Anda di halaman 1dari 166

MODUL

MATA KULIAH AGAMA


OLEH:
PROF. DR. IR. NYOMAN SUTJIPTA, MS
(IDA PANDITA MPU DAKSA YASKA CHARYA MANUABA)
alamat: Jl Gatot Subroto I/XIII no 7 Denpasar
(Apotik Anugerah II ke utara 200 m belok kiri)
HP. 08123942345 0361-421967
Email: nsutjiptacipta@yahoo.com
FB: Mpu Daksa Charya Manuaba

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

MODUL 1
SEJARAH AGAMA
HINDU DI BALI
Proses perkembangan Hindu Bali
Catur Weda
Tiga Kerangka Agama Hindu di Bali
Tri Murti
1

PROSES KEHINDUAN DI BALI

SEBELUM DATANGNYA AGAMA2 LAIN KULTUR INDONESIA


ADALAH HINDU (PUSTAKA NEGARAKERTAGAMA ABAD XIV, PD
KERAJAAN MAJAPAHIT, PD LONTAR2 DI BALI @ LOMBOK)

AJARAN AGAMA HINDU MENYENTUH RASA BATIN DAN JIWA


YANG
MENDALAM
DAN
MEMBUKA
PEMIKIRAN
YANG
KONSEPSIONAL TIDAK DOGMATIS,

AJARAN AGAMA HINDU BERSIFAT FLEKSIBEL DAN ELASTIS


SESUAI DENGAN AJARANNYA YANG SUPEL DAN LUWES
BERSUMBER PADA KITAB SUCI WEDA YANG SENATIASA UP TO
DATE,

MENERIMA PERKEMBANGAN JAMAN BERDASAR DHARMA DAN


YANG BERTENTANGAN DENGAN DHARMA PASTI AKAN DITOLAK
OLEH MASYARAKAT,

MENGANUT DESA KALA PATRA / NEGARA MAWA TATA - DESA


MAWACARA DAN BERKEMBANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
MASYARAKAT DAN JAMANNYA
2

LATAR BELAKANG AGAMA HINDU


DI INDONESIA - BALI

AGAMA HINDU BERSUMBER PADA WAHYU TUHAN YANG MAHA


ESA / IDA SANG HYANG WIDHI YANG TURUN DI INDIA SEKITAR
2500 BC

WAHYU DITERIMA OLEH PARA MAHARSI ANTARA LAIN MAHARSI


WYASA YANG MENGUMPULKAN MENJADI CATUR WEDA
WEDA BERASAL DARI AKAR KATA WID YANG ARTINYA TAHU,
WID
MENJADI
KATA
WIDHI
YANG
ARTINYA
MEMBERI/SUMBER PENGETAHUAN SUCI
DARI AKAR KATA WID MENJADI KATA WIDYA YANG ARTINYA
KESADARAN ATAU ILMU PENGETAHUAN DAN KEBALIKANNYA
ADALAH AWIDYA YANG ARTINYA KETIDAKSADARAN/
KEGELAPAN
SETELAH TURUNNYA WEDA DI INDIA MAKA TIMBULLAH
SUATU PERIODE SEJARAH YANG DISEBUT JAMAN WEDA
3

CATUR WEDA
Rg Weda: mantra2 Pujaan kpd Dewata
Yajur Weda: mantra2 pujaan untuk
Yadnya (korban suci)
Sama Weda: Weda yang dinyanyikan
untuk menghalau halangan2
Atharva Weda: mantra2 untuk
mengangkat kehidupan masyarakat dan
menghilangkan kekerasan (magic)
4

PROSES PERKEMBANGAN AGAMA HINDU


DI INDONESIA
PENGARUH HINDU DATANG DI INDONESIA DIPERKIRAKAN
PADA PERMULAAN TARIKH MASEHI
BUKTI-BUKTI KEHINDUAN YANG TERTUA DI INDONESIA
KUTAI KALIMANATAN TIMUR YUPA (BATU BERTULIS
MEMAKAI HURUF PALAWA DAN BAHASA SANSKERTA
PADA ABAD KE-4 MASEHI YANG BERASAL DARI DAERAH
KOROMANDEL DI INDIA SELATAN DENGA CORAK
SIWAIS VAPRAKESVARA YANG BERRTI SUATU TEMPAT
SUCI
KERAJAAN TARUMA NEGARA - JAWA BARAT SEKITAR
ABAD KE-5 MASEHI MUNCULLAH KEHINDUAN TERSEBUT
DENGAN DIKETEMUKAN 7 BUAH PRASASTI BATU DAN
ADA BUKTI KUAT BAHWA RAJA PURNAWARMAN
MEMUJA WISNU NAMUN ADA PULA YANG MENGATAKAN
BELIAU JUGA MEMUJA SIWA DAN PENGANUT PAHAM5
BRAHMANICAL RELIGION

JAWA
TENGAH
SEKITAR
650
TAHUN
MASEHI
DIKETEMUKAN PRASASTI BATU TUK MAS DI DESA
DAKAWU YANG MENYEBUTKAN PUJIAN TERHADAP DEWI
GANGGA DISERTAI ATRIBUT DEWA TRI MURTI (KENDI
AMRTA BRAHMA , GADHA WISNU DAN TRISULA SIWA
PRASASTI CANGGAL DI GUNUNG WUKIR JAWA TENGAH
YANG BERKERANGKA TAHUN 732 MASEHI, MENYEBUTKAN
TENTANG PEMUJAAN TERHADAP DEWA SIWA, DEWA
WISNU DAN DEWA BRAHMA YAN ARTINYA DI JAWA
TENGAH KONGKRITNYA PADA TAHUN 732 MASEHI AGAMA
HINDU TELAH MEMUJA TRIMURTI
PRASASTI DINOYO PADA TAHUN 760 MASEHI DI JAWA
TIMUR MERUPAKAN PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI
JAWA TENGAH
PADA MASA-MASA TERSEBUT JUGA BERKEMBANG AGAMA
BUDA YANG BERTENDENSI SIWA-BUDHA BHUKBHUKSAH
GAGANGAKING
DENGAN
MUNCULNYA
KEKAWIN
SUTASOMA
6

SEJARAH AGAMA HINDU DI BALI

BUKTI STUPIKA BUDHA YANG TERDAPAT DI PURA PENATARAN SASIH


PEJENG ABAD KE-8 TELAH TERDAPAT HINDUISME DALAM WUJUD
AGAMA BUDHA MAHAYANA DAN AGAMA SIWA

PRASASTI DI DESA SUKAWANA KINTAMANI TAHUN 882 MASEHI


MENYEBUTKAN NAMA-NAMA BHIKSU SIWA NIRMALA , BHIKSU SIWA
PRAJA , BHIKSU SIWA KANGSITA YANG BERARTI KEBERADAAN
AGAMA SIWA DAN AGAMA BUDHA DI BALI PADA KURUN WAKTU
YANG BERSAMAAN

EKPEDISI GAJAH MADA KE BALI TAHUN 1343 MASEHI ADALAH


PEMELUK AGAMA BUDHA MAHAYANA , AGAMA BUDHA MAHAYANA DI
BALI DIANUT OLEH RAJA-RAJA SEDANGKAN AGAMA SIWA DIANUT
OLEH MASYARAKAT

PELULUHAN AGAMA SIWA DAN BUDHA SECARA INTENSIF TERDAPAT


DI BALI , DIMULAI SEJAK AKHIR ABAD KE-10 YANG DITANDAI
DENGAN PERKAWINAN DHARMA UDAYANA RAJA BALI KUNA YANG
BERGAMA BUDHA MAHAYANA DENGAN MAHENDRADATTA PUTRI
RAJA JAWA TIMUR YANG BERAGAMA SIWA

SEJAK ITU AGAMA SIWA BERKEMBANG LUAS DI BALI DAN AGAMA


BUDHA TIDAK MENGEMBANGKAN DIRI NAMUN LULUH KE DALAM
AGAMA SIWA (HINDU DI BALI)
7

PEMERINTAHAN ANAK WUNGSU (ABAD KE-11),


EMPU KUTURAN DARI JAWA TIMUR KE BALI,
MENGAJARKAN
KONSEP
TRIMURTI
YANG
DITERAPKAN DI MASING2 DESA PEKRAMAN
ADAT DI BALI YANG DISEBUT DENGAN KONSEP
KAHYANGAN TIGA DAN MENYATUKAN SEKTE2 DI
BALI MENJADI SEKTE AGAMA SIWA SIDHANTA
KALA PAKSA
: MENGAJARKAN PERTANIAN
SAMBHU PAKSA : MENGAJARKAN JAGAD KERTI
MENGADAKAN TAWUR BUTHA YAJNA
INDRA PAKSA : MENGAJARKAN SAMUDRA KERTI,
GUNUNG, MEREBU BHUMI, NGENTEG LINGGIH DEWAHARA
AGNI PAKSA
: MENGAJARKAN MENGUPACARAII ATMA,
SEKALIAN MAHLUK SARWAPRANI
WAISNAWA PAKSA : MENGAJARKAN DANU KERTI, SAWAH,
LADANG, PENYUCIAN DIRI LAHIR BATIN
SAIWA PAKSA : MENGAJARKAN MANUSA KERTI
JANMA PRAWERTI DAN DHARMA KAHURIPAN
8

SUBSTANSI AGAMA HINDU DI BALI

ALAM PIKIRAN LOKAL


FLEKSIBEL, ELASTIS, MENERIMA UNSUR2 LUAR SCR SELEKTIF
UTK
MEMPERKAYA
DAN
MEMBERI
WARNA
SERTA
MENGEMBANGKANNYA MENURUT ALAM PIKIRAN BALI ,
SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DGN SIFAT DAN PRIBADI
MSYRKt BALI
PANDANGAN LUWES MELANDASI PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA
HINDU DI BALI, SEHINGGA MAMPU BERADAPTASI DENGAN
PRODUK-PRODUK
PEMIKIRAN
LUAR
TANPA
HARUS
MENGORBANKAN
PRINSIP-PRINSIP
KEPRIBADIAN
MASYARAKAT BALI
BALI TELAH MEMILIKI LOCAL GENIUS LOCAL RELIGIOUS
YANG MENJADI DASAR PIJAKAN MASYARAKAT BALI
KONSEP DESA KALA PATRA , KANISTHA MADHYA
UTTAMA DALAM PIKIRAN HINDU

MENGHAYATI AGAMA SECARA UTUH

AGAMA HINDU DI BALI


AGAMA HINDU ADALAH SALAH SATU AGAMA
BESAR DUNIA,
AJARANNYA MENGALIR DARI WEDA DALAM
BERBAGAI-BAGAI BENTUK PELAKSANAAN HIDUP
BERAGAMA,
SOSIOKULTURAL
LOKAL
PELAKSANAANNYA

MENJADI

MEDIA

AKIBATNYA
BENTUK
PEMUJAAN
DAN
BENTUK
IBADAHNYA KEPADA TUHAN BERVARIASI
NAMUN ASASNYA SAMA
VARIASI DENGAN KEBEBASAN BERTAFSIR DALAM
BENTUK PEMUJAAN
10

MEMPUNYAI BENTUK YANG MAPAN


AJARAN KETUHANANNYA ADALAH : EKATVA
ANEKATVA SVALAKSANA BHATARA
TUHAN ITU ESA DALAM YANG BANYAK, YANG BANYAK
DALAM YANG ESA
DEMIKIAN CIRI SIFAT BHATARA YANG ESA DALAM
AJARAN INI ADALAH BHATARA SIVA
BERBAGAI-BAGAI AJARAN KEPERCAYAAN HINDU, PRA
HINDU MENYATU DENGAN AJARAN KETUHANAN INI DAN
MEMBENTUK SIVASIDHANTA,
PELAKSANAAN HIDUP BERAGAMA DI BALI ADALAH
REALISASI DARI AJARAN SIVASDHANTA
SOSIO KULTURAL MENJADI MEDIA PELAKSANAANNYA

11

TIGA KERANGKA AGAMA HINDU


AJARAN AGAMA HINDU DI BALI DIPILAH MENJADI TATTVA,
TATASUSILA, DAN UPAKARA
KETIGA BAGIAN
PISAHKAN

TERSEBUT

TIDAK

DAPAT

DIPISAH-

KETIGA BAGIAN AJARAN INI SALING MELENGKAPI SATU


DENGAN YANG LAIN DAN DILAKSANAKAN DALAM
PERIMBANGAN YANG BERBEDA
UMAT HINDU DI BALI LEBIH MENONJOL DALAM
PELAKSANAAN YAJNA DALAM WUJUD MEMPERSEMBAHKAN
UPAKARA DARI YANG LAINNYA
YAJNA MUDAH DITANGKAP INDRYA
DAPAT MEMBAWA PESAN MAGIS RELEGIOUS
HASIL BUDAYA DAPAT DIAPLIKASIKAN UNTUK MENUNJANG
PELAKSANAAN YAJNA
SEBAGAI PENGIKAT SRADHA DAN BHAKTI
12
MERUPAKAN REALISASI DARI AJARAN TATTVA

TATTVA
TATTVA, AJARAN TENTANG KESEJATIAN, KESUNYATAAN,
KEBENARAN MUTLAK & HAKIKI DILUAR BATAS PIKIRAN /
PENGINDERAAN MANUSIA KARENA BUKAN PRODUK
MANUSIA MELAINKAN WAHYU TUHAN
SIRA WYAPAKA, SIRA SUKSMA TAR KENENG ANGEN-ANGEN,
KADYANGGA AKASA TAN KAGRHITA DENING MANAH MWANG
INDRYA

TATTVA,
PERANAN
DAN
PRAKTEK
TIDAK
MENYIMPANG , KARENA MERUPAKAN KEYAKINAN

BOLEH

YANG TERMASUK TATTVA :


PANCA SRADDHA (LIMA KEPERCAYAAN), SRADDHA PRASYARAT
AKTIVITAS KEAGAMAAN UTNUK MEWUJUDKAN KESEJATIAN
DAN JALAN MENCAPAI TUHAN
BRAHMAN, TUHAN SEBAGAI PENCIPTA
ATMAN, HIDUP DAN SARVA BHAVA
KARMAPHALA,
KARENA
HIDUP
ADA
(SUBHAKARMA)
PUNARBHAVA, BELUM MENCAPAI KEBEBASAN
MOKSA, MENCAPAI PEMBEBASAN SEMPURNA

