Anda di halaman 1dari 8

Ande Ande Lumut

Sosok lelaki sedang duduk melamun


Panji Asmarabangun

: "Sampai kapan aku harus menyamar sebagai Ande-Ande Lumut.


Bertahun-tahun kutinggalkan Jenggala untuk mengembara, hingga aku
sampai di Desa Dadapan ini. Namun, hingga saat ini belum juga aku
temukan Dewi Sekartaji, putri cantik dari Kediri. Oh Dewi Dewi
Sekartaji, Sungguh nama yang indah. Bagaikan bunga yang wanginya
tiada sirna. Bahkan kecantikan parasnya tak tertandingi oleh Dewi Gita,
Dewi Sandra, atau Sandra Dewi sekalipun. Semoga sebuah sayembara
nantinya bisa menemukannya dan bisa mempersatukan Jenggala dan
Kediri.

Di tempat lain, terdapat Dewi Sekartaji yang sedang melamun juga.


Dewi Sekartaji

: "Sudah dua purnama aku tinggalkan Kediri. Di sini aku hanya seorang diri.
Siapa yang tahu aku sebagai Dewi Sekartaji. Aku bagaikan kembang yang
layu dan tak mungkin bersemi lagi, kecuali ada setetes air yang
menyegarkan perasaan ini. semoga yang membawa setetes air itu adalah
Kakang Panji Asmarabangun, semoga ada peristiwa yang membuat kita
bersatu.

Mami Para Klenting sedang duduk di teras halaman dan sedang memikirkan kecantikan anak-anaknya
Mami

: "Bangganya diri Mami ini, mempunyai putri-putri yang cantik-cantik, ya


iyalah pasti cantik, Maminya saja cantik, makanya anak-anakku cantikcantik (dengan nada sombong) Lelaki mana yang tak tergoda melihat
kecantikkan anak-anakku.

Di sebuah taman Klenting Merah, Klenting Hijau, dan Klenting Biru sedang berjalan.
Klenting Merah
Klenting Hijau
Klenting Biru
Klenting Merah
Klenting Hijau
Klenting Biru
Klenting Merah
Klenting Hijau
Klenting Merah
Klenting Biru
Klenting Merah

: "Haaaaaaaa, hari ini kok udara panas sekali! Tidak ada angin sama sekali!!"
: "Iya nih, hari ini matahari serasa di atas kepala kita, panas banget."
: "Kalian ini kenapa sih? Ingat! Kita semua tidak akan berkurang
kecantikkannya! Kita sudah ditakdirkan untuk lahir dengan kesempurnaan
paras yang cantik ini."
: "Kalau itu aku paham, kita kan perempuan tercantik. Betul kan?
: "Benar sekali, tak ada yang menendingi kecantikkan kita."
: "Makanya, kenapa kita takut luntur hanya karena matahari? Jangankan
matahari, hujan badai sekalipun kita tak akan luntur."
: "Tapi jangan salah, di antara kalian semua tetap aku yang paling cantik!
Kan aku adalah kakak dari kalian semua! pastinya aku yang paling cantik."
: "Oh tidak bisa. Tentunya aku yang paling anggun. Warna hijau itu sejuk
dipandang mata, menunjukkan kesegaran, keindahan, kebaikan,
kepandaian, pintar, pandai, tidak sombong, dan rajin menabung."
: "Hei! Aku ini anak pertama,,,pastinya aku cetakan pertama! Kamu kan anak
kedua, kecantikanmu itu sudah KW 2 alias kualitas kedua, sudah bukan
original lagi!"
: "Sudah-sudah, mengapa kita ribut sendiri? Kita semua cantik, tak ada yang
buruk rupa."
: "Oh tidak bisa!"

