Anda di halaman 1dari 30

KERANGKA TEORI

STEP 7
1. Apa yang terkandung pada tinjauan pustaka ?
Tinjauan Kepustakaan ini mencakup 2 hal, yaitu :

Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di


teliti. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan yang
luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mngidentifikasi variabelvariabel yang akan diteliti (diamati). Lebih dari itu dengan tinjauan teori
ini dimaksudkan agar peneliti dapat meletakkan atau mengidentifikasi
masalah yang ingin diteliti tersebut dalam konteks ilmu pengetahuan
yang

sedang

kepustakaan

digelutinya.
ini

Oleh

diuraikan

sebab

Kerangka

itu
Teori

sering

dalam

sebagai

tinjauan

dasar

untuk

mengembangkan Kerangka Konsep Penelitian.

Tinjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan


masalah yang akan diteliti. Hal ini penting, disamping akan memperluas
pandangan

pengetahuan

peneliti,

juga

peneliti

dapat

menghindari

Pengulangan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh orang


lain (Menjaga orisinalitas penelitian)
Dalam tinjauan kepustakaan ini, peneliti (calon peneliti) hanya mencoba
meninjau atau review terhadap teori-teori dan hasil-hasil penelitian orang
lain,

apa adanya saja. Hal ini berarti bahwa pemikiran dan pendapat-

pendapat pembuat proposal penelitian seyogyanya dimasukkan ke dalam


Tinjauan Kepustakaan tersebut.
( Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta :
Rikena Cipta )
Beberapa pengertian dasar
Perincian latar belakang masalah
Tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan penekanan
utama pada hubungan antar variabel yang akan dipermasalahkan dan
variabel yang mungkin berperan.

DASAR-DASAR METODOLOGI PENELITIAN KLINIS, Edisi 2 Sudigdo


Sastroasmoro
Berisi uraian mengenai variabel-variabel beserta hubungan antar variabel
dan kedudukannya terhadap persoalan yang diteliti. Juga mencantumkan
kerangka teori dan kerangka konsep yang kadang-kadang juga dicantumkan
hipotesis.
Sumber: dasar-dasar metodologi penelitian klinis

2. Fungsi dari tinjauan pustaka?


a. memperdalam pengetahuan , khususnya tentang hubungan antar
variable penelitian
b. mengkaji teori dasar yg berkaitan dengan masalah yg diteliti
c. mengkaji

temuan

penelitian

sejenis

atau

yg

pernah

dilakukan

sebelumnya
d. menemukan metode atau cara pendekatan pemecahan masalah
e. mendapatkan cara mengevaluasi ataupun analisa data
f.

mencari informasi aspek penelitian yg belum tergarap

g. memperkaya ide-ide baru


(Panduan Penelitian, Dr.B. Sandjaja, MSPH dan Albertus Heriyanto, M.Hum)

Untuk menunjukkan adanya celah-celah kosong (gap) dalam literatur yang


perlu diisi melalui penelitian

Untuk mencegah agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam
penelitian. Kita bisa melihat apa yang sudah dilakukan dan apa yang
belum. Jika sudah dilakukan, seberapa dalam pengetahuan yang telah
diperoleh dan kemungkinan untuk pengembangannya lebih lanjut.

Untuk mengetahui dari mana kita bisa mulai. Penelitian adalah sebuah
upaya untuk memperbaiki apa yang sudah diperoleh sebelumnya.

Untuk mengetahui siapa saja yang telah melakukan penelitian dan


publikasi dalam bidang ilmu kita masing-masing. Tujuannya adalah agar
kita bisa lebih mudah membangun jejaring akademik.

Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang topik yang sedang kita


geluti.

Untuk menunjukkan bahwa kita memiliki akses terhadap database


informasi ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian kita

Untuk memberikan landasan teori terhadap penelitian kita sehingga bisa


menunjukkan posisi penelitian kita dibandingkan dengan penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya.

Untuk mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan


dengan topik penelitian kita.

Untuk mengidentifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topik


penelitian kita.

Cooper, H. M. (1988) 'The structure of knowledge synthesis' Knowledge in


Society, vol. 1, pp. 104-126

Penulisan Tinjauan Pustaka. Djunaedi.

