Opera pertama kali dipertunjukkan pada akhir abad ke-16, di Italia. Sebuah organisasi yang
disebut Camerata, adalah pencetus ide seni pertunjukkan opera. Jacopo Peri, seorang komposer dari
Italia, merupakan penulis opera pertama yang berjudul Dafne. Sejak itu, opera mulai dikenal
dikalangan umum.
Pada esai kali ini, opera yang akan dibahas berjudul Turandot, sebuah karya dari Giacomo
Puccini, dengan Giuseppe Adami dan Renato Simoni sebagai libretto. Ciri utama pada opera adalah
keseluruhan dialog diucapkan dengan nyanyian, baik itu diiringi oleh chorus, atau hanya dinyanyikan
oleh seorang soloist (monody). Teknik nyanyian yang digunakan memiliki ciri khas penyanyi klasik,
yaitu memiliki range vocal yang tinggi, dinamika yang bervariasi, dan vibrato. Selain itu, opera
memiliki skala yang besar, baik itu jumlah pemain, chorus, musisi, dan dimensi ruangan. Kemudian,
opera memiliki perubahan tata panggung yang dinamis, terutama pada bagian skene yang dapat di
geser keluar / masuk, pada saat terjadi perubahan latar tempat saat pertunjukkan terjadi. Opera
juga mengangkat tema yang serius. Kemudian bahasa yang digunakan selama pertunjukkan berasal
dari negara-negara tertentu, seperti Italia, Jerman, atau Perancis (pada Turandot menggunakan
bahasa Italia).
Operette (operetta) yang akan dibahas berjudul The Mikado, karya dari W.S Gilbert dan Sir
Arthur Sullivan. Lain halnya dengan opera, operette memiliki dialog yang tidak dibawakan dengan
cara nyanyian, melainkan percakapan sehari-hari. Namun, operette juga tak lepas dari nyanyian yang
berisikan dialog. Teknik vokal yang digunakan hampir sama dengan opera, namun memiliki tingkat
kesulitan yang lebih ringan, karena diselingi oleh percakapan. Sedangkan untuk skala pertunjukan,
operette memiliki skala yang lebih kecil daripada opera. Tema yang dibawakan juga cenderung lebih
ringan dibandingkan opera. Umumnya, tema yang dibawakan mengandung unsur-unsur humor
ringan yang membuat suasana pertunjukan terasa lebih ringan dibandingkan pertunjukan opera.
Tata panggung pada operette lebih simpel dibandingkan opera. Perubahan latar tempat terjadi pada
saat keadaan blackout. Bahasa yang digunakan biasanya disesuaikan dengan bahasa setempat (lokal)
dimana pertunjukkan berlangsung.
Musikal yang akan dibahas berjudul Grease, karya dari Jim Jacobs dan Warren Casey. Pada
musikal, dialog percakapan sehari-hari lebih dominan dibandingkan nyanyian. Selain itu, teknik
nyanyian sudah tidak menggunakan teknik klasik, melainkan pop, dimana menyesuaikan dengan
musik yang digunakan. Tema yang dibawakan juga lebih ringan dibandingkan opera. Tata cahaya
pada musikal dapat juga berperan sebagai pembagian latar tempat. Misalnya, ketika bagian kiri
panggung mengalami light off, maka bagian kanan yang akan melakukan adegan. Dan begitu juga
sebaliknya. Hal ini sangat terlihat karena pada bagian (area) yang lampunya dimatikan, maka pemain
akan freeze (tidak bergerak sama sekali) sehingga penonton dapat fokus ke area lampu yang
menyala. Skala musikal lebih kecil dibandingkan dengan opera. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
musikal merupakan bentuk yang lebih simpel dibandingkan opera dan operette.
Dari esai di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan opera, operette, dan musikal
tidak terlepas dari sejarah perkembangan teater Yunani dan Roma. Pada teater Yunani, tema yang
diangkat cenderung serius, menggunakan chorus, dan tema berasal dari cerita-cerita bersejarah.
Sedangkan teater Roma lebih mengutamakan hiburan yang disajikan. Berikut ini merupakan
ringkasan dalam bentuk tabel perkembangan dari opera, operette, dan musikal.
Sumber:
1. http://www.historyworld.net/wrldhis/PlainTextHistories.asp?historyid=ab36
2. Gambar musikal Grease: Union High School, Camas, Washington, May 21st 2011.
3. Gambar opera Turandot: Turandot, live production at Beijings Forbidden City, directed by Zhang
Yimous, 1998.
4. Gambar operette The Mikado: Houston Grand Opera & Los Angeles Music Center Opera, film
directed by Andy Morahan, Altive Media.