Anda di halaman 1dari 43

PROGRAM STUDI BROADCASTING

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

MODUL

DASAR PRODUKSI TELEVISI

Disusun Oleh :
INDRA WIBAWA

DASAR PRODUKSI TELEVISI


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


1

TELEVISI DIMASA DEPAN


TAHAPAN PRODUKSI TELEVISI
1. PRA PRODUKSI
1.1 Membuat konsep program
1.1.1 Berbagai aspek perhatian sebelum merancang program

Hukum

Kultur

Market

(Contoh penggolongan pasar)

1.2
1.3

Teknis
1.1.2 Membuat Proposal Program
1.1.3 Mengenal Jenis Program Televisi
1.1.4 Mengenal rating, sharing, ratecard
Membuat Rundown
Menyusun Budget

Tugas Kelompok | Pembuatan proposal program untuk televisi | output MS. Powerpoint
Diskusi Kelompok | Presentasi proposal program untuk televisi

2. PRODUKSI
2.1 Standarisasi Teknis
2.1.1 kualitas Gambar
2.1.2 Standar Format Televisi
2.1.3 Video Tape dan Kabel Koneksi
2.2. Jenis Produksi
2.2.1 Produksi Lapangan
2.2.2 Produksi Studio
2.3 Master Control
2.3.1 Production Crew
Produser
Program Director
Floor Director
Switcherman
Character Generic operator
Virtual Set operator
Cameraman
Lightingman
VTRman
Audioman
Set & Property man
Wardrobe
Make Up
Production Assistant
2.3.2

Equipment

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


2

Video Switcher
VTR
Lighting
Audio Mixer
Microphone
Character Generic
Virtual Set

Praktek | Simulasi Kecil pemahaman alur kerja pada master control


Praktek | Pengoperasian Kamera Video
Tugas Kelompok | Pengambilan gambar untuk program televisi sesuai proposal program
Tugas Perorangan | Membuat tulisan atau artikel mengenai pemikiran atau ide-ide baru dari anda
tentang hal-hal yang berkaitan dengan program televisi.
Diskusi Kelompok | Presentasi hasil sementara eksekusi pengambilan gambar sebelum editing | output
Mini DV

UJIAN TENGAH SEMESTER (teori)


3. POST PRODUKSI
3.1. Audio Editing Post
3.1.1 Mengenal Audio Editing Post Equipment
3.1.2 Mengenal software audio editing (Adobe Audition)
3.1.3 Voice Over
3.1.4 Music Scorer
3.1.5 Mengedit suara dengan software Adobe Audition
3.2.

3.3

Video Editing Post


3.2.1 Mengenal Video Editing Post Equipment
3.2.2 Mengenal software video editing (Adobe Premiere)
3.2.3 Mengedit video dengan software Adobe Premiere
Desain Grafis Televisi
3.3.1 Motion Graphic Design
Mengenal item grafis pada televisi
3.3.2 Virtual Set Design

Praktek | Take VO
Praktek | Audio Editing
Praktek | Video Editing
Tugas Kelompok | Pengeditan gambar untuk program televisi sesuai proposal program| output DVD
atau file video
Tugas Perorangan | Membuat tulisan atau artikel mengenai pemikiran atau ide-ide baru dari anda
tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia pertelevisian di Indonesia.
Diskusi Kelompok | Presentasi hasil akhir program televisi yang telah dibuat

UJIAN AKHIR SEMESTER (teori)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


3

DASAR PRODUKSI TELEVISI

TELEVISI DIMASA DEPAN


Stasiun Televisi merupakan suatu lembaga profit atau non profit yang dimiliki
oleh pemerintah atau swasta yang mendapatkan izin dari pemerintah untuk melakukan
kegiatan penyiaran audio dan visual dalam format program acara, spot commercial
break, corporate ID dan sebagainya melalui berbagai teknis penyiaran (terestrial, cable,
satelite dan sebagainya), dimana siaran tersebut dapat ditangkap dalam suatu kawasan
melalui suatu perangkat penerima siaran tersebut, seperti : pesawat televisi, komputer
yang dilengkapi dengan TV tuner dan sebagainya.
Pertelevisian Indonesia dimasa depan akan mengalamai perubahan besarbesaran. Hal ini terjadi karena Indonesia adalah bagian dari masyarakat dunia, dimana
Indonesia tidak mungkin bisa lepas dari perubahan besar pada format pertelevisian
dunia. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh pesatnya perkembangan
teknologi yang membuat berbagai piranti seperti komputer, telepon genggam, PDA,
televisi dan sebagainya menjadi satu alat multi fungsi yang dapat menggantikan
berbagai piranti lainnya.
Seiring dengan kemajuan pesat diberbagai bidang infomation technology &
Communication (ICT), pesawat televisi bukan lagi satu-satunya perangkat yang dapat
menangkap siaran televisi. Saat ini komputer dan telephon selular pun marak
memberikan feature tambahan untuk menikmati siaran televisi. Walaupun masih
terbatas untuk menangkap siaran analog.
. Sebagai broadcasting operator, stasiun TV pun juga telah ditemani pemain dari
broadband operator dengan 3G platform, wimax, wibronya, ditambah dengan
perkembangan dunia IT dengan IP TVnya. Hal menarik lainnya adalah fenomena
Youtube, dimana siapa saja dapat meng-upload & download berbagai acara TV walau
mungkin tidak seizin pihak yang berwenang, bahkan anda pun dapat menjadi content
provider gratisan dengan meng-upload video buatan anda sendiri.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


4

Dengan semakin tipisnya batas fungsi dan cara menikmati tayangan tersebut
berbagai negara telah mengembangkanlah standar format konvergensi dengan berbasis
digital. Keseragaman, kualitas, efisiensi adalah beberapa kelebihan yang dijanjikan
dalam standar format baru tersebut. Beberapa format yang sedang dikembangkan
adalah, ATSC (Advance Television System Committee) oleh Amerika Serilkat, DVB
(digital Video Broadcasting) oleh negara-negara di Eropa, ISDB (Integrated Service
Digital Broadcasting) oleh Jepang dan sebagainya.
Saat ini di Indonesia, Perjalanan ke format televisi digital sedang ditangani oleh
Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital dengan tugas utamanya
mempelajari berbagai aspek dalam kesiapan penyelenggara siaran, kesiapan industri
dalam kaitan dengan set-top box & pesawat TV, Kesiapan masyarakat baik dari segi
teknis maupun sosial, budaya & ekonomi serta pertimbangan aspek politis berkaitan
dengan negara tetangga. Tim ini beranggotakan sejumlah pejabat, akademisi, dan para
pakar dari berbagai instansi antara lain Ditjen Postel, Ditjen Sarana Komunikasi dan
Diseminasi Informasi, Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, BPPT,
Bappenas, TVRI, RRI, ATVSI, PRSSNI, PT. LEN, PT. Elektrindo Nusantara. Tim
Nasional sepakat merekomendasikan teknologi Eropa DVB-T sebagai standar system
siaran TV digital untuk pelanggan tetap di Indonesia.
Sebagaimana di Indonesia, negara-nagara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN)
sedang merintis siaran TV digital dan tiap-tiap negara memiliki hak menentukan rencana
switch-off maupun teknologi yang digunakan masing-masing. Malaysia, telah merintis
siaran TV digital sejak tahun 1998 dan saat ini diharapkan bisa dinikmati 1,8 juta rumah.
Bahkan mereka sudah merencanakan memulai menghentikan siaran analog secara
bertahap tahun 2009 dan seluruhnya akan berganti digital pada tahun 2015. Singapura,
TV digital telah diluncurkan sejak Agustus tahun 2004 dan saat ini telah dinikmati lebih
kurang 250.000 rumah. Indonesia akan memulai phase out sampai tahun 2015. Bahkan
Menkominfo Mohamad Nuh ditunjuk sebagai ketua ASEAN Ministers Responsible for
Information (AMRI) yang salah satu agendanya menangani masalah migrasi bersama
ini.
Tentunya issue migrasi tersebut melahirkan berbagai pertanyaan, polemik prokontra seperti, Apakah perangkat televisi lama saya masih dapat digunakan? Dengan
format digital, satu kanal bisa dipakai untuk beberapa siaran, tentunya akan lebih

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


5

banyak lagi siaran TV, Untuk apa kalau yang sekarang saja kualitasnya tidak
bermutu? Masalah tersebut untuk sementara biarlah menjadi pekerjaan rumah Tim
Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital untuk menjawabnya karena
ada hal lain yang menarik, yaitu berbagai kesempatan dan peluang baru dengan format
televisi baru tersebut. Beberapa kesempatan yang kasat mata adalah kebutuhan
berbagai piranti hardware seperti set top box (alat untuk menangkap siaran digital dari
TV konvensional), PCI Card untuk menangkap siran digital (DVB-S) di komputer seperti
yang sedang dikembangkan oleh Digital Rise. Peluang lainnya tentunya kebutuhan
konten dari banyaknya siaran digital tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


6

TAHAPAN PRODUKSI TELEVISI


Produksi televisi merupakan proses pembuatan acara untuk ditayangkan
ditelevisi. Proses produksi ini merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai
tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai keahlian dan
berbagai peralatan serta dukungan biaya.
Acara televisi tersebut diproduksi oleh stasiun televisi (in house production) atau
pihak luar yang biasa disebut sebagai rumah produksi (production house).
1.

Pra Produksi
1.1.

Membuat konsep program


Untuk membuat acara (program) televisi, hal pertama yang harus
dilakukan adalah penggalian ide atau gagasan kreatif. Tentunya ide-ide
yang akan dilahirkan juga harus mempertimbangkan berbagai hal.
1.1.1

Berbagai aspek perhatian sebelum merancang program


-

Hukum
Acara harus dibuat seorsinil mungkin untuk menghindari
pelanggaran hal cipta dan mentaati undang undang yang
berlaku di Indonesia.

Kultur
Televisi sebagai media yang mempunyai pengaruh sosiologis
yang kuat, tentunya acara-acara yang dihasilkan juga memiliki
kewajiban dan tanggung jawab terhadap pembentukan nilainilai positif dimasyarakat. Para pembuat program pun juga
harus menghormati nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia
juga menghindari hal yang dapat menyinggung SARA.

Pasar (Market)
Untuk acara yang dibuat untuk tujuan bisnis, para pembuat
program harus mengenal pasar yang dituju. Kita tidak dapat
membuat acara yang bagus menurut sudut pandang subjektif
kita sendiri. Kita juga harus melihat dari sudut pandang calon
pemirsa yang akan kita bidik. Untuk membidik calon pemirsa,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


7

para pembuat acara TV biasanya melakukan pengamatan


sendiri atau mempelajari data-data yang dibuat oleh Nielsen
Media Research mengenai calon pemirsa yang dituju untuk
kemudian menseleksi pasar potensialnya. Penseleksian pasar
potensial dilakukan dengan penggolongan berdasarakan jenis
kelamin, umur, status ekonomi dan sebagainya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


8

Contoh penggolonan pasar


National Population Age
Proporsi penduduk yang terbesar adalah kalangan yang berusia 20 ke atas.

B; 21%
A2; 15%
A1; 11%

C1; 20%
D; 9% C2; 19%
E; 5%

Proporsi female dan male di kalangan anak, remaja dan dewasa

National Population - Sosial Ekonomi Status


A1 :
A2 :
B :
C1 :
C2 :
D :
E :

> 2 jt
1.5 2jt
1.0 1.5 jt
0.7 1.0 jt
0.5 0.7 jt
0.3 0.5 jt
< 0.3 jt

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


9

Age 15 - 19; 12%

Age 20 +; 66%

Age 10 - 14; 11%


Age 5 - 9; 11%

Female; 50%

Male; 50%

Budget
Jika untuk tujuan profit, besarnya anggaran yang diperlukan
untuk mewujudkan suatu ide program harus sebanding
dengan kekuatan program tersebut untuk mendapatkan rating
yang baik.

Teknis
Sebuah ide kreatif juga harus mempertimbangkan apakah ide
tersebut mungkin untuk dieksekusi dengan peralatan, SDM
dan waktu yang tersedia. Idealnya seorang pembuat program
haruslah mengerti hal teknis karena nantinya dia harus

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


10

memperkirakan

peralatan

apa

saja

yang

benar-benar

dibutuhkan, berapa jumlah SDM yang akan diturunkan dan


membutuhkan waktu berapa lama hingga menyusun anggaran
dengan data tersebut. Seorang perancang program yang tidak
mengerti teknis, nantinya akan membuat sering terjadi kesalah
pahaman dengan para eksekutor karena pada intinya, yang
paling harus mengenal program tersebut dan yang paling
harus bisa memberikan gambaran sejelas-jelasnya bagaimana
program tersebut akan dieksekusi adalah pembuat konsep
program itu sendiri. Semakin jelas dan lengkap
memberikan gambaran dan

dalam

uraian teknis, semakin kecil

tingkat kesalahan dalam pengeksekusiannya.

1.1.2 Membuat Proposal Program


Proposal merupakan hal yang sangat penting karena proposal
mempunyai pengaruh besar dalam disetujui atau tidaknya sebuah
konsep untuk dilaksanakan. Selain itu proposal juga nantinya
akan dijadikan bahan presentasi bagi pihak sales di stasiun TV
untuk mendapatkan advertiser. Proposal harus dibuat semenarik
mungkin dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
konsep program tersebut. Selain itu proposal juga sebaiknya

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


11

menampilkan keunggulan program tersebut dan dapat memberi


benefit baik untuk advertiser maupun pemirsanya.

Judul Program | Orang TV Cafe

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


12

Genre

| Drama sitkom & Edutainment

Lokasi

| Studio hardset & Outdoor

Durasi

| 30 menit (termasuk comm break)

Target Audiens

| Male-Female, Educated, A-B, , 15-25

Sinopsis
Ada sebuah cafe yang asik buat nongkrong, Ketemuan teman, janjian sama gebetan
atau sekedar curi2 pandang ke penjaga caf juga enggak masalah. Asiknya lagi, banyak
artis yang suka mampir kesini. Ditempat ini, ternyata enggak sekedar

nge-gosip,

mereka juga pastinya ngobrolin hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Sesuai
nama cafenya, Orang TV Caf disini mereka biasanya ngobrol berbagai hal menarik
seputar dunia TV broadcasting. Mulai dari pengoperasian kamera, menulis script hingga
membuat program semuanya dibahas disini.
Uraian Program
Orang TV Cafe merupakan program televisi edukatif yang menghibur (edutainment).
Dengan format drama sitkom, program ini berisikan berbagai informasi seputar
pengetahuan dalam dunia TV Broadcasting
Program berdurasi 30 menit ini dikemas dengan seting sebuah Cafe bernama Orang TV
Cafe sebagai basecamp sekumpulan anak-anak muda dengan berbagai perbedaan
karakter dan kedalaman pengetahuan tentang dunia TV Broadcasting. Perbedaan ini
mengundang obrolan seru, perdebatan hingga berbagai kekonyolan.
Didalam acara, untuk tetap menjaga pakem keilmuan dan untuk memuaskan
keingintahuan pemirsa mengenai hot issue dunia TV Broadcasting kami juga hadirkan
tokoh yang merupakan praktisi TV Broadcasting dan artis terkenal.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


13

Beberapa rencana tema acara yang akan dibuat :


- Blue & Green Screen
- Menggunakan Kamera

Cast :
Tokoh Pemilik Caf | JAMIE ADITYA
Karakter |
Smart, charming, homurous, crazy, multi talent.
Pemilik caf ini adalah tokoh sentral dan paling gila dalam segala hal. Gila becanda, gila
musik, gila nyela, gila bisnis dan mungkin gila beneran. Tapi justru hal ini yang membuat
Jammie akrab dengan pengunjung cafe dan dia juga handal dalam menjelaskan hal
yang rumit dengan bahasa yang sederhana.
About Real Jamie :
-

VJ MTV

National Geographic Presenter

Best Asia Presenter

Musisi

Judge Indonesian Idol

Aktor

Bintang Iklan

2. Tokoh Terobsesi Sebagai Producer TV | DESTA


Karakter |
humoris, sok tahu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


14

Pengunjung caf ini adalah tokoh yang paling sering nongkrong di caf ini. Sebenarnya
sih dia mahasiswa abadi di sebuah universitas jurusan broadcast, tapi ngaku-ngaku
sebagai produser di TV station. Hobinya ngasih penjelasan ngaco. Walau sok tahu tapi
sebenarnya keingintahuannya terhadap dunia TV broadcast sangat besar.
About Desta :
-

Presenter TV

Aktor Film

Bintang Iklan

Musisi

Penyiar Radio

1.1.3

Mengenal Jenis Program Televisi


1. News, merupakan identitas khusus sebuah stasiun televisi.
a.

Hardnews
Berita singkat
Liputan 6 pagi, siang, petang dan malam serta Liputan 6
terkini Metro Pagi, Metro Siang, Metro Hari Ini dan Metro

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


15

Malam, Buletin Pagi, Buletin Siang, Buletin Malam dan


Seputar Indonesia (RCTI), Fokus (Indosiar) dll.
In Depth Reporting.
contoh : Investigasi di program Reportase Sore.
b. Softnews
Feature News, Sport News, Magazine, Entertainment
News, Dokumenter (Documentary Film) dsb.
2. Non Fiksi
a.

Talkshow

Quiz

c.

