Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS MATARAM

SISTEM PENYIARAN
TELEVISI DIGITAL
OLEH :
BRIAN ABBY A. W. (F1B114008)
AGUS SUPANDI (F1B114003)
BAYU RAMADHAN (F1B114006)
MUAMMAR G.H. (F1B114025)

FT UNRAM JTE
DOSEN PENGAMPU: SUTHAMI ARIESSAPUTRA. ST,M.Eng.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya serta
nikmat sempat yang diberikan-Nya kepada penyaji sehingga dapat menyelesikan
makalah yang berjudul “Sistem Penyiaran Televisi Digital ”.
Mengetahui suatu sifat dari bahan yang akan digunakan merupakan suatu
ilmu yang harus dipahami oleh seorang pekerja teknik khususnya pekerja listrik.
mulai dari makalah ini kita sama-sama untuk memahami system dari penyiaran
Televisi Digital.
Sebaik apapun makalah saya ini pasti ada kekurangan serta kesalahan. Oleh
karena itu, saya harapkan kritik dan saran dari para dosen dan teman – teman untuk
menyempurnakan makalah ini lebih lanjut. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya untuk menyelesaikan makalah
ini.
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat umumnya bagi dosen, pembaca dan,
teman – teman yang lainnya dan khusunya bagi diri kami sendiri dan juga mudah –
mudahan dengan makalah ini kita dapat memahami lebih jelas mengenai pelajaran

Page 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2 TUJUAN...........................................................................................................................4
1.3 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN..................................................................................................................6
2.2 JENIS-JENIS/STANDAR SIARAN TV DIGITAL..........................................................6
2.3 BANDWIDTH TV DIGITAL...........................................................................................7
2.4 BLOK DIAGRAM SYSTEM PENYIARAN TV DIGITAL.............................................8
2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN..............................................................................9
2.5.1 KELEBIHAN....................................................................................................................9
2.5.1 KEKURANGAN.............................................................................................................10
2.6 EFISIENSI KANAL DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI...........................................12
2.7 KONVERGENSI DAN INTERAKTIVITAS.................................................................13
BAB III............................................................................................................................................14
PENUTUP........................................................................................................................................14
3.1 KUALITAS PENYIARAN TV DIGITAL.....................................................................14
3.2 MANFAAT PENYIARAN TV DIGITAL.....................................................................14
3.3 KEUNGGULAN FREKUENSI TV DIGITAL.............................................................15
3.4 KESIMPULAN..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................17

Page 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital
pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90an dan
diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya
dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi.
Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV
Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang
mengoperasikan.
Siaran televisi digital terestrial juga merupakan siaran yang menggunakan
frekuensi VHF/UHF seperti halnya penyiaran analog, tetapi dengan konten yang
digital. Sistem ini menyediakan transmisi digital satu arah melalui jaringan tranmisi
berbasis darat (land-based transmitter) yang bisa diterima antena TV UHF
konvensional.

1.2 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas penyusun memiliki tujuan untuk
mengetahui system dari penyiaran Televisi Digital.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Permasalah pada makalah ini dititik beratkan pada system penyiaran Televisi
Digital.
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penyusun dapat membuat rumusan
masalah, yaitu:
1.Pengertian
2.Jenis-jenis/Standar Siaran TV Digital

Page 4
3.Bandwidth TV Digital
4.Blok Diagram sistem penyiaran TV Digital
5.Kelebihan dan Kekurangan
6.dll

Page 5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital
pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90an dan
diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian system digital ini
umumnya dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa
transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan
siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang
mengoperasikan.

2.2 JENIS-JENIS/STANDAR SIARAN TV DIGITAL


Terdapat tiga standar utama yang digunakan di dunia internasional mengenai
siaran televisi digital yaitu DVB di Eropa, ATSC di Amerika Serikat, dan sistem
Jepang menggunakan ISDB. Perbedaan standar yang digunakan oleh masing-masing
negara ini lebih disebabkan oleh masalah preferensi teknologi, kemudahan adaptasi,
bahkan hingga masalah nasionalisme. Meskipun demikian, standar-standar ini
sedang dalam proses penyatuan format sehingga akan lebih mudah dan murah
proses adopsinya ke seluruh dunia.

