Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ILMU BEDAH MULUT III

BEDAH PREPROSTETIK

OLEH :

KELAS B ANGKATAN 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2016
1

Estry Ade Neng Tyas (2014-11-061)

Lela Karina S (2014-11-091)

Fauzi Saeful Rohman (2014-11-063)

Linda Nur K (2014-11-092)

Felicia Arihta Hosiana Tarigan (2014-11-064)

Lintang Nityas (2014-11-093)

Felicia Ferren Hasthiono (2014-11-065)

Lintang Radityaningrum (2014-11-094)

Felicia Handali (2014-11-066)

Luthfia Rizky Amanda (2014-11-095)

Felycia H (2014-11-067)

M. Adly Adib (2014-11-096)

Finda Dania F (2014-11-068)

Maria Valencia (2014-11-098)

Firstya Rifka Hapsari (2014-11-069)

Marshella Firman (2014-11-099)

Fitnan Akriani (2014-11-071)

Maya Murinda S (2014-11-100)

Gadis Pranitania (2014-11-072)

Mega Octafiarini (2014-11-101)

Galuh Puteri Puspita (2014-11-073)

Meilina F Wijaya (2014-11-102)

Garina Shareen N (2014-11-074)

Mentari Kamila (2014-11-103)

Gisela Karin Yenita (2014-11-075)

Mokhamad Reza Aftahi (2014-11-104)

Hana Cynthia Maudina (2014-11-076)

Muhamad Raiza (2014-11-105)

Hana Luthfiah (2014-11-077)

Muhammad Eddwar S (2014-11-106)

Hilmatunnisa Abdillah S (2014-11-078)

Mukhni Rinaldi (2014-11-108)

Inesa Khansa Rana (2014-11-079)

Muthia Rachmawaty (2014-11-109)

Irma Maulida (2014-11-080)

Mutia Oktira (2014-11-110)

Jessica Wilona Huda (2014-11-081)

Nabila Dhia (2014-11-112)

Kamila Nanda E (2014-11-082)

Nabila Putri Safira (2014-11-113)

Karissa Alifia C (2014-11-083)

Nahdia Ramadhani (2014-11-114)

Khaerunnisa Yulia N (2014-11-084)

Nadia Salsabila (2014-11-115)

Khezia Larasati (2014-11-085)

Nadia Shabrina A (2014-11-116)

Lady Meilarisa N (2014-11-087)

Nadya Alisha (2014-11-117)

Laras Harum Sari (2014-11-088)

Nafisya Ghaisani P (2014-11-118)

Larisa Safira A (2014-11-090)

Nandini S (2014-11-119)

Natali Saraswati (2014-11-120)

Natasha Avrisa (2014-11-121)

Fiskarina Septiara (2014-11-069)

Maritsa Choeriah (2013-11-100)

Giswari Zahirah (2013-11-076)

I.

Definisi
a. Alveolektomi
b. Torektomi
c. Eksisi/Hypermobile tissue
d. Eksisi Fibrous hypoplasia
e. Frenektomi
f. Augmentasi dengan hidroksi apatit
g. Transplantasi tulang/ bone graft
h. Vestibuloplasti
i. Segmentalosteotomis

II.

Penatalaksanaan Alveolektomi

I.

Definisi
a. Alveolektomi / Alveoloplasti
Alveolektomi adalah suatu tindakan
bedah yang radikal untuk mereduksi atau
mengambil processus alveolaris sehingga
bisa dilakukan aposisi mukosa yaitu
prosedur
yang
dilakukan
untuk
mempersiapkan lingir sebelum dilakukan
terapi
radiasi.
(Pederson,1996).
Alveolektomi adalah bedah eksisi dari
processus alveolaris yang dilakukan di
dalam rahang yang akan terkena radiasi selama proses perawatan neoplasma maligna
(Archer, 1997).
Sedangkan definisi alveolektomi menurut Sandira (2009), adalah pengurangan tulang
soket dengan cara mengurangi plate labial/bukal dari prosessus alveolar dengan
pengambilan septum interdental dan interadikuler. Atau tindakan bedah radikal untuk
mereduksi atau mengambil procesus alveolus disertai dengan pengambilan septum
interdental dan inter radikuler sehingga bisa di laksanakan aposisi mukosa.
Alveolektomi dibagi dalam beberapa klasifikasi:
- Simple alveoli ktomi. Dilakukan setelah multiple ekstraksi, apabila ada tulang
yang tajam di periksa dulu kemudian di alveolektomi
-