YANG

BERKARMA

13

SECARA UMUM TUHAN DISEBUT DENGAN SANG


HYANG WIDHI NAMUN DALAM SASTRA AGAMA,
IA ADALAH BHATARA SIVA
IA ADALAH PARAMASIVA, TUHAN YANG NIRGUNA
IA ADALAH SADASIVA, TUHAN YANG SAGUNA
BHATARA SADASIVA DIPUJA SEBAGAI BHATARABHATARI DALAM BERBAGAI AKTIVITASNYA,
SEBAGAI PENCIPTA, IA DIPANGGIL SEBAGAI BRAHMA
SEBAGAI PEMELIHARA,IA DIPANGGIL SEBAGAI WISNU
SEBAGAI PAMRELINA, IA DIPANGGIL SEBAGAI ISVARA

14

DEWA, MAHLUK SUCI YANG BERSINAR TUHAN


ATAU MAHLUK CIPTAAN TUHAN, DEWARSI
ADALAH PENDETANYA PARA DEWA
BHATARA, DEWA YANG BERFUNGSI SEBAGAI
PELINDUNG, DEWA PITARA ADALAH ARWAH
MANUSIA YANG MENCAPAI KESUCIAN SAMA
DENGAN DEWA
ATMAN,
AZAS
HIDUP
MANUSIA
ADALAH
SIVATMA, BHATARA SIVA SEBAGAI ATMAN
BAGIAN DARI PARAMA ATMAN (YANG SIFAT-SIFAT
SUCINYA SEPERTI TUHAN)
DIBUNGKUS OLEH SUKSMA SARIRA (BADAN SUKSMA
DISEBUT PITARA ATAU ROKH YANG MASIH DIBUNGKUS
OLEH STULA SARIRA (BADAN WADAG), YANG
MENYEBABKAN HIDUP YANG DISEBUT DENGAN
JIWATMAN
ATMAN TIDAK TERLIHAT, HANYA MEMBERIKAN
KEKUATAN HIDUP DAN MENJADI SAKSI DARI
15
KEHIDUPAN SESUAI KARMAPHALA

ATMAN DIBELENGGU OLEH


SAMSARA / PUNARBHAVA

MAYA

DISEBUT

ATMAN BEBAS DARI IKATAN MAYA / KARMA


DISEBUT DENGAN KAIWALYA (KELEPASAN) DAN
DITARIK OLEH BRAHMAN LALU MENUNGGAL
YANG DISENUT DENGAN MOKSA (SANG HYANG
SANGKAN PARANING SARAT)
DIYAKINI BAHWA SETIAP PERBUATAN ITU
MEMPUNYAI AKIBAT SEBAGAI KARMAPHALA
AKIBAT ADANYA KARMAPHALA MAKA ATMAN
MENGALAMI PUNABHAVA, LAHIR KEMBALI
BILA KARMAPHALA ITU TIDAK ADA LAGI MAKA
ORANG
TERSEBUT
MENCAPAI
MOKSA
(KELEPASAN)
16

TATASUSILA
DASAR AJARAN TATASUSILA ADALAH
KARMAPHALA YANG DITENTUKAN OLEH
SANG HYANG WIDHI YANG HADIR
DIMANA-MANA
SECARA UMUM AJARAN
DIRUMUSKAN DALAM,

TATASUSILA

KAYIKA PARISUDDHA
VACIKA PARISUDDHA
MANACIKA PARISUDDHA
17

UPAKARA
BHAKTI MARGA, KARMA MARGA DAN JNANA
MARGA
MERUPAKAN
BHAKTI
KEPADA
TUHAN
BHAKTI
MARGA
DILAKSANAKAN
DENGAN
SEMBAHYANG
DAN
MEMPERSEMBAHKAN
PERSEMBAHAN
SEMBAHYANG
DAPAT
DILAKUKAN
DENGAN
TRISANDHYA ATAU KRAMANING SEMBAH
ADA 5 (LIMA) MACAM YAJNA :

DEVA YAJNA
PITRA YAJNA
RESI YAJNA
MANUSA YAJNA
BHUTA YAJNA

18

UPACARA YAJNA YANG BESAR DI BALI ADALAH


BHUTA YAJNA (KORBAN SUCI)
UPAKARA ARTINYA PELAYANAN, SERVICE
RANGKAIAN KEGIATAN PADA PERSEMBAHAN
PELAYANAN ITU DISEBUT DENGAN UPACARA
UPAKARA DIWUJUDKAN DALAM BENTUK BANTEN
YAJNA-YAJNA ITU MERUPAKAN PERPADUAN
ANTARA YAJNA AGAMA HINDU DAN PRA HINDU
(DAPAT DIAMATI PADA MANUSA YAJNA, PITRA
YAJNA)

19

MODUL 2
PENDIDIKAN DAN DUNIA
KERJA
Elemen Pendidikan & Dunia Kerja
Konsep Kerja Wiksu Pungu
Trikaya Parisuda
Catur Guru
Catur Paramita

20

ELEMEN DARI SISTEM PENDIDIKAN


DAN SISTEM DUNIA KERJA
PENDIDIKAN (empat pilar pendidikan, cognitifafaktif-psikomotorik, pembentukan habit)
CATUR ASRAMA, CATUR GURU
KONSEP KERJA (LONTAR WIKSU PUNGU)
(kemuliaan kerja) (piramida pekerjaan
masyarakat)
KERJA BERDASARKAN ETIKA
TRI PURUSA ARTA (ARTA, KAMA, DHARMA)
TRI HITA KARANA, TRI KAYA PARISUDHA
PANCA YAMA BRATA
SAD RIPU
TRI RENA
21

PENDIDIKAN-KERJA-KESEJAHTERAAN
DUNIA PENDIDIKAN
CATUR ASRAMA: BRAHMACARIA,
GRIHASTA, WANAPRASTA, BHIKSUKA

KOMPETENSI (IQ, EQ, SQ, SQ)


4 PILAR PENDIDIKAN (SEIMBANG)
PANCA YAMA BRATA

CATUR GURU
CATUR PARAMITA
CINTA KASIH (MAITRI)
PERHATIAN (KARUNA)
MEMAAFKAN (UPEKSA)
BERSIMPATI (MUDITA)

(RUPAKA, WISESA,
PENGAJIAN, SWADHYAYA)

SAD RIPU (6 MUSUH)


KAMA (HAWA NAFSU);
KRODDHA (KEMARAHAN)
LOBBHA (KERAKUSAN)
MADA (MABUK)
MAHA (BINGUNG) MATSARYA
(IRI, DENGKI)

KEKERASAN (AHIMSA)
BELAJAR (BRAHMACARI)
JUJUR (SATYA)
ANTI KORUPSI (ASTEYA)

ANTI SUAP (APARIGRAHA)

TRI HITA KARANA

DUNIA KERJA
TRI KAYA
PARISUDHA
KAYIKA - WACIKA
MANACIKA

SAPTA TIMIRA:
SURUPA (KETAMPANAN)
DANA (KEKAYAAN)
GUNA (KEPANDAIAN)
KULINA (KEBANGSAWANAN)
YOWANA (KEREMAJAAN)
SURA (KEMABUKAN)
KASURAN (KEMENANGAN)

TRI PURUSA ARTHA


(DHARMA, ARTA, KAMA)

KEMULIAAN KERJA PIRAMIDA PEKERJAAN (LONTAR WIKSUPUNGU


KESEJAHTERAAN KEBAHAGIAAN DI DUNIA DAN DISURGA

22

PARADIGMA KERJA AKIBAT PENGARUH PENDIDIKAN


(APLIKASI LONTAR WIKSU PUNGU)
DUNIA KERJA AKIBAT
PENDIDIKAN BURUK
kecil

KONSEP KERJA
LONTAR WIKSU PUNGU

DUNIA KERJA AKIBAT


PENDIDIKAN BAIK
besar

KERJA PRODUKTIF
PEMIKIR
KERJA FISIK
D A G A N G

besar
PERSENTASE PROFESI
MASYARAKAT

BROMO CORAH

kecil
PERSENTASE PROFESI
MASYARAKAT
23

KENAPA PENDIDIKAN PERLU


KENAPA KECERDASAN PERLU
PENDIDIKAN HARUS MEMEMBERI
KECERDASAN DAN KETRAMPILAN
KECERDASAN DAN KETRAMPILAN (ILMU)
LEBIH TINGGI DARI SEGALANYA, DAPAT
MEMBANTU ORANG MERENCANAKAN DAN
MEWUJUDKAN MASA DEPAN, MAMPU
MENGHADAPI KEADAAN APAPAPUN
LANDASAN: DHARMA, ARTA, KAMA
SIKAP: PUTRA SESANA DAN TATA SUSILA (tri
kaya parisudha, catur guru, catur paramitha)
24

KERJA MENGHANTARKAN KEBAHAGIAAN MANUSIA


Bhagawadgita III,4
Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak
akan mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja
Bhagawadgita III. 5
Walaupun untuk sesaat tak seseorang mampu untuk tidak bekerja,
karena setiap manusia dibuat tak berdaya oleh hukum alam, yang
memaksanya bekerja
Bhagawadgita III.8
Bekerja seperti yang telah ditentukan sebab bekerja lebih baik daripada
tidak bekerja, dan bahkan tubuhpun tidak akan berhasil terpelihara tanpa
kerja
Sarasamuscaya, 77
Sebab yang membuat orang dikenal, adalah perbuatannya, pikirannya,
ucapan-ucapannya; hal itulah yang sangat menarik perhatian orang,
untuk mengetahui kepribadian seseorang; oleh karena itu hendaknya
yang baik itu selalu dibiasakan dalam laksana, perkataan dan pikiran 25

PUTRA SESANA TATA SUSILA


TRIKAYA PARISUDHA
MANACIKA, PIKIRAN
WACIKA, PERKATAAN
KAYIKA, PERBUATAN

CATUR GURU
GURU RUPAKA, BERGURU PADA ORANG TUA
GURU WISESA, PEMERINTAHAN
GURU PENGAJIAN, BERGURU KEPADA YG MENGAJAR
KAN ILMU PENGETAHUAN
GURU SWADHYAYA, BHAKTI KEPADA HYANG WIDHI

CATUR PARAMITHA

MAITRYA, KASIH SAYANG


KARUNA, LENYAPKAN KEDUKAAN
MUDITA, BERBUAT BAHAGIA
UPEKSA, KESEIMBANGAN LAHIR BATHIN
26

MODUL 3
TATTWA HINDU
PANCA SRADHA
TRI HITA KARANA
TRI GUNA
SAPTA TIMIRA
CATUR MARGA
27

PANCA SRADHA
ADANYA BRAHMAN DAN ATMAN
ADANYA AVATARA, KITAB SUCI DAN
PARA RSI
ADANYA HUKUM KARMA (KARMA
PALA)
ADANYA SAMSARA (PUNARBHAVA)
ADANYA MOKSA
28

TRI HITA KARANA


PARIHYANGAN (KESERASIAN
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN
PAWONGAN (KESERASIAN
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN
MASYARAKAT)
PALEMAHAN (KESERASIAN
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM
LINGKUNGANNYA)
29

TRI GUNA (MENURUT AJARAN


SAMKHYA DALAM BHAGAWADGITA)
RAJAS: Semangat kreativitas berupa kerja
keras, kreatif, selalu berpikir inovatif hal-hal
yang baru (perubahan), bertanggung jawab
TAMAS: malas kerja, pengetahuan dan
wawasan rendah, acuh tak acuh, tidak
bersemangat, cepat putus asa, menghindar dari
tanggung jawab, tidak kreatif shg tidak ingin
berubah
SATTVAS (penyeimbang): konsentrasi berpikir,
arif, cinta kasih, tulus, jujur
30

SAPTA TIMIRA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

SURUPA (KETAMPANAN)
DANA (KEKAYAAN)
GUNA (KEPANDAIAN)
KULINA (KEBANGSAWANAN)
YOWANA (KEREMAJAAN)
SURA (MINUMAN KERAS)
KASURAN (KEMENANGAN)
31

CATUR MARGA
Empat cara/jalan menghubungkan diri dg Ida SWS untuk mencapai
kesempurnaan hidup lahir dan bathin (moksa)

BHAKTI MARGA/ BHAKTI YOGA


Berbakti & menyerahkan diri secara iklas kepada I
SWS

KARMA MARGA/ KARMA YOGA


Bekerja tanpa pamrih, tanpa pikiran untung rugi.
Bekerja sebagai kewajiban Tuhan

JNANA MARGA/JNANA YOGA


Melalui jalan pengetahuan ttg kebenaran

RAJA MARGA/ RAJA YOGA


Pengekangan pikiran melalui: tapa, brata, yoga,
samadi
32

SAD PARAMITHA
enam jalan utama menuju keluhuran budhi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

DANA PARAMITHA: bersedekah kpd yg memerlukan


SILA PARAMITHA: berpikir, berkata dan berbuat baik,
suci dan luhur
KSANTI PARAMITHA: pikiran tenang, tahan godaan,
penghinaan, penyakit, dengki, iri hati, kata2 tidak baik
WIRYA PARAMITHA: pikiran perkataan perbuatan
teguh tak pernah mengeluh membela kebenaran
DHYANA PARAMITHA: pusat pikiran kpd Tuhan
memperoleh kebenaran dan keselamatan
PRADNYA PARAMITHA: bijaksana menimbang2
kebenaran
33

ASTHA SIDDHI
DELAPAN AJARAN KEROKHANIAN UTK TERCAPAINYA KESEMPURNAAN HIDUP
BAIK LAHIR MAUPUN BATHIN

1.
2.

DANA: senang memberi dana punia


ADNYANA: rajin mempelajari ajaran kerokhanian/
ketuhanan

3.
4.

