 Pujaan kpd Dewata
Yajur Weda: mantra2 pujaan untuk
Yadnya (korban suci)
Sama Weda: Weda yang dinyanyikan
untuk menghalau halangan2
Atharva Weda: mantra2 untuk
mengangkat kehidupan masyarakat dan
menghilangkan kekerasan (magic)
4
JAWA
TENGAH
SEKITAR
650
TAHUN
MASEHI
DIKETEMUKAN PRASASTI BATU TUK MAS DI DESA
DAKAWU YANG MENYEBUTKAN PUJIAN TERHADAP DEWI
GANGGA DISERTAI ATRIBUT DEWA TRI MURTI (KENDI
AMRTA BRAHMA , GADHA WISNU DAN TRISULA SIWA
PRASASTI CANGGAL DI GUNUNG WUKIR JAWA TENGAH
YANG BERKERANGKA TAHUN 732 MASEHI, MENYEBUTKAN
TENTANG PEMUJAAN TERHADAP DEWA SIWA, DEWA
WISNU DAN DEWA BRAHMA YAN ARTINYA DI JAWA
TENGAH KONGKRITNYA PADA TAHUN 732 MASEHI AGAMA
HINDU TELAH MEMUJA TRIMURTI
PRASASTI DINOYO PADA TAHUN 760 MASEHI DI JAWA
TIMUR MERUPAKAN PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI
JAWA TENGAH
PADA MASA-MASA TERSEBUT JUGA BERKEMBANG AGAMA
BUDA YANG BERTENDENSI SIWA-BUDHA BHUKBHUKSAH
GAGANGAKING
DENGAN
MUNCULNYA
KEKAWIN
SUTASOMA
6
MENJADI
MEDIA
AKIBATNYA
BENTUK
PEMUJAAN
DAN
BENTUK
IBADAHNYA KEPADA TUHAN BERVARIASI
NAMUN ASASNYA SAMA
VARIASI DENGAN KEBEBASAN BERTAFSIR DALAM
BENTUK PEMUJAAN
10
11
TERSEBUT
TIDAK
DAPAT
DIPISAH-
TATTVA
TATTVA, AJARAN TENTANG KESEJATIAN, KESUNYATAAN,
KEBENARAN MUTLAK & HAKIKI DILUAR BATAS PIKIRAN /
PENGINDERAAN MANUSIA KARENA BUKAN PRODUK
MANUSIA MELAINKAN WAHYU TUHAN
SIRA WYAPAKA, SIRA SUKSMA TAR KENENG ANGEN-ANGEN,
KADYANGGA AKASA TAN KAGRHITA DENING MANAH MWANG
INDRYA
TATTVA,
PERANAN
DAN
PRAKTEK
TIDAK
MENYIMPANG , KARENA MERUPAKAN KEYAKINAN
BOLEH
YANG
BERKARMA
13
14
MAYA
DISEBUT
TATASUSILA
DASAR AJARAN TATASUSILA ADALAH
KARMAPHALA YANG DITENTUKAN OLEH
SANG HYANG WIDHI YANG HADIR
DIMANA-MANA
SECARA UMUM AJARAN
DIRUMUSKAN DALAM,
TATASUSILA
KAYIKA PARISUDDHA
VACIKA PARISUDDHA
MANACIKA PARISUDDHA
17
UPAKARA
BHAKTI MARGA, KARMA MARGA DAN JNANA
MARGA
MERUPAKAN
BHAKTI
KEPADA
TUHAN
BHAKTI
MARGA
DILAKSANAKAN
DENGAN
SEMBAHYANG
DAN
MEMPERSEMBAHKAN
PERSEMBAHAN
SEMBAHYANG
DAPAT
DILAKUKAN
DENGAN
TRISANDHYA ATAU KRAMANING SEMBAH
ADA 5 (LIMA) MACAM YAJNA :
DEVA YAJNA
PITRA YAJNA
RESI YAJNA
MANUSA YAJNA
BHUTA YAJNA
18
19
MODUL 2
PENDIDIKAN DAN DUNIA
KERJA
Elemen Pendidikan & Dunia Kerja