Radical alveolektomi. Merupakan pembentukan kontur tulang radiks dari tulang


alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol

b. Torektomi
Torektomi merupakan prosedur bedah yang dilakukan untuk menghilangkan satu
atau lebih tonjolan tulang (torus) baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
Dilakukan apabila torus mengganggu prosedur pemasangan gigi tiruan.
Teknik torektomi maksila:
Untuk menghilangkannya, lesi pembedahan sebuah insisi dibuat di sepanjang garis
tengah langit-langit, yang terdiri dari dua anterior dan posterior sayatan miring
(Gambar. 10,42). Sayatan ini dirancang untuk menghindari melukai cabang arteri
palatine, tetapi sehingga juga ada visualisasi yang memadai dari, dan akses ke, bidang
bedah tanpa ketegangan dan manipulasi yang merugikan selama prosedur. Setelah
refleksi, flaps yang ditarik dengan bantuan jahitan atau elevator periosteal lebar.
Setelah pembukaan lesi selesai, torus dipotong dengan bur fissure dan segmen secara
individual diangkat dengan menggunakan mono bevel chisel (Gambar. 10.43,10.44).
Lebih khususnya, chisel diposisikan di dasar exostosis dengan bevel kontak dengan
tulang palatum dan, setelah itu, setiap segmen lesi dihilangkan setelah pukulan sedikit
dengan mallet (Gbr. 10.45). Setelah menghaluskan permukaan tulang, jaringan lunak
berlebih dipotong dan, setelah irigasi berlebihan dengan larutan saline, flaps
direposisi dan dijahit dengan jahitan terputus (Gambar. 10,46-10,48). Jika torus
palatinus dalam ukuran kecil, sayatan untuk membuat flap dibuat lagi pada sepanjang
garis pertengahan, tetapi dengan sayatan miring pada anterior. Prosedur ini kemudian
dilakukan dengan cara yang persis sama seperti yang sudah disebutkan.

Teknik torektomi mandibular:


Sayatan dibuat di puncak alveolar ridge untuk operasi pengangkatan exostoses, dan,
setelah refleksi luas flap lingual, lesi dihilangkan menggunakan pahat, bone file, atau
bur (Gambar. 10,50-10,54). Luka kemudian diairi dengan banyak larutan saline dan
dijahit dengan jahitan terputus (Gambar. 10,55)

c. Eksisi Hypermobile Tissue


Adalah prosedur pembedahan preprostetik dimana keadaan jaringan lunak yang
berlebihan (flabby) terutama diagnose dengan palpasi yang dapat menunjukkan
jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang yang memadai. Ada
beberapa alternatif penatalaksanaan jaringan lunak yang berlebihan, yaitu eksisi
yang sederhana, vestibuloplasti, penambahan lingir. Besarnya kerusakan lingir
menentukan jenis terapinya. Apabila hilangnya tulang hanya sedikit, maka eksisi
yang sederhana sudah dianggap cukup. Pada kehilangan tulang tingkat sedang,
testibuloplasti memberikan hasil yang memuaskan, sedangkanc apabila tulang
yang hilang sangat luas, mungkin memerlukan penambahan linggir.keadaan ini
yang paling sering terjadi pada seorang pemakai gigi tiruan penuh pada rahang
atas sedangkan gigi anterior bawah masih baik. Apabila tidak menggunakan gigi
tiruan sebagian untuk gigi posterior bawah, biasanya akan terjadi kehancuran
yang sangat ekstrim pada linggir rahang atas. Penatalaksanaan kasus semacam ini
tanpa mengubah atau menghilangkan etiologinya, yaitu dibuatkan geligi tiruan
sebagian yang baik atau mencabut gigi-gigi bawah antagonisnya, akan
memberikan hasil kurang baik.
d. Eksisi Fibrous Hipoplasia
Merupakan prosedur pembedahan preprostetik dimana hiperplasia vestibular
yang mengalami keradangan dan linger yang kendur merupakan akibat dari
cedera oleh karena pemakaian protesa ditambah resorpsi tulang, baik patologis
atau fisiologis. Lesi hiperplastik berkembang di dekat pinggiran protesa dan
berbentuk sebagai mukosa yang panjang, mengandung jaringan fibrosa atau
sikatrik atau jaringan parut dan kadang-kadang mengalami ulserasi. Perawatan
dilakukan dengan eksisi sederhana tetapi ini tidak akan berarti apabila tidak
dilakukan tebasing pada protesa atau dibuatkan protesa yang baru yang baru,
paling tidak sayap yang mengiritasi diperbaiki. Tidak melakukan pemeriksaan
histopatologi terhadap jaringan yang dieksisi tersebut, bisa merupakan kesalahan
9