Variety Show
d. Musik Show

3. Fiksi
a. Sinetron, FTV
b. Komedi
- Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan
berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya.
- Komedi Slapstic, Cerita lucu yang diciptakan dengan
adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerak
vulgar dan kasar.
- Komedi Satire, Cerita lucu yang penuh sindiran tajam.

1.1.4

Mengenal rating, sharing, ratecard


TVR, SHARE, 000, INDEX

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


16

TVR : perbandingan jumlah populasi orang yang menonton suatu


channel TV / jumlah

populasi semua orang yg MEMILIKI TV

(menonton atau tdk menonton)


Share : perbandingan jumlah populasi orang yg menonton suatu
channel TV / jumlah populasi semua orang yg MENONTON TV
000: jumlah populasi orang yang menonton suatu channel TV
(dalam ribuan populasi )
Jadi untuk RCTI :
TVR rcti all = 3000 / 10.000 = 0,3
SHR rcti all = 3000 / 8000 = 0,375
000 rcti all = 3 ( berarti ada 3.000 orang penonton RCTI )
Untuk SCTV :
TVR sctv all = 2000 / 10.000 = 0,2
SHR sctv all = 2000 / 8000 = 0.25
000 sctv all = 2 ( berarti ada 2.000 orang penonton SCTV )
Index : perbandingan TV Rating suatu target audience dgn TV
Rating ALL PEOPLE, dihitung sbb :
Index = ( rating populasi suatu target audience / rating ALL
people ) x 100 %
Jadi Index untuk penonton male RCTI = (1200 / 3000) x 100 % =
40
Index untuk penonton male SCTV = (1000 / 2000 ) X 100 % = 50

Index ini dapat diterapkan utk melihat keefektifan dalam


menjangkau pangsa penonton, bisa u/ target Male, Female,
Housewife, Male 25+ AB (laki-laki 25 th ke atas, Sosial Economy

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


17

Status (SES) A dan B ), atau apa saja tergantung target audience


yg kita definisikan.
Bila Index < 100 berarti kurang efektif dalam menjangkau target
audience tsb,
Sedangkan bila Index > 100 berarti efektif dalam menjangkau
target audience tsb.
Untuk indikasi suatu program acara yg baik, parameter yang
sering digunakan ialah : TV Rating yang tinggi, namun perlu
diingat bahwa belum tentu TV Rating yg tinggi menjamin
keefektifan dalam menjangkau suatu segmen audience.
Misalnya :
Nama Program
Program A
Program B

All People Rating


3,9
5,9

Female AB 25+
6,7
7,0

Index
172
119

Nampak dalam hal ini, program A ( walaupun ratingnya lebih


rendah dari program B) ternyata lebih efektif dalam menjangkau
penonton Female SES AB, 25+ .

1,2

Membuat Rundown

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


18

Rundown

merupakan

susunan

detail

program

per-segmen

yang

dibagikan kepada setiap pendukung acara yang memerlukannya,


seperti : pengarah acara (program director), pengengoperasi switcher,
penata suara (audioman), pengengoperasi VTR, pengambil gambar
(cameraman), penata aksara (CG operator), penata cahaya (lightingman)
dan sebagainya agar program dapat berjalan sesuai dengan konsep
acara dan perkiraan waktu (durasi) yang telah direncanakan. Walaupun
demikian, rundown dapat sewaktu-waktu berubah saat pelaksanaan,
terutama untuk program yang ditayangkan langsung (Live) tetapi jika ini
harus terjadi, sebaiknya dilakukan dengan karena ada sesuatu
dilapangan yang menarik sehingga harus dilakukan keputusan dalam
waktu singkat agar program semakin bagus, bukan karena konsep yang
tidak matang.

Contoh Run Down Acara


Orang TV Cafe
No
1
2

Segment
Opening
Commercial Break
Introduction

Details
Acara akan dibuka dengan OBB
Jamie

akan

membuka

acara

dengan

Duration
30 detik
1 menit
3 menit

Note
OBB + Tag on
Co Host & VT

mengantarkan Topik yang akan dibicarakan


dalam Episode ini disertai rekaman gambar
3

(Video Tape.dst
Jamie kemudian sudah bersama bintang

Hot Issue Discuss

5 menit

Set, Indoor & VT

2 menit
Duration
6 menit

Note
Set, Indoor & VT

tamu yang sudah duduk di meja..dst


Perbincangan dimulai menyangkut kaitan
antara informasi yang dipaparkan dalam
segmen (2) dengan pengalaman .dst

No
4

Commercial Break
Segment
Hot Issue Discuss

Details
Jamie kembali membahas masalah yang
belum dibahas pada segmen (3). Talent lain
memancingnya

dengan

pertanyaan-

pertanyaan yang cerdas.


Pada segmen ini, pembahasan diupayakan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


19

menjawab tuntas semua pertanyaan yang


muncul sebelumnya.
Menjelang

akhir

segmen

ini,

Jamie

menahan pemirsa dengan mengutarakan


secara sekilas hal menarik yang akan
dipaparkan pada segmen berikut.
5

Commercial Break
Hot Issue Discuss

1 menit
6 menit

Pada segmen ini, dengan pancingan talent

Set, Indoor & VT

lain, Jamie memaparkan beberapa tips


mengenai penggunaan kamera atau hal-hal
kecil lain yang penting diketahui oleh
pemirsa.
6
7

Commercial Break
Hot Issue Discuss
Closing

2 menit
3 menit
30 detik

dst
Jamie menyimpulkan secara singkat seluruh

VT & Co Host

perbincangan pada acara tersebut, lalu


mengucapkan salam perpisahan kepada
pemirsa.
30 menit

1.3

Menyusun budget
Untuk menyusun anggaran sebuah program televisi, sebelumnya kita
harus mengetahui peralatan apa saja yang akan digunakan, berapa unit,
lama pemakaian, di dalam kota atau luar kota hingga perlengkapannya
seperti solar jika menggunakan generator listrik, tape, lampu dan batere
cadangan dan sebagainya. Kemudian apakah peralatannya telah tersedia
atau harus menggunakan jasa rental.
Selain peralatan dan perlengkapan kita juga harus menghitung jumlah
SDM yang dibutuhkan, seperti crew, talent, helper, security dan
sebagainya, terutama jika menggunakan tenaga outsource. Walau
tergantung kebijakan perusahaan, biasanya para SDM juga mendapatkan
konsumsi makanan, bila eksekusi dilakukan diluar kota, mereka juga
mendapat akomodasi, transportasi dan sebagainya.
Tidak hanya yang berkaitan secara langsung dengan produksi, kita juga
harus memperhatikan biaya-biaya seperti perizinan, keamanan, saluran
komunikasi, hal-hal administratif dan sebagainya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


20

Sebaiknya budget disesuaikan dengan kemampuan program itu sendiri


dalam memperoleh profit kecuali jika program tersebut memang bukan
untuk tujuan memperoleh profit.

Contoh Budgeting

ESTIMATE
PRODUCTION COST
ORANG TV CAFE
NO

DESCRIPTION

DETAIL

ESTIMATE
COST

A PRE PRODUCTION COST


Inventory
computer
printer
telepon, internet
catridge
paper
Meals
Preprod. Fees
Producer
Script Writer/Reporter
Production Asst.

4 month
4 month
4 month
4 month

B PRODUCTION COST
Studio
Rent studio & genset
Hard Set, property & deposite
Studio Equipment
Camera & Tripod
D 35 P
Lighting
Switcher
Audio
Clip On
Boom Mic

Monitor
Video Tape Stock
Accessories
Lighting + Stok bohlam
Kalkir
RENTAL BATERRY
Stock

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

x
x
x
x

7 unit

@ Rp

1 unit
1 month
2 unit
4 rim
1 mounth

@
@
@
@
@

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

4
4
4

month x
month x
month x

1
2
2

person x @ Rp
person x @ Rp
person x @ Rp

6
4

day x
mounth

shift x @ Rp
@ Rp

6
6
6
6
6

day
day
day
day
day

x
x
x
x
x

3
1
1
4
1

unit
set
unit
unit
unit

mixer

day x

unit x @ Rp

Speaker

day x

unit x @ Rp

battere

6
6
6

day
day
day
day
day
day
day
day

Betacam

6
6

x
x
x
x
x
x
x
x

15
3
12

1
2

unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit

x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


21

@
@
@
@
@

@
@
@
@
@
@
@
@

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Production Tool Box


etc.
Prod. Crew Fees
Program Director
Cameraman
Lighting man
Audio man
Broadcast Engineering
Runner
Security
Driver
Meals

day x

C POST PRODUCTION COST


Editing
Computer Graphics
Dubbing
Mixing
Recording
Music Scorer
SUMMARY

2.

unit x @ Rp

6
6
6
6
6
6
6
6
6

day
day
day
day
day
day
day
day
day

x
x
x
x
x
x
x
x
x

1
3
2
2
2
4
2
1
100

person
person
person
person
person
person
person
person
person

x
x
x
x
x
x
x
x
x

@
@
@
@
@
@
@
@
@

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

52
1
13

shift
shift
shift
shift
shift
shift

x
x
x
x
x
x

1
1
1

version
version
version
version
version
version

x
x
x
x
x
x

@
@
@
@
@
@

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1 episode

Produksi
Tahapan ini merupakan tahapan produksi yang paling banyak melibatkan SDM
dengan berbagai keahlian dan peralatan TV Broadcasting. Sebelum kita
melakukan pengeksekusian konsep program, kita harus mengenal standarisasi
teknis yang berlaku untuk dunia TV Broadcasting, pengetahuan dasar mengenai
berbagai peralatan broadcast dan pengoperasiannya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


22

2.1

Standarisasi teknis
2.1.1

Kualitas Gambar

SDTV (Standard definition television)


Umumnya di Indonesia stasiun TV masih menggunakan
perlatan dengan kategori SDTV.
2. HDTV (High Definition television)
HDTV merupakan standar yang mempunyai kualitas lebih baik
dibandingkan SDTV, untuk beralih ke High Definition (HD),
station TV harus merombak secara total, dari hulu ke hilir
semua peralatannya agar tidak percuma karena mengalami
penurunan kualitas (Loss).
2.1.2

Format televisi
Di

indonesia,

standarisasi

format

video

telah

ditetapkan

pemerintah, dengan menggunakan format PAL. Standarisasi ini


tentunya

sangat

diperlukan

karena

berkaitan

dengan

kompatibelitas antar perangkat broadcast serta output video yang


dihasilkan.

Frame per second


Resolusi

Scan lines

PAL

NTSC

SECAM

Phase Alternating Lite

National Television

Secam

25 fps
720 x 576 px
Amerika Serikat &

Standard Commite
29,97 fps
720 x 480 px
Eropa & Asia

25 fps
720 x 480 px
perancis

Jepang
525

625

825

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


23

Saat ini, diberbagai negara, siaran dengan sinyal digital telah


menggantikan siaran dengan sinyal analog sebagaimana yang telah
disinggung dalam bahasan Televisi Dimasa Depan.
Amerika Serikat dengan NTSC-nya, sedang mengembangkan
ATSC (Advance Television System Committee) untuk siaran digital.
Indonesia, melalui Tim Nasional sepakat merekomendasikan
teknologi Eropa DVB (Digital Video Broadcast) sebagai standar
system siaran TV digital. Hanya saja realisasi untuk switch off
siaran analognya tidak mungkin untuk dilakukan dalam jangka
waktu dekat.
2.1.3

Video Tape dan Kabel koneksi


Didunia televisi, kaset video dan kabel koneksi merupakan
jembatan penting dari berbagai perangkat. Mulai dari gambar
yang direkam oleh kamera dan disimpan disimpan dalam kaset
video atau VTR, proses capture kedalam komputer hingga proses
output (print to tape), kita harus mengenali standarisasi yang
ditetapkan oleh stasiun TV. Dalam perkembangan teknologi selain
kaset video, beberapa perangkat juga telah memakai keping video
(CD atau DVD) hingga server sebagai jembatan lalu-lintas antar
perangkat.

Video Tape
Secara sederhana kualitas Video Tape yang layak untuk stasiun
TV adalah video tape dengan struktur sampling (4:2:2), yaitu D-1,
D-5, DigiBeta, BetaSX, Digital-S, DVCPRO50, tetapi kenyataan

dilapangan masih sering ditemukan pemakaian video tape dengan


struktur sampling (4:1:1), yaitu DV & DVCAM, DVCPRO. Secara
kasat mata awam, hampir tidak dapat dilihat perbedaan antara
keduanya akan tetapi untuk kebutuhan informasi yang padat

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


24

warna seperti untuk penggunaan greenscreen dan sebagainya


akan membuat proses keying menjadi lebih sulit.

Lampiran artikel mengenai sampling structure


DV / DV-based 25 Mbit/s with a sampling structure of 4:1:1, and DV-based 50 Mbit/s with a sampling structure of 4:2:2,
using fixed bit-rates and intra-frame coding techniques exclusively. DV-based 25 Mbit/s with a sampling structure of 4:2:0
should be confined to special applications.
In 4:2:2 systems (D-1, D-5, DigiBeta, BetaSX, Digital-S, DVCPRO50) the color is sampled at half the rate of the luma,
with both color-difference samples co-sited (located at the same place) as the alternate luma samples. Thus you have 360
color samples (in each of Cr and Cb) per scanline.
In 4:1:1 systems (NTSC DV & DVCAM, DVCPRO) the color data are sampled half as frequently as in 4:2:2, resulting in
180 color samples per scanline. The Cr and Cb samples are considered to be co-sited with every fourth luma sample.
Yes, this sounds horrible -- but it's still enough for a color bandwidth extending to around 1.5 MHz, about the same color
bandwidth as Betacam SP

Lampiran Perbandingan kualitas kaset video


D-5 (10-bit uncompressed digital)

10

D-1 (8-bit uncompressed digital)

9.9

Digital Betacam, Ampex DCT

9.7

D-9 (Digital-S), DVCPRO50

9.6

DV, DVCAM, DVCPRO (D-7), Digital8

MII, Betacam SP

8.9

1" Type C

8.7

3/4" SP

6.5

3/4", Hi8, SVHS

5.5

Video 8, Betamax

VHS

3.5

EIAJ Type 1, Fisher-Price Pixelvision

Lampiran Perbandingan kualitas kaset video

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


25

DV

DVCAM

DVCPRO

Digital8

suppliers

consortium of 60
manufacturers
including Sony,
Panasonic, JVC,
Canon, Sharp.

Sony

Panasonic; also Philips,


Ikegami, Hitachi.

Sony

intended
market
segment(s)

consumer
(although JVC
makes a dockable
DV VTR for the
pro/industrial
market)

professional /
industrial

professional / industrial /
ENG / EFP / broadcast

consumer (Video8 &


Hi8 replacement)

who's actually
buying the stuff

consumer /
professional /
industrial / ENG /
EFP

professional /
industrial / ENG /
EFP

professional / industrial /
ENG / EFP / broadcast

consumers

cassettes &
max. loads

miniDV: 80/120
min (SP/LP)
std: 3.0/4.6 hrs
(SP/LP)
(4.6/6.9 hrs
possible using
DVCAM 184 min
tape)

small: 63 min. (note:


small is larger than
miniDV cassette)
std: 123 min./184 min.**

Video8, Hi8 standard


120 minute tape: 60
min.

max. camera
load

80/120 min.
(SP/LP)

184 minutes

63 minutes (AJD700/810);
123 min. (AJD200/210);
184 min. (AJ-D215)**

60 min.

compression

5:1 DVC-format
DCT, intra-frame;
25 Mbps video
data rate

5:1 DVC-format
DCT, intra-frame;
25 Mbps video data
rate

5:1 DVC-format DCT,


intra-frame; 25 Mbps
video data rate

5:1 DVC-format DCT,


intra-frame; 25 Mbps
video data rate

resolution &

720x480, 4:1:1

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

miniDV: 40 min.
std: 184 min.

720x480, 4:1:1

720x480, 4:1:1 (NTSC)

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


26

720x480, 4:1:1

(NTSC)
720x576, 4:2:0 (PAL)

(NTSC)
720x576, 4:2:0 (PAL)

720x576, 4:1:1 (PAL)

(NTSC)
720x576, 4:2:0 (PAL)

2 ch @ 48 kHz, 16
bits;
4 ch @ 32 kHz, 12
bits;
will accept 2 ch @
44.1 kHz, 16 bits via
1394 I/O; unlocked
(but can record
locked audio via
1394)

2 ch @ 48 kHz, 16
bits;
4 ch @ 32 kHz, 12
bits;
will accept 2 ch @
44.1 kHz, 16 bits via
1394 I/O; locked (but
some VTRs can be
made to record
unlocked via 1394)

2 ch @ 48 kHz, 16 bits;
locked, plus one analog
audio cue track; plays
back 32 kHz, 12 bits and
presumably 44.1 kHz,
16 bits.

2 ch @ 48 kHz, 16
bits;
4 ch @ 32 kHz, 12
bits;
will accept 2 ch @
44.1 kHz, 16 bits via
1394 I/O; unlocked
(but can record
locked audio via
1394)

These tapes
can play
back in...

DV, DVCAM, &


DVCPRO VTRs

DV*, DVCAM, &


DVCPRO* VTRs

DVCPRO VTRs; DSR2000 DVCAM VTR

Digital8 camcorders

These VTRs
can play
back...

DV & DVCAM* tapes

DV & DVCAM tapes


(DVCPRO in the
DSR-2000; Oct '99)

DV, DVCAM*, &


DVCPRO tapes

Video8, Hi8, Digital8


tapes

IEEE-1394
I/O
(a.k.a.
"FireWire"
or "i.link")

Sony & Canon


camcorders and
VTRs; newer JVC
camcorders (output
only)

DSR-V10, DSR-20,
DSR-30, DSR-40,
DSR-200/200a, DSR500, DSR-2000, DRV1000

AJ-D210/215
camcorders and AJD230 VTRs with
optional adapter.

yes

Y/C &
composite
I/O

yes (DRV-100 & many


camcorders: output
only)

yes (DRV-1000:
output only)

yes (no Y/C on AJD750)

yes

Edit control

LANC & IEEE-1394


(Sony, Canon);
Panasonic 5-pin
(Panasonic); J-LIP
(JVC)

LANC & IEEE-1394


(DSR-V10, DSR20/30, DSR200/200a);
RS-232 (DSR-20);
RS-422 (DSR40/60/80/85/2000)

RS-232 (AJD230/640/650/750);
RS-422 (AJD640/650/750)

LANC & IEEE-1394

sampling

audio
recording

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


27

Lampiran Perbandingan Kabel Koneksi Video


IEEE-1394, SDTI

10

SDI

9.8

Analog Component (Y, R-Y, B-Y)

Y/C ("S-video")

Analog Composite

2.2

Jenis Produksi
2.2.1

Produsi Lapangan
a. ENG (Electronic News Gathering) Produksi Berita Elektronik
Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan
peralatan yang mudah dibawa (portable) misalnya kamera
VCR portable dan 1 mikrofon, dengan crew seorang juru
kamera disertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap
sebagai reporter.
EFP (Electronic Field Production) Produksi Lapangan
Elektronik
Sama dengan ENG, hanya jenis program yang diproduksi
adalah dokumenter, sinetron (film style)
MCR (Multi Camera Remote)
Produksi Lapangan dengan mempergunakan kamera lebih
dari 1, dengan switcher, beberapa monitor, sound audio

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


28

sistem. Produksi yang direkam adalah sinetron, musik, olah


raga, dsb.
2.2.2

Produksi Studio
Live Program disiarkan secara langsung, tahap produksi
merupakan tahap akhir dalam proses. Kebanyakan programprogram berita, olah raga, upacara kenegaraan disiarkan
secara langsung.
Video Taping (direkam dalam pita video)
Live on Tape Produksi berlangsung terus tanpa terhenti,
sampai akhir program, editing hanya dalam hal-hal khusus
(insert editing).
Direkam per bagian (segment)

2.3

Master Control Room

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


29

Studio Virtual Set

Studio Hard Set

Master Control Room


VTR 1

VTR 2

RSO 1

RSO 2

Another Source :
News Studio
Standard Converter
Frame Sync
Routing Switch Output

VTR 3

CAM 1

CAM 2

CAM 3

CG

PGM

ON AIR

SWITCHER
CG

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


30

VTR
AUDIO MIXER

Master Control Room


Master Control Room merupakan ruang khusus untuk mengendalikan pengambilan
gambar yang dilakukan dari berbagai macam sumber (sources). Di dalam master control
biasanya terdapat banyak monitor-monitor TV yang masing-masing memberikan gambar
berdasarkan source-nya. Secara umum, sumber gambar tersebut berasal dari studio
yang menggunakan beberapa kamera (multycam), VTR (video tape recording), CG
(character generic), Satelit dan sebagainya.
Crew & Equipment Master Control Room

Producer
Program director

Master Control Room

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

Technical Support

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


31

Studio
Switcher Opr

Floor Director

Crew

Talent

Crew

VTR Opr

Host

Camera Opr

CG Opr

Guest

Audio Opr

Home Band

Set & Props

VS Opr

Dancer

Wardrobe

Audience

Make Up

Lighting Opr

Didalam ruang master control, terdapat berbagai macam SDM dan peralatan untuk
menghasilkan sebuah program, yaitu :
1. Producer
Producer merupakan pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab atas semua
aktivitas pembuatan program. Untuk kebutuhan tertentu, terdapat sebuah komputer
dengan system on line seperti New Q Pro yang terhubung langsung dengan di tele
prompter sehingga producer atau scripwritter dapat melakukan perubahan atau
penambahan script yang muncul yang akan dibacakan oleh anchor. Sistem tersebut
juga secara online dapat menghitung durasi per materi sehingga produser dapat
informasi yang akurat saat membatalkan (drop) atau menambah materi didalam
segmen agar sesuai dengan durasi dan kebutuhan.
2. Program Director (PD)
Dibawah producer program, terdapat program director (PD) yang bertanggung jawab
terhadap teknis pelaksanaan dan melakukan pemilihan gambar dan suara sesuai

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


32

rundown. PD seperti layaknya video editor yang dituntut mengerti tentang komposisi
gambar, kontiunitas dan sebagainya, hanya saja semua proses dilakukan melalui
master control, sehingga PD dapat mengarahkan secara langsung pergerakan
kamera,

talent, audio,mengkoreksi lighting, make up, wardrobe, property dan

sebagainya. Berbeda dengan video editor yang harus menyusun gambar lewat
materi yang sudah terekam. Dibeberapa stasiun TV, PD juga mengoperasikan
switcher agar keputusan pemilihan gambar dan pengeksekusian melalui switcher
tidak mengalami keterlambatan.

3. Pengoperasi Switcher (Switcherman)


Switcherman bertanggungjawab untuk mengoperasikan mesin switcher. Switcher
merupakan alat untuk memilih satu gambar dari berbagai macam source untuk
disiarkan atau direkam. Switcher memiliki fitur yang beraneka ragam tergantung
produsennya, diantaranya mampu berperan seperti layaknya software editing,
seperti melakukan chroma key, super impose dan sebagainya.

4. Penata Aksara /Character Generic (CG)


Penata aksara bertugas untuk menampilkan teks berupa informasi seperti nama
presenter, narasumber dan informasi lainnya. Biasanya teks tersebut muncul dengan
latar belakang grafis yang sebelumnya telah dibuat oleh desainer grafis.
5. Penata Suara (Audioman)
Penata Suara bertugas untuk memilih sumber suara yang akan dimunculkan. Suara
(audio) tersebut berasal dari berbagaimacam sumber, seperti

microphone di

studio yang digunakan talent, peralatan musik, VTR, music player hingga audio yang
disimpan didalam komputer.
6. Pengoperasi VTR (VTRman)
Pengoperasi VTR bertugas untuk memutar kaset video sesuai rundown dan
melakukan perekaman.
6. Pegoperasi Virtual Set

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


33

Pengoperasi virtual set bertugas memunculkan latar belakang virtual yang


sebelumnya telah dibuat oleh virtual set designer dan mengatur posisinya agar
sesuai dengan blocking kamera.
Equipment & Crew Studio
Didalam ruang ini, terdapat berbagai macam SDM dan peralatan untuk menghasilkan
sebuah program, yaitu
1. Floor Director (FD)
Bertugas untuk meneruskan instruksi Program Director dan mengatur segala
sesuatu di floor agar berjalan sesuai rundown.
2. Presenter (Anchor)
Bertugas membawakan acara, menggali narasumber sesui dengan rundown
3. Cameraman
Bertugas mengatur posisi blocking kamera dan mengambil gambar yang dibutuhkan.

KOMPOSISI
Tidak dapat disangkal bahwa fotografi adalah seni. Seperti seni yang lain untuk fotografi
adalah komunikasi. Sangat sedikit orang yang membuat foto hanya untuk dilihat dan dinikmati
sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud supaya orang lain melihat apa yang
dilihatnya melalui kamera. Diantara banyak foto yang dibuat orang, yang bisa dikategorikan
sebagai hasil karya seni hanya sedikit saja. Ini sama seperti pada seni lukis,banyak sekali lukisan
yang dibuat orang, tetapi yang mempunyai nilai seni hanya sedikit. Bahkan orang yang pandai
melukis pun belum tentu bisa membuat lukisan yang bernilai seni. Lukisan yang bernilai seni
tercipta dari kreativitas seorang pelukis yang didukung keterampilannya dalam menguasai alat
dan bahan-bahan lukisnya serta pengetahuan yang baik tentang komposisi gambar. Demikian
juga dalam fotografi.
Keterampilan anda dalam menguasai alat foto dan sinar merupakan bahan dasar
terciptanya sebuah foto, hanyalah merupakan salah satu syarat untuk bisa menghasilkan suatu
foto yang bernilai seni. Setelah itu anda dituntut untuk anda menguasai cara bagaimana
merancang komposisi gambar agar tampak lebih menarik perhatian. Hal kedua inilah yang sering
dilupakan banyak orang. Mungkin ini disebabkan karena sebuah foto dapat dibuat dalm waktu
singkat. Sebuah foto terjadi hampir bersamaan Pada saat menekan tombol SHUTTER RELEASE
dalam waktu persekian detik.Karena hal tersebut memungkinkan, sehingga orang tidak berpikir
atau tidak mau berpikir lagi tentang komposisi. Lain halnya pada seni lukis, yang karena proses
pembuatannya lama, maka sang pelukis akan selalu berpikir terus bagaimana komposisi gambar
tersebut diatur supaya tampak menarik.
Mungkin anda bertanya : Bagaimana foto yang menarik itu?foto yang menarik adalah
foto yang bisa memberi kesan yang dalam. Foto yang mampu membawa emosi penonton. Emosi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


34

tentang keindahan, kegembiraan, kesedihan, kekejaman dan sebagainya. Karena foto hanyalah
gambar dua dimensi sedang manusia melihat kenyataan yang ada dalam pandangan tiga
dimensi, maka persaan-perasaan seperti tersebut diatas sulit didapatkan. Untuk
membangkitkannya pemotret bisa mengatur kesan pada gambar yang bisa menimbulkan ilusi
pada penonton bahwa apa yang dilihatnya dalam gambar adalah tiga dimensi. Untuk itu pemotret
bisa mengatur susunan bagian-bagian yang ada dalam gambar dan inilah yang disebut
komposisi. Dengan demikian jelaslah bahwa komposisi merupakan bagian yang penting dalam
pembuatan sebuah foto.
PANDANGAN KAMERA
Perbedaan yang paling dasar antara seorang pemotret yang baik dan seorang pemotret
asal jepret adalah caranya memandang suatu obyek. Seorang pemotret asal jepret akan
memandang suatu obyek apa adanya, seperti pandangan manusia biasa.Seorang pemotret yang
baik, memandang suatu obyek dengan pikiran pandangan kamera. Pandangan kamera adalah
dua dimensi karena melihat dengan satu lensa. Manusia melihat dengan dua lensa sehingga
pandangannya tiga dimensi. Karena dia bisa melihat dengan pikiran pandangan kamera yang
dua dimensi itu, maka pemotret yang baik akan berusaha membuat kesan tiga dimensi agar
sesuai dengan pandangan manusia. Pebedaan lainnya adalah manusia melihat dengan pikiran
yang dipengaruhi oleh emosi, sedang kamera hanya objektif saja.

Sebagai contoh:
Pada suatu sore yang cerah, anda berada dipusat kota yang semarak lampu warnawarni yang mulai hidup. Pandangan tampak indah dan suasana menyenangkan. Anda tidak
melihat atau merasa terganggu dengan kebel-kabel listrik yang berseliweran. Ini disebabkan
intensitas emosi anda, karena anda masuk didalamnya. Pengalaman tersebut akan berubah
menjadi lain, kalau anda memasang sebuah kamera didepan mata. Dengan melihat melalui
kamera, anda merasa terganggu dengan kabel-kabel listrik yang berseliweran diatas, mobil-mobil
yang tidak pas dalam tempatnya dan sebagainya. Sekarang anda tidak lagi masuk dalam
suasana, tetapi menjadi penonton. Dari sini anda dapat melihat dengan jelas perbedaan
pandangan manusia dan pandangan kamera. Karena kamera itu objektif, sehingga ada
anggapan bahwa kamera tidak pernah bohong. Anggapan tersebut tidak seratus persen
benar.Yang benar adalah kamera itu bisa bohong. Contoh : Kalau anda berbicara dengan
seorang teman anda dengan jarak yang sangat dekat, anda tidak melihat pun satu keanehan
pada wajah teman anda tersebut. Tetapi kalau anda memotretnya dengan jarak yang sama, anda
melihat bahwa hidungnya terlalu besar, bibirnya terlalu lebar dan sebagainya. Mungkin secara
teknis bisa dikatakan bahwa kamera itu benar, karena dengan jarak yang dekat akan didapat
distrosi dari lensa. Begitu juga mata manusia, tetapi otak manusia mengkoreksi kesalahan optis
itu, sehingga anda tidak melihat adanya distrosi meskipun anda melihat dari jarak yang sangat
dekat. Karena manusia sudah terbiasa melihat semua kenyataan dalam pandangan pikiran
manusia, maka sesuatu yang lain tidak akan terasa aneh.
Dengan mengetahui perbedaan antara pandangan manusia dan pandangan kamera
anda bisa membuat foto-foto yang lebih efektif. Yaitu selalu dengan mempertimbangkan apakah
pandangan kamera seperti yang anda lihat dalam VIEWFINDER bisa memberikan imajinasi
sebagai pandangan manusia. Dengan demikian anda akan mudah mengatur komposisi agar bisa
mendapatkan gambar yang bisa menimbulkan imajinasi sebagai pandangan manusia.
PEMBINGKAIAN (FRAMING)
Potensi akan lahirnya sebuah foto terjadi setiap sekali anda mengangkat kamera dan
melihat ke dalam VIEWFINDER untuk mengetahui apa yang masuk dalam gambar, apa yang
tidak. Kalau anda senang dengan apa yang anda lihat dalam VIEWFINDER tersebut,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


35

kemungkinan besar anda akan menekan tombol rana untuk mendapatkan gambarnya. Saat
menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh
bingkai di dalam VIEWFINDER kamera anda itulah yang dinamakan pembingkaian atau
FRAMING.
Dalam fotografi FRAMING merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh
komposisi gambar. Karena dengan menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk
dalam gambar secara tidak langsung anda sudah mengatur komposisi. Kalau anda melihat
sebuah vas bunga yang ditaruh di pinggir meja, anda akan merasakan suatu perasaan kurang
menyenangkan. Begitu pula kalau vas bunga tersebut anda pindah, kemudian anda taruh
ditengah sebuah meja yang sangat besar, perasaan anda akan mengatakan bahwa penempatan
vas bunga tersebut kurang sesuai. Demikian juga yang akan terjadi pada semua gambar lukisan
atau gambar foto. Anda bisa mengandaikan bahwa meja adalah FRAME atau bingkai gambar
dan bunga adalah sesuatu yang ingin ditampilkan dalam gambar tersebut.
Maka suatu gambar akan lebih menarik kalau ia diberi bingkai (FRAME) yang tepat.
Dalam hal ini fotografi sedikit lebih sulit dibandingkan seni lukis. Karena dalam seni lukis, pelukis
mulai membuat lukisan dari satu kanvas putih kosong, sehingga dia lebih mudah menentukan
komposisi gambar yang dia inginkan berdasarkan luas kanvas yang tersedia.
Dalam fotografi, pemotret harus mengatur gambar yang sudah tersedia dihadapannya
agar masuk dalam bingkai yang sudah tersedia di dalam kamera. Meskipun demikian pemotret
masih banyak kemungkinan untuk membuat bingkai dari subyek tertentu. Yaitu dia bisa maju atau
mundur, geser kiri atau kanan, naik keatas atau kebawah, memakai kamera vertikal atau
horizontal. Yang anda harus ketahui untuk itu adalah bahwa setiap perubahan FRAMING yang
dibuat pemotret akan menghasikan kesan gambar yang berbeda. Misalnya dihadapan anda ada
seorang gadis yang harus anda foto. Anda mempunyai banyak kemungkinan untuk
memasukkannya dalam bingkai dalam VIEWFINDER kamera. Anda bisa mendekat untuk
mengisi seluruh bingkai gambar dengan wajahnya. Atau anda bisa mundur sehingga anda bisa
melihat keadaan disekitarnya. Kalau anda lebih menjauhi lagi dia akan tampak kecil dan pohonpohon yang ada disekitarnya akan tampak lebih jelas. Mana yang dipilih?, mengapa? pilihan
anda hendaknya memberikan inforamsi yang lebih jelas tentang apa yang anda inginkan. Kalau
anda memutuskan untuk memasukkan seluruh wajah gadis tadi, berarti anda lebih
menitikberatkan pada pribadi gadis tersebut. Penonton akan lebih dekat.
Subyek akan memenuhi FRAME seperti ini biasannya lebih bisa memberi kesan yang
kuat. Karena penonton diajak langsung melihat pada subyek, tidak ada pilihan lain. Lain kalau
anda memasukkan gadis dengan lingkungan disekelilingnya. Sekarang penonton melihat obyekobyek lain selai gadis tersebut. Dengan pilihan ini, anda menunjukkan keberadaan gadis tersebut
dengan lingkungan disekitarnya. Dengan foto-foto semacam ini anda bisa memperlihatkan
hubungan antara subyek dan tempat, aktivitas, suasana, dan sebagainya. Selanjutnya kalau
anda menempatkan gadis itu hanya sebagian kecil dalam bingkai gambar anda, ini akan
memberi kesan bahwa pemandangan alam lebih ditekankan. Sekarang gadis tadi tidak menjadi
bagian pokok tetapi hanya sebagai penyerta saja.

Kembali kepada FRAMING pilihan pertama, dimana anda memasukkan


wajah gadis pada seluruh bingkai gambar. Memang benar bahwa foto semacam
ini menarik, karena penonton dengan jelas bisa melihat detail. Tetapi kalau anda
membuat kesalahan misalnya dalam pemotongan, kesalahan tersebut juga akan
terlihat jelas. Sehingga gambar terasa janggal. Dalam hal pemotongan bagian
tubuh manusia, ada suatu ketentuan yang harus ditaati pemotret supaya gambar
tampak wajar. Untuk mengetahuinya anda bisa memakai sebuah foto yang
sudah tidak dipakai lagi dari seseorang yang sedang berdiri. Sekarang potonglah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


36

foto tersebut dengan gunting tepat pada bagian leher, kemudian amatilah
potongan foto tersebut pada bagian kepala. Dari sini anda akan melihat
kejanggalan tersebut. Potongan gambar tersebut menimbulkan perasaan ngeri
atau perasaan tidak mengenakkan. Hal ini disebabkan karena anda dan semua
manusia-manusia lain melihat dengan pikiran. Pikiran manusia dipengaruhi
dengan pengalaman yang sudah biasa mereka lihat. Maka kalau anda melihat
foto setengah badan dari seseorang, meskipun tidak tampak tetapi anda tahu dia
memiliki kaki. Demikian juga karena pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki,
semua manusia tahu bahwa persendian-persendian tubuh manusia adalah
bagian yang paling memungkinkan bisa lepas, dan manusia tahu bahwa leher
yang terpotong adalah sangat mematikan. Maka anjuran yang patut anda ikuti
adalah jangan memotong tepat pada persendian, anda bisa memotong diatas
atau dibawahnya. Tetapi anda juga tidak bisa membuat batas FRAME tepat
diatas kepala dan tepat dibawah kaki. Karena kita tidak pernah berada diruangan
yang pas seperti itu, kalau pun pernah tentu kita tidak akan merasa enak. Di
dalam rumah, di dalam mobil dan sebagainya, justru ada ruangan di atas kepala
kita. Ini juga berlaku untuk subyek pemotretan yang lain, bisa binatang, pohon,
benda-benda mati dan sebagainya. Jangan membuat FRAMING yang terlalu
pas, berilah sedikit ruangan agar tampak lega. Tetapi ruangan yang kosong
terlalu luas tidak menguntungkan, karena ruangan kosong terlalu luas tidak
memberi arti apa-apa. Ini sama seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya,
dengan contoh vas bunga ditengah meja yang sangat besar.
Selain alasan-alasan tersebut diatas, dalam hal memberi ruang dalam suatu FRAMING,
ada pertimbangan lain yang harus diperhitungkan, yaitu GERAK. Ambillah sebuah patung
manusia dan letakkan diatas lantai dekat tembok dengan menghadap kearah tembok. Kemudian
lihatlah dari samping dan rasakan kesan apa yang anda dapat. Dengan melihat ini anda akan
merasa tidak senang. Anda akan merasa bahwa patung tersebut tidak mempunyai ruang gerak.
Meskipun anda tahu bahwa patung tersebut hanyalah patung biasa yang tidak bisa bergerak,
tetapi karena itu patung manusia dan manusia bisa bergerak maka anda merasakan kejanggalan
itu. Lain halnya kalau anda taruh di situ bukan patung manusia tetapi sebuah gelas. Anda tidak
akan melihat kejanggalan apa-apa. Coba sekarang patung tersebut anda balik sehingga
punggungnya yang menghadap ketembok. Sekarang anda merasa lega, karena patung tersebut
mempunyai ruangan didepannya, yang memungkinkan untuk bergerak. Hal serupa juga terjadi
pada sebuah gambar. Meskipun anda tahu, itu hanyalah sebuah gambar yang tidak mungkin
bergerak, tetapi kalau itu gambar manusia atau binatang atau lainnya yang bisa bergerak,
sebaiknya anda memberi ruangan didepan, agar penonton merasa lega. Barangkali anda akan
bertanya: lalu bagaimana kalau subyek yang bisa bergerak tersebut menghadap kamera?
dalam kenyataan sehari-hari, manusia melihat semuanya secara tiga dimensi, sehingga kita
melihat adanya ruang atau jarak.
Jika dihadapan anda ada seorang yang melihat kearah anda,anda langsung bisa melihat
bahwa antara anda dan dia ada jarak. Demikian juga kalau anda melihat patung yang
membelakangi tembok itu dari arah depan, anda tetap akan melihat ruangan. Tidak demikian
kalau anda melihat sebuah foto, karena foto hanyalah gambar dua dimensi yang tidak
mempunyai kedalaman. Kedalaman yang anda lihat pada sebuah gambar hanyalah ilusi belaka.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


37

Maka untuk membuat penonton merasa lega, anda harus menciptakan ilusi tentang kedalaman
pada foto anda. Pada foto jarak dekat(CLOSE-UP) dimana latar belakang tidak tampak atau
hanya sedikit tampak, hal tersebut tidak jadi masalah. Karena dalam kenyataan sehari-hari kalau
anda berhadap-hadapan dengan seorang dengan jarak dekat, tidak mungkin anda berada di
dalam tembok, pasti ada ruang didepannya.
Kalau subyek tersebut jauh dari kamera, sehingga seharusnya ada ruangan
dihadapannya, anda harus menciptakan kesan kedalaman, supaya penonton dapat merasakan
adanya ruangan didepan subyek tersebut! ada banyak cara untuk itu, misalnya dengan
menempatkan sesuatu diantara subyek dan kamera yang bisa memberi kesan bahwa subyek
berada dibelakang sesuatu itu. Anda juga bisa membuatnya dengan cara lain, yaitu dengan
menempatkan subyek diantara sesuatu yang mengelilinginya, sehingga subyek seperti berada
pada suatu bingkai, anda bisa memakai jendela, pintu, pohon, gua dan sebagainya sebagai
bingkai tersebut. Teknik ini disebut FRAME WITHIN FRAME. Melihat foto semacam ini, penonton
merasakan adanya dua bidang datar, yaitu pada bingkai dan latar belakang, seningga akan
didapatkan kesan ruang.
Kesan kedalaman atau persepktif, bisa ditimbulkan oleh garis-garis konvergen (garisgaris panjang yang akan bertemu suatu titik). Seperti kalau anda melihat dari tengah jalan kereta
api atau jalan tol yang lurus, tampak akan bertemu satu titik dikejauhan sana.
Membuat kesan perspektif seperti itu mungkin pernah anda praktekkan sewaktu kecil
dengan menggambar pemandangan gunung, dimana ada jalan lurus yang makin lama makin
kecil. Akhirnya menjadi titik dikaki gunung. Dengan lensa wide angle juga bisa dengan mudah
membuat kesan persepktif seperti itu, bahkan bisa menjadi lebih dramatis kalau anda
menempatkan sesuatu sebagai latar depan. Dalam FRAMING garis-garis tersebut dapat anda
dapatkan dari garis-garis pada gedung, pagar, pematang sawah,
dan lain-lain.
Sekarang anda sudah memberi ruang pada subyek yang langsung menghadap
kamera.Tetapi gambar tersebut tidak menarik kalau subyeknya ditempatkan tepat ditengahtengah bingkai gambar. Gambar akan lebih menarik kalau subyek ditempatkan sedikit agak ke
pinggir. Ada satu hukum klasik mengenai komposisi yang disebut potongan kencana (GOLDEN
SECTION). Hukum komposisi ini dipakai oleh pemahat-pemahat yunani kuno dan juga pelukispelukis eropa pada abad pertengahan. Pada dasarnya hukum tersebut menyatakan keselarasan
akan tercapai kalau suatu bidang itu adalah merupakan kesatuan dari dua bidang yang saling
berhubungan. Bidang yang besar mempunyai hubungan dengan yang kecil, seluruh bidang
mempunyai hubungan dengan yang besar, dengan perbandingan pembagian bidang yang besar
dan yang kecil sama dengan perbandingan seluruh gambar dengan yang lain.
Dengan perhitungan secara kasar dapat didapat bahwa bidang tersebut adalah 1/3
bagian,1/2 bagian dan penuh. Hubungan 1/3,2/3 dan penuh menurut hukum potongan kencana
tersebut juga dapat diterapkan pada perancangan FRAMING sebuah foto. Dengan membagi
bidang horizontal atau vertikal menjadi 3 bagian, anda akan mendapat masing-masing 2 garis
pada bidang vertikal, maupun bidang horizontal. Garis-garis tersebut dinamakan garis potongan
kencana. Pada salah satu garis potongan kencana itulah subyek yang anda maksud sebagai
pokok atau pusat perhatian dari seluruh gambar sebaiknya anda tempatkan. Kalau subyek anda
tersebut anda tempatkan di tengah bidang gambar, bagian besar bidang gambar menurut hukum
potongan kencana tidak mempunyai hubungan dengan bagian kecil.
Kalau subyek tersebut anda tempatkan pada salah satu garis potongan kencana,tampak
bahwa bagian besar dari gambar mempunyai hubungan dengan bagian kecil. Selain itu subyek
yang ada tepat ditengah gambar,akan membagi bidang gambar menjadi dua bagian yang sama
dan simetris. Sehingga mata penonton yang menelusuri seluruh bidang gambar akan mendapati
jarak yamg sama antara subyek dan tepi kiri atau kanan gambar, sehingga berkesan bahwa tidak
ada irama atau monoton. Gambar seperti itu terasa statis.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