Konsep Kerja Wiksu Pungu
Trikaya Parisuda
Catur Guru
Catur Paramita
20
PENDIDIKAN-KERJA-KESEJAHTERAAN
DUNIA PENDIDIKAN
CATUR ASRAMA: BRAHMACARIA,
GRIHASTA, WANAPRASTA, BHIKSUKA
CATUR GURU
CATUR PARAMITA
CINTA KASIH (MAITRI)
PERHATIAN (KARUNA)
MEMAAFKAN (UPEKSA)
BERSIMPATI (MUDITA)
(RUPAKA, WISESA,
PENGAJIAN, SWADHYAYA)
KEKERASAN (AHIMSA)
BELAJAR (BRAHMACARI)
JUJUR (SATYA)
ANTI KORUPSI (ASTEYA)
DUNIA KERJA
TRI KAYA
PARISUDHA
KAYIKA - WACIKA
MANACIKA
SAPTA TIMIRA:
SURUPA (KETAMPANAN)
DANA (KEKAYAAN)
GUNA (KEPANDAIAN)
KULINA (KEBANGSAWANAN)
YOWANA (KEREMAJAAN)
SURA (KEMABUKAN)
KASURAN (KEMENANGAN)
22
KONSEP KERJA
LONTAR WIKSU PUNGU
KERJA PRODUKTIF
PEMIKIR
KERJA FISIK
D A G A N G
besar
PERSENTASE PROFESI
MASYARAKAT
BROMO CORAH
kecil
PERSENTASE PROFESI
MASYARAKAT
23
CATUR GURU
GURU RUPAKA, BERGURU PADA ORANG TUA
GURU WISESA, PEMERINTAHAN
GURU PENGAJIAN, BERGURU KEPADA YG MENGAJAR
KAN ILMU PENGETAHUAN
GURU SWADHYAYA, BHAKTI KEPADA HYANG WIDHI
CATUR PARAMITHA
MODUL 3
TATTWA HINDU
PANCA SRADHA
TRI HITA KARANA
TRI GUNA
SAPTA TIMIRA
CATUR MARGA
27
PANCA SRADHA
ADANYA BRAHMAN DAN ATMAN
ADANYA AVATARA, KITAB SUCI DAN
PARA RSI
ADANYA HUKUM KARMA (KARMA
PALA)
ADANYA SAMSARA (PUNARBHAVA)
ADANYA MOKSA
28
SAPTA TIMIRA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SURUPA (KETAMPANAN)
DANA (KEKAYAAN)
GUNA (KEPANDAIAN)
KULINA (KEBANGSAWANAN)
YOWANA (KEREMAJAAN)
SURA (MINUMAN KERAS)
KASURAN (KEMENANGAN)
31
CATUR MARGA
Empat cara/jalan menghubungkan diri dg Ida SWS untuk mencapai
kesempurnaan hidup lahir dan bathin (moksa)
SAD PARAMITHA
enam jalan utama menuju keluhuran budhi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ASTHA SIDDHI
DELAPAN AJARAN KEROKHANIAN UTK TERCAPAINYA KESEMPURNAAN HIDUP
BAIK LAHIR MAUPUN BATHIN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DASA DHARMA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
36
MODUL 4
TEOLOGI (BRAHMA WIDYA)
Filosofi Padmasana
Padma Bhuwana
Dewata Nawa Sanga
38
PENGIDER-IDER
NAWA SANGA
WEWARAN
limpa
Landep Sungsang Merakih Ugu
PADMAKARO-PUCAK MANGU
1Luang 2- 3- 4Jaya
5- 6- 7Sukra 8Kala
9Erangan
10Raksana
Maha Dewi
SANKARA 1
Wayabya
Angkus
Ungsilan. Kundalini.
emas
Saci pati
MAHADEWA 7
Pascima
Nagapasa
Banaspati
PADMASARI-BATUKARU
Sinta Julungwangi Krulut Bala
1- 2- 3- 4Laba 56Maulu 7Anggara
8Rudra 9Nhan
10Manusa
Santani Dewi
SAMBU 6
Ersanya
Trisula
Padma Kurung
Amerta, Kerawang
8)
CIWA (
Padma Manca warna
Kliwon 5, SukaManuh -Dadi. 9
b
- Gada
Daksina
BRAHMA 9
4 Sri 5 6 Aryang
7 Sukra 8 Sri
9 Tulus 10 Sri
Maha Dewi
iii
iii
jingga
m iiibang
RUDRA 3
Neriti
Moksala
PADMA NOJA-ULUWATU
usus
ineban
ireng
wilis
Dewi Sri
putih
1 - 2 Menga 3ISWARA 5
4 - 5 Umanis
Purwa - Bajra 6 Urukung
Anggapati
7 Redite 8 Indra
9 Dangu 10
Pandita
dadu
MAHESORA 8
Agneya - Dupa
Mrajapati
1- 2- 3Pasah 4- 5Paing
6Was 7Saniscara 8Yama
Saraswati
9Gigis 10Dewa
PADMASANA -ANDAKASA
Wariga Pujut Menail RANGDA TIGA
Hati. Pawitra. tembaga
Uma Dewi
1- 2- 3- 4Manala 56Paniron 7wraspati
8guru 9jangur 10raja
PADMA ASTADANA-GOA LAWAH
peparu
Laksmi Dewi
39
Sejarah Padmasana
Abad 9 sampai 13 pemujaan Sanghyang Widhi Wasa sebagai
Bhatara Siwa menggunakan Lingga-Yoni (jaman Dinasti
Warmadewa). Sejak abad ke-14 rezim Dalem Waturenggong
(Dinasti Kresna Kepakisan), Lingga-Yoni tidak lagi populer, krn
pengaruh ajaran Tantri, Bhairawa, dan Dewa-Raja. Lingga-Yoni
diganti dg patung Dewa (cara ini disebut Murti-Puja). Ketika
Danghyang Niratha datang di Bali pd tengah abad 14 beliau
melihat bahwa cara Murti-Puja diandaikan seperti bunga teratai
(Padma) tanpa sari. Maksudnya niyasa pemujaan yang telah
ada seperti Meru dan Gedong hanyalah untuk Dewa-Dewa
sebagai manifestasi Sanghyang Widhi namun belum ada
sebuah niyasa untuk memuja Sanghyang Widhi sebagai Yang
Maha Esa, yakni Siwa. Inilah yang digambarkan sebagai padma
tanpa sari. Danghyang Niratha setelah menjadi Bhagawanta
(Pendeta Kerajaan) mengajarkan kepada rakyat Bali untuk
membangun Padmasana sebagai niyasa Siwa, di samping tetap
mengadakan niyasa dengan sistem Murti-Puja.
40
Pengertian Padmasana
Padma (bhs Bali) = bunga teratai. Sana = duduk.
Siwa digambarkan sebagai Dewa yang duduk di atas
bunga teratai. Bunga teratai yang berhelai delapan
tepat pula sebagai simbol delapan kemahakuasaan
Sanghyang Widhi yang disebut Asta-Aiswarya. AstaAiswarya ini juga menguasai delapan penjuru mata
angin. Keistimewaan bunga padma adalah: puncak
atau mahkotanya bulat, daun bunganya delapan,
tangkainya lurus, dan tumbuh hidup di tiga lapisan:
lumpur, air, dan udara. Hal-hal ini memenuhi simbol
unsur-unsur filsafat Ketuhanan atau Widhi Tattwa,
yakni keyakinan, kejujuran, kesucian, keharuman,
dan ketulusan.
41
Stana-Stana di Padmasana
Stana Sanghyang Siwa Raditya.
Dalam lontar Siwagama diuraikan bahwa
Bhatara Siwa mempunyai murid-murid
terdiri dari para dewa. Diantaranya ada
murid yang paling pintar dan bisa meniru
Siwa, murid ini adalah Bhatara Surya; oleh
karena itu Bhatara Surya dianugrahi nama
tambahan: Sanghyang Siwa Raditya dan
berwenang sebagai wakil-Nya di dunia.
42
43
44
46
Bedawangnala
Lontar Kaurawasrama: dasar gunung Mahameru adalah
bedawangnala. Dalam bhs Kawi, bedawangnala terdiri dari dua
kata: beda artinya ruang, dan nala artinya api. Jadi
bedawangnala artinya ruang yang berisi api atau magma. Lontar
Agni Purana (Kurma Awatara) menyebutkan adanya perang yang
sengit antara para Dewa dengan para Detya. Dalam perang itu
Dewa-Dewa
dikalahkan. Para Dewa mohon agar Wisnu
menyelamatkan. Bhatara Wisnu kemudian meminta kedua pihak
yang berperang mengaduk lautan susu di mana gunung
Mandara sebagai tangkai pengaduk dan Naga Basuki sebagai
tali pengaduk. Para Dewa memegang ekor naga dan para Detya
memegang kepala naga. Tetapi ketika perputaran dimulai
gunung Mandara yang tidak mempunyai dasar tenggelam ke
dalam lautan susu. Bhatara Wisnu yang menjelma sebagai
seekor
kura-kura
raksasa
kemudian
muncul
untuk
menyelamatkan gunung Mandara. Oleh karena itu bedawang di
Bali dilukiskan sebagai kura-kura yang moncongnya
menyemburkan api.
47
Naga
Lontar Siwagama & lontar Sri Purana Tattwa:
setelah bumi diciptakan oleh Bhatara Siwa dan
Bhatari Uma lengkap dengan segala isinya
maka pada suatu ketika terjadilah bencana, di
mana tumbuh-tumbuhan mati, air menyurut dan
udara mengandung penyakit. Sanghyang
Trimurti bermaksud menyelamatkan manusia.
Brahma berwujud sebagai Naga Anantabhoga
yang berwarna merah berada di dalam inti bumi;
Wisnu berwujud sebagai Naga Basuki yang
berwarna hitam berada dalam laut, dan Iswara
berwujud sebagai Naga Taksaka yang berwarna
putih bersayap berada di udara.
48
Garuda Wisnu
Llontar Adi Parwa: Sang Kadru & Sang Winata para istri dari Bhagawan
Kasyapa. Sang Kadru berputra naga yg ribuan banyaknya dan Sang
Winata berputra Sang Aruna dan Sang Garuda. Pada suatu ketika
keduanya membicarakan Uchaisrawa (kuda putih) yang keluar dari
pemuteran gunung Mandaragiri. Sang Kadru mengatakan warna kuda itu
hitam, sedangkan Sang Winata mengatakan kuda itu putih. Karena samasama teguh mempertahankan pendapat akhirnya mereka sepakat untuk
bertaruh, bahwa siapa yang kalah akan mejadi budak dari yang menang.
Para naga putra Sang Kadru tahu bahwa warna kuda itu putih. Untuk
memenangkan ibunya para naga menyemprotkan bisa ke Uchaiswara
sehingga berwarna hitam. Sang Winata kalah lalu menjadi budak Sang
Kadru. Anak Sang Winata, yakni Garuda, ingin membebaskan ibunya dari
perbudakan. Garuda kemudian bertanya kepada para naga, bagaimana
cara membebaskan ibunya. Sang Naga memberi tahu agar ia mencari
Tirta Amertha. Sang Garuda mencari tirta itu ke Sorga sampai berperang
melawan para Dewa namun tidak berhasil. Bhatara Wisnu yang iba pada
nasib Garuda bersedia memberikan Tirta Amertha, namun dengan syarat
agar Garuda mau menjadi kendaraan Bhatara Wisnu. Garuda bersedia, dan
49
Angsa
Angsa adalah simbul ketenangan dan warna putih
bulunya adalah simbul kesucian, ketelitian memilih
makanan walaupun mulutnya masuk ke lumpur
yang busuk toh lumpur tidak termakan, jadi angsa
merupakan simbul kebijaksanaan memilih yang
baik, di samping itu pula simbul kewaspadaan
sebab baik siang maupun malam seolah-olah
angsa tidak penah tidur. Di lontar Indik
Tetandingan disebutkan sayap angsa yang
terkembang adalah simbul Ongkara: kedua
sayapnya melukiskan ardha candra (bulan sabit),
badannya yang bulat lukisan windhu, leher dan
kepalanya yang mendongak ke atas adalah simbul
50
nada.
Acintiya
Acintiya artinya tidak dapat dibayangkan. Namun
niyasa Acintiya dilukiskan sebagai tubuh manusia
telanjang dengan api di setiap sendinya serta kaki
kanan yang terangkat, kepala tanpa bentuk wajah,
dan sikap tangan dewa pratistha. Niyasa itu
bermakna: tubuh manusia yang telanjang kiasan dari
ciptaan Sanghyang Widhi yang utama; api di setiap
sendi adalah simbol energi kehidupan; kaki kanan
yang terangkat adalah simbol rotasi alam dan
kehidupan yang aktif; kepala tanpa bentuk wajah
adalah simbol dari keberadaan yang tidak dapat
dibayangkan; sikap tangan dewa pratistha adalah
simbol kecintaan Sanghyang Widhi pada hasil-hasil
ciptaan-Nya.
51
52
Padmasana: mempunyai
rong satu, memakai
Bedawangnala, dengan palih
lima. Stana Bhatara Surya
53
Padma Agung:
mempunyai rong dua,
memakai Bedawangnala,
dengan palih lima. Stana
Sanghyang Siwa Raditya
54
Padma Angelayang:
mempunyai rong tiga,
memakai Bedawangnala,
dengan palih pitu. Stana
Bhatara Guru
.
55
No
Nama
Letak di
Menghadap ke
Padma Kencana
timur (purwa)
barat (pascima)
Padmasana
selatan (daksina)
utara (uttara)
Padmasari
barat (pascima)
timur (purwa)
Padma lingga
utara (uttara)
selatan (daksina)
Padma asta
sedhana
tenggara (agneya)
Padma noja
Padma karo
tenggara (agneya)
Padma saji
Padma kurung
tengah-tengah Pura
(madya)
PURA
BESAKIH
PURA
WATUKARU
PURA
LEMPUYANG
PURA
PUSERING
JAGAD
PURA
ULUWATU
PURA
GOALAWAH
57
BATUR
wisnu
BESAKIH
sambhu
PUCAKMANGU
sangkara
WATUKARU
mahadewa
LEMPUYANG
iswara
BESAKIH
siwa
ULUWATU
rudra
GOALAWAH
mahesora
ANDAKASA
brahma
58
MODUL 5
CIRI2 BEKERJA SECARA ETIS
SAD RIPU
KEBAJIKAN YANG LUHUR
TRI PURUSA ARTA
KERJA BERDASARKAN DHARMA
59
Pengendalian Diri
Tugas paling tinggi seseorang dalam bekerja
adalah pengendalian diri.
Pengendalian diri adalah kemenangan paling
tinggi. Pengendalian diri akan melahirkan
sifat2: tidak dendam, sabar, tidak menyakiti
orang, jujur, tulus, melaksanakan kebenaran,
sederhana, kukuh, tidak picik, bebas dari
kemarahan, bahagia, tutur kata sopan,
melakukan kebajikan, bebas iri hati.
Dg mengendalikan diri orang bebas dari
keterikatan dunia, mencapai pembebasan,
berada diambang pintu surga.
64
KESUKSESAN KERJA
RGVEDA IV.4.12:
Tuhan memberi karunia berupa kesuksesan dalam hidup, hanya
kepada orang-orang yang giat bekerja, tulus hati, dan tidak
mengenal lelah
RGVEDA IV.5.6
Tuhan tidak bersahabat dengan orang-orang yang malas
bekerja
RGVEDA IV.33.11
Tuhan tidak pernah menolong orang yang malas dan tidak tekun
bekerja
ATHARVAVEDA XX.18.3
Tuhan hanya menyayangi orang yang bekerja keras dan tidak
menyukai orang yang malas bekerja. Orang yang senantiasa
bekerja berdasarkan kesadaran memperoleh kebahagiaan yang
tertinggi
66
Sarasamuschaya: 265
67
69
PRTHIVI (BUMI)
APAH (AIR)
GNI, TEJA (API)
BAYU (UDARA)
AKASA (ETHER)
MODUL 6
KEPEMIMPINAN
TRADISIONAL
Asta Brata
Asada Brata
Dasa Indria
Catur Aiswarya
72
INDRA BRATA: memberi hujan demi suburnya dunia, memberi sesuatu yang
sangat dibutuhkan dan sangat bermanfaat/
YAMA BRATA: Memiliki keahlian dan kepastian hukum. Menghukum yang
salah, menumpas musuh
SURYA BRATA: (mengisap air secara pelan, tidak bernafsu) Kemampuan
menggerakkan tanpa emosional
CACI BRATA: Caci=bulan=air kehidupan. Gembira, lembut, menarik, senyum
menawan. Memberikan kesenangan bathin
BAYU BRATA: mematai perilaku orang bagai angin. Angin sebagai mata yang
tidak tampak. Arifr dan rahasia. Merasakan hati orang lain
DHANA (KWERA) BRATA: menikmati kebahagiaan/kesenangan tidak
berlebihan. Makan minum, berhias, berbusana tdk berlebihan.
