MODUL
Disusun Oleh :
INDRA WIBAWA
Hukum
Kultur
Market
1.2
1.3
Teknis
1.1.2 Membuat Proposal Program
1.1.3 Mengenal Jenis Program Televisi
1.1.4 Mengenal rating, sharing, ratecard
Membuat Rundown
Menyusun Budget
Tugas Kelompok | Pembuatan proposal program untuk televisi | output MS. Powerpoint
Diskusi Kelompok | Presentasi proposal program untuk televisi
2. PRODUKSI
2.1 Standarisasi Teknis
2.1.1 kualitas Gambar
2.1.2 Standar Format Televisi
2.1.3 Video Tape dan Kabel Koneksi
2.2. Jenis Produksi
2.2.1 Produksi Lapangan
2.2.2 Produksi Studio
2.3 Master Control
2.3.1 Production Crew
Produser
Program Director
Floor Director
Switcherman
Character Generic operator
Virtual Set operator
Cameraman
Lightingman
VTRman
Audioman
Set & Property man
Wardrobe
Make Up
Production Assistant
2.3.2
Equipment
Video Switcher
VTR
Lighting
Audio Mixer
Microphone
Character Generic
Virtual Set
3.3
Praktek | Take VO
Praktek | Audio Editing
Praktek | Video Editing
Tugas Kelompok | Pengeditan gambar untuk program televisi sesuai proposal program| output DVD
atau file video
Tugas Perorangan | Membuat tulisan atau artikel mengenai pemikiran atau ide-ide baru dari anda
tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia pertelevisian di Indonesia.
Diskusi Kelompok | Presentasi hasil akhir program televisi yang telah dibuat
Dengan semakin tipisnya batas fungsi dan cara menikmati tayangan tersebut
berbagai negara telah mengembangkanlah standar format konvergensi dengan berbasis
digital. Keseragaman, kualitas, efisiensi adalah beberapa kelebihan yang dijanjikan
dalam standar format baru tersebut. Beberapa format yang sedang dikembangkan
adalah, ATSC (Advance Television System Committee) oleh Amerika Serilkat, DVB
(digital Video Broadcasting) oleh negara-negara di Eropa, ISDB (Integrated Service
Digital Broadcasting) oleh Jepang dan sebagainya.
Saat ini di Indonesia, Perjalanan ke format televisi digital sedang ditangani oleh
Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital dengan tugas utamanya
mempelajari berbagai aspek dalam kesiapan penyelenggara siaran, kesiapan industri
dalam kaitan dengan set-top box & pesawat TV, Kesiapan masyarakat baik dari segi
teknis maupun sosial, budaya & ekonomi serta pertimbangan aspek politis berkaitan
dengan negara tetangga. Tim ini beranggotakan sejumlah pejabat, akademisi, dan para
pakar dari berbagai instansi antara lain Ditjen Postel, Ditjen Sarana Komunikasi dan
Diseminasi Informasi, Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, BPPT,
Bappenas, TVRI, RRI, ATVSI, PRSSNI, PT. LEN, PT. Elektrindo Nusantara. Tim
Nasional sepakat merekomendasikan teknologi Eropa DVB-T sebagai standar system
siaran TV digital untuk pelanggan tetap di Indonesia.
Sebagaimana di Indonesia, negara-nagara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN)
sedang merintis siaran TV digital dan tiap-tiap negara memiliki hak menentukan rencana
switch-off maupun teknologi yang digunakan masing-masing. Malaysia, telah merintis
siaran TV digital sejak tahun 1998 dan saat ini diharapkan bisa dinikmati 1,8 juta rumah.
Bahkan mereka sudah merencanakan memulai menghentikan siaran analog secara
bertahap tahun 2009 dan seluruhnya akan berganti digital pada tahun 2015. Singapura,
TV digital telah diluncurkan sejak Agustus tahun 2004 dan saat ini telah dinikmati lebih
kurang 250.000 rumah. Indonesia akan memulai phase out sampai tahun 2015. Bahkan
Menkominfo Mohamad Nuh ditunjuk sebagai ketua ASEAN Ministers Responsible for
Information (AMRI) yang salah satu agendanya menangani masalah migrasi bersama
ini.
Tentunya issue migrasi tersebut melahirkan berbagai pertanyaan, polemik prokontra seperti, Apakah perangkat televisi lama saya masih dapat digunakan? Dengan
format digital, satu kanal bisa dipakai untuk beberapa siaran, tentunya akan lebih
banyak lagi siaran TV, Untuk apa kalau yang sekarang saja kualitasnya tidak
bermutu? Masalah tersebut untuk sementara biarlah menjadi pekerjaan rumah Tim
Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital untuk menjawabnya karena
ada hal lain yang menarik, yaitu berbagai kesempatan dan peluang baru dengan format
televisi baru tersebut. Beberapa kesempatan yang kasat mata adalah kebutuhan
berbagai piranti hardware seperti set top box (alat untuk menangkap siaran digital dari
TV konvensional), PCI Card untuk menangkap siran digital (DVB-S) di komputer seperti
yang sedang dikembangkan oleh Digital Rise. Peluang lainnya tentunya kebutuhan
konten dari banyaknya siaran digital tersebut.
Pra Produksi
1.1.
Hukum
Acara harus dibuat seorsinil mungkin untuk menghindari
pelanggaran hal cipta dan mentaati undang undang yang
berlaku di Indonesia.
Kultur
Televisi sebagai media yang mempunyai pengaruh sosiologis
yang kuat, tentunya acara-acara yang dihasilkan juga memiliki
kewajiban dan tanggung jawab terhadap pembentukan nilainilai positif dimasyarakat. Para pembuat program pun juga
harus menghormati nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia
juga menghindari hal yang dapat menyinggung SARA.
