Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

PENYUSUNAN RKS DAN TAHAPAN PERHITUNGAN BIAYA ITEM


PEKERJAAN
4.1 PENYUSUNAN KERJA SYARAT (RKS)
RKS (Rencan Kerja dan Syarat-syarat) adalah pedoman penting dalam
melaksanakan suatu proyek Pembangunan Labor PascaSarjanaUnivesitasNegeri
Padang di samping gambar. RKS ini diperoleh dari arsip perusahaan konsultan
perencana CV. ARCE
Penyusunan Rencana Kerja dan SyaratSyarat (RKS) mengacu kepada
Permen PU Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, dariperencanaanproyekkonstruksi
yang

dilakukanolehkonsultanperencana.

Berikutadalahspesifikasi

Perencanaan

Pembangunan Gedung Labor PascaSarjanaUnivesitasNegeri Padang:


1. PEKERJAAN STRUKTUR
1.1. PEKERJAAN BETON
A. Lingkup Pekerjaan
1. Beton bertulang dengan mutu K.250 kg/cm2 digunakan untuk :
a. Seluruh struktur bawah, berupa pondasi pelat tapak setempat, dan sloof
b. Semua kolom struktur sesuai gambar
c. Semua balok dan pelat lantai
d. Tangga beton tulang
2.

Semua pekerjaan beton harus berdasarkan Peraturan Beton Bertulang


Indonesia SNI 2002, Pemborong harus mempelajari terlebih dahulu
metoda kerja dari pekerjaan beton ini, dengan mengacu pada peraturan
tersebut dan spesifikasi ini. Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat
menyimpangan dari spesifikasi ini harus diperbaiki dan seluruh biayanya
menjadi tanggung jawab Pemborong

B. Bahan yang digunakan


1. Semen
Semen harus memenuhi kriteria Peraturan Portland Cement Indonesia ( Semen
Type I ). Semen yang sudah mengalami perubahan akibat cuaca maupun
kelembaban tidak diperkenankan untuk dipakai. Semen yang tidak memenuhi
syarat harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan, dengan sepengetahuan
Konsultan Pengawas.
2. Aggregat
a. Aggregat yang digunakan harus sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia SNI 2002. Pemborong harus mengajukan sample yang akan
digunakan sebelum aggregat tersebut dikirim ketempat pekerjaan.
b. Aggregat kasar yang digunakan adalah kerekel untuk beton praktis , dan
split/batu pecah untuk beton struktur. Beton pecah yang digunakan
berukuran 1 2 dan 2 - 3.
c. Aggregat halus adalah pasir atau yang dapat melewati ayakan no. 5.
Kedua jenis aggregat ini harus dikombinasikan dalam suatu proporsi yang
baik, sehingga menghasilkan beton dengan mutu terbaik sesuai RKS dan
gambar
d. Aggregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan- bahan kimia yang
dapat mempengaruhi kekuatan beton, memiliki ukuran yang beragam,
keras dan memiliki bentuk yang baik.
Untuk mencapai tujuan ini,maka material aggregat ini, harus diuji
dilaboratorium.
e. Aggregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala
jenis kerang, silk, clay, garam dan bahan - bahan lain. Apabila kadar
lumpur aggregat halus melebihi 5% dari aggregat kasar melebihi 1% maka
aggregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
f. Sesuai trail mix yang dilakukan, aggregat yang digunakanuntuk campuran
beton harus berasal dari satu sumber, yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

g. Aggregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain


berdasarkan ukurannya diatas permukaan yang keras. Sehingga terhindar
dari kemungkinan tercampur dengan lumpur maupun tanah.
3. Air
a. Air yang digunakan adalah air yang jernih, tidak mengandung bahan kimia
maupun bahan bahan organik yang dapat merusak beton dan atau baja
tulangan.
b. Air yang dapat digunakan adalah air PAM maupun air yang berasal dari
sumberlain yang telah ditest dan disetujui KonsultanPengawas.
c. Test terhadap ini harus mengacu pada peraturan beton bertulang Indonesia
2002 Apabila dianggap perlu air dapat ditampung ditempat kerja tetapi
harus terjaga dari pencemaran.
4. Bahan Tambahan
a.

Bahan Tambahan Campuran beton harus digunakan sesuai


dengan petunjuk dari produsen bahan tersebut.

b.

Apabila Pemborong menganggap perlu menggunakan bahan


tambahan campuran beton, Pemborong harus meminta persetujuan
Konsultan Pengawas. Metoda pemakaian, jumlah yang akan digunakan
dan jenis bahan tambahan carnpuran beton harus diajukan oleh
Pemborong oleh Konsultan Pcngawas sebelum dilaksanakan.

