Resume Pembayaran Dari PT. Maruta Bumi Prima (PT.

MBP)
Kepada PT. Semarak Lestari Mulia (PT. SLM) Untuk Proyek
Pengurukan Tanah, Jembatan Sementara, dan Pagar PreCast di Tambun.

Referensi Lampiran 1:
A. Jumlah pembayaran tanpa berita acara
45.441.498.730

Rp

B. Jumlah pembayaran dengan berita acara

Rp 14.901.701.270
C. Jumlah pembayaran A + B
60.343.200.000

Rp

D. Nilai kontrak PT. SLM

15.350.000.000

Rp

E. Dengan asumsi bahwa pembayaran dengan berita acara adalah

yang langsung ke PT. SLM, maka pembayaran ke PT. SLM masih
kurang senilai Rp 15.350.000.000 - Rp 14.901.701.270 = Rp
448.298.730 (dengan catatan pekerjaan belum diselesaikan oleh
PT. SLM)
F. Pekerjaan PT. SLM yang belum selesai kemudian dikerjakan oleh CV.
Sengon Jaya Perkasa (CV. SJP) yaitu pengurukan dan pemadatan tanah
dibayar langsung oleh PT. MBP dari tanggal 21.04.2014 s/d 08.05.2014
dengan rincian referensi lampiran 2:
1. Jumlah tagihan
1.191.675.000

Rp

2. Jumlah pembayaran
1.153.050.000

Rp

3. Kekurangan pembayaran
38.625.000

Rp

(Sudah dilunasi dengan No. Cek AAH 351318)

G. Dengan demikian PT. MBP sudah kelebihan pembayaran kepada
PT. SLM senilai:

Rp 1.191.675.000 - Rp 448.298.730 = Rp743.376.270 dengan

catatan pekerjaan pengurukan dan pemadatan tanah belum selesai
sampai dengan level yang ditawarkan oleh PT. MBP yaitu 0.80 m di atas
jalan beton depan lokasi atau level bagian bawah sloop pagar beton.
Pengurukan masih kurang 0.35 m lagi dengan volume tanah padat sebesar
0.35 m x 35.000 m2 = 12.250.000 m3 senilai 12.250.000 m3 x Rp 90.000
/ m3 = Rp 1.102.500.000 yang merupakan kerugian bagi PT. MBP yang
seharusnya
dikembalikan
oleh
PT.
SLM
kepada
PT.
MBP.
Jadi tidak benar PT. MBP belum melunasi kewajiban pembayaran
kepada PT. SLM
H. Beberapa catatan
1. Ada bagian pekerjaan pengurukan oleh PT. SLM yang perkontrak dengan
tanah merah diuruk dengan tanah hitam dengan cara pelaksanaan yang
tidak memenuhi syarat teknis (tidak digelar tipis, dijemur kering, dicampur
tanah merah, baru dipadatkan) bahkan dicampur dengan bongkahanbongkahan dan batu-batu ex-bangunan.
2. Pemadatan lapisan akhir setinggi 0.90 m yang seharusnya dipadatkan
per lapis 0.30 m sesuai spesifikasi tidak dilakukan dengan baik.
3. Pekerjaan sloop beton bertulang untuk pagar seharusnya ukuran 0.20 m
x 0.40 m realisasinya hanya 0.20 m x 0.25 m. Untuk ini seharusnya ada
pengurangan biaya sebesar (0.40 m - 0.25 m) / 0.40 m x 810 m x
Rp 194.400 = Rp 59.049.000
I. Total kelebihan pembayaran PT. MBP kepada PT. SLM / CV. SJP
sebesar
Rp
743.376.270
+
Rp 1.102.500.000 + Rp 59.049.000 = Rp 1.904.925.270 (satu milyar
sembilan ratus empat juta sembilan ratus dua puluh lima ribu dua ratus
tujuh puluh rupiah)
J. Analisa:
1. Berdasarkan kontrol topografi diperoleh data rata-rata level tanah asli
sekeliling luar pagar = 0.80 m + 1.347 m = 2.147 m dari level bawah
sloop beton pagar keliling.
2. Pengurukan sampai level 0.80 m di atas jalan beton depan lokasi =
level bawah sloop pagar beton, volume tanah uruk padat = 2.147 m x
35.000 m2 = 75.147 m3 tanah padat.
Volume pengurukan tanah yang ditawarkan PT. SLM sampai level tersebut
sebesar 97.998 m3 tanah padat (lebih kurang 1.3 x 75.147 m3)
3. Dengan demikian tak ada alasan / tidak benar jika PT. SLM sudah
memenuhi jumlah volume pengurukan tanah padat, padahal keadaan
lapangan masih belum mencapai level yang seharusnya, sehingga PT. SLM
tetap memiliki kewajiban untuk memenuhi urukan sampai level yang
2

ditentukan dalam penawaran yaitu 0.80 m di atas jalan beton depan lokasi
tanpa biaya tambah.
4. Pada kenyataannya kontrol pekerjaan di lapangan kurang profesional.
1. Kontrol volume tanah hanya didasarkan pada jumlah truk dengan
volume tanah yang relatif tidak tetap, kemungkinan data pengiriman
fiktif dan lain-lain.
2. Pemadatan tanah tidak memenuhi spesifikasi teknis.
3. Tidak ada tim surveyor / topografi dan laboratorium pengetesan
tanah di lapangan.
4. Pengawasan teknis di lapangan minim.
5. Posisi level tanah terakhir lebih kurang 0.35 m di bawah level
bawah sloop beton pagar.

Jakarta, 27 Juli 2016

Wiradat Haryowijoyo