SABDHA: dapat mendengar wahyu Tuhan


TARKA: dapat memisahkan kebahagiaan dan ketentraman
dalam samadhi

5.
6.
7.
8.

ADHYATMIKA DUHKHA: dapat mengatasi segala macam


gangguan pikiran yg tidak baik
ADIDAIWIKA DUHKHA: dapat mengatasi segala macam
penyakit dan kesusahan dari hal2 gaib
ADIBAUKTIKA DUHKHA: dapat mengatasi segala
kesusahan yg disebabkan roh halus atau racun
SAURDHA: kemampuan setingkat yogiswarayg telah
mencapai kelepasan
34

DASA DHARMA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

DHRITI: bekerja sungguh2


KSAMA: mudah memberi maaf
DAMA: mengendalikan nafsu
ASTEYA: tidak mencuri
SAUCA: bersih dan suci
INDRYANIGRAHA: mengendalikan keinginan
DHIRA: berani membela yg benar
WIDYA: sanggup belajar dan mengajar
SATYA: kebenaran, kesetiaan dan kejujuran
AKRODHA: tidak marah
35

TUJUH KEGELAPAN YANG PATUT DITUMPAS


1. Mabuk, senang dipuji karena status
kebangsawanan/kekuasaan
2. Lancang karena sangat berkompeten
3. Mabuk kekayaan (emas)
4. Keberanian yang membabi buta yang cendrung
ganas
5. Pintar tapi digunakan untuk menyiksa/ menipu
orang
6. Gejolak usia muda yang kebingungan (tidak
memiliki dasar yang kuat)
7. Mabuk karena ketampanan
Ramayana XXIV 75-76

36

HAKEKAT TUJUAN HIDUP


MOKSA: MENYATU DENGAN TUHAN
YAJNA

Dewa Yajna (kepada Tuhan)


Pitra Yajna (Kepada leluhur)
Rsi Yajna (Kepada guru)
Manusia Yajna (kepada manusia)
Bhuta Yajna ( kepada alam)

MEMBERI TANPA PAMRIH

Dana punya (harta kekayaan)


Dana Brahma (pencerdasan/pencerahan dg pendidikan
Dana Karma (tenaga/perbuatan dan waktu)

TAPA BRATA: PENGENDALIAN DIRI

Pengaruh Sad Ripu (6 musuh)


Tri Kaya Parisudha (Manacika, Kayika, Wacika)
37

MODUL 4
TEOLOGI (BRAHMA WIDYA)
Filosofi Padmasana
Padma Bhuwana
Dewata Nawa Sanga

38

Ampru. Kamandalu. besi

PENGIDER-IDER
NAWA SANGA
WEWARAN

Ukir, dungulan tambir, wayang


PADMA LINGGA - ULUNDANU
1- 2Pepet
3Beteng 4Sri
5Wage 67Soma 8Uma
9Urungan
WISWNU 4
10Duka
Utara Cakra

limpa
Landep Sungsang Merakih Ugu
PADMAKARO-PUCAK MANGU
1Luang 2- 3- 4Jaya
5- 6- 7Sukra 8Kala
9Erangan
10Raksana

Maha Dewi

SANKARA 1
Wayabya
Angkus

Ungsilan. Kundalini.
emas
Saci pati

MAHADEWA 7
Pascima
Nagapasa
Banaspati

PADMASARI-BATUKARU
Sinta Julungwangi Krulut Bala
1- 2- 3- 4Laba 56Maulu 7Anggara
8Rudra 9Nhan
10Manusa

Warigadean Pahang Prangbakat


RANGDA TIGA

Santani Dewi

Kulantir kuningan medangkungan klau


PADMA SAJI - BESAKIH
biru
1- 2- 3-

SAMBU 6
Ersanya
Trisula

Padma Kurung
Amerta, Kerawang

8)

CIWA (
Padma Manca warna
Kliwon 5, SukaManuh -Dadi. 9

b
- Gada
Daksina
BRAHMA 9

4 Sri 5 6 Aryang
7 Sukra 8 Sri
9 Tulus 10 Sri

Maha Dewi

Tolu langkir Matal dukut


PADMA KENCANA-LEMPUYANG

iii
iii
jingga
m iiibang

RUDRA 3
Neriti
Moksala

PADMA NOJA-ULUWATU

usus

ineban

ireng

wilis

1- 2- 3Kajeng 45Pon 6Tungleh


7Buda 8Brahma
9Ogan 10Pati

Dewi Sri

putih

1 - 2 Menga 3ISWARA 5
4 - 5 Umanis
Purwa - Bajra 6 Urukung
Anggapati
7 Redite 8 Indra
9 Dangu 10
Pandita

Pepusuh. Sanjiwani. Selaka

dadu

MAHESORA 8
Agneya - Dupa

Mrajapati
1- 2- 3Pasah 4- 5Paing
6Was 7Saniscara 8Yama
Saraswati
9Gigis 10Dewa
PADMASANA -ANDAKASA
Wariga Pujut Menail RANGDA TIGA
Hati. Pawitra. tembaga

Uma Dewi
1- 2- 3- 4Manala 56Paniron 7wraspati
8guru 9jangur 10raja
PADMA ASTADANA-GOA LAWAH

Gumbreg Medangsia Uye Watugunung

peparu

Laksmi Dewi
39

Ida Pandita Mpu Daksa YC Manuaba


Griya Gatsu

Sejarah Padmasana
Abad 9 sampai 13 pemujaan Sanghyang Widhi Wasa sebagai
Bhatara Siwa menggunakan Lingga-Yoni (jaman Dinasti
Warmadewa). Sejak abad ke-14 rezim Dalem Waturenggong
(Dinasti Kresna Kepakisan), Lingga-Yoni tidak lagi populer, krn
pengaruh ajaran Tantri, Bhairawa, dan Dewa-Raja. Lingga-Yoni
diganti dg patung Dewa (cara ini disebut Murti-Puja). Ketika
Danghyang Niratha datang di Bali pd tengah abad 14 beliau
melihat bahwa cara Murti-Puja diandaikan seperti bunga teratai
(Padma) tanpa sari. Maksudnya niyasa pemujaan yang telah
ada seperti Meru dan Gedong hanyalah untuk Dewa-Dewa
sebagai manifestasi Sanghyang Widhi namun belum ada
sebuah niyasa untuk memuja Sanghyang Widhi sebagai Yang
Maha Esa, yakni Siwa. Inilah yang digambarkan sebagai padma
tanpa sari. Danghyang Niratha setelah menjadi Bhagawanta
(Pendeta Kerajaan) mengajarkan kepada rakyat Bali untuk
membangun Padmasana sebagai niyasa Siwa, di samping tetap
mengadakan niyasa dengan sistem Murti-Puja.
40

Pengertian Padmasana
Padma (bhs Bali) = bunga teratai. Sana = duduk.
Siwa digambarkan sebagai Dewa yang duduk di atas
bunga teratai. Bunga teratai yang berhelai delapan
tepat pula sebagai simbol delapan kemahakuasaan
Sanghyang Widhi yang disebut Asta-Aiswarya. AstaAiswarya ini juga menguasai delapan penjuru mata
angin. Keistimewaan bunga padma adalah: puncak
atau mahkotanya bulat, daun bunganya delapan,
tangkainya lurus, dan tumbuh hidup di tiga lapisan:
lumpur, air, dan udara. Hal-hal ini memenuhi simbol
unsur-unsur filsafat Ketuhanan atau Widhi Tattwa,
yakni keyakinan, kejujuran, kesucian, keharuman,
dan ketulusan.
41

Stana-Stana di Padmasana
Stana Sanghyang Siwa Raditya.
Dalam lontar Siwagama diuraikan bahwa
Bhatara Siwa mempunyai murid-murid
terdiri dari para dewa. Diantaranya ada
murid yang paling pintar dan bisa meniru
Siwa, murid ini adalah Bhatara Surya; oleh
karena itu Bhatara Surya dianugrahi nama
tambahan: Sanghyang Siwa Raditya dan
berwenang sebagai wakil-Nya di dunia.
42

Stana Bhatara Guru.


Sebagai rasa hormat dan terima kasih
Bhatara Surya atas anugerah yang
diberikan, maka Siwa dipuja sebagai guru,
dan selanjutnya Siwa dikenal juga sebagai
Bhatara Guru.

43

Stana Bhatara Surya.


Bhatara Siwa acintiya. Bila manusia ingin
mengetahui kemahakuasaan Bhatara
Siwa, lihatlah matahari karena mataharilah
sebagai salah satu contoh asta aiswaryaNya, karena kehidupan di dunia
bersumber dari kekuatan energi matahari

44

Stana Sanghyang Tri Purusa.


Dalam Wrhaspati Tattwa, Sangyang Widhi
dinyatakan sebagai Tri Purusa yaitu: ParamaSiwa, Sadha-Siwa, dan Siwa. Parama-Siwa,
adalah Sanghyang Widhi dalam keadaan
niskala, tidak beraktivitas, tidak berawal,
tidak berakhir, tenang, kekal abadi, dan
memenuhi seluruh alam semesta. SadhaSiwa, adalah Sanghyang Widhi yang
beraktivitas sebagai pencipta, pemelihara,
dan pelebur. Siwa, adalah Sanghyang Widhi
yang utaprota sehingga nampak berwujud
sebagai mahluk hidup.
45

46

Bedawangnala
Lontar Kaurawasrama: dasar gunung Mahameru adalah
bedawangnala. Dalam bhs Kawi, bedawangnala terdiri dari dua
kata: beda artinya ruang, dan nala artinya api. Jadi
bedawangnala artinya ruang yang berisi api atau magma. Lontar
Agni Purana (Kurma Awatara) menyebutkan adanya perang yang
sengit antara para Dewa dengan para Detya. Dalam perang itu
Dewa-Dewa
dikalahkan. Para Dewa mohon agar Wisnu
menyelamatkan. Bhatara Wisnu kemudian meminta kedua pihak
yang berperang mengaduk lautan susu di mana gunung
Mandara sebagai tangkai pengaduk dan Naga Basuki sebagai
tali pengaduk. Para Dewa memegang ekor naga dan para Detya
memegang kepala naga. Tetapi ketika perputaran dimulai
gunung Mandara yang tidak mempunyai dasar tenggelam ke
dalam lautan susu. Bhatara Wisnu yang menjelma sebagai
seekor
kura-kura
raksasa
kemudian
muncul
untuk
menyelamatkan gunung Mandara. Oleh karena itu bedawang di
Bali dilukiskan sebagai kura-kura yang moncongnya
menyemburkan api.
47

Naga
Lontar Siwagama & lontar Sri Purana Tattwa:
setelah bumi diciptakan oleh Bhatara Siwa dan
Bhatari Uma lengkap dengan segala isinya
maka pada suatu ketika terjadilah bencana, di
mana tumbuh-tumbuhan mati, air menyurut dan
udara mengandung penyakit. Sanghyang
Trimurti bermaksud menyelamatkan manusia.
Brahma berwujud sebagai Naga Anantabhoga
yang berwarna merah berada di dalam inti bumi;
Wisnu berwujud sebagai Naga Basuki yang
berwarna hitam berada dalam laut, dan Iswara
berwujud sebagai Naga Taksaka yang berwarna
putih bersayap berada di udara.
48

Garuda Wisnu
Llontar Adi Parwa: Sang Kadru & Sang Winata para istri dari Bhagawan
Kasyapa. Sang Kadru berputra naga yg ribuan banyaknya dan Sang
Winata berputra Sang Aruna dan Sang Garuda. Pada suatu ketika
keduanya membicarakan Uchaisrawa (kuda putih) yang keluar dari
pemuteran gunung Mandaragiri. Sang Kadru mengatakan warna kuda itu
hitam, sedangkan Sang Winata mengatakan kuda itu putih. Karena samasama teguh mempertahankan pendapat akhirnya mereka sepakat untuk
bertaruh, bahwa siapa yang kalah akan mejadi budak dari yang menang.
Para naga putra Sang Kadru tahu bahwa warna kuda itu putih. Untuk
memenangkan ibunya para naga menyemprotkan bisa ke Uchaiswara
sehingga berwarna hitam. Sang Winata kalah lalu menjadi budak Sang
Kadru. Anak Sang Winata, yakni Garuda, ingin membebaskan ibunya dari
perbudakan. Garuda kemudian bertanya kepada para naga, bagaimana
cara membebaskan ibunya. Sang Naga memberi tahu agar ia mencari
Tirta Amertha. Sang Garuda mencari tirta itu ke Sorga sampai berperang
melawan para Dewa namun tidak berhasil. Bhatara Wisnu yang iba pada
nasib Garuda bersedia memberikan Tirta Amertha, namun dengan syarat
agar Garuda mau menjadi kendaraan Bhatara Wisnu. Garuda bersedia, dan

bersama Wisnu terbang mencari Tirta Amertha

49

Angsa
Angsa adalah simbul ketenangan dan warna putih
bulunya adalah simbul kesucian, ketelitian memilih
makanan walaupun mulutnya masuk ke lumpur
yang busuk toh lumpur tidak termakan, jadi angsa
merupakan simbul kebijaksanaan memilih yang
baik, di samping itu pula simbul kewaspadaan
sebab baik siang maupun malam seolah-olah
angsa tidak penah tidur. Di lontar Indik
Tetandingan disebutkan sayap angsa yang
terkembang adalah simbul Ongkara: kedua
sayapnya melukiskan ardha candra (bulan sabit),
badannya yang bulat lukisan windhu, leher dan
kepalanya yang mendongak ke atas adalah simbul
50
nada.

Acintiya
Acintiya artinya tidak dapat dibayangkan. Namun
niyasa Acintiya dilukiskan sebagai tubuh manusia
telanjang dengan api di setiap sendinya serta kaki
kanan yang terangkat, kepala tanpa bentuk wajah,
dan sikap tangan dewa pratistha. Niyasa itu
bermakna: tubuh manusia yang telanjang kiasan dari
ciptaan Sanghyang Widhi yang utama; api di setiap
sendi adalah simbol energi kehidupan; kaki kanan
yang terangkat adalah simbol rotasi alam dan
kehidupan yang aktif; kepala tanpa bentuk wajah
adalah simbol dari keberadaan yang tidak dapat
dibayangkan; sikap tangan dewa pratistha adalah
simbol kecintaan Sanghyang Widhi pada hasil-hasil
ciptaan-Nya.
51

Padma Sari: mempunyai


rong satu, tidak memakai
Bedawangnala dengan
palih telu. Stana
Sanghyang Tripurusha.

52

Padmasana: mempunyai
rong satu, memakai
Bedawangnala, dengan palih
lima. Stana Bhatara Surya

53

Padma Agung:
mempunyai rong dua,
memakai Bedawangnala,
dengan palih lima. Stana
Sanghyang Siwa Raditya

54

Padma Angelayang:
mempunyai rong tiga,
memakai Bedawangnala,
dengan palih pitu. Stana
Bhatara Guru
.

55

Jenis Padmasana berdasarkan lokasi menurut pengider-ider


bhuana (penjuru mata angin) ada 9 jenis, yaitu:

No

Nama

Letak di

Menghadap ke

Padma Kencana

timur (purwa)

barat (pascima)

Padmasana

selatan (daksina)

utara (uttara)

Padmasari

barat (pascima)

timur (purwa)

Padma lingga

utara (uttara)

selatan (daksina)

Padma asta
sedhana

tenggara (agneya)

barat laut (wayabya)

Padma noja

barat daya (nairity)

timur laut (airsaniya)

Padma karo

barat laut (wayabya)

tenggara (agneya)

Padma saji

timur laut (airsanya)

barat daya (nairity)

Padma kurung

tengah-tengah Pura
(madya)

pintu keluar/ masuk


56
(pemedal)

PURA
BESAKIH

PURA
WATUKARU

PURA
LEMPUYANG

PURA
PUSERING
JAGAD

PURA
ULUWATU

PURA
GOALAWAH

57

BATUR
wisnu

BESAKIH
sambhu

PUCAKMANGU
sangkara

WATUKARU
mahadewa

LEMPUYANG
iswara

BESAKIH
siwa

ULUWATU
rudra

GOALAWAH
mahesora

ANDAKASA
brahma

58

MODUL 5
CIRI2 BEKERJA SECARA ETIS
SAD RIPU
KEBAJIKAN YANG LUHUR
TRI PURUSA ARTA
KERJA BERDASARKAN DHARMA

59

CIRI-CIRI BEKERJA SECARA ETIS


PENGENDALIAN DIRI
MUSUH DALAM DIRI SENDIRI (SAD RIPU)
(loka kromo mamad)

HAWA NAFSU (KAMA) (Leket=keterikatan)


KEMARAHAN (KRODHA) (kedalon?)
KESERAKAHAN (LOBHA) (dot)
KEMABUKAN (MADA) (kiul)
KEBINGUNGAN (MOHA) (ketakutan)
KEIRIHATIAN (MATSARYA) (runtik)

ELEMEN PENGENDALIAN DIRI (lanjutan)


60

CIRI BEKERJA SECARA ETIS


KEBAJIKAN YANG LUHUR
1. CINTA KASIH (MAITRI)
2. PERHATIAN TERHADAP YANG
MENDERITA (KARUNA)
3. MEMAAFKAN (UPEKSA)
4. BERSIMPATI TERHADAP YANG
BERPRESTASI (MUDITA)
5. MELAKUKAN TIGA PERBUATAN SUCI
(TRI KAYA PARISUDA)
61

BEKERJA SECARA ETIS: TRI PURUSA ARTHA


(DHARMA, ARTHA, KAMA)
1. KETIGANYA SALING BERDAMPINGAN
2. MENGUMPULKAN HARTA HARUS DILANDASI DHARMA
3. KEKAYAAN AKAR DARI KEBAJIKAN, KESENANGAN BUAH DARI
KEKAYAAN
4. BENDA-BENDA TERCIPTA UNTUK MEMUASKAN INDERA, KEINGINAN
BERHUBUNGAN DG INDERA
5. KEKAYAAN UNTUK MEMPEROLEH KEBAJIKAN, KEBAJIKAN UNTUK
MELINDUNGI TUBUH, KESENANGAN HANYA PEMUAS INDERA
6. PEMENUHAN KETIGANYA DG TUJUAN MEMPEROLEH HASIL UTK. DIRI
SENDIRI MAKA PAHALANYA HILANG, TUJUANNYA HARUS UNTUK
MEMPEROLEH PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN DIAMALKAN
7. PENGETAHUAN YG DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN MULIA DAN
KESADARAN DIRI MAKA PAHALANYA SANGAT BESAR
8. KEBAJIKAN DIPEROLEH DENGAN KEMURNIAN JIWA, KEKAYAAN TIDAK
DIHABISKAN UNTUK MENDAPATKAN HASIL, KESENANGAN DIKEJAR
BUKAN UNTUK MEMUASKAN DIRI TAPI UNTUK MENYOKONG TUBUH
9. DHARMA, ARTHA, KAMA TIDAK BERMUARA PADA DIRI SENDIRI, TAPI
ALAT MENCAPAI TUJUAN AKHIR MOKSA (PEMBEBASAN)
10. KETIGANYA DITINGGALKAN PADA SAAT PENEBUSAN DOSA
62

BEKERJA SECARA ETIS


BEKERJA BERDASARKAN DHARMA
BEKERJA SECARA ETIS (SILA)
KERJA SEBAGAI PERSEMBAHAN (YAJNA)
KERJA DALAM SPIRIT TAHAN UJI (TAPA)
KERJA DALAM SPIRIT HIDUP SEDERHANA
(BRATA)
BERDOA, BEKERJA, BERSYUKUR (YOGA)
KERJA DENGAN ROH YANG SUCI
(SAMADHI)
63

Pengendalian Diri
Tugas paling tinggi seseorang dalam bekerja
adalah pengendalian diri.
Pengendalian diri adalah kemenangan paling
tinggi. Pengendalian diri akan melahirkan
sifat2: tidak dendam, sabar, tidak menyakiti
orang, jujur, tulus, melaksanakan kebenaran,
sederhana, kukuh, tidak picik, bebas dari
kemarahan, bahagia, tutur kata sopan,
melakukan kebajikan, bebas iri hati.
Dg mengendalikan diri orang bebas dari
keterikatan dunia, mencapai pembebasan,
berada diambang pintu surga.
64

PANCA YAMA BRATA


Pengendalian diri tingkat dasar

AHIMSA: tanpa kekerasan, tidak


menyakiti dan membunuh
BRAHMACARI: Pembelajaran diri untuk
berpikir suci, bersih, jernih
SATYA: menjaga kebenaran, kesetiaan
dan kejujuran
ASTEYA: tidak mencuri
APARIGRAHA: tidak terikat duniawi
65

KESUKSESAN KERJA
RGVEDA IV.4.12:
Tuhan memberi karunia berupa kesuksesan dalam hidup, hanya
kepada orang-orang yang giat bekerja, tulus hati, dan tidak
mengenal lelah

RGVEDA IV.5.6
Tuhan tidak bersahabat dengan orang-orang yang malas
bekerja

RGVEDA IV.33.11
Tuhan tidak pernah menolong orang yang malas dan tidak tekun
bekerja

ATHARVAVEDA XX.18.3
Tuhan hanya menyayangi orang yang bekerja keras dan tidak
menyukai orang yang malas bekerja. Orang yang senantiasa
bekerja berdasarkan kesadaran memperoleh kebahagiaan yang
tertinggi
66

10 PERBUATAN TERPUJI MELALUI YAMA BRATA


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

ANRESANGSYA: tidak kejam, jaga perasaan orang lain,


KSAMA: tahan akan suka duka dan pemaaf
SATYA: menjaga kesetiaan, kebenaran, kejujuran
AHIMSA: kasih sayang, tdk menyakiti/membunuh
DAMA: mengendalikan hawa nafsu
ARJAWA: tetap pendirian, jujur
PRITI: welas asih, kasih sayang yang amat sangat
PRASADA: mempunyai hati suci, jernih berpikir
MADURYA: pandangan dan tutur katanya santun/ramah
MARDAWA: lemah lembut, tidak tinggi hati

Sarasamuschaya: 265
67

PANCA NIYAMA BRATA


1. AKRODA: tidak marah
2. GURU SUSRUSA: hormat kpd guru
3. SAUCA: bersih dan suci lahir bathin.
Lahir dg mandi, bathin dg tapa brata yoga
4. AHARALAGHAWA: makan sederhana.
(ahara=makan, laghawa=ringan)
5. APRAMADHA: tidak mengabaikan
kewajiban. (pramadha-lengah)
68

10 PERBUATAN TERPUJI MELALUI NIYAMA BRATA


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

DANA: suka melakukan pemberian sedekah


IJYA (Ijiya): senang memuja Tuhan, leluhur
TAPA: menghindari keduniawian, (lapar, minum, hiasan)
DHYANA: memusatkan pikiran pada Tuhan
SWADYAYA: selalu belajar sendiri
UPASTHANIGRAHA: pengekangan hawa nafsu birahi
BRATA: mengikuti pantangan yang telah ditetapkan
UPAWASA: pembatasan makan minum (puasa)
MONA: pembatasan bicara
SNANA: pembersihan diri tiga kali sehari

69

MUTU KERJA TERGANTUNG PROSESNYA


Swami Vivekananda (1973): Tri Guna
Rajas: semangat kreativitas - teori X
Tamas : Kemalasan teori Y
Sattvas : Keseimbangan: konsentrasi berpikir, arif,
bijak, cinta kasih, tulus, jujur berperan
menyeimbangkan rajas dan tamas

Douglas McGregor: The Human Side of


Enterprise (1960): Teori X Y
Teori X: tidak suka kerja, menghindar dari kerja, tidak
berambisi, malas, tidak bertanggungjawab, tidak mau
berubah, lebih suka dipimpin
Teori Y: suka kerja, kreatif, bertanggung jawab,
inovatif, mengendalikan diri, mengarahkan diri
70

KERJA UNTUK TUJUAN JAGADHITA


- KELESTARIAN ALAM
- KEKAYAAN TAK TERHINGGA DARI BHUMI YAITU
PANCA MAHA BHUTA:
-

PRTHIVI (BUMI)
APAH (AIR)
GNI, TEJA (API)
BAYU (UDARA)
AKASA (ETHER)

- LINGKUNGAN KERJA AKAN NYAMAN JIKA MAMPU


MENYEIMBANGKAN PANCA MAHA BHUTA
- MANAJEMEN RAMAH LINGKUNGAN
- MENERAPKAN KONSEP INGKEL (WONG, SATO, MINA,
MANUK TARU BUKU), MENYATU DENGAN ALAM
71

MODUL 6
KEPEMIMPINAN
TRADISIONAL
Asta Brata
Asada Brata
Dasa Indria
Catur Aiswarya

72

KEPEMIMPINAN TRADISIONAL HINDU


(kepemimpinan Asta Brata)
ASTA BRATA (DELAPAN JALAN)

INDRA BRATA: memberi hujan demi suburnya dunia, memberi sesuatu yang
sangat dibutuhkan dan sangat bermanfaat/
YAMA BRATA: Memiliki keahlian dan kepastian hukum. Menghukum yang
salah, menumpas musuh
SURYA BRATA: (mengisap air secara pelan, tidak bernafsu) Kemampuan
menggerakkan tanpa emosional
CACI BRATA: Caci=bulan=air kehidupan. Gembira, lembut, menarik, senyum
menawan. Memberikan kesenangan bathin
BAYU BRATA: mematai perilaku orang bagai angin. Angin sebagai mata yang
tidak tampak. Arifr dan rahasia. Merasakan hati orang lain
DHANA (KWERA) BRATA: menikmati kebahagiaan/kesenangan tidak
berlebihan. Makan minum, berhias, berbusana tdk berlebihan.
PACA (BARUNA) BRATA: pemegang senjata tali berbisa ampuh dan selalu
mengikat. Memiliki kewenangan mengikat semua penjahat.
AGNI BRATA: Mampu memberikan semangat. Membakar hangus musuh
sampai hancur berantakan.