Penentuan standar ini menjadi penting karena apabila salah menentukan


pilihan bisa jadi teknologi yang diadopsi ternyata tidak cocok digunakan di dalam
negeri dan mengakibatkan kerugian terhadap investasi publik. Hal ini pernah terjadi
di Indonesia ketika pemilihan teknologi Betamax untuk siaran analog. Sebagai
catatan, pada saat Indonesia memilih teknologi Betamax ternyata negara lain
menggunakan teknologi VHS. Teknologi Betamax lambat laun jauh tertinggal dan
akhirnya tidak bisa digunakan. Ini menyebabkan masyarakat yang telah membeli

Page 6
teknologi Betamax mengalami kerugian material karena teknologi tersebut tidak
bisa digunakan. Maka, perlu dipilih standar yang benar-benar layak agar rancangan
yang akan dijalankan dapat digunakan sebagai senjata pamungkas untuk mengatasi
masalah yang selama ini ada dalam dunia penyiaran di Indonesia.

Untuk keperluan penetapan standar televisi digital terestrial ini, pemerintah


Indonesia membentuk Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke
Digital yang bertugas melakukan kajian dan uji coba terhadap beberapa standar
penyiaran televisi digital terestrial yang ada . Dari hasil kajian tim tersebut,
diputuskan bahwa di Indonesia digunakan standar DVB-T (Digital Video
Broadcasting–Terrestrial)untuk televisi tidak bergerak.

2.3 BANDWIDTH TV DIGITAL


Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi
analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita
frekuensi yang digunakan teknologi analog dengan teknologi digital adalah 1 : 6.
Jadi, bila teknologi analog memerlukan lebar pita 8 MHz untuk satu kanal transmisi,
teknologi digital dengan lebar pita yang sama (menggunakan teknik multipleks)
dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus untuk program
yang berbeda. TV digital ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu
beradaptasi sesuai dengan lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap dari
sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah
cakupan TV digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar
berformat digital seperti yang digunakan kamera video.

Page 7
2.4 BLOK DIAGRAM SYSTEM PENYIARAN TV DIGITAL

Penjelasan dari blok diagram tersebut adalah ketika Video, audio dan layanan
data lainnya yang dikompresi dan dimultiplexing untuk membentuk dasar stream.
Stream ini dapat multiplexing lagi dengan sumber data dari program lain untuk
membentuk MPEG-2 Transport Stream (TS). Sebuah transportasi stream terdiri dari
Transportasi Paket yang 188 byte panjangnya.

Encoder FEC mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi


transportasi stream dari kesalahan yang disebabkan oleh kebisingan dan gangguan
pada saluran transmisi. Ini termasuk Reed-Solomon coding, outside interleaving,
dan coding convolutional. Modulator kemudian mengubah FEC dilindungi paket
transportasi menjadi simbol digital yang cocok untuk transmisi di saluran terestrial.
Ini melibatkan QAM dan OFDM di DVB-T dan sistem ISDB-T, atau PAM dan
VSB di ATSC-T. Tahap akhir adalah konverter atas, yang mengubah sinyal digital
yang termodulasi ke saluran RF yang sesuai. Urutan operasi di sisi penerima adalah
urutan terbalik dari operasi di sisi pemancar.

Page 8
2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

2.5.1 Kelebihan
 Kualitas gambar dan suara
Siaran televisi digital terestrial menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih
stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh
penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)
yang mampu mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog,
efek lintasan jamak menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya
gambar ganda (seakan ada bayangan).
Penyiaran televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama dengan
kualitas DVD, bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan
programnya dalam format 16:9 (layar lebar) dengan standar Standard
Definition (SD) maupun High Definition (HD). Kualitas suara pun mampu
mencapai kualitas CD Stereo, bahkan stasiun televisi dapat memancarkan
suara dengan Surround Sound (Dolby DigitalTM)
 Tahan perubahan lingkungan
Siaran televisi digital terestrial memiliki ketahanan terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk
penerimaan mobile TV), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga
tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada
TV analog saat ini.
 Efisiensi spektrum/kanal
Teknologi siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum
dibanding siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio
yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran
televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF
maupun UHF. Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog
dan digital berbanding 1 : 6, artinya bila pada teknologi analog memerlukan
pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital
untuk lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex dapat
digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi
sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.
Dalam bahasa yang sederhana, ini berarti dalam satu frekuensi dapat
digunakan untuk enam siaran yang berbeda. Ini jauh lebih efisien dibanding
dengan siaran analog dimana satu frekuensi hanya untuk satu siaran saja.

