Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Reading

Pendekatan Berbasis Pasien : Pengaruh Jenis Kelamin Pasien dan Dokter Residen
dengan Korkondasi Jenis Kelamin pada Pelayanan Primer
Perkenalan
The Institute of Medicine (IOM) telah mempresentasikan strategi meningkatkan kualitas
sistem pelayanan kesehatan di abad ke 21. Salah satu area utamanya untuk peningkatan adalah
mengidentifikasi basis pasien sebagai suatu kebutuhan. Ini digambarkan sebagai pelayanan
kesehatan yang terhormat dan bertanggungjawab terhadap kebutuhan pasien, nilai dan keinginan
serta meningkatkan penentuan kebijakan klinis bersama. Beberapa studi menunjukkan adanya
pengaruh antara pendekatan berbasis pasien (Patient Centered-Care (PCC)) dan kepuasan pasien,
namun studi lainnya gagal menunjukkan. Terdapat bukti awal yang menunjukkan hubungan
antara pasien dengan komunikasi PCC dengan penggunaan sumber pelayanan kesehatan.
Penggunaan strategi PCC pada layanan kesehatan primer berkaitan secara signifikan terhadap
penurunan pelayanan kesehatan dan menurunkan biaya kesehatan tahunan.
Terdapat beberapa studi yang mengajukan kemungkinan adanya hubungan pengaruh jenis
kelamin pada pasien dan dokter dan konkordansi jenis kelamin pasien-dokter pada proses
interaksi dokter-pasien dan proses pelayanan. Keduanya jenis kelamin pada pasien dan dokter
memiliki pengaruh terhadap proses pelayanan kesehatan. Pasien perempuan menunjukkan lebih
banyak bertanya, memperoleh informasi, menerima konseling dan cara pencegahan, dan
memiliki kunjungan tambahan dibandingkan pasien laki-laki. Perilaku ini merupakan elemen
dari pendekatan berbasis pasien. Dokter layanan primer laki-laki dan perempuan juga memiliki
cara komunikasi yang berbeda. Dokter perempuan lebih menekankan dalam berbagi informasi,
diskusi seputar topik psikososial, membangun hubungan dan meningkatkan partisipasi pasien
selama berinteraksi dengan pasien. Secara garis besar, perilaku ini menunjukkan cara komunikasi
PCC, yang bergaris besar terhadap suasana terapi mengedepankan hubungan. Dokter laki-laki
sebaliknya menghabiskan lebih banyak waktu pada perilaku praktik teknis seperti memperoleh
riwayat.
Terdapat laporan yang menyarankan konkordansi dan diskordansi jenis kelamin , sesama
jenis atau lawan jenis, keduanya berpengaruh terhadap masa depan PCC. Pasien perempuan yang

ditemui oleh dokter perempuan memiliki skor PCC lebih tinggi pada kunjungannya
dibandingkan dengan pasien perempuan yang ditemui dokter laki-laki dan pasien laki-laki yang
menemui dokter laki-laki maupun perempuan.
Kami melihat adanya kontribusi penemuan pada studi sebelumnya mencari pengaruh
jenis kelamin pasien dan dokter dan konkordansi jenis kelamin terhadap ketentuan PCC. Dengan
mengendalikan terhadap karakter sosiodemografi pasien, perilaku resiko kesehatan, nyeri dan
status kesehatan mental dan fisik, dimana sebelumnya menunujukkan pengaruh interaksi pasiendokter, kami berharap terdapat penurunan sumber yang memungkinkan terjadinya bias pada
studi sebelumnya. Berdasarkan temuan literatur dan penelitian sebelumnya, kami berhipotesis
bahwa pasien perempuan dibandingkan pasien laki-laki akan memiliki perilaku kearah praktik
berbasis pasien, dan jumlah pelayanan berbasis pasien akan lebih banyak terlihat pada
konkordansi jenis kelamin antara pasien perempuan dan dokter perempuan.
Material dan Metode
Subjek studi
Merupakan bagian dari studi lebih besar yang meneliti gaya praktik dokter dan hubungan
penghasilan pasien pada dokter keluarga dan dokter residen internal. Populasi studi terdiri dari
pasien baru yang memiliki janji pada pusat layanan universitas. Total pasien 509 pasien (315
perempuan dan 194 laki-laki) berpartisipasi pada studi ini, menandatangani inform consent yang
dibutuhkan oleh komite review institusi dengan manusia sebagai subjek. Layanan kesehatan
diberikan oleh 26 dokter keluarga dan 79 dokter residen interna tahun kedua dan ketiga. 105
dokter layanan primer (48 perempuan dan 57 laki-laki) masing-masing menemui 4.8 pasien
(standar deviasi 4.6 pasien)
Desain studi
Sebelum kunjungan awal dengan penyedia layanan primer, pasien diwawancarai untuk
memperoleh informasi terkait sosiodemografi, riwayat merokok, skrining alkoholism
menggunakan Michigan Alcohol Screening Test (MAST), nyeri global menggunakan Medical
Outcome Study Short Form-36 (MOS SF-36). Tinggi dan berat juga diukur untuk menghitung
indeks masa tubuh (BMI). Seluruh kunjungan direkam di ruangan pemeriksaan dengan kamera
yang ditanam di tembok. Kunjungan mereka diteliti selama 1 tahun.

Pengukuran studi
PCC diukur menggunakan koding video rekaman menggunakan versi modifikasi Davis
Observation Code (DOC). DOC merupakan sistem analisis interaktif yang reliabel dan valid
(terdiri dari 20 perilaku klinis relevan) yang sebelumnya digunakan menggambarkan perbedaan
gaya praktik dokter pada berbagai studi sebelumnya.

Analisis statik
Model regresi dianggap dapat menunjukkan adanya hubungan PCC dengan jenis kelamin
pasien dan dokter dengan mengendalikan variabel yang sebelumnya ditemukan mempengaruhi
pendekatan medis seperti usia pasien, edukasi, ras, penghasilan, obesitas, status merokok,
penyalahgunaan alkohol, nyeri global, status kesehatan mental dan status kesehatan fisik.
Konkordansi jenis kelamin antara pasien dan dokter juga dipelajari sebagai variabel penjelas
pada analisis.

Hasil
Terdapat partisipasi 509, termasuk 315 perempuan dan 194 laki-laki. Usia rata-rata 41,74
tahun, pasien 62,67% putih dan 37,33% hitam. Lebih dari 80% pasien memiliki penghasilan
30.000 dolar. BMI rata-rata 29.76. Kelompok studi termasuk 67.85% perokok dan 7.69%
penyalahguna alcohol. Skor rata-rata nyeri global 41.13 (skala 0-100). Rata-rata status kesehatan
pasien 43.99 untuk status mental dan 40,44 untuk status kesehatan fisik. Itu dibawah rata-rata
nasional 50 untuk keduanya, yang diukur dengan MOS SF-36 baik untuk komponen kesehatan
fisik atau mental. Dalam studi selama 1 tahun, PCC pasien rata-rata 15.52%. Informasi kesehatan
jenis kelamin pasien berdasarkan sosiodemografi dan PCC yang diterima ditunjukkan tabel 2.
Sebagai catatan bahwa tidak ada perbedaan spesifik pada karakteristik pasien yang ditemui oleh
baik residen laki-laki maupun perempuan.
Menggunakan t test, tidak ada perbedaan signifikan pada PCC ditemukan antara pasien
laki-laki dan perempuan (p=0.6258), bagaimanapun dokter perempuan memberikan jumlah PCC
yang lebih besar (16.25% vs 15.02%) selama masa studi (p=0.0267).

Ekuasi regresi digunakan untuk menguji hubungan antara skor berbasis pasien dan jenis
kelamin pasien, mengontrol umur, pendidikan, ras, penghasilan, obesitas, merokok,
penyalahgunaan alcohol, nyeri gobal, status kesehatan mental dan status kesehatan fisik. Seperti
dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor tersebut telah menunjukkan adanya pengaruh interaksi
pasien-dokter. Sebagai tambahan, terdapat perbedaan signifikan jenis kelamin poasien pada
pendidikan, penghasilan, BMI, status merokok, penyalahgunaan alkohol dan status nyeri global
serta srtatus kesehatan mental dan fisik pada kelompok studi ini (tabel 2). Jenis kelamin kembali
menjadi faktor nonsignifikan (p=0.4819) pada masa depan PCC selama periode studi. Begitu
juga, jenis kelamin dokter juga dianalisis pada ekuasi regresi sebagai sebuah determinan selama
setahun, terkendali pada variabel pasien. Disini, jenis kelamin dokter dihubungkan dengan masa
depan PCC tetapi tidak mencapai signifikan statistik (p=0.0660).
Kemudian, rata-rata PCC selama setahun telah dihitung untuk 4 perbedaan hubungan
pasien- dokter. Seperti terlihat tabel 3, presentase tertinggi berbasis pasien menempati kunjungan
antara pasien perempuan dan dokter perempuan (15,54%). Kemudian kunjungan antara pasien
laki-laki dan dokter laki-laki (15.22%) dan presentase terendah PCC terdapat kunjungan pasien
perempuan dan dokter laki-laki (14.87%). Meski terdapat perbedaan yang terlihat, perbandingan
diantara semua rerata, tanpa mempertimbangkan karakter pasien, tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan (p=0.01072).
Efek jenis kelamin pasien-dokter kemudian ditelaah lebih lanjut dengan regresi dimana
PCC dijelaskan dengan konkordansi jenis kelamin vs diskordansi, mengendalikan umur,
pendidikan, ras, penghasilan, obesitas, merokok, penyalahgunaan alkohol, nyeri global, status
kesehatan mental dan status kesehatan fisik. Pada model regresi, terdapat 2 variabel, pasien lakilaki dokter laki-laki dan pasien perempuan-dokter pasien. Perbedaan jenis kelamin pada pasien
dan dokter dianggap sebagai dasar. Hasil ini ditunjukkan pada tabel 4. Konkordansi jenis
kelamin pasien perempuan-dokter perempuan vs diskordansi secara signifikan berhubungan
dengan jumlah PCC lebih besar (p=0.0434) namun tidak ada hubungan signifikan pada
konkordansi pasien laki-laki-dokter laki-laki.

Diskusi
Meskipun banyak variabel berhubungan dengan PCC, studi ini merupakan satu-satunya
yang meneliti hubungan jenis kelamin pasien dan dokter dan konkordansi mereka terhadap
kemajuan PCC.
Hipotesis kami bahwa pasien perempuan akan memiliki kunjungan medis dengn
karakteristik yang lebih PCC tidak terbukti. Literatur yang menyebutkan pasien perempuan
berkomunikasi dengan dokter mereka dengan cara yang berbeda dan memiliki kunjungan
partisipasi lebih dari pasien laki-laki, alasan yang memungkinkan adanya temuan ini menarik
untuk ditelaah. Berbagai perbedaan komunikasi tercatat pada pasien perempuan pada temuan

sebelumnya mungkin bukanlah komponen yang sama termasuk instrument\ pengukur PCC.
Terlebih, studi ini menggunakan berbagai metode pendekatan, termasuk perbedaan interaksi
instrument analisis, penggunaan pasien aktor atau kurangnya kendali terhadap variabel pasien,
gabungan kunjungan inisial dan lanjutan pada satu waktu dan kekurangan informasi tentang
macam-macam hubungan jenis kelamin pasien-dokter. Dimana studi lainnya berfokus pada
perbedaan PCC pada pasien perempuan dan laki-laki ditemukan perbandingan dengan pasien
laki-laki, kunjungan perempuan lebih besar PCC nya. Pada studi tersebut, perbedaan metode ,
dimana dua standarisasi pasien ditemui oleh masing-masing dokter yang berpartisipasi. Sebagai
tambahan, PCC diukur dengan instrumen analisis interaksi yang berbeda, Measure of PatientCentered Communication (MPCC). Sayangnya, sebagaimana yang dijelaskan Mead dan Bower,
MPCC dan pengukur menggunakan observasi berbasisi pasien memiliki level yang bervariasi
terhadap reabilitas dan validitas, seperti jenis kelamin laki-laki dan perempuan atau status
kesehatan pasien. Garis besar ini merupakan tantangan untuk pengukuran dan perbandingan hasil
temuan studi terhadap PCC.
Hipotesis kami bahwa dokter perempuan akan melakukan perilaku dengan gaya praktik
berbasis pasien sebagian terbukti. Menggunakan t test, kami menemukan dokter perempuan
memberikan PCC yang signifikan selama periode penelitian dibandingkan dokter laki-laki.
Bagaimanapun, saat dilakukan regresi untuk penelitian lebih lanjut hubungan ini (mengendalikan
faktor sosiodemografi pasien, perilaku resiko kesehatan, nyeri dan status kesehatan mental dan
fisik), hubungan ini masih namun tidak lagi signifikan.
Melalui observasi yang lama terdapat perbedaan yang penting pada komunikasi dan gaya
praktik pada dokter perempuan dibandingkan kolega laki-lakinya. Dokter perempuan lebih
memberikan waktunya untuk masalah psikososial dan pembangunan hubungan dan memberikan
pelayanan preventif. Sekali lagi, perbedaan komunikasi membuat pendekatan PCC lebih
dilakukan oleh dokter perempuan namun tidak secara definitif karena terdapat perbedaan alat
yang digunakan mengukur perilaku praktik. Pada studi ini menggunakan MPCC untuk
kuantitatifkan PCC, hasil tentang hubungan dengan jenis kelamin dokter tidak dapat
disimpulkan.
Hipotesis terakhir kami terbukti, konkordansi jenis kelamin antara pasien perempuan dan
dokter perempuan didapatkan lebih banyak jumlah PCC yang terlihat. Di lain pihak, jumlah PCC

yang paling sedikit didapatkan pada diskordansi kunjungan pasien perempuan-dokter laki-laki.
Uji regresi hubungan konkordansi dan diskordansi jenis kelamin dokter-pasien pada PCC, yang
dikendalikan oleh variabel pasien, didapatkan bahwa pasien perempuan-dokter perempuan
konkordansi disbanding diskordansi secara signifikan ditemtukan berhungan dengan jumlah PCC
yang diberikan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara konkordansi pasien laki-laki- dokter
laki-laki. Dimana ada perbedaan ciri komunikasi bagi dokter laki-laki dan pasien perempuan
sebagai tambahan faktor pada konkordansi pasangan ini, menuju perbedaan yang terukur pada
jumlah PCC pada kelompok ini. Temuan ini kompatibel dengan peneliti lain yang juga melihat
efek yang sama terhadap komunikasi antar jenis kelamin perempuan-perempuan terhadap
konkordansinya. Weisman dan Teitlebaum berteori bilah hal ini bisa dikarenakan 3 mekanisme:
pasien memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap dokter laki-laki dan perempuan, perbedaan
jenis kelamin diantara para dokter, terutama berhubungan dengan sikap menghargai peran jenis
kelamin, atau karena peningkatan status antara pasien dan dokter yang mempengaruhi
konkordansi keduanya.
Baik pada pasien peremupan dan laki-laki mungkin memiliki ekspektasi yang berbeda
terhdap dokter perempuan berdasarkan strereotipi peran perempuan atau pengalaman dengan
tenaga kesehatan perempuan. Hal ini dapat menimbulkan ekspektasi dokter perempuan akan
lebih memiliki empati dan kasih sayang disbanding dokter laki-laki. Ekspektasi ini kemudian
mempengaruhi perbedaan sikap dokter dan respon yang diberikan, dimana mempengaruhi
interaksi dokter perempuan dan memberikan kenyamanan yang lebih untuk berbagi informasi,
bertanta dan pembangunan hubungan terapi.
Dokter perempuan, yang memiliki dasar peran perempuan konvensional di masyarakat
sebelum masuk ke dunia medis , mungkin sedikit akan mengadopsi pendekatan berbasis-dokter
yang tradisional. Mereka juga lebih berkenan terlibat pada pengambilan keputusan pasien,
membuat atmosfer komunikasi selama kunjungan yang lebih seimbang. Juga diharapkan
memberikan pendekatan tradisional pada peran perempuan-laki-laki dan dinamika interaksi,
pasien perempuan-dokter laki-laki mungkin pasangan yang paling tidak nyaman bagi kedua
individu dibandingkan pasien jenis kelamin lainnya atau kombinasi pasien laki-laki-dokter
perempuan.

Diskordansi terlihat dengan rasa tidak nyaman dan adanya ketidakseimbangan kekuasaan
selama interaksi dokter-pasien. Dokter laki-laki melihat pasien perempuan sebagai tekanan dan
membosankan. Ini mungkin berkaitan dengan cara penyampaian gejala yang panjang dan lebih
rumit pada pasien perempuan. Sebaliknya, dokter perempuan dan laki-laki akan memiliki reaksi
yang berbeda terhadap pasien perempuan, yang biasanya terlihat dari lebih banyak bertanya dan
lebih banyak kebutuhan dan partisipasi dibandingkan saat menghadapi pasien laki-laki. Dokter
perempuan biasanya menanggapi dengan lebih berbasis pasien, dimana dokter laki-laki akan
lebih mengedapankan pendekatan biomedik. itu terlihat dari berbagai studi bahwa orientasi
psikososial (membangun rapport, bertanya, memberikan informasi, konseling)lebih tinggi saat
dokter dan pasien keduanya perempuan.
Dengan peningkatan jumlah tenaga medis perempuan, diharapakan pendekatan PCC
terutama pada pasien perempuan yang melakukan 2/3 kunjungan memberikan implementasi
pada profesi. Agar terjadi keseimbangan konkordansi pada seluruh pasangan jenis kelamin
diperlukan adanya pelatihan untuk menyamakan perbedaan gaya pendekatan dan meningkatkan
berbasis pasien. Sekolah medis dan kurikulum residen harus memasukkan prinsip PCC. Melatih
dokter dari kedua jenis kelamin dapat meningkatkan kemampuan berbasis psien dan menjaga
kemampuan mereka untuk diterapkan dalam praktik.
Terdapat beberapa batasan pada studi ini yang harus dicatat. Pasien dirandomisasi pada
klinik layanan primer (praktik keluarga atau penyakit dalam), tidak spesifik pada jenis kelamin
penyedia layanan. Sehingga, jumalah tiap tipe pasangan jenis kelamin pasien-dokter tidak sama
(seperti terlihat pada tabel 3). Penelitian kami dilakukan di pusat kesehatan universitas dengan
dokter residen layanan primer, dimana terdapat gaya praktik yang berbeda dibandingkan dokter
komunitas. Bahkan, pasien yang berpartisipasi pada studi ini tidak memiliki referensi pada
dokter spesifik atau spesialis. Pasien ini dapat mewakili populasi berbeda dan memiliki
karakteristik sosiodemografi yang berbeda, perilaku beresiko terhadap kesehatan, dan status
kesehatan dibandingkan pelayanan pasien di komunitas. Mengendalikan variabel tersebut pada
analisis kami, dengan harapan, membantu menjembatani perbedaan tersebut.
Studi masa depan mempengaruhi pasangan jenis kelamindan proses pelayanan akan
membutuhkan fokus yang lebih besar pada penilaianhasil akhir pasien dan indikasi kualitas

pelayanan, menggunakan analisis komunikasi yang konsisten pada rentang yang lebih lebar pada
pengaturan klinis.

Journal Reading

Patient-Centered Care: The Influence of Patient and


Resident Physician Gender and Gender Concordance
in Primary Care

Oleh
Fandaruzzahra Putri Perdani
210.121.0002

Pembimbing
dr. Farida Rusnianah,

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FARMASI
2016

Anda mungkin juga menyukai

  • P2K3
    P2K3
    Dokumen9 halaman
    P2K3
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen13 halaman
    Presentation 1
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Pre Test Dan Post Test
    Pre Test Dan Post Test
    Dokumen1 halaman
    Pre Test Dan Post Test
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Ortho
    Ortho
    Dokumen23 halaman
    Ortho
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Lapangan
    Laporan Kegiatan Lapangan
    Dokumen2 halaman
    Laporan Kegiatan Lapangan
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Soal To Final Padi
    Soal To Final Padi
    Dokumen34 halaman
    Soal To Final Padi
    afifulichwan
    Belum ada peringkat
  • Kartu Pintar Difteri
    Kartu Pintar Difteri
    Dokumen2 halaman
    Kartu Pintar Difteri
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • CRS
    CRS
    Dokumen33 halaman
    CRS
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Osce Fkub Batch 1 2014
    Osce Fkub Batch 1 2014
    Dokumen216 halaman
    Osce Fkub Batch 1 2014
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Tabel 2.11 Cara Pemakaian Penyekat Beta
    Tabel 2.11 Cara Pemakaian Penyekat Beta
    Dokumen10 halaman
    Tabel 2.11 Cara Pemakaian Penyekat Beta
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Revised NEA
    Jurnal Revised NEA
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Revised NEA
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • P2K3
    P2K3
    Dokumen9 halaman
    P2K3
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Field Study
    Field Study
    Dokumen5 halaman
    Field Study
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Document 2
    Document 2
    Dokumen1 halaman
    Document 2
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • PC TB
    PC TB
    Dokumen110 halaman
    PC TB
    Yayuk Abay Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Efek kombinasi tumbuhan terhadap perilaku ikan
    Efek kombinasi tumbuhan terhadap perilaku ikan
    Dokumen1 halaman
    Efek kombinasi tumbuhan terhadap perilaku ikan
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • 05 Ringkasan Summary
    05 Ringkasan Summary
    Dokumen2 halaman
    05 Ringkasan Summary
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen2 halaman
    Abs Trak
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • SWG CC
    SWG CC
    Dokumen4 halaman
    SWG CC
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen11 halaman
    Pemba Has An
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • 1,3,5 SP
    1,3,5 SP
    Dokumen9 halaman
    1,3,5 SP
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Proposal II
    Proposal II
    Dokumen2 halaman
    Proposal II
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Document 2
    Document 2
    Dokumen1 halaman
    Document 2
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen1 halaman
    Document
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat
  • 06 Kata Pengantar Skripsi
    06 Kata Pengantar Skripsi
    Dokumen1 halaman
    06 Kata Pengantar Skripsi
    FandaruzzahraPutriPerdani
    Belum ada peringkat