Anda di halaman 1dari 9

Traditional Management Accounting

(Product Costing)

Pendahuluan

Manajemen tradisional merupakan manajemen yang menekankan kepada perhitungan


harga pokok manajerial yaitu dalam penelusuran tingkat laba perusahaan setiap produk dan
menggunakan informasinya untuk mengambil keputusan yang strategis.

Sistem akuntansi manajemen tradisional hanya memusatkan pada ukuran-ukuran output


aktivitas yang didasarkan pada volume produksi. Kebanyakan prosedur perhitungan harga
pokok produk (product costing). Product costing adalah proses akuntansi dalam menentukan
semua pengeluaran bisnis yang berkaitan dengan penciptaan produk perusahaan.

Diperkenalkannya variable costing untuk penyempurnaan penentuan harga pokok


produk pada dasarnya ditujukan untuk memperbaiki penentuan harga pokok persediaan yang
disajikan dalam neraca dan dalam perhitungan rugi laba. Perbaikan akuntansi biaya pada saat
itu pada hakikatnya hanya terpusat pada bagaimana membuat informasi akuntansi keuangan
lebih bermanfaat bagi pemakai luar, tidak ditujukan untuk menghasilkan informasi akuntansi
yang khusus diperuntukkan bagi kepentingan manajemen. Akuntansi manajemen tradisional ini
mengacu pada 3 hal yaitu:
a. Pembagian kerja: dimana organisasi sejumlah pekerjaan terhadap tenaga kerja
yang ada dalam organisasi
b. Hirarki proses fungsional: yaitu dimana setiap organisasi terdapat adanya
tingkatan karyawan menurut fungsinya atau pekerjaan yang khusus dalam
organisasi
c. Pengawasan yang ketat: yaitu dibutuhkannya banyak komunikasi dalam hal
pengawasan agar maksimal

Pada tahun 1980-an dan 1990-an banyak ditemukan bahwa praktek-praktek akuntansi
manajemen tradisional sudah tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial. Kalkulasi biaya
produk yang lebih akurat lebih berguna, dan yang menjelaskan secara rinci penggunaan

masukan, dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan kualitas, produktifitas, dan


mengurangi biaya. Sebagai tanggapan terhadap kelemahan akuntansi biaya manajemen
tradisional, berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan sistem akuntansi manajemen
baru yang dapat memenuhi kebutuhan lingkungan ekonomi dewasa ini. Seiring perkembangan
zaman, manajemen tradisional pun tergeser disebabkan karena kelemahan dari manajemen
tradisional itu sendiri. Di antaranya adalah :

a. Tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dalam keharmonisan kerja


b. Manajer mengalami kesulitan sehingga menyebabkan frustasi perusahaan
dikarenakan karyawan tidak selalu mengikuti pola rasional
c. Mendasarkan

pada

model

ekonomi

yang

menekankan

maksimumisasi

pemanfaatan sumber sumber agar biaya produksi per-unit minimum dengan cara
peningkatan volume sehingga meningkatkan biaya produksi total
d. Dalam pembuatan keputusan hanya menekankan pada pertimbangan keuangan,
namun tidak banyak mempertimbangkan aktivitas-aktivitas operasional
e. Dalam pembuatan keputusan mendasarkan anggapan kendala lingkungan yang
statik (given), tidak mendasarkan lingkungan berubah secara dinamik (bergerak)

Sebagai tanggapan terhadap kelemahan akuntansi biaya manajemen tradisional,


berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan sistem akuntansi manajemen baru yang
dapat memenuhi kebutuhan lingkungan ekonomi dewasa ini.

Persaingan global

Setelah tahun 1900 mulai timbul pengintegrasian antara catatan biaya dan keuangan.
Pada awal abad 20 mulai dikembangkan teknik-teknik dan sistem untuk pendistribusian dan
pengalokasian biaya overhead. Pada awal perkembangan akuntansi manajemen pada
dasarnya berkaitan dengan isu-isu akuntansi biaya tentang penentuan harga pokok produksi.
Hal ini karena kecepatan proses produksi sangat ditentukan oleh kecepatan operasi manual,
sehingga belum terlalu rumit. Perkembangan selanjutnya sesuai dengan pergerakan
manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederick Taylor. Di Amerika Serikat gerakan itu

dimulai oleh para insinyur-manajer (bukan para akuntan). Pada akhir abad 19 dan awal abad
20, para insinyur dan akuntan menggunakan informasi standar untuk mencapai tiga tujuan:
a. Untuk menganalisis efisiensi potensial tugas-tugas atau proses.
b. Untuk membandingkan efisiensi sesungguhnya dengan efisiensi potensial. Pelopor
pemakaian sistem penganggaran fleksibel.
c. Untuk menyederhanakan penilaian persediaan produk selesai dan barang dalam
proses.

Informasi akuntansi manajemen tradisional, khususnya, tidaklah relevan untuk


persaingan saat ini. Informasi akuntansi manajemen, yang didorong oleh prosedur dan siklus
sistem pelaporan keuangan organisasi, ternyata terlalu lamban, agregat, dan menyimpang dari
relevansinya untuk keputusan perencanaan dan pengendalian. Manajer puncak cenderung
melakukan penilaian kinerja hanya terfokus pada hasil-hasil akuntansi semata.

Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:

Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi

Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau
hanya dengan volume produksi.

Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead


yang berbeda beda.

Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer kepada
harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau
terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam
mengukur efisiensi dan produktivitas.

Product Costing dan Panduan Akuntansi Manufaktur


Memelihara catatan yang akurat dan lengkap pada nilai persediaan adalah salah satu
perhatian utama dari kebanyakan bisnis sekarang ini. Menjaga terlalu banyak saham yang tidak
menguntungkan, atau menggunakan metode yang tidak tepat biaya persediaan tertentu, dapat
dengan cepat menguras keuntungan. Sistem Product Costing memungkinkan untuk menyimpan
dan mengambil informasi biaya. Hal ini juga membantu untuk mengelola biaya dengan
memberikan masukan informasi untuk rencana bisnis perusahaan. Dengan biaya produk yang
akurat, a dapat mengevaluasi proses manufaktur berikut untuk menentukan dampak terhadap
bottom line perusahaan:
a.

Anggaran Manufaktur (tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung dan
overhead)

b.

Produk desain (desain dan rekayasa manufaktur)

c.

Akuntansi (Marjin kotor oleh lini produk atau item)

Setelah menetapkan biaya dalam sistem Product Costing, sistem Akuntansi Manufaktur
melacak biaya, laporan varians, dan posting manufaktur transaksi ke buku besar umum.

Product Costing

Product costing memainkan peran penting dalam lingkungan manufaktur. Sebelum


dapat menerapkan sistem Akuntansi Manufaktur, kita harus memutuskan antara menggunakan
biaya standar atau metodologi biaya aktual. Jika kita memilih metodologi biaya standar,
mengatur pembekuan standar nilai-nilai komponen biaya untuk produk yang dihasilkan. Jika
memilih metodologi biaya aktual, kemudian mendirikan bahan baku dan biaya pusat kerja,
bukan

komponen

biaya.

Untuk

menghitung

nilai

komponen

biaya

standar,

harus

mempertimbangkan aspek-aspek berikut dalam lingkungan manufaktur:


a.

Pelaporan biaya (Apakah biaya item benar-benar untuk memproduksi?)

b.

Variance pelaporan (biaya aktual vs standar)

c.

Produk dan biaya (informasi yang rinci)


1. Bahan
2. tenaga kerja
3. biaya overhead

Setelah menghitung nilai komponen biaya dalam modus simulasi dan puas dengan
hasilnya, setelah itu harus menetapkan komponen biaya standar yang dibekukan. Jika memilih
metodologi biaya standar, maka semua transaksi lantai produksi menggunakan standar ini
dibekukan untuk perhitungan, yan pada gilirannya, membuat transaksi dalam buku besar dan
merupakan dasar dari penilaian persediaan. Jika memilih metodologi biaya aktual, maka biaya
transaksi lantai produksi dihitung saat terjadinya. Untuk biaya yang sebenarnya, simulasi dan
komponen biaya dibekukan tidak ditetapkan. Fungsi tertentu dalam product costing dan sistem
akuntansi manufaktur dengan manufaktur tumpang tindih dan distribusi sistem lainnya, seperti
Manajemen Data Produk dan control lantai produksi.

Tipe Product Costing

Sistem biaya produk memiliki dua tipe, yaitu tipe biaya pemrosesan (process costing) dan biaya
sesuai pesanan (job-order processing).

Process Costing

Job-Order Processing

Digunakan untuk memproses produk yang

Digunakan untuk memproses produk yang

sedikit, sejenis, dan item biaya yang rendah.

banyak, unik, dan item biaya yang tinggi.

Digunakan untuk produk yang dihasilkan

Digunakan

secara masal.

daripada

untuk
produk

produk
yang

yang

dihasilkan

dipesan
secara

masal.
Biaya tidak dapat ditelusuri untuk setiap

Banyak biaya yang dapat ditelusuri untuk

pekerjaan.

setiap pekerjaan.

Tipe ini bisa dipakai di pabrik kertas, minyak,

Tipe ini bisa dipakai di rumah sakit, kantor

dan cat.

hukum, dan konstruksi bangunan.

Biaya diakumulasikan oleh tiap departemen

Biaya diakumulasikan oleh tiap pekerjaan.

atau tiap proses yang ada.

Arus biaya pada kedua tipe diatas, di dalam buku besar, tetap sama. Arus biaya itu
meliputi Barang Dalam Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. Biaya tenaga kerja
dan bahan baku langsung serta biaya overhead pabrik akan dimasukkan ke dalam Barang
Dalam Proses.
Pada kedua tipe biaya tersebut terdapat biaya normal dan biaya aktual. Biaya normal
adalah biaya bahan baku langsung aktual dan biaya tenaga kerja langsung yang
dikombinasikan dengan biaya overhead yang telah ditentukan. Biaya aktual adalah biaya bahan
baku langsung aktual dan biaya tenaga kerja langsung yang dikombinasikan dengan biaya
overhead aktual. Menggunakan rate yang telah ditentukan membuat biaya pekerjaan lebih
mudah diestimasi, sedangkan biaya aktual untuk satu periode tidak dapat diketahui kecuali
periode tersebut telah berakhir.
Alokasi biaya memiliki dua tahapan. Tahap pertama masing-masing biaya langsung
(bahan baku ,tenaga kerja, dan overhead pabrik) dialokasikan kepada masing-masing
departemen terkait. Tahap kedua masing-masing biaya yang telah dialokasikan kepada tiap
departemen terkait diaplikasikan kepada produk yang dihasilkan.

Process costing digunakan dalam proses produksi di mana jumlah relatif besar dari
produk hampir identik yang diproduksi. Tujuan dari sistem process costing adalah sama dengan
pekerjaan-order sistem untuk mengumpulkan biaya dan menentukan biaya ini untuk unit produk
biaya. Biaya produk diperlukan untuk perencanaan, pengendalian biaya, pengambilan
keputusan, dan pelaporan ke berbagai organisasi luar. Aliran biaya dalam sistem process
costing sama dengan sistem job order costing. Biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead manufaktur ditambahkan ke akun Persediaan Work-in-Process.
Tenaga kerja langsung dan beban pabrikasi sering digabungkan ke dalam biaya konversi

kategori biaya tunggal. Ketika produk selesai, biaya ditransfer menjadi barang jadi atau ke akun
Work-in-Proses untuk persediaan departemen produksi berikutnya. Dalam proses produksi
berurutan, biaya barang ditransfer dari satu departemen produksi yang lain disebut biaya
transfer.
Ada beberapa perbedaan penting antara job order dan sistem process costing. Yang
paling berbeda adalah job order costing menumpukkan biaya produksi dengan pekerjaan atau
batch, sedangkan sistem process costing mengakumulasi biaya dengan departemen.
Perbedaan penting lainnya adalah process costing berfokus pada unit yang sama/setara.
Sebuah unit yang sama/setara adalah ukuran dari jumlah input produktif yang telah diterapkan
ke unit penuh atau sebagian barang jadi. Dalam proses costing, biaya produksi per unit yang
sama/setara dihitung untuk bahan baku dan biaya konversi. Dokumen dalam sistem process
costing adalah laporan produksi setiap departemen, sedangkan pada job order menggunakan
lembar kerja biaya yang digunakan.
Ada empat langkah dalam menyusun laporan produksi departemen:
(1) menganalisis aliran fisik unit,
(2) menghitung equivalent units,
(3) menghitung biaya per unit yang sama/setara
(4) menganalisis biaya total departemen

Pembahasan Jurnal Akuntansi

Dalam jurnal A Comparison of the Product Costing Practices of Large and Small to
Medium-Sized Enterprises: A Survey of British Manufacturing Firms meneliti perbandingan
penerapan biaya produksi antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil menengah di 272
perusahaan manufaktur Inggris. Penelitian tersebut menghasilkan hal sama dengan jurnal
Product Costing Practices in the North American Hardwood Component Industry.
Terdapat jenis-jenis perusahaan mengalami kesulitan dalam penerapat product costing. Dalam
jurnal pertama, perusahaan kecil menengah tidak mempunyai sumber daya untuk melakukan
investasi pada sistem biaya produksi sehingga mereka tidak mengalokasikan biaya overhead
ke biaya produksi dan bahkan mereka tidak menerapkan activity-based costing. Perusahaan
kecil menengah tersebut menghitung biaya produksi melalui biaya variabel. Hal ini
menunjukkan bahwa biaya produksi ternyata masih memerlukan sumber daya yang cukup

besar sehingga belum dapat diterapkan sepenuhnya pada perusahaan kecil menengah
sehingga perhitungan biaya produksi mereka bisa jadi tidak sepenuhnya akurat dan ini
berdampak pada perhitungan harga jual produk mereka serta keuntungan yang diperoleh.

Selain kendala biaya, jurnal ke-dua menyatakan kelemahan dalam penggunaan product
costing.

Dengan

penggunaan

system

ini,

Saat

melakukan

penawaran

untuk

pekerjaan/pesanan, perusahaan harus mampu membuat harga produk yang kompetitif selain
itu juga memastikan bahwa profitabilitas yang diperlukan dapat dicapai. Tujuan ini, untuk
mecapai harga yang kompetitif dan profitabilitas tidak dapat diandalkan tercapai kecuali jika
peserta industri memiliki pemahaman yang penuh pada struktur biaya perusahaan mereka.
Pesaing menyalahkan perusahaan tanpa pengetahuan yang terperinci dari struktur biaya
perusahaan mereka untuk memasukkan penawaran yang dihargakan terlalu rendah, sehingga
membuatnya sulit untuk mencapai profitabilitas yang diperlukan.

Biaya dan upaya yang diperlukan untuk menjaga sistem akuntansi biaya menjadi
perhatian bagi beberapa peserta industri. Dalam jurnal ini, sekitar sepertiga dari pengguna
sistem tradisional menunjukkan bahwa sistem mereka terlalu mahal dan memakan waktu untuk
mempertahankannya,
Dalam jurnal Product Costing in Lean Manufacturing Organizations, menyatakan
kelemahan atau ketidakcocokkan metode product costing dalam Lean Manufacturing,
product costing dianggap gagal dalam memberikan informasi sehingga diperlukannya metode
baru dalam perhitungan produk dalam pengalihan biaya overhead terutama hal yang
berhubungan dengan biaya transfer yang perlu ditampilkan (sebagai contoh, dalam dokumen
ekspor-impor). Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan yang telah melakukan transaksi
antar Negara yang menggunakan harga transfer. Jika pemberian informasi yang salah, dapat
menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan karena kesalahan penyajian tentang biaya
dan profitabilitas

Daftar Pustaka

Brierly, John A., 2011. A Comparison of the Product Costing Practices of Large and Small to
Medium Sized Enterprises : A Survey of British Manufacturing Firms. International
Journal of Management, Vol.28 No.4, 185-193.

Hilton, Ronald W., 2008. Managerial Accounting : Creating Value In A dynamic Business
Environment, seventh edition. New York, The McGraw-Hill Companies.

Andersch, A., Buehlmann, U., Wiedenbeck, J. & Lawser, S. 2011. Product Costing Practices in
the North American Hardwood Component Industry, International Scientific Conference
on Hardwood Processing (ISCHP2011)
JD

Edwards World. 2008. Product Costing and Manufacturing


http://docs.oracle.com/cd/E26228_01/doc.93/e21775.pdf

Accounting

Guide.

Anda mungkin juga menyukai