Page 9
Dengan keunggulan ini, keterbatasan jumlah kanal dalam spektrum frekuensi
siaran yang menjadi penghambat perkembangan industri pertelevisian di era
analog dapat diatasi dan memungkinkan munculnya stasiun-stasiun televisi
baru yang lebih banyak dengan program yang lebih bervariasi.

2.5.1 Kekurangan

 Kendala operasional dalam proses migrasi total dari teknologi analog menuju
digital sangat terkait dengan kesiapan mayoritas penonton televisi di
Indonesia yang masih menggunakan televisi analog (receiver konvensional).
Kondisi ini akan memperlama proses total digital karena mau tak mau
kebijakan simulcast (siaran berbarengan antara analog dan digital) harus
memperhatikan kecukupan waktu. Lama jangka waktu simulcast harus
dibedakan antara daerah “ekonomi maju” dan daerah “ekonomi kurang maju”
sehingga dapat ditinjau kembali sesuai kesiapan masyarakat dan
penyelenggara, sehingga jika pada akhirnya TV analog dapat dihentikan
secara total, tidak menimbulkan kesenjangan baru. Bahkan jika masyarakat
belum sepenuhnya siap, perlu dibuka kemungkinan lain, yakni tidak harus
dilakukan total switch off pada televisi analog. Dengan demikian perlu dikaji
alternatif yang bisa dikembangkan selain semata-mata arah menuju total
switch off, tentunya dengan melihat kondisi masyarakat di lapangan yang
tersebar di seluruh wilayah dengan potensi literasi teknologi yang tidak
seragam. Apabila pilihannya hanya dilakukan penghentian secara total siaran
analog pada tahun tertentu, sebagaimana roadmap Kominfo yang
mengharuskan total switch off tahun 2018, dikhwatirkan setelah ”analog
switch off” dan ternyata masih ada kelompok masyarakat di pedalaman yang
tidak terjangkau digitalisasi, akibatknya komunitas tersebut sama sekali tidak
dapat menerima siaran televisi. Padahal penyiaran adalah hak seluruh
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Page 10
 Secara teknis terkadang masih muncul gangguan siaran berupa cliff effect
dan blank spot dalam proses siaran digital (Setyobudi, 2006). Cliff effect dan
blank spot adalah ketidakstabilan penerimaan sinyal digital yang lemah
sehingga menyebabkan siaran terputus-putus/patah-patah atau bahkan tdak
ada gambar jika pesawat televisi tidak memperoleh sinyal sama sekali.
 Bagi lembaga pengelola penyiaran, dalam jangka pendek, digitalisasi juga
mengakibatkan kerugian secara teknis. Seperti dilansir Harian Bisnis
Indonesia, Selasa, 10/04/2012 kerugian justru berasal dari pemancar televisi
lama yang tidak dapat digunakan. Pascamigrasi digital, seluruh materi siaran
akan dipancarkan oleh lembaga penyiaran multipleksing. Alhasil, pemancar
televisi lokal otomatis tidak digunakan lagi. Bambang Santoso, Ketua
ATVJSI, mengatakan televisi lokal dan jaringan akan menangguk kerugian
jika migrasi dilaksanakan. ATVJSI kini memiliki anggota 143 stasiun
televisi. Usia operasional stasiun televisi beragam, mulai dari 5 tahun hingga
8 tahun. “Kalau diibaratkan kami ini dulunya kos, lalu berusaha keras untuk
membeli rumah. Nah, sekarang kami di minta untuk meninggalkan hunian
dan kembali kos,” ujar Bambang (Harian Bisnis Indonesia, Selasa,
10/04/2012 ).
o Teknologi penyiaran digital juga menuntut keahlian khusus
penggunanya dalam mengoperasikan alat, termasuk memperbaiki jika
ada kerusakan. Keahlian dalam kaitan ini sangat terkait dengan sumber
daya manusia yang harus mengikuti dan mampu bersinergi dengan
digitalisasi. Media penyiaran yang kelak seluruhnya menggunakan
platform digital juga harus dipahami oleh operator-operator yang
notabene secara teknis saat ini masih banyak mengoperasikan
teknologi analog. Dalam banyak kasus, operator senior yang
pendidikannya belum mengikuti kebaruan teknologi atau secara