Klenting-klenting tiba di dekat di rumah. Masuk ke rumah


Dan di dalam rumah, Mami ada di dalam.
Mami
: "Kemana anak-anakku ini, dari tadi pagi sampai sore. Belum ada yang
pulang. Ah tak masalah yang penting biar semua desa ini bisa tahu bahwa
anak-anakku cantik, biar saja mereka keluyuran tebar pesona."
Kemudian datanglah mereka semua dengan masih berdebat masalah siapa yang paling cantik
Mami
: "Hei, hei, hei. Ada apa ini ribut-ribut?"
Klenting Merah
: "Ini, Mbok. Si Hijau merasa paling cantik daripada aku. Lihat dong, Mi
siapa yang cantik?"
Klenting Hijau
: "Ya pasti akulah, Mi. Lihat aja tuh si Merah, sudah pedas membuat suasana
gerah dan panas lagi. "
Klenting Biru
: "Sudah! Sudahlah daripada kalian ribut siapa yang paling cantik, mendingan
aku saja yang paling cantik di antara kalian?"
Klenting Biru
: "Enak saja kamu, Biru. Kamu itu adik paling kecil, jadi ya diam saja!
Mami
: Sudah anak-anakku. Kalian adalah anak Mami yang paling cantik-cantik.
Anak Mami tak ada yang jelek.
Semua Klenting
: "Iya, Mi. Maaf."
Tak berapa lama kemudian dari arah depan pintu terdengar suara langkah kaki mendekati rumah
klenting. Klenting kuning namanya. Kecantikannya melebihi klenting yang lain. Tapi parasnya saat
itu masih terlihat lusuh.
Klenting Kuning
: "Assalamualaikum. Permisi. Spada!"
Klenting-klenting berbalik arah menuju klenting kuning. Klenting merah mendekati klenting kuning.
Klenting Merah
: Ada apa? Siapa kamu berani-beraninya datang ke sini slunang-slunung?
Sudah lusuh, kumal lagi (iri terhadap kecantikkan Klenting Kuning
Klenting Kuning
: Ma.. Maaf,aku ini pengembara. Aku tidak punya rumah. Aku tidak
punya orang tua. Kalau boleh, aku mohon ijin untuk tinggal bersamakalian.
Klenting Merah
: Apa? Mau numpang? Heloo..Emang siapa loh? Keluarga saja
bukan.Tidak! sudah ndak ada tempat. Kamu ini tak sederajat dengan kami
Klenting Kuning
: Aku mohon, aku mau kok disuruh apa saja aku bisa kok nyuci, nyapu,
masak, pokoknya semua pekerjaan rumah biar aku saja yang
menyelesaikan
Klenting Hijau
: Halah, sudahlah! Ndak usah pamer. Trus apa kita harus bilang WOW gitu?
Sudah sana pergi! Lama-lama enek juga lihat kamu!
Tetapi kleting kuning tetap memaksa sampai terjadi keributan. Si mbok datang dari arah dalam.
Mami
: Anak-anakkuada apa toh ini, kedengarannya ribut-ribut! ada
apa?(Kemudian Mami menghampiri Klenting Kuning) Lho siapa ini?
Cantik sekali kamu? Eh.. hmm..ih kamu buruk rupa. (Mami secara tak
sadar mengakui kecantikan Klenting Kuning, tapi Mami cepat-cepat
merubah pengakuannya)
Klenting Kuning
: Madam saya ini seorang pengembara saya tidak punya orang tua,
tidak punya rumah, tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa. Saya
hidup sebatang kara, jadi tolonglah Madam, saya ingin menjadi bagian
keluarga sini
Mami
: Terus kok bisa kamu sampai ke sini.. asalmu dari mana?
Klenting Merah
: Alaahsudahlah Mi! Tidak ada gunanya menanggapi dia.
Klenting Hijau
: Iya lagian rumah kita kan sudah penuh dengan wanita,Mi, kamarnya sudah
pas.
Mami
: Sudah-sudah, jangan ribut! Mami tambah bingung nih. (menunju ke arah
Klenting Kuning) Hey Cah Ayu eh Cah Jelek Mami ijinkan kamu tinggal