38

Hal tersebut juga berlaku kalau anda memotret pemandangan alam. Di sini penempatan
garis batas cakrawala merupakan sesuatu yang penting. Garis cakrawala yang ditempatkan
ditengah akan membagi bidang gambar menjadi dua bagian. Gambar seperti ini selain terasa
statis juga tidak mengajak penonton untuk merasakan kesan tertentu. Misalnya anda ingin
memotret pemandangan di pantai. Dimanakah anda menempatkan garis batas cakrawala? kalau
anda menempatkannya ditengah, jelas gambar akan tampak statis karena garis cakrawala
tersebut akan membagi gambar menjadi dua bagian yang sama besar. Kalau anda
menempatkan garis batas cakrawala pada bagian atas dari bidang gambar, sekarang yang
menjadi subyeknya adalah laut.Apa yang ingin anda katakan tentang laut yang ingin anda foto
tersebut? Di sini anda akan bercerita tentang perahu-perahu nelayan yang sedang berlayar,
tentang keindahan,ketenangan/kedahsyatan laut dan sebagainya. Langit yang merupakan bagian
kecil dari gambar menjadi pelengkap yang mendukung suasana dalam gambar.
Sebaliknya kalau anda menempatkan garis cakrawala dibagian bawah bidang gambar,
langitlah yang menjadi subyek anda. Anda bisa lebih menonjolkan keindahan langit yang
menguasai seluruh laut. Di mana anda menempatkan garis cakrawala akan membantu
menciptakan gambar yang lebih berkesan. Cakrawala yang ada dibawah telah memberi
penekanan pada ketinggian, cakrawala yang ada diatas memberi penekanan pada kedalaman
dan jarak. Tetapi anda juga harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu mengganggu dilatar
depan seandainya cakrawala anda tempatkan diatas atau apakah langit tidak terlalu kosong jika
anda tempatkan cakrawala dibagian bawah gambar. Jadi harus ada suatu alasan sebelum anda
mengambil keputusan untuk menempatkan garis cakrawala.
Selain dari itu,anda juga perlu memperhatikan apakah harus membuat FRAME secara
horizontal atau vertikal. Kebanyakan orang mengatur FRAMING secara horizontal. Mungkin ini
disebabkan karena kamera itu sendiri dibuat secara horizontal, sehingga untuk memakainya
secara vertikal terasa sedikit kurang enak. Juga mungkin karena manusia memandang dengan
dua mata yang letaknya sejajar secara horizontal, sehingga orang selalu merasa bingkai yang
horizontal itulah yang wajar. Tetapi secara estetis, keduanya baik horizontal maupun vertikal
sama saja. Kita bisa melihat bahwa orang, menara, pohon adalah vertikal dan bintang, gunung,
mobil adalah horizontal. Meskipun begitu anda tidak dapat membuat FRAMING hanya menurut
subyek saja. Apa pun subyek anda, semuanya mempunyai kemungkinan bisa difoto secara
vertikal ataupun horizontal. Sekarang tinggal apa yang ingin lebih ditekankan atau apa yang
dibutuhkan. Dalam hal terakhir ini, para pemotret profesional yang memotret untuk majalah atau
ilustrasi buku, lebih mudah menentukan format dari FRAMING. Karena biasanya majalah atau
buku mempunyai format vertikal, sehingga pemotret tinggal mengatur subyek supaya bisa
didapat gambar secara vertikal. Tetapi kalau anda tidak mempunyai keperluan khusus seperti itu,
harus dipertimbangkan sesuatu yang lain.
Sebagai contoh kita kembali pada pemotretan di pantai. Apakah anda mau menampilkan
pemandangan laut yang luas dan bergelora dengan karang-karang terjal di pantai, ataukah anda
ingin memunculkan tebing karang yang tinggi dan terjal, apa yang lebih anda tekankan ? kalau
anda memilih pilihan pertama, framing secara horizontal lebih cocok

4. Lightingman
Bertugas mengatur tata letak pencahayaan
5. Make Up Artist
7. Wardrobe
8. Set & Property

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


39

Character Generik (CG)

Inscriber

Dalam layar kaca mungkin kita sering memperhatikan item grafis yang berisikan
informasi mengenai nama presenter, judul tema program, lokasi kejadian, sponsor dan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


40

sebagainya. Item grafis yang anda lihat itu mempunyai berbagai macam nama
tergantung posisi, informasi dan arah pergerakannya. Nama-nama item tersebut
biasanya sudah cukup familiar bagi yang berkecimpung didunia TV Broadcasting, sebut
saja lowerthird, over the shoulder, running text, iklan super impose, credit title dan
sebagainya.
Untuk kebutuhan post pro semua item itu cukup ditempel pada materi program oleh
video editor dengan software video editing dan tentntunya harus melalui proses
rendering yang memakan waktu. Lalu bagaimana jika untuk kebutuhan program live
dimana semua informasi teks dan grafis dibutuhkan langsung on the spot dan selalu
berubah-ubah. Sebagai contoh informasi skor pada pertandingan bulu tangkis. Untuk
mengatasi permasalah tersebut , Pihak TV Station menggunakan alat khusus yang
disebut Character Generator (Chargen atau CG). Salah satu produk peng-generate teks
dan grafis secara realtime terkemuka adalah Inscriber. Inscriber sangat mudah
dioperasikan. Alat ini dapat menerima file bitmap atau animasi (tergantung serinya)
yang telah diproduksi sebelumnya atau mendesain langsung di Inscriber. Operator CG
tinggal mengetikkan informasi yang telah pasti dan menggabungkannya dengan
background grafis serta melakukan penyusunan sebelum acara dimulai. Begitu acara
dimulai, operator CG hanya tinggal mengklik image yang akan on-air dan menyesuaikan
teks jika dibutuhkan. Pada umumnya Inscriber membawa dua channel informasi (fill dan
key) ke switcher broadcast. Bila switcher tersebut mendukung, maka secara otomatis
gambar yang memuat alpha channel bila diletakan pada layer depan akan menampilkan
transparansi dengan benar tanpa harus melakukan proses keying manual warna
tertentu pada switcher.
Untuk menyesuaikan budget, Inscriber mengeluarkan beberapa pilihan seri seperti
mulai dari CG Supreme hingga Inca yang mampu menumpuk banyak layer animasi
secara realtime.
Saat mengunjungi websitenya, kami memperoleh informasi lawas tentang salah satu
produk yang diandalkannya yaitu G-series yang telah mendukung teknologi High
Definition (HD). G-series didesain untuk memenuhi kebutuhan program dengan sifat
fast paced seperti pemilu, sport, live News dan sebagainya. Adapun feature yang
ditawarkannya adalah tools desain tambahan, sequencer, FX key frame animation
editor, media store database, optional multi-layer paint tool, frame grab program dan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


41

3Dflyby.

Umumnya yang tampak pada tayangan televisi adalah objek utama (presenter, musisi
dan sebagainya), bakcground (backdrobe dan graphic design for chroma key),
foreground (benda-benda didepan objek) dan elemen grafis. Kedua elemen yang
terakhir ini hanya ada pada saat tertentu sedangkan objek utama dan background
dipastikan selalu muncul. Kalau diperhatikan lebih lanjut lagi, walaupun background
bukan elelmen utama tetapi memenuhi sekitar 70 persen isi monitor TV. Oleh karena itu
background adalah elemen penting dan sangat menentukan dalam memberi ciri khas
pada wajah program itu sendiri.
Ada dua macam bentuk pilihan background yaitu, backdrobe dan graphic design with
chroma key.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


42

Backdrobe dapat dikatakan jenis background yang mengkondisikan suatu ruang atau
panggung, Bila dibuat secara nyata disebut Hard Set sedangkan bila dibuat secara
rekayasa komputer yang menggantikan latar berwarna biru atau hijau disebut Virtual
Set.
Graphic design with chroma key mempunyai prinsip yang sama dengan Virtual Set
tetapi latar biru atau hijau tersebut digantikan dengan background still atau motion
graphic.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


INDRA WIBAWA

DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI


43

Anda mungkin juga menyukai