Pasar (Market)
Untuk acara yang dibuat untuk tujuan bisnis, para pembuat
program harus mengenal pasar yang dituju. Kita tidak dapat
membuat acara yang bagus menurut sudut pandang subjektif
kita sendiri. Kita juga harus melihat dari sudut pandang calon
pemirsa yang akan kita bidik. Untuk membidik calon pemirsa,
B; 21%
A2; 15%
A1; 11%
C1; 20%
D; 9% C2; 19%
E; 5%
> 2 jt
1.5 2jt
1.0 1.5 jt
0.7 1.0 jt
0.5 0.7 jt
0.3 0.5 jt
< 0.3 jt
Age 20 +; 66%
Female; 50%
Male; 50%
Budget
Jika untuk tujuan profit, besarnya anggaran yang diperlukan
untuk mewujudkan suatu ide program harus sebanding
dengan kekuatan program tersebut untuk mendapatkan rating
yang baik.
Teknis
Sebuah ide kreatif juga harus mempertimbangkan apakah ide
tersebut mungkin untuk dieksekusi dengan peralatan, SDM
dan waktu yang tersedia. Idealnya seorang pembuat program
haruslah mengerti hal teknis karena nantinya dia harus
memperkirakan
peralatan
apa
saja
yang
benar-benar
dalam
Genre
Lokasi
Durasi
Target Audiens
Sinopsis
Ada sebuah cafe yang asik buat nongkrong, Ketemuan teman, janjian sama gebetan
atau sekedar curi2 pandang ke penjaga caf juga enggak masalah. Asiknya lagi, banyak
artis yang suka mampir kesini. Ditempat ini, ternyata enggak sekedar
nge-gosip,
mereka juga pastinya ngobrolin hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Sesuai
nama cafenya, Orang TV Caf disini mereka biasanya ngobrol berbagai hal menarik
seputar dunia TV broadcasting. Mulai dari pengoperasian kamera, menulis script hingga
membuat program semuanya dibahas disini.
Uraian Program
Orang TV Cafe merupakan program televisi edukatif yang menghibur (edutainment).
Dengan format drama sitkom, program ini berisikan berbagai informasi seputar
pengetahuan dalam dunia TV Broadcasting
Program berdurasi 30 menit ini dikemas dengan seting sebuah Cafe bernama Orang TV
Cafe sebagai basecamp sekumpulan anak-anak muda dengan berbagai perbedaan
karakter dan kedalaman pengetahuan tentang dunia TV Broadcasting. Perbedaan ini
mengundang obrolan seru, perdebatan hingga berbagai kekonyolan.
Didalam acara, untuk tetap menjaga pakem keilmuan dan untuk memuaskan
keingintahuan pemirsa mengenai hot issue dunia TV Broadcasting kami juga hadirkan
tokoh yang merupakan praktisi TV Broadcasting dan artis terkenal.
Cast :
Tokoh Pemilik Caf | JAMIE ADITYA
Karakter |
Smart, charming, homurous, crazy, multi talent.
Pemilik caf ini adalah tokoh sentral dan paling gila dalam segala hal. Gila becanda, gila
musik, gila nyela, gila bisnis dan mungkin gila beneran. Tapi justru hal ini yang membuat
Jammie akrab dengan pengunjung cafe dan dia juga handal dalam menjelaskan hal
yang rumit dengan bahasa yang sederhana.
About Real Jamie :
-
VJ MTV
Musisi
Aktor
Bintang Iklan
Pengunjung caf ini adalah tokoh yang paling sering nongkrong di caf ini. Sebenarnya
sih dia mahasiswa abadi di sebuah universitas jurusan broadcast, tapi ngaku-ngaku
sebagai produser di TV station. Hobinya ngasih penjelasan ngaco. Walau sok tahu tapi
sebenarnya keingintahuannya terhadap dunia TV broadcast sangat besar.
About Desta :
-
Presenter TV
Aktor Film
Bintang Iklan
Musisi
Penyiar Radio
1.1.3
Hardnews
Berita singkat
Liputan 6 pagi, siang, petang dan malam serta Liputan 6
terkini Metro Pagi, Metro Siang, Metro Hari Ini dan Metro
Talkshow
Quiz
c.
Variety Show
d. Musik Show
3. Fiksi
a. Sinetron, FTV
b. Komedi
- Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan
berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya.
- Komedi Slapstic, Cerita lucu yang diciptakan dengan
adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerak
vulgar dan kasar.
- Komedi Satire, Cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
1.1.4
Female AB 25+
6,7
7,0
Index
172
119
1,2
Membuat Rundown
Rundown
merupakan
susunan
detail
program
per-segmen
yang
Segment
Opening
Commercial Break
Introduction
Details
Acara akan dibuka dengan OBB
Jamie
akan
membuka
acara
dengan
Duration
30 detik
1 menit
3 menit
Note
OBB + Tag on
Co Host & VT
(Video Tape.dst
Jamie kemudian sudah bersama bintang
5 menit
2 menit
Duration
6 menit
Note
Set, Indoor & VT
No
4
Commercial Break
Segment
Hot Issue Discuss
Details
Jamie kembali membahas masalah yang
belum dibahas pada segmen (3). Talent lain
memancingnya
dengan
pertanyaan-
akhir
segmen
ini,
Jamie
Commercial Break
Hot Issue Discuss
1 menit
6 menit
Commercial Break
Hot Issue Discuss
Closing
2 menit
3 menit
30 detik
dst
Jamie menyimpulkan secara singkat seluruh
VT & Co Host
1.3
Menyusun budget
Untuk menyusun anggaran sebuah program televisi, sebelumnya kita
harus mengetahui peralatan apa saja yang akan digunakan, berapa unit,
lama pemakaian, di dalam kota atau luar kota hingga perlengkapannya
seperti solar jika menggunakan generator listrik, tape, lampu dan batere
cadangan dan sebagainya. Kemudian apakah peralatannya telah tersedia
atau harus menggunakan jasa rental.
Selain peralatan dan perlengkapan kita juga harus menghitung jumlah
SDM yang dibutuhkan, seperti crew, talent, helper, security dan
sebagainya, terutama jika menggunakan tenaga outsource. Walau
tergantung kebijakan perusahaan, biasanya para SDM juga mendapatkan
konsumsi makanan, bila eksekusi dilakukan diluar kota, mereka juga
mendapat akomodasi, transportasi dan sebagainya.
Tidak hanya yang berkaitan secara langsung dengan produksi, kita juga
harus memperhatikan biaya-biaya seperti perizinan, keamanan, saluran
komunikasi, hal-hal administratif dan sebagainya.
Contoh Budgeting
ESTIMATE
PRODUCTION COST
ORANG TV CAFE
NO
DESCRIPTION
DETAIL
ESTIMATE
COST
4 month
4 month
4 month
4 month
B PRODUCTION COST
Studio
Rent studio & genset
Hard Set, property & deposite
Studio Equipment
Camera & Tripod
D 35 P
Lighting
Switcher
Audio
Clip On
Boom Mic
Monitor
Video Tape Stock
Accessories
Lighting + Stok bohlam
Kalkir
RENTAL BATERRY
Stock
x
x
x
x
7 unit
@ Rp
1 unit
1 month
2 unit
4 rim
1 mounth
@
@
@
@
@
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4
4
4
month x
month x
month x
1
2
2
person x @ Rp
person x @ Rp
person x @ Rp
6
4
day x
mounth
shift x @ Rp
@ Rp
6
6
6
6
6
day
day
day
day
day
x
x
x
x
x
3
1
1
4
1
unit
set
unit
unit
unit
mixer
day x
unit x @ Rp
Speaker
day x
unit x @ Rp
battere
6
6
6
day
day
day
day
day
day
day
day
Betacam
6
6
x
x
x
x
x
x
x
x
15
3
12
1
2
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
@
@
@
@
@
@
@
@
@
@
@
@
@
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
day x
2.
unit x @ Rp
6
6
6
6
6
6
6
6
6
day
day
day
day
day
day
day
day
day
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1
3
2
2
2
4
2
1
100
person
person
person
person
person
person
person
person
person
x
x
x
x
x
x
x
x
x
@
@
@
@
@
@
@
@
@
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
52
1
13
shift
shift
shift
shift
shift
shift
x
x
x
x
x
x
1
1
1
version
version
version
version
version
version
x
x
x
x
x
x
@
@
@
@
@
@
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1 episode
Produksi
Tahapan ini merupakan tahapan produksi yang paling banyak melibatkan SDM
dengan berbagai keahlian dan peralatan TV Broadcasting. Sebelum kita
melakukan pengeksekusian konsep program, kita harus mengenal standarisasi
teknis yang berlaku untuk dunia TV Broadcasting, pengetahuan dasar mengenai
berbagai peralatan broadcast dan pengoperasiannya.
2.1
Standarisasi teknis
2.1.1
Kualitas Gambar
Format televisi
Di
indonesia,
standarisasi
format
video
telah
ditetapkan
sangat
diperlukan
karena
berkaitan
dengan
Scan lines
PAL
NTSC
SECAM
National Television
Secam
25 fps
720 x 576 px
Amerika Serikat &
Standard Commite
29,97 fps
720 x 480 px
Eropa & Asia
25 fps
720 x 480 px
perancis
Jepang
525
625
825
Video Tape
Secara sederhana kualitas Video Tape yang layak untuk stasiun
TV adalah video tape dengan struktur sampling (4:2:2), yaitu D-1,
D-5, DigiBeta, BetaSX, Digital-S, DVCPRO50, tetapi kenyataan
10
9.9
9.7
9.6
MII, Betacam SP
8.9
1" Type C
8.7
3/4" SP
6.5
5.5
Video 8, Betamax
VHS
3.5
DV
DVCAM
DVCPRO
Digital8
suppliers
consortium of 60
manufacturers
including Sony,
Panasonic, JVC,
Canon, Sharp.
Sony
Sony
intended
market
segment(s)
consumer
(although JVC
makes a dockable
DV VTR for the
pro/industrial
market)
professional /
industrial
professional / industrial /
ENG / EFP / broadcast
who's actually
buying the stuff
consumer /
professional /
industrial / ENG /
EFP
professional /
industrial / ENG /
EFP
professional / industrial /
ENG / EFP / broadcast
consumers
cassettes &
max. loads
miniDV: 80/120
min (SP/LP)
std: 3.0/4.6 hrs
(SP/LP)
(4.6/6.9 hrs
possible using
DVCAM 184 min
tape)
max. camera
load
80/120 min.
(SP/LP)
184 minutes
63 minutes (AJD700/810);
123 min. (AJD200/210);
184 min. (AJ-D215)**
60 min.
compression
5:1 DVC-format
DCT, intra-frame;
25 Mbps video
data rate
5:1 DVC-format
DCT, intra-frame;
25 Mbps video data
rate
resolution &
720x480, 4:1:1
miniDV: 40 min.
std: 184 min.
720x480, 4:1:1
720x480, 4:1:1
(NTSC)
720x576, 4:2:0 (PAL)
(NTSC)
720x576, 4:2:0 (PAL)
(NTSC)
720x576, 4:2:0 (PAL)
2 ch @ 48 kHz, 16
bits;
4 ch @ 32 kHz, 12
bits;
will accept 2 ch @
44.1 kHz, 16 bits via
1394 I/O; unlocked
(but can record
locked audio via
1394)
2 ch @ 48 kHz, 16
bits;
4 ch @ 32 kHz, 12
bits;
will accept 2 ch @
44.1 kHz, 16 bits via
1394 I/O; locked (but
some VTRs can be
made to record
unlocked via 1394)
2 ch @ 48 kHz, 16 bits;
locked, plus one analog
audio cue track; plays
back 32 kHz, 12 bits and
presumably 44.1 kHz,
16 bits.
2 ch @ 48 kHz, 16
bits;
4 ch @ 32 kHz, 12
bits;
will accept 2 ch @
44.1 kHz, 16 bits via
1394 I/O; unlocked
(but can record
locked audio via
1394)
These tapes
can play
back in...
Digital8 camcorders
These VTRs
can play
back...
IEEE-1394
I/O
(a.k.a.
"FireWire"
or "i.link")
DSR-V10, DSR-20,
DSR-30, DSR-40,
DSR-200/200a, DSR500, DSR-2000, DRV1000
AJ-D210/215
camcorders and AJD230 VTRs with
optional adapter.
yes
Y/C &
composite
I/O
yes (DRV-1000:
output only)
yes
Edit control
RS-232 (AJD230/640/650/750);
RS-422 (AJD640/650/750)
sampling
audio
recording
10
SDI
9.8
Y/C ("S-video")
Analog Composite
2.2
Jenis Produksi
2.2.1
Produsi Lapangan
a. ENG (Electronic News Gathering) Produksi Berita Elektronik
Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan
peralatan yang mudah dibawa (portable) misalnya kamera
VCR portable dan 1 mikrofon, dengan crew seorang juru
kamera disertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap
sebagai reporter.
EFP (Electronic Field Production) Produksi Lapangan
Elektronik
Sama dengan ENG, hanya jenis program yang diproduksi
adalah dokumenter, sinetron (film style)
MCR (Multi Camera Remote)
Produksi Lapangan dengan mempergunakan kamera lebih
dari 1, dengan switcher, beberapa monitor, sound audio
Produksi Studio
Live Program disiarkan secara langsung, tahap produksi
merupakan tahap akhir dalam proses. Kebanyakan programprogram berita, olah raga, upacara kenegaraan disiarkan
secara langsung.
Video Taping (direkam dalam pita video)
Live on Tape Produksi berlangsung terus tanpa terhenti,
sampai akhir program, editing hanya dalam hal-hal khusus
(insert editing).
Direkam per bagian (segment)
2.3
VTR 2
RSO 1
RSO 2
Another Source :
News Studio
Standard Converter
Frame Sync
Routing Switch Output
VTR 3
CAM 1
CAM 2
CAM 3
CG
PGM
ON AIR
SWITCHER
CG
VTR
AUDIO MIXER
Producer
Program director
Technical Support
Studio
Switcher Opr
Floor Director
Crew
Talent
Crew
VTR Opr
Host
Camera Opr
CG Opr
Guest
Audio Opr
Home Band
VS Opr
Dancer
Wardrobe
Audience
Make Up
Lighting Opr
Didalam ruang master control, terdapat berbagai macam SDM dan peralatan untuk
menghasilkan sebuah program, yaitu :
1. Producer
Producer merupakan pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab atas semua
aktivitas pembuatan program. Untuk kebutuhan tertentu, terdapat sebuah komputer
dengan system on line seperti New Q Pro yang terhubung langsung dengan di tele
prompter sehingga producer atau scripwritter dapat melakukan perubahan atau
penambahan script yang muncul yang akan dibacakan oleh anchor. Sistem tersebut
juga secara online dapat menghitung durasi per materi sehingga produser dapat
informasi yang akurat saat membatalkan (drop) atau menambah materi didalam
segmen agar sesuai dengan durasi dan kebutuhan.
2. Program Director (PD)
Dibawah producer program, terdapat program director (PD) yang bertanggung jawab
terhadap teknis pelaksanaan dan melakukan pemilihan gambar dan suara sesuai
rundown. PD seperti layaknya video editor yang dituntut mengerti tentang komposisi
gambar, kontiunitas dan sebagainya, hanya saja semua proses dilakukan melalui
master control, sehingga PD dapat mengarahkan secara langsung pergerakan
kamera,
sebagainya. Berbeda dengan video editor yang harus menyusun gambar lewat
materi yang sudah terekam. Dibeberapa stasiun TV, PD juga mengoperasikan
switcher agar keputusan pemilihan gambar dan pengeksekusian melalui switcher
tidak mengalami keterlambatan.
microphone di
studio yang digunakan talent, peralatan musik, VTR, music player hingga audio yang
disimpan didalam komputer.
6. Pengoperasi VTR (VTRman)
Pengoperasi VTR bertugas untuk memutar kaset video sesuai rundown dan
melakukan perekaman.
6. Pegoperasi Virtual Set
KOMPOSISI
Tidak dapat disangkal bahwa fotografi adalah seni. Seperti seni yang lain untuk fotografi
adalah komunikasi. Sangat sedikit orang yang membuat foto hanya untuk dilihat dan dinikmati
sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud supaya orang lain melihat apa yang
dilihatnya melalui kamera. Diantara banyak foto yang dibuat orang, yang bisa dikategorikan
sebagai hasil karya seni hanya sedikit saja. Ini sama seperti pada seni lukis,banyak sekali lukisan
yang dibuat orang, tetapi yang mempunyai nilai seni hanya sedikit. Bahkan orang yang pandai
melukis pun belum tentu bisa membuat lukisan yang bernilai seni. Lukisan yang bernilai seni
tercipta dari kreativitas seorang pelukis yang didukung keterampilannya dalam menguasai alat
dan bahan-bahan lukisnya serta pengetahuan yang baik tentang komposisi gambar. Demikian
juga dalam fotografi.
Keterampilan anda dalam menguasai alat foto dan sinar merupakan bahan dasar
terciptanya sebuah foto, hanyalah merupakan salah satu syarat untuk bisa menghasilkan suatu
foto yang bernilai seni. Setelah itu anda dituntut untuk anda menguasai cara bagaimana
merancang komposisi gambar agar tampak lebih menarik perhatian. Hal kedua inilah yang sering
dilupakan banyak orang. Mungkin ini disebabkan karena sebuah foto dapat dibuat dalm waktu
singkat. Sebuah foto terjadi hampir bersamaan Pada saat menekan tombol SHUTTER RELEASE
dalam waktu persekian detik.Karena hal tersebut memungkinkan, sehingga orang tidak berpikir
atau tidak mau berpikir lagi tentang komposisi. Lain halnya pada seni lukis, yang karena proses
pembuatannya lama, maka sang pelukis akan selalu berpikir terus bagaimana komposisi gambar
tersebut diatur supaya tampak menarik.
Mungkin anda bertanya : Bagaimana foto yang menarik itu?foto yang menarik adalah
foto yang bisa memberi kesan yang dalam. Foto yang mampu membawa emosi penonton. Emosi
tentang keindahan, kegembiraan, kesedihan, kekejaman dan sebagainya. Karena foto hanyalah
gambar dua dimensi sedang manusia melihat kenyataan yang ada dalam pandangan tiga
dimensi, maka persaan-perasaan seperti tersebut diatas sulit didapatkan. Untuk
membangkitkannya pemotret bisa mengatur kesan pada gambar yang bisa menimbulkan ilusi
pada penonton bahwa apa yang dilihatnya dalam gambar adalah tiga dimensi. Untuk itu pemotret
bisa mengatur susunan bagian-bagian yang ada dalam gambar dan inilah yang disebut
komposisi. Dengan demikian jelaslah bahwa komposisi merupakan bagian yang penting dalam
pembuatan sebuah foto.