Page 11
pribadi tidak mengikuti perkembangan teknologi, pada akhirnya akan
tersisih dan tidak terpakai. Dampak inilah yang jika tidak diantisipasi
dari awal akan menyebabkan kesenjangan keahlian, terutama untuk
institusi media-media kecil yang secara finansial belum siap mencari
tenaga kerja baru maupun memberi pelatihan pada operatornya. Jika
tenaga operator lama bertahan dengan kemampuan teknologi analog,
maka teknologi digital tidak akan berfungsi optimal. Dengan demikian
kelemahan fungsi teknologi digital salah satunya adalah
ketergantungan yang tinggi terhadap ketrampilan operatornya.

2.6 EFISIENSI KANAL DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI

Efisiensi kanal pada siaran digital yang berbanding 1:6 dengan analog
memungkinkan pertumbuhan siaran-siaran televisi baru yang selama ini terkendala
keterbatasan frekuensi yang bisa digunakan. Sistem siaran digital memungkinkan
setiap spektrum frekuensi radio dapat digunakan utuk menyiarkan enam kanal
transmisi/program siaran. Jadi, jika sebelumnya satu spektrum frekuensi siaran
hanya dipakai oleh satu stasiun televisi maka dengan siaran digital spektrum tersebut
dapat digunakan oleh enam stasiun televisi secara bersamaan dengan program yang
bervariasi tentunya.

Diprediksi tren yang akan berkembang nanti adalah satu penyelenggara televisi
digital akan meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar, artinya tidak cukup
hanya 1 (satu) kanal pembawa melainkan lebih. Ini dikarenakan dalam prakteknya
nanti penyelenggara, yang berbentuk konsorsium yang terdiri dari enam stasiun
televisi seperti KTDI, hanya akan berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan
yang mentransfer program dari stasiun-stasiun televisi lain yang ada di dunia
menjadi satu paket layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel
berlangganan yang ada saat ini. Walaupun demikian untuk membuka kesempatan

Page 12
bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital ini, dapat ditempuh pola Kerja Sama
Operasi antar penyelenggara TV yang telah mapam dengan calon penyelenggara TV
digital baru. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi
menjadi "network provider" dan "program/content provider".

2.7 KONVERGENSI DAN INTERAKTIVITAS

Frekuensi yang digunakan dalam siaran televisi digital melalui kanal VHF dan
UHF (170-230 MHz dan 470-890MHz) sebenarnya tidak sekedar diperuntukkan
untuk siaran televisi saja melainkan juga bisa digunakan untuk internet, komunikasi
data, bahkan telepon, mengingat kemampuan komunikasi duplex (dua arah) yang
dapat dilakukan pada teknologi televisi digital ini. Interaktivitas sendiri diartikan
fungsi kritis yang mengubah keseluruhan konsep dari televisi yang menempatkan
pemirsa sebagai pemegang kontrol . Dengan melihat fungsi lama televisi dan
kemampuannya utuk terhubung dengan internet, televisi menjadi kanal komunikasi
yang sangat kuat dan mampu menjangkau seluruh sektor masyarakat.