PACA (BARUNA) BRATA: pemegang senjata tali berbisa ampuh dan selalu
mengikat. Memiliki kewenangan mengikat semua penjahat.
AGNI BRATA: Mampu memberikan semangat. Membakar hangus musuh
sampai hancur berantakan.
73
ASADA BRATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
DASA INDRIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATUR AISWARYA
1. DHARMA: perbuatan berlandaskan
kebenaran
2. JNANA: pengetahuan dan kebijaksanaan yg berguna utk kehidupan manusia
3. WAIRAGYA: tidak ingin kemewahan
4. AISWARYA: kebahagian dan kesejehteraan diperoleh dengan jalan dharma
76
MODUL 7 DAN 8
HARI RAYA HINDU BALI
SIWA RATRI
GALUNGAN KUNINGAN
PAGER WESI
NYEPI
TUMPEK
77
78
79
80
81
BRATA SIWRATRI
1. Pagi hari sesudah siap menyatukan pikiran yang
berkepentingan patut menghadap Sang Pendeta /
bersujud dan memaklumkan untuk melaksanakan brata
dengan mematuhi petunjuknya / sesudah mandi dan
berlansir lalu melakukan pemujaan kehadapan Hyang
Siwa / dilanjutkan dengan berpuasa dan mona brata
serta mengenakan pakaian putih //
2. Setelah siang hari berlalu, pada malam harinya patut
melek jangan sekali-kali tidur / selalu memuja Hyang
Siwa
dalam
perwujudan
yang
Siwalinggam
bersemayam di Alam Siwa / didahului dengan memuja
Hyang Gana dan Hyang Kumara / pada malam harinya
melakukan Yamapat yang disesuaikan menurut
kemampuan //
3. Bunga menur kanyiri gambir kecubung widuri putih dan
putat / asoka nagasari tangguli bakula kalakma dan
cempaka / seroja merah putih biru dan segala jenis
bunga yang harus disiapkan pada saat itu / utamanya
pucuk muda daun bila dan bunga sulasih sebagai sarana
untuk memujaku (Hyang Siwa)
82
JENIS2 TUMPEK
TUMPEK LANDEP
TUMPEK WARIGA
TUMPEK KUNINGAN
TUMPEK KLURUT
TUMPEK UYE
TUMPEK WAYAG
84
MODUL 9
FILOSOFI PEMBUATAN DAKSINA
85
86
91
MODUL 10 DAN 11
TATTWA LANJUTAN
Konsep Ingkel
Sad Guna
Catur Asrama
Pembelajaran diri (Brahmachari)
Sumber dosa
Jagad hita
Pengendalian diri
92
KONSEP INGKEL
KONSEP KEHIDUPAN MENYATU
DENGAN ALAM
WONG
SATO
MINA
MANUK
TARU
BUKU
93
SAD GUNA
ENAM PERILAKU YG SANGAT BAIK DAN BERMANFAAT
BRAHMACARI,
SUKLA-SEWALA-KRSNABRAHMACARYA:TAHAPAN
BELAJAR. MENCARI BEKAL: BELAJAR MEMPEROLEH KOMPETENSI DIRI.
BELAJAR MENGAPLIKASIKAN TRI KAYA PARIDUDHA: YANG BOLEH/TIDAK
BOLEH DIKERJAKANDIUCAPKAN ATAU DIPIKIRKAN.