PANDANGAN KAMERA
Perbedaan yang paling dasar antara seorang pemotret yang baik dan seorang pemotret
asal jepret adalah caranya memandang suatu obyek. Seorang pemotret asal jepret akan
memandang suatu obyek apa adanya, seperti pandangan manusia biasa.Seorang pemotret yang
baik, memandang suatu obyek dengan pikiran pandangan kamera. Pandangan kamera adalah
dua dimensi karena melihat dengan satu lensa. Manusia melihat dengan dua lensa sehingga
pandangannya tiga dimensi. Karena dia bisa melihat dengan pikiran pandangan kamera yang
dua dimensi itu, maka pemotret yang baik akan berusaha membuat kesan tiga dimensi agar
sesuai dengan pandangan manusia. Pebedaan lainnya adalah manusia melihat dengan pikiran
yang dipengaruhi oleh emosi, sedang kamera hanya objektif saja.
Sebagai contoh:
Pada suatu sore yang cerah, anda berada dipusat kota yang semarak lampu warnawarni yang mulai hidup. Pandangan tampak indah dan suasana menyenangkan. Anda tidak
melihat atau merasa terganggu dengan kebel-kabel listrik yang berseliweran. Ini disebabkan
intensitas emosi anda, karena anda masuk didalamnya. Pengalaman tersebut akan berubah
menjadi lain, kalau anda memasang sebuah kamera didepan mata. Dengan melihat melalui
kamera, anda merasa terganggu dengan kabel-kabel listrik yang berseliweran diatas, mobil-mobil
yang tidak pas dalam tempatnya dan sebagainya. Sekarang anda tidak lagi masuk dalam
suasana, tetapi menjadi penonton. Dari sini anda dapat melihat dengan jelas perbedaan
pandangan manusia dan pandangan kamera. Karena kamera itu objektif, sehingga ada
anggapan bahwa kamera tidak pernah bohong. Anggapan tersebut tidak seratus persen
benar.Yang benar adalah kamera itu bisa bohong. Contoh : Kalau anda berbicara dengan
seorang teman anda dengan jarak yang sangat dekat, anda tidak melihat pun satu keanehan
pada wajah teman anda tersebut. Tetapi kalau anda memotretnya dengan jarak yang sama, anda
melihat bahwa hidungnya terlalu besar, bibirnya terlalu lebar dan sebagainya. Mungkin secara
teknis bisa dikatakan bahwa kamera itu benar, karena dengan jarak yang dekat akan didapat
distrosi dari lensa. Begitu juga mata manusia, tetapi otak manusia mengkoreksi kesalahan optis
itu, sehingga anda tidak melihat adanya distrosi meskipun anda melihat dari jarak yang sangat
dekat. Karena manusia sudah terbiasa melihat semua kenyataan dalam pandangan pikiran
manusia, maka sesuatu yang lain tidak akan terasa aneh.
Dengan mengetahui perbedaan antara pandangan manusia dan pandangan kamera
anda bisa membuat foto-foto yang lebih efektif. Yaitu selalu dengan mempertimbangkan apakah
pandangan kamera seperti yang anda lihat dalam VIEWFINDER bisa memberikan imajinasi
sebagai pandangan manusia. Dengan demikian anda akan mudah mengatur komposisi agar bisa
mendapatkan gambar yang bisa menimbulkan imajinasi sebagai pandangan manusia.
PEMBINGKAIAN (FRAMING)
Potensi akan lahirnya sebuah foto terjadi setiap sekali anda mengangkat kamera dan
melihat ke dalam VIEWFINDER untuk mengetahui apa yang masuk dalam gambar, apa yang
tidak. Kalau anda senang dengan apa yang anda lihat dalam VIEWFINDER tersebut,
kemungkinan besar anda akan menekan tombol rana untuk mendapatkan gambarnya. Saat
menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh
bingkai di dalam VIEWFINDER kamera anda itulah yang dinamakan pembingkaian atau
FRAMING.
Dalam fotografi FRAMING merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh
komposisi gambar. Karena dengan menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk
dalam gambar secara tidak langsung anda sudah mengatur komposisi. Kalau anda melihat
sebuah vas bunga yang ditaruh di pinggir meja, anda akan merasakan suatu perasaan kurang
menyenangkan. Begitu pula kalau vas bunga tersebut anda pindah, kemudian anda taruh
ditengah sebuah meja yang sangat besar, perasaan anda akan mengatakan bahwa penempatan
vas bunga tersebut kurang sesuai. Demikian juga yang akan terjadi pada semua gambar lukisan
atau gambar foto. Anda bisa mengandaikan bahwa meja adalah FRAME atau bingkai gambar
dan bunga adalah sesuatu yang ingin ditampilkan dalam gambar tersebut.
Maka suatu gambar akan lebih menarik kalau ia diberi bingkai (FRAME) yang tepat.
Dalam hal ini fotografi sedikit lebih sulit dibandingkan seni lukis. Karena dalam seni lukis, pelukis
mulai membuat lukisan dari satu kanvas putih kosong, sehingga dia lebih mudah menentukan
komposisi gambar yang dia inginkan berdasarkan luas kanvas yang tersedia.
Dalam fotografi, pemotret harus mengatur gambar yang sudah tersedia dihadapannya
agar masuk dalam bingkai yang sudah tersedia di dalam kamera. Meskipun demikian pemotret
masih banyak kemungkinan untuk membuat bingkai dari subyek tertentu. Yaitu dia bisa maju atau
mundur, geser kiri atau kanan, naik keatas atau kebawah, memakai kamera vertikal atau
horizontal. Yang anda harus ketahui untuk itu adalah bahwa setiap perubahan FRAMING yang
dibuat pemotret akan menghasikan kesan gambar yang berbeda. Misalnya dihadapan anda ada
seorang gadis yang harus anda foto. Anda mempunyai banyak kemungkinan untuk
memasukkannya dalam bingkai dalam VIEWFINDER kamera. Anda bisa mendekat untuk
mengisi seluruh bingkai gambar dengan wajahnya. Atau anda bisa mundur sehingga anda bisa
melihat keadaan disekitarnya. Kalau anda lebih menjauhi lagi dia akan tampak kecil dan pohonpohon yang ada disekitarnya akan tampak lebih jelas. Mana yang dipilih?, mengapa? pilihan
anda hendaknya memberikan inforamsi yang lebih jelas tentang apa yang anda inginkan. Kalau
anda memutuskan untuk memasukkan seluruh wajah gadis tadi, berarti anda lebih
menitikberatkan pada pribadi gadis tersebut. Penonton akan lebih dekat.
