Anda di halaman 1dari 78

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP MENCUCI TANGAN

PENGERTIAN

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/01

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Mencuci tangan adalah salah satu tindakkan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya dengan tujuan untuk menjadi

bersih.
TUJUAN
1.Mengurangi jumlah microorganisme dari kulit dan tangan.
2.Menghindari terjadinya penyeberan infeksi.
PERSIAPAN ALAT 1. Sabun yang mengandung desinfektan dan tidak merusak kulit.
2. Wastapel dengan keran air yang mengalir.
3. Alat pengering, tissue atau handuk bersih dan kering.
PELAKSANAAN
1. Lepaskan jam tangan dan gulung lengan baju keatas pergelangan tangan. Hindarkan
memakai cincin selama mencuci tangan.
2. Jaga agar kuku tetap pendek dan datar.
3. Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka pada kulit.
4. Berdiri didepan wastapel. Jaga agar tangan tidak menyentuh wastapel (jika tangan
menyentuh wastapel saat mencuci tangan, harus diulang).
Alirkan air.
Basahi tangan dan lengan bawah lebih rendah daripada siku selama mencuci tangan.
Taruh sedikit sabun pada telapak tangan, sabuni dengan seksama.
Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 5 10 detik. Jalin jari jari tangan

5.
6.
7.
8.

dan gosok telapak tangan serta bagian punggung tangan dengan gerakan sirkulasi
paling sedikit masing masing 5 kali. Pertahankan supaya ujung ujung jari berada
9.
10.
11.
12.

Status Dokumen

dibawah memungkinkan pemusnahan mikroorganisme.


Jika daerah dibawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya.
Bilas tangan dengan air mengalir. Pertahankan supaya letak tangan dibawah siku.
Keringkan tangan dengan mengunakan alat pengering, tissue atau handuk kering.
Tutup keran dengan mengunakan handuk atau tissue yang kering.

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/02

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

SOP MENGUKUR SUHU


TUBUH (AXILLA)

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Mengukur suhu tubuh adalah salah satu cara / tindakan yang dilakukan untuk

TUJUAN

mengetahui temperature / suhu tubuh pasien.


Sebagai acuan langkah langkah mengukur suhu tubuh kepada pasien agar mengetahui

kelainan fisik secara dini.


PERSIAPAN ALAT 1. Thermometer
2. Alat tulis
3. Tissue
PELAKSANAAN
1. Menyiapkan alat alat yang digunakan.
2. Memberitahukan dan menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur yang
3.
4.
5.
6.
7.

dilakukan.
Mendekatkan alat alat.
Perawat mencuci tangan.
Mengatur posisi pasien (bebaring atau duduk).
Lengan baju pasien dibuka (bila perlu), keringkan ketiak dengan handuk atau tissue.
Mengambil thermometer, dicek, kemudian letakkan thermometer dengan reservoir

tepat ditengah axilla.


8. Membantu pasien untuk menjepitnya dengan cara menyilangkan tangan didada.
9. Menunggu 5 10 menit, kemudian buka jepitan tangan pasien lalu angkat
thermometer dan lap dengan tissue.
10. Membaca thermometer sejajar dengan mata dan mencatat hasinya dibuku suhu.
11. Membersihkan thermometer dengan alcohol dan dimasukkan pada tempatnya.
12. Perawat mencuci tangan.

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP MENGHITUNG
DENYUT NADI
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/03

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1
Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Menghitung denyut nadi adalah meraba dan menghitung denyut nadi pada bagian tubuh

TUJUAN

yang tertentu (pergelangan tangan, lipatan siku, leher, pelipis, lipatan paha).
Sebagai acuan langkah langkah menghitung denyut nadi melalui bagian tubuh yang
tertentu untuk membantu menentukan diagnose / menentukan langkah langkah

perawatan.
PERSIAPAN ALAT 1. Alat tulis
2. Pengukur waktu (arloji yang memiliki jarum detik)
PELAKSANAAN
1. Petugas mencuci tangan.
2. Jika pasien berbaring, letakkan lengan bawah menyilangi dada atau disamping tubuh
pasien dengan pergelangan tangan sedikit fleksi dan telapak tangan menghadap
kebawah. Jika pasien duduk, tekuk siku 90 0 dan sokong lengan bawah pada kursi
atau lengan perawat. Fleksikan sedikit pergelangan tangan dengan telapak tangan
menghadap kebawah.
3. Letakkan dua jari pertama di atas alur sekitar bagian radialis.
4. Tekan sedikit radialis, abaikan nadi awalnya, kemudian rilekskan sehingga nadi dapat
diraba dengan mudah.
5. Setelah nadi dapat dirasakan secara teratur, lihat jarum detik pada arloji untuk
meghitung frekuensi.
6. Jika nadi teratur, hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2.
7. Jika nadi tidak teratur, hitung selama 1 menit penuh (60 detik).
8. Tentukan kekuatan nadi, perhatikan apakah nadi teraba dengan ujung jari menonjol,
kuat lemah, atau cepat.
9. Bantu pasien untuk kembali pada posis yang nyaman.
10. Cuci tangan.
11. Catat hasil pengukuran pada status pasien.

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP MENGHITUNG
PERNAFASAN

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/04

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Menghitung pernafasan adalah menghitung jumlah pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)

TUJUAN

dalam 1 menit.
Sebagai acuan langkah langkah menghitung pernafasan untuk mengetahui jumlah
pernafasan dalam 1 menit, keadaan umum pasien dan membantu menentukan diagnosa.
3

PERSIAPAN ALAT 1.
2.
3.
PELAKSANAAN
1.
2.

Pengukur waktu (arloji yang memiliki jarum detik).


Alat tulis.
Sampiran / tirai.
Kaji faktor yang secara normal dapat mempengaruhi karakter pernafasan.
Pastikan bahwa pasien dalam posisi nyaman. Duduk atau berbaring dengan bagian
bawah kepala tempat tidur ditinggikan 450 sampai 60o.
Siapkan peralatan dan bahan :
Jam tangan dengan jarum detik atau tampilan digital.
Pena, lembar tanda vital / lembar pencatatan.
Pasang gorden / tirai dan tutup pintu. Cuci tangan.
Pastikan dada pasien dapat dilihat. Jika perlu buka baju atau gawn dari dada.
Letakkan tangan pasien pada posisi rileks yang tidak menghalangi pandangan pada

3.

4.
5.
6.

dada pasien atau letakkan tangan perawat langsung di atas abdomen pasien.
7. Observasi siklus pernafasan komplet (satu inspirasi dan satu ekspirasi).
8. Setelah mengobservasi siklus, lihat jarum detik pada arloji atau tampilan digital pada
jam dan hitung frekuensi, mulai menghitung satu siklus penuh pernafasan.
9. Jika irama teratur pada orang dewasa, hitung jumlah pernafasan dalam 30 detik dan
dikalikan 2. Pada bayi dan anak, hitung pernafasan dalam 1 menit penuh.
10. Pada orang dewasa jika irama pernafasan tidak teratur atau kurang dari 12 x/menit
11.
12.
13.
14.
Status Dokumen

atau lebih dari 20 x/menit. Hitung dalam 1 menit (60 detik).


Perhatikan irama dan siklus pernafasan.
Bantu pasien memakai baju kembali atau gown.
Cuci tangan.
Catat frekuensi dan karakter pernafasan pada status pasien.

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENGUKURAN
TEKANAN DARAH

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/05

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Mengukur tekanan darah adalah salah satu cara / tingakan pemeriksaan tanda tanda

TUJUAN

vital untuk mengetahui keadaan pasien sedini mungkin.


Sebagai acuan langkah langkah mengukur tekanan darah untuk mengetahui kerja

jantung, menentukan diagnosa, membantu memberikan terapi.


PERSIAPAN ALAT 1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Alat tulis
PELAKSANAAN
1. Membaringkan pasien dengan posisi terlentang ditempat tidur.
2. Pasien diberitahu maksud dan tujuan.
3. Petugas mencuci tangan.
4. Petugas berdiri disisi sebelah kanan pasien.
5. Lengan baju pasiean dinaikan keatas, pasang manset 4- 5 cm diatas lekuk siku,
jangan terlalu ketat / longgar.
6. Meletakkan tensimeter sejajar dengan mata petugas / diantara lengan dan badan
4

pasien.
7. Palpasi arteri brachialis, letakkan stetoskop diatasnya.
8. Mengunci balon, pompa pelan pelan sampai tidak terdengar lagi denyutan, naikan
20-30 mmHg lalu hentikan.
9. Membuka kunci balon, keluarkan udara pelan pelan dan dengarkan bunyi korotkoff
I IV sambil memperhatikan petunjuk di tensimeter kemudian tentukan systole dan
distolenya.
10. Setelah tidak terdengar bunyi, lepaskan udara sampai angka terendah.
11. Melepaskan stetoskop, manset, dan bereskan alat alat serta catat hasilnya.
12. Petugas mencuci tangan.

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENGUKURAN
BERAT BADAN

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/06

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Pengukuran berat badan adalah salah satu cara / tindakan yang dilakukan untuk

TUJUAN

mengetahui berat tubuh pasien.


Sebagai acuan langkah langkah pengukuran berat badaan kepada pasien agar

PERSIAPAN ALAT
PELAKSANAAN

mengetahui kelainan fisik secara dini.


1. Timbangan
2. Alat tulis
1. Petugas mencuci tangan.
2. Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Pastikan timbangan dalam keadaan baik, atur timbangan sehingga jarum atau angka
digital menunjukanan angka nol dan seimbang.
4. Persilakan klien naik diatas timbangan tanpa sepatu / sandal serta kenakan pakaian
5.
6.
7.
8.
9.

seringan mungkin.
Baca hasil dengan teliti.
Catat hasil timbangan.
Persilakan klien turun dari timbangan.
Rapikan alat alat.
Petugas mencuci tangan.

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENGUKURAN
TINGGI BADAN

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/07

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Pengukuran tinggi badan adalah salah satu cara / tindakan yang dilakukan untuk

TUJUAN

mengetahui tinggi badan pasien.


Sebagai acuan langkah langkah pengukuran tinggi badan kepada pasien agar

mengetahui kelainan fisik secara dini.


PERSIAPAN ALAT 1. Meteran / microtoise
2. Alat tulis
PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan.
2. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Klien berbaring tanpa bantal diatas alat ukur dengan kepala tepat menempel pada
4.
5.
6.
7.
8.

papan pembatas bagian atas.


Kemudian geser papan pembatas bagian bawah dan baca hasil pengukuran.
Catat hasil pengukuran.
Rapikan pasien.
Kembalikan alat alat ke tempat semula.
Mencuci tangan.

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP MEMASANG DAN


MEMBUKA SARUNG TANGAN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PERSIAPAN ALAT
PELAKSANAAN

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Sarung tangan steril
Memasang Sarung Tangan

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/08

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator
Ika Yuli Rossanti
NIP 19780725 200502 2 002

1. Siapkan kemasan sarung tanggal steril yang sesuai ukuran


2. Lakukan cuci tangan dengan seksama
3. Buka pembungkus bagian paling luar dari kemasan sarung tangan dengan
memisahkan atau melepaskan sisinya
4. Pegang bagian dalam kemasan dan letakkan pada permukaan yang bersih, datar dan
tepat diatas tinggi siku. Buka kemasan, jaga agar sarung tangan tetap diatas
permukaan bagian dalam pembungkus
5. Jika sarung tangan tidak dibedaki, ambil pak bedak dan pakai tipis tipis pada
tangan
6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, setiap sarung tangan memiliki manset kira
kira lebar 5cm. kenakan sarung tangan dominan lebih dulu
7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tengah dari tangan non dominan, pegang tepi
manset sarung tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya bagian dalam sarung
tangan
8. Pakai sarung tangan ditangan dominan, pastikan manset tidak menumpuk
dipergelangan tangan. Pastikan jari jari berada ditempat yang tepat
9. Dengan tangan dominan yang bersarung, selipkan jari didalam manset sarung tangan
kedua
10. Kenakan sarung tangan kedua. Jagan biarkan tangan menyentuh setiap bagian tangan
non dominan yang terbuka
11. Setelah sarung tangan kedua dikenakan, tautka kedua tangan. Manset biasanya jatuh
kebawah setelah pemakaian. Pastikan hanya untuk menyentuh bagian yang steril
Membuka Sarung Tangan
1. Pegang bagian luar dari manset dengan tangan yang bersarung tangan. Hindari
menyentuh pergelangan tangan
2. Lepaskan sarung tangan. Balikan menjadi bagian dalam kea rah luar. Buang
ketempat pembuangan
3. Dengan jari yang telah lepas tersebut ambil bagian dalam dari sarung tangan yang
masih dikenakan, lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat pembuangan
4. Cuci tangan

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PEMERIKSAAN
PADA IBU HAMIL

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PERSIAPAN

Status Dokumen

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/09

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Pelayanan yang diberikan kepada setiap ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas.
1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas.
2. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
3. Deteksi dini komplikasi kehamilan.
1. Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
Ibu hamil mendapatkan pelayanan sesuai standar (7T) antara lain : tensi,
timbang, tinggi fundus, TT, tablet besi, test PMS, temu wicara.
2. Kebijakan teknis
Mengupayakan kehamilan yang sehat.
Deteksi dini komplekasi.
Persiapan persalinan bersih dan aman.
Rujukan yang tepat dan cepat.
1. Persiapan alat
Timbangan BB
Pengukur TB
Pengukur lila
Thermometer
Tensimeter
Stetoskop
Trolo berisi :
Doppler / linek
Jelly
Tissue
Perkusi hammer
Centimeter (midline)
Kom berisi kapas kering
Kom berisi minyak steril
Nierbeken 1 buah
Kalender obstetric
Kartu KIA
Format inform counsent
Tempat tidur (laken, stick laken, selimut)
2. Persiapan pasien
Pasien diminya untuk BAK dan cebok bersih.
Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/09

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

SOP PEMERIKSAAN
PADA IBU HAMIL
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PELAKSANAAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Halaman

: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
Ika Yuli Rossanti
NIP 19630928 198603 1 009
NIP 19780725 200502 2 002
Menyambut ibu hamil dan keluarga dengan sopan dan ramah
Melakukan anamnesa
Menyelesaikan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan (persetujuan tindakan).
Bidan berkompeten terhadap pemeriksaan yang akan dilakukan.
Mencuci tangan.
Mengukur tekanan darah dan lila.
Menimbang BB.
Mengukur TB.
Mengukur suhu badan.
Mempersilahkan ibu untuk baring ditempat tidur dan sedikit menekuk lututnya.
Memasamg selimut.
Melakikan pemeriksaan fisik (inspeksi dan palpasi): rambut, mata, telingga, hidung,

mulut, gigi, leher, dan payudara.