3. tujuan dari tinjauan pustaka ?


Agar para peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk
mengembangkan atau mengidentifikasikan variable yang akan diteliti..
Agar peneliti dapat meletakkan masalah yang ingin diteliti itu dalam
konteks ilmu pengetahuan yang sedang digeluti.
Dr. Soekidjo Notoatmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi

4. langkah penyusunan tinjauan pustaka ?


-

Teknik penulisan harus diperhatikan benar.Dimana kalimat yang terlalu

panjang, tanpa subyek, atau ejaan yang tidak taat-asas harus dihindarkan
Alur pikiran yang logis harus tetap dijaga
Penulisan paragraph yang tidak tepat dapat mengurangi kejelasan
informasi yang disampaikan
(Sumber: dasar-dasar metodologi penelitian klinis Soedigdo)

5. bagaimana cara penulisan sumber pustaka pada tinjauan


pustaka?
Sistem Harvard menggunakan nama penulis dan tahun publikasi dengan
urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara alfabetis. Publikasi dari
penulis yang sama dan dalam tahun yang sama ditulis dengan cara
menambahkan huruf a, b, atau c dan seterusnya tepat di belakang tahun
publikasi (baik penulisan dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah
tulisan). Alamat Internet ditulis menggunakan huruf italic. Terdapat banyak
varian dari sistem Harvard yang digunakan dalam berbagai jurnal di dunia.
Contoh :
Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress
syndrome. New England J Med 337(6): 435-439.
Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners into
rench rural communities. J Rural Studies 10(2):197210.
Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT
(ed.), Second Homes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210237.

Contoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan:


Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh
beberapa spesies Rhizobium yang berbeda. Integrasi vertikal sistem rantai
pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara 15% sampai 25 %
(Smith,1949, Bond et al., 1955, Jones dan Green, 1963). Walaupun
keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhan
kacangkacangan (Nguyen, 1987), namun telah didapat pula hasil yang
berbeda bahkan berlawanan (Washington, 1999).
Sistem Vancouver menggunakan cara penomoran (pemberikan angka)
yang berurutan untuk menunjukkan rujukan pustaka (sitasi). Dalam daftar
pustaka,

pemunculan

sumber

rujukan

dilakukan

secara

berurut

menggunakan nomor sesuai kemunculannya sebagai sitasi dalam naskah


tulisan,

sehingga

memudahkan

pembaca

untuk

menemukannya

dibandingkan dengan cara pengurutan secara alfabetis menggunakan nama

penulis seperti dalam sistem Harvard. Sistem ini beserta variasinya banyak
digunakan di bidang kedokteran dan kesehatan.
Contoh :
(1) Grinspoon L, Bakalar JB. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale
Univ Pr; 1993.
(2) Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis
[serial online] 1995 Jan-Mar; 1(1):[24 screens]. Available from: URL:
http://www/cdc/gov/ncidoc/EID/eid.htm. Accessed December 25, 1999.
(3) Amerongen AVN, Michels LFE, Roukema PA, Veerman ECI. 1986. Ludah
dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Rafiah Arbyono dan Sutatmi
Suryo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr; 1992. hlm 1-42.
(4) Salim S. Pengaruh humiditas dan waktu penyimpanan serta cara curing
terhadap

sifat

fisik,

kimia

dan

mekanik

akrilik

basis

gigi

tiruan.

Disertasi.Surabaya: Pascasarjana Universitas Airlangga; 1995. hlm 8-21.


http://sman1ngunut.wordpress.com/2009/09/30/menulis-daftar-pustakadengan-metode-harvard-atau-vancouver/

6. Apa manfaat kerangka teoritik?

Memperjelas arah penelitian


Membantu dalam membuat suatu hipotesis yang baik

(Sumber: dasar-dasar metodologi penelitian klinis Soedigdo)

Secara cepat bisa mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh serta

hubungan antar variabel


Memberikan justifikasi yang tepat dalam menyusul kerangka konseptual
Memberikan tuntunan dalam menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi
Memberikan tuntutnan dalam mendiskusikan hasil penelitian
Sumber: dasar-dasar metodologi penelitian klinis