Klenting Kuning
Mami
Klenting Kuning
Mami
Klenting Kuning

di sini .Tapi kamu harus bantu-bantu disini ya? Alias jadi pembantu di sini
dan kamu tak akan dibayar. Kamu kan sudah kami tampung di sini, setuju?
: Wuah! Terima kasih, terima kasih Madam! (sambil mencium tangan Mami
berkali-kali dan klenting yang lain merasa risih)
: Iyaiyaiyaeh, ihh tapi siapa namamu?
: Saya tidak tahu! Orang-orang memanggilku dengan banyak nama..
: Ya sudah, karena pakaianmu kuning-kuning jadi kamu kuberi nama
Klenting Kuning. Oke sekarang kamu panggil saya Mami saja ya.
: Oke, Mi

Para kleting yang lain merasa sewot, tetapi kleting kuning merasa gembira.
Mami
: Nah kamu sekarang bantu saudara-saudara tirimu itu!.Ayo sana!
Klenting Kuning
: Baik Mami.
ADEGAN II
Kleting kuning sedang menyapu.
Klenting Kuning
: Ini rumah banyak penghuninya dan wanita semua, tapi kotornya minta
ampun. Apa tidak risih ya, tapi aku bersyukur sudah mendapat keluarga
baru. Meski kadang mereka juga membenciku. Tapi tidak apa-apa, asal aku
bisa memulai hidup dengan keluarga baru. Bagaimana juga mereka tetap
orangtua dan saudara-saudaraku.
Para Klenting menghampiri Klenting Kuning dan melempar-lemparkan kertas.
Klenting Merah
: Hei, lihat pembantu kita rajin benar. Kerja yang bagus klenting kumal.
Klenting Kuning
: Iya,iya, terima kasih. Tapi maaf ini baru saja aku bersihkan, jangan
dikotori lagi dong(ungkap klenting kuning dengan jengkel)
Klenting Merah
: Apa? Tidak terima ya. Ini kan rumah kita. Terserah lah kita mau buang
buang kertas. Itu kan tugasmu sebagai PEM-BAN-TU!
Klenting Kuning
: Iya..tapi kan(dipotong bicaranya oleh Kleting Merah)
Klenting Merah
: Haaaahhh.. sudah tidak usah mengeluh. Pokoknya kamu yang harus
membersihkan (sambil memberantakkan sampah-sampah lagi)
Para klenting pergi meninggalkan klenting kuning. Klenting kuning meneruskan menyapunya.
Kemudian Mami berteriak sambil membawa sebuah kertas.
Mami
: Wuah! Ini baru kabar gembira! Anak-anakku! Klenting MerahKlenting
HijauKlenting Biru! Ayo semuanya kesini!
K. Merah, Hijau,Biru : Ada apa Mi?
Mami
: Dengar anak-anakku semua! Baru saja Mami menemukan selebaran dari di
jalan bahwa ada pemuda bernama Si Ande-Ande Lumut yang gagah
perkasa dari Desa Dadapan yang di seberang sungai sedang mencari istri.
Syaratnya harus cantik, baik, sopan, dan harus membawa.... (tiba-tiba
dipotong oleh klenting merah)
Klenting Hijau
: (memotong pembicaraan) Sudahlah,Mi. Kita sudah tahu. Pastilah dengan
kecantikan kita bisa dipilih.
Semua klenting nampak sangat gembira, mereka mulai bersiap-siap diri diiringi si Mami sambil
ngerumpi untuk membicarakan persiapan mereka
Klenting Kuning
: (Sambil menyapu dan raut muka sedih menatap saudara-saudarnya)
Si Mami bersama klenting-klenting sudah siap dengan riasan dan baju yang bagus-bagus sambil
saling mengomentari penapilan mereka
Klenting Merah
: Lihat gaunku ini, pasti Ande-Ande Lumut akan memilihku.
Klenting Hijau
: Oh ya tidak bisa, jelas aku yang paling menjadi pilihan utama. Kamu itu
terlalu tua tidak mungkin dipilih sama jejaka muda.