13. Mekakukan perawatan payudara dan putting susu.
14. Melakukan palpasi abdominal
Mengukur TFU (mengunakan midline, diukur dari tepi atas simpisis sampai

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Status Dokumen

dengan fundus, diukur dengan cara BUTA(midline terbalik))


Palpasi leopod I (meraba bagian fundus)
Leopod II (menentukan letak punggung janin)
Leopod III (menentukan bagian terendah janin)
Leopod IV (menilai bagian terendah janin sudah masik PAP / belum)
Menanyakan pengeluaran dari vagina
Melihat dan meraba apakah ada varises atau oedema
Memeriksa refleks patella
Mencuci tangan
Memberitahukan hasil pemeriksaan dan mendiskusikannya
Kolaborasi untuk pemberian therapy
Melakukan dokumentasi

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENGUKURAN
DENYUT JANTUNG JANIN

PENGERTIAN

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/10

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Pengukuran denyut jantung janin adalah salah satu cara / tindakan yang dilakukan untuk
9

TUJUAN

mengetahui denyut jantung janin di dalam rahim.


Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya

denyut jantung janin dalam rahin


PERSIAPAN ALAT 1. Doppler
2. Jelly
PELAKSANAAN 1. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
2. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Beri jelly pada doppler/lineac yang akan di gunakan
4. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil di daerah punggung janin
5. Hitung detak jantung janin
5.1. dengar detak jantung janin selama 1 menit. Normal detak jantung janin 120-140/
menit
5.2. beri penjelasan kepada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
5.3. Jika pada pemeriksaan detak jantung janin tidak terdengar ataupun tidak ada
pergerakan janin, maka pasien diberi penjelasnan dan pasien di rujuk ke RS
6. Pasien dipersilahkan bangun
7. Catat hasil pengukuran pada buku KIA
8. Kembalikan alat alat ke tempat semula.
9. Mencuci tangan.

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

PENGERTIAN

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/11

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Muntah yang sering dan menetap pada awal kehamilan yang dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis dan dapat sampai yellow atrophy pada hati, dengan tanda/gejala:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus
Badan lemah
Nafsu makan tidak ada
Berat badan menurun
Nadi cepat
10

Tekanan darah menurun


Tugor kulit menurun
Lidah kering
Mata cekung
2. Tingkat II
Lemah dan apatis
Tugor kulit menurun
Lidah kering dan Nampak kotor
Nadi kecil dan cepat
Tekanan darah menurun
Oliguri dan konstipasi
Suhu tubuh meningkat
Mata cekung dan kuning
Berat badan menurun
Pernafasan bau aceton
3. Tingkat III
Keadaan penderita memburuk
Muntah berhenti
Suhu meningkat
Nadi cepat dan kecil
Tekanan darah menurun
Terjadi encephalopathy
Timbul ikterus

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

TUJUAN
PROSEDUR

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/11

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 2 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Memberikan pelayanan yang seoptimal mungkin pada penderitaan dengan hiperemisis


gravidarum dan untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
1. Perbaiki keadaan umum penderita
2. Pemberian cairan infuse sesuai keadaan penderita
3. Pemberian obat anti emetic : metochopramide 3x1 ampul IV, vit B6 3x1 ampul IV,
dll
11

4.
5.
6.
7.
8.

Status Dokumen

Pemberian obat sedative : fenobarbital 100mg IM atau diazepam 5 mg IV


Diet : sesering mungkin, sedikit sedikit, dan tinggi karbohidrat
Kurangi pengunjung
Berikan ketenangan penderita bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
Bila keadaan makin memburuk, rujuk

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
ABORTUS

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/12

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,

TUJUAN

dengan usia kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
Memberikan pelayanan perawatan dan tindakan seoptimal mungkin untuk mencegah

PROSEDUR

komplikasi yang mungkin terjadi bagi penderita abortus.


I.
Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Pengobatan :
Tirah baring
Pemberian sedative : diazepam 3x2mg/hari atau fenobarbital 3x30mg/hari
Jangan manipulasi vagina
12

II.

III.

IV.

Status Dokumen

Induk

Observasi perdarahan
Penjelasan pada penderita mengenai kehamilannya
Abortus insipient
Abortus yang sedang berlangsung dimana ostium uteri telah membuka tetapi
hasil konsepsi masih dalam cavum uteri
Pengobatan :
Observasi tanda vital
Perbaiki keadaan umum penderita
Terminasi kehamilan secara oksitosin dan atau kuretase
Pemberian antibiotic selama 3-5hari
Abortus inkompletus
Abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri dan
sebagian masih tertinggal.
Pengobatan :
Observasi tanda vital
Perbaiki keadaan umum
Lakukan rujukan
Abortus komplitus
Abortus dimana hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri.
Pengobatan :
Tidak memerlukan pengobatan khusus
Bila penderita anemia maka berikan zat besi (fe)
Makanan yang banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
ABORTUS

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/12

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 2 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

13

V.

Mussed abortion
Abortus dimana janin telah meninggal dalam kandungan sebelum usia
20minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan

VI.
VII.

selama 8 minggu atau lebih.


Pengobatan :
Observasi tanda vital
Lakukan rujukan
Abortus habitualis
Terjadinya abortus 3x berturut turut atau lebih.
Pengobatan : lakukan rujukan
Septic abortion
Terjadinya abortus yang disertai infeksi yang berat yang disebabkan oleh
abortus itu sendiri.
Tanda dan gejala :
Keadaan penderita menurun
Kesadaran menurun
Tekanan darah menurun
Pernafasan cepat
Perdarahan pervaginam yang berbau
Terjadi anuria
Nyeri tekan atas simpisis
Febris
Nadi cepat
Pengobatan :

Status Dokumen

Induk

Observasi tanda vital


Perbaiki keadaan umum ibu : pemberian cairan infuse
Lakukan rujukan

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

14

PENGERTIAN

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya cervik dan janin turun kejalan lahir.
Kelahiran adalah suatu proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
keehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 sampai 24 jam, tanpa komplikasi baik ibu
maupun pada janin.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
1. Kala I : dimulai pada saat persalinan dimulai sampai pembukaan lengkap (10cm).
proses ini berlangsung antara 18 sampai 24 jam, terbagi dalam 2 fase yaitu fase
laten(8 jam) cerviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7jam) cerfik membuka
dari 3cm sampai 10cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
2. Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap samapi bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
3. Kala III : dimulai segera seteelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

TUJUAN

PROSEDUR

Status Dokumen

berlangsung tidak lebih dari 10menit.


4. Kala IV : dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
Secara umum :
Mampu mengelola persalinan secara sistematis, benar, dan aman sehingga ibu dan bayi
selamat dengan trauma sekecil mungkin
Secara khusus :
1. Mempersiapkan fisik dan mental ibu dalam menghadapi persalinan
2. Mendeteksi dini kelainan yang timbul dalam proses persalinan
3. Mengelola persalinan yang benar
4. Mengurangi terjadinya komplikasi, trauma dan jejas persalinan
5. Menjalin kerja sama yang baik antara penolong dan ibu
KALA I
1. Pengkajian dan pemantauan
a. Kemajuan persalianan
Riwayat persalinan
Permulaan timbulnya his
Selaput ketuban utuh atau robek
Darah lender
Masalah yang pernah ada pada persalinan terdahulu
Terakhir kali makan dan minum

Induk

Salinan

15

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 2 dari 10
Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
Ika Yuli Rossanti
NIP 19630928 198603 1 009
NIP 19780725 200502 2 002
Pemeriksaan abdomen
Tinggi fundus
Posisi janin
Tanda bekas operasi
Kontraksi : frekuensi, lamanya, kekuatannya (control dalam 30 menit sekali
dalam fase aktif)
Penurunan kepala (control tiap 2 jam pada fase akut)
Pemeriksaan vagina (control setiap 4 jam)
pembukaan serviks
penipisan serviks
penurunan bagian terendah moulding
kondisi membrane (selaput ketuban)
anggota tubuh bayi
b. Kondisi ibu
kaji catatan ANC
pemeriksaan umum
TTV (control setiap 4jam)
BB
Kondisi putting susu
Refleks
Kandung kemih (control tiap 4 jam)
Oedema
Pemberian makanan / minuman (control setiap 4 jam)
pemeriksaan laboratorium
urine : warna, kejernihan, bau, protein
darah : haemoglobin
pemeriksaanpsikososial
perubahan prilaku
tinggi energy
kebutuhan akan dukungan

Status Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

No.Distribusi

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 3 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus

Ika Yuli Rossanti

16

NIP 19630928 198603 1 009


NIP 19780725 200502 2 002
c. Kondisi janin
Gerakan janin
DJJ (control setiap 30menit pada fase aktif)
Jika selaput ketuban pecah, maka periksalah : warna cairan ketuban, kepekatan
cairan ketuban, jumlah cairan ketuban
2. Catat semua informasi tentang kemajuan persalinan dan kondisi ibu serta janin
dalam partograf
3. Tindakkan
a. Hadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu selama proses persalinan
b. Atur posisi dan aktifitas ibu sesuai yang dikehendaki ibu
c. Bombing ibu secara rileks sewaktu ada his
d. Jaga privasi ibu
e. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan
f. Jaga kebersihan ibu dan lingkungannya
g. Atasi rasa panas yang mungkin ibu rasakan
h. Masase daerah punggung ibu atau usap perut ibu dengan lembut
i. Perhatikan pemenuhan cairan dan nutrisi
j. Perhatikanagar kandung kemih tetap kosong
KALA II
I.
Melihat tanda dan gejala kala II
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II
Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
Ibu merasa adanya tekanan pada anus
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
II.
Menyiapkan peralatan
1. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalianan termasuk mematahkan
ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik satu kali pakai 2,5 ml
kedalam
wadah
partus
set
III.

Status
Dokumen

Induk

Menyiapkan diri untuk memberi pertolongan persalinan


1. Memakai celemek plastic
2. Memastikan lengan atau tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
3. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang digunakan untuk
pemeriksaan dalam
4. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang memakai sarung
tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali pada wadah partus set. Bila
ketuban belum pecah, pinggirkan setengah kocher pada partus set
Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 4 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus

Ika Yuli Rossanti


17

IV.

NIP 19630928 198603 1 009


NIP 19780725 200502 2 002
Memastika pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1. Membersihkan vulva dan perineum mengunakan kapas basah dengan gerakan vulva
keperineum bila daerah vulva dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,
bersihkan daerah tersebut dari kotoran)
2. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah
Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil pemeriksaan pada patograf dan nilai
kemajuan persalinan
Bila selaput ketuban belum pecah : lakukan pemecahan selaput ketuban
- Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian kecil janin atau lati pusat
- Masukkan setengah kocher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan
telunjuk dan jari tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban
- Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari tangan kanan
membimbing ujung kocher menggores selaput ketuban hingga ketuban
pecah
- Keluarkan kocher dari vagina ibu dengan tangan kiri, masukkan kedalam
ember yang berisi larutan klorin 0,5 %
- Pertahankan jari jari tangan kanan tetap kedalam vagina sehingga yakin
bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat setelah selaput ketuban
dipecahkan
- Keluarkan jari tangan dari vagina
3. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%
4. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal
(120 160 x/menit)
V.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran


1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, dan meminta
ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah merasi I gin meneran
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

VI.

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 5 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Pimpin meneran
1. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
18

Memimpin ibu untuk meneran pada saat timbul his, menyesuaikan pimpinan

meneran dengan kecepatan lahirnya kepala


Mendukung usaha ibu untuk meneran
Member ibu kesempatan istirahat bila tidak ada his (diantara his)
Meminta bantuan keluarga untuk member minum saat istirahat
Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk meneran, tunggu hingga ibu
mempunyai dorongan kuat untuk meneran (maksimal 60 menit). Ibu dapat
-

VII.

VIII.

Status
Dokumen

Induk

dianjurkan ganti posisi meneran : miring, jongkok, tau merangkak


Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran selama 2 jam-primi / 2 jam-

multipara, segera lakukan rujukan


Persiapan pertolongan kelahiran bayi
1. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
2. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawa bokong ibu
3. Membuka tutup set partus
4. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
1. Saat subocciput tampak dibawah simpisis, tangan kanan melindungi perineum
dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan
puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir (minta
ibu untuk tidak meneran dengan bernafas pendek pendek, bila didapatkan
mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahiir lakukan penghisapan pada
mulut dan hidung bayi mengunakan penghisap lender De Lee)

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 6 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

2. Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lender dan darah
3. Memeriksa adanya belitan talipusat pada leher janin
4. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
1. Setelah kepala janin menghadap paha ibu, letakkan kedua tangan biparietal kepala
janin, tarik secara hati hati kearah bawah sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian
tarik hati hati keatas sampai bahu posterior/belakang lahir (bila terdapat belitan
talipusat yang terlalu erat sehingga menghambat putran paksi luar atau lahirnya bahu,
19

minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem didua
tempat pada talipusat dan potong talipusat diantara 2 klem tersebut)
Lahirnya badan and tungkai
1. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian
posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari
pada bahu dan dada/punggung, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu
janin anterior saat badan dan lengan lahir
2. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan
IX.

kiri diantara kedua lutut janin)


Penanganan bayi baru lahir
1. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemukian
rupa sehingga bayi menghadap ke penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepla lebih rendah dari badan 9bila talipusat terlalu pendek,
letakkan bayi ditempat yang memungkinkan)

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 7 dari 10
Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
Ika Yuli Rossanti
NIP 19630928 198603 1 009
NIP 19780725 200502 2 002
2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
talipusat
3. Menjepit tali pusat mengunakan klem kira kira 3cm dari umbilical bayi, melakukan
urutan talipusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama
4. Memegang talipusat diantara kedua klem mengunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari jari tangan kiri, memotong talipusat diantara 2 klem
5. Menganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga

X.

kepala
6. Memberikan bayi kepada ibu untuk disuse bila ibu menghendaki
Pemeriksaan aktif persalinan kala III
Menyuntikan oksitosin
1. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
2. Memberitahu ibu akan disuntik
20

3. Menyuntikan oksitosin 1 unit secara IM pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah
melakukan aspirasi terlebih dulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak
mengenai pembuluh darah
Penegangan talipusat terkendali
1. Memindahkan klem pada talipusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva
2. Meletakkan tangan kiri diatas simpisis menahan bagian bawah buterus, sementara
tangan kanan memegang talipusat mengunakan klem dengan jarak 5-10cm dari vulva
3. Saat uterus kontraksi, menegangkan talipusat dengan tangan kanan sementara tangan
kiri menekan uterus hati-hati kearah dorso-kranial (bila uterus tidak berkontraksi,
minta ibu / keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu)
Mengeluarkan plasenta
1. Jika dengan penegangan talipusat terkendali talipusat terlihat bertambah panjang dan
terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan
kanan menarik talipusat kearah bawah kemudian keatas sesuai dengan kurva jalan lahir
hingga plaseenta tampak pada vulva
Bila talipusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali
klem hingga berjarak kurang lebih 5-10cm dari vulva
No. Dokumen

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 8 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Bila placenta belum leepas setelah mencoba langkah no 36 dalam waktu 15 menit :
- Suntik ulang 10 iu oksitosin, IM
- Periksa kandung kemih, kateterisasi bila perlu
- Beritahu keluarga untuk persiapan rujukan
- Ulangi lagi langkah no 36 selama 15 menit
- Rujuk ibu bila placenta tidak lahir setelah mencoba langkah no 36 dalam waktu

15 menit kedua (lihat BAB V)


2. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan placenta dengan hati hati.
Bila perlu(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban (bila selaput ketuban robek dapat digunakan klem untuk menarik selaput
ketuban tersebut keluar atau memasukan jari telunjuk dan jarintengah kanan kedalam
vagina untuk melepaskan selaput ketuban dari mulut rahim
Masase uterus
1. Segera setelah plaseenta lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan mengosok
fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4jari tangan kiri hingga kontraksi
XI.

uterus baik (fundus teraba keras)


Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan
1. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus, periksa bagian maternal dan
21

bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan masukkan kedalam kantong plastic yang

tersedia
Bila plasenta tidak lahir leengkap atau ada perdarahan lihat BAB V
Bila kontraksi uterus tidak baik dalam 15 detik melakukan masae, mulai kompresi

bimanual interna (lihat penanggulanagn atonia uteri, BAB V)


2. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum yang
menimbulkan perdarahan aktif (bila ada perdarahan yang menimbulkan perdarahan
aktif segera lakukan penjahitan)

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

XII.

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 9 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Pasca tindakan
1. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam,
pastikan kontraksi uterus baik
2. Membersihkan sarung tangan dari lender dan darah dalam larutan klorin
0,5%, kemudian bilas tangan yang masih mengunakan sarung tangan
dengan air yang berisi disenfektan tingkat tinggi dan mengeringkannya
Mengikat talipusat
1. Mengikat talipusat kurang lebih 1 cm dari umbilical dengan simpul mati
2. Mengikat balik talipusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya
3. Melepaskan klem dari talipusat dan memasukkannya dalam wadah berisi
larutan klorin
4. Membungkus kembali bayi
7. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui
Evaluasi
1. Lakukan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam, dan tanda vital ibu
2-3 x dalam 10 menit pertama
> pastikan
Setiap 15 menitpada 1jam pertama > kontraksi
Setiap 20-30 menit pada 1jam kedua > uterus
Bila kontraksi uterus tidak baik, lakukan masase uterus dan beri metal
ergometrin 0,2 mg IM
2. Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa/merasakan uterus yang
memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakuka masase uterus
bila kontraksi tidak baik
22

3. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi


4. Memeriksa nadi ibu
Bila terjadi robekan jalan lahir yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan (lihat PB penjahitan robekan perineum)

PUSKESMAS SELUAS

SOP PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL

XIII.
1.
2.
3.

No. Dokumen

: SOP.KIA/14

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 10 dari 10

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Kebersihan dan keamanan


Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
Membuang bahan bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang tersedia
Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lender, dan drah serta menganti

pakaiannya dengan pakaian bersih / kering


4. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu ibu
apabila ibu ingin minum
5. Dekontaminasi tempat persalinan dengan klorin 0,5%
6. Membersihkan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%, melepaskan
sarungtangan dalam keadaan terbalik dan merendam dalam larutan klorin
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
8. Melengkapi patograf dan mengukur tekanan darah

23

PUSKESMAS SELUAS

SOP AMNIOTOMI

PENGERTIAN

No. Dokumen

: SOP.KIA/13

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Suatu tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan menbuat robekan kecil
yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya

TUJUAN
PROSEDUR

tekanan didalam rongga amnion


Agar penyelesaian proses persalinan berlangsung semana mestinya
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tindakan yang akan dilakukan dan jaga privasi
ibu
2. Ibu berbaring terlentang dlam posisi litotomi atau dorsar recumbent
3. Dekatkan alat alat yang telah disiapkan
4. Setelah dipeoleh hasil periksa dalam dan pastikan kepala sudah masuk PAP serta
tidak teraba bagian bawah janin dan talipusat
5. Fiksasikan kepala janin pada PAP dengan 1 tangan
6. Masukan kocher atau spatula bergigi diatas telunjuk danjari tengah tangan yang
lain hingga menyentuh selaput ketuban
7. Saat selaput ketuban menegang (kontraksi) gerakkan kedua ujung jari tangan dalam
untuk menorehkan gigi kocher atau spatula hingga merobek selaput amnion
8. Tekan ujung jari pada tempat robekan sehingga cairan amnion keluar perlahan
lahan (perhatikan warna, kejernihan, pewarnaan mekonium, jumlah, dan ferniks
kaseosa pada cairan amnion)
9. Setelah cairan mengalir perlahan, keluarkan kocher/spatula dari vagina, masukan
kedalam ember berisi larutan disenfektan
10. Perhatikan jari tangan dalam pada vagina sehingga yakin terjadi penurunan kepala
serta pastikan tidak teraba bagian terkecil janin atu talipusat
11. Keluarkan jari tangan dari vagina
12. Monitor DJJ setelah ketuban pecah
13. Lanjutkan pimpin persalinan

24

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
PERDARAHAN POST PARTUM

PENGERTIAN

No. Dokumen

: SOP.KIA/15

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Perdarahan pervaginam 500cc atau lebih setelah bayi lahir, dengan tanda tanda antara
lain: perdarahan pervaginam, penderita tampak pucat, tekanan darah menurun, nadi

TUJUAN

cepat, keringat dingin.


Memberikan pelayanan, perawatan dan tindakan seoptimal mungkin serta mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita dengan pasca persalinan, sehingga tidak
terjadi shock irreversible, gangguan fungsi ginjal karena dehidrasi, infeksi sampai sepsis,

PROSEDUR

sampai kematian.
1. Perbaikan keadaan umum ibu
2. Pemberian cairan intra vena (infuse)
3. Cek Hb dan golongan darah, bila anemia berikan transfuse
4. Cari penyebabnya :
Retensio plasenta atau sisa plasenta
Atonia uteri atau hipotonia uteri
Robekkan jalan lahir
Gangguan proses pembekuan darah
5. Penatalaksanaan tergantung penyebab, bila gagal rujuk

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
RETENSIO PLASENTA
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

25

No. Dokumen

: SOP.KIA/16

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Tidak terlepasnya plasenta 30 menit atau lebih setelah bayi lahir, dengan tanda/ gejala:

TUJUAN

fundus uteri masih tinggi, terjadi perdarahan.


Memberikan pelayanan, perawatan dan tindakan yang seoptimal mungkin bagi penderita

PROSEDUR

retensio plasenta, sehingga tidak terjadi perdarahan, infeksi bahkan kematian.


1. Periksa keadaan umum ibu dan perbaiki KU tersebut dengan :
Pasang infuse
Cek kadar Hb dan golongan darah
2. Kosongkan kandung kemih
3. Test pelepasan plasenta, jika sudah lepas dikeluarkan
4. Beri utero tonika
5. Bila belum lepas coba tindakan manual placenta
6. Sisa placenta dilakukan evakuasi
7. Bila gagal rujuk

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
HIPOTONIA / ATONIA UTERI

No. Dokumen

: SOP.KIA/17

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Kontraksi uterus yang minimal sampai tidak ada sama sekali, dengan tand / gejala antara

TUJUAN

lain peendarahan pervaginam dan fundus uteri makin membesar


Memberikan pelayanan perawatan dan tindakan pada penderita hipotonia/atonia uteri

PROSEDUR

serta mencagah kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi


1. Observasi keadaan umum penderita
2. Pasang infuse sesuai dengan keadaan penderita
3. Berikan utero tonika baik secara IV maupun drip oksitosin injeksi 1ampul IV
26

dan atau metal ergometrin injeksi 1 ampul IV. Dilanjutkan pemberian oksitosin
injeksi 1 ampul dalam cairan infuse 40 tetes/menit (dosis dapat dinaikan
tergantung keadaan pasien)
4. Masase funtus uteri dengan mengunakan tangan dari luar uterus dirangsang
secara memijit
5. Kompresi bimanual uterus : dengan memakai dua tangan dilakukan dengan
masase uterus, tangan satu dalam cavum uteri dengan cara mengepal menekan
kearah fundus uteri, sedangkan tangan yang lain dari luar diatas fundus uteri
melakukan masasee uterus demikian terusnya
6. Pemberian antibiotika
7. Jika gagal lakukan rujukan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
EPISIOTOMI

PENGERTIAN

No. Dokumen

: SOP.KIA/18

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Insisi pada perineum, yang terbagi menjadi 4 yaitu :


1.
2.
3.
4.

Episiotomy medialis, yang dibuat di garis tengah


Episiotomy medio lateral, dari garis lengan ke samping menjauhi anus
Episiotomy lateralis, 1-2cm diatas comisura posterior kebelakang
Episiotomy sekunder, karena rupture perineum spontan atau episiotomy medialis

TUJUAN

yang melebar
Mencegah kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang

PROSEDUR

melebihi kapasitas adaptasi


1. Member penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan bantulah ibu agar ibu
merasa tenang
2. Bila diberi anestesi local :
a. Pasanglah jarum no 22 pada spuit 10cc, kemudian isi spuit dengan bahan
27

anestesi
b. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala janin dan perineum
c. Tusukan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior
yaitu bagian sudut bawah vulva
d. Arahkan jarum dengan bentuk sudut 450 kesebelah kiri atau kanan garis tengah
perineum, lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak
memasuki pembuluh darah
e. Sambil menaruk mundur jarum suntik, insfiltrasikan 5 10ml cairan anestesi
f. Tunggu 1-2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal,sebelum episiotomy
dilakukan
3. Tindakan episiotomy
a. Pegang gunting yang tajam dengan 1 tangan
b. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah
dengan rencana sayatan. Tunggu fase acme(puncak his) kemudian selipkan
gunting dalam keadaan terbuka diantara jari telunjuk dan jari tengah
c. Gunting perineum, dimulai dari comisura posterior 45 0 kelateral (kiri atau
kanan)

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
MENJAHIT LUKA EPISIOTOMI

PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR

No. Dokumen

: SOP.KIA/19

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

Mereparasi perineum karena adanya luka pada perineum akibat tindakan episiotoomi
atau rupture pada proses persalinan
1. Mendekatkan merapatkan jaringan
2. Menghentikan perdarahan
1. Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan jaga privasi ibu
2. Dekatkan alat alat untuk menjahit
3. Bersihkan tempat tidur didaerah bokong lalu ganjal bokong dengan bengkok
4. Atur posisi ibu dan arahkan cahaya lampu sorot pada daerah yang benar
5. Ganti sarung tangan
6. Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vagina dan
perineum
7. Bila diperlukan pasanglah tampon atau kedalam vagina mencegah darah mengalir
kedaerah yang akan dijahit
8. Letakkan kain duk steril dibawah bokong ibu dan siapkan alat yang akan digunakan
9. Uji efektifitas anastesi local yang diberikan sebelum episiotomy apakah masih
bekerja (sentuh ujung jarum pada tepi luka), jika terasa sakit tambahkan anastesi
local sebelum penjahitan dilakukan
10. Ibu dinasehatkan agar jangan mengangkat bokong untuk memudahkan pekerjaan dan
menghindari terjahitnya bagian rectum
11. Atur posisi penolong sehingga bekerja dengan leluasa dan aman dari ancaman
12. Periksa keadaan luka, apakah robekan luka pada perineum tingkat I, II, dan III
13. Telusuri daerah luka mengunakan satu jari tangan dan tentukan secara jelas batas
luka. Lakukan jahitan pertama kira kira 1 cm di atas ujung didalam vagina. Ikat dan
28

potong salah satu ujung dari benang dengan dengan menyisakan benang kurang lebih
2cm. jahitlah mukosa vagina dengan mengunakan jahitan jelujur dengan jerat kebah
sampai lingkaran sisa hymen. Kemudian tusukan jarum menembus mukosa vagina
didepan hymen dan keluarkan pada sisa dalam luka perineum. Periksa jarak tempat
keluarnya jarum diperineum dengan batas atas irisan episiotoma. Lanjutkan jahitan
jelujur dengan jerat pada lapisan sub kutis dan otot sampai keujung luar luka
(pastikan setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisan otot
tertutup dengan baik). Setelah mencapai ujung luka, balikan arah jarum kelumen
vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.
14. Bila telah mencapai lingkaran hymen, tembuskan jarum keluar mukosa vagina pada
sisi yang berlawanan dari tusukan terakhire subkutikuler, tahan benang sepanjang
2cm dengan klem, kemudian tusukan kembali jarum pada mukosa vagina dengan
jarak 2mm dari tempat keluarnya benang dan sulangkan kesisi berlawanan hingga
menembus mukosa pada sisi berlawanan. Ikat benang yang dikelurkan dengan
benang pada klem dengan simpul kunci. Lakukan control jahitan dengan
pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan), tutup
jahitan luka episiotomy dengan kain kasa yang dibubuhi cairan antiseptic.

PUSKESMAS SELUAS

SOP PENATALAKSANAAN
ROBEKAN JALAN LAHIR

No. Dokumen

: SOP.KIA/20

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN

Terjadinya robekkan jalan lahir oleh karena trauma persalinan baik karena tindakan atau

TUJUAN

spontan, robekan dapat terjadi pada : portio, dinding vagina maupun perineum
Memberikan pelayanan pada penderita dengan robekan jalan lahir yang seoptimal

PROSEDUR

mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi


1. Robekan pada portio
Dilakukan penjahitan dengan :
Melihat secar jelas tempat robekan (memakai speculum
Penjepitan disamping bagian portio yang robek
Penjahitan secara simpul satu satu (memakai cromic)
2. Robekan pada dinding vagina
Dilakukan penjahitan dengan :
Melihat secara jelas tempat robekan
Penjahitan dimulai dari ujung luka secara simpul satu - satu
3. Robekan pada perineum
Grade I : dilakukan penjahitan secara simpul satu satu
Grade II : dilakukan penjahitan secara simpul satu satu
Garage III : (dilakukan dirumah sakit)
Dilakukan penjahitan dimulai dari spinter ani secara crossing menyerupai angka
8 dengan cromic no. 1, kemudian penjahitan baguan luarnya secara simpul satu

satu
Setelah dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk memastikan tidak aanya
29

bagian rectum yang terjahit


4. Bila gagal lakukan rujukan

PUSKESMAS SELUAS

SOP PEMBERIAN IMUNISASI


TETANUS TOXOID

No. Dokumen

: SOP.KIA/21

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 1 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

PENGERTIAN
TUJUAN

Pelayanan imunisasi yang diberikan pada setiap wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil.
Untuk mencegah penyakit tetanus baik pada WUS, ibu hamil, dan bayi yang baru

KEBIJAKAN

dilahirkan.
Kebijakan program nasional, dengan memperhatikan interval pemberian (TT 1 sampai
TT5)
Antigen
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

Interval
Pada kunjungan pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan setelah TT 2
1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

Lama perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun / seumur hidup

% perlindungan
80
95
99
99

.
1. Pesiapan alat
Termos es yang berisi vaksin, cold pack, dan pengukur suhu
Kapas DTT
Spuit disposable sesuai kebutuhan
Safety box
Format informed countsent
Buku pencatatan imunisasi
Buku KIA
Kartu TT
Waskom berisi larutan klorin
Lap tangan
2. Persiapan pasien
Memastikan kondisi pasien dalam kondisi sehat
1. Menyambut WUS / ibu hamil dengan ramah dan sopan
2. Melakukan anamnesa (skrining interval pemberian TT)
3. Menentukan status imunisasi
4. Menjelaskan tentang imunisasi yang akan diberikan (pengertian, tujuan, efek
samping, dll)
5. Meminta persetujuan tindakan
6. Mencuci tangan
7. Mengukur tanda tanda : TD, denyut nadi
30

PUSKESMAS SELUAS

SOP PEMBERIAN IMUNISASI


TETANUS TOXOID

No. Dokumen

: SOP.KIA/21

No. Revisi

: 00

Tanggal

: 27 Mei 2013

Halaman

: 2 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Bidan Koordinator

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

Ika Yuli Rossanti


NIP 19780725 200502 2 002

8. Menimbang BB
9. Memberi imunisasi TT
10. Mengambil vaksin TT dari termos es dan memastikan vaksin dalam kondisi baik dan
layak pakai
11. Mengocok vaksin
12. Memasukkan vaksin kedalam spuit disposable sebanyak o,5 cc
13. Menentukan lokasi penyuntikan dengan benar (muskulus deltoidus / muskulus
gluteus maximus)
14. Mendesinfeksi lokasi yang akan disuntik dan tunggu sampai kulit kering
15. Meregangkan kulit dengan tangan kiri / mengangkat otot dan menusukkan jarum
secara sub cutan
16. Melakukan aspirasi untuk memastikan apakah ada darah atau. Bila tidak ada darah
masukkan obat secara perlahan lahan
17. Setelah obat masuk seluruhnya, kulit daerah penusukan jarum ditekan dengan kapas
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Status
Dokumen

DTT dan jarum ditarik keluar dengan cepat


Merapikan pasien
Membereskan alat alat
Mencuci alat
Memberikan Penkes sesuai kebutuhan
Mengingatkan jadwal kunjungan ulang atau TT berikutnya
Mendokumentasikan segala kegiatan

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS
31

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal

: SOP.BP/1

: 00
: 27 Mei 2013

Puskesmas Seluas

SOP
ALUR KEGAWAT DARURATAN

Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

: 1 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Proses penerimaan pasien UGD sampai dengan pasien keluar dari UGD

Tujuan

Sebagai tatalaksana dalm penerimaan pasien baru

Kebijakan

Seluruh perawat wajib mengetahui dan mengerti alur ini


Identitas lengkap dan jelas

Prosedur

Pemeriksaan GCS dan TTV (T, N, RR,


Gawat darurat

Gawat non

Paramedis
lakukan BLS /
tindakan
Konsul
dokter
pertolongan
Dokter jaga datang /
advis

Informed concernt

Unit terkait

Status
Dokumen

Paramedis lakukan BLS


(Basic Live Support)
tindakan
Konsulpertolongan
dokter
awal
Dokter jaga dating /

Paramedic
lakukan
Dignosa
pemeriksaan fisik
Informed concernt

Informed concernt

Pemeriksaan,
Pemeriksaan,
tindakan dan
tindakan dan
terapi sampai
Observasi
Observasi
terapi
sampai stabil
Sembu
Opnam
Rujuk
Admin
Admin
pasien
UGD, Ruang perawatan pasien

Induk

Non gawat

Salinan

Rujuk

Admin
pasien

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
ALUR KEGAWAT DARURATAN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

Terapi simptomatis
/ tindakan
sembu
Tida
k
Admin observa
pasien
sembu
opnam

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/1

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

1. Perawat menerima pasien, kemudian catat identitas lengkapa dan jelas dan
informed concernt
2. perawat melakaukan anamnesa (auto dan hetero anamnesa)

32

3. perawatmelakukan pemeriksaan GCS, TTV (T, N, RR, S) dan pemeriksaan


fisik awal
4. pengelompokan pasien dan diagnosa awal
a. Gawat darurat : memerlukan tindaklan segera dan mengancam jiwa
b. Gawat non darurat : memerlukan tindakan segera tapi tidak
mengancam jiwa
c. Non gawat darurat : tidak urgent tindakan segera dan tidak
mengancam jiwa
5. untuk non gawat non darurat boleh diberi terapi simptomatis (berdasar
gejala) dan disarankan jika sakit berlanjut bisa berobat lagi besok ke UGD/
BP
6. untuk gawat darurat dan gawat non darurat, perawat menghubungi dokter
jaga pada hari tersebut dan melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh
melakukan tindakan awal pertolongan pertama/ baik live support (BLS)
meliputi :
a. Air way
- bebaskan jalan nafas
- jaw trust, chin lift dan hiperekstensi
- bersihkan jalan nafas dari sumbatan ( secret, benda asing)
b. Breathing
- nafas buatan
- pasang oksigen jika perlu
c. Circulation
- tensi dan nadi turu, pasang infuse
- monitor produksi urine, pasang kateter bila perlu
7. bila diperlukan doketr jaga harus datang guna pemeriksaan dan tindakan
lebih lanjut
8. pasein/ keluarga melengkapi administrasi
semua pemeriksaan, tindakan, terapi dan rujukan dengan lengkap pada status
pasien
Unit terkait

Status
Dokumen

Rawat Inap

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
ANAFILAKTIK SYOK
33

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/2

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Kriteria Diagnosis
1. Anamnesa
a.
Baru mendapatkan zat-zat yang merupakan antigen, seperti obat-obatan
(antibiotika), racun serangga, makanan dan antiserum
b.
Timbulnya urtikaria, gatal dikulit, suara parau serta kesukaran bernafas
2. Pemeriksaan fisik
a.
Gelisah
b.
Kering dingin
c.
Kesadaran (-)/menurun
d.
Tekanan darah menurun
e.
Nadi kecil dan cepat
f.
Urtikaria
g.
Bila terdapat sumbatan jalan nafas, terdapat stridar dan spasme bronkus yang
difus
Diagnosis banding

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

1. Syok hypovolemik
2. Syok normovolemik
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa dan
penatalaksanaan Anafilatik syok
Seluruh perawat wajib mengetahui dan mengerti SOP ini
1. Penderita dibaringkan dengan kaki lebih tinggi dari kepala
2. Injeksi adrenalin 1 : 1000 = 0,3 0,4 ml lM
3. Ulangi 5 10 menit sampai tekanan systole mencapai 90 -100 mmHg dan
frekuensi jantung < 120 x/M
4. Bila terjadi henti nafas, lakukan pernafasan buatan:
a. Mouth to mouth
b. Reservoir bag ke hidung/mulut
c. Pipa orofaring
d. Pipa nasofaring
e. ETT
5. Bila terjadi henti jantung
RJP
Sebelum RJP diberikan :
a. Adrenalin 0,5 1 mg (0,01 0,04 mg/kg BB) IV atau lewat ETT dapat diulang
tiap 2-5 menit
b. Bic. Nat 1-2 mlg/kg BB IV
c. IV line (NaCL, RL 0,5 %) tetesan cepat
6. Injeksi hidrokortison 100 mg atau dexamethason 5 -10 mg IV

Unit terkait

Status
Dokumen

Ruang Tindakan, BP

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS
34

No. Dokumen
No. Revisi

: SOP.BP/3

: 00

SOP
CIDERA KEPALA

Puskesmas Seluas

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Tanggal
Halaman

: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Proses penanganan cidera kepala


Sebagai tatalaksana dalam penanganan cidera kepala
Pasien ditangai dipuskesmas dalam kondisi masih sadar (tidak sadar langsung
dirujuk)
Anamnesa Penyebab
Auto +Hetero Anamnesa
UKUR GCS :
1. Ringan GCS 14-15
GCS < 5
Kritis
2. Sedang GCS 9-13
GCS 5-8
Lakukan A, B, C dan Ukur TTV (T, N,
RR, S)
A. AIRWAY
B.
C. CIRCULATION
Beba
BREATHING
skan jalan nafas
Ukur tensi
Jain
Jika
trus, chip lip,
tensi/nadi turun
Observasi
dan tindakan
sementara
sampai
Cidera
kepal
ringan Cidera
kepal sedang
Cidera
kepal
hiper
extensi
pasang
infuseberat
Pasang
-Observasi vitalBersi Observasi vitalObservasi vital

sign + GCS
Stabil / baik

tetap

sign Rujuk

sign Rujuk

memburuk

pulang Rawat inap Rujuk RS

Unit terkait

Status
Dokumen

RAWAT INAP, AMBULAN RUJUKAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

No. Dokumen
35

: SOP.BP/4

PUSKESMAS SELUAS

SOP
DIARE AKUT

Puskesmas Seluas

No. Revisi

: 00

Tanggal
Halaman

: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Kriteria diagnosis :
Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun, nadi cepat, mata
cekung, nafas cepat dan dalam, oliguri
Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut
Dibawah tanggungjawab UGD dan rawat inap.

Prosedur

Diagnosis Diferensial
Menret psikologi (shigella, V. Cholera, Salmonella, E. Coli, Raota Firus, Campilo
bacter)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin tinja.
Perawatan
Rawat Inap, bila terdapat dehidrasi berat / sedang
Terapi
Rehidrasi oral / prenteral, antibiotik atas indikasi, diit
Penyulit
Asidosis, hipokalemi, renjatan, hipernatremi, kejang
Informet concent (tertulis)
Diperlukan pada tindakan invasif
Lama perawatan
Tiga sampai lima hari
Masa pemulihan
Dua sampai tiga minggu
Out Put
Sembuh total

Prosedur

Terapi
Dehidrasi ringan : (BB s/d 5%)
- Oralit
- Diit sesuai dengan umur
- Susu - Pengeceran (1 T = 40-50 cc)
- Susu rendah laktosa / bebesa laktosa
- Antibiotik : atas indikasi
Dehidrasi sedang : (BB s/d 10%)
- Infus Ringer Laktat
Dehidrasi berat : (BB s/d 5%)
-

Unit terkait

Infus RL : 1-2 jam I 20cc/KgBB


Selanjutnya sesuai jumlah cc/24 jam

RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES

36

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
GIGITAN HEWAN TERSERANG
RABIES

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

: SOP.BP/4

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Kriteria Diagnosis
1. Anamnesa : riwayat digigit/dicakar hewan tersangka rabies
2. Pemeriksaan Fisik : luka bekas gigitan/cakaran

Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk menegakkan diagnosa dan


penatalaksanaan penderita kasus gigitan hewan tersangka rabies

Kebijakan

Seluruh perawat wajib mengetahui dan mengerti alur ini

Prosedur

Terapi
1. Perawatan Luka
a. Cuci luka dengan airr sabun/deterjen selama 5-10 menit
b. Beri iodium/bethadine/alkohol 70 %
c. Luka gigitan tidak boleh dijahit kecuali jahitan situasi
d. Pencegahan tetanus dan infeksi bakteri lain
2. Pemberian VAR/SAR
a. Hewan lari/dibunuh/mati
-

Luka berbahaya/parah segera VAR dan SAR

Luka tidak berbahaya - VAR


b. Hewan dapat ditangkap

Unit terkait

Luka berbahaya segera VAR dan SAR

Luka tidak berbahaya observasi 10-14 hari jika :

Klinis (+) : VAR

Klinis (-)

BP, ruang tindakan

37

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
GIGITAN ULAR

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Kriteria Dignosis

Pengertian

: SOP.BP/5

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

1. Anamnesa :
a. Nyeri yang sangat dan bengkak pada tempat gigitan
b. Pasien dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin muntah - muntah
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Adanya bekas gigitan yang khas yaitu dua luka tusuk dengan jarak tertentu,
dapat disertai luka bekas gigitan gigi bawah yang lebih dangkal
b. Echymosis, edema dan perdarahan lokal
c. Gejala lanjut berupa depresi pernafasan dan sirkulasi dan atau gejala
Tujuan

neurologik
Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk menegakkan diagnosa dan
penatalaksanaan penderita kasus gigitan ular

Kebijakan

Seluruh perawat wajib mengetahui dan mengerti tatalaksana ini.

Prosedur

1. Cegah penyebaran bisa dari daerah gigitan


a.

Lakukan insisi cross untuk melakukan debridement dan eksplorasi


luka gigitan

b.

Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh

c.

Usahakan penderita setenang mungkin, bila perlu berikan Pethidin


50 mg I.M untuk menghilangkan nyeri
2. Perawatan luka dengan NaCl/boorwater
3. ABU : 5 cc sekitar SK/IM sisanya IM tempat lain/drip, terapi adekuat
4 5 vial, anak mungkin memerlukan dosis yang lebih besar (2-3X)

Unit terkait

BP, ruang tindakan

38

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
KERACUNAN BAYGON,
STARTOX

Puskesmas Seluas

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

: SOP.BP/6

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Kriteria diagnosis
1. Anamnesa ; riwayat minum baygon, banyakknya dan sudah berapa lama
2. pemeriksaan fisik
a. Pupil miosis
b. Muntah
c. Diare
d. Keringat banyak
e. Hipersalisasi
f.

Bradicardia (kadang-kadang takidarkia)

g. Bronkkorstriksi
h. Tekanan darah turun
i.
Tujuan

Kejang/paralisis

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa dan


penatalaksanaan Keracunan baygon, startox

Kebijakan

Pelaksanaan terapi dan tindakan terhadap penderita dilakukan sesuai dengan


protab dan apabila ada hal yang sulit perlu konsul specialis penyakit dalam

Prosedur

Terapi
1. Bila syok, tungkai dalam posisi lebih tinggi
2. bersihkan jalan nafas
3. IVFD RL/NaCl
4. Bilas lambung dengan air masak sampai bersih
5. Tinggalkan 50 cc MgSO4 0,1 % dalam lambung
6. SA 2 mg iv tiap 10-15 menit sampai antropinisasi : muka merah, hipersalivasi
stop, tachycardia serta pupil midriasis, kulit tidak berkeringat
7. mengeluarkan racun yang telah diserap dengan lasix 40 mg IV/larutan manitol
8. observasi dan perhatikan tanda-tanda oyerdosis SA

Unit terkait

bila kejang kejang inj. Valium IV


BP, ruang tindakan

39

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
MELAKUKAN INJEKSI
INTRAMUSCULAIR

Puskesmas Seluas

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian
Tujuan

Kebijakan
Prosedur

Suatu
suntik
1.
2.
3.
4.

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/7

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

cara memasukan obat pada muskulus / jaringan otot menggunakan jarum


dengan ukuran tertentu.
Agar obat dapat diserap oleh jaringan tubuh dengan cepat.
Agar jumlah obat yang diberikan tepat dosis.
Agar obat yang diberikan dapat diketahui reaksinya dengan cepat.
Agar pemberian obat sesuai dengan interval yang sudah ditetapkan.

Tindakan pemberian injeksi secara intramusculair dapat dilakukan oleh perawat


bila telah melakukan pengecekan obat sesuai prinsip 8 benar.
1.

akan dilakukan.

Perawat memberitahu pasien dan keluarga tindakan yang

2.
3.

Perawat mencuci tangan.


Perawat menyiapkan alat :
Spuit steril sesuai dengan kebutuhan
Alkohol swab
Cairan obat steril
Piala ginjal
Sarung tangan bersih
4.
Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
5.
Perawat membawa status pasien dan buku daftar injeksi
beserta persiapan alat ke kamar pasien.
6.
Perawat mengecek obat kembali sebelum memberi suntikan
sesuai dengan prinsip 8 BENAR.
7.
Perawat memanggil nama pasien yang akan diberi suntikan
dan memberitahu reaksi obat tersebut.
8.
Perawat memasukkan obat ke dalam spuit sesuai dengan
SOP menyiapkan obat suntikan dari ampul dan vial.
9.
Perawat memberi pasien posisi yang nyaman.
10.
Perawat membantu membuka pakaian pasien yang menutupi
area yang akan di suntik.
11.
Perawat menyiapkan daerah yang akan disuntik seperti :
Vastus lateralis ( sepertiga bagian tengah paha / antara throkanter mayor
sampai kondila femur lateral ).
Ventrogluteal ( quadrant luar atas bokong / 5 - 8 cm dibawah spina illiaka
anterior superior ).
Deltoid ( 2,5 - 5 cm dibawah prosesus acromion / 3 jari
dibawah
acromion ).
Dorsogluteal ( quadran luar atas atas bokong / 5 - 8 cm dibawah Krista
illiaca/ spina iliaka posterior superior ). Lokasi ini tidak boleh dilakukan
pada anak-anak dibawah 3 tahun karena pada kelompok usia ini otot
dorsogluteal belum berkembang.
Daerah tersebut harus bebas dari nyeri, pruritis, oedema, necrose, memar,
lecet dan tidak di atas pembuluh darah.

40

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
MELAKUKAN INJEKSI
INTRAMUSCULAIR

Puskesmas Seluas

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

12.

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/7

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Perawat mendesinfeksi lokasi yang akan diinjeksi / disuntik


menggunakan alkohol swab dengan cara melingkar sekitar 5 cm / satu kali
usapan.

13.

Perawat membentangkan kulit pada area yang akan ditusuk


dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang spuit antara ibu jari dan jarijari. Jika massa otot tipis, cubit otot tubuh yang akan disuntik.

14.

Perawat memasukkan jarum bagian ke dalam otot dengan


sudut 90 .

15.

Perawat memastikan jarum benar masuk ke dalam otot dan


tidak masuk ke dalam pembuluh darah dengan cara aspirasi, bila terhisap
darah maka segera cabut spuit.

16.

Perawat memasukkan obat secara pelan-pelan sampai habis.

17.

Perawat menarik jarum sambil melakukan massage pada


area penusukan alkohol swab. Bila tempat penusukkan mengeluarkan darah,
maka tekan area tusukkan dengan kassa steril kering sampai darah berhenti.

18.

Perawat merapikan pasien.

19.

Perawat membereskan alat.

20.

Perawat melepas sarung tangan dan mencuci tangan.

21.

Perawat menuliskan nama dan sisa obat pada daftar obat


pasien dan buku daftar injeksi.

22.

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap obat setelah


15 30 menit obat diberikan .

23.

Perawat mendokumentasikan semua tindakan yang telah


dilakukan dan reaksi pasien ke dalam catatan perawatan, antara lain :
Nama obat yang diberikan
Dosis obat
Hasil observasi

41

Unit terkait

Status
Dokumen

Ruang Tindakan

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

MELAKUKAN INJEKSI INTRAVENA

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

: SOP.BP/8

Tanggal
Halaman

: 27 Mei 2013
: 1 dari 2

: 00

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

dr. RISKA SUBONO

PROTAP
UGD

Pengertian

No. Dokumen
No. Revisi

NIP. 19850918 201101 1 010

Suatu cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah / vena menggunakan jarum
suntik dengan ukuran tertentu.
1.
2.
3.
4.

Agar
Agar
Agar
Agar

obat dapat diserap oleh jaringan tubuh dengan cepat.


jumlah obat yang diberikan tepat dosis.
obat yang diberikan dapat diketahui reaksinya dengan cepat.
pemberian obat sesuai dengan interval yang sudah ditetapkan.

Tindakan pemberian injeksi secara intravena dapat dilakukan oleh perawat bila telah
melakukan pengecekan obat sesuai prinsip 8 benar.
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

Perawat memberitahu pasien dan keluarga tindakan yang akan


dilakukan.

Perawat mencuci tangan.


Perawat menyiapkan alat :
3.1.
Spuit steril sesuai dengan kebutuhan
3.2.
Alkohol swab
3.3.
Cairan obat steril
3.4.
Piala ginjal
3.5.
Zeil / perlak kecil
3.6.
Pengikat / pembendung / torniquet
3.7.
Sarung tangan bersih
Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
Perawat membawa status pasien dan buku daftar injeksi
beserta persiapan alat ke kamar pasien.
Perawat mengecek obat kembali sebelum memberi suntikan
sesuai dengan prinsip 8 BENAR.
Perawat memanggil nama pasien yang akan diberi suntikan dan
memberitahu reaksi obat tersebut.
Perawat memasukkan obat ke dalam spuit injeksi sesuai SOP menyiapkan
obat suntikan dari ampul dan vial.

42

9.
10.

Perawat memberi pasien posisi yang nyaman.


Perawat menyiapkan daerah yang akan di suntik pada :
Vena basilica
Vena sefalika
11.
Perawat memasang perlak di bawah daerah yang akan
disuntik.
12.
Perawat membendung di atas vena yang akan disuntik dengan
menggunakan pengikat / pembendung / torniquet sampai vena benar-benar
dapat dilihat dan diraba.
13.
Perawat
mendesinfeksi
daerah
yang
akan
disuntik
menggunakan alkohol swab dengan satu kali usapan.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
MELAKUKAN INJEKSI
INTRAVENA

Puskesmas Seluas

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

14.

: SOP.BP/8

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Perawat menusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi


spuit sejajar dengan vena dan lubang jarum menghadap ke atas.

15.

Perawat memastikan bahwa jarum benar masuk dalam vena


dengan cara aspirasi.

16.

Perawat membuka bendungan vena.

17.

Perawat memasukkan obat suntik secara perlahan-lahan ke


dalam vena dengan kecepatan 1 cc dalam satu menit, sambil mengobsevasi
reaksi pasien.

18.

Perawat menarik jarum setelah obat masuk semua sambil


menekan daerah yang luka dengan menggunakan kapas kering sampai darah
tidak keluar.

19.

Jika pasien menggunakan infus pemberian suntikan dapat


melalui karet pada selang infus dengan cara :
Mengatur regulator sampai cairan infus tidak menetes.
Mendesinfeksi daerah karet yang akan ditusuk dengan alkohol swab.
Menusukkan jarum ke dalam karet yang telah ditentukan, pastikan bahwa
jarum benar masuk kedalam selang karet.

43

Masukkan cairan obat secara perlahan-lahan dengan kecepatan 1 cc dalam


1 menit sambil mengobservasi reaksi pasien.
Jika obat telah masuk semua tarik jarum sambil menekan selang karet
dengan alkohol swab.
Mengatur kembali jumlah tetesan infus sesuai instruksi dokter.
20.

Perawat merapikan pasien.

21.

Perawat membereskan alat-alat.

22.

Perawat melepas sarung tangan dan mencuci tangan.

23.

Perawat mencatat nama dan sisa obat pada daftar obat


pasien dan buku daftar injeksi.

24.

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap obat setelah


15-30 menit obat diberikan.

25.

Perawat mendokumentasikan semua tindakan yang telah


dilakukan dan reaksi pasien ke dalam catatan perawatan, antara lain :
Nama obat yang diberikan
Dosis obat
Hasil observasi

26.

Perawat

melakukan

transaksi

pemakaian

alat-alat

di

komputer.
Unit terkait

Status
Dokumen

Ruang Tindakan

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
MELAKUKAN IRIGASI LUKA
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian
Tujuan

Kebijakan

Prosedur

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/9

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Suatu cara / teknik membersihkan dan merawat luka dengan membilas


menggunakan air atau cairan tertentu.
1.
Agar luka bersih.
2.

Mencegah terjadi perdarahan.

3.

Mencegah iritasi pada jaringan.

4.
Mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Tindakan irigasi luka dilakukan oleh perawat setelah prinsip kerja dalam irigasi
luka diperhatikan, baik alat yang digunakan maupun cairan irigasi serta kondisi
luka.
1.
Perawat memberitahu pasien dan keluarga tindakan yang akan dilakukan.
2.

Perawat mencuci tangan.

3.

Perawat mempersiapkan alat, antara lain :

44

3.1.

Bak GB yang berisi :


Kassa steril dalam tromol
Satu set alat ganti balut
Korentang pada tempatnya
Alkohol 70 % pada tempatnya

3.1.3.

Bensin pada tempatnya

3.1.4.

Sarung tangan steril

3.1.5.

Gunting plester

3.1.6.

Plester

3.1.7.

2 Piala ginjal

3.1.8.

Perlak dan kain alasnya

3.2.

Larutan irigasi yang diperlukan sesuai dengan suhu tubuh


( 32,5 36 C )

3.3.

Obat yang diperlukan

3.4.

Spuit 10 cc steril / irrigator steril dan standard

3.5.

Catheter nelaton steril

3.6.

2 kantong balutan kotor

4.

Perawat menutup tabir di sekeliling tempat tidur pasien.

5.

Perawat mencuci tangan.

6.

Perawat mengatur posisi pasien dan membebaskan pakaian pada daerah


luka.

7.

Perawat meletakkan kain alas dan perlak dibawah daerah luka.

8.

Perawat membuka set pembalut steril dan meletakkannya di tempat yang


mudah dijangkau.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
MELAKUKAN IRIGASI LUKA

Puskesmas Seluas

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

9.

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

: SOP.BP/9

NIP. 19850918 201101 1 010

Perawat melepaskan plester dan membersihkan bekas plester dengan


kassa yang dibasahi bensin.

10.

Perawat membuka pembalut lalu memasukkannya ke dalam kantong


balutan kotor dan kantong segera ditutup.

11.

Perawat

membersihkan

menggunakan pincet steril.


45

sekitar

luka

dengan

kassa

alkohol

12.

Perawat memakai sarung tangan.

13.

Perawat memasang irrigator yang sudah diisi dengan larutan yang


diperlukan dan catheter, klem ditutup.

14.

Perawat mengalirkan cairan ke luka dengan tekanan rendah sampai


rata dan bersih, bila perlu irigasi diulang.

15.

Perawat mengeringkan luka dengan kassa steril.

16.

Perawat memberi obat pada luka dan menutup luka dengan kassa
steril kemudian diplester.

Unit terkait

17.

Perawat merapikan pasien.

18.

Perawat membereskan alat.

19.

Perawat mencuci tangan.

20.

Perawat mendokumentasikan pada catatan keperawatan antara lain :


20.1.

Tanggal dan waktu dilakukan tindakan.

20.2.

Tindakan yang dilakukan

20.3.

Cairan yang dilakukan

20.4.

Jumlah cairan yang digunakan

20.5.

Keadaan luka

20.6.

Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.

Rawat inap

46

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
MELAKUKAN IRIGASI MATA
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Pengertian

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/10

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

dr. RISKA SUBONO


Wenseslaus
NIP. 19850918 201101 1 010
NIP 19630928 198603 1 009
Suatu cara membersihkan mata dari benda asing / kotoran menggunakan

cairan yang telah ditentukan.


Tujuan

1. Mendorong keluarnya massa / benda yang ada dalam mata.


2. Mencegah terjadinya infeksi sekunder.

Kebijakan

Tindakan irigasi mata dilakukan oleh perawat setelah prinsip kerja dalam
irigasi mata diperhatikan, baik alat yang digunakan maupun cairan irigasi
serta anatomi dari mata.

Prosedur

1. Perawat memberitahu pasien dan keluarga tindakan yang akan


dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Perawat mempersiapkan alat, antara lain :
a. Mangkuk steril dan cairan yang diperlukan
b. Pipet steril / spuit steril tanpa jarum
c. Tromol berisi kassa steril
d. Korentang steril
e. Piala ginjal
f.

Handuk

g. Kapas bulat
h. Sarung tangan bersih.
i.

Cairan yang telah dihangatkan

4. Perawat menutup tabir di sekeliling tempat tidur pasien.


5. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
6. Perawat mengatur posisi tidur pasien.
7. Perawat meletakkan piala ginjal yang telah dialasi handuk di
bawah mata.
8. Perawat membersihkan kelopak mata dengan kapas bulat.
9. Perawat mengisi pipet / spuit dengan cairan irigasi secara steril.
10.Perawat membuka kelopak mata pasien.
47

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
MELAKUKAN IRIGASI MATA

: SOP.BP/10

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

dr. RISKA SUBONO

PROTAP
UGD

Prosedur

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

NIP. 19850918 201101 1 010

11.Perawat mengalirkan cairan irigasi dengan tekanan rendah dari arah


dalam kantus ke arah luar dengan jarak 2,5 cm.
12.Perawat mengobservasi keadaan mata sampai tindakan selesai.
13.Perawat membersihkan daerah mata dari cairan irigasi dengan
menggunakan kassa steril.
14.Perawat merapikan pasien.
15.Perawat membereskan alat.
16.Perawat mencuci tangan dan melepaskan sarung tangan.
17.Perawat mendokumentasikan pada catatan keperawatan antara
lain :
Tanggal dan waktu tindakan yang dilakukan
Tindakan yang dilakukan
Cairan yang digunakan
Jumlah cairan yang digunakan.
Apakah ada benda asing yang keluar.
Keadaan mata ( conjuctiva, sklera dan reaksi pupil ).

Unit terkait

Ruang Tindakan

48

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

MELAKUKAN IRIGASI TELINGA


Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

Tujuan

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/11

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Suatu cara / tehnik membersihkan telinga menggunakan air atau cairan mengalir
yang telah ditentukan
1.

Agar luka cepat sembuh.

2.

Untuk mendorong keluarnya massa / benda yang ada dalam


telinga.

Mencegah terjadinya infeksi sekunder


Kebijakan

Tindakan irigasi mata dilakukan oleh perawat setelah prinsip kerja dalam irigasi
telinga diperhatikan, baik alat yang digunakan maupun cairan irigasi serta
anatomi dari telinga.

Prosedur

1.

Perawat memberitahu pasien dan keluarga tindakan yang


akan dilakukan.

2.

Perawat mencuci tangan.

3.

Perawat mempersiapkan alat-alat :


Cairan yang diperlukan
Spuit 10 cc steril tanpa jarum
Kain alas dan perlak
Handuk
Kapas bulat dan kapas lidi steril
Korentang steril
Piala ginjal
Sarung tangan bersih.

4.

Perawat menutup tabir di sekeliling tempat tidur pasien.

5.

Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan.

6.

Perawat membantu pasien dalam posisi tidur miring atau


duduk tegak dengan kepala dimiringkan, sehingga telinga yang akan dirawat
berada dibagian atas.

49

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

MELAKUKAN IRIGASI TELINGA


Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

7.

: SOP.BP/11

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Perawat meletakkan perlak dan kain alas serta handuk di


sekitar bahu.

8.

Perawat meletakkan piala ginjal di bawah telinga.

9.

Perawat mengisi spuit dengan obat yang telah disediakan


dan menyemprotkan cairan ke telinga dengan cara:
Daun telinga ditarik ke belakang agar liang telinga luar lurus untuk bayi
daun telinga ditarik ke bawah
Menyemprot cairan secara perlahan-lahan pada dinding atas saluran telinga

10.

Perawat mengobservasi keadaan pasien.

11.

Perawat membersihkan daerah telinga dari cairan irigasi jika


tindakan telah selesai.

12.

Perawat menganjurkan pasien tidur miring ke arah telinga


yang diirigasi. Memberikan posisi tidur miring ke bagian telinga yang diirigasi
sampai pasien merasa nyaman pada telinga yang diirigasi..

13.

Perawat membereskan alat.

14.

Perawat mencuci tangan dan melepas sarung tangan.

15.

Perawat

mendokumentasikan

antara lain :
Tanggal dan waktu tindakan dilakukan
Tindakan yang dilakukan
Cairan yang digunakan
Jumlah cairan yang digunakan
Warna dan cairan yang keluar

50

pada

catatan

perawatan

Apakah ada benda asing yang keluar


Keadaan telinga ( memerah / tidak )
Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
16.

Tindakan irigasi ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang


tidak kooperatif.

Unit terkait

Status
Dokumen

Ruang Tindakan

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
MEMASANG INFUS
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/12

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Cara memasukkan cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena lewat
pemasangan selang infus

Tujuan

Agar dapat memasukkan cairan lewat pembuluh darah lewat infus

Kebijakan
Prosedur

Seluruh perawat wajib mengerti dan dapat melakukan pemasangan infus


1. Persiapan alat
Infus set steril
Abocath dan kapas alcohol
Karet pembendung (toniquet)
Korentang
Bengkok
Pinset anatomis
Kain kassa steril
Plester dan gunting verban
Spalk dan verban gulung (jika diperlukan)
Tiang infuse
Sarung tangan
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan tindakan pada pasien
b. Perawat cuci tangan
c. Memakai sarung tangan
d. Cairan digantung pada tiang infuse
e. Tutup botol cairan didisinfeksi pada kapas alkohol
f. Infus set dibuka, keluarkan selang udara lalupasangkan pangkal selang
ke botol infuse
g. Udara dalam selang dikeluarkan dengan mengalirkan cairan, jarum di
tinggi rendahkan sampai gelas pengatur tetesan terisi setengahnya,

51

Unit terkait

Status
Dokumen

alat penetes jangan sampai terendam kemudian selang diklem


h. Lengan sebelah atas diikat dengan karet pembendung sehingga vena
terbendung dan terlihat jelas
i. Daerah yang akan disuntuk, didisinfeksi dengan kapas alcohol
j. Abocath ditusukkan ke dalam vena, jika tusukan tepat darah akan
mengalir dan masuk melalui mandrain, pembendung dibuka
k. Setelah abocath masuk ke dalam vena, abocath ditekan, mandrain
dicabut, pangkal abocath dihubungkan dengan ujung selang. Periksa
sekali lagi lancer tidaknya tetesan cairan, terjadi pembengkakan atau
tidak, baru abocath dipertahankan letaknya
l. Pasang spalk yang dibalut dengan verban (jika perlu)
m. Sediakan cairan berikutnya
n. Perawat cuci tangan
Ruang tindakan

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
MENERIMA PASIEN BARU

Puskesmas Seluas

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

: SOP.BP/13

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Menerima pasien yang baru masuk Puskesmas untuk dirawat sesuai yang berlaku.
Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

Tujuan

Sebagai acuan untuk penerimaan pasien baru.

Kebijakan

Ada petugas yang terampil

Prosedur

Persiapan :
-

Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.

Bila pasien dapat berdiri, atau berat badan sebelum penderita dibaringkan.

Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui anamnese dan pemeriksaan


fisik.

Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.

Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku di
Rumah Sakit serta orientasi keadaan ruangan/fasilitas yang ada.

Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik dan catatan

52

perawatan pasien.
-

Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang segera dilakukan.

Unit terkait

Poliklinik, Ruang Perawatan

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
MENGGANTI BALUTAN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/14

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Memberikan tinadakan penggantian balutan pada luka dengan cepat dan tepat

Tujuan

Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut

Kebijakan

Seluruh perawat wajib mengetahui dan dapat melakukan penggantian balutan


pada luka

Prosedur

1. Persiapan alat
Bak instrument steril
Pinset anatomis 2 buah
Pinset cirurgis 1 buah
Gunting runcing (untuk mengangkat jahitan/menggunting jahitan)
Korentang dan tempatnya
Kapas alcohol
Kain kassa
Bengkok 2 buah
Sarung tangan
Plester
Verban gulung
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan tindakan pada pasien
b. Atur posisi pasien, berikan alas

53

c. Melepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung tangan


atau pinset dan kapas alcohol
d. Mengkaji kondisi luka
e. Perawat mencuci tangan
f. Membuka alat-alat steril, kemudian menggunakan larutan antiseptic
pada alat dan bahan yang diperlukan
g. Gunakan sarung tangan steril
h. Membersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap
mempertahankan sterilitas
i. Tutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka
j. Buka sarung tangan
k. Viksasi kassa dengan plester
l. Alat-alat dirapikan
Unit terkait

Status
Dokumen

Ruang tindakan, BP

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN


DARI AMPUL DAN VIAL
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Pengertian
Tujuan

Kebijakan
Prosedur

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/15

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

dr. RISKA SUBONO


Wenseslaus
NIP. 19850918 201101 1 010
NIP 19630928 198603 1 009
Suatu cara menyiapkan obat dari ampul dan vial dengan menggunakan
spuit yang akan disuntikkan ke pasien.

1.
2.
3.

Agar jumlah obat yang diberikan tepat dosisnya.


Agar obat yang diberikan tercampur / terlarut dengan baik.
Agar pemberian obat sesuai dengan prinsip 8 benar.

Tindakan menyiapkan obat suntikan dari ampul dan vial dilakukan oleh
perawat setelah melakukan pengecekan obat sesuai prinsip 8 benar.
1.

Perawat memberitahu pasien dan keluarga tindakan yang akan


dilakukan.
2.
Perawat mencuci tangan.
3.
Perawat mempersiapkan alat-alat :
3.1.
Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril yang
akan diberikan sesuai program medik
3.2.
Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan
3.3.
Alkohol swab
3.4.
Piala ginjal
3.5.
Gergaji ampul
3.6.
Pelarut obat : aquades/ NaCL / D5 %.
54

4. Perawat mencuci tangan.


5. Perawat memcocokkan obat sesuai prinsip 8 Benar :
5.1.
Bila obat dari vial ( wadah yang berisi dosis obat
dengan penutup karet diatasnya ) :
5.1.1.
Buka
tutup
metal
lalu
desinfeksi
permukaan
penutup
karet dengan alkohol swab.
5.1.2.
Tusukkan
jarum
ditengah
karet penutup vial lalu hisap udara dalam vial sejumlah isi
vial tersebut, lalu cabut spuit dari vial.
5.1.3.
Keluarkan udara yang berada
di spuit.
5.1.4.
Hisap
cairan
pelarut
kemudian masukkan ke dalam vial sambil menjaga ujung
jarum di bawah permukaan cairan.
5.1.5.
Cabut spuit dari vial, lalu
memutar-mutar vial diantara kedua telapak tangan untuk
mencampur larutan obat.
5.1.6.
Hisap udara dalam spuit
sebanyak cairan yang akan dihisap.

55

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN


DARI AMPUL DAN VIAL
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

Unit terkait

5.1.7.

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/15

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Tusukkan jarum ke tengah


karet, masukkan udara secara perlahan-lahan dan sedot
cairan yang sudah dicampur.
5.1.8.
Setelah semua obat masuk
dalam spuit, cabut jarum dari tusukkan tutup karet.
5.1.9.
Keluarkan udara / gelembung
yang ada di dalam spuit dengan cara mengetuk-ngetuk
atau membolak-balik spuit.
5.1.10.
Jaga agar alat-alat tetap
steril.
5.1.11.
Ganti jarum bila suntikkan
dilakukan secara intravena langsung.
5.2.
Bila obat dari Ampul ( Wadah gelas bening dengan
bagian leher menyempit yang berisi obat berbentuk cairan ) :
5.2.1.
Pegang ampul, sentil bagian
atas ampul dengan berlahan dan cepat menggunakan jari
bila ada cairan obat terletak di bagian ujung ampul.
5.2.2.
Letakkan kassa / kapas
alkohol di sekeliling leher ampul.
5.2.3.
Patahkan leher ampul dengan
arah menjauhi tangan. Jika leher ampul tidak patah,
gunakan metal file untuk mengikir salah satu sisi leher.
5.2.4.
Masukkan jarum ke dalam
ampul, jangan sampai menyentuh sisi luar ampul atau
daerah patahan.
5.2.5.
Hisap obat ke dalam spuit.
5.2.6.
Jagalah ujung jarum berada
di bawah permukaan cairan.
5.2.7.
Bila udara terhisap jangan
semprotkan ke dalam ampul melainkan pada jarum suntik
tertutup.
5.2.8.
Tutup jarum kembali.
5.2.9.
Ganti jarum sesuai ukuran
yang dibutuhkan ( Bila ujung jarum mengenai mulut
ampul ).
5.2.10.
Jaga agar alat-alat tetap
steril.
6. Perawat membereskan alat.
7. Perawat mencuci tangan.
Ruang Tindakan
56

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL


Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Pengertian

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/16

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Suatu cara memasukkan obat ke dalam tubuh melalui mulut di bawah


lidah

Tujuan

1.
2.
3.

Agar obat dapat diserap oleh jaringan tubuh dengan cepat.


Agar jumlah obat yang diberikan tepat dosis.
Agar obat yang diberikan dapat diketahui reaksinya dengan
cepat.

4.

Agar pemberian obat sesuai dengan interval yang sudah


ditetapkan.

Kebijakan

Tindakan pemberian obat secara sublingual dapat dilakukan oleh perawat


bila telah melakukan pengecekan obat sesuai prinsip 8 benar.

Prosedur

1. Cek instruksi pengobatan


2. Perawat cuci tangan
3. Jelaskan tujuan pemberian obat, cara penggunaan, dan efek
samping obat
4. Berikan obat kepada pasien dengan menggunakan sendok pada
bawah lidah atau pinggir mukosa pipi
5. Perawat harus selalu dekat dengan pasien selama pemberian obat
6. Setelah obat larut dalam mulut pasien, pasien diberi minum

Unit terkait

BP

57

Status
Dokumen

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

SOP
PEMBERIAN OKSIGEN

Puskesmas Seluas

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No.Distribusi

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/17

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Suatu cara memberikan oksigen pada pasien yang mengalami gangguan


pemenuhan kebutuhan O2 dengan menggunakan alat bantu nasal canule,
nasal catheter, masker.

Tujuan

1.
2.
3.
4.

Kebijakan

Tehnik pemberian terapi oksigenisasi dilakukan oleh perawat sesuai


dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Prosedur

A. Pemberian oksigen menggunakan nasal chateter


1. Perawat memberitahu pasien dan keluarga pasien tindakan yang
akan dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Perawat mempersiapkan alat, antara lain :
3.1.
Tabung O2 dengan flow meter dan humidifer
3.2.
Nasal Chateter
3.3.
Buku catatan
3.4.
Formulir pemakaian O2
3.5.
Gunting dan plester
4. Perawat mencuci tangan.
5. Perawat memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
sesuai kebutuhan.
6. Perawat mengontrol humidifer dan flowmeter dalam posisi yang
benar.
7. Perawat mengontrol peralatan apakah berfungsi baik atau tidak
58

Untuk mengatasi hipoksemia atau hipoksia.


Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat.
Menurunkan kerja jantung.
Agar rasa nyaman terpenuhi.

8.

Status
Dokumen

dengan cara mengalirkan oksigen pada kulit yang sensitive


misalnya punggung tangan atau wajah.
Perawat mengatur posisi pasien semi fowler bila sadar.
8.1.
Perawat mengukur jarak dari lubang hidung ke
telinga dan memberi tanda.
8.2.
Perawat mengolesi nasal chateter dengan jelly.
8.3.
Perawat memasukan chateter ke lubang hidung
sampai batas yang diberi tanda atau sepanjang 4 8 cm.
8.4.
Perawat melakukan fixasi pada nasal Chateter.
8.5.
Perawat mengontrol posisi pasien.

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
PEMBERIAN OKSIGEN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

8.6.

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

: SOP.BP/17

dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Perawat mengalirkan oksigen 1 3 liter / menit, dimana

konsentrasi oksigen antara 24 32 %.


Hal hal yang perlu diperhatikan :
8.6.1. Pemberian oksigen pada nasal chateter tidal lebih dari 3
liter / menit.
8.6.2. Pemberian nasal chateter yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan iritasi selaput lendir nasopharing.
8.6.3. Chateter mudah tersumbat dengan sekret atau tertekuk.
9. Perawat mengobservasi apakah :
9.1.

Kanule tersumbat atau terlipat.

9.2.

Tabung pelembab cukup terisi air.

9.3.

Pemberian oksigen tidak lebih dari 3 liter / menit.

10. Perawat mengkaji kondisi serta respon pasien secara teratur.


11. Perawat mencuci tangan.
12. Perawat melakukan pencatatan pada formulir pemakaian oksigen.
12.1.
Waktu pemberian
12.2.
Aliran kecepatan oksigen / jumlah
12.3.
Rute pemberian
13. Perawat mendokumentasikan tindakan pada catatan perawatan, antara
lain :

59

13.1.
Waktu pemberian
13.2.
Aliran oksigen yang diberikan
13.3.
Rute pemberian
13.4.
Respon / reaksi pasien
14. Perawat menghitung jumlah pemakaian oksigen setiap shift kemudian
memasukan transaksi tindakan pelayanan pemakaian oksigen pada
komputer.
B. Pemberian oksigen menggunakan Nasal Canule
1. Perawat memberitahu pasien dan keluarga pasien tindakan yang akan
dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Perawat mempersiapkan alat, antara lain :

Status
Dokumen

3.1.

Tabung O2 dengan flow meter dan humidifer

3.2.

Nasal Canule

3.3.

Buku catatan

3.4.

Formulir pemakaian O2

3.5.

Gunting dan plester

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
PEMBERIAN OKSIGEN

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

: SOP.BP/17

: 00
: 27 Mei 2013
: 3 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

4. Perawat mencuci tangan.


5. Perawat memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai
kebutuhan.
6. Perawat mengontrol humidifer dan flowmeter dalam posisi yang benar.
7.

Perawat mengontrol peralatan apakah berfungsi baik


atau tidak dengan cara mengalirkan oksigen pada kulit yang sensitive
misalnya punggung tangan atau wajah.

8.

Perawat mengatur posisi pasien semi fowler bila pasien


sadar.

9.

Perawat memasang canule pada hidung pasien.

10. Perawat mengalirkan oksigen 1 - 6 liter / menit dengan konsetrasi 24 44


% dimana konsentrasi oksigen akan naik
menit.
11. Perawat mengobservasi apakah :

60

4 % tiap kenaikan 1 liter /

11.1.

Ada iritasi pada hidung, bagian belakang telinga.

11.2.

Kanule tersumbat atau terlipat.

11.3.

Tabung pelembab cukup terisi air.

11.4.

Pemberian oksigen tidak lebih dari 6 liter / menit.

12.

Perawat mengkaji kondisi serta respon pasien secara


teratur.

13.

Perawat mencuci tangan

14.

Perawat melakukan pencatatan pada formulir pemakaian


oksigen, antara lain :
14.1.

Waktu pemberian

14.2.

Aliran oksigen / jumlah oksigen yang diberikan.

14.3.

Rute pemberian

15. Perawat mendokumentasikan tindakan pada catatan perawatan, antara


lain :
15.1.

Waktu pemberian

15.2.

Aliran oksigen yang diberikan

15.3.

Rute pemberian

15.4.

Respon / reaksi pasien

16. Pemberian oksigen yang menggunakan nasal canule pada pasien yang
laju nafas teratur, tidal volume normal.
17. Perawat menghitung jumlah pemakaian oksigen setiap shift kemudian
memasukan transaksi tindakan pelayanan pemakaian oksigen pada
komputer.
C. Pemberian oksigen menggunakan sungkup muka sederhana
1. Perawat memberitahu pasien dan keluarga pasien tindakan yang akan
dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
ALUR KEGAWAT DARURATAN

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

: SOP.BP/17

: 00
: 27 Mei 2013
: 4 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

3. Perawat mempersiapkan alat, antara lain :


3.1.

Tabung O2 dengan flow meter dan humidifer

3.2.

Sungkup muka sederhana / mask

3.3.

Buku catatan

61

3.4.

Formulir pemakaian O2.

4. Perawat mencuci tangan.


5. Perawat memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai
kebutuhan.
6. Perawat mengontrol humidifer dan flowmeter dalam posisi yang benar.
7. Perawat mengontrol peralatan apakah berfungsi baik atau tidak dengan
cara mengalirkan oksigen pada kulit yang sensitive misalnya punggung
tangan atau wajah.
8. Perawat mengatur posisi pasien semi fowler bila pasien sadar.
9. Perawat memasang selang masker pada perangkat oksigen.
10. Perawat memasang masker pada wajah pasien.
11. Perawat mengatur aliran oksigen 58 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 2040%.
12. Perawat mengobservasi apakah :
13.1.

Ada iritasi pada wajah, bagian belakang telinga.

13.2.

Tabung pelembab cukup terisi air.

13.3.

Pemberian oksigen tidak lebih dari 8 liter / menit.

13. Perawat mengkaji kondisi serta respon pasien secara teratur.


14. Perawat mencuci tangan.
15. Perawat melakukan pencatatan pada formulir pemakaian oksigen, antara
lain :
16.1.

Waktu pemberian

16.2.

Aliran oksigen / jumlah oksigen yang diberikan

16.3.

Rute pemberian

16. Perawat mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada catatan


perawatan,.antara lain :

Status Dokumen

17.1.

Waktu pemberian

17.2.

Aliran oksigen yang diberikan

17.3.

Rute pemberian.

17.4.

Respon / reaksi pasien.

Induk

Salinan

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
ALUR KEGAWAT DARURATAN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

No.Distribusi

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/17

: 00
: 27 Mei 2013
: 5 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

Wenseslaus

NIP. 19850918 201101 1 010


62

NIP 19630928 198603 1 009


Prosedur

D. Sungkup muka dengan kantong rebreathing


REBREATHING MASK
1. Perawat memberitahu pasien dan keluarga
pasien tindakan yang akan dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan
3. Perawat mempersiapkan alat, antara lain :
3.1. Tabung O2 dengan flow meter dan humidifer
3.2. Sungkup muka dengan kantong Rebrathing
3.3. Buku catatan
3.4. Formulir pemakaian O2
4. Perawat mencuci tangan.
5. Perawat memastikan volume air steril dalam
tabung pelembab sesuai kebutuhan.
6. Perawat mengontrol humidifer dan flowmeter
dalam posisi yang benar.
7. Perawat mengontrol peralatan apakah berfungsi
baik atau tidak dengan cara mengalirkan oksigen
pada kulit yang sensitive misalnya punggung
tangan atau wajah.
8. Perawat mengatur posisi pasien semi fowler bila
pasien sadar.
9. Perawat membuka klep untuk rebreathing mask
dimana udara inspirasi sebagian akan bercampur
dengan udara ekspirasi 1 / 3 bagian volume
ekhalasi masuk kantong,
2 / 3 bagian volum
ekhalasi melewati lubang lubang pada bagian
samping.
10.Perawat
memasang
selang
masker
pada
perangkat oksigen.
11.Perawat mengalirkan oksigen sampai kantong
rebreating penuh terisi oksigen.
12.Perawat memasang masker pada wajah pasien.
13.Perawat mengatur aliran oksigen 8 12 liter /
menit dengan konsentrasi oksigen 4-0 60 %.
14.Perawat mengobservasi apakah :
14.1. Ada iritasi pada wajah, bagian belakang
telinga.
14.2. Tabung pelembab cukup terisi air.
14.3. Pemberian oksigen tidak lebih dari 12
liter/menit.

63

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

Prosedur

SOP
PEMBERIAN OKSIGEN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/17

: 00
: 27 Mei 2013
: 6 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

dr. RISKA SUBONO


Wenseslaus
NIP. 19850918 201101 1 010
NIP 19630928 198603 1 009
15.Perawat mengevaluasi dalam pemberian terapi O 2 :
15.1.
Mengukur tanda tanda vital.
15.2.
Beban kerja nafas
15.3.
Tidal volume
15.4.
Pemeriksaan laboratorium analisa gas
darah, Hb.
16.Perawat mencuci tangan.
17.Perawat melakukan pencatatan pada formulir pemakaian
oksigen
17.1.
Waktu pemberian
17.2.
Aliran oksigen / jumlah oksigen yang
diberikan.
17.3.
Rute pemberian
18.Perawat
mendokumentasikan
tindakan
pada
catatan
perawatan antara lain :
18.1.
Waktu pemberian
18.2.
Aliran oksigen yang diberikan.
18.3.
Rute pemberian.
18.4.
Respon / reaksi pasien.
19. Untuk pemberian terapi O2 dengan menggunakan rebreathing
mask tidak dianjurkan untuk langsung melepaskan mask,
tetapi aliran O2 harus diturunkan setahap demi setahap sampi
pasien dinyatakan dapat menggunakan nasal canule.
20. Pemberian terapi oksigen ini diberikan pasien oedem baru.
21. Perawat menghitung jumlah pemakaian oksigen setiap shift
kemudian
memasukan
transaksi
tindakan
pelayanan
pemakaian oksigen pada komputer.

NON REBREATHING MASK


1. Perawat memberitahu pasien dan keluarga pasien tindakan
yang akan dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Perawat mempersiapkan alat, antara lain :
3.1.
Tabung O2 dengan flow meter dan humidifer
3.2.
Sungkup muka dengan kantong Rebrathing
3.3.
Buku catatan
3.4.
Formulir pemakaian O2
4. Perawat mencuci tangan
5. Perawat memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
sesuai kebutuhan.

64

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
PEMBERIAN OKSIGEN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

Unit Terkait

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/17

: 00
: 27 Mei 2013
: 7 dari 7

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

6. Perawat mengontrol humidifer dan flowmeter dalam posisi


yang benar
7. Perawat mengontrol peralatan apakah berfungsi baik atau
tidak dengan cara mengalirkan oksigen pada kulit yang
sensitive misalnya punggung tangan atau wajah
8. Perawat mengatur posisi pasien semi fowler bila pasien sadar.
9. Perawat menutup klep untuk non rebreathing mask, sehingga
udara exspirasi tidak bercampur dengan udara inspirasi.
10.Perawat memasang selang masker pada perangkat oksigen.
11.Perawat mengalirkan oksigen sampai kantong non rebreating
penuh terisi oksigen.
12.Perawat memasang masker pada wajah pasien.
13.Perawat mengatur aliran oksigen 8 12 liter / menit dengan
konsentrasi oksigen 80 100 %.
14.Perawat mengobservasi apakah :
14.1. Ada iritasi pada wajah, bagian belakang telinga.
14.2. Tabung pelembab cukup terisi air.
14.3. Pemberian oksigen tidak lebih dari 12 liter / menit.
15.Perawat mengevaluasi dalam pemberian terapi O 2, antara
lain :
15.1. Mengukur tanda tanda vital.
15.2. Beban kerja nafas
15.3. Tidal volume
15.4. Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah, Hb.
16.Perawat mencuci tangan.
17.Perawat melakukan pencatatan pada formulir pemakaian
oksigen.
17.1. Waktu pemberian
17.2. Aliran oksigen / jumlah oksigen yang diberikan.
17.3. Rute pemberian
18.
Perawat mendokumentasikan tindakan pada
catatan perawatan antara lain :
18.1. Waktu pemberian
18.2. Aliran oksigen yang diberikan.
18.3. Rute pemberian.
19.Respon / reaksi pasien.
Ruang Tindakan
65

66

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

PEMERIKSAAN FISIK KEPALA, LEHER


DAN KELENJAR GETAH BENING

PROTAP
UGD

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/18

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Melakukan pemeriksaan fisik daerah kepala, leher, dan kelemjar getah bening

Tujuan

Membantu menegakkan diagnosis melalui Pemeriksaan fisik kepala, leher dan


kelenjar getah bening

Kebijakan

Perawat wajib mengetahui dan dapat melakukan Pemeriksaan fisik kepala, leher
dan kelenjar getah bening

Prosedur

Berikan salam terapeutik

Lakukan persiapan sesuai indikasi tindakan

Inspeksi adan palpasi kulit kepala ( Ukuran : sangat besar, sangat kecil.
Bentuk : simetris, tidak simetris. Konsistensi : keras dan lembut, massa)

Inspeksi wajah dan leher (simetris, gambaram wajah : gambaran yang


menyimpang, lesi, massa. Leher : simetris, ditengah kepala, massa.
Gerakan : lembut, terkontrol, fleksi, ekstensi, lateral,abduksi, rotasi, kaku,
tidak nyeri)

Palpasi thyroid, trakea, kelenjar getah bening

Trakea : posisi ditengah, simetris

Tehnik palpasi thyroid : Berdiri dibelakang klien, posisi tangan dan jari pada
leher klien. Minta klien untuk merefleksikan leher dan miringkan kepala ke
kanan. Palpasi lobus kanan dengan mengguanakan jari tangan kanan
ketika klien menelan/mengulangi prosedur diatas untuk lobus kiri. Hasil
posisi ditengah tidak ada pembesaran.