Subyek akan memenuhi FRAME seperti ini biasannya lebih bisa memberi kesan yang
kuat. Karena penonton diajak langsung melihat pada subyek, tidak ada pilihan lain. Lain kalau
anda memasukkan gadis dengan lingkungan disekelilingnya. Sekarang penonton melihat obyekobyek lain selai gadis tersebut. Dengan pilihan ini, anda menunjukkan keberadaan gadis tersebut
dengan lingkungan disekitarnya. Dengan foto-foto semacam ini anda bisa memperlihatkan
hubungan antara subyek dan tempat, aktivitas, suasana, dan sebagainya. Selanjutnya kalau
anda menempatkan gadis itu hanya sebagian kecil dalam bingkai gambar anda, ini akan
memberi kesan bahwa pemandangan alam lebih ditekankan. Sekarang gadis tadi tidak menjadi
bagian pokok tetapi hanya sebagai penyerta saja.
foto tersebut dengan gunting tepat pada bagian leher, kemudian amatilah
potongan foto tersebut pada bagian kepala. Dari sini anda akan melihat
kejanggalan tersebut. Potongan gambar tersebut menimbulkan perasaan ngeri
atau perasaan tidak mengenakkan. Hal ini disebabkan karena anda dan semua
manusia-manusia lain melihat dengan pikiran. Pikiran manusia dipengaruhi
dengan pengalaman yang sudah biasa mereka lihat. Maka kalau anda melihat
foto setengah badan dari seseorang, meskipun tidak tampak tetapi anda tahu dia
memiliki kaki. Demikian juga karena pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki,
semua manusia tahu bahwa persendian-persendian tubuh manusia adalah
bagian yang paling memungkinkan bisa lepas, dan manusia tahu bahwa leher
yang terpotong adalah sangat mematikan. Maka anjuran yang patut anda ikuti
adalah jangan memotong tepat pada persendian, anda bisa memotong diatas
atau dibawahnya. Tetapi anda juga tidak bisa membuat batas FRAME tepat
diatas kepala dan tepat dibawah kaki. Karena kita tidak pernah berada diruangan
yang pas seperti itu, kalau pun pernah tentu kita tidak akan merasa enak. Di
dalam rumah, di dalam mobil dan sebagainya, justru ada ruangan di atas kepala
kita. Ini juga berlaku untuk subyek pemotretan yang lain, bisa binatang, pohon,
benda-benda mati dan sebagainya. Jangan membuat FRAMING yang terlalu
pas, berilah sedikit ruangan agar tampak lega. Tetapi ruangan yang kosong
terlalu luas tidak menguntungkan, karena ruangan kosong terlalu luas tidak
memberi arti apa-apa. Ini sama seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya,
dengan contoh vas bunga ditengah meja yang sangat besar.
Selain alasan-alasan tersebut diatas, dalam hal memberi ruang dalam suatu FRAMING,
ada pertimbangan lain yang harus diperhitungkan, yaitu GERAK. Ambillah sebuah patung
manusia dan letakkan diatas lantai dekat tembok dengan menghadap kearah tembok. Kemudian
lihatlah dari samping dan rasakan kesan apa yang anda dapat. Dengan melihat ini anda akan
merasa tidak senang. Anda akan merasa bahwa patung tersebut tidak mempunyai ruang gerak.
Meskipun anda tahu bahwa patung tersebut hanyalah patung biasa yang tidak bisa bergerak,
tetapi karena itu patung manusia dan manusia bisa bergerak maka anda merasakan kejanggalan
itu. Lain halnya kalau anda taruh di situ bukan patung manusia tetapi sebuah gelas. Anda tidak
akan melihat kejanggalan apa-apa. Coba sekarang patung tersebut anda balik sehingga
punggungnya yang menghadap ketembok. Sekarang anda merasa lega, karena patung tersebut
mempunyai ruangan didepannya, yang memungkinkan untuk bergerak. Hal serupa juga terjadi
pada sebuah gambar. Meskipun anda tahu, itu hanyalah sebuah gambar yang tidak mungkin
bergerak, tetapi kalau itu gambar manusia atau binatang atau lainnya yang bisa bergerak,
sebaiknya anda memberi ruangan didepan, agar penonton merasa lega. Barangkali anda akan
bertanya: lalu bagaimana kalau subyek yang bisa bergerak tersebut menghadap kamera?
dalam kenyataan sehari-hari, manusia melihat semuanya secara tiga dimensi, sehingga kita
melihat adanya ruang atau jarak.
Jika dihadapan anda ada seorang yang melihat kearah anda,anda langsung bisa melihat
bahwa antara anda dan dia ada jarak. Demikian juga kalau anda melihat patung yang
membelakangi tembok itu dari arah depan, anda tetap akan melihat ruangan. Tidak demikian
kalau anda melihat sebuah foto, karena foto hanyalah gambar dua dimensi yang tidak
mempunyai kedalaman. Kedalaman yang anda lihat pada sebuah gambar hanyalah ilusi belaka.
Maka untuk membuat penonton merasa lega, anda harus menciptakan ilusi tentang kedalaman
pada foto anda. Pada foto jarak dekat(CLOSE-UP) dimana latar belakang tidak tampak atau
hanya sedikit tampak, hal tersebut tidak jadi masalah. Karena dalam kenyataan sehari-hari kalau
anda berhadap-hadapan dengan seorang dengan jarak dekat, tidak mungkin anda berada di
dalam tembok, pasti ada ruang didepannya.
Kalau subyek tersebut jauh dari kamera, sehingga seharusnya ada ruangan
dihadapannya, anda harus menciptakan kesan kedalaman, supaya penonton dapat merasakan
adanya ruangan didepan subyek tersebut! ada banyak cara untuk itu, misalnya dengan
menempatkan sesuatu diantara subyek dan kamera yang bisa memberi kesan bahwa subyek
berada dibelakang sesuatu itu. Anda juga bisa membuatnya dengan cara lain, yaitu dengan
menempatkan subyek diantara sesuatu yang mengelilinginya, sehingga subyek seperti berada
pada suatu bingkai, anda bisa memakai jendela, pintu, pohon, gua dan sebagainya sebagai
bingkai tersebut. Teknik ini disebut FRAME WITHIN FRAME. Melihat foto semacam ini, penonton
merasakan adanya dua bidang datar, yaitu pada bingkai dan latar belakang, seningga akan
didapatkan kesan ruang.
Kesan kedalaman atau persepktif, bisa ditimbulkan oleh garis-garis konvergen (garisgaris panjang yang akan bertemu suatu titik). Seperti kalau anda melihat dari tengah jalan kereta
api atau jalan tol yang lurus, tampak akan bertemu satu titik dikejauhan sana.
Membuat kesan perspektif seperti itu mungkin pernah anda praktekkan sewaktu kecil
dengan menggambar pemandangan gunung, dimana ada jalan lurus yang makin lama makin
kecil. Akhirnya menjadi titik dikaki gunung. Dengan lensa wide angle juga bisa dengan mudah
membuat kesan persepktif seperti itu, bahkan bisa menjadi lebih dramatis kalau anda
menempatkan sesuatu sebagai latar depan. Dalam FRAMING garis-garis tersebut dapat anda
dapatkan dari garis-garis pada gedung, pagar, pematang sawah,
dan lain-lain.
Sekarang anda sudah memberi ruang pada subyek yang langsung menghadap
kamera.Tetapi gambar tersebut tidak menarik kalau subyeknya ditempatkan tepat ditengahtengah bingkai gambar. Gambar akan lebih menarik kalau subyek ditempatkan sedikit agak ke
pinggir. Ada satu hukum klasik mengenai komposisi yang disebut potongan kencana (GOLDEN
SECTION). Hukum komposisi ini dipakai oleh pemahat-pemahat yunani kuno dan juga pelukispelukis eropa pada abad pertengahan. Pada dasarnya hukum tersebut menyatakan keselarasan
akan tercapai kalau suatu bidang itu adalah merupakan kesatuan dari dua bidang yang saling
berhubungan. Bidang yang besar mempunyai hubungan dengan yang kecil, seluruh bidang
mempunyai hubungan dengan yang besar, dengan perbandingan pembagian bidang yang besar
dan yang kecil sama dengan perbandingan seluruh gambar dengan yang lain.
Dengan perhitungan secara kasar dapat didapat bahwa bidang tersebut adalah 1/3
bagian,1/2 bagian dan penuh. Hubungan 1/3,2/3 dan penuh menurut hukum potongan kencana
tersebut juga dapat diterapkan pada perancangan FRAMING sebuah foto. Dengan membagi
bidang horizontal atau vertikal menjadi 3 bagian, anda akan mendapat masing-masing 2 garis
pada bidang vertikal, maupun bidang horizontal. Garis-garis tersebut dinamakan garis potongan
kencana. Pada salah satu garis potongan kencana itulah subyek yang anda maksud sebagai
pokok atau pusat perhatian dari seluruh gambar sebaiknya anda tempatkan. Kalau subyek anda
tersebut anda tempatkan di tengah bidang gambar, bagian besar bidang gambar menurut hukum
potongan kencana tidak mempunyai hubungan dengan bagian kecil.
Kalau subyek tersebut anda tempatkan pada salah satu garis potongan kencana,tampak
bahwa bagian besar dari gambar mempunyai hubungan dengan bagian kecil. Selain itu subyek
yang ada tepat ditengah gambar,akan membagi bidang gambar menjadi dua bagian yang sama
dan simetris. Sehingga mata penonton yang menelusuri seluruh bidang gambar akan mendapati
jarak yamg sama antara subyek dan tepi kiri atau kanan gambar, sehingga berkesan bahwa tidak
ada irama atau monoton. Gambar seperti itu terasa statis.
Hal tersebut juga berlaku kalau anda memotret pemandangan alam. Di sini penempatan
garis batas cakrawala merupakan sesuatu yang penting. Garis cakrawala yang ditempatkan
ditengah akan membagi bidang gambar menjadi dua bagian. Gambar seperti ini selain terasa
statis juga tidak mengajak penonton untuk merasakan kesan tertentu. Misalnya anda ingin
memotret pemandangan di pantai. Dimanakah anda menempatkan garis batas cakrawala? kalau
anda menempatkannya ditengah, jelas gambar akan tampak statis karena garis cakrawala
tersebut akan membagi gambar menjadi dua bagian yang sama besar. Kalau anda
menempatkan garis batas cakrawala pada bagian atas dari bidang gambar, sekarang yang
menjadi subyeknya adalah laut.Apa yang ingin anda katakan tentang laut yang ingin anda foto
tersebut? Di sini anda akan bercerita tentang perahu-perahu nelayan yang sedang berlayar,
tentang keindahan,ketenangan/kedahsyatan laut dan sebagainya. Langit yang merupakan bagian
kecil dari gambar menjadi pelengkap yang mendukung suasana dalam gambar.
Sebaliknya kalau anda menempatkan garis cakrawala dibagian bawah bidang gambar,
langitlah yang menjadi subyek anda. Anda bisa lebih menonjolkan keindahan langit yang
menguasai seluruh laut. Di mana anda menempatkan garis cakrawala akan membantu
menciptakan gambar yang lebih berkesan. Cakrawala yang ada dibawah telah memberi
penekanan pada ketinggian, cakrawala yang ada diatas memberi penekanan pada kedalaman
dan jarak. Tetapi anda juga harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu mengganggu dilatar
depan seandainya cakrawala anda tempatkan diatas atau apakah langit tidak terlalu kosong jika
anda tempatkan cakrawala dibagian bawah gambar. Jadi harus ada suatu alasan sebelum anda
mengambil keputusan untuk menempatkan garis cakrawala.
Selain dari itu,anda juga perlu memperhatikan apakah harus membuat FRAME secara
horizontal atau vertikal. Kebanyakan orang mengatur FRAMING secara horizontal. Mungkin ini
disebabkan karena kamera itu sendiri dibuat secara horizontal, sehingga untuk memakainya
secara vertikal terasa sedikit kurang enak. Juga mungkin karena manusia memandang dengan
dua mata yang letaknya sejajar secara horizontal, sehingga orang selalu merasa bingkai yang
horizontal itulah yang wajar. Tetapi secara estetis, keduanya baik horizontal maupun vertikal
sama saja. Kita bisa melihat bahwa orang, menara, pohon adalah vertikal dan bintang, gunung,
mobil adalah horizontal. Meskipun begitu anda tidak dapat membuat FRAMING hanya menurut
subyek saja. Apa pun subyek anda, semuanya mempunyai kemungkinan bisa difoto secara
vertikal ataupun horizontal. Sekarang tinggal apa yang ingin lebih ditekankan atau apa yang
dibutuhkan. Dalam hal terakhir ini, para pemotret profesional yang memotret untuk majalah atau
ilustrasi buku, lebih mudah menentukan format dari FRAMING. Karena biasanya majalah atau
buku mempunyai format vertikal, sehingga pemotret tinggal mengatur subyek supaya bisa
didapat gambar secara vertikal. Tetapi kalau anda tidak mempunyai keperluan khusus seperti itu,
harus dipertimbangkan sesuatu yang lain.
Sebagai contoh kita kembali pada pemotretan di pantai. Apakah anda mau menampilkan
pemandangan laut yang luas dan bergelora dengan karang-karang terjal di pantai, ataukah anda
ingin memunculkan tebing karang yang tinggi dan terjal, apa yang lebih anda tekankan ? kalau
anda memilih pilihan pertama, framing secara horizontal lebih cocok
4. Lightingman
Bertugas mengatur tata letak pencahayaan
5. Make Up Artist
7. Wardrobe
8. Set & Property
Inscriber
Dalam layar kaca mungkin kita sering memperhatikan item grafis yang berisikan
informasi mengenai nama presenter, judul tema program, lokasi kejadian, sponsor dan
sebagainya. Item grafis yang anda lihat itu mempunyai berbagai macam nama
tergantung posisi, informasi dan arah pergerakannya. Nama-nama item tersebut
biasanya sudah cukup familiar bagi yang berkecimpung didunia TV Broadcasting, sebut
saja lowerthird, over the shoulder, running text, iklan super impose, credit title dan
sebagainya.
Untuk kebutuhan post pro semua item itu cukup ditempel pada materi program oleh
video editor dengan software video editing dan tentntunya harus melalui proses
rendering yang memakan waktu. Lalu bagaimana jika untuk kebutuhan program live
dimana semua informasi teks dan grafis dibutuhkan langsung on the spot dan selalu
berubah-ubah. Sebagai contoh informasi skor pada pertandingan bulu tangkis. Untuk
mengatasi permasalah tersebut , Pihak TV Station menggunakan alat khusus yang
disebut Character Generator (Chargen atau CG). Salah satu produk peng-generate teks
dan grafis secara realtime terkemuka adalah Inscriber. Inscriber sangat mudah
dioperasikan. Alat ini dapat menerima file bitmap atau animasi (tergantung serinya)
yang telah diproduksi sebelumnya atau mendesain langsung di Inscriber. Operator CG
tinggal mengetikkan informasi yang telah pasti dan menggabungkannya dengan
background grafis serta melakukan penyusunan sebelum acara dimulai. Begitu acara
dimulai, operator CG hanya tinggal mengklik image yang akan on-air dan menyesuaikan
teks jika dibutuhkan. Pada umumnya Inscriber membawa dua channel informasi (fill dan
key) ke switcher broadcast. Bila switcher tersebut mendukung, maka secara otomatis
gambar yang memuat alpha channel bila diletakan pada layer depan akan menampilkan
transparansi dengan benar tanpa harus melakukan proses keying manual warna
tertentu pada switcher.
Untuk menyesuaikan budget, Inscriber mengeluarkan beberapa pilihan seri seperti
mulai dari CG Supreme hingga Inca yang mampu menumpuk banyak layer animasi
secara realtime.
Saat mengunjungi websitenya, kami memperoleh informasi lawas tentang salah satu
produk yang diandalkannya yaitu G-series yang telah mendukung teknologi High
Definition (HD). G-series didesain untuk memenuhi kebutuhan program dengan sifat
fast paced seperti pemilu, sport, live News dan sebagainya. Adapun feature yang
ditawarkannya adalah tools desain tambahan, sequencer, FX key frame animation
editor, media store database, optional multi-layer paint tool, frame grab program dan
3Dflyby.
Umumnya yang tampak pada tayangan televisi adalah objek utama (presenter, musisi
dan sebagainya), bakcground (backdrobe dan graphic design for chroma key),
foreground (benda-benda didepan objek) dan elemen grafis. Kedua elemen yang
terakhir ini hanya ada pada saat tertentu sedangkan objek utama dan background
dipastikan selalu muncul. Kalau diperhatikan lebih lanjut lagi, walaupun background
bukan elelmen utama tetapi memenuhi sekitar 70 persen isi monitor TV. Oleh karena itu
background adalah elemen penting dan sangat menentukan dalam memberi ciri khas
pada wajah program itu sendiri.
Ada dua macam bentuk pilihan background yaitu, backdrobe dan graphic design with
chroma key.
Backdrobe dapat dikatakan jenis background yang mengkondisikan suatu ruang atau
panggung, Bila dibuat secara nyata disebut Hard Set sedangkan bila dibuat secara
rekayasa komputer yang menggantikan latar berwarna biru atau hijau disebut Virtual
Set.
Graphic design with chroma key mempunyai prinsip yang sama dengan Virtual Set
tetapi latar biru atau hijau tersebut digantikan dengan background still atau motion
graphic.