5. Baja Tulangan
a.

Semua besi beton / tulangan yang digunakan sesuai


dengan gambar dipakaimutu baja BJTD 32 ( ulir ) untuk diameter besar
dari 12 mm dan mutu baja BJTP-240 untuk diameter kecil atau sama
dengan 12 mm.

b.

Besi tulangan yang digunakan tidak boleh ditekuk dan


memiliki ukuran yang penuh, sesuai dengan gambar. Besi tulangan ini
bebas dari karat, lemak- nabati maupun hewani.

c.

Untuk setiap mutu baja yang diragukan, kepada


kontraktor diminta melampirkan sertifikat dari pabrik atau dibuktikan

dengan uji tarik serta uji bending untuk setiap diameter masing masing 2
sample
d.

Toleransi untuk setiap diameter besi tulangan yang


dipakai adalah maximum 0,01 mm

e.

Luasan penampang besi yang terpasang harus sama


seauai dengan yang tertera pada gambar penampang. Bila luasan dari
diameter besi yang dipakai kurang, maka kontraktor harus menambah
pembesiannya sampai luasan yang terjadi besar atau sama dengan yang
tertera pada gambar penampang .

C. Campuran Beton
1.

Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan


kekuatan karakteristik K 100 untuk pekerjaan beton lantai kerja. Mutu beton
K-250 kg/cm2 digunakan untuk semua beton struktur seperti tersebut pada
ayat A diatas. Beton dengan mutu K 175 digunakan untuk beton bertulang
praktis( Kolom praktis, balok praktis, balok latei ) sesuai yang tercantum
dalarn gambar. kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia SNI 2002.

2.

Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi


aggregat dan kekentalannya yang perlu diperhatikan pula peruntukan beton
tersebut dan ukuran potongan beton yang akan dicor, agar beton dapat
dipadatkan dengan baik, dan tidak terjadi pemisahan aggregat.

3.

Beton

juga

harus

diperhitungkan

untuk

tidak

mengalarni pengendapan selama pengangkutan dan pengecorannya. Beton


yang mudah mengendap tidak diperkenankan dipergunakan.
4.

Ukuran maksimum aggregat untuk beton struktur


adalah 3 cm. Untuk struktur dengan penampang tipis, ukuran aggregat
maksimum yang dipakai adalah 2 cm.

5. Setelah Pernborong mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas tentang


campuran beton akan dipakai, serta bahan- bahan yang akan digunakan

dalam campuran beton tersebut, Pemborong harus tetap menggunakan


carnpuran serta bahan bahan tadi selama pekerjaan beton, kecuali apabila
dilakukan trial mix yang baru dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
D. Campuran Beton yang dilakukan di Lapangan
1.

Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen,


aggregat, maupun air harus dicampur sesuai dengan Job Mix Design yang
dibuat oleh laboratorium yang telah punya legalitas dari pemerintah. Alat
penakaran campuran beton bila dilakukan pada site, maka alat takar beserta
ukuran alat takar, harus dibuat oleh laboratorium diamana pembuatan Job Mix
Design dilakukan Sebelum dilakukan pengecoran, maka Kontraktor harus
memperlihatkan alat takar beserta ukuran nya tadi kepada konsultan pengawas
untuk disetujui.

2.

Untuk adukan beton yang dibuat dengan menggunakan


alat pengaduk mesin (Molen), type dan kapasitasnya harus mendapat
persetujuan dari konsultan Pengawas. Metoda pengadukan, kecepatan
pengadukan harus disesuaikan

dengan standar yang ada ( manual ) dan

kapasitas mesin pengaduk tidak boleh dilampaui.


E. Pengecoran Beton dan pengujian dilapangan
1.

Pengecoran beton tidak dibenarkan dirnulai sebelum pemasangan besi


beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2.

Sebelum pengecoran dimulai, semua pekerjaan acuan (bekisting)


baja-baja tulangan, sparing pipa-pipa untuk seluruh instalasi yang diperlukan
serta angkur- angkur ataupun stek besi untuk pekerjaan lanjutan yang harus
ditanam dalam beton, harus sudah selesai terpasang dan mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Tempat- tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran seperti : potongan kayu, batu,
tanah dan material material lainnya yang cenderung mempengaruhi
kekuatan beton.

3.

Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan


rnenuangkan adukan dengan nenjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan
mengakibatkan pemisahan aggregat ( segregasi ).Maksimum tinggi jatuh
beton yang diperkenankan kebidang yang dicor,maksimum setinggi 1,5 m

4.

Untuk pengujian beton dilapangan, maka kontraktor harus melakukan


pengujian kekentalan beton dengan memakai kerucut Abram. Selain itu ,
kontraktor juga harus membuat benda uji berupa selinder minimal sebanyak 2
( dua ) buah. Pengujian tersebut dilakukan untuk setiap 5 m3 beton

5.

Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak dicor


dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton
danjuga adukan yang tumpah dalam pengangkutan tidak diperkenankan untuk
dipakai lagi.

6.

Pada pengecoran lanjutan (sambungan antar beton lama dan beton


baru), maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan
dikasarkan

dengan

menyikat

sampai

aggregat

kasar

tampak,

kemudiandisiramdengan airsemen atau pakai bahan additif yang disetujui oleh


pengawas. Lokasi dari Construction joint ini harus disetujui oleh
KonsultanPengawas.
7.

Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Bila


pengecoran tetap dilakukan saat hujan turun, Pemborong harus menyediakan
pelindung atau metoda lain yang menunjukan air beton tidak terpengaruh
olah air hujan .

F. PemadatanBeton
1.

Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator concrete selama


pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak acuan maupun posisi tulang.

2.

Pemborong harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin


efisiensi tanpa adanya penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom,
pelat, vibrator concrete harus dapat masuk kedalan bekisting sehingga

didapatkan pemadatan yang baik. Waktu pengecoran, vibrator concrete tidak


boleh mengenai baja tulangan yang dapat rnenyebabkan perpindahan posisi
tulangan.
3.

Untuk pekerjaan kolom, saat pengecoran dilakukan, proses pemadatan


juga dibantu dengan melakukan pengetukan dari luar dengan memakai palu
karet

4.

Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara


horizontal.

5.

Setelah beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, maka pada beton
tersebut harus dipelihara dengan dan dibiarkan sampai mengeras ( mencapai
umur rencana)

G. Pemeliharaan Beton ( Curing)


a. Beton harus dilindungi selama berlangsung proses pengerasan terhadap panas
langsung dari matahari dan juga pengrusakan secara mekanis.
b. Beton yang baru di cor, juga tidak diperkenankan terkena getaran ataupun
kena pembebanan.
c. Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah, selama 24
hari dengan menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada
permukaan beton tersebut ataupun dengan menutupi dengan karung goni
basah.
d. Metode pemeliharaan beton harus diajukan oleh Pemborong pada Konsultan
Pengawas untuk disetujui. Selain menggunakan air, apabila diperlukan
pemeliharaan beton dapat dilakukan dengan campuran kimia untuk
pemeliharaan beton. Campuran kimia ini harus benar- benar telah dibersihkan
pada saat pekerjaan finishing dimulai.
H. Acuan ( Bekisting dan Perancah )

1.

Umum.
a.

Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan


untuk membentuk struktur- sturktur beton dengan segala detailnya. Acuan
yang dibuat harus dapat dipertahankan bentuknya, baik selama pemasangan
tulangan maupun pengecorannya.

b.

Perancah termasuk segala jenis unsur- unsurnya seperti pengaku, balok


pengikat dan tiang, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk
memikul acuan tanpa menimbulkan settlement.

c.

Baik acuan maupun perancah harus dilaksanakan oleh Pemborong,


untuk menyangga berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan
peralatan yang mungkin ada diatasnya, serta beban- beban kejut dan getaran .
Kesemuanya ini harus direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran
yang sederhana sehingga memudahkan pemasangan, penambahan maupun
pembongkarannya.

d.

Deflekasi (lendutan) yang diijinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan


balok kantilever, lendutan yang dlijinkan adalah 1/300 bentang.

e.

Bracing-bracing harus dipasang untuk menghindari pergerakan


horizontal transversal maupun longitudinal yang terjadi.

f.

Gambar-gambar yang menunjukan detail dari acuan maupun perancah,


perhitungan perancah, elevasi dari acuan maupun perancah harus diajukan
olch pemborong untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.

PelaksanaanPekerjaan
a.

Acuan yang digunakan harus ditumpu sepanjang tepinya. Kaso-kaso,


pengaku dan penumpu harus dipasang sedemikianrupa sehingga dapat
dipertahankan kelurusannya dan kekuatannyaselama pengecoran maupun
pemadatan beton dilakukan.

b.

Pengaku, acuan serta perancah yang dibuat harus dipersiapkan


terhadap kemungkinan settlement dari perancah tersebut. Acuan harus
diperbaiki apabila ternyata perancah mengalami settlement.

c.

Semua tiang perancah harus dipasang dengan pengaku vertikal


horizontal maupun diagonal. Barcing lateral harus dari dua arah dan bracing
diagonal baru dua sisi, baik horizontal maupun vertikal.

d.

Apabila tiang ternyata perlu disambung, pemasangan bracing harus


diatur sesuai dengan lokasi penyambungan tersebut.

e.

Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, semua unsur yang


harus berada di dalam beton tersebut sudah ditempatkan secara benar,
termasuk pengaturan selimut betonnya.

f.

Seluruh perancah dan acuan harus diperiksa kembali pada saat


pengecoran beton akan dimulai. Apabi!a temyata ada bagian perancah atau
acuan yang berubah posisi, perancah maupun acuan tersebut harus diperbaiki
terlebih dahulu sebelum pengecoran dilaksanakan.

3.

WaktuuntukmelepasBekisting
a. Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya dapat dipastikan
tidak mengakibatkan kerusakan beton, dan acuan tersebut sudah mudah
dilepaskan dari beton.
b. Waktu untuk melepas acuan dan perancah tergantung dari cuaca, metoda
pemeliharaan beton, kekuatan beton type dari struktur dan beban rencana.
Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan dan perancah tidak kurang
dari :
No
1

Unsur Struktur
Samping balok, dinding, kolom

Waktu
24 jam

yang tidak dlbebani


2

Pelat dan Balok

28 hari

Balok ( sisi kiri kanan saja)

7 hari

Perancah pelat diantara balok

14 hari

Perancah balok dan plat slab

14 hari

Perancah kantilever

28 hari

c. Pekerjaan pembongkaran acuan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya


oleh Konsultan Pengawas.
d. Terlepas dari hal diatas, acuan dapat dibongkar lebih cepat, apabila kekuatan
beton yang diinginkan telah mencapai kekerasan rencana
I. Finishing Beton
1. Permukaan yang kelihatan
a. Beton yang permukaannya kelihatan (exposed) harus difinish dengan
adukan. Lubang-lubang yang terjadi pada beton harus diisi dengan
adukan.
b. Lubang - lubang pada permukaan beton tidak boleh lebih besar dari 3 mm,
lubang yang lebih besar diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak
boleh melebihi 0.5% dari permukaan beton tersebut. Lubang yang lebih
besar dari 20 mm tidak diperkenankan. Apabila terdapat lubang yang lebih
besar dari 20 m, harus dikonsultasikan oleh Konsultan Pengawas.
c. Jika permukaan beton ada cacat, adukan yang digunakan untuk perbaikan
harus berwana sama dengan beton disekelilingnya. Sample harus dibuat
dahulu sebelum perbaikan permukaan beton tersebut dimulai.`
2.

PEKERJAAN ARSITEKTUR

2.1 PEKERJAAN BETON


A. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu


lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar,
dengan hasil yang baik dan sempurna.
2. Beton bertulang dengan mutu K 175 digunakan untuk :

3.

a.

Semua sloof praktis sesuai gambar

b.

Semua kolom praktis sesuai gambar

c.

Semua ring balok,balok latei sesuai gambar


Beton dengan mutu K 125 digunakan sebagai lantai kerja , dan dibawah

pasangan lantai keramik dan granite.


B. Persyaratan Bahan
Sesuai dengan yang telah disebutkan pada pekerjaan beton struktur diatas.
C. Pedoman Pelaksanaan
Sesuai dengan yang telah disebutkan pada pekerjaan beton struktur diatas.
4.2

KWANTITAS ITEM PEKERJAAN (BILL OF QUANTITY)


Perhitungan biaya item pekerjaan Proyek perencanaan Pembangunan Labor

Pasca Sarjana Univesitas Negeri Padang ini yang diamati penulis selama melakukan
praktek pra proyek adalah sebagai berikut :
4.2.1 Pekerjaan Balok
Balok adalah bagian struktural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang
untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen kolom penopang. Selain
itu balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom kolom agar apabila terjadi
pergerakan kolom kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan
posisi sebuah bangunan.
Balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolom, sehingga hubungan antara
balok dengan kolom bersifat kaku dan tidak mudah berubah bentuk. Pola gaya yang

tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung / defleksi yang harus ditahan
oleh kekuatan internal material.
Semua data pendukung dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
pada bab ini mengacu kepada Analisa Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Cipta
Karya Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Tahun 2016 yang terdapat pada lampiran,
adapun data pendukung yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1

Daftar harga satuan upah

Daftar harga satuan bahan

Analisa harga satuan pekerjaan

Untuk penjelasan detail mengenai perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


ini, dapat dilihat pada lampiran yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai