Anda di halaman 1dari 13

Teori Akuntansi Keuangan

Perkembangan Akuntansi Asia


(Min. 5 Negara)

Nama

: Maylisa Surya Arta

NIM: 13.321.500.15

1. JEPANG
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Jepang
Akuntansi dan pelaporan keuangan di Jepang mencerminkan gabungan berbagai
pengaruh domestic dan internasional. Dua badan pemerintah yang terpisah bertanggung
jawab atas regulasi akuntansi dan hukum pajak penghasilan perusahaan di Jepang memiliki
pengaruh lebih lanjut pula. Pada paruh pertama abad ke-20, pemikiran akuntansi
mencerminkan pengaruh Jerman pada paruh kedua, ide-ide dari AS yang berpengaruh. Akhirakhir ini, pengaruh badan Badan Standar Akuntansi Internasional mulai dirasakan dan pada
tahun 2001 perubahan besar terjadi dengan pembentukan organisasi sector swasta sebagai
pembuat standar akuntansi.
Jepang merupakan masyarakat tradisional dengan akar budaya dan agama yang kuat.
Kesadaran kelompok dan saling ketergantungan dalam hubungan pribadi dan perusahaan
berlawanan dengan hubungan independen yang wajar diantara individu-individu dan
kelompok di negara-negara barat. Perusahaan Jepang saling memiliki ekuitas saham satu
sama lain, dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan lain. Investasi yang saling
bertautan ini menghasilkan konglomerasi industri yang meraksasa yang disebut sebagai
keiretsu.
Bank sering kali menjadi bagian dari kelompok industry besar ini. Penggunaan kredit
bank dan modal utang yang meluas untuk membiayai perusahaan besar terbilang sangat
banyak bila dilihat dari sudut pandang Barat dan manajemen perusahaan terutama lebih
bertanggung jawab kepada bank dan lembaga keuangan lainnya, dibandingkan kepada para
pemegang saham. Pemerintah pusat juga memberlakukan control ketat atas berbagai aktivitas
usaha di Jepang, yang berarti controlbirokrasi yang kuat dalam masalah-masalah usaha,
termasuk akuntansi. Pengetahuan mengenai kegiatan usaha utamanya terbatas pada
perusahaan dan pihak dalam lainnya seperti bank dan pemerintah.
Modal usaha keiretsu ini, sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi structural
yang dilakukan Jepang untuk mengatasi atau menggerakkan stagnasi ekonomi yang berawal
pada tahun 1990-an. Krisis keuangan yang mengikuti pergerakakn ekonomi Jepang juga
disebabkan oleh review standardisasi laporan keuangan Jepang. Jelas terlihat bahwa banyak
praktik akuntansi menyembunyikan betapa buruknya perusahaan di Jepang. Sebagai contoh:

1.

Hilangnya konsolidasi standardisasi yang menyebabkan adanya perusahaan Jepang


yang menutupi kerugian operasional dalam usaha gabungan. Investor tidak dapat
melihat

apakah

kegiatan

operasional

perusahaan

sepenuhnya

benar-benar

menguntungkan.
2.

Kewajiban pensiun dan pesangon hanya diakui 40 persen dari jumlah pinjaman
karena hal itu merupakan batas pengurang pajak mereka. Hal ini mengarah pada
praktik rndahnya kewajiban pensiun.

3.

Pemegang saham dibebani biaya, bukan berdasarkan harga pasar. Dibuat untuk
mepertegas kohesi dari keiretsu, sehingga saham silang sangatlah luas. Perusahaan
menahan mereka yang rugi, akan tetapi menjual mereka yang untung untuk
mendapatkan laba.

Pembukuan dan laporan keuangan di Jepang menggambarkan adanya percampuran dari


pengaruh domestik dan internasional. Untuk memahami sistem pembukuan Jepang, kita harus
memahami budaya, praktik bisnis dan sejarah Jepang. Perusahaan Jepang memiliki
ketertarikan ekuitas tersendiri, dan sering kali bergabung dengan firma milik pribadi yang
lain. Keterhubungan daerah investasi industri konglomerat raksasa ini disebut keiretsu.
Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi
Pemerintah nasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntansi Jepang.
Regulasi akuntansi berdasarkan pada tiga badan hukum: undang-undang perusahaan
(companuy low), undang-undang pertukaran dan sekuritas (securities and exchange law), dan
undang-undang pajak penghasilan perusahaan (corporate income tax law). Ketiga badan
hukum tersebut saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain yang disebut sebagai
sistem legal triangular
Undang-undang perusahaan diatur oleh Ministry of Justice (MOJ). Hukum tersebut
merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan yang paling memiliki pengaruh besar.
Semua perusahaan yang didirikan berdasrkan undang-undang perusahaan diwajibkan untuk
memenuhi ketentuan akuntansi. Berdasarkan Undang-undang perusahaan, laporan keuangan
serta jadwal yang mendukung pada perusahaan kecil dan menengah merupakan subjek untuk
audit hanya oleh auditor yang berwenang. Baik auditor berwenang atau independen,
keduanya harus mengaudit laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan sesuai
dengan undang-undang pertukaran dan sekuritas. Auditor yang berwenang tidak memerlukan
kuallifikasi profesional dan ditugasi oleh perusahaan secara penuh.

Laporan Keuangan
Perusahaan yang bergabung di bawah undang-undang perusahaan dibutuhkan untuk
mempersiapkan laporan yang berwenang untuk disetujui pada saat rapat pemegang saham,
yang isinya antara lain:
1.

Neraca

2.

Laporan Laba Rugi

3.

Laporan atas perubahan ekuitas pemegang saham

4.

Laporan bisnis

5.

Jadwal terkait

Patokan Akuntansi
Metode pooling of interest (penyatuan saham) untuk bisnis gabungan digunakan pada
situasi tertentu saja di mana tidak ada perusahaan yang mengontrol perusahaan lainnya.
Sebaliknya, bisnis gabungan dihitung karena pembelian. Goodwill dihitung dengan dasar
harga pasar aset bersih yang didapatkan dan diamortisasi lebih dari 20 tahun atau kurang serta
subjek terhadap tes penurunan nilai. Metode ekuitas digunkan untuk investasi dalam
perusahaan afiliasi ketika perusahaan induk memberikan pengaruh signifikan daripada
kebijakan operasional dan finansial. Metode ekuitas juga digunkan untuk menghitung proyek
gabungan, gabungan yang profesional tidak diperbolehkan. Dibawah standar stimulasi mata
uang, aset dan kewajiban dari anak perusahaan asing dihitung dengan tingkat kurs saat itu
(akhir tahun), pendapatan dan beban dalam rata-rata, serta penyesuaian pertukaran mata uang
asing berada dalam ekuitas pemegang saham.
Persediaan yang harus dihitung apakah cocok dengan biaya atau lebih rendah atau nilai
keuntungan bersih. FIFO, LIFO, serta metode biaya rata-rata semuanya menerima metode
cost flow (arus biaya), dengan rata-rata yang paling populer. Investasi dalam saham dinilai
pada harga pasar. Aset tetap dinilai pada biaya dan didepresiasi yang berkenaan dengan
hukum perpajakan. Metode declining balance (saldo menurun) merupakan metode depresiasi
paling umum. Aset bersih juga diuji dengan penurunan nilai. Kontrak sewa yang
memindahkan kepemilikan terhadap penyewa dikapitalisasi. Sewa menyewa keuangan
lainnya mungkin kapitalisasi atau dianggap sebagai kontrak operasional. Pajak tangguhan

dipersiapan untuk perubahan sepanjang waktu dengan menggunkan metode kewajiban.


Kerugian bersyarat dipersiapkan hingga terbuka kemungkinan dan dapat diperkirakan.
2. CINA
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Cina
Akuntansi di CIna memiliki sejarah yang panjang. Berfungsinya akuntansi dalam hal
pertanggungjawaban dapat dilacak jauh ke belakang hingga tahun 2200 SM selama masa
Dinasti Hsiu dan sejumlah dokumen menunjukkan bahwa akuntansi digunakan untuk
mengukur kekayaan dan membandingkan pencapaian di kalangan bangsawan dan putri pada
masa Dinasti Xia (tahun 2000-1500 SM). Konfusius muda (551-479 SM) dulunya pernah
menjadi seorang manager gudang dan tulisannya menyebutkan bahwa pekerjaannya meliputi
akuntansi yang seharusnya yaitu membuat catatan penerimaan dan pengeluaran setiap
harinya.
Karakteristik utama akuntansi di Cina saat ini berasal dari pendirian RRC pada tahun
1949. Cina menerapkan prinsip-prinsip Marxisme dan pola-pola yang dianut Uni Soviet.
Tujuan akuntansi adalah untuk memenuhi kebutuhan Negara atas perencanaan dan
pengendalian ekonomi. Pelaporan keuangan cukup sering dilakukan dan lengkap. Ciri
utamanya adalah orientasi manajemen dana, yang mana dana diartikan sebagai
properti,barang dan material yang digunakan selama proses produksi. Pelaporan keuangan
menekankan Neraca, yang mencerminkan sumber dan penggunaan dana dan kurang
menitikberatkan pada pertanggungjawaban dan akuntabilitas serta kepatuhan terhadap
kebijakan dan peraturan pemerintah. Akuntansi menekankan perhitungan secara kuantitas dan
perbandingan biaya dan kuantitas.
Perekonomian Cina disebut sebagai perekonomian hibrid (campuran), dimana Negara
mengendalikan komoditas dan industri yang strategis, sementara industri lain serta sektor
komersial dan swasta diatur oleh sistem yang berorientasi pada pasar. Reformasi ekonomi
yang dilakukan akhir-akhir ini mencakup privatisasi termasuk pengalihan perusahaan milik
Negara menjadi perusahaan perseroan yang mengeluarkan saham.
Aturan akuntansi yang baru telah dikembangkan bagi perusahaan-perusahaan yang baru
diprivatisasikan dan perusahaan-perusahaan independent dengan kewajiban terbatas, serta
badan usaha milik asing seperti perusahaan patungan. Peranan pemerintah telah mengubah

dari mengelola baik makro maupun mikro ekonomi menjadi hanya mengelola tingkat makro
saja.
1.

Pada akhir tahun 1970-an, pemimpin Cina mulai menggerakkan ekonomi dari
program terpusat gaya Soviet menuju sistem yang lebih berorientasi pasar namun
masih dalam kendali partai komunis.

2.

Ekonomi Cina saat ini digambarkan sebagao ekonomi hibrid, di mana negara
mengontrol komoditas dan industri strategis, sementara industri lainnya, seperti
perdagangan dan sektor swasta, ditumbuhkan dengan sistem berorientasi pasar.

3.

Melihat perkembangan sistem ekonomi yang ada di Cina, maka sistem dan aturan
akuntansi di Cina juga berubah seiring adanya reformasi ekonomi yang terjadi.

Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi


1.

Pada tahun 1992, Departemen Keuangan mengeluarkan Accounting Standards for


Business Enterprises (ASBE).

2.

ASBE adalah sebuah konsep kerangka kerja yang dirancang untuk menuntun
perkembangan standar baru akuntansi yang ada yang pada akhirnya menyeragamkan
praktik do mestik dan menyeragamkan praktik akuntansi Cina fengan praktik
internasional.

3.

Kemudian, pada tahun 1998 Cina mendirikan Komite Standar Akuntansi Cina (The
China Accounting Standards Committee-CASC) sebagai lembaga berwenang dalam
departemen keuangan yang bertanggungjawab untuk mengembangkan standar
akuntansi.

4.

Pada akhirnya, tahun 2006 susunan baru ASBE dikeluarkan, dan ASBE ini
menyajikan ketentuan standar akuntansi Cina yang pada hakikatnya sejalan dengan
IFRS.

Pelaporan Keuangan
1.

Periode pembukuan diminta sesuai dengan kalender tahunan.

2.

Laporan Keuangan terdiri atas:

3.

Neraca

4.

Laporan laba rugi

5.

Laporan arus kas

6.

Laporan perubahan ekuitas

7.

Catatan

Patokan Akuntansi
1.

Penggabungan usaha dicatat menggunakan metode pembelian.

2.

Kapitalisasi dan Uji penurunan nilai tahunan diberlakukan untuk

3.

Untuk menghitung usaha gabungan digunakan metode ekuitas.

4.

Penilaian aset menggunakan basis harga perolehan.

5.

Biaya depresiasi didasarkan pada basis ekonomi.

6.

Penilaian persediaan menggunakan metode FIFO dan rata-rata.

.
3. INDIA
Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi
1.

Akuntansi dipengaruhi oleh bangsa inggris

2.

Departemen Urusan Perusahaan pada tahun 1956 memperbaharui Akta Perusahaan


yang berisikan Kitab Akuntansi. Menurut Akta tersebut, Kitab Akuntansi :

3.

Harus memberikan sudut pandang yang adil dan sebenarnya menyangkut status
urusan perusahaan

4.

Harus tetap pada basis akrual sesuai dengan system akuntansi pencatatan ganda

5.

Lembaga yang bertanggungjawab atas izin profesi Akuntansi, pengembangan standart


dan proses audit adalah The Institute of Chartered Accountant of India. Institute
tersebut berencana untuk mengadopsi IFRS secara penuh tanpa modifikasi

6.

Standar Akuntansi India atau Indian Accounting Standards (AS) diterbitkan oleh
Dewan Akuntansi Standar (Accounting Standards Board), Standart Asuransi dan
Auditing atau (Auditing Assurance Standards) diterbitkan oleh Dewan Audit dan
Asuransi Standar

7.

Pengawasan terhadap pasar modal ada pada Securities and Exchange Board of
India (SEBI)

Pelaporan Keuangan
1.

Neraca dua tahun

2.

Laporan Laba Rugi

3.

Laporan Arus Kas

4.

Kebijakan Akuntansi dan Catatan

Pengukuran Akuntansi
1.

Penggabungan, untuk penggabungan usaha tidak ada standar akuntansinya, tetapi


sebagian besar menggunakan metode pembelian, yang disebut dengan amalgamation

2.

Goodwill, dikapitalisasi, diamortisasi dan diuji impairmentnya (pengurangannya).

3.

Penilaian asset tetap memakai nilai wajar dan harga perolehan, sedangkan asset tidak
berwujud diamortisasi lebih dari 10 tahun

4.

Biaya persediaan dihitung yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai yang
dapat direalisasi, FIFO, dan rata-rata

5.

Sewa pembiayaan dikapitalisasi dalam nilai lancar pasar dan didepresiasi terhadap
masa penggunaan sewa

6.

Sewa operasional dicatat sebagai biaya dengan metode garis lurus

.
4. INDONESIA
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era
ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama
masa penjajahan-memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era
ini (Diga dan Yunus 1997). Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama
tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa
sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanmkan modalnya di Indonesia.
Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan
dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada
tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh
akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan

administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Internal auditor
yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn yang sudah berada di Indonesia
pada tahun 1896. orang pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada
tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan NegaraGovernment Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan
publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant
Dienst (Soemarso 1995).
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik.
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat
sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929
(Soemarso 1995). Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun
1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr.
Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era
setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh
sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan
pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan
akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke
praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model
Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga
pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan
pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952,
Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas
Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan
Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik
akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003).

Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model
Amerika (Diga dan Yunus 1997). Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat
muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok
tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi
pada pasar-dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut
memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga internasional
(Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun
1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis
pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar
pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar
dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan satu
lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta
(bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank
Duta go public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar
(ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam,
auditornya atau underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta
mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia
Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan
bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang
pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model casino menjadi
model yang dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk
mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan. Pertama,
pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi
keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua,
Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek
Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan
melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan
berkaitan dengan akuntansi dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun

1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam UndangUndang Pasar Modal (Rosser 1999).Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin
meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan.
Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapsenya sistem perbankan, meningkatnya
inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan
negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan
secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas
keterbukaan informasi (transparency).
5. ARAB
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Di Arab
Mekah pada jaman kuno di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman (Arabia Selatan)
dan Syam dekat Laut Tengan. Kedua negara ini jaman dahulu telah mencapai peradaban
tinggi dan dhubungkan oleh beberapa negeri-negeri kecil antara lain Mekah. Di pandang dari
segi geografis, kota Mekah hampir terletak di tengah-tengah Jazirah Arab, sehingga tidaklah
mengherankan bilamana semangat dagang berkembang di kalangan penduduk Mekah.
Tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau tanggal 20 April 571 M, lahirlah bayi yang diberi
nama Muhammad, yang kelak menjadi Nabi dan Rasul yang terakhir.
Serangkaian wahyu turun dimulai ketika menginjak usia 40 tahun pada malam 17
Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Sistem akuntansi juga suda hada pada masa
pemerintahan Rasulullah masih hidup sebagaimana telah diturunkannya wahyu Allah yang
tercantum dalam Surat Al-Baqarah ayat 282 yaitu Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermuamalah (seperti jual-beli, berhutang piutang, atau sewa menyewa) tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dengan benar, dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Wahyu tersebut menunjukan sudah adanya perintah untuk melakukan
pencatatan pembukuan dan adanya petugas pencatatnya (sekarang dapat disebut sebagai
akuntan).
Dalam masa satu abad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para pengikutnya telah
menaklukan sebagian besar Afrika bagian Utara dan Timur Tengah, dan telah menembus
Eropa tahun 765 para pemimpin Islam dari kekhalifahan Abbasya memindahkan Ibu Kota
kerajaan Islam ke sebuah kota yang baru didirikan, yaitu Bagdad. Di kota itulah dibangun
pusat ilmu pengetahuan yang terbesar dalam milennia pertama.

Ke lembaga itulah orang-orang Arab membawa dari India salah satu penemuan terbesar
dalam pemikiran manusia, yaitu konsep nol. Selain itu Musa Al-Khawrtzmi, ahli matematika
Arab terbesar dan ahli perpustakaan khalifah yang sakit, menulis bukunya Al-Jabr Waal
Mugabala. Dari buku itulah kita menurunkan istilah aljabar. Pengetahuan ini tidak terbatas di
Bagdad, tetapi meyebar meyebrangi pesisir Afrika menuju Spanyol, tempat khalifah Umayah
yang terakhir melarikan diri. Orang-orang Arab, Yahudi, dan Kristen bekerjasama dalam
damai di Universitas-universitas di Kordoba, Sevilla, Malaga, dan Granada, dan menjadikan
Universitas-universitas pusat intelektual Eropa. Tahun 1085 Spanyol jatuh ke tangan tentara
Kristen dan tahun 1258 Bagdad jatuh ke tangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Kubilai
Khan.
Manusia dan kota-kota memang hilang, tetapi ilmu pengetahuan tidak. Pada saar Pacioli
menulis bukunya, ia menginstruksikan pembacanya untuk menggunakan angka Arab keculai
untuk judul-judul dimana Anda pertama-tama harus menulis tahun dalam Buku Besar.
Banyak dari kita yang masih melakukan hal yang sama sekarang, dan tanpa disadari kita
melestarikan ketidakpercayaan yang berumur berabad-abad pada angka model baru.

6. THAILAND
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Thailand
Thailand adalah salah satu negara di Aasia Tenggara yang berhasil menghindari
penjajahan. Tetapi sistem akuntansi di negara ini menghargai transparansi dan kebutuhan
informasi investor, mirip dengan negara Anglo-Amerika. Setelah krisis keuangan tahun 1997.
Thailand

menerapkan

reformasi

untuk

meningkatkan

kerjasama

pemerintah

dan

meningkatkan investasi untuk kompetisi. Perekonomian Thailand pulih dengan cepat dan
mengalami pertumbuhan yang bagus. Tingkat kemiskinan juga menurun sebagai akibat dari
penguatan ekonomi.
Standar akun dikeluarkan oleh ICAAT, yang didirikan pada tahun 1948. tetapi, standar
akuntansi Thailand harus disetujui oleh menteri keuangan dan ditempatkan secara hukum
sebelum perusahaan menggunakan mereka. Sekarang ICAAT telah mengadopsi 21 dari
seluruh standar IAS. Komisi bursa saham Thailand mensyaratkan bahwa semua perusahaan
yang mendaftarkan diri pada SET (bursa saham Thailand) harus diaudit oleh auditor eksternal
dan independen. Lebih auh lagi perusahaan yang ingin mendaftarkan diri dalam bursa harus
memenuhi beberapa persyaratan yang dibutuhkan oleh investor.

7. MALAYSIA
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Malaysia
Meskipun Malaysia telah berjuang dalam sejarah, negara ini telah mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat dalam 30 terakhir ini. Lebih jauh lagi, tingkat kemakmuran
malaysia telah meningkat secara pesat. Prospek beberapa tahun ke depan pun amat
menjanjikan dengan antisipasi pertumbuhan dalam GDP, Konsumsi pribadi dan investasi
pribadi.
Seperti Indonesia, sistem resmi Malaysia berasal dari Inggris. Seperti yang sudah
diperkirakan, sistem akuntansi ini juga membidik untuk bertemu dengan informasi yang
diperlukan oleh investor. The Malaysian Institute of Accounting (MIA) telah didirikan
dibawah pengawasan regular perkumpulan profesi akuntan di Malaysia. Tapi, Malaysia
merestrukturisasi sistem akuntansinya pada tahun 1997 dengan Financial Reporting Act, yang
dibuat oleh Fiancial Reporting Foundation (FRF)/ Badan pelaporan keuangan dan Malaysian
Accounting Standart Board (MASB). FRF mengawasi pekerjaan MASB tetapi tidak terlibat
dalam proses standarnya. MASB adalah badan independen yang di ciptakan untuk
mengembangkan dan mengajukan standar akuntansi di Malaysia. Kerangka kerja baru ini
dibuat dengan proses standar yang representatif dengan pengguna, pembuat kebijakan, dan
akuntan.

Sumber:
1.

http://dedysuarjaya.blogspot.com/2010/09/sistem-sistem-akuntansi-di-dunia.html

2.

http://feuh-kel9.blogspot.com/2013/09/sejarah-akuntansi-di-asia.html

3.

Frederick D.S. Choi, dan Gary K. Meek, International Accounting, Jakarta: Salemba
Empat,2010.

Anda mungkin juga menyukai