Ramayana XXIV 52-60

73

ASADA BRATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

DHARMA: taat pada ajaran kebenaran


SATYA: setia kepada janji
TAPA: dapat mengendalikan diri
DAMA: tenang dan sabar
WIMATSARITWA: tidak iri tidak serakah
HRIH: sopan, punya rasa malu
TITIKSA: tidak resah tidak gusar
ANASUYA: tidak jahat, tidak berbuat dosa
YADNYA: taat berkorban dan sembahyang
DANA: dermawan
DHRTI: mampu menyucikan diri
KSAMA: suka memaafkan
74

DASA INDRIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

SROTENDRIA: mengendalikan telinga


TWAKINDRIA: mengendalikan alat peraba
GRANENDRIA: mengendalikan penciuman
CAKSUNDRIA: mengendalikan penglihatan
WAKINDRIA: mengendalikan mulut
PANINDRIA: mengendalikan tangan
PAYUNDRIA: mengendalikan pantat
JIHWENDRIA: mengendalikan lidah
PADENDRIA: mengendalikan gerakan kaki
PASTENDRIA: mengendalikan kelamin
75

CATUR AISWARYA
1. DHARMA: perbuatan berlandaskan
kebenaran
2. JNANA: pengetahuan dan kebijaksanaan yg berguna utk kehidupan manusia
3. WAIRAGYA: tidak ingin kemewahan
4. AISWARYA: kebahagian dan kesejehteraan diperoleh dengan jalan dharma

76

MODUL 7 DAN 8
HARI RAYA HINDU BALI
SIWA RATRI
GALUNGAN KUNINGAN
PAGER WESI
NYEPI
TUMPEK
77

78

79

80

81

BRATA SIWRATRI
1. Pagi hari sesudah siap menyatukan pikiran yang
berkepentingan patut menghadap Sang Pendeta /
bersujud dan memaklumkan untuk melaksanakan brata
dengan mematuhi petunjuknya / sesudah mandi dan
berlansir lalu melakukan pemujaan kehadapan Hyang
Siwa / dilanjutkan dengan berpuasa dan mona brata
serta mengenakan pakaian putih //
2. Setelah siang hari berlalu, pada malam harinya patut
melek jangan sekali-kali tidur / selalu memuja Hyang
Siwa
dalam
perwujudan
yang
Siwalinggam
bersemayam di Alam Siwa / didahului dengan memuja
Hyang Gana dan Hyang Kumara / pada malam harinya
melakukan Yamapat yang disesuaikan menurut
kemampuan //
3. Bunga menur kanyiri gambir kecubung widuri putih dan
putat / asoka nagasari tangguli bakula kalakma dan
cempaka / seroja merah putih biru dan segala jenis
bunga yang harus disiapkan pada saat itu / utamanya
pucuk muda daun bila dan bunga sulasih sebagai sarana
untuk memujaku (Hyang Siwa)
82

Brata Siwaratri (Lanjutan)


4. Segala wangi-wangian dupa susu dan lampu disiapkan
pada malam hari itu / dengan sajen bubur dicampur susu
dan bubur kacang hijau dicampur gula merah / itulah
antara lain jenis sesajen dilengkapi dengan buah-buahan
nasi dan lauk-pauk / hal itu patut dilaksanakan semalam
suntuk dan jangan lupa memusatkan pikiran //
5. Gong dan bunyi-bunyian sebagai penghibur untuk
menghalau kantuk / dapat juga dengan membaca
kidung dan membaca lontar kekawin atau olah rasa dan
pikiran / syukur bila dapat membaca dan menghayati
kisah si Lubdhaka pada saat itu / pasti akan menemukan
sorga bagi orang yang membaca cerita Lubdhaka //
6. Ketika malam sudah berlalu dan menjelang pagi hari
patut memberikan dana punya pada tempat tertentu /
Siwalingga dari emas dipersembahkan kepada Sang
Pendeta utama / setiap orang yang datang patut
diberikan dana punya sesuai dengan kemampuan dan
jangan sekali ditolak / dilanjutkan dengan tidak tidur pada
siang harinya dan jangan bekerja tanpa kesadaran //
83

JENIS2 TUMPEK
TUMPEK LANDEP
TUMPEK WARIGA
TUMPEK KUNINGAN
TUMPEK KLURUT
TUMPEK UYE
TUMPEK WAYAG
84

MODUL 9
FILOSOFI PEMBUATAN DAKSINA

85

TATTVA (FILOSOFI) DAKSINA

1. Srembeng Daksina/serobong atau


wakul sbg simbul Globa Bumi (SH
Ibu Pertiwi)
2. Tampak dara sbg simbul Swastika
(SH Rwa Bhineda), ditaruh paling
bawah, simbul peteng lemah
3. Beras: simbul dari udara (SH Bayu)

86

4. Porosan Silihasih (simbul Smara/SH


Ratih atau keayuan. Bahan daun base
diisi pamor.,
Daun base dlm lontar taru permana krn sifat
pendamai, krn siripnya sama
Tampelan: simbul kekuatan atau penyucian
menggunakan daun pelawa (cempaka, daun
kayu santen).
Apa yg kau haturkan aku terima, apa yg kau
haturkan itulah kemauanmu
Mejejaitan sambil medarma gita, kalau marah
maka kemarahan itulah yg ditaruh di atas
banten.
87

5. Pepeselan: (don2 dibungkus jadi satu)


diisi beras agemel. Simbul dr tumbuh2an
kesuburan sebagai kekuatan SH
Sangkara. Pepeselan ditaruh pd daksina
bag bawah, logikanya entik2an itu tumbuh
dibawah.
6. Gegantusan: simbul gaib (SH Indra).
Biji2an dibungkus jadi satu. Gaib = tenget.
Oleh krn itu gegantusan itu tdk boleh
ditaruh diatas, tapi di bawah. Indra simbul
dari sorga
88

7. Pangi : simbul Samudra/ danau (Niasa


dari SH Siwa Baruna). Daksina hrs berisi
Pangi, sbg simbul peleburan kekotoran. Spt
melasti atau mekiyis. Pangi ditaruh dibagian
bawah daksina (tutur SH Saraswati)
8. Kelapa : simbul matahari (SH Siwa
Raditya. Taruh didalamnya, jangan diluar
serembeng atau ditenteng.
89

9. Tingkih: simbul bintang: kekuatan SH


Tranggana
10. Telur itik, itik karena itik dlm Weda
mengandung mutu kedewataan (Daiwi
sampad). Mutu keraksasaan berbeda lagi
yitu Asuri Sampad . Kalau telur ayam krn
ayam itu memiliki sifat rajas tamas telur
ayam memiliki sifat2 keraksasaan atau
serakah. Telur itik simbul dari bulan (SH
Candra)
90

11. Benang: simbul awan (SH Aji Akasa)


12. Pis bolong aketeng: (kalau daksina pelinggih berisi
andel2 atau pis satakan). Pis bolong aketeng ini ditaruh
pada kojong. Knp pis bolong karena bundar. Simbul dari
Windu Sunia (kekuatan kosong) di sunia inilah genah SH
Widi, krn . Panca Datu = mengandung lima unsur penyucian
13. Canang: simbul kekuatan, Catur Dala kekuatan Panca
Dewata. Hati2 jika bukan orang Bali tidak mengerti dengan
kesucian. Cara membuat canang (sesuai Lontar Tutur
Kesuma Sari) yg menceriterakan macam2 canang.
Dibawahnya berisi satu iyis biu, tebu, jajan, porosan.
Panjang canang tgt sikut kita dg. satu tujuh dengan
pengurip (ngandang) satu tujuh berdiri.

91

MODUL 10 DAN 11
TATTWA LANJUTAN

Konsep Ingkel
Sad Guna
Catur Asrama
Pembelajaran diri (Brahmachari)
Sumber dosa
Jagad hita
Pengendalian diri
92

KONSEP INGKEL
KONSEP KEHIDUPAN MENYATU
DENGAN ALAM
WONG
SATO
MINA
MANUK
TARU
BUKU

93

SAD GUNA
ENAM PERILAKU YG SANGAT BAIK DAN BERMANFAAT

1. SANDHI: bagaimanapun sulitnya sesuatu pasti


dapat diperoleh
2. WIGRHA: banyak pengikut, berpengaruh dan
disenangi orang
3. JANA: perkataannya diturut dan ditaati
4. SANA: menempatkan diri dg baik dimana saja
dlm situasi kondisi apapun
5. WISESA: bijaksana berwibawa mampu
menaklukkan lawan
6. SRYA: cepat memperoleh simpati dan
bantuan orang lain
94

ASRAMA DHARMA CATUR ASRAMA

BRAHMACARI,

GRIHASTA, TAHAPAN HIDUP MANUSIA MENGINJAK DEWASA MEMASUKI

SUKLA-SEWALA-KRSNABRAHMACARYA:TAHAPAN
BELAJAR. MENCARI BEKAL: BELAJAR MEMPEROLEH KOMPETENSI DIRI.
BELAJAR MENGAPLIKASIKAN TRI KAYA PARIDUDHA: YANG BOLEH/TIDAK
BOLEH DIKERJAKANDIUCAPKAN ATAU DIPIKIRKAN.

TINGKAT DUNIA BERUMAH TANGGA. KERJA SECARA ETIS, BERDASAR TRI


PURUSA ARTHA (dharma, artha, kama)

WANAPRASTA, SECARA HARAFIAH HIDUP DI HUTAN


(SETELAH MEMPELAJARI VEDA SESUAI ATURAN, SETELAH BERPUTRA
SESUAI ATURAN, BARULAH BOLEH MENUNJUKKAN PIKIRAN KEBEBASAN
TERAKHIR TYAGA). BAYAR HUTANG (TRI RENA)

SAMNIASA, TAHAPAN TERAKHIR DARI CATUR ASRAMA BHIKSUKA


TINGKAT HIDUP MELEPASKAN SELURUH NAFSU KEDUNIAWIAN, HIDUP
HANYA DITUJUKAN UNTUK MENGABDIKAN DIRI KEPADA HYANG WIDHI.
(ORANG TIDAK AKAN MENCAPAI KEBEBASAN KARENA DIAM TIDAK
BEKERJA
JUGA
TAKKAN
MENCAPAI
KESEMPURNAAN
KARENA
MENGHINDARI KEGIATAN KERJA BG-III,4)

95

PEMBELAJARAN DIRI
(BRAHMACARI)
PERSEMBAHAN ILMU PENGETAHUAN LEBIH MULIA
KETIMBANG PERSEMBAHAN BERUPA MATERI
PENGUASAAN ILMU PENGETAHUAN SECARA BAIK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMILIH KEBAJIKAN
ATAU KEBATILAN
DENGAN ILMU PENGETAHUAN ORANG DAPAT
BEKERJA MEMECAHKAN MASALAH, KENDALA DAN
TANTANGAN SEBERAT APAPUN
DENGAN MENGUASAI ILMU PENGET ORANG TIDAK
RAGU BERTINDAK, PERCAYA DIRI

96

APA SUMBER DOSA ITU


KETAMAKAN adalah akar dari semua dosa.
Ketamakan menghancurkan semua pahala baik
Ketamakan sbg. sumber kelicikan dan kemunafikan.
Ketamakan melahirkan kemarahan, nafsu dan
beberapa penyakit pikiran seperti: tidak bisa
menilai baik dan buruk, kebohongan, harga diri,
kesombongan, kedengkian, balas dendam, tidak
tahu malu, tidak pernah melakukan kebajikan,
kerisauan dan kekejaman
Bagian dari sifat-sifat itu antara lain:
97

BAGIAN-BAGIAN DARI KETAMAKAN:


Kikir, nafsu besar, keinginan melakukan hal tidak
pantas, bangga dg kasta, bangga dg
pengetahuan yg dimiliki, bangga dg kecantikan,
bangga kekayaan, tutur kata kasar,
membicarakan keburukan orang, rakus,
menyukai yang salah, tidak memiliki belas
kasihan, mendoakan keburukan orang lain, tidak
tulus, mendermakan harta orang lain dan
menyukai semua perbuatan jahat
Kebodohan bersumber dari ketamakan. Ketika
ketamakan tumbuh maka kebodohan juga
tumbuh.
Akar ketamakan adalah kehilangan pikiran jernih,
kehilangan kemampuan menilai dan sifat tidak
peduli.
98

JAGADHITA: KEBAHAGIAAN DUNIAWI


-

KESEJAHTERAA DAN KEBAHAGIAAN DUNIAWI (Tri


Purusa Artha dan kelestarian alam)
- Tri Purusa Artha atau Tri Warga
-

Dharma: Mewujudkan hidup aman, tentram dan damai dg


pengamalan ajaran, nilai-nilai, norma, aturan dg arif, kasih
sayang, adil, bersahabat, simpatik, tahan uji, pengendalian
diri, tanggung jawab
Artha: menghimpun harta utk sarana kehidupan pada
tahap: Brahmacarya (pembelajaran), grhasta (kawin),
wanaprasta (pemahaman dan pengamalan pengalaman
hidup spiritual/duniawi), Sanyasin (melepaskan ikatan
dunia)
Kama: tujuan hidup manusia yg bersifat non materi
(psikologis) spt rasa aman, kasih sayang, harga diri

Kelestarian alam
99

PENGENDALIAN DIRI: KARMAPHALA


(REWARD & PUNISHMENT)
Setiap sebab (karma) membawa akibat atau
hasil (phala). Kerja tidak ada ketergantungannya
atau keterikatannya dengan pamrih (uang), kita
didorong untuk melakukan kerja dengan proses
bermutu. Bekerja (karma) dengan cara baik
akan baik pula hasilnya (phala)
Reward (imbalan) dorongan melakukan yang
baik Punishment (hukuman) dorongan tidak
melakukan yang buruk

100

BEKAL KREDIT DALAM


KEHIDUPAN
MODAL AWAL
KARMA DIRI SENDIRI
KARMA ORANG TUA

PERBUATAN
BURUK

SALURAN
PENGURANGAN
KREDIT

SALURAN
PENAMBAH
KREDIT

PERBUATAN
BAIK (YADNYA,
TRIKAYAPARISUDHA
SAD RIPU)

JUMLAH KREDIT POINT


MENENTUKAN
KEBAHAGIAAN DAN
KESEJAHTERAAN
101

MODUL 12 - 13

JAMAN PEMBUAT RAJA


Tri Mala
Dasa Mala
Tri Mada
Catur Aiswarya
Dasa Indria
Catur Budin Indria
Catur Petaka
Panca Bahya Stuti
102

JAMAN YANG MEMBUAT RAJA


1.

2.

3.
4.

KRTAYUGA/SATYAYUGA: KEBENARAN,
KEDAMAIAN, BUMI MEMBERI TANPA MENUNGGU
PANEN, TANAMAN TUMBUH SUBUR DAN
MELIMPAH, TIDAK ADA PENYAKIT, MANUSIA
BERUMUR PANJANG
TRETAYUGA: SEPEREMPAT DHARMA HILANG
DAN SEPEREMPAT ADHARMA MASUK. BUMI
TIDAK MENGHASILKAN TANAMAN TAPI TANAMAN
HARUS DIRAWAT UNTUK MENUNGGU HASIL
PANEN,
DVAPARAYUGA: BUMI MENGHASILKAN
SETENGAH DARI TANAMAN (PRODUKTIVITAS
RENDAH)
KALIYUGA: PEMIMPIN TIDAK MEMPERDULIKAN
ATURAN BRAHMAN, RAKYAT DITEKAN,
KETIDAKBENARAN MERAJALELA,
PEMBERONTAKAN, PENYAKIT MERAJALELA,
AWAN TIDAK MENGANDUNG UAP AIR, TANAMAN
GAGAL PANEN, MANUSIA BERUMUR PENDEK, 103

TRI MALA
tiga kekotoran/keburukan yg hrs dihindari

1. MITHIA HRDAYA: selalu berburuk


sangka, negatif thinking
2. MITHIA WACANA: selalu berkata buruk,
sombong dan ingkar janji
3. MITHIA LAKSANA: selalu berbuat tidak
baik, tidak sopan tidak beretika

104

DASA MALA
sepuluh jenis perilaku kelemahan yg hrs dikikis

1.