Mami
Semua klenting
Mami

Klenting Hijau
Mami

: Halah.. sudah-sudah.. kalian semua cantik-cantik. Siapa pun yang nantinya


terpilih kalian harus menerimanya karena dia nanti juga akan menjadi
menantu Mami juga. Ayo cepet berangkat.
: Mi, kami berangkat dulu ya (sambil mencium tangan Mami)
: Ingat kalian ini sudah cantik-cantik harus bisa jaga diri di jalan. Ini bekal
kalian jangan sampai ketinggalan (Mami memberikan bekal kepada anak
anaknya) dan nanti tolong diserahkan ke. (kembali perkataan si mbok
dipotong oleh Klenting Hijau)
: Iya..iya mbok tenang saja lah. Ayo kita berangkat (langsung mengajak
saudara-saudaranya pergi)
: (melambaikan tangan hendak memanggil anak-anaknya, tetapi sudah
keburu jauh) Lho tunggutunggu padahal aku belum selesai
bicara. Oalahalah kok ya keburu pergi.

Klenting kuning tetap melanjutkan menyapu dan sesekali memandang Mami dan saudarasaudaranya pergi. Sebenarnya ada keinginannya juga untuk ikut sayembara itu.
Klenting Kuning
: Selembaran apa ini? Apakah ini selembaran tentang sayembara Ande-Ande
Lumut? Sebaiknya aku baca dulu.
Setelah Klenting Kuning membaca selembaran itu, ternyata benar selembaran itu merupakan
selembaran tentang sayembara Ande-Ande Lumut. Dalam sayembara itu tertulis bahwa bagi gadis
yang ingin mengikuti sayembara harus membawa sehelai kain dan biji cabai karena Ande-Ande
Lumut membutuhkan ini. Klenting Kuning pun bersiap-siap untuk mengikuti sayembara itu.
Adegan III
Yuyu kangkang menunggu penumpang, diiringi suara gemericik air sungai.
Yuyu Kangkang
: Aduh..aduh.. sejak dibangun Jembatan Suramadu penghasilanku menjadi
berkurang. Jarang sekali ada orang yang menyeberang. Makan apa kalau
penghasilan terus menurun.
Kemudian Yuyu Kangkang terkejut karena dari kejauhan terlihat beberapa orang dengan pakaian
warna-warni.
Yuyu Kangkang
: Wah..wah.. siapa ya gadis-gadis ini? mereka kok seperti pelangi saja.
Sepertinya mau menyeberang. Wah lumayan akhirnya dapat rejeki juga.
Beberapa saat kemudian para kleting tiba di pinggir sungai. Dan terkejut ketika melihat yuyu
kangkang.
Yuyu Kangkang
: Ehem... embak-embak, nona-nona, cewek-cewek, mau kemana nih kok
cantik-cantik. Mau nyebrang ya?
Klenting Merah
: Ih.. genit sekali sih. Siapa kamu? Kalau jalan miring-miring, tangan capit
semua. Awas ya kalau dekat-dekat. Iya kami mau nyeberang ke Desa
Dadapan. Memangnya ada apa? Apa ada tukang perahu di sini?
Yuyu Kangkang
: Wah, wah, kebetulan sekali. Akulah tukang perahu itu aku yang
akan menyeberangkan kalian.
Klenting Hijau
: Oh kamu. Baiklah sekarang kami akan naik perahumu.. mana perahumu?
Yuyu Kangkang
: Hahaha. Mau nyebrang begitu saja? Oh ya tidak bisa. Harus ada
bayarannya.
Klenting Biru
: Berapa bayarannya? Katakan! 500 perak?
Yuyu Kangkang
: Apa 500 perak? Kamu pikir mau beli cilok apa... menyebrang sungai
denga harga segitu. Pokoknya aku minta satu orang sekitar Rp500.000.
Gimana?
Semua kleting
: Apa? lima ratus ribu? Mahal banget.

Yuyu Kangkang
Klenting Merah

Yuyu Kangkang
Klenting Biru
Klenting Hijau
Yuyu Kangkang

: Kalau tidak mau ya sudah, silakan saja nyemplung dan berenang sendiri
biar jadi santapan keong racun, tokek belang, dan buaya darat...eh buaya
sungai.
: Jangan dong. Kita kan sudah dandan cantik begini masa harus nyemplung
sungai. Sudah kotor, bau, banyak limbah. Ihhh tidak mau ah. Kami kan
tidak bawa uang, hanya bawa bekal dari Mami kami. Ayolah, bisa ya. Kali
ini gratis saja yuyu cakep. Kamu kan ganteng, baik hati, dan penolong
: Ah, aku tidak butuh gombalanmu. Aku hanya butuh uang. Percuma saja,
cantik-cantik tapi miskin juga. Kalau begitu serahkan saja bekal-bekalmu
itu sebagai gantinya uang.
: Tapi Yuyu, inikan bekal kami menuju Desa Dadapan tidak mungkin kami
serahkan.
: Ah, sudahlah Klenting Biru, buat apa juga kita bawa bekal ini. Kita
kasihkan saja. Kita tidak perlu repot-repot bawa bekal. Dengan kecantikan
kita sudah cukup sebagai bekal untuk menaklukkan Ande-Ande Lumut.
: Ah sudahlah tidak usah banyak bicara. Cepat serahkan bekal-bekalmu ayo
sini!

Ketiga klenting-klenting itu akhirnya sepakat menyerahkan bekal yang dibawanya kepada
Yuyu Kangkang. Akhirnya mereka bisa dibawa oleh Yuyu Kangkang menyeberang dengan
mengaitkan selendang ke klenting-klenting. Tak berselang lama sampailah Klenting Kuning di tepi
sungai dan bertemu Yuyu Kangkang.
Yuyu Kangkang
: Aduh siapa lagi ini. Sepertinya kamu mau menyeberang. Kamu tidak
begitu cantik. Wajahmu lusuh, pakaianmu kumal. Apa kamu punya uang,
Neng?
Klenting Kuning
: Uang? Untuk apa?
Yuyu Kangkang: Untuk apa? Halah ndak usah berlagak bodoh. Aku ini tukang perahu.
Sepertinya kamu seperti wanita-wanita pelangi tadi. Sama-sama mau ke
Desa Dadapan dan sama-sama tidak punya uang. Iya kan? Sekarang
serahkan saja bekal yang kamu bawa!
Klenting Kuning
: Iya. Saya mau ke Desa Dadapan. Saya juga tidak punya uang. Tapi saya
punya...
Yuyu Kangkang
: (melirik bekal yang dibawa Klenting Kuninng) Hmm.. kalau memang
tidakdak punya uang, serahkan saja bekal yang kamu bawa, baru kamu
kuseberangkan.
Klenting Kuning
: Ini bekal bukan milikku dan ingin aku berikan ke orang lain. Atau begini
saja. Saya punya beberapa biji cabai. Ini bisa kamu tanam di pinggir
sungai. Hasilnya bisa dijual ke pasar dan menjadi penghasilan tambahan
jika tidak ada penumpang. Bagaimana? (sambil menyerahkan biji cabai)
Yuyu Kangkang
: Hmmm... boleh juga. Baiklah aku terima biji cabaimu. Tetapi jika tidak
tumbuh maka aku kan menagih ongkos penyeberangan.
Klenting Kuning
: Iya, tidak apa-apa. Sekali lagi terima kasih Yuyu.
Akhirnya Yuyu Kangkang menyeberangkan k. Kuning
Adegan IV
Para klenting telah sampai di desa dadapan dan telah berada di depan rumah ande-ande lumut.
Klenting Merah
: Benarkah ini rumahnya? Kok jelek sekali. Jangan-jangan pemilik
rumahnya.
Klenting Hijau
: (langsung menyahut pembicaraan Kelnting Merah) Juga tidak setampan
yang kita bayangkan. Wah gimana ini!!
Klenting Biru
: Sudah belum tentu juga. Dia pasti anak anak mahkota yang sedang
mengembara untuk mencari istri.

Klenting Merah

: Jangan sok tahu kamu Biru. Ayo kita buktikan

Ketiga klenting berada di depan rumah Ande-Ande Lumut. Kebingungan karena keadaan
rumah sepi. Kemudian muncul Ande-Ande Lumut dari dalam
Ande-Ande Lumut
: Eherm. (tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan mengagetkan para
Klenting)
Semua klenting
: Waaaaaa. (terkejut tiba-tiba muncul Ande Lumut yang tampangnya
pas-pasan)
Klenting Merah
: Si..siapa kamu? Apa kamu Ande-Ande Lumut?
Ande-Ande Lumut
: Iya. Akulah Ande-Ande Lumut. Akulah yang menyebarkan sayembara itu.
Pasti kalian yang ikut audisi ya?
Klenting Biru
: Apa? Ande-Ande Lumut? Tidak mungkin!!
Klenting Hijau
: Di sayembara jelas-jelas tertulis kalau Ande Lumut itu tampan.
Klenting Merah
: Wah rugi kita sudah jauh-jauh datang ke sini, menyeberang, capek, panas,
ih, menyesal kita datang ke sini. Ayo saudara-saudaraku kita pulang saja.
Sia-sia saja kita ke sini. (mengajak saudara-saudaranya hendak pergi)
Klenting Biru
: (sambil berbisik ke saudara-saudaranya) Tunggu. Jangan tergesa-gesa.
Siapa tahu dia memang benar-benar putra mahkota. Karena meski tidak
tampan, baju yang dikenakannya juga cukup bagus kok.
Klenting Hijau
: Iyaya sepertinya begitu. Tidak masalah jika tidak tampan, asal kaya.
Hahaha
Akhirnya para kleting sepakat tidak jadi pergi. Mereka memutuskan kembali untuk bertemu
Ande-Ande Lumut. Mereka mencoba merayu. Mereka senyam-senyum ketika berhadapan dengan
Ande-Ande Lumut.
Ande-Ande Lumut
: (terheran) Lho kok kembali lagi. Ada apa? Apa ada yang tertinggal?
Klenting Merah
: (tersenyum malu-malu) hehehe Iya ada yang tertinggal. Hati kami yang
tertinggal di sini dan sepertinya enggan pulang karena terjerat oleh
kekayaanmu, eh maksudnya perasaanmu.
Klenting Hijau
: Iya, iya benar. Tadi pandangan kami sedang kabur dan silau jadi kami ndak
tahu bahwa kamu seorang pria kaya eh maksudnya tampan. Hehehe (malu
malu mencoba merayu)
Klenting Biru
: Dari awal memang kami tertarik denganmu, kau begitu perkasa dan
rupawan. Mungkin dari kami bertiga ada yang membuat dirimu tertarik.
Ande-Ande Lumut
: (agak risi dan jengkel) Ah.. sudahlah. Siapapun bisa aku jadikan istri asal
ada syaratnya yang sesuai dengan sayembara yang kusebar.
Klenting Merah
: (memotong pembicaraan) Ah sudah tahu aku. Pasti cantik kan. Kalu soal
cantik, jelas aku yang paling tua yang akan menarik perhatianmu ya kan?
Ya kan? (perkataan Klenting Merah diiringi anggukan saudara
saudaranya)
Ande-Ande Lumut
: Tidak hanya cantik secara fisik tapi juga hati. Wanita itu harus jujur, rajin,
dan cerdas. Dan satu lagi ia harus membawa bekal kain sutera. (perkataan
Ande Lumut membuat para kleting kebingungan dan berpikir mencari
alasan). Baiklah. Kau Klenting Merah. Kau memang cantik, tapi di mana
bekal kain yang kau bawa?
Klenting Merah
: (bingung dan panik) Hemmm.. kain bekal heemm.. di mana ya oh iya aku
baru ingat tadi waktu ke sini, kain itu tertiup angin saat menyeberang
sungai jadinya hanyut terbawa air. (pura-pura sedih)
Ande-Ande Lumut
: Kau Klenting Hijau. Dimana bekal kain sutramu?
Klenting Hijau
: (bingung dan panik) Hemmm dimana ya? Tadi sih aku bawa, tapi
tersangut ranting akhirnya sobek ya sudah aku buang saja.
Ande-Ande Lumut

: Kau K. Biru?

Klenting Biru

Kedua Klenting
Klenting Biru
Ande-Ande Lumut

Klenting Kuning

: Emm..aku ya... Oh tadi saat mau menyebrang sungai ke sini, aku dan
saudara-saudaraku sepakat memberikan bekal itu kepada Yuyu
Kangkang biar kami bisa menyeberang. Hehehe betul kan kakak
kakakku?
: (marah dan jengkel kepada Klenting Biru) Arghhhhhhh. Biruuuuu,
dasar kamu ya. Awas kamu ya (sambil mengepalkan tangan hendak
menghakimi Klenting Biru)
: Lho benar kan. Apa yang salah dariku. Aku berkata jujur kan. Kan
tadi syaratnya harus wanita jujur. (dengan wajah polos)
: Sudah, sudah. Aku tidak mau kalian ribut di rumahku. Baiklah
sekarang aku pertimbangkan. Klenting Merah dan Hijau kau telah
berbohong dan tidak layak kujadikan istri. Nah, kau Klenting Biru
meski kau tidak membawa bekal yang aku inginkan, tapi kau sudah
berkata jujur. Maka sementara ini aku putuskan bahwa aku akan
memilihKlenting (tiba-tiba terhenti karena terdengar suara
orang yang akan bertamu)
: Assalamualaikum, permisi. (Klenting Kuning berada di depan rumah)

Semua kleting dan ande lumut pandangannya tertuju pada pintu.


Ande-Ande Lumut
Klenting Kuning
Ande-Ande Lumut
Klenting Kuning

: Iya sebentar. (sambil menuju ke pintu)


: Be.. Benarkah ini rumahnya Ande-Ande Lumut?
: Iya benar sekali. Siapa kamu ? Kenapa kau tampak lusuh seperti itu? Ayo
masuklah. (Ia merasa tidak asing dengan wajah Klenting Kuning)
: Iya terima kasih. (sambil menunduk dan agak takut, masuk ke rumah)

Saat berada di dalam klenting-klenting tampak kaget dengan kedatangan Klenting Kuning
Ketiga Klenting
: (terkejut) Haaaaa. Klenting Kuning. Mau apa kamu ke sini?
Klenting Merah
: Semakin merusak suasana saja. Jangan kepedean kamu mau menjadi
istrinya Ande-Ande Lumut. Ngaca dong ngaca
Klenting Kuning
: Sebenarnya saya hanya ingin mengantarkan kain sutra ini mungkin kakang
Ande membutuhkannya. (sambil menyerahan kain sutra)
Ande-Ande Lumut
: (tampak heran) Jadi kalian semua ini saling kenal ya. Baiklah Klenting
Kuning terima kasih aku terima sutramu.
Klenting Kuning
: Iya terima kasih juga. Kalau begitu aku mau pamit dulu. Permisi
kakang Ande .(sambil membalikkan badan dan menuju pintu)
Tiba tiba Ande-Ande Lumut merasa tercium bau yang dikenalnya dari kain itu.
Ande-Ande Lumur
: Tunggu Klenting Kuning. Tunggu. Jangan pulang dulu. Aku ingin
menanyakan sesuatu.
Klenting Kuning berhenti dan menoleh ke ande lumut
Ande-Ande Lumut
: Sebentar. Aku ingin tanya sesuatu. Dari mana asal kain ini? Dan dari mana
asalmu? Siapa kamu sebenarnya?
Klenting Kuning
: Maaf kakang. Saya adalah pengembara dan sudah lama pergi dari rumah.
Akhirnya Saya tinggal di rumah saudara-saudara saya. Itu adalah kain yang
sudah lama saya simpan. Saya tidak ingin berharap jadi istri anda. Saya
hanya sekadar membantumu saja.
Ande-Ande Lumut
: Sepertinya aku kenal betul dengan wangi kain ini, dan wajahmu tidak
begitu asing bagiku. Tolong katakan dengan jujur, dari mana asalmu?
Klenting Kuning
: Eh maaf kakang saya. Saya sebenarnya dari Kediri.
Ande-Ande Lumut
: Kediri? Kerajaan Kediri? Mengapa kamu memutuskan pergi dari rumah?
Klenting Kuning

: Saya sebenarnya saya diusir oleh selir Raja karena saya akan dijodohkan
dengan pangeran Jenggala.

Ande-Ande Lumut
Klenting Merah
Klenting Kuning
Klenting Hijau
Klenting Biru
Ande-Ande Lumut

Klenting Merah
Klenting Kuning
Klenting Kuning
Ande-Ande Lumut
Klenting Kuning

: (semakin penasaran) Jenggala? Jangan-jangan engkau


: Hei Klenting Kuning jangan mengada-ada cerita ya. Apa kamu pikir
semudah itu bisa mendapatkan Ande-Ande Lumut?
: Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya. (tiba-tiba Klenting Hijau
memotong pembicaraan)
: (menyahut pembicaraan) Ah sudahlah. Yang jelas Ande-ande Lumut akan
memilih dari kita bukan kamu. Betulkan Klenting Biru?
: Betul, betul. Dan tepatnya akulah yang akan dipilih kakang Ande-Ande
Lumut.
: Baiklah, akan aku jelaskan semua. Tujuanku mengadakan sayembara ini
hanya ingin menemukan seseorang yang aku cari. Oleh karena itu aku
mengembara hingga Desa Dadapan ini. Kalian bertiga sudah tidak teguh
pendirian dan tidak memperhatikan amanahku. Kalian pasti akan
melakukan segala cara agar bisa menyeberang termasuk menyerahkan
bekal yang kalian bawa. Sedangkan Klenting Kuning bisa sampai ke sini
dengan mempertahankan pesanku.
: Tapi Ande-ande lumut, mengapa harus Klenting Kuning yang dipilih? Dia
kan tidak ingin menjadi istrimu?
: Kuning, aku mohon jawablah lagi dengan jujur. Apakah kamu putri dari
Prabu Lembu Amiluhur, dari Kediri?
: Kakang. Mengapa Kakang bisa tahu? Iya saya adalah..
: (memotong pembicaraan) De.. Dewi? Kau kah Dewi Sekartaji?
: Ka.. Kakang? Jadi Kau Kakang Panji Asmarabangun, putra Raja Jenggala?
Kau kah itu?

Akhirnya Ande-Ande Lumut dan Klenting Kuning saling berdekatan dan saling pandang
dengan wajah bahagia. Wajah para kleting tampak kaget melihat mereka berdua
Klenting Merah
: Ti..tidak mungkin mereka adalah seorang bangsawan. Jadi selama ini
Klenting Kuning yang jelek itu adalah seorang putri Kediri?
Semua Klenting
: Oh tidak!!! (Mereka menjerit dan pergi)
Dewi Sekartaji
Panji

Dewi Sekartaji

: Kakang, telah lama aku menunggu Kakang Panji hingga aku sampai ke
tempat ini.
: Iya Dewi. Aku telah lama juga mencarimu. Perasaan inilah yang
membawaku sampai ke Desa Dadapan ini. Wangi bunga di kain sutera
itulah yang menjadi pertanda bahwa kaulah Dewi Sekartaji. Bagaimana
jika kita kembali ke kerajaan dan mempersatukan Kerajaan Jenggala
dengan Kediri? Biarlah masa lalu menjadi cerita dan pelajaran bagi kita.
Aku berharap janganlah engkau menyimpan dendam.
: Iya kakang Panji. Aku bersedia. Sama sekali aku tak memiliki dendam
dengan siapa pun. Aku akan ikut kemana pun kau pergi kakang.

Klenting Kuning atau Dewi Sekartaji dan Ande-Ande Lumut atau Panji Asmarabangun pun
kembali ke kerajaan dan memulai kembali hidup dengan damai.

Anda mungkin juga menyukai