yang serius karena karsinoma papila, kadang memberikan tanda-tanda klinis yang
serupa.
e. Frenektomi
Adalah salah satu prosedur bedah pre
prostetik, prosedur sederhana dimana
sebagian atau seluruh frenulum yang
bermasalah dibuang secara bedah
dengan tujuan untuk mengembalikan
keseimbangan kesehatan mulut dan
retensi dan stabilitas gigi tiruan.
Umumnya dilakukan dengan lokal
anestesi. Perlekatan frenulum labial,
terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa
tipis yang ditutupi mukosa, memanjang
dari bibir dan pipi ke periosteum
alveolar. Level perlekatan frenulum
bervariasi dari tinggi vestibulum sampai puncak ridge alveolar dan bahkan ke
daerah insisal papila di maksila anterior. Pembuangan frenulum lingual di bawah
lidah disebut lingual frenektomi (angkilotomi) yang dilakukan pada penderita
tongue tie (angkiloglosia). Segera setelah bedah minor dilakukan, lidah dapat
dijulurkan keluar mulut dimana sebelumnya tidak dapat dilakukan.ini merupakan
salah satu treatment yang harus disertai informed consent. Semua treatment
beresiko yang memiliki kemungkinan terjadinya komplikasi atau bahkan
kegagalan, wajib disertakan informed consent. Sebelumnya, pasien diberi
penjelasan lengkap tentang penyakitnya, meliputi diagnosis, etiologi, terapi acuan,
terapi alternatif, serta prognosis. Setelah itu baru diberikan informed consent
sebagai bukti bahwa pasien setuju menerima tindakan perawatan yang akan
dilakukan oleh dokter giginya.
Macam-macam frenektomi :
-Vertical incision
-Cross diamond incision
-Tehnik Z Plasty

FRENEKTOMI LABIAL
10

Frenulum labial bukanlah tali muscular


tetapi terdiri dari mukosa dan jaringan ikat
fibrosa. Keduanya tidak memberikan
peranan fungsional kecuali pasif untuk
membatasi gerak bibir. Frenulum labial
superior adalah yang paling sering
menimbulkan masalah. Ini dengan mudah di
eksisi dengan insisi elips di sekitarnya.
Setelah
mukosa
diambil,
dilakukan
penyesetan dari lateral paa bidang
supraperiosteal untuk membebaskan tali-tali
fibrosa dari tempat perlekatan. Penempatan
jaringanpertama sangat penting karena
cenderung
menentukan
kedalaman
vestibular. Jahitan ini melalui tiga lapisan,
periostreum kemudian mukosa lagi. Penutupan
disempurnakan dengan jaringan terputus
tambahan atau dengan teknik kontinu. Edema
labial bisa dikontrol dengan baik dengan
aplikasi es, pembalut eksternal dengan
penekanan, atau keduanya. Eksisi spinanasalis
anterior yang menonjol dan frenulum labialis
di dekatnya, kadang dilakukan bersamaan.

II

FRENEKTOMI LINGUAL
Frenektomi/frenetomi lingual kadang-kadang dilakukan pada anak-anak atas
anjuran ortodontis, dokter gigi anak, atau orang tua. Baik pada anak-anak atau
pada orang dewasa yang tak bergigi bisa digunakan teknik yang sama, walaupun
untuk bayi kadang-kadang frenotomi sederhana sudah mencukupi. Lidah
diimobilisi dengan jahitan pada bagian ujungnya. Garis besar ditentukan dengan
insisi mucosal. Kemudian frenulum dieksisi dengan menggunakan gunting atau
tang fiksasi jaringan dimana tempat diksesi lebih dekat kea rah lidah, bukan
kedasar mulut. Penutupan bisa dilakukan dengan baik dngan menggunakan
gut/bahan yang bisa diabsorbsi yang lain karena pembukaan jahitan sering sulit
dan menyakitkan.mungkin terjadi edema lingual sesudah dilakukan frenektomi,
maka dianjurkan pada pasien untuk menempelkan atau menggulum es sesering
mungkin. Eksisi yang berbentuk elips dapat digunakan pada sebagian besar kasus
penganmbilan flenulum. Prosedur yang lama misalnya Z-plasti relatif sulit untuk
11