TANDRI: tanpa gairah, lemah, lesu yg sengaja dibuat


utk menghindar dr kerja
2. KLEDA: cepat putus asa, pesimis
3. LEJA: selalu serakah tamak angkuh
4. KUHAKA: suka memuji diri, suka berujar kasar
5. METRAYA: suka bersilat lidah dg tipu daya utk
mempengaruhi orang lain
6. MEGATA: sulalu munafik, tdk konsisten, lain dimulut
lain di hati
7. REGASTRI: play boy mata keranjang
8. KUTILA: suka nipu orang utk keuntungan diri
9. BHAKSABHUWANA: senang melihat orang lain
menderita, senang menyakiti & menyiksa orang
10. KIMBURA: iri hati dan dengki shg ingin memiliki
105
barang orang lain dg menghalalkan segala cara

TRI MADA (tiga kemabukan)


1. Mabuk minuman keras
2. Mabuk kekayaan
3. Mabuk kepintaran

106

CATUR AISWARYA
1. DHARMA: perbuatan berlandaskan
kebenaran
2. JNANA: pengetahuan dan kebijaksanaan yg berguna utk kehidupan manusia
3. WAIRAGYA: tidak ingin kemewahan
4. AISWARYA: kebahagian dan kesejehteraan diperoleh dengan jalan dharma

107

DASA INDRIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

SROTENDRIA: mengendalikan telinga


TWAKINDRIA: mengendalikan alat peraba
GRANENDRIA: mengendalikan penciuman
CAKSUNDRIA: mengendalikan penglihatan
WAKINDRIA: mengendalikan mulut
PANINDRIA: mengendalikan tangan
PAYUNDRIA: mengendalikan pantat
JIHWENDRIA: mengendalikan lidah
PADENDRIA: mengendalikan gerakan kaki
PASTENDRIA: mengendalikan kelamin
108

Panca Budin Indria:


1. Caksurindriya = mata/melihat
2. Sravanendriya = indria telinga
3. Ghranendriya = hidung bau
4. Rasanendyiya = lidah/mengecap
5. Sparsendriya = kulit/sentuh
Tambahan indra keenam

109

CATUR PATAKA
empat macam dosa ringan-berat yg dilakukan manusia

1. DOSA PALING RINGAN


1. BRUNAHA: menggugurkan kandungan
2. PURUSAGHANA: menyakiti atau membunuh orang
3. KANYACORA: mencuri atau melarikan secara paksa
seorang gadis
4. AGRAYAJAKA: kawin mendahului kakak sendiri
5. AJNATASAMWATSARIKA: bercocok tanam pd musim
yang salah

2. DOSA MENENGAH
1.
2.
3.
4.
5.

GOWADHA : membunuh sapi


YUWATIWADHA: membunuh wanita muda
BALAWADA: membunuh anak2
WRDDHAWADHA: membunuh orang tua
AGARA DAHA: membakar rumah dengan penghuninya
110

PANCA BAHYA TUSTI


lima macam kemegahan yg bersifat duniawi semata

1. ARYANA: senang mengumpulkan kekayaan


tanpa membertimbangkan baik buruk dan
dosanya
2. RAKSANA: melindungi kekayaan dengan
berbagai upaya
3. KSAYA: taku kekayaannya berkurang
sehingga menjadi kikir
4. SANGGA: senang mencari kekasih atau
melakukan hubungan sex
5. HIMSA: suka menyakiti atau membunuh
mahluk lain
111

PANCA CUNTAKA

Cuntaka karena mendadak terjadi sebel awak pada


saat mejejahitan
Cuntaka karena ada tetesan darah/ luka saat
metuwesan
Cuntaka karena upakara (banten) kena percikan
ludah, kejatuhan rambut, diaduk oleh wong rare,
dikerumuni serangga.
Cuntaka karena gangguan wong ugig (orang dg
ilmu hitam)
Cuntaka bila upakara diinjak oleh binatang seperti
kucing, tikus, dan binatang kotor lainnya.
112

SAD ATATAYI
Sad = enam. Atatayi = kejam

1. AGNIDA: kejam krn suka membakar milik


orang lain, karena iri
2. WISADA: kejam krn suka meracun shg orang
terbunuh.
3. ATHARWA : kejam krn suka black magic atau
ilmu hitam
4. SASTRAGHNA: kejam krn suka ngamuk krn
pikiran bingung dan buntu
5. DRATIKRAMA: kejam krn suka memperkosa
6. RAJA PISUNA: kejam krn suka memfitnah
113

Panca Karmen Indria:


1. Padendriya = indria kaki/gerak.
2. Payvindriya = daya usaha
3. Hastendriya = daya menangani
4. Vagindriya = mulut/daya ucap.
4. Garben Indria = perut
5a. Upasthendriya (laki) = daya sex
5b.Bagen Indria (perempuan)
114

Kesepuluh indria itu dibawah perintah


Rajen Indria. Rajen = pikiran = pusat.
Masing-masing indria memiliki ciri
bentuk sendiri-sendiri
Dari indria itulah kemudian dapat
ditangkap pengetahuan. Hasil semua
tahu itu kemudian diolah shg
rasional disusun secara
sistematis dan bermetode yang
selanjutnya disebut Ilmu
Pengetahuan.
115

MODUL 14
TATTWA LANJUTAN

ASTHA DUSTA
ASTHA CORA
YOGA DAN LIMA GEJOLAK PIKIRAN
CATUR PETAKA

116

ASTHA DUSTA
delapan kebohongan atau dosa yg berkaitan dg pembunuhan, tindak
kekerasan dan nafsu birahi

1. HIMSAKA: membunuh atau menyuruh orang


lain membunuh
2. CODAKA: memaksa dengan kekerasan
3. BHOKTAH: memenuhi nafsu dg sepuasnya
4. BHOJAKAH: memberi makan kpd pembunuh
5. SAKARAKAH: menolong pembunuh
6. PRITIKARA: berhubungan erat dg pembunuh
7. STHANADA: memberi tempat sembunyi
pembunuh
8. TRATAH: memberi perlindungan pembunuh
117

ASTHA CORA
delapan tindakan yg digolongkan mencuri

1.
2.
3.
4.
5.
6.

MENCURI
MENYURUH ORANG LAIN MENCURI
MEMBERI PERSEMBUNYIAN PENCURI
MEMBERI MAKAN PENCURI
BERGAUL DENGAN PENCURI
MEMBERI TAHU PENCURI BHW DIA DALAM
BAHAYA
7. MEMBANTU MELAKUKAN PENCURIAN
8. MELINDUNGI PENCURI
118

ASADA BRATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

DHARMA: taat pada ajaran kebenaran


SATYA: setia kepada janji
TAPA: dapat mengendalikan diri
DAMA: tenang dan sabar
WIMATSARITWA: tidak iri tidak serakah
HRIH: sopan, punya rasa malu
TITIKSA: tidak resah tidak gusar
ANASUYA: tidak jahat, tidak berbuat dosa
YADNYA: taat berkorban dan sembahyang
DANA: dermawan
DHRTI: mampu menyucikan diri
KSAMA: suka memaafkan
119

YOGA DAN LIMA GEJOLAK PIKIRAN


1. KSIPTA: pikiran ibarat kuda liar selalu
bergerak. Krn pikiran diombang-ambingkan
oleh Guna Raja dan Tamas
2. MUDHA: lamban, malas, pesimistis, putus asa
krn pikiran dikuasai oleh Guna Tamas
3. WIKSIPTA: bingung kacau krn Guna Rajas yg
amat kuat. Akal sehat hilang. Kurang tenang
dan sulit tidur
4. EKAGRA: pikiran terpusat krn dikelola dg
Guna Sattwam. Orang spt ini tenang
5. NIRUDDHA: terkendali. Tenang dan tentram.
120

Lanjutan Catur Petaka

1. DOSA BESAR
1. BRAHMANA WADHA: membunuh orang suci
2. SURAPANA: minum minuman keras sampai
mabuk
3. SWARNASTEYA: mencuri emas
4. KANYAWIGHNA:: memperkosa gadis
5. GURUWADHA: MEMBUNUH GURU

2. DOSA PALING BERAT


1. SWAPUTRIBHAJANA: memperkosa anak atau
saudara sendiri
2. MATRABHAJANA: memperkosa ibu kandung
3. LINGGAGRAHANA: merusak tempat suci
121

SAGUNA DAN NIRGUNA BRAHMAN


Sang Hyang Widhi Paramasiwa atau Sang
Hyang Widhi sebagai Nirguna Brahman
(Niskala Brahman). Perwujudan sunia, hampa,
kosong, sepi, suci murni, kekal abadi, tanpa
aktivitas. Tidak terjangkau pikiran manusia
(imanen), apremaya (tidak terbayangkan), anadi
ananta (tak berawal tak berakhir tak terbatas tak
terhingga, anirdsesya (tak terdefinisikan),
anaupamya (tak terkena penyakit), suksma
(sangat halus tak terlihat), wyapi wyapaka atau
sarwagata (berada dan meresap dimana2 ada
diseluruh jagat), citta rahitantya (tidak berciri
apapun).
122

Sang Hyang Widhi Sadasiwa dipengaruhi


saktiguna dan Swabawa. Memiliki kekuatan untuk
memenuhi keinginan. Aktif mencipta shg disebut
Saguna Brahman (Sekala Brahman). Melinggih
(berstana) di Padma. Simbul AUM atau Om
(Omkara atau Ongkara). Sosok tubuh: kepala =
Isana (I-kara aksara ING), Muka: Tatpurusa =
Ta-kara aksara Tang, Hati: Aghora A-kara
aksara Ang, Alat rahasia: Bamadewa Ba-kara
aksara Bang, Badan: Sadyojata Sa-kara
aksara Sang. Sebagai Sadasiwa Beliau aktif,
berguna, bersinar, memiliki kedudukan dan sifat.
Oleh Umat Hindu: SHW ditampakkan, diwujudkan,
disekalekan, dimanifestasikan.
123

Banten (prasadham) sbg sarana dan


prasarana sbg niasa, lambang, simbul
ketika memuja Siwa.
Banten bukan sajian untuk disantap para
Dewa atau dimakan oleh bhuta kala.
Banten pinaka Hyang Widdhi, pinaka
Raganta, pinaka alam raya (bhuana), agar
Tri Premana (bayu sabda idep kekuatan
perkataan pikiran) lebih terpusat kpd SHW

124

Dewa Siwa memiliki seribu nama


(Siwasahasrara)
Selain seribu nama Siwa memiliki
delapan wujud atau Asthamurti Siwa:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perthiwimurti (sarwam, Sadyojata; Sa)


Jalamurti (bhawa, Wamadewa; bha)
Wayumurti (Ugra, Tatpurusa; Ta)
Agnimurti (Aghora, Rudra, Jyotir; A)
Akasamurti (Bhima, Asami)
Suryamurti (Isana;I)
Candramurti (Mahadewa)
Yadnyamurti (Pasupata)
125

Nomer 1 5 adalah Panca Maha Bhuta


1. Pertiwi (tanah)
2. Jala (apah, udara, air)
3. Wayu (bayu, maruta, angin)
4. Agni (teja, api)
5. Akasa (kosong, hampa)
Nomer 6 7
6. Surya (matahari)
7. Candra (bulan)
126

MODUL TAMBAHAN

127

PANCAMAHABUTHA

PERTHIWI (TANAH)
APAH (AIR)
TEJA (SINAR)
BAYU (UDARA)
AKASA (HAMPA)

128

SIWA SIDDHANTA
Saktinya Siwa: Dewa Brahma, Wisnu,
Rudra, Mahadewa, Sangkara, Sambu dan
Sadasiwa.
Proses penciptaan (srsti, utpatti): Dewi
Sakti, Laksmi, Saraswati (sakti Brahma)
Pemeliharaan (sthiti, anugraha): Dewi
Uma, Sri, Parwati (Wisnu)
Penghancuran/peleburan: Dewi Durga
129

PANCA KRIYA SAKTI


KITAB SIWA PURANA: DEWA SIWA MEILIKI LIMA BUAH KEMAHAKUASAAN

SRSTI SAKTI (Dewa Brahma/Sada Siwa): kemampuan


mencipta dari tiada menjadi ada, alam semesta dengan
segala isinya
STHITI SAKTI (Dewa Wisnu): Kemampuan memelihara
dan mengembangkan (sthiti)
SAMHARA SAKTI (Dewa Rudra): melebur dan
menghancurkan secara periodik alam fisik.
ANUGRAHA SAKTI: Dewa Siwa/paramasiwa dewa
sangkara (tetumbuhan), Dewa Sambu ( binatang)
pemberi anugrah. Dewa Pasupata atau Dewa
Mahadewa selalu memberi pertolongan a/l berupa obat
TIROBHAWA SAKTI (Dewa mahadewa/maheswara):
melenyapkan yang tidak bermanfaat. Mis. Binatang
Dinosaurus, termasuk tumbuh2an lain, dan barang lain.
Nala, h. 66

130

SADUSAKTI
ADNYANASAKTI: Duradarsana (kemampuan
melihat jauh dan dekat), Durasrawana
(kemampuan mendengar yang jauh dan dekat),
duratmaka (kemampuan mengetahui yang jauh
dan dekat)
WIBHUSAKTI: tanpa cela, maha sempurna
PRABUSAKTI: tanpa rintangan, mahakuasa,
apapun yang diinginkan terlaksana. Menentukan
lahir, hidup, mati
KRIYASAKTI: kemampuan mencipta alam raya
dengan segala isinya (Dewa brahma, Wisnu
Siwa, Pancarsi, Dewarsi, Widyadara, gandarwa,
danawa, daitya, raksasa, bhuta, panca maha
bhuta (pertiwi, apah/air, teja/sinar, bayu/udara,
akasa/hampa dsb.
131

KRIYASAKTI BATARA SADASIWATATTWA


kemampuan mencipta alam raya dengan segala
isinya
Dewa brahma, Wisnu Siwa, Pancarsi, Saptarsi,
Dewarsi, Widyadara, gandarwa, danawa, daitya,
raksasa, bhuta (Bhutayaksa, bhuta Dengen,
Bhutakala, Bhutapisaca), panca maha bhuta
(pertiwi, apah/air, teja/sinar, bayu/udara,
akasa/hampa), matahari, bulan, bintang planet.
JUGA MENCIPTAKAN Sang Hyang Sastra,
Sang Hyang Agama, Widya (ilmu pengetahuan),
Tarka (ilmu logika), Wyakarana (ilmu tata
bahasa), ganita (ilmu matematika)
132

Dewa Siwa adalah Niskala Brahman,


Nirguna Brahman, atau Sang Hyang Acintya
Sulit dibayangkan oleh akal pikiran manusia (immanen)
Beliau Hampa, Kosong, Sunia
Sebagai Paramasiwa beliau itu:
Apremaya (tak terbayangkan)
Anadi Ananta ( tak berawal dan tak berakhir, tak terbatas, tak
terhingga)
Anirdsesya (tak dapat didefinisikan)
Anaupamya (tak terkena penyakit)
Suksma (sangat halus, tidak dapat dilihat)
Wyapi wyapaka atau sarwagata (berada dan meresap dimanamana, ada diseluruh jagat raya)
Citta rahitantya (tidak mempunyai ciri apapun)

133

Dewa Siwa sebagai Sadasiwa: Beliau aktif,


berguna, bersinar, memiliki kedudukan dan sifat.
Disebut Saguna Brahman atau Sekala Brahman.
Untuk lebih mudah membayangkan
Banten atau prasadham sebagai niasa, lambang
simbul untuk memuja Dewa Siwa.
Banten bukan santapan tapi lambang Hyang
Widhi (Brahman), manusia (raganta), alam raya
(bhuana). Tujuan agar Tri Premana (Sabda,
Bayu, Idep) manusia lebih terpusat ke Hyang
Widhi

134

Dewa Siwa memiliki seribu lebih nama


(Siwasahasrara)Dewa Siwa memiliki
delapan (astha) wujud disebut Asthamurti
Siwa:
Perthiwimurti (Sarwam, Sadyojata; Sa)
Jalamurthi (bhawa, Wamadewa; Bha)
Wayumurti (Ugra, Tatpurusha; Ta)

135

MANTRA NABE KEPADA NANAK PADA


WAKTU MEDIKSA
Kamanmata pita cainam
Yadutpadayato mithah
Sambhutim tasya tam
Vidyadyonavabhijayate
Acaryastvasya yam jatim
Vidhivad veda paragah
Utpadayati savitrya
Sa satya sa jara mara
Utpada kabrahma datror
Gariyan brahmadah pita
Brahmajanma hi viprasya
Pretya ceha ca sasvatam

Arti: Ibu dan bapak melahirkan krn


nafsu, maka ia lahir dari perut, ini
adalah kelahiran jasmani. Namun
kelahiran dari dwijati dengan Mantra
Sawitri dari Acarya atau guru
pengajian yg telah mahir Weda, adalah
kelahiran yang sebenarnya yang
sempurna dan abadi. Diantara yang
melahirkan dan memberi pengetahuan
mengenai keTuhanan, Yang memberi
pengetahuan mengenai Brahman
adalah Bapak yang lebih utama, karena
lahirnya Brahman pada orang
bijaksana sungguh abadi di dunia
maupun akhirat

136

Sanggah Tutuan = ngayab ke luar


rumah
Nanceb Sanggah Tutuan di tempat2 tertentu.

di merajan (samping sanggah surya) pejati asoroh, tumpeng


putih, soda putih meulam ayam putih tulus dipanggang). Ini
berhubungan dengan pengayatan ke Marga Tiga, Catus Pata
(pempatan Agung)
Disamping dapur suci: pejati asoroh, tumpeng abang, soda
abang meulam ayam biyng panggang. Berhubungan ke Setra
Gandamayu ke Pengerarungan
ditengah natah rumah: pejati, tumpeng kuning , soda kuning
meulam ayam putih siungan panggang. Berhubungan dengan
pengayatan ke Penguluning Desa ke Tegal Teledu
Menginyah
Di sumur: pejati. serba selem. Sekaligus pengayatan ke
semua bentuk jurang atau gerembeng.
Di lebuh : pejati, serba brumbun. Sekaligus berhubungan
pengayatan ke semua bentuk alas.
137

ITI KANDANING PANCA SANAK/SANAK CATUR: KANDA PAT


Ih kita bapanku I Ringpuger mesiluman kita ring I Tapesari.
I Tarisari mesiluman kita ring Legeperana
I Legeperana mesiluman kita ring I Panji
I Panji mesiluman kita ring I Kulisah
I Kulisah mesiluman kita ring Ramaranusari
I Ramaranusari mesiluman kita ring Sanghyang Siwaguna
Sang Hyang Siwa Guna mesiluman ring Sang Hyang Siwa Sada Siwa Parama Siwa
Ih kita ibunku I Tanjek mesiluman kita ring I Sandu
I Sandu mesiluman kita ring I Sukela Pawitra
I Sukela Pawitra mesiluman kita ring I rangke Sari
I Rangke Sari mesiluman kita ring Sang Hyang Siwa Rare Guna
Sang Hyang Siwa Rare Guna mesiluman kita ring Sang Hyang Siwa Sunia
Sang Hyang Siwa merta. Kita Bapa Ibu matemahan mertha sanjiwani. (Metemahan
sari ring sariranku, raksanan pekaranganku lan jiwa permananku angimpas
aken sakeluairing gering geseng satrunku kabeh.

138

Ih kita I Babu Abera, I Babu Kekere, I Babu Ugian, I


Babu Lambana, ayuwa kita salah lungguh, mesuiluman
kita ring I Kaki Sang Sedarasa I Kakui Sang Sedasakti
I Kaki Sang Ratu Mas Winten I Kaki Sang Aji Ratu
Putra Mas Putih, masuwitra kita ring I Keroda I
Podgala I Sari I Aserep, mesiluman kita dadia Dewa
Nawa Sanga, dadia penunggalan Brahma Wisnu Iswara
Mahadewa alungguh ring tengahing dadanku,
mahesoro-Rudra-Sangkara-Sambu melungguh kiwa
tengen arep uri, Sang Hyang Siwa alungguh ring Siwa
dwaranku, raksanan sepekaranganku yan ana
paksanan satru musuhkune, kita anadah raksanne
satru musuhku ayuwa pepacuhan teka mati lah pomo
pomo pomo

139

Ih kita I Anggapati alungguh ring kiwanku


I Banaspati alungguh kita ring arepku
I Mrajapati alungguh kita ring tengenku
I Banaspatiraja alungguh kita ring ungkurku,
tunggal akena kesidianta ring Panca Maha Butha, ayuwa ampah budinta
anunggal aken kesaktian, kesidian kemandian ring kedepta, atag sira I
Ratu Ngurah Tangkeb Langit, I Ratu Wayan Tebe, I Ratu Made
Jelawung, I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan, I Ratu Ketut Petung,
Raksanan sepekaranganku, jiwa peremannanku, kenek metu kita
saking muka, metu kita saking irung, metu kita saking netra, metu kita
saking karna, metu kita saking awak sariranku, yan ana paksan-ne
satru musuhkune, kita anadah paksane satru musuhkune, yan ana
langgana ring ayu, kita anukup neteran satru musuhkune, ayuwa
pepacuhan, teka mati, teka dungkulsatru musuhkune, lah pomo lah
pomo, lah pomo
Kita sanakku kabeh tunggal aken budinta dadiya Sang Hyang Tri Sakti,
metemu lawan Tri Murti: ngaran sira I Keronyon, I Kerenyeh, I
Seronggo, menadi Betara Brahmana, Betara Wisnu, Betara Iswara,
mawak Tri Sakti, matemahan kita betara Mas Rangda, memurti kita
kesidian kemandian kesaktian, metu Sang Hyang Siwa , Sang Hyang
Sada Siwa, Sang Hyang Prama Siwa, Matemahan Sang Hyang Siwa
Guru Sakti, Um Ang Brahma kedep Um Ung Wisnu sidhi Um Mang
Iswara Mandi, kedep sidi mandi mantranku pomo pomo pomo.
140

PUJA NAMASKARA RING BETARA


KAWITAN/SANG HAYNG
KAWITAN/SANG HYANG WIDHI

141

1.

PUJA SURYA STAWA


Ong Ang Ratna peredipta ya, supta jangra
geni rupa ye namah, surya teja rakta
warna brahma rupam
Om Ang weredaya suwanam yenamah
Om Ang catur muka nadi kunda yenamah,
Om hereng nadi suwanam yenamah.
Om surya-surya teja brahma rupam,
Om ang weredaya astana yenamah
Indra surya perekasam, catur bumi catur
mukam,catur dewa yenamah.
Om jang jang jiwa merik kering , om tri
gana dipa dupa mahebiyoh.
142

2. PUJA SIWA STAWA.


Om namah siwa ya sarwa ya,
dewa-dewa ya wenamah,
rudra ya buwane saya,
siwa rupa siwa yawe namah.
Tuwam siwa tuwam mahadewam,
isuwarah parameswarah,
brahma wisnusca rudrasca,
purusah parikertitah.
Om Bhur Bhuwah Suwah Swaha.
143

3. PUJA GURU STAWA


Om guru pada namaskaram, dewa dewa stita
guru, santi pusti wasat karman, karya sidisca
jayate.
Om guru paduka biyo namah, waham watta
dewa siyami, guru pade diyayet, sada namo
namah swaha.
Om Dewa-dewa mahasidiyam, yadnya katam
pala nikam, laksemi sidisca dirgayuh,
nirwigenantu sukeretam.
Om Ang Ah Harda nareswari yenamah swaha.

144

4. PUJA KE SANG HYANG KAWITAN/BETARA KAWITAN/DEWA


KAWITAN
Om Om namo dewaya pasupati dewayam, pasupatiyam dewa
adista nayam, trimurti dewayam hadista nayam, siwa sada siwa
perama siwamdewam, Ang Ang Geni Jaya geng genijayasca, Ang
Geni jaya wijaya jagatta, Ung Manik Geni jatisca, semerusca
ganasca de kuturanca, beradah ya namo namah swaha.
Om Awignam astu namo siwabudaya.
Om Om Namo dewayam adista nayam, jiwatmakam tri bhuwanam.
Om Brahma Wisnu Iswara dewam, jiwatmanam tri lokanam.
Sarwa jagat perestitanam, suda klesa winasanam, genijayasca
jayanam, manikageni jayasca dewam,
om guru paduka dipetaye namah.

145

5. NUNAS PALUGRAHANSEHIDEP MAHA GOTRA


PASEK SANAK SAPTA RSI.
Mahagotram sapta resiyam, brahmana jati poterakam,
sarwa dewa nugerah akam mahaguna sriya wiryam,
mahadewa keretadnyanam, asung jiwa mahalinggam,
jiwa sakti sidi mahawiryam, jawa manta namo namah,
abara mahatejam, jayeng satru winasanam, suka
wiryam mahasukam, dirgayusa bawetcitam, sapta giri
sapta mertam. nirwigne mahawiryam, ata satam
mahasanam, madiya garba mahatustam.
Om rat tungtung buwana, tulik rat anungkeb
pomo,pomo, pomo.

146

6. PUJA JAYA GURU STAWA.


Jaya guru om kara om kara, jaya jaya sad
guru om kara om
Brahma wisnu sada siwa, ara dewa maha
dewa om.
Peretam samaranam seri guru caranam,
maha gotra- maha gotram seranam, Sri
Guru caranam, Brahmannam-nda
predayaka caranam. Seranam seranam
maha gotra caranam.
147

7. AGENI SATERU PERELAYA SETAWA.


Ageneng mereda mahajanam, asiya yaha
dewayum
Iye tabahi rasadam, agene raksano ang asah,
peretisma dewa risatah, tapista ira jaro
Ageneya ageneyo jistama bara, diyumna
masma biyama dirgo, perano raye mani yase
ratsi, waja ya pantem.