Televisi interaktif dapat terikat kepada individu secara personal yang


memungkinkan seperangkat layanan dihantarkan ke rumah. Pemirsa juga bisa
menggunakan televisi interaktif untuk mengirim e-mail, home shopping, dan
memainkan game favoritnya. Namun, pemirsa tetap akan menggunakan televisi
secara pasif, sebagaimana fungsi aslinya, tetapi kemudian akan terbiasa untuk
menggunakan fungsi yang lebih maju seperti fitur-fitur interaktif. Fitur-fitur itu
antara lain: layanan data dengan menu Bahasa Indonesia, informasi ramalan cuaca,
keadaan lalu lintas, keuangan, peringatan dini bencana alam, berita, dan dapat
dilengkapi dengan sarana pengukuran rating TV.

Page 13
BAB III

PENUTUP
3.1 KUALITAS PENYIARAN TV DIGITAL

TV Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang
jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi digital
menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran
berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. TV Digital memiliki
kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukan kanal
siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi
berkualitas tinggi.

3.2 MANFAAT PENYIARAN TV DIGITAL

 TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat dapat


membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog serta
dapat berinteraksi dengan TV Digital.
 Teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif
dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya
internet.
 Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi
tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya
pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima
dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi
seperti di dalam mobil dan kereta.

Page 14
 TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih
banyak daripada televisi analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan
program mereka secara digital dan memberi kesempatan terhadap peluang
bisnis pertelevisian dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan
bervariasi.

3.3 KEUNGGULAN FREKUENSI TV DIGITAL

Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan


mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode koreksi error. Akibatnya
adalah kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi
dibandingkan siaran televisi analog. Selain itu siaran televisi digital dapat
menggunakan daya yang rendah.

Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien


sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan
OFDM yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari teknologi
analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa tersedianya saluran
siaran televisi yang lebih banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak
memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi
baru. Penyelenggara televisi digital berperan sebagai operator penyelenggara
jaringan televisi digital sementara program siaran disediakan oleh operator lain.
Bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran televisi digital mengalami perubahan dari
segi pemanfaatan kanal ataupun teknologi jasa pelayanannya. Terjadi efisiensi
penggunaan kanal frekuensi berupa pemakaian satu kanal frekuensi untuk 4 hingga
6 program.

Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi
analog dan sistem penerimaan televisi bergerak. TV Digital memiliki fungsi

Page 15
interaktif dimana pengguna dapat menggunakannya seperti internet. Sistem siaran
televisi digital DVB mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan jalur kembali
antara IRD dan operator melalui modul Sistem Manajemen Subscriber. Jalur
tersebut memerlukan modem, jaringan telepon atau jalur kembali televisi kabel,
maupun satelit untuk mengirimkan sinyal balik kepada pengguna seperti pada
aplikasi penghitungan suara melalui televisi. Ada beberapa spesifikasi yang telah
dikembangkan, antara lain melalui jaringan telepon tetap (PSTN) dan jaringan
berlayanan digital terintegrasi (ISDN). Selain itu juga dikembangkan solusi
komprehensif untuk interaksi melalui jaringan CATV, HFC, sistem terestrial,
SMATV, LDMS, VSAT, DECT, dan GSM.

3.4 KESIMPULAN
Jadi Sistem Penyiaran Televisi Digital dilihat dari beberapa aspek maka
Sistem Penyiaran Televisi Digital lebih unggul dibandingkan dengan Sistem
Penyiaran Televisi Analog, namun karena sistem Penyiaran Televisi Digital
merupakan hal baru dan masih awam untuk sebagian besar orang maka
Penyiarannya jadi terhalang oleh tingkat pengetahuan dari suatu Negara seperti
Indonesia.

Page 16
DAFTAR PUSTAKA

http://jardiknas.depdiknas.go.id/index.php/administrasi/informasi/,-“Televisi
Digital", Depdiknas, - download bulan Mei 2015

http://www.embedded.com/design/configurable-systems/4018402/-“Digital-
Television-Terrestrial-Broadcasting-Primer”-akses bulan Mei 2015

https://bincangmedia.wordpress.com/tag/kelemahan-televisi-digital/-“Kelemahan
Digitalisasi Penyiaran”, - akses bulan Mei 2015

Page 17

Anda mungkin juga menyukai