Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Rokok merupakan masalah kesehatan dunia. World Health Organitation (WHO)

memperkirakan jumlah perokok di dunia sebanyak 2,5 milyar orang dua pertiga berada di
negara berkembang, paling sedikit satu dari empat orang dewasa adalah perokok di
Negara berkembang. Prevalensi perokok lebih tinggi di Negara dengan pendapatan
perkapita yang rendah dan terbanyak pada kelompok penduduk muda dengan
perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan. (Kurniawan, dkk, 2012 : 54)
WHO merilis bahwa dampak buruk yang diakibatkanpleh perilaku ini membunuh
sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta dari korban tersebut adalah
perokok aktif, mantan perokok dan pengguna smokeless tobacco (jenis tembakau hisap
tanpa proses pembakaran) dan lebih dari 600 ribu korban merupakan perokok pasif atau
orang yang berada di sekitar perokok dan turut menghirup asap/uap rokok secara tidak
langsung. Kebiasaan merokok menyebabkan kerugian hampir di setiap organ tubuh
manusia dan menimbulkan banyak penyakit, mulai kepala sampai kaki, mulai kanker
sampai gangguan janin. Tercatat setidaknya 30 penyakit pada tubuh manusia diakibatkan
pleh perilaku merokok, yang tentu akan berdampak pada pelemahan ketahanan fisik dan
tingkat produktivitas. (InfoPOM, 2015)
Salah satu jenis rokok yang tengah menjadi fenomena baru di tengah masyarakat
Indonesia adalah rokok elektronik. Sebagai perangkat baru, kehadiran rokok elektronik
tentu memancing rasa penasaran dan rasa inggin tahu lebih jauh.Banyak kalangan muda
dan bahkan anak-anak yang mencoba-coba menggunakan rokok jenis ini. Begitu juga di
kalangan perokok, banyak yang mencoba beralih ke rokok elektronik karena dianggap
lebih aman dan lebih stylish tanpa mengurangi sensasi merokok seperti rokok
konvensional. (InfoPOM, 2015)
Popularitas rokok elektronik saat ini memang sedang melejit, hal ini ditunjang
dengan ketersediaan variasi teknologi perangkat, model, ukuran, warna, kapasitas baterai
dan lain-lain. WHO menyebutkan pada tahun 2014 saja sudah beredar 466 variasi merek
dengan menghabiskan aset dana yang fantastis sebesar US$ 3miliar. Tren ini nampaknya
juga telah marambah ke indonesia, peminat rokok elektronik semakin banyak. Ini

terindikasi dengan menjamurnya seller produk ini, rokok elektronik dapat dengan mudah
ditemukan dan dijual bebas terutama melalui penjualan online. Berdasarkan pantauan
terhadap 6 situs toko online terkemuka didapatkan rokok elektronik tersedia dengan
variasi desain dan rasa. Harga yang ditawarkan pun bervariasi mulai termurah ratusan
ribu hingga lima jutaan. Selain menggunakan toko online, rokok elektronik juga marak
dipasarkan melalui media sosial. (InfoPOM, 2015)
Penelitian yang dilakukan oleh Goniewicz, dkk dalam Nicotine & Tobacco
Research mengungkapkan bahwa karbonil berpotensi beracun dapat terbentuk ketika eliquid yang dipanaskan sampai suhu tinggi. Dalam model awal e-cigarettes, elemen
pemanas tidak mendapatkan cukup panas untuk membuat senyawa ini. Namun, dalam
model baru variable voltage model memungkinkan pengguna untuk meningkatkan
suhu oemanasan elemen untuk memberikan lebih banyak nikitin yang mana juga
menghasilkan karbonil. Karbonil yang terdiri dari karbon atom kaki dua yang terikat pada
atom oksigen, yang ditemukan dalam berbagai organik dan organikmetalik senyawa.
Karbonil diidentifikasi oleh Goniewicz, dkk termasuk formaldehida, asetaldehida, aseton,
dan butanol. Propylene glycol dalam e-liquid menghasilkan karbonil yang tingkatnya
lebih tinggi dari cairan lain, dengan tingkat karsinogenik formaldehida yang diamati
dalam kisaran yang dapat dilihat pada asap tembakau. (Environmental Health
Perspectives, 2014)
Selain kekhawatiran tentang pengguna e-cigarettes dan emisi saja, data yang
dirilis oleh Center for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukan bahwa kasus
yang ditangani oleh Poison Control Center Nation tentang keracunan paparan e-cigarettes
dengan cepat meningkat. Satu penelitian menemukan bahwa kebanyakan kasus yang
melibatkan keracunan cairan e-cigarettes berasal dari kesengajaan menelan cairan eliquid pada e-cigarettes, dari seperenam kasus menunjukan ada hubungannya dengan
menghirup bahan ini. Dosis besar nikotin memiliki potensi untuk keracunan, dengan
gejala dimulai dengan mual dan muntah dalam kasus toksisitan akut dan maju ke kejang
dan depresi pernafasan pada kasus keracunan nikotin yang parah. Hal ini terutama
berlaku pada anak-anak sebagai kasus yang ditangani oleh Poison Control Center telah
meningkat secara nasional. Terdapat kasus satu anak meninggal karena keracunan ecigarettes akut pada tahun 2014 yang berkaitan dengan konsumsi nikotin cair ari ecigarettes. (American Lung Assosiation, 2016)

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta tersebut maka permasalahan umum yang ditemukan adalah
adakah hubungan antara konsumsi rokok elektrik dan kejadian pneumonia.
1.3.
Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi rokok elektrik terhadap kejadian
pnuemonia.
1.4.
Manfaat
Untuk menambah wawasan pengetahuan pagi penulis maupun pembaca tentang
hubungan antara konsumsi rokok elektrik dan kejadian pneumonia.
1.5.
Metode Penyusunan Makalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode kajian pustaka.

Anda mungkin juga menyukai