Unit terkait

Palpasi kelenjar getah bening

Ukuran/bentuk : tidak teraba pembesaran

Mobilitas : bergerak, trfiksasi dengan jaringan

Konsistensi : lembut, keras

BP

67

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
ABDOMEN
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Pengertian

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/19

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 2

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

dr. RISKA SUBONO


Wenseslaus
NIP. 19850918 201101 1 010
NIP 19630928 198603 1 009
Melakukan pemeriksaan fisik pada daerah abdomen

Tujuan

Membantu
abdomen

menegakkan

diagnosis

Kebijakan

Perawat wajib mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan fisik system


abdomen

Prosedur

Lakukan persiapan sesuai tindakan


Inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi
Posisi klien terlentang dengan lutut diberi bantalan kecil
Pemeriksa berdiri disamping kanan klien
Pemeriksaan secara sistematis dimulai dari kuadran kiri atas
Kandung kencing klien dalam keadaan kosong
Inspeksi kulit
Strie putih
Keadaaan vena
Integritas kulit : ruam, lesi
Observasi warna feses
Observasi warna muntahan
Auskultasi
Bunyi usus : tidak teratur, 5-35x/menit, terdapat sama pada semua
kuadran perut
Perkusi
Perkusi rentang hati : dimulai dari bawah umbilicus kanan MCL klien
terus naik hingga terdengar dullness beri tanda
Perkusi ke bawah dari MCL sampai terdengar bunyi dullness beri
tanda
Ulangi pada garis midsternal
Hasil : rentang hati : 6-12cm MCL ; 4-8cm dari midsternal
Perkusi spleen (limpa) : daerah posterior kiri dari garis mid axilla :
dullness pada tulang rusuk VI-X
Palpasi ringan pada seluruh kuadran
Tidak keras, lembut, tidak teraba massa
Palpasi dalam pada seluruh kuadran
Tidak nyeri, tidak teraba massa
68

melalui

pemeriksaan

fisik

sitem

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
ABDOMEN

PROTAP
UGD

Prosedur

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/19

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 2

Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Palpasi dalam untuk mengetahui batas hati

Berdiri disamping kanan klien dan tangan kiri pemeriksa diletakkan


dibelakang klien pada tulang rusuk XI
Letakkan tangan kanan ke garis kostal kanan
Meminta klien untuk menarik nafas dalam, dan menekan ke atas
dengan jari tangan kanan

Palpasi spleen (limpa)

Berdiri disamping kanan klien: meletakkan tangan kanan dibagian


bawah tulang rusuk posterior kiri klien dan tarik ke atas
Meletakkan tangan kanan pemeriksa dibawah garis tulang rusuk
Meminta klien untuk menarik nafas dalam
Menekan tangan bersama-sama untuk palpasi

Palpasi dalam ginjal

Meletakkan satu tangan diawah akhir dari tulang rusuk dan diatas
tuaslang iliaka
Meletakkan tangan yang lain diatas permukaan anterior yang
berhubungan
Menginstruksikan klien untuk nafas dalam
Tangan bawah menekan ke atas dan tangan atas menekan ke bawah
ketika klien menghemuskan nafas
Mengulangi untuk sisi yang lain (ginjal)
Tindakan untuk memeriksa Ascites (Test gelombang cairan)
Meletakkan permukaan telapak tangan pada satu sisi abdomen
Ketukkan dengan tangan lain pada sisi abdomen yang berlawanan
Meminta bantuan untuk meletakkan sisi tangan bawah dengan kuat
69

Unit terkait

pada bagian tengah abdomen


Hasil : tidak ada perpindahan gelombang air

BP

70

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
KARDIOVASKULAR
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/20

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Melakukan pemeriksaan fisik pada system kardiovaskular dengan prinsip


inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

Tujuan

Untuk membantu menegakkan diagnosis melalui pemeriksaan system


kardiovaskuler

Kebijakan

Perawat harus mengetahui dan memahami cara pemeriksaan system


kardiovaskuler
1. Perawat cuci tangan
2. Perhatikan keadaan umum
3. Periksa tekanan darah
4. Periksa nadi (frekwensi, irama, kualitas nadi)
5. Periksa tangan (sianosis, capillary refill, kelembaban, clubbing
finger)*
6. Periksa jantung*
a. Inspeksi
Melakukan inspeksi dari depan ke belakang klien:
Bentuk torak depan dan belakang
Mencari deviasi
Keadaan spatium intercosta pada waktu inspirasi dan
ekspirasi
Mencari pulsasi iktus cordis
Mencari bendungan venosa dan mengukur JVP
b. Palpasi
Meraba iktus cordis dengan keempat jari tangan pada ruang
intercostals 4 dan 5 dengan ibu jari linea medioclavicularis kiri
c. Perkusi
Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan perkusi dari
sisi latral ke medial
Menentukan batas atas dan bawah jantung mulai IC V, IV, III
dengan melakukan perkusi
Tentukan batas kanan jantung
Selama perkusi dapat menghasilkan peralihan suara dari
sonor ke redup
d. Auskultasi
Aorta: IC II sternum kiri
Pulmonal : IC II sternum kanan
Trikuspidal : IC V sternum kiri
Mitral: IC V linea midclavicularis kiri
7. Kaji sirkulasi kaki dan tungkai (edema dan capillary refill)

Prosedur

71

Unit terkait

Status
Dokumen

BP

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas

SOP
PEMERIKSAAN FISIK SYSTEM
MUSCULOSKELETAL
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Pengertian

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/21

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas

dr. RISKA SUBONO


Wenseslaus
NIP.
19850918 201101 1 010
NIP 19630928 198603 1 009
Melakukan pemeriksaan fisik untuk sitem musculoskeletal

Tujuan

Membantu menegakkan diagnosis dengan melakukan pemeriksaan system


musculoskeletal

Kebijakan

Perawat wajib mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan system


musculoskeletal

Prosedur

Alat yang dibutuhkan : goniometer, pita ukuran, perkusi hammer

Lakukan persiapan sesuai indikasi tindakan


Observasi gaya berjalan
Observasi klien pada saat berdiri : kyposis, skoliosis, lordosis, ROM
tubuh (fleksi, lateral bending, rotasi, ekstensi)
Observasi ROM pada leher : fleksi, ekstensi, rotasi, lateral fleksi
Observasi ekstremitas atas dan bawah : persendian, ROM atas
Bahu : elevasi
Siku : fleksi, ekstensi
Lengan bawah: supinasi, pronasi
Pergelangan tangan : ekstensi fleksi, ekstensi, hiperekstensi, radial
fleksi, ulnar fleksi
Jari : fleksi, ekstensi
Reflek biceps, branchioradialis, triceps
Ekstremitas bawah
Jari kaki : fleksi, ekstensi
Lutut : fleksi, ekstensi (depan dan belakang)
Pangkal paha : abduksi, adduksi, rotasi kedalam, rotasi keluar
Reflek : patella, achiless, babinsky, ankle klonus
Palpasi kekuatan dan tonus otot tubuh serta suhu :
Kuat/lemah (nilai 5,4,3,2,1,0), spasme, hangat, panas, berkeringat,
tidak nyeri.
72

Unit terkait

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/22

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Melakukan pemeriksaan fisik secara umum (head to toe)

Tujuan

Membantu penegakan diagnosis melalui pemeriksaan fisik secara


umum

Kebijakan

Perawat wajib mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan fisik


secara umum
Prosedur Tindakan
Berikan salam terapeutik
Lakukan persiapan sesuai indikasi tindakan
Kaji usia/tahap perkembangan dan jenis kelamin
Observasi kondisi kesehatan umum
Observasi cara berpakaian
Observasi kebersihan diri
Observasi postur dan cara berjalan
Observasi bentuk dan ukuran tubuh
Kaji status emosi (lihat melalui cara bicara, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, kesesuaian)
Kaji cara bicara (volume, artikulasi, irama dan isi)
Ukur tanda-tanda vital
Ukur tinggi badan dan berat badan
Inspeksi dan palpasi daerah kepala
Inspeksi kulit muka, mata dan bibir
Inspeksi dan palpasi daerah leher
Inspeksi daerah thoraks (irama dan ekspansi pernafasan serta

Prosedur

73

gerakan otot-otot pernafasan)


Palpasi thoraks dan fremitus
Perkusi thoraks
Auskultasi bunyi jantung I dan II
Auskultasi suara pernafasan (tracheal, bronchial, vesikuler)
suara paru abnormal
Insfeksi,auskultasi,perkusi dan palpasi abdomen
Inspeksi dan palpasi tangan, jari dan kuku
Inspeksi kaki, jari dan kuku
Kaji kekuatan otot klien
Kaji reflek patella

Unit terkait

Status
Dokumen

BP

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

SOP
PENANGGANAN ASTMA
BRONCHIALE
Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/23

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 1

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Tatacara mendiagnosa dan memberikan terapi kepada penderita asma

Tujuan

Sebagai pedoman dalam mendiagnosa dan memberikan terapi asma

Kebijakan

Pelaksanaan terapi dan tindakan terhadap penderita dilakukan sesuai


dengan protab dan apabila ada hal yang sulit perlu konsul specialis paru.

Prosedur

PENATALAKSANAAN
1. Informed concern
2. posisi semi seluler atau setengah duduk
3. Menegakkan diagnosa Astma Bronchiale antra lain :
- Anamnese : Riwayat sesak nafas sebelumnya
Riwayat ectopic pada keluarga
- Pemeriksaan : adanya Wheezing expiratoar pada auskultasi
4. Berikan oksigen / O2 2 4 1/menit
5. Berikan bronckodilatataor antara lain :
Adrenalin 0,3 ml, bisa diulang tiap 15 menit maximal 3 kali
Kontra Indikasi : HT, tachyardi > 120 1/menit
Hati hati : pada pendnerita penyakit jantung usia tua ( 40 tahun
keatas).
Aminopillin : diberikan secara i.v pelan ( 15 menit) atau drip per
infus. Dosis 5 6 mg/kg BB.
Dosis dewasa : 1 ampul (240 mg) diberikan tiap 6 jam.
Kontra indikasi : keadaan syok atau hipotensi.
Besolvon 2 tetes +Berolex 12 tetes + NaCL 4 cct dengan Nebulizer.
74

6. Bila keadaan belum teratasi perlu dipertimbangkan :


Pemberian steroid antara lain : Dexamethason i.v 5 10 mg,
Hidrocortison 100 200 mgg.
Pemberian Antibiotik, apabila curiga ada infeksi.

7. Berikan Hidrasi dengan infus D5 % atau NaCL 1


liter pada 2 jam pertama.
8. Bila ada Acidosis Respiratorik berikan Meylon (Bicaibona Natricus) 1 ml /
kg BB.
9. Penderita di MRS kan bila mengalami status Astmatikus atau keadaan
umumnya jelek.
10. Bila perlu konsulatasi dengan spesialis paru
Unit terkait

Status
Dokumen

RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

PENATALAKSAAN PERAWATAN LUKA


Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/24

: 00
: 27 Mei 2013
: 1 dari 3

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

Pengertian

Memberikan tinadakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan


tepat

Tujuan

Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut

Kebijakan

Seluruh perawat diijinkan melakukan penjahitan dan perawatan luka,


tetapi tidak pada luka putus tendon
Steril
1. Bak instrumen berisi
a. Spuit irigasi 50 cc
b. Soft koteker / tobe feeding
c. Pinset anatomis
d. Pinset chirrugis
e. Gunting jaringan
f. Arteri klem
g. Knop sonde
h. Container untuk cairan irigasi
2. Korentang dengan tempatnya
3. Kassa dan depres dalam tromol
4. Handschone / gloves steril

Prosedur

75

Prosedur

Status
Dokumen

5. Neerbeken (bengkok)
6. Kom kecil/ sedang
7. Pembalut sesuai kebutuhan
a. Kasa
b. Kasa gulung
8. Topical terapi
a. Betadine sol
b. Sutratol
9. Cairan pencuci luka dan disinfektan
a. Cairan NS / RL hangat sesuai suhu tubuh 34 0 -37 0 C
b. Alkohol 70 %
Non Streril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handschone / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Gunting verband
6. Neerbeken / bengkok
7. Plester (adhesive) atau hipafix micropone
8. Tas plastik kotoran / tempat sampah
9. Alat tulis
10.Form inform consern
11.Form UGD

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas

PENATALAKSAAN PERAWATAN LUKA


Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROTAP
UGD

Prosedur

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
PENATALAKSAAN :

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/24

: 00
: 27 Mei 2013
: 2 dari 3

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

1. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan kepada klien +inform


concern
2. Meletakakan perlak + alas dibawah tubuh klien
3. Menempatkan bengkok dibawah luka untuk menopang cairan irigasi
luka
4. Membantu mengatur posisi klien agar cairan irigasi dapat mengalir
dari ujung atas ke ujung bawah luka
5. Membuka dan menempatkan tas plastik kotoran didekat area kerja
6. Mencuci tangan dengan sabun
7. Mengenakan schort / gown plastik
76

8. Bila plester kotor, mengenkan gloves non steril,menyemprotkan


alkohol 70 % pada plester yang menempel dikulit klien untuk
melepaskannya.
9. Melepaskan / mengangkat pembalut kotor bila pembalut lengket
pada luka, basahi dengan ns / rl steril sampai balutan dapat dilepas
dengan mudah
10.Membuang pembalut lama / kotor kedalam tas plastik, kemudian
lepaskan gloves (bagian luar berada didalam) dan buang kedalam
tas plastik
11.Mengkaji jumlah , jenis dan bau cairan luka, observasi kondisi luka
(warna dasar luka, ukur dalamnya goa luka, jaringan nekrotik,
granulasi dan epitel, kontraksi luka, kulit sekitar luka)
12.Menuangkan solution irigasi steril yang hangat kedalam kom steril
200 500 ml atau tergantung luas dan kedalaman luka
13.Mengenakan hndschone steril
14.Menghisap solution irigasi RL/ NS hangat kedalam spuit 30 cc
(sambungkan dengan soft koteler / baby feeding tube bila dipakai
mengirigasi luka berongga dalam)

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

PUSKESMAS SELUAS

SOP
Puskesmas Seluas
PROTAP
UGD

PENATALAKSAAN PERAWATAN LUKA


Disahkan oleh :
Kepala Puskesmas

Wenseslaus
NIP 19630928 198603 1 009
Prosedur

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Halaman

: SOP.BP/24

: 00
: 27 Mei 2013
: 3 dari 3

Dibuat oleh :
Team Penyusun SOP
Ketua Team Puskesmas Seluas
dr. RISKA SUBONO

NIP. 19850918 201101 1 010

15.Jika luka berongga dalam masukan soft kateler / baby feeding tube
kedalam luka sampai menyentuh dasar luka paling dalam
16.Menyemprotkan solution irigasi langsung kedalam luka secara
perlatton. Jika luka tidak berongga, semprotkan cairan irigasi dan
pertahankan ujung spuit 2,5 cm diatas luka
77

17.Melakukan irigasi beberapa kali sampai cairan irigasi tampak bening


dan bersih
18.Mengeringkan sekitar luka dengan betadine sampai radius 4-5 cm
dari tepi luka
19.Menutup luka dengan pembalut / topical terapi :
20.Menutup luka dengan kasa (ketebalan kassa disesuiakan dengan
kebutuhan) dan rekatkan denga plester ( adhesive dan hipafix/
micrope untuk memfiksasi
21.Meletakan pinset dan gunting dalam bengkok yang berisi cairan
desinfektan
22.Melepaskan gloves dengan bagian luar , kemudian buang kedalam
tas plastik
23.Membereskan peralatan dan memberikan kenyamanan bagi klien
24.Mencuci tangan
25.Mengecek pembalut dan area luka tiap shift, mencatat di chart
tentang penggantian pembalut, penamilan luka dan gambaran
Unit terkait

cairan luka
Rawat Inap

Sumber

Manajemen luka moist wound healing , 24 nopember 2006

78

Anda mungkin juga menyukai