148

8. PUJA INDERA JAYATE


Om indra giri murti dewam,
basuki dewam harcanam
nugeranam jagat sampurnam,
sarwa satru winasanam,
yata indra baya mahe,
tatono abayam keredi,
begawanca gedita watana,
utaye widwiso wimeredo hahi
149

9. PUJAAN TUHAN SANGHYANG WIDHI


Om bawa segara tarana karanaya,
rawi nandana bandana kandanaya,
sarana gata kingkara betamane,
guru dewa daya kara dena jane,
weredi kandara tamasa baskaraya,
tuma wisnu perajapati sangkaraya,
para brahma barata para weda bane,
guru dewa daya kara dena jane
tawa nama sada suka sadakaya,
petita dama manawa pawakka ya,
mama manasa cancala ratare dine,
guru dewa daya kara dene jane.
150

10. MAHA MERTIYU JAYA PUJA.


Om triyam bakam ye jamahe, sugandim pusti
wardanam, hurwa rukam hiwa bandanat, meri
tiyur tiyor mokseya mameritat
Om kesama swamam mahadewah, sarwa papa
nirantanam, sarwa karya sarwa karya
presidantu, mama karya peresidantam
Om Sriyam bawantu, sukam bawantu, purnam
bawantu yenamah swaha

151

11. PENUKUP/PENANGKEB TRI LOKA RAT KABEH: NGARAN PENUKUP


SANG HYANG PASUPATI, AYUWA JERUWEH, TAN SIDI PALANIA
Om tat pasupati sat sri, dewi naraya natu pasupatiyam,
Om Ah Ang, Mang Ung Ang, Ang Ung Mang, Ung Ang Mang Om, Om Ang
Bang Ang, Om pasupati jaya jaya , pataye jagatnata wijaya perenawa,
para mastutiwiwijangku jangga, sanggayam pasupati perama sastra
sajana, pasupati pasupatiyem Ang Ang Ang Ang Ang Ang Ang Ang Ang
Om Ang Ung Mang Idepku Sang Hyang Pasupati, aku anungkubing rat
manusa kabeh, aku Sang Hyang Pasupati ta kehungkulan, surya candra
dayungku, pengawakku kadi angin, aku sakti tan kehungkulan, ring
tanganku kiwa Sang Hyang Wisnu, ring tanganku tengen Sang Hyang
Brahma, Sang Hyang Tunggal ring idepku, siyapa wani ring aku,
sakuwehing satru musuhku pada nembah ring aku, jadma manusa ring
rat buana kabeh, teka bakti ring aku, teka nembah ring aku, adasa bale
agung mider pada nembah bakti ring aku, pada wedi ngebmekakeb rep
sirep dungkul ring aku, sakuwehing sangjata mangap teka punah, gering
wisiya punah, wong karoda teka asih.
Om Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya . Om I Ba Sa Ta A Ya Na MA Si Wa .
Om Ang Bang Om Ang Ah Ang Ung Mang, Jeng Lelong Duwedah inderuh
152

12. PENUNGKUP SANGHYANG SAPU JAGAT


Idepku Sang Hyang sapuh jagat, sang kala detiya
mertiyu ring arepku, aku anunggang i macan gading,
ring telapakan sukunku ruwa i garuda putih ring
ungkurku ibanaspatirja, ring telapakan tanganku
tengen isingga, telapakan tanganku kiwa iwarak, bala
iringanku iyaksa-iyaksi, teka ring sukunku gelap
kesanga yukta, mider-mider ring arepku, ring tangan
kune pesarya siyu, ibuta siyu ring suku ruwa,
sakeluwiring musuh-saterunku, muang desti leyak
kabeh teka ngeb-dungkul-rep-sirep, teka pejahteka
pejah teka pejah, jadma manusa teka asih gumasih,
teresna sih angeresres atine anulu anulu aku, dewata
dewa betara teka asih, wastu rep sirep wong manusa
kabeh, tan wani mulat ring aku, sidi manteranku.
153

13. PUJA AGENI WERO CANA, PELELUGRAHAN


BETARA SAKTI, GERYA SAKTI MANUABA DI
BONGKASA
Om siwa buda kero-dante, eka dwiaksara maha
ruderam, wibakseng satru sarogiyam, saderam ageni
raca niyam, wis ageni sangka ungkara, purwani yan
baheni seperayam, Ah Uh Wah. Uh Ah Wah, tuwekti
weresiyah, kapatuweng buwattuta, Ah Wah, Ah, Uh,
aduweng danglang ngulangit, caket caket caket,
wahlokeram buniyakasa talu talu talu, sakuwehing
kawisesaning desti leyak aneluh anaranjana teka pejah
teka pejah teka pejah ketadan denira Sang Hyang
Ageni wero cana, Om sidi rastu tatastu mastu tat astu
sidiyam.
154

14. PUJA WEDA SULAMBANG GENI, MUNCUK LALANG , RARIS


PUJAIN, RARIS SEKARANG RING KARNA TENGEN, SORING
PERUCUT WENANG, ANGGE SABUK WENANG, AYUWA
JERUWEH SINGSET SEPIL RING AWAKTA.
Om perenawa baskara dewam, surya setawa tri locanam,
pujas stawa suba canam, rsi alokiyam ungkaram,
pareya setawa mahasakti, sarwo geram pala wiyaksaram,
perani diyang peraya awakram, tri puja waksiyam patalam,
warederela wiyaksaranca, baskara dere wara seyeng karam,
Ang nyujuwala kereteng perajam, weda paraga sabuwanam,
Om tang werekah, huh, wah mulajitmas teregu buminya
loba tapiyam wiyar wiyar heril herir, werungka gerigah gerigih
seriguh
Ah Ah Ah Pet Pet Pet sidi mandi kedep.

155

1.15. PUJA PASUPATI RENCANA


Ang reng gereng warcanam pakiyam sareduwe
kiyam sareduwe duwara sad duwaram, perayukti roga
sabuwanam
basmi roga niya perajam, saptiyam sarwe geraha
puram,
wakam baksa serogam, wigena sam asta sam purnam
pasupataye sarw rancanam, sang geranam para
sukertam
wisanam perama siwam, sarwa ila iliyang karam,
sarwa weda paragam
Ah herang herih Ang Ah Hur Hur Hur Ing Ing Ing Ah
herih herih herih

156

16. iti ngaran I Canting Mas, peripiyan


mas merajah Tang, rendem ring tirta
mewadah sibuh mas awengi,
wusmangkana sirat ping 7 ring sirah,
muka raga, hinum, mangda nemoning
purnama tilem kajeng kliwon.
Ah Ih were Ah bungbang tanah ta langit,
aku dewa sangera bumi belah beloh,
wedi mu rat kabeh, asirep rep rep,
wriyang wereyeng sirep sirep sirep
swaha.
157

17. ITI BRAHMANE LARE, ASILA PENED SIKEP RING


PUWAKA/PERANA YAMA, ANUNGGA AKEN IDEPTA,
AYUWA BIYEPARA:
Om idepku sang brahmana lare, kesidianku brahma wisnu, rat
nara siwa ring solahku, Sang Hyang licin Sang Hyang ruci Sang
Hyang tunggal ring idepku, siapa wani maring aku, ring
pekaranganku hengkenanku, gegendugentawang ibantawang
pada nembah ring aku. leyak lanang desti wadon teka nembah
ring aku, sakuwehing satru musuhku teka pada nembah ring aku,
sami pada bakti nembah ring aku, adasa bale agung mider pada
nembah bakti ring aku, pada wedi ngeb lawan pekaranganku, teka
ngeb dungkul rep awak seriranku, apan aku angerangsuk Sang
Hyang Brahmana lare putus, pangebaktiyaning satru musuhku
kabeh, pebaktiyanning leyak desti, Om Ang bang om bang Om
Ang Ah, Ang Ung Mang , Jeng

158

18. SANG HYANG SIWER MAS: MAS SELAKA


RINAJAHAN SARINNIA
Wah Wih Wuh sekarku mesekar Hyang Hyang Hyang
Sang Hyang Siwer Mas Kalung jiwan kune, mas limat
sampet jiwan kune
rep rep rep sakuwehmu wisesa, raket reket riket, raket
reket riket, swaha,
Om Ung sikep tekep tangkeb ikang rat kabeh, aku
Sang Hyang Siwer Mas, anglunglang jagat kabeh, leyak
desti peneluhan teka rep sirep sirep sirep, perabu
peraja sirep, mur-wah perabu peraja sirep, mur-wah
perabu peraja sirep murwah suwagiyam.

159

19. SANG HYANG SIGAR BUWANA


Om sigar buana belah akasa, asat segara danu rebah
gunung, bungbang surya candra wintang terang gana,
muang gandarwa pisaca buta kala,
Aku Sang Hyang Siwa Sunia eka Buana, bentar akasa
lawan peretiwi, jumeneng gunung muang samudra
kolek, rapet surya candra wintang, jenek ikang desa
gandarwa buta pisaca, kewawa ketukup dening
kesaktiyanku, asing deleng kurep bungeng teka rep,
bedil tulup tumbak sarwa mangap teka punah, tan
waniyeng tan waniyeng aku, werurang weruh aku
ringmu himas, turang jaya, muhapi himas soring tayam
muhobat, himas kutelmu mimisweruh aku ring ko, yam
yam yam
160

20. KASA PUTIH SURAT ANGGE SABUK: SANG HYANG AJI KEREKET
Hih Hih Hih sira aji kereket, turun sira ring jawa ring bali,
sambirnia mangke tan kehungkulan dening wong manusa,
kari mula-mula aku sakti, aiapa waniya ngeroreng aku,
seluiraning kedadiyan tan kasor den nia, widiya dara widiya dari teka
kasor, tan waniya mengeleh lawan aji kereket,
pengempunku Sang Hyang Candi Geringsing, penginebanku Sang Hyang
Guru Reka, Sang Hyang Guru Rero, pengemitku Sang Hyang
Andebuwana, penukupku Sang Hyang Basukih, Sang Hyang Rediya
manungkemin sira, sang Nage Petak kesidian nira, siwapa wani ring Sang
Hyang Aji Kereket, leyak puith leyak bang leyak pita leyak ireng, , leyak
desti mancewarna teka punah teka dungkul teka nembah ring aku, ikebo
pemale, leyak pemokpokan teka punah tekan nembah ring aku, dewa
dewata teka nembah yeko ring Sang Hyang Aji Kereket, kesumbang den
nira Aji Kereket, yan ana ancuculin Aji Kereket, teka bungkus, teka
bungkus teka bungkus, yan ana ala paksane ring pekaranganku, tauwasa
den nia apanaku Aji Kereket, sakti tan pehingan, sekeluwiring wong
anyorah, amandung angawe ala, tak kuwasa lumakuwa, teka pejah, apan
aku Aji Kerekt kadi geni rudra murti, murub ring pekaranganku pomo,
pomo pomo.
161

21. PENGERAKSA PENGARANGAN SANG HYANG AJI


KEREKET
Om idepku Sang Hyang Aji Kereket, metu ring
pekaranganku, geni mebara murub Sang Aji Kereket,
atep ring akasa atep ring sapta petala yan ana wong
angeleyak anesti, mengelayang duhur umahkune,
angeliwer ring pekarangankune, tan kuwasa lumakuwa
teka rumpuh, teka punah teka dungkulpejah, kegulung
dening Aji Kereket, sehananing leyak desti ring jawa
bali, tan katon ko dening leyak ke kabeh, ayuwa mawas
mengeliwer ring pekaranganku, yan sira al paksane,
angeliwer duhur umahkune, keberekes kehimpus den
nira Sang Hyang Aji Kereket, melujug ring
pekarangankune. pomo pomo pomo.
162

22. UTAMA DAHAT, PENUNGGALAN RING AWAKTA, SARINING WONGKARA


MURTI: SAKELUWIRING GAWE IDEPTA TEKA SIDA DENIA, PAHES OLES PING
TIGA RING LELATA, UNCARAKEN MANTRA IKI:
Om idepku Sang Hyang Ongkara Murti Sakti, Pengawakku Sang Hyang Siwa
Nirbana Sunia, alungguh aku ring biyuh mantara, sunia, ring awaksariranku Sang
Hyang Gana, dewa betara rumusuk ring awakku, Sang Hyang Nawaruci ring
tungtungingromanku, Sang Hyang Surya Candra ring netra kiwa tengenku,
Sang Hyang Cintiya ring mukanku, Sang Hyang Nilekanta ring canteling lidahku,
Sang Hyang Siwa ring siwadwaranku, Sang Hyang Durga ring dadanku, Sang
Hyang Brahma Wisnu ring bawu kiwa tengenku, Sang Hyang Bagawati ring
durudku, ring irung kiwa tengenku Sang Hyang Berawi, Betara Kala Sakti ring
pastanku, ibuta seriyut ibuta umulu ring pupu kiwa tengenku, I Buta Sahasera ring
telapakanku kabeh, aku saktitan kehungkulan, asing tumuwuh asing mebayu,
asing mesabda asing mehidep pegawenku, sarwa jagat raya rat bumi pegawenku
kabeh, kesangga den Sang Hyang Pretiwi, sesoring akasa luhuring pertiwi dewa
buta kala manusa buta pisaca teka pada nembah bakti ring seriranku, sarwa dewa
betara muang manusa teka asih ring aku, I Kala Dengen I Durga SiwaSang Raja
Kala Leyak, Gegendu gentawang I Buta Sahasera teka bakti nembah teka dungkul,
gering tetumpur upas cetik acepacepan, merana akoti bara teka nimpas teka punah
teka matemahan merta.
Om Hyang Kara Diwang wiryam maduwistam, siwa sedana siwatmakam,
Giripati loka natam rudera murti kala mertam, durgaya durga basmitam, kalaya
kala wiciteram, bicara becari citam, sarwa satru curnam, kala mertiyu tata keroda,
butaya buta wimahe, sarwa roga winasanam, sarwa roga wigena suwastam, sarwa
sateru winasanam.
Om Ang Ung Mang Om Ang Ah Ang Ung Mang sidi rastu swaha.
163

23. SANG HYANG AJI KUMANDANG AGUNG: KEPELAKAN GTANGKAHE/ DADANE PING TIGA, UNCARANG MANTRA IKI:
Om idepku Sang Hayng Aji Kumandang Agung, sedeng
angerangsuk busana, anguncar ake kesidian kesaktiyannia, tan
katon dening lampahku, aku angaji limunan, angawetu-aken
perewesaning jadma manusa, siapa wani ring aku, sehananing
durjana dursila teka dungkul punah, Aku Sang Hyang Aji
Kumandang Agung, suwaranku kadi kilap, ring arepku gelap
seyuta, ring ungkurku sang detiya denawa, ring luhurku tatit
angerebiyak, sanjatanku sangjata nawasanga, sing teka satru
musuhku, teka dungkul teka gegeng teka leleh, sehananing wong
angerusit desti leyak peneluhan teka peja peremangke,
sakuwehing jadma manusa lanang wadon teka asih welas aih
gumasih teresna sih ring awak seriranku, tan waniya ring masing
aku, teka wedi ngeb, teka wedi ngeb, teka wedi ngeb, teka
metakep atine wong manusa kebh, angerungu sabda suwaranku,
teka ngebsirep, teka ngeb sirep teka ngeb sirep, kedep sidi mandi
puh manteranku.
164

24. Raris ngemargiyang tapa berata pinaka dasar yoga


semadi sesidan sidanta tur saking peranayam.
25 Yaning ngelesuang yoga iti mantrannia:
Om asatoma sadgamaya, ta-masoma jiyotir gamaya,
nitiyorma ameritam gamaya, loka samastah
sukinobawantu
26. PENUTUP PERAMA SANTI
Om tatsat serinaru yenatu, puruso ta megurusca,
sida siwa budasca, sekanda winayaka sewita
pawakasca brahma masiya yehuwa saktisca, ishupita
perabu rudera winusca, rahi matosca, wasudewa
wisuwa rupasca, cinda nanda arisca, aduwitiya akala
nirbaya, atma lingga siwasca Om
165

Anda mungkin juga menyukai