95
PEMBELAJARAN DIRI
(BRAHMACARI)
PERSEMBAHAN ILMU PENGETAHUAN LEBIH MULIA
KETIMBANG PERSEMBAHAN BERUPA MATERI
PENGUASAAN ILMU PENGETAHUAN SECARA BAIK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMILIH KEBAJIKAN
ATAU KEBATILAN
DENGAN ILMU PENGETAHUAN ORANG DAPAT
BEKERJA MEMECAHKAN MASALAH, KENDALA DAN
TANTANGAN SEBERAT APAPUN
DENGAN MENGUASAI ILMU PENGET ORANG TIDAK
RAGU BERTINDAK, PERCAYA DIRI
96
Kelestarian alam
99
100
PERBUATAN
BURUK
SALURAN
PENGURANGAN
KREDIT
SALURAN
PENAMBAH
KREDIT
PERBUATAN
BAIK (YADNYA,
TRIKAYAPARISUDHA
SAD RIPU)
MODUL 12 - 13
2.
3.
4.
KRTAYUGA/SATYAYUGA: KEBENARAN,
KEDAMAIAN, BUMI MEMBERI TANPA MENUNGGU
PANEN, TANAMAN TUMBUH SUBUR DAN
MELIMPAH, TIDAK ADA PENYAKIT, MANUSIA
BERUMUR PANJANG
TRETAYUGA: SEPEREMPAT DHARMA HILANG
DAN SEPEREMPAT ADHARMA MASUK. BUMI
TIDAK MENGHASILKAN TANAMAN TAPI TANAMAN
HARUS DIRAWAT UNTUK MENUNGGU HASIL
PANEN,
DVAPARAYUGA: BUMI MENGHASILKAN
SETENGAH DARI TANAMAN (PRODUKTIVITAS
RENDAH)
KALIYUGA: PEMIMPIN TIDAK MEMPERDULIKAN
ATURAN BRAHMAN, RAKYAT DITEKAN,
KETIDAKBENARAN MERAJALELA,
PEMBERONTAKAN, PENYAKIT MERAJALELA,
AWAN TIDAK MENGANDUNG UAP AIR, TANAMAN
GAGAL PANEN, MANUSIA BERUMUR PENDEK, 103
TRI MALA
tiga kekotoran/keburukan yg hrs dihindari
104
DASA MALA
sepuluh jenis perilaku kelemahan yg hrs dikikis
1.
106
CATUR AISWARYA
1. DHARMA: perbuatan berlandaskan
kebenaran
2. JNANA: pengetahuan dan kebijaksanaan yg berguna utk kehidupan manusia
3. WAIRAGYA: tidak ingin kemewahan
4. AISWARYA: kebahagian dan kesejehteraan diperoleh dengan jalan dharma
107
DASA INDRIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
109
CATUR PATAKA
empat macam dosa ringan-berat yg dilakukan manusia
2. DOSA MENENGAH
1.
2.
3.
4.
5.
PANCA CUNTAKA
SAD ATATAYI
Sad = enam. Atatayi = kejam
MODUL 14
TATTWA LANJUTAN
ASTHA DUSTA
ASTHA CORA
YOGA DAN LIMA GEJOLAK PIKIRAN
CATUR PETAKA
116
ASTHA DUSTA
delapan kebohongan atau dosa yg berkaitan dg pembunuhan, tindak
kekerasan dan nafsu birahi
ASTHA CORA
delapan tindakan yg digolongkan mencuri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
MENCURI
MENYURUH ORANG LAIN MENCURI
MEMBERI PERSEMBUNYIAN PENCURI
MEMBERI MAKAN PENCURI
BERGAUL DENGAN PENCURI
MEMBERI TAHU PENCURI BHW DIA DALAM
BAHAYA
7. MEMBANTU MELAKUKAN PENCURIAN
8. MELINDUNGI PENCURI
118
ASADA BRATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
1. DOSA BESAR
1. BRAHMANA WADHA: membunuh orang suci
2. SURAPANA: minum minuman keras sampai
mabuk
3. SWARNASTEYA: mencuri emas
4. KANYAWIGHNA:: memperkosa gadis
5. GURUWADHA: MEMBUNUH GURU
124
MODUL TAMBAHAN
127
PANCAMAHABUTHA
PERTHIWI (TANAH)
APAH (AIR)
TEJA (SINAR)
BAYU (UDARA)
AKASA (HAMPA)
128
SIWA SIDDHANTA
Saktinya Siwa: Dewa Brahma, Wisnu,
Rudra, Mahadewa, Sangkara, Sambu dan
Sadasiwa.
Proses penciptaan (srsti, utpatti): Dewi
Sakti, Laksmi, Saraswati (sakti Brahma)
Pemeliharaan (sthiti, anugraha): Dewi
Uma, Sri, Parwati (Wisnu)
Penghancuran/peleburan: Dewi Durga
129
130
SADUSAKTI
ADNYANASAKTI: Duradarsana (kemampuan
melihat jauh dan dekat), Durasrawana
(kemampuan mendengar yang jauh dan dekat),
duratmaka (kemampuan mengetahui yang jauh
dan dekat)
WIBHUSAKTI: tanpa cela, maha sempurna
PRABUSAKTI: tanpa rintangan, mahakuasa,
apapun yang diinginkan terlaksana. Menentukan
lahir, hidup, mati
KRIYASAKTI: kemampuan mencipta alam raya
dengan segala isinya (Dewa brahma, Wisnu
Siwa, Pancarsi, Dewarsi, Widyadara, gandarwa,
danawa, daitya, raksasa, bhuta, panca maha
bhuta (pertiwi, apah/air, teja/sinar, bayu/udara,
akasa/hampa dsb.
131
133
134
135
136
138
139
141
1.
144
145
146
148
151
155
156
158
159
20. KASA PUTIH SURAT ANGGE SABUK: SANG HYANG AJI KEREKET
Hih Hih Hih sira aji kereket, turun sira ring jawa ring bali,
sambirnia mangke tan kehungkulan dening wong manusa,
kari mula-mula aku sakti, aiapa waniya ngeroreng aku,
seluiraning kedadiyan tan kasor den nia, widiya dara widiya dari teka
kasor, tan waniya mengeleh lawan aji kereket,
pengempunku Sang Hyang Candi Geringsing, penginebanku Sang Hyang
Guru Reka, Sang Hyang Guru Rero, pengemitku Sang Hyang
Andebuwana, penukupku Sang Hyang Basukih, Sang Hyang Rediya
manungkemin sira, sang Nage Petak kesidian nira, siwapa wani ring Sang
Hyang Aji Kereket, leyak puith leyak bang leyak pita leyak ireng, , leyak
desti mancewarna teka punah teka dungkul teka nembah ring aku, ikebo
pemale, leyak pemokpokan teka punah tekan nembah ring aku, dewa
dewata teka nembah yeko ring Sang Hyang Aji Kereket, kesumbang den
nira Aji Kereket, yan ana ancuculin Aji Kereket, teka bungkus, teka
bungkus teka bungkus, yan ana ala paksane ring pekaranganku, tauwasa
den nia apanaku Aji Kereket, sakti tan pehingan, sekeluwiring wong
anyorah, amandung angawe ala, tak kuwasa lumakuwa, teka pejah, apan
aku Aji Kerekt kadi geni rudra murti, murub ring pekaranganku pomo,
pomo pomo.
161
23. SANG HYANG AJI KUMANDANG AGUNG: KEPELAKAN GTANGKAHE/ DADANE PING TIGA, UNCARANG MANTRA IKI:
Om idepku Sang Hayng Aji Kumandang Agung, sedeng
angerangsuk busana, anguncar ake kesidian kesaktiyannia, tan
katon dening lampahku, aku angaji limunan, angawetu-aken
perewesaning jadma manusa, siapa wani ring aku, sehananing
durjana dursila teka dungkul punah, Aku Sang Hyang Aji
Kumandang Agung, suwaranku kadi kilap, ring arepku gelap
seyuta, ring ungkurku sang detiya denawa, ring luhurku tatit
angerebiyak, sanjatanku sangjata nawasanga, sing teka satru
musuhku, teka dungkul teka gegeng teka leleh, sehananing wong
angerusit desti leyak peneluhan teka peja peremangke,
sakuwehing jadma manusa lanang wadon teka asih welas aih
gumasih teresna sih ring awak seriranku, tan waniya ring masing
aku, teka wedi ngeb, teka wedi ngeb, teka wedi ngeb, teka
metakep atine wong manusa kebh, angerungu sabda suwaranku,
teka ngebsirep, teka ngeb sirep teka ngeb sirep, kedep sidi mandi
puh manteranku.
164