7. Perbedaan kerangka teoritik dengan kerangka konsep ?


Kerangka teori :
Membuat skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses
pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Skema sederhana

yang dibuat kemudian dijelaskan secukupnya mengenai mekanisme kerja


faktor-faktor yang timbul.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara
Kerangka konsep :
Adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
lainnya dari masalah yang akan diteliti
(Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta :
Rikena Cipta)

8. Bagaimana cara menyusun kerangka teori?


a. Menetapkan variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah berapa jumlah
variabel yang diteliti, dan apa nama setiap variabel.
b. Membaca buku-buku dan hasil penelitian.
c. Deskripsi teori dan hasil penelitian, dalam hal ini berisikan definisi
terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang
lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang
lain dalam konteks penelitian itu.
d. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian, dalam hal ini
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu,
betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak.
e. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian, dalam hal ini
melakukan perbandingan antara teori satu dengan teori lainnya, dan hasil
penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.
f.

Sintesis/kesimpulan yang sifatnya sementara. Dari hasil sintesis atau


kesimpulan

dari

tiap

variabel,

selanjutnya

dipadukan

hasil

sintesis/kesimpulan tersebut dan kemudian membentuk kerangka berpikir.


(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan,
M.M., 2002)

Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Nursalam. Salemba


Medika

9. Bagaimana cara menyusun kerangka konsep?

Dibuat dalam bentuk bagan


Menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti.

(Sumber: dasar-dasar metodologi penelitian klinis Soedigdo)

10.

Manfaat dari kerangka konsep ?

Untuk memberikan informasi yang lebih jelas


Mempermudah pemilihan desain penelitian
(Sumber: dasar-dasar metodologi penelitian klinis Soedigdo)

11.

Jenis-jenis dari variable ?

a. Variabel Bebas :Variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan


perubahan variabel lain
b. Variabel tergantung :Variabel yang berubah akibat perubahan variabel
bebas
c. Variabel perancu : Jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas
dan berhubungan dengan variabel perancu,tetapi bukan merupakan
variabel antara. Sangat perlu diidentifikasi karena akan dapat membuat
kesalahan dalam pembuatan kesimpulan.
(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo
Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagu ng Seto)
Variabel bebas (independent variable)
Adalah variable yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain.
Variabel tergantung (dependent variable)
Variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari manipulasi dan
pengaruh variabel bebas, dalam penelitian variabel tergantung diamati
dan diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas.
Variabel moderator (variabel bebas kedua)

Variabel yang dipilih , diukur , diamati dan dimanipulasi oleh peneliti


karena diduga ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung.
Variabel control
Variabel yang dikontrol peneliti untuk menetralkan pengaruhnya terhadap
variabel tergantung
Variable antara (intervening variable )
Faktor yang secara teoritik mempengaruhi hubungan variabel bebas dan
variabel tergantung, variabel ini tidak dapat diamati, dan diukur , namun
pengaruhnya dapat disimpulkan dari hubungan yang ada antara variabel
bebas dan variabel tergantung.
(Panduan Penelitian, Dr.B. Sandjaja, MSPH dan Albertus Heriyanto, M.Hum)

ADYSETIADI, BAB 8 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN


Hubungan antar variabel
o

Korelasi simetris terjadi apabila antar dua variable ada hubungan, tetapi
tidak ada mekanisme pengaruh mempengaruhi, masing-masing bersifat
mandiri. Korelasi simetris terjadi karena: kebetulan, sama-sama merupakan
akibat dari factor (variable bebas) yang sama, indicator dari konsep yang
sama.

Korelasi asimetris ialah korelasi antara dua variable, dengan satu variable
(variable

bebas)

bersifat

mempengaruhi

variable

yang

lain

(variable

tergantung).
o

Korelasi timbal balik ialah korelasi antara dua variable, yang antara
keduanya

saling

pengaruh

mempengaruhi,contoh

malnutrisi

dan

malabsorbsi.
(Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Dr. Ahmad Watik
Pratiknya)

12.
A.

Jenis-jenis dari hipotesis ?


