Anda di halaman 1dari 2

Anita Silvia T

1514021

Sistem Produksi

Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu sistem yang digunakan untuk
memelihara dan meningkatkan kualitas produksi melalui perawatan perlengkapan dan
peralatan kerja seperti Mesin, Equipment dan alat-alat kerja. Di dalam TPM, terdapat
perhitungan dasar yang disebut OEE (overall equipment effectiveness). OEE merupakan
metode yang digunakan sebagai alat ukur (metric) dalam penerapan program TPM guna
menjaga peralatan pada kondisi ideal dengan menghapuskan six big losses peralatan.
Kekuatan dan keuntungan dari OEE yang sebenarnya datang dari pemahaman dan
tindakan atas kerugian (loss) yang utama, yaitu Availability Loss, Performance Loss, dan
Quality Loss.

Availability Loss: termasuk semua hal yang menghentikan produksi yang terjadwal,
yang menyita cukup banyak waktu (biasanya beberapa menit). Misalnya, mesin
macet, maintenance yang dilakukan diluar jadwal, kekurangan material, dan changeover.

Performance Loss: termasuk semua faktor yang menyebabkan proses berjalan lebih
lambat daripada kecepatan maksimumnya (termasuk slow cycle dan small stops).
Misalnya, interupsi penggunaan mesin, material yang tidak memenuhi standar mutu, dan
kesalahan pemasangan.

Quality Loss: termasuk berkurangnya produktifitas dari salah satu bagian manufaktur
yang tidak memenuhi standar kualitas setelah first pass (seperti dalam konsep first
pass yield). Misalnya scrap dan part yang membutuhkan rework.
Menurut Pomorski (1997),availability rate mengukur efektivitas maintenance peralatan
produksi dalam kondisi produksi sedang berlangsung, performance rate mengukur seberapa
efektif peralatan produksi yang digunakan, dan quality rate mengukur efektivitas proses
manufaktur untuk mengeliminasi scrap, rework, dan yield loss (Tangen, 2004, p. 63). Ketiga
unsur tersebut merupakan rasio OEE yang didefinisikan sebagaimana terlihat dalam Tabel (1)
di bawah ini.
Tabel (1) Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Anita Silvia T

1514021

Sistem Produksi

Japan
Institute
of
Plant
Maintenance (JIPM)
telah
menetapkan
standar benchmark yang telah dipraktekan secara luas di seluruh dunia. Berikut OEE
Benchmark tersebut yang dikutip dari situs www.leanproduction.com:
Jika OEE = 100%, produksi dianggap sempurna: hanya memproduksi produk tanpa
cacat, bekerja dalam performance yang cepat, dan tidak ada downtime.
Jika OEE = 85%, produksi dianggap kelas dunia. Bagi banyak perusahaan, skor ini
merupakan skor yang cocok untuk dijadikan goal jangka panjang.
Jika OEE = 60%, produksi dianggap wajar, tapi menunjukkan ada ruang yang besar
untuk improvement.
Jika OEE = 40%, produksi dianggap memiliki skor yang rendah, tapi dalam
kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-improve melalui pengukuran langsung
(misalnya dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan menangani sumber-sumber
penyebab downtime secara satu per satu).
Untuk standar benchmark world class yang dianjurkan JIPM, yaitu OEE = 85%,
Tabel (2) menunjukkan skor yang perlu dicapai untuk masing-masing faktor OEE.
Tabel (2) World Class OEE
OEE Factor

World Class

Availability

90.0%

Performance

95.0%

Quality

99.9%

Overall OEE

85.0%

Sumber: www.oee.com/world-class-oee.html
Standar benchmark world class OEE tersebut relatif karena pada beberapa buku dan
perusahaan menunjukkan standar skor yang berbeda, standar word class ini selalu didorong
lebih tinggi sejalan meningkatnya persaingan dan harapan. Misal jika di pabrik sepatu
mungkin quality rate >90% dapat diterima, tapi jika di pabrik ban pesawat terbang quality
rate 99.9% atau setara ~3 mungkin merupakan minimal word class, dan tentu saja bagi
perusahaan yang mempunyai program kualitas six sigma tidak akan puas dengan quality
rate 99.9%.
Jonsson dan Lesshammar (1999) menyatakan bahwa kontribusi terbesar OEE adalah
sederhana, namun tetap komprehensif, mengukur efisiensi internal dan dapat bekerja sebagai
indikator proses perbaikan berkelanjutan. Kemudian Ljungberg (1998) menambahkan bahwa
OEE juga merupakan cara efektif menganalisis efisiensi sebuah mesin tunggal atau sebuah
sistem permesinan terintegrasi (Tangen, 2004, p. 64).
Sumber :
1. https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/09/24/tentang-overall-equipmenteffectiveness/
2. http://shiftindonesia.com/overall-equipment-effectiveness-dan-cara-menghitungnya/

Anda mungkin juga menyukai