Anda di halaman 1dari 3

ETIOLOGI MASALAH ORTHODONTI

Mentari Kamila
2014 11 103
Kelas B

Sucking Habit (Kebiasaan Menghisap)


Hampir semua anak kecil mempunyai
kebiasaan sucking yang dapat menyebabkan
maloklusi. Jika sucking habit diteruskan hingga
gigi

permanen

maloklusi

mulai

disertai

erupsi,

nyeri,

akan

insisivus

timbul
maksila

membentuk ruang, insisivus mandibula lebih ke


lingual, anterior open bite, dan sudut lancip pada
maksila. Sucking habit menyebabkan tekanan
berlebih pada gigi, perubahan pada pipi dan
bentuk mulut. Kebiasaan menghisap ibu jari
dilakukan dengan cara menaruh ibu jari diantara gigi, diposisikan di sudut gigi hingga menekan
bagian lingual insisivus mandibula, menyebabkan letak insisivus berubah dari tempat asalnya.
Dampak dari sucking habit berkaitan dengan intensitas waktu. Anak yang hanya kadang-kadang
saja menghisap ibu jari tidak akan mengubah letak insisivus, sedangkan anak yang tidur
semalaman dengan menghisap ibu jari dapat menimbulkan maloklusi. Titik tengah dagu
berhubungan dengan keseimbangan vertikal gigi posterior. Dagu merupakan faktor penting yang
menentukan anterior open bite. Penyempitan lengkung maksilaris biasanya disertai dengan
sucking habit. Bentuk lengkung dipengaruhi oleh keseimbangan antara pipi dan tekanan dari
lidah. Tekanan pipi terhadap gigi dapat meningkatkan kontak otot buccinator selama sucking.
Tekanan pipi terbesar berada pada sudut mulut. Tidak ada gunanya melakukan perawatan
orthodontik untuk mengembalikan gigi ke posisi semula, jika sucking habit tidak dapat
dihentikan. Kebiasaan tidur dengan berat kepala bersandar pada dagu dianggap sebagai penyebab
utama maloklusi klas II.

Tongue Thrust (Menyodorkan Lidah)


Kebiasaan ini merupakan faktor etiologi
maloklusi, berhubungan dengan penempatan ujung
lidah dan gigi anterior saat menelan. Lidah yang
diposisikan kearah posterior saat menelan dapat
menurunkan tekanan lidah. Menelan dikontrol oleh
sistem fisiologis tubuh secara tidak sepenuhnya
sadar. Open bite mempengaruhi posisi lidah.
Anterior open bite menyebabkan kesulitan menutup mulut bagian depan untuk mencegah
makanan/cairan keluar. Memperbaiki posisi gigi dapat mempengaruhi proses penelanan. Postur
lidah mempengaruhi posisi horizontal dan vertikal gigi.

Pola Pernapasan
Pola pernapasan menentukan postur rahang dan lidah. Bernapas melalui mulut bukan
melalui hidung dapat mengubah postur kepala, rahang, dan lidah; mengubah keseimbangan
tekanan pada rahang dan gigi; mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Bernapas
melalui mulut dilakukan dengan cara menurunkan mandibular dan lidah serta memperpanjang
ujung belakang kepala. Pertumbuhan vertikal yang tidak biasa pada ramus dapat meningkatkan
overjet dan menyebabkan lengkung gigi rahang atas lebih sempit. Bernapas melalui mulut paling
sering terjadi saat olahraga ketika kebutuhan udara meningkat. Bernapas melalui mulut juga
terjadi saat flu ketika mukosa hidung membengkak. Ukuran lubang hidung mempengaruhi aliran
udara hidung. Amandel faring/adenoid yang besar pada anak-anak menyebabkan anak bernapas
melalui mulut. Lubang hidung yang terhalang mengarah pada perkembangan maloklusi.
Obstruksi jalan napas pada anak mempengaruhi pertumbuhan wajah. Mengukur persentase
pernapasan melalui hidung dan mulut dilakukan dengan menetapkan total aliran udara yang
keluar melewati hidung dan mulut. Anak yang didiagnosis dengan alergi hidung kronis hingga
membutuhkan adenoidectomy/tonsillectomy memiliki peningkatan ketinggian wajah anterior,
peningkatan overjet, penurunan overbite, dan penyempitan maksila. Individu dengan pola cacat

wajah yang panjang belum tentu mengalami obstruksi hidung. Bernapas melalui mulut
berkontribusi dalam pengembangan masalah orthodontik. Sleep apnea dapat menyebabkan
defisiensi mandibula.

Anda mungkin juga menyukai