mukosa mulut dan ileh karena itu


jarang diindikasikan.
f. Augmentasi
Dengan
Hidroksiapatit
Pada keadaan resorbsi tulang yang
hebat, maka diperlukan tindakan
bedah yang lebih sulit dengan
tujuan : menambah besar dan lebar
tulang rahang, menambah kekuatan
rahang,
memperbaiki
jaringan
pendukung
gigi
tiruan.

Penambahan dengan Hidroksi apatit yaitu suatu bahan alloplastik yang bersifat
biocompatible yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian tulang alveolar.
g. Transplantasi Tulang / Bone Graft
Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan
ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun yang
berlainan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki suatu cacat yang disebabkan oleh
penyakit, kecelakaan, atau anomali pertumbuhan dan perkembangan. Bone graft
adalah pilihan yang banyak digunakan untuk memperbaiki kerusakan tulang
periodontal. Dengan graft tulang diharapkan ada perbaikan klinis pada tulang
periodontal, hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan cara bedah pembersihan
biasa tanpa penambahan bahan graft. Pada kasus-kasus yang regenerasinya
kurang dapat diharapkan, misalkan karena tulang alveolar sudah banyak yang
12

hilang dapat dilakukan bone grafting


atau yang akhir-akhir ini terkenal
dengan menggunakan Bahan guided
tissue regeneration (GTR). Tujuan dari
bone grafting adalah mengurangi
kedalaman
poket
periodontal,
peningkatan pelekatan secara klinik,
pengisian tulang di daerah defek dan
regenerasi tulang baru, semen dan
ligament periodontal dengan demikian akar gigi diharapkan dapat terdukung
dengan lebih baik.
h. Vestibuloplasti
Vestibuloplasti adalah prosedur penambahan lingir yang relatif. Tujuannya adalah
membuat permukaan lingir yang ada meningkat sehingga permukaan yang
digunakan untuk menahan protesa
menjadi lebih besar. Hal ini sering
dilakukan dengan jalan migrasi
apikal dari mukosa bukal (split
thickness
flap).
Cacat
pada
permukaan periosteum yang terjadi
diharapkan
sembuh
dengan
membentuk jaringan granulasi atau
re-epitelisasi, atau ditutup dengan
flap mukosa yang digeser, atau cangkokan mukosa atau kulit. Prosedur
vestibuloplasti dikelompokkan berdasarkan luasnya total atau sebagian.
I

Vestibuloplasti total rahang bawah


Pendekatan standar vestibuloplasti total mandibula biasanya mencangkup
merendahkan sulkus lingual dan memerlukan rawat inap. Pemilihan pasien
sangatlah penting karena atropi yang berlebihan tidak memberikan ketinggian dan
lebar lingir yang memadai, sehingga prosedur untuk peninggian absolut seperti
penambahan lingir merupakan indikasi. Sebelum dilakukan pembedahan, dibuat
sendok cetak akrilik yang digunakan untuk mendapatkan cetakan dari daerah yang
sudah dipersiapkan yang juga bertindak sebagai stent untuk membawa cangkokan
kulit. Pada mulanya insisi dibuat tepat di lingual dari puncak lingir residual.
Dengan diseksi supraperiosteal, mukosa disingkapkan ke lingual untuk
memaparkan m.mylohyoideus, yang dipisahkan pada bagian di dekat origonya
pada linea milohioidea. M. genioglossus direseksi sebagian pada origonya,
biasanya kurang lebih sepertiga sampai setengah ketinggiannya. Periosteum bukal
dibedah dengan jalan mendiseksi mukosa dengan membuat insisi kedua yang
13

terletak di bukal dari puncak lingir. Keberadaan n. mentalis juga harus


diperhatikan.
II

Reposisi flap ke apikal


Dengan menggunakan penusuk, jahitan dimasukkan lewat tepi anferior
mandibula untuk menekan flap lingual ke bukal dan dengan efektif mereposisi
kedua flap kearah apikal. Cangkokan kulit yang tipis didapatkan dari daerah yang
relatif tidak berambut (biasanya kulit paha) dan diadaptasikan pada cetakan
kompound dari daerah operasi yang dilapisi gutta percha (protaform). Stent
tersebut di jahit dengan jahitan atau kawat yang mengelilingi mandibula (sirkummandibula). Sesudah 7-8 hari stent dilepas dan cangkokan dievaluasi. Biasanya
terdapat 80-90% dari cangkokan kulit mengelupas. Protesa pasien direlining dan
segera dipasang. Cangkokan kulit secara efektif menghalangi migrasi ulang dari
mukosa dan perlekatan otot yang telah direposisi kearah oklusal.
III Vestibuloplasti subtotal
Vestibuloplasti bisa dimodifikasi sesuai dengan luas dan sifat dari cangkokan.
Vestibuloplasti segmental terbatas pada regio anterior bawah yang menggunakan
flap bukal yang ditransposisikan, atau cangkokan mukosal yang diambil dari
palatum. Kadang-kadang pada lengkung rahang atas vestibuloplasti dilakukan
tanpa cangkokan, dan penyembuhan terjadi dengan granulasi dan re-epitelisasi.
Prosedur ini memerlukan diseksi apikal supraperiosteal yang luas, karena
setengah dari ketinggian lingir yang didapat biasanya akan hilang pada akhir
tahun pertama.
i. Segmental Osteotomi

14

Bedah ASO termasuk ekstraksi gigi yang lebih posterior dari kaninus, tulang
alveolar pada spasia ini dihilangkan dan secara keseluruhan tulang alveolar dan
giginya diretraksi. Teknik
bedah
untuk
protrusi
bimaksiler yang lain adalah
two-jaw
surgery. Teknik
bedah ini dilakukan jika
bedah ASO tidak bisa
dilaksanakan karena ekstraksi
gigi dilakukan pada usia
muda, dan derajat protrusi
gigi tidak terlalu parah.
Teknik
ini
merupakan
prosedur
bedah
yang
dilakukan pada maksila untuk memperpendek sehingga dapat mengkoreksi
protrusi maksila. Metode ini juga untuk mengkoreksi kelebihan sisi vertikal
maksila, gummy smile atau sebagian besar gingiva terlihat saat tersenyum. Insisi
dilakukan didalam mulut kemudian maksila diturunkan dan kelebihan tulang
dihilangkan. Setelah reposisi rahang, tulang rahang disatukan dan disambung
dengan kawat dan dijahit dengan benang absorbable. Alasan lain untuk
melakukan bedah dengan teknik ini yaitu ketika rahang bawah protrusi dan wajah
yang panjang.
II.

Penatalaksanaan Alveolektomi
INDIKASI ALVEOLOPLASTI
(i)
(ii)

(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
(viii)

pada rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas, dan untuk


penanggulangannya akan dilakukan terapi radiasi
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang
tajam; puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi,
sehingga mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan,
jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang;
maka alveoloplasti dapat mempermudah pengeluarannya,
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor,
akan dilakukan tindakan apikoektomi,
jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga
dapat menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit setempat,
pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang ini dapat dibuang
pada waktu dilakukan gingivektomi,
pada kasus prognatisme maksila, dapat juga dilakukan alveoloplasti yang
bertujuan untuk memperbaiki hubungan antero-posterior antara maksila dan
15

(ix)
(x)
(xi)

mandibula,
setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
dilakukan pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan,
adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus mandibularis yang
besar,
untuk memperbaiki overbite dan overjet.

KONTRA INDIKASI ALVEOLOPLASTI


a. pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal
ini harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien
muda lebih lama dibandingkan pasien tua.
b. pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena
rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat,
karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini
mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.
c. jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi
gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.
Alat-alat yang digunakan secara khsusus dalam prosedur alveolektomi:
1 Rongeur Forceps : untuk menghilangkan penonjolan tulang intraseptal yang tajam
2 Kuret : untuk mengambil dan membuang tiap spikula kecil atau struktur gigi yang
masuk ke dalam soket.
3 Knable tang : pengambilan tulang yang tajam
4 Bonefile : alat untuk penghalusan tulang setelah dilakukan pengambilan tulang yang
tajam
Dalam prosedur alveolektomi juga diperlukan bahan-bahan :
1
2
3

Antiseptik untuk dioleskan pada titik suntikan anestesi dan bekas luka setelah
penjahitan
Anestesi infiltrasi (0,5cc) di mukosa bukan dan lingual gigi
Hidrogen peroksida dan aquadest untuk irigasi flap

TEKNIK-TEKNIK ALVEOLOPLASTI
Starshak (1971) mengemukakan 5 macam teknik alveoloplasti, yaitu : (i) teknik
Alveolar Kompresi, (ii) teknik Simpel Alveoloplasti, (iii) teknik Kortiko- Labial
Alveoloplasti, (iv) teknik Dean Alveoloplasti, dan (v) teknik Obwegeser Alveoloplasti.
Teknik Alveolar Kompresi
16

Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada teknik ini
dilakukan penekanan cortical plate bagian luar dan dalam di antara jari- jari. Teknik ini
paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan setelah semua tindakan
ekstraksi, ter- utama pada gigi yang bukoversi. Tujuan dilakukannya tindakan ini adalah
untuk mengurangi lebar soket dan meng- hilangkan tulang-tulang yang dapat menjadi
undercut.

Teknik Simpel Alveoloplasti


Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin labial
atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal. Biasanya
digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flep trapesoid dengan
satu atau beberapa insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya sebatas proyeksi tulang,
karena pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan komplikasikomplikasi yang tidak diinginkan.
Teknik Kortiko-Labial Alveoloplasti
Teknik
ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer,
di mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah
dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya mening- galkan sedikit
alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik inilah yang
paling sering digu- nakan, karena pada teknik ini pembu- angan tulang yang dilakukan
hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana.
Teknik Dean Alveoloplasti
O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik dalam
mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan dengan baik.
Thoma menggambarkan pembuangan tulang interrradicular (di antara akar) tidak dengan
istilah intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah intercortical (di antara cortical
plate). Sedangkan ahli-ahli lain menggunakan istilah teknik crush (9).
Teknik Dean ini didasari oleh prinsip- prinsip biologis sebagai berikut : (i)
mengurangi alveolar margin labial dan bukal yang prominen, (ii) tidak meng- ganggu
perlekatan otot, (iii) tidak merusak periosteum, (iv) melindungi cortical plate sehingga
dapat digunakan sebagai onlay bone graft yang hidup dengan suplai darah yang baik, (v)
17

mempertahankan tulang kortikal sehingga dapat memper- kecil resorbsi tulang setelah
operasi. McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah
labial sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin onlay tulang
dapat bergerak bebas dan terlepas dari tekanan.
Teknik Obwegeser Alveoloplasti
Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan
menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi mengha- silkan
ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini, Obwegeser membuat
fraktur pada cortical plate labial dan palatal. Keuntungan teknik ini adalah dapat
membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus alveolaris anterior, dan sangat
tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim.
Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan model gips,
kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips tersebut. Dengan
dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan di kamar praktek dokter
gigi atau di ruang operasi dapat dilakukan dengan lebih akurat.
Teknik untuk alveolektomi maksila dan mandibula:
1 Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum harus dicek
untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman minimum sebesar 10mm.Dari
semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan dihilangkan.
2 Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak alveolar pada titik
di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari gigi terakhir pada satu garis,
yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke lipatan mukobukal pada sudut
450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area dimana gigi tersebut sudah dicabut
sebelumnya.
3 Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut dengan jari
telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan pada tepi flap atau
dengan tissue retactor.
4 Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari seluruh
area operasi.
5 Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu blade pada
puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai
pada region insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke bagian paling distal
dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6 Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju lingual,
sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan memperlihatkan
banyak tulang interseptal yang tajam.
7 Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end-cutting
rongeurs.
18

10
11

12
13

14
15

Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file. Tahan
bone file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel , pada posisi jari
yang sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan mendorong.
Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil tulang atau
struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi prosedur ini
pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak, dan
ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang dibawahnya
telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh
jaringan lunak.
Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat
overlap.
Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari telunjuk
yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan
tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat merasakannya dengan jari
telunjuk.
Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan bone fie.
Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan benang
jahitan sutra hitam kontinyu nomor 000. Walaupun demikian, jahitan interrupted juga
dapat digunakan jika diinginkan

19

Anda mungkin juga menyukai