Berdasarkan bentuk rumusannya

1)

Hipotesis kerja/alternatif/riset/H1
Yaitu hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian yg
akan dilakukan.
Hipotesis ini mengekspresikan macam hubungan antar variabel, yg secara
klasik biasanya dirumuskan sbg :
Apabila.....,maka....., atau
Ada hubungan antara.....dengan..., atau
Ada perbedaan antara...dengan...,
Tidak disarankan untuk terlalu mengikuti formulasi hipotesis yg klasik tsb,
karena rumusan hipotesis amat tergantung pada 2 hal yaitu rumusan
permasalahan

yg

dihadapi

dan

model

kerangka

teoritik

yg

dikembangkan untuk menyusun hipotesis tsb.


Dikenal 2 macam hipotesis kerja, yaitu hipotesis satu ekor dan hipotesis
dua ekor. Istilah ekor disini menggambarkan macam hubungan antar
variabel yg dimaksud, satu ekor berarti hubungan sudah jelas arahnya,
sedang dua ekor hubungan belum jelas arahnya.
Contoh :

Jumlah uban di kepala orang kota lebih banyak daripada uban orang
desa (satu ekor)
Ada perbedaan jumlah uban di kepala orang kota dibanding uban orang
desa (dua ekor)
Makin banyak pabrik didirikan di suatu daerah makin tinggi angka
diarenya (satu ekor)
Ada hubungan antara tinggi angka diare dengan laju industrialisasi (dua
ekor)
Jenis hipotesis kerja ini ditentukan oleh seberapa jauh kekuatan
landasan teoritik yg digunakan untuk menyusun hipotesis tsb. Apabila
dasar teori cukup kuat untuk menduga adanya arah perbedaan atau
hubungan tsb, maka disusunlah hipotesis satu ekor, tapi bila landasan
teorinya kurang kuat mendukung kejelasan arah tsb, maka rumuskanlah
hipotesis dua ekor. Jenis hipotesis kerja ini akan mempengaruhi cara
pengambilan keputusan statistik pada analisis hasil.
2)

Hipotesis nihil/nol/H0
Adalah kebalikan dari hipotesis kerja, sehingga rumusannya secara klasik
ialah :
Tidak ada korelasi (atau perbedaan) antara...dengan....
Hipotesis ini sebenarnya hanya ada dalam alam pikiran peneliti, yg
berguna

untuk

pembuktian

dengan

analisis

statistik.

Oleh

karena

diketahui, bahwa semua analisis statistik inferensial dikembangkan


berdasarkan pada karakteristik hipotesis nihil, dan dengan demikian
analisis ini hanya dapat membuktikan benar atau tidaknya hipotesis nihil
tsb.
Bagan berikut akan lebih menjelaskan lagi hubungan (perbedaan
antara hipotesis nihil dengan hipotesis kerja).
Pernyataan statistika

H.K: ada hub antara kecerdasan (X)

H1 : rxy # 0

Dengan kemampuan meneliti (Y)


H.N : tidak ada hub antara kecerdasan (X)

H0:rxy#0

dengan kemampuan meneliti (Y)


3)

Hipotesis tandingan
Adalah hipotesis dari variabel2 luar yaitu variabel tandingan bagi
variabel pengaruh yg ada dalam hipotesisi kerja. Katakanlah misalnya,
kita mempunyai hipotesis kerja Faktor kelelahan akan mempengaruhi
suseptibilitas
tandingannya

individu

terhadap

adalah

Faktor2

penyakit
XYZ

infeksi,

(dst)

akan

maka

hipotesis

mempengaruhi

suseptibilitas individu terhadap penyakit infeksi.


Peneliti dapat mengontrol atau membuktikan ketidakbenaran hipotesis
tandingan, dengan jalan membuat desain atau rancangan penelitian yg
adekuat. Sebagaimana halnya hipotesis nihil, hipotesis tandingan hanya
ada dalam alam pikiran peneliti, atas dasar mana rancangan penelitian
disusun.
Bagan berikut menggambarkan hubungan antara hipotesisi kerja
dengan hipotesis nihil dan hipotesis tandingan

(DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN. AHMAD WATIK.P)


B.

Berdasarkan ruang lingkupnya


1.

Hipotesis mayor
Adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek
penelitian.

2.

