29 Agustus 2016
Eropa
Meistersinger
Pada abad ke-15 masehi, di daerah perkotaan Jerman, terbentuk
perkumpulan penulis dan penyanyi, yang di kenal dengan istilah Minnesingers.
Minne, dalam bahasa Jerman berarti Cinta. Sehingga, topik yang di ambil dari
tema percintaan yang di ubah menjadi lagu atau puisi. Anggota mereka sebagian
besar berasal dari pedagang dan pengerajin.
Filosofi diadakannya perkumpulan ini berasal dari Gregorian Chant, yang
berasal dari Roma pada abad ke-6 masehi. Sehingga, produk dari perkumpulan
ini sering digunakan sebagai pelayanan di gereja. Selain itu, Meistersinger juga
sering mengadakan kompetisi menyanyi di gereja. Tokoh yang populer pada saat
itu ialah Hans Sachs. Ia adalah seorang pengerajin sepatu, yang berasal dari
Nuremberg, Jerman. Karyanya melebihi dari 4000 lagu dan puisinya menjadi
hits pada masa itu.
29 Agustus 2016
Nusantara
Wayang Kulit
Pada tahun 1500 masehi, wilayah Nusantara dikuasai oleh kerajaan
Majapahit. Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Nusantara.
Pada saat itu, daerah kekuasaan Majapahit sangat luas, hampir meliputi seluruh
Asia Tenggara. Tak dapat dipungkiri, Majapahit memiliki peranan besar dalam
budaya dan tradisi Nusantara. Salah satu budayanya ialah wayang kulit.
Perkembangan wayang kulit di Nusantara cukup pesat. Wayang kulit yang
mulanya berasal dari tanah Jawa, disebarkan oleh pasukan Majapahit hingga ke
daerah Kalimantan, dengan cara memasukan dalang wayang dipasukan
tersebut. Pada saat itu, wayang kulit dibuat menggunakan kulit dan tulang
kerbau ataupun sapi yang dikeringkan.
Tujuan dari pementasan wayang kulit ialah untuk menyebarkan agama
Hindu ke masyarakat. Filosofi dari cerita wayang itu sendiri berasal dari epos
Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India. Namun, terdapat
penambahan karkater, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, yang berasal
dari tanah Jawa. Pertunjukan wayang kulit biasanya berada di tanah lapang, yang
dipandu oleh seorang dalang. Kepiawaian seorang dalang dapat dilihat dari
bagaimana ia memainkan wayangnya dan melantunkan narasi dengan
penekanan-penekanan sebagai karakteristik dari wayang kulit. Tata panggung
yang digunakan cukup sederhana, yakni penerangan dari lampu minyak tanah
(blencong), karakter wayang kulit, batang pisang (gedebog) sebagai tempat
menancapkan karakter wayang, layar lebar (kelir), alat untuk memandu jalannya
pementasan yang umumnya dipukulkan ke kothak (cempala), dan tempat
penyimpanan karakter wayang oleh dhalanag (khotak).
29 Agustus 2016