Hipotesis minor
adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata
lain pecahan dari hipotesis mayor.
Contoh :
Hipotesis mayor:
Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan
Hipotesis minor :
1)

Banyaknya

makan

nasi

berpengaruh

terhadap

tingkat

makan

kue

berpengaruh

terhadap

tingkat

makan

buah-buahan

kekenyangan.
2)

Banyaknya
kekenyangan.

3)

Banyaknya

berpengaruh

terhadap

tingkat kekenyangan.
Dalam contoh ini dari sebuah hipotesis mayor dapat dijabarkan menjadi
tiga buah hipotesis minor, dan tiga buah itupun sebenarnya belum
tuntas habis.
(MANAJEMEN PENELITIAN, Prof.Dr. Suharsimi Arikunto)
C. Berdasarkan tingkat abstraksi
1)

Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan


dalam dunia empiris.
Banyak diantara pernyataan yang bersifat umum itu telah diketahui dan
diakui kebenarannya oleh orang banyak. Misalnya Orang Minangkabau
banyak merantau sedangkan orang Jawa sangat terikat kepada kampung
halamannya. Namun, apa yang diketahui oleh orang banyak belum tentu
benar. Pada hipotesis ini hanya mengumpulkan fakta2 yang telah ada
tanpa mengujinya kembali kebenarannya.

2)

Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal


Dunia kenyataan ini sangat kompleks dan untuk mempelajarinya metode
atau tipe ide2 meupakan alat yang sangat membantu. Misalnya tipe

introvert dan ekstrovert sangat membantu dalam memahami manusia


dalam hubungannya dengan dunia luar. Sikap otoriter, demokratis, dan
laissezfaire sangat berguna untuk menggambarkan misalnya hubungan
pendidikan dengan anak.
3)

Hipotesis yang mencari hubungan antara sejumlah variabel.


Hipotesis ini lebih abstrak daripada kedua jenis hipotesis sebelumnya.
Disini harus dianalisis variabel2 yg dianggap mempengaruhi gejala
tertentu dan kemudian diselidiki hingga manakah perubahan dalam
variabel yg satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
(METODE RESEARCH PENELITIAN ILMIAH. Prof.Dr. S. Nasution, MA)

13.

Syarat

hipotesis

yang

baik

dan

bagaimana

cara

menyusun hipotesis?
o

Hipotesis harus menyatakan hubungan


Ini berarti, bahwa hipotesis merupakan pertanyaan terkaan tentang
hubungan antar variabel. Hipotesis mengandung dua atau lebih variabel
yang dapat diukur ataupun secara potensialdapat diukur. Hipotesis
menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.

Hipotesis harus sesuai dengan fakta


Ini berarti bahwa hipotesis harus terang, konsep dan variabel harus jelas.
Hipotesis harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang
bersifat metafisis.

Hipotesis harus sesuai dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh


dengan ilmu pengetahuan
Ini berarti, bahwa hipotesis harus tumbuh dan ada hubungan dengan ilmu
pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan.

Hipotesis harus dapat diuji


Ini berarti hipotesis, baik nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun
dengan menggunakan alat-alat statistik dapat diuji.

Hipotesis harus sederhana

Ini berarti, hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk spesifik/khas untuk


menghindari terjadinya kesalahpahaman pengertian.
o

Hipotesis harus dapat menerangkan fakta


Ini berarti, bahwa hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang
menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan
teknik pengujian yang dapat dikuasai.

(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan,


M.M., 2002)
rumusan hipotesa penelitian harus mengandung variable 2 penelitian
jenis hubungan antar variabel tadi terungkap dengan jelas
subjek penelitian tercantum dalam rumusan hipotesis penelitian
mencantumkan juga hipotesa alternatif (hipotesa kerja)
(Panduan Penelitian, Dr.B. Sandjaja, MSPH dan Albertus Heriyanto, M.Hum)

Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana,


tidak bermakna ganda.

Mempunyai landasan teori yang kuat. Hipotesis tidak semata-mata


datang dengan sendirinya, namun harus dibangun atas dasar teori,
pengalaman, serta sumber ilmiah lain yang sahih.

Menyetakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan


satu atau lebih variabel bebas; kadang hipotesis menyatakan hubungan
antara beberapa variabel bebas dengan satu variabel tergantung, misalnya
pada studi faktor-faktor risiko dengan analisis multivariat. Namun dalam
satu hipotesis hanya boleh terdapat satu variabel tergantung. Hipotesis
yang menyebutkan lebih dari satu variabel tergantung (disebut sebagai
hipotesis yang kompleks) harus dipecah menjadi dua atau lebih hipotesis.

Memungkinkan diuji secara empiris. Hal ini mutlak dalam studi


empiris; suatu hipotesis meskipun mempunyai dasar yang kuat, tidak
dapat disebut memenuhi syarat bila tidak dapat diuji secara empiris.

Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan


variabel-variabel yang diukur. Disisi lain rumusannya juga harus longgar,
sehingga membuka kemungkinan untuk dilakukan generalisasi. Rumusan
yang terlalu umum atau bermakna ganda, harus dihindarkan.

Dikemukakan a-priori. Hipotesis harus dikemukakan sebelum


penelitian, sebelum datanya terkumpul. Hipotesis yang dirumuskan setelah
peneliti melihat data, yang disebut sebagai Hipotesis a-posteriori atau
post-hoc hypothesis, pada dasarnya merupakan hipotesis multipel yang
mempunyai konsekuensi di dalam uji hipotesis (kemungkinan bahwa
kenamaan yang diperoleh disebabkan semata-mata oleh faktor peluang
atau kesalahan tipe I menjadi makin besar dengan makin bertambahnya
hipotesis).

Sedangkan

ahli

menyebut

prosedur

ini

sebagai

fihsing

expedition, atau data dredging, dan bahkan dapat dituduh curang, bagai
seorang yang menebak lotere setelah nomor loterenya diundi.
(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo
Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagu ng Seto)

cara menyusun hipotesis yang baik


Susunlah berbagai masalah penelitian dan kemudian pilihkan beberapa
yang rasanya berhubungan satu sama lain, disinilah hipotesis akan timbul.
Buatlah daftar tipe-tipe atau kelompok-kelompok keterangan utama untuk
menjawab satu masalah tertentu, kemudian coba jawab pertanyaan paling
penting mana yang dapat dijawab kelak.
Susunlah variabel-variabel penting yang dapat dipakai untuk menganalisis
satu masalah tertentu dan kemudian coba jawab mana pertanyaan paling
penting dapat dijawab, kalau variabel-variabel tersebut telah benar-benar
terkumpul.
Susunlah daftar lembaga-lembaga yang ada dan cobalah jawab mana
masalah yang belum juga terpecahkan, walaupun lembaga-lembaga
tersebut telah berjalan sebagaimana mestinya.
Pilihlah daftar-daftar masalah teoritik, mana yang paling relevan untuk
dipakai sebagai langkah kerja penelitian. Ini berarti teori digunakan
sebagai salah satu bahan penyusunan hipotesis.
(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan,
M.M., 2002)

penelitian kedokteran yang tidak memerlukan hipotesis


1.

Penelitian yang eksploratif murni, termasuk di dalamnya


suatu survei deskriptif, reviu program, dsb

2.

Penelitian manuskrip sejarah kedokteran

3.

Penelitian Grounded di bidang kedokteran sosial

dasar dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan, Dr. Ahmad


Watik Praktiknya

14.

Manfaat dari hipotesis ?

Memberikan tuntutan kepada peneliti kearah mana penelitian itu dilakukan

Merupakan alat untuk melokalisasikan fenomena-fenomena dan menuntun


cara identifikasi variable-variabel yang dibutuhkan

untuk menjawab

masalah penelitian.
Memberi petunjuk prosedur yang mana atau rancangan pnelitian mana

yang akan dipilih.atau lebih merupakan petunjuk bagi penetapan populasi


subyek penelitian,bagaimana perancangan sampelnya,alat dan penukur
yang mana yang tepat untuk dipilih.
Memberi ptunjuk bagi cara pengolahan dan cara analisis hasil penelitian.

(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan, 2003, Dr,


Ahmad Watik Pratiknya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian
memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data
sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau
data
membantu mengarahkan dalam mengidentifikasikan variabel2 yang akan
diteliti.
(Metodologi Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

15.

Unsure yang mendasari hipotesis?

a. Teori yg telah mapan, yg berkaitan dengan permasalahan penelitian yg


dihadapi
b. Fakta empirik atau informasi yg diketahui dari penelitian terdahulu

c. Konsep

atau

teori

imajinatif

peneliti

sendiri

(asumsi),

yg

dimunculkan dalam rangka melengkapi teori dan fakta empirik di atas agar
dapat menjawab permasalahan penelitian yg dihadapi.
Ketiga hal diatas dirangkai secara logis dan sistematis oleh peneliti, shg
hipotesis yg dihasilkan masuk akal dan mempunyai dasar yg kuat. Untuk
pengembangan landasan teoritik ini kemampuan analisis peneliti, termasuk
didalamnya cara berpikir deduktif, akan amat sistematik, baik yg diwujudkan
secara lisan maupun tulisan, merupakan hal yg amat membantu kemampuan
metodologik peneliti.
(DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN. AHMAD WATIK.P)

16.

Tujuan dari definisi operasional ?

ADYSETIADI, BAB 8 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN


17.
Criteria dari definisi operasional?

http://staff.ui.ac.id/internal/132161161/material/Seri3DefinisidariDefinisiOperasional.pdf

18.

Macam-macam skala pengukuran variable ?

(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo
Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)
Skala nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari
anggota himpunan yang lain,
Skala ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut ranking,
urutan, pangkat atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak
hanya dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan
yang lain, tetapi juga berangkat dari pernyataan lebih besar atau lebih
kecil,
Skala interval seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat
memberikan nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan.
Kelebihan

dari

skala

ini

adalah

bahwa

jarak

nomor

yang

sama

menunjukkan juga jarak yang sama dari sifat yang diukur,


Skala ratio, adalah variable yang mempunyai perbadingan yang sama,
lebih besar atau lebih kecil. Variable seperti panjang, berat, dan angka
agregasi adalah variable rasio.
(Metodologi Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

Berdasarkan penggunaannya :
Skala Likert
Merupakan

jenis

skala

yang

digunakan

untuk

mengukur

variabel

penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan persepsi


sosial seseorang atau sekelompok orang.
Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini, dijabarkan menjadi
indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolakpenyusunan
item-item instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban
setiap item instrumen ini, memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif)
sampai pada terendah (sangat negatif), yang jika dinyatakan dalam bentuk
kata-kata dapat berupa, antara lain sebagai berikut :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Sedang
d. Kurang baik
e. Sangat tidak baik
Atau
a. Senang sekali
b. Senang
c. Cukup senang
d. Kurang senang
e. Tidak senang
Untuk keperluan analisa secara kuantitatif, maka jawaban-jawaban tersebut
diberi skor, misalnya :
a. Sangat baik/senang sekali
b. Cukup baik/senang

skor : 5
skor : 4

c. Sedang/cukup senang

skor : 3

d. Kurang baik/kurang senang

skor : 2

e. Sangat tidak baik/tidak senang skor : 1


Skala Guttman

Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Disebut juga metode


skalogram atau analisis skala. Skala guttman memiliki beberapa ciri penting,
yaitu sebagai berikut :

Memiliki sifat uni dimensional


Artinya hanya ingin mengukur satu dimensi dari suatu variabel penelitian
yang memiliki beberapa dimensi (multi dimensi).

Merupakan skala kumulatif


Artinya pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaannya hanya
memiliki bobot yang berbeda apabila seseorang menyetujui pernyataan
yang berbobot lebih berat, maka dia juga akan menyetujui pernyataanpernyataan yang bobotnya lebih rendah atau kurang berbobot
Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini dijabarkan menjadi
indikator varabel, yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan
item-iteminstrumen,

bisa

berbentuk

pernyataan

atau

pertanyaan.

Jawaban setiap instrumen ini, berbentuk pernyataan komplementer,


sepert ya-tidak, benar-salah, setuju-tidak setuju. Jadi jawaban yang
diperoleh hanya ada dua.
Skala Thurstone
Skala thurstone dikembangkan oleh L.L. Thurstone yang bertujuan untuk
mengurutkan responden berdasarkan kriteria tertentu. Dengan metode ini
skala disusun sedemikian rupa, sehingga interval antarurutan dalam skala
mendekati interval yang sama besarnya. Karena itu skala ini sering disebut
skala interval sama.
(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan,
M.M., 2002)

19.

Cara penulisan pd daftar pustaka dan Aturan2 baku

dalam penulisan daftar pustaka?


a. Sistem nomor (Vancouver)
b. Sistem nama dan tahun (Harvard)

Pada sistem ini daftar rujukan disusun secara alfabetik berdasar nama
penulis,dengan meletakkan nama keluarga didepan. Contoh : Abnormalitas
of te male tract have only recently been defined in autopsy material
(Kaplan et al,.1968;Oppenheimer and Estrely.,1969).
c. Sistem kombinasi alfabet dan nomor
d. Sistem vancouver
Majalah
untuk makalah dengan jumlah pengarang kurang atau sama dengan 6
orang,nama pengarang ditulis smua
bila jumlah pengarang lebih dari 6 orang,nama-nama pengarang hanya
ditulis 6 orang sedang sisanya ditulis dkk. Atau et al
buku atau monograf
bab pada buku yang ada penyuntingnya
Tanpa pengarang
Anonymous.Coffe drinking and cancer of the pancreas (Editorial).BrMedJ
1981;283:628
Dasar-dasar

Metodologi

Penelitian

Klinis

Edisi

ke-2,Dr.Asril

Aminullah,Sp.A(K)
Aturan baku penulisan daftar pustaka
1. Pencatatan keterangan tentang sumber
Dalam mencatat sumber kepustakaan biasanya mengikuti urutan-urutan
sebagai berikut :
a. Nama pengarang,. Apabila tidak ada nama pengarang, dicantumkan
nama badan atau instansi yang menerbitkan atau editornya.
b. Judul sumber (nama buku, artikel, atau manuskrip yang lain).
c. Bila artikel atau judul tersebut diambil dari koran atau majalah berkala,
tuliskan udul, kemudian nama koran atau majalah yang memuatnya,
erta volume atau edisi atau nomor penerbitan, tanggal, bulan, dan
tahunnya.
d. Nama penerbit (untuk buku atau karangan lain yang diterbitkan)
e. Tempat penerbitan.
f.

Tahun terbitan.

g. Apabila suatu buku terdiri dari beberapa jilid atau merupakan suatu seri,
dicantumkan setelah nama buku itu nomor jilid atau serinya.
h. Bila perlu dicantumkan nomor halaman yang dipelajari atau dikutip.
2

Menuliskan sesuai dengan aslinya (mengutip) atau meringkas informasi


yang dianggap penting, yang akan dijadikan bahan penunjang teoritis,
serta nomor halaman dimana informasi itu diperoleh.

3. Menyusun informasi yang diperoleh dari suatu buku sesuai dengan urutan
halaman dengan urutan nomor kecil ke nomor besar.
4. Bila berbagai informasi atau keterangan yang diperoleh dari berbagai
sumber sudah dicatat, maka segala informasi yang dicatat tersebut
disusun menurut urutan alfabetis nama pengarang.
5. Segala macam catatan tersebut sebaiknya dibuat dalam kertas lepas dan
dimasukkan

ke

dalam

snelhecter

map

atau

map

folio,

sehingga

memudahkan untuk menyusun atau mencari kemali informasi tersebut


sewaktu diperlukan.
(Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta :
Rikena Cipta)
Penyusunan daftar pustaka diatur sebagai berikut:
a. Urutan ke bawah. Penyusunan daftar pustaka ke bawah disesuaikan
dengan urutan abjad nama terakhir penulis pertama,
b. Urutan Ke kanan.
1. Untuk majalah : nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah
(ditulis dengan singkatan resminya), jilid (dan nomor jika perlu), dan
nomor halaman yang diacu,
2. Untuk buku : nama penulis, tahun terbit, judul buku, jilid (bila ada), edisi
ke, nama penerbit, dan kota (utama), penerbit,
3. Untuk sumber yang lain digunakan cara yang lazim.
Catatan :
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan, termasuk huruf
(initial) nama depan, nama tengah clan seterusnya, dan tidak diperkenankan
menampilkan dkk. Atau et.